Professional Documents
Culture Documents
2
1 2
2
1 +
2
1 2
=
= / (95%)
= (0.05)
Perhitungan :
=
2
1 2
2
1 +
2
1 2
=
1.96
2
0.5 0.5 104
0.05
2
104 1 +1.96
2
0.5 0.5
=
99.88
1.2179
= 82.01
= 82
Jadi, sampel penelitian ini berjumlah 82 responden yang harus memenuhi
syarat yang telah disebutkan dalam unit analisis.
Proporsi sampel tiap kelas adalah :
a. Kelas 4
1
=
1
=
49
104
82
1
= 39
b. Kelas 5
2
=
2
=
55
104
82
2
= 43
Cara pengambilan sampel dalam kelas yaitu dengan cara sistematik.
Sistematik ini dilakukan dengan melihat absen dan menentukan interval siswa
yang akan dijadikan sampel. Interval ini didapat dari jumlah siswa per jumlah
sampel dalam satu kelas. Setelah dihitung, hasil yang didapat dari kedua kelas
yaitu dengan interval 1.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas dua yaiu data primer dan data
sekunder:
a. Data Primer
1. Data identitas dan karakteristik responden diperoleh dengan
melakukan wawancara.
2. Data pola konsumsi dan asupan zat gizi diperoleh dengan
melakukan wawancara menggunakan kuisioner food re-call 24 jam
3. Data pengukuran status gizi diperoleh dengan melakukan
pengukuran antropometri.
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder diambil dari SD Inpres 2 Pannampu Kec.
Tallo Kota Makassar yang dapat mendukung jalannya penelitian ini.
2. Instument Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:
a. Form Food Recall 24 jam
b. Food Models untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi
c. Komputer dengan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS), sebagai alat bantu dalam mengumpul data serta mengolah data
hasil penelitian dan menu Analisis program dan Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM) untuk menganalisis asupan (jumlah vitamin
A, C, D, Kalsium, Zinc, Fe, dan Yodium) yang dikonsumsi dalam 1
hari (24 jam)
d. Microtoice untuk mengukur tinggi badan anak, timbangan digital
untuk mengukur berat badan anak, WHO Anthro untuk menganalisis
status gizi.
E. PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data menggunakan komputer dengan menggunakan
program Menu A, WHO Anthro 2007 dan SPSS yang meliputi editing,
koding, tabulasi data, cleaning dan analisis data. Pengolahan dan penyajian
data dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah kuesioner terkumpul. Editing data
dilakukan dengan pemeriksaan kelengkapan, kesinambungan dan
keseragaman data.
2. Koding
Proses koding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan
data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan simbol-
simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean).
3. Tabulasi Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data dalam suatu
tabel. Pengolahan dilakukan secara elektronik dengan menggunakan
software SPSS.
4. Cleaning
Memeriksa kembali data yang telah dientri kelengkapan dan
kebenarannya.
F. ANALISIS DATA
Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) pada
Computer yaitu SPSS 16. Analisis data menggunakan analisis bivariat. Data
hasil analisis akan disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi
SD inpres 2 pannampu terletak di Kec. Tallo kelurahan Pannampu. SD
ini memiliki 4 ruang kelas, 1 ruang guru dan 1 kantin sekolah. Jumlah siswa di
SD ini berjumlah 326 siswa dan jumlah guru sebanyak 11 guru. Adapun batas-
batas sekolah ini yaitu :
Sebelah utara : Pemukiman warga
Sebelah timur : Jalan tol
Sebelah selatan : Pemukiman warga
Sebelah barat : Pasar Pannampu
Pengumpulan data baik primer maupun sekunder dilaksanakan selama
4 pekan terhitung mulai tanggal 1 Juni 2012 terhadap siswa SD Inpres 2
Pannampu Kecamatan Tallo, dimana penelitian dilakukan di 2 kelas yaitu
kelas 4 dan kelas 5.
Proses yang dilakukan selama penelitian berlangsung yakni wawancara
langsung kepada siswa SD dan melakukan pengukuran antropometri untuk
memperoleh tujuan dari penelitian ini dan pengambilan data sekunder di SD
Inpres 2 Pannampu.
Pada penelitian ini jumlah sampel yaitu 82 siswa SD dari kelas 4 dan
kelas 5. Penarikan sampel dilakukan proporsional random sampling. Hasil
penelitian berupa data telah diolah menjadi informasi sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan dideskripsikan dalam bentuk tabel dan penjelasan. Data
yang diperoleh kemudian diolah menggunakan SPSS for windows versi 16,0
yang dibedakan atas analisis univariat dan bivariat. Adapun hasil penelitian
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
2. Hasil Penelitian
a. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 82 siswa. Distribusinya
menurut variabel yang diteliti disajikan dalam tabel seperti di bawah ini:
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden SD Inpres 2 Pannampu
MakassarTahun 2012
Karakteristik Responden n (82) % (100)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
8 tahun
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
36
46
1
21
27
26
7
43,9
56,1
1,2
25,6
32,9
31,7
8,5
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 82 responden proporsi jenis
kelamin terbesar adalah perempuan (56,1%). Dari Tabel 1 dapat diketahui
bahwa dari 82 responden proporsi umur terbesar adalah pada kelompok
umur 10 tahun (32,9%)
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Keluarga RespondenSD Inpres 2 Pannampu
Makassar Tahun 2012
Karakteristik Keluarga n (82) % (100)
Pendidikan Ayah
Tidak pernah sekolah
Tidak tamat SD/MI
Tamat SD/MI
SMP/MTs/Sederajat
SMA/MA/Sederajat
Universitas
Pendidikan Ibu
Tidak pernah sekolah
Tidak tamat SD/MI
Tamat SD/MI
SMP/MTs/Sederajat
SMA/MA/Sederajat
Universitas
Pekerjaan Ayah
Petani
Buruh harian
PNS
Pegawai Swasta
Tukang becak/gerobak
Supir
Tukang Kayu
Nelayan
Pengrajin
Wiraswasta
Pekerjaan Ibu
Buruh harian
Pegawai Swasta
Pengrajin
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
1
3
15
34
27
2
3
2
24
25
27
1
1
20
2
4
6
9
3
7
6
24
5
1
4
28
44
1,2
3,7
18,3
41,5
32,9
2,4
3,7
2,4
29,3
30,5
32,9
1,2
1,2
24,4
2,4
4,9
7,3
11,0
3,7
8,5
7,3
29,3
6,1
1,2
4,9
34,2
53,7
Sumber : Data Primer, 2012
Dilihat dari Tabel 4.2 tingkat pendidikan ayah siswa yang
terbanyak adalah SMP (41,5%) sedangkan proporsi terendah adalah yang
tidak pernah sekolah (1,2%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan ibu
proporsi tertinggi adalah SMA (32,9%) sedangkan proporsi terendah
adalah Universitas (1,2%). Pekerjaan ayah responden yang terbanyak
adalah buruh harian sebanyak 20 orang (24,4%). Sedangkan yang terkecil
adalah petani sebanyak 1 orang (1,2%). Dan dari Tabel 2 ini juga dapat
diketahui bahwa pekerjaan ibu yang terbanyak adalah ibu rumah tangga
yaitu sebanyak 44 responden (53,7%) sedangkan yang terendah adalah
pegawai swasta (1,2%).
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit yang Pernah Diderita
Selama sebulan terakhir SD Inpres 2 Pannampu Makassar Tahun 2012
Penyakit yang Pernah
Diderita
Ya Tidak Total
n % n % N %
Batuk
Demam
Flu
Dingin
Masuk Angin
Demam Menggigil
Sakit Kepala
Sakit Perut
Sembelit
Diare
52
49
29
18
20
18
46
38
10
15
63,4
59,8
35,4
22,0
24,4
22,0
56,1
46,3
12,2
18,3
30
33
53
64
62
64
36
44
72
67
36,6
40,2
64,6
78,0
75,6
78,0
43,9
53,7
87,8
81,7
82
82
82
82
82
82
82
82
82
82
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa penyakit batuk yang
paling sering diderita oleh para siswa yaitu sebanyak 52 responden
(63,4%) sedangkan yang penyakit yang paling tidak sering diderita adalah
sembelit yaitu sebanya 10 responden (12,2%).
b. Status Gizi
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi (TB/U)
SD Inpres 2 Pannampu Makassar Tahun 2012
Status Gizi Berdasarkan Indikator
TB/U
n %
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
7
26
49
0
8,5
31,7
59,8
0,0
Jumlah 82 100.0
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa status gizi siswa
berdasarkan indikator TB/U yang paling banyak adalah tinggi badan
normal yaiu sebanyak 49 siswa (59,8%). Sedangkan proporsi rendah
adalah yang sangat pendek yaitu sebanyak 7 responden (8,5%) dan tidak
ditemukannya anak yang tinggi.
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi (IMT/U)
SD Inpres 2 Pannampu Makassar Tahun 2012
Status Gizi Berdasarkan Indikator
IMT/U
n %
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat Gemuk
12
12
54
0
4
14,6
14,6
65,9
0,0
4,9
Jumlah 82 100.0
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa status gizi siswa
berdasarkan indikator IMT/U yang paling banyak adalah status gizi normal
yaitu sebanyak 54 siswa (65,9%). Sedangkan proporsi rendah adalah yang
sangat gemuk yaitu sebanyak 4 responden (4,9%).
c. Asupan
Tabel 4.6
Distribusi asupan gizi mikro responden siswa SD Inpres 2 Pannampu
Makassar Tahun 2012
Asupan Zat
Gizi Mikro
Kecukupan Asupan Total
Kurang Cukup Lebih
n % n % n % n %
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin D
Zat Besi
Zink
Yodium
Kalsium
42
71
38
55
36
34
55
51,2
86,6
46,3
67,1
43,9
41,5
67,1
19
5
7
15
18
29
7
23,2
6,1
8,5
18,3
22,0
35,4
8,5
21
6
37
12
28
19
20
25,6
7,3
45,2
14,6
34,1
23,2
24,4
82
82
82
82
82
82
82
100
100
100
100
100
100
100
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden asupannya kurang terutama pada vitamin A, vitamin C, kalsium
dan Zat besi di mana persentase kekurangannya di atas 50%.
d. Analisis Bivariat
Setelah dilakukan pengumpulan data, diedit dan diolah dengan
menggunakan peranti lunak komputer diperoleh gambaran responden.
Untuk melihat kemaknaan hubungan antara gizi mikro dengan status gizi
dilakukan analisis uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%.
Apabila hasil perhitungan statistic dengan p < 0.05 artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel
dependent.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 82 yang terdiri dari
siswa kelas 4 dan 5 SD Inpres 2 Pannampu, disajikan dalam Tabel 6
seperti di bawah ini.
Tabel 4.7
Hubungan antara Asupan Gizi Mikro dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
SD Inpres 2 Pannampu Makassar
Tahun 2012
Gizi Mikro
Status Gizi Berdasarkan Indikator IMT/U
Total
p
r
Sangat
Kurus
Kurus Normal Gemuk
Sangat
Gemuk
n % n % n % N % n % n %
Vitamin A
Kurang
Cukup
Lebih
7
2
3
16,7
10,5
14,3
6
1
5
14,3
5,3
23,8
29
12
13
69,0
63,2
61,9
0
0
0
0,0
0,0
0,0
0
4
0
0,0
21,1
0,0
42
19
21
100
100
100
0,013
0,313
Vitamin C
Kurang
Cukup
Lebih
11
1
0
15,5
20,0
0,0
11
0
1
15,5
0,0
16,7
45
4
5
63,4
80,0
83,3
0
0
0
0,0
0,0
0,0
4
0
0
5,6
0,0
0,0
71
5
6
100
100
100
0,820
-
Vitamin D
Kurang
Cukup
Lebih
2
2
8
5,3
28,6
21,6
6
0
6
15,8
0,0
16,2
28
5
21
73,7
71,4
56,8
0
0
0
0,0
0,0
0,0
2
0
2
5,3
0,0
5,4
38
7
37
100
100
100
0,340
-
Zat Besi
Kurang
Cukup
Lebih
10
2
0
18,2
13,3
0,0
6
2
4
10,9
13,3
33,3
36
10
8
65,5
66,7
66,7
0
0
0
0,0
0,0
0,0
3
1
0
5,5
6,7
0,0
55
15
12
100
100
100
0,382
-
Zink
Kurang
Cukup
Lebih
7
5
0
19,4
27,8
0
6
1
5
16,7
5,6
17,9
23
12
19
63,9
66,7
67,9
0
0
0
0,0
0,0
0,0
0
0
4
0,0
0,0
14,3
36
18
28
100
100
100
0,015
0,311
Yodium
Kurang
Cukup
Lebih
6
5
1
17,6
17,2
5,3
6
3
3
17,6
10,3
15,8
19
20
15
55,9
69,0
78,9
0
0
0
0,0
0,0
0,0
3
1
0
8,8
3,4
0,0
34
29
19
100
100
100
0,511
-
Kalsium
Kurang
Cukup
Lebih
10
0
2
18,2
0,0
10,0
7
0
5
12,7
0,0
25,0
35
6
13
63,6
85,7
65,0
0
0
0
0,0
0,0
0,0
3
1
0
5,5
14,3
0,0
55
7
20
100
100
100
0,306
-
Total 12 14,6 12 14,6 54 65,9 0 0,0 4 4,9 82 100
Sumber : Data Primer, 2012
1) Vitamin A dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan vitamin A yang kurang
sebanyak 42 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 7 siswa
(16,7%), kurus sebanyak 6 siswa (14,3%), normal sebanyak 29 siswa
(69,0%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk dan sangat
gemuk. Asupan vitamin A yang cukup sebanyak 19 siswa dengan status
gizi sangat kurus sebanyak 2 siswa (10,5%), kurus sebanyak 1 siswa
(5,3%), normal sebanyak 12 siswa (63,2%) dan tidak ada siswa yang
status gizinya gemuk sedangkan yang sangat gemuk sebanyak 4 siswa
(21,1%). Asupan vitamin A yang lebih sebanyak 21 siswa dengan status
gizi sangat kurus sebanyak 3 siswa (14,3%), kurus sebanyak 5 siswa
(23,8%), normal sebanyak 13 siswa (61,9%) dan tidak ada siswa yang
status gizinya gemuk dan sangat gemuk.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p = 0,013 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,013) < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara vitamin A dengan status gizi berdasarkan
indikator IMT/U dengan nilai korelasi sebesar 0,313 yang berarti bahwa
kekuatan hubungannya sedang dan arahnya positif yang berarti bahwa
semakin tinggi asupan vitamin A maka semakin baik pula status gizinya.
2) Vitamin C dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan vitamin C yang kurang
sebanyak 71 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 11 siswa
(15,5%), kurus sebanyak 11 siswa (15,5%), normal sebanyak 45 siswa
(63,4%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 4 siswa (5,6%). Asupan vitamin C yang cukup
sebanyak 5 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 1 siswa
(20,0%), normal sebanyak 4 siswa (20,0%) dan tidak ada siswa yang
status gizinya gemuk dan sangat gemuk. Asupan vitamin C yang lebih
sebanyak 6 siswa dengan status gizi kurus sebanyak 1 siswa (16,7%),
normal sebanyak 5 siswa (83,3%) dan tidak ada siswa yang status
gizinya gemuk dan sangat gemuk.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p = 0,820 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,820) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara vitamin C dengan status gizi
berdasarkan indikator IMT/U.
3) Vitamin D dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan vitamin D yang kurang
sebanyak 38 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 2 siswa
(5,3%), kurus sebanyak 6 siswa (15,8%), normal sebanyak 28 siswa
(73,7%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 2 siswa (5,3%). Asupan vitamin D yang cukup
sebanyak 7 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 2 siswa
(28,6%), normal sebanyak 5 siswa (71,4%) dan tidak ada siswa yang
status gizinya gemuk dan sangat gemuk. Asupan vitamin D yang lebih
sebanyak 37 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 8 siswa
(21,6%), kurus sebanyak 6 siswa (16,2%), normal sebanyak 21 siswa
(56,8%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 2 siswa (5,4%).
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p = 0,340 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,340) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara vitamin D dengan status gizi
berdasarkan indikator IMT/U.
4) Zat Besi dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Zat besi yang kurang
sebanyak 55 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 10 siswa
(18,2%), kurus sebanyak 6 siswa (10,9%), normal sebanyak 36 siswa
(65,5%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 3 siswa (5,5%). Asupan Zat besi yang cukup
sebanyak 15 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 2 siswa
(13,3%), kurus sebanyak 2 siswa (13,3%), normal sebanyak 10 siswa
(66,7%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 1 siswa (6,7%). Asupan Zat besi yang lebih
sebanyak 12 siswa dengan status gizi kurus sebanyak 4 siswa (33,3%),
normal sebanyak 8 siswa (66,7%) dan tidak ada siswa yang status
gizinya gemuk, sangat gemuk, dan sangat kurus.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p = 0,382 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,382) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara Zat besi dengan status gizi berdasarkan
indikator IMT/U.
5) Zink dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Zink yang kurang
sebanyak 36 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 7 siswa
(19,4%), kurus sebanyak 6 siswa (10,9%), normal sebanyak 36 siswa
(65,5%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk dan sangat
gemuk. Asupan Zink yang cukup sebanyak 18 siswa dengan status gizi
sangat kurus sebanyak 5 siswa (27,8%), kurus sebanyak 1 siswa (5,6%),
normal sebanyak 12 siswa (66,7%) dan tidak ada siswa yang status
gizinya gemuk dan sangat gemuk. Asupan Zink yang lebih sebanyak 28
siswa dengan status gizi kurus sebanyak 5 siswa (17,9%), normal
sebanyak 19 siswa (67,9%) dan tidak ada siswa yang status gizinya,
sangat kurus, gemuk dan sangat gemuk.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p = 0,015 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,015) < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Zink dengan status gizi berdasarkan indikator
IMT/U dengan nilai korelasi sebesar 0,311 yang berarti bahwa kekuatan
hubungannya sedang dan arahnya positif yang berarti bahwa semakin
tinggi asupan Zink maka semakin baik pula status gizinya.
6) Yodium dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Yodium yang kurang
sebanyak 34 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 6 siswa
(17,6%), kurus sebanyak 6 siswa (17,6%), normal sebanyak 19 siswa
(55,9%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 3 siswa (8,8%). Asupan Yodium yang cukup
sebanyak 29 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 5 siswa
(17,2%), kurus sebanyak 3 siswa (10,3%), normal sebanyak 20 siswa
(69,0%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 1 siswa (3,4%). Asupan Yodium yang lebih
sebanyak 19 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 1 siswa
(5,3%), kurus sebanyak 3 siswa (15,8%), normal sebanyak 15 siswa
(78,9%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk dan sangat
gemuk.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p = 0,511 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,511) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara Yodium dengan status gizi berdasarkan
indikator IMT/U.
7) Kalsium dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Kalsium yang kurang
sebanyak 55 siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 10 siswa
(18,2%), kurus sebanyak 7 siswa (12,7%), normal sebanyak 35 siswa
(63,6%) dan tidak ada siswa yang status gizinya gemuk sedangkan yang
sangat gemuk sebanyak 3 siswa (5,5%). Asupan Kalsium yang cukup
sebanyak 7 siswa dengan status gizi normal sebanyak 6 siswa (85,7%)
dan tidak ada siswa yang status gizinya sangat kurus, kurus, dan gemuk
sedangkan yang sangat gemuk sebanyak 1 siswa (14,3%). Asupan
Kalsium yang lebih sebanyak 20 siswa dengan status gizi sangat kurus
sebanyak 2 siswa (10,0%), kurus sebanyak 5 siswa (25,0%), normal
sebanyak 13 siswa (65,0%) dan tidak ada siswa yang status gizinya
gemuk dan sangat gemuk.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p = 0,306 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,306) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara Kalsium dengan status gizi berdasarkan
indikator IMT/U.
Tabel 4.8
Hubungan antara Asupan Gizi Mikro dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
SD Inpres 2 Pannampu Makassar
Tahun 2012
Gizi Mikro
Status Gizi Berdasarkan Indikator TB/U
Total
p
r
Sangat
Pendek
Pendek Normal Tinggi
n % n % n % n % n %
Vitamin A
Kurang
Cukup
Lebih
3
3
1
7,1
15,8
4,8
15
4
7
35,7
21,1
33,3
24
12
13
57,1
63,2
61,9
0
0
0
0,0
0,0
0,0
42
19
21
100
100
100
0,622
-
Vitamin C
Kurang
Cukup
Lebih
6
1
0
8,5
20,0
0,0
23
0
3
32,4
0,0
50,0
42
4
3
59,2
80,0
50,0
0
0
0
0,0
0,0
0,0
71
5
6
100
100
100
0,412
-
Vitamin D
Kurang
Cukup
Lebih
5
1
1
13,2
14,3
2,7
9
5
12
23,7
71,4
32,4
24
1
24
63,2
14,3
64,9
0
0
0
0,0
0,0
0,0
38
7
37
100
100
100
0,047
0,242
Zat Besi
Kurang
Cukup
Lebih
4
1
2
7,3
6,7
16,7
21
3
2
38,2
20,0
16,7
30
11
8
54,5
73,3
66,7
0
0
0
0,0
0,0
0,0
55
15
12
100
100
100
0,388
-
Zink
Kurang
Cukup
Lebih
2
1
4
5,6
5,6
14,3
12
8
6
33,3
44,4
21,4
22
9
18
61,1
50,0
64,3
0
0
0
0,0
0,0
0,0
36
18
28
100
100
100
0,416
-
Yodium
Kurang
Cukup
Lebih
3
3
1
8,8
10,3
5,3
4
14
8
11,8
48,3
42,1
27
12
10
79,4
41,4
52,6
0
0
0
0,0
0,0
0,0
34
29
19
100
100
100
0,019
0,268
Kalsium
Kurang
Cukup
Lebih
5
2
0
9,1
28,6
0,0
21
0
5
38,2
0,0
25,0
29
5
15
52,7
71,4
75,0
0
0
0
0,0
0,0
0,0
55
7
20
100
100
100
0,047
0,242
Jumlah 7 8,5 26 31,7 49 59,8 0 0,0 82 100
Sumber : Data Primer, 2012
1) Vitamin A dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan vitamin A yang kurang
sebanyak 42 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 3 siswa
(7,1%), pendek sebanyak 15 siswa (35,7%), normal sebanyak 24 siswa
(57,1%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan vitamin A yang cukup
sebanyak 19 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 3 siswa
(15,8%), pendek sebanyak 4 siswa (21,1%), normal sebanyak 12 siswa
(63,2%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan vitamin A yang lebih
sebanyak 21 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 1 siswa
(4,8%), pendek sebanyak 7 siswa (33,3%), normal sebanyak 13 siswa
(61,9%) dan tidak ada siswa yang tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai p = 0,622 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,622) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara vitamin A dengan status gizi berdasarkan indikator
TB/U.
2) Vitamin C dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Vitamin C yang kurang
sebanyak 71 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 6 siswa
(8,5%), pendek sebanyak 23 siswa (32,4%), normal sebanyak 42 siswa
(59,2%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Vitamin C yang cukup
sebanyak 5 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 1 siswa
(20,0%), normal sebanyak 4 siswa (80,0%) dan tidak ada siswa yang
pendek dan tinggi. Asupan Vitamin C yang lebih sebanyak 6 siswa
dengan tinggi badan pendek sebanyak 3 siswa (50,0%), normal sebanyak
3 siswa (50,0%) dan tidak ada siswa yang sangat pendek dan tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai p = 0,412 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,412) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara Vitamin C dengan status gizi berdasarkan indikator
TB/U.
3) Vitamin D dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Vitamin D yang kurang
sebanyak 38 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 5 siswa
(13,2%), pendek sebanyak 9 siswa (23,7%), normal sebanyak 24 siswa
(63,2%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Vitamin D yang cukup
sebanyak 7 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 1 siswa
(14,3%), pendek sebanyak 5 siswa (71,4%), normal sebanyak 1 siswa
(14,3%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Vitamin D yang lebih
sebanyak 37 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 1 siswa
(2,7%), pendek sebanyak 12 siswa (32,4%), normal sebanyak 24 siswa
(64,9%) dan tidak ada siswa yang tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai p = 0,047 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,047) < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Vitamin D dengan status gizi berdasarkan
indikator TB/U dengan nilai korelasi sebesar 0,242 yang berarti bahwa
kekuatan hubungannya lemah dan arahnya positif yang berarti bahwa
semakin tinggi asupan Vitamin D maka semakin baik pula status
gizinya.
4) Zat Besi dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Zat Besi yang kurang
sebanyak 55 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 4 siswa
(7,3%), pendek sebanyak 21 siswa (38,2%), normal sebanyak 30 siswa
(54,5%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Zat Besi yang cukup
sebanyak 15 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 1 siswa
(6,7%), pendek sebanyak 3 siswa (20,0%), normal sebanyak 11 siswa
(73,3%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Zat Besi yang lebih
sebanyak 12 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 2 siswa
(16,7%), pendek sebanyak 2 siswa (16,7%), normal sebanyak 8 siswa
(66,7%) dan tidak ada siswa yang tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai p = 0,388 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,388) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara Zat Besi dengan status gizi berdasarkan
indikator TB/U.
5) Zink dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Zink yang kurang
sebanyak 36 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 2 siswa
(5,6%), pendek sebanyak 12 siswa (33,3%), normal sebanyak 22 siswa
(61,1%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Zink yang cukup
sebanyak 18 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 1 siswa
(5,6%), pendek sebanyak 8 (44,4%), normal sebanyak 9 siswa (50,0%)
dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Zink yang lebih sebanyak 28
siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 4 siswa (14,3%),
pendek sebanyak 6 siswa (21,4%), normal sebanyak 18 siswa (64,3%)
dan tidak ada siswa yang tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai p = 0,416 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,416) > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara Zink dengan status gizi berdasarkan
indikator TB/U.
6) Yodium dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Yodium yang kurang
sebanyak 34 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 3 siswa
(8,8%), pendek sebanyak 4 siswa (11,8%), normal sebanyak 27 siswa
(79,4%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Yodium yang cukup
sebanyak 29 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 3 siswa
(10,3%), pendek sebanyak 14 siswa (48,3%), normal sebanyak 12 siswa
(41,4%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Yodium yang lebih
sebanyak 19 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 1 siswa
(5,3%), pendek sebanyak 8 siswa (42,1%), normal sebanyak 10 siswa
(52,6%) dan tidak ada siswa yang tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai p = 0,019 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,019) < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Yodium dengan status gizi berdasarkan indikator
TB/U dengan nilai korelasi sebesar 0,268 yang berarti bahwa kekuatan
hubungannya sedang dan arahnya positif yang berarti bahwa semakin
tinggi asupan Yodium maka semakin baik pula status gizinya.
7) Kalsium dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U
Dari hasil tabulasi silang diperoleh asupan Kalsium yang kurang
sebanyak 55 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 5 siswa
(9,1%), pendek sebanyak 21 siswa (38,2%), normal sebanyak 29 siswa
(52,7%) dan tidak ada siswa yang tinggi. Asupan Kalsium yang cukup
sebanyak 7 siswa dengan tinggi badan sangat pendek sebanyak 2 siswa
(28,6%), normal sebanyak 5 siswa (71,4%) dan tidak ada siswa yang
pendek dan tinggi. Asupan Kalsium yang lebih sebanyak 20 siswa
dengan tinggi badan pendek sebanyak 5 siswa (25,0%), normal sebanyak
15 siswa (75,0%) dan tidak ada siswa yang sangat pendek dan tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai p = 0,047 pada = 0,05.
Karena nilai p (0,047) < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Kalsium dengan status gizi berdasarkan indikator
TB/U dengan nilai korelasi sebesar 0,242 yang berarti bahwa kekuatan
hubungannya lemah dan arahnya positif yang berarti bahwa semakin
tinggi asupan Kalsium maka semakin baik pula status gizinya.
B. Pembahasan
1. Karakteristik
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat pendidikan ibu
responden lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan ayah
responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas yang menunjukkan
kebanyakan pendidikan ayah responden yaitu SMP (41,5%) sedangkan
pendidikan ibu responden kebanyakan SMA (32,9%).
Pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar ayah responden
bekerja sebagai buruh harian. Hal ini sangat tidak mengherankan
karena sebagian besar tingkat pendidikan ayah responden hanya tamat
SMP. Sedangkan ibu responden bekerja sebagai penjual
(22,0%)sedangkan sebagian besar lainnya adalah ibu rumah tangga/
tidak bekerja (53,7$%).
2. Status Gizi
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi yang baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan seseorang mengalami pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial dan
sebaliknya status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi
dalam jumlah berlebihan sehingga dapat menimbulkan efek toksik atau
membahayakan.
Dari hasil penelitian ini, didapatkan status gizi berdasarkan
indikator TB/U yaitu sangat pendek (8,5%), pendek (31,7%) dan
normal (59,8%). Hasil ini sejalan dengan hasil Riskesdas 2010 yang
menunjukkan anak usia sekolah di Indonesia secara berturut-turut
adalah tinggi badan normal (64,5%), pendek (20,5%) dan sangat
pendek (15,1%).
Sedangkan status gizi berdasarkan IMT/U yaitu sangat kurus
(14,6%), kurus (14,6%), normal (65,9) dan sangat gemuk (4,9%). Hal
ini sejalan dengan hasil Riskesdas 2010 yang menunjukkan rata-rata
status gizi anak usia sekolah di Indonesia masih normal (78,6%)
sedangkan sangat kurus (4,6%), kurus (7,6%) dan gemuk (9,2%).
Pada dasarnya status gizi ditentukan oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang berperan dalam penilaian status
gizi adalah asupan zat-zat makanan kedalam tubuh yaitu gizi makro
dan gizi mikro (vitamin A, vitamin C, vitamin D, Ca, Fe, Zn, dan
Yodium), penyerapan dan penggunaan zat gizi, aktivitas yang
dilakukan sehari-hari dan pola konsumsi sehari-hari. Faktor eksternal
yang mempengaruhi penilaian status gizi adalah faktor sosial budaya
seperti kebiasaan makan dan larangan mengkonsumsi bahan
makanan tertentu, faktor ekonomi seperti pendapatan keluarga,
pengetahuan tentang gizi, ketersediaan bahan makanan, pelayanan
kesehatan setempat, pemeliharaan kesehatan dan besar keluarga.
3. Asupan dan Status Gizi
a. Vitamin A
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa asupan
vitamin A pada siswa SD inpres 2 Pannampu untuk kategori
kurang 51,2% (42 responden). Ini akan menyebabkan pertumbuhan
tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Bila hewan
percobaan diberi makanan yang tidak mengandung vitamin A,
maka pertumbuhan akan terganggu setelah simpanan vitamin A
dalam tubuh habis. Pada anak kekurangan vitamin A, terjadi
kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini berperan
sebagai asam retinoat (Linder MC, 2006).
Bukan hanya kekurangan pada asupan vitamin A yang
harus kita perhatikan, tetapi kelebihan asupan vitamin A pun kita
perlu berhati-hati karena dapat menimbulkan sakit kepala, pusing,
rasa nek, rambut rontok, kulit mongering, tidak ada nafsu makan
atau anoreksia, dan sakit pada tulang. Pada wanita menstruasi
berhenti (Almatsier, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada
hubungan antara vitamin A dengan status gizi menurut indikator
IMT/U. Salah satu peran Vitamin A adalah berperan dalam per-
tumbuhan. Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein,
demikian pula terhadap pertumbuhan sel. Dengan melihat fungsi
vitamin A maka adanya hubungan antara vitamin A dan status gizi
menurut IMT/U disebabkan oleh fungsi vitamin A dalam sintesis
protein. Dimana kita ketahui bahwa protein sendiri berfungsi dalam
menjaga sel-sel tubuh.
Berbeda dengan status gizi menurut indikator TB/U, dalam
penelitian ini tidak ditemukannya hubungan yang signifikan
dengan vitamin A. hal ini dikarenakan karena vitamin A berkaitan
dengan metabolisme zat gizi makro. Secara teori, fungsi vitamin A
ini tidak secara langsung berkaitan dengan pertumbuhan tulang.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
purwanti, 2005 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
asupan vitamin A dengan status gizi (BB/TB). Ini mungkin
dikarenakan kebanyakan orang tua responden bekerja sebagai
buruh harian. Ini akan berdampak pada daya beli keluarga yang
rendah.
b. Vitamin C
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa asupan
Vitamin C pada siswa SD Inpres 2 Pannampu untuk kategori
kurang 86,6% (71 responden). Hal ini sangat berbahaya karena
dapat mengakibatkan lelah, lemah, napas pendek, kejang otot
tulang, otot dan persendian sakit serta kurang nafsu makan, kulit
menjadi kering, kasar dan gatal, warna merah kebiruan di bawah
kulit, perdarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan
mata kering, rambut rontok,luka sukar sembuh, terjadi anemia,
depresi dan timbul gangguan saraf (Almatsier, 2006).
Bukan hanya kekurangan pada asupan vitamin C yang
harus kita perhatikan, tetapi kelebihan asupan vitamin C pun kita
perlu berhati-hati karena dapat menimbulkan hiperoksaluria dan
resiko lebih tinggi terhadap batu ginjal (Almatsier, 2006).
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vitamin C
berkhasiat untuk penyembuhan maupun pencegahan influenza,
walaupun hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda,
tetapi sebagian besar hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C ternyata dapat meringankan dan
memperpendek lamanya penyakit, dan juga memperkecil infeksi
sampingan yang biasanya menyertai penyakit yang menunjukkan
resistensi. Peran vitamin C pada infeksi diantaranya memperkuat
sel-sel imun dalam melawan dan menetralkan radikal bebas. Sel-sel
imun mengeluarkan bahan toksik untuk membunuh jamur, kuman
atau virus yang masuk ke dalam tubuh.
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah
penyakit infeksi dan untuk mengatasinya, konsumsi vitamin C
yang cukup dapat mengurangi resiko penyakit infeksi. Vitamin C
dalam tubuh berfungsi sebagai koenzim dan kofaktor. Fungsi
vitamin C banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen. Vitamin
C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisn menjadi
hidroksiprolin, bahan penting dalam pembentuk kolagen. Kolagen
merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktur
sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan, matriks
tulang, dentin gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon (urat otot).
Dengan demikian vitamin C berperan dalam penyembuhan luka,
patah tulang, pendarahan bawah kulit, dan pendarahan gusi.
Dengan demikian menyebabkan tidak adanya hubungan asupan
vitamin C terhadap status gizi IMT/U dan TB/U.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
widyaningrum, 2005 menyatakan bahwa tidak ada hubungan
konsumsi vitamin C dengan status gizi (p=0,916).
c. Vitamin D
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa asupan
Vitamin D pada siswa SD Inpres 2 Pannampu untuk kategori
kurang 46,3% (38 responden). Hal ini sangat berbahaya karena
dapat mengakibatkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia
pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan
pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia
terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat sehingga
menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang
membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok,
pembesaran kepala karena penutupan fontanel terhambat, gigi
terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak.
Tapi bukan hanya kekurangan yang perlu kita perhatikan
akan tetapi kelebihan asupanpun dapat sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah kelebihan
absorpsi vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan klaisfikasi
berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh seperti ginjal, paru-paru,
dan organ tubuh lain (Almatsier, 2006).
Vitamin D sendiri lebih banyak berperan dalam pembentukan
tulang. Status gizi menurut IMT/U tidak hanya melibatkan tinggi
badan tetapi juga berat badan sehingga ada kemungkinan tidak
adanya hubungan yang signifikan berdasarkan statistik antara
asupan vitamin D dan status gizi menurut IMT/U.
Telah diuraikan sebelumnya bahwa vitamin D dan kalsium
berkaitan erat dengan pertumbuhan tulang dan gigi. Status gizi
berdasarkan TB/U menggunakan tinggi badan sebagai indikator
yang berkaitan dengan pertumbuhan tulang. Dengan kata lain
secara teori, kedua zat gizi mikro ini akan berhubungan dengan
status gizi berdasakan TB/U. hal ini sejalan dengan hasil yang
peneliti peroleh dari uji statistiknya.
d. Fe
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa asupan
Fe pada siswa SD Inpres 2 Pannampu untuk kategori kurang 67,1%
(55 responden). Defisiensi besi yang terjadi pada masa kritis dalam
perkembangan otak akan mengakibatkan kerusakan yang menetap
dan mengakibatkan gejala sisa seperti perkembangan yang
terlambat. Anemia defisiensi besi sampai saat ini merupakan
masalah nutrisi di seluruh dunia terutama di Negara berkembang
dan diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia defisiensi
besi (Ramakrishnan U, 2001).
Lozoff dkk, (1991) dalam penelitian kohortnya,
menyatakan bahwa defisiensi besi yang berat dan lama pada masa
bayi dapat menyebabkan perkembangan kognitif dan motorik yang
lambat pada usia 5 tahun. Selanjutnya mendapatkan bahwa
defisiensi besi yang berat dan kronis pada masa bayi yang
merupakan masa kritis, masa pertumbuhan, dan diferensiasi otak
biasanya akan menetap. Dalam pemantauan selanjutnya pada masa
anak ditemukan fungsi kognitif yang buruk dan rendahnya prestasi
sekolah, anak cenderung merasa cemas, memiliki gangguan
perhatian.
Studi jangka panjang efek anemia kekurangan zat besi di
Costa Rica dan Chile menunjukkan bahwa anak-anak yang
mengalami anemia memiliki skor tes yang lebih rendah dari anak-
anak yang tidak anemia (Walter, 1993); Lozof B, et. Al., 2006).
Hal yang sama ditemukan pada penelitian di Amerika Serikat,
dimana nilai rata-rata matematika pada anak yang menderita
anemia defisiensi lebih rendah disbanding anak tanpa anemia
defisiensi besi. Penelitian di daerah perkebunan Aek Nabara
bekerjasama dengan fakultas Psikologi USU, pada anak usia 7-14
tahun yang menderita anemia defisiensi besi diperoleh hasil bahwa
full IQ tidak melebihi rata-rata dengan gangguan pemusatan
perhatian dan fungsi kognitif terurama dalam bidang aritmatika
(Bidasari, 2008).
Telah dibahas sebelumnya bahwa, zat besi lebih
berpengaruh pada perkembangan dibandingkan dengan
pertumbuhan. Dengan adanya penelitian ini maka menjelaskan
bahwa zat besi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap status
gizi berdasarkan IMT/U dan TB/U.
Penelitian tentang pengaruh suplementasi mikronutrien
Zn+Fe terhadap pertumbuhan antropometri pemain sepakbola usia
12 tahun menunjukkan hasil yang sama dengan peneliti. Pada
penelitian ini tidak diperoleh hubungan atau pengaruh langsung
suplementasi terhadap pertumbuhan TB (p= 0.068) (Taiyeb,dkk,
2008).
Beberapa penelitian tentang pengaruh zat besi terhadap
panjang badan anak berbeda dengan dengan hasil yang diperoleh
oleh peneliti. Adapun penelitiaan tersebut yaitu:
Suplementasi Zn (20 mg) dan Fe (20 mg) satu kali seminggu
pada anak stunted usia 6-24 bulan. Penelitian ini dapat
meningkatkan panjang badan anak (Height for Age Z- Score)
sebesar 0,14, pada anak stunted yang diberi Fe (20 mg) saja, 0,57
Facta anak stunted yang diberi Zn (20 mg) + Fe (20 mg), dan 0,30
untuk anak stunted yang diberi Zn (20 mg) saja (Nasution, 2000).
Perbedaan ini bisa saja disebabkan karena perbedaan usia sampel
dan kebutuhan sesuai sampel.
e. Zink
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa asupan
Zink pada siswa SD Inpres 2 Pannampu untuk kategori kurang
43,9% (36 responden). Hal ini sangat berbahaya karena dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
keterlambatan perkembangan seksual terutama pada anak (Fraker
PJ dan King LE, 2004; marjoilene. Et.al., 2008). Bukti-bukti
penelitian juga menunjukkan bahwa kekurangan zink akan
menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh, meningkatnya angka
morbiditas akibat penyakit infeksi, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan motorik maupun kognitif semakin banyak (Caufield
dkk, 1998). Kekurangan zink dapat mnyebabkan terjadinya
keterlambatan perkembangan, pertumbuhan tersendat-sendat dan
meningkatkan resiko penyakit menular pada bayi dan anak-anak.
Beberapa bukti juga mempengaruhi perkembangan kognitif,
motorik dan perilaku anak.
Selain kekurangan, Kelebihan seng hingga dua sampai tiga
kali AKG perlu kita perhatikan karena dapat menurunkan absorpsi
tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi
metabolisme kolesterol. Megubah nilai lipoprotein dan tampaknya
dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis sebanyak 2
gram atau lebih dapat menyebabkan muntah atau diare, anemia dan
gangguan reproduksi (Almatsier, 2006).
Zinc terlibat dalam sejumlah besar metabolisme dalam
tubuh. Sebagai contoh, Zn terlibat dalam keseimbangan asam basa,
metabolisme asam amino, sintesa protein, sintesa asam nukleat,
ketersediaan folat, penglihatan, system kekebalan tubuh,
reproduksi, perkembangan dan berfungsinya system saraf. Lebih
dari 200 enzim bergantung pada Zn, termasuk didalamnya carbonic
anhydrase, alcohol dehidrogenase, alkaline phosphatase, RNA
polymerase, DNA polymerase, nukleosida phosphorilase, protein
kinase, seperoksida dismutase dan peroylpoly glutamat hydrolase.
Dengan mengetahui fungsi zink ini maka sangat jelas pengaruh
zink terhadap status gizi menurut IMT/U.
Dengan melihat penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa Zink sendiri berkaitan dengan metabolisme zat gizi makro.
Secara teori, fungsi zink tidak secara langsung berkaitan dengan
pertumbuhan tulang. Dengan demikian penelitian ini membuktikan
bahwa zink tidak berhubungan secara signifikan terhadap status
gizi berdasarkan TB/U.
Penelitian tentang pengaruh suplementasi mikronutrien
Zn+Fe terhadap pertumbuhan antropometri pemain sepakbola usia
12 tahun menunjukkan hasil yang sama dengan peneliti. Pada
penelitian ini tidak diperoleh hubungan atau pengaruh langsung
suplementasi terhadap pertumbuhan TB (p= 0.068) (Taiyeb,dkk,
2008).
Beberapa penelitian tentang pengaruh zink dan zat besi
terhadap panjang badan anak berbeda dengan dengan hasil yang
diperoleh oleh peneliti. Adapun penelitiaan tersebut yaitu:
Penelitian yang dilakukan di Vietnam. Dimana Suplementasi
Zn 10 mg setiap hari pada anak usia 4-36 bulan di Vietnam yang
mengalami gagal tumbuh. Penelitian ini dapat meningkatkan
pertumbuhan dan circulating insuline -like growth factor I (LGF-I)
(Ninh, et al. 1996).
Suplementasi Zn (20 mg) dan Fe (20 mg) satu kali seminggu
pada anak stunted usia 6-24 bulan. Penelitian ini dapat
meningkatkan panjang badan anak (Height for Age Z- Score)
sebesar 0,14, pada anak stunted yang diberi Fe (20 mg) saja, 0,57
Facta anak stunted yang diberi Zn (20 mg) + Fe (20 mg), dan 0,30
untuk anak stunted yang diberi Zn (20 mg) saja (Nasution, 2000).
Perbedaan ini bisa saja disebabkan karena perbedaan usia sampel
dan kebutuhan sesuai sampel.
f. Ca
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa asupan
Ca pada siswa SD Inpres 2 Pannampu untuk kategori kurang
67,1% (55 responden). Hal ini sangat berbahaya pada masa
pertumbuhan karena dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang
dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dan
tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini
dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stress
sehari-hari.kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat
menyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat
saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot
misalnya pada kaki (Almatsier, 2006).
Selain kekurangan, kita juga harus memperhatikan asupan
yang lebih karena kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu
ginjal atau gangguan ginjal. Di samping itu dapat menyebabkan
konstipasi (susah BAB). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila
menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain
(Almatsier, 2006).
Kalsium hampir sama halnya dengan vitamin D. Mineral ini
kebanyakan berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Status
gizi berdasarkan IMT/U sendiri tidak hanya menggunkan tinggi
badan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang tetapi melibatkan
berat badan yang berkaitan dengan massa otot, tulang, dan lemak
secara keseluruhan. Sedangkan status gizi berdasarkan TB/U
menggunakan tinggi badan sebagai indikator yang berkaitan
dengan pertumbuhan tulang. Dengan kata lain secara teori, zat gizi
mikro ini akan berhubungan dengan status gizi berdasakan TB/U.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
hidayati, 2004 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
konsumsi kalsium dengan status gizi menurut indikator BB/U
(p>0,05).
g. Yodium
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa asupan
Yodium pada siswa SD Inpres 2 Pannampu untuk kategori kurang
41,5% (34 responden). Hal ini sangat berbahaya karena dapat
mengakibatkan anak malas dan lamban. Sorang anak yang
menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ
sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak menyebabkan
kemampuan belajar yang rendah (Almatsier, 2006).
Iodium ada dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yaitu
sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg.
sekitar 75% dari iodium ini ada di dalam kelenjar tiroid, yang
digunakan untuk mensintesis hormone tiroksin, tetraiodotironin
(T
4
), dan triiodotironin (T
3
). Hormone-hormon ini diperlukan unutk
pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental hewan dan
manusia. Gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban.
Sorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh
abnormal dan IQ sekitar 20. Kretinisme dalam hal ini ditandai
dengan bentuk tubuh yang abnormal seperti kerdil dan bermuka
tua. Dengan secara teori, iodium berhubungan erat dengan
kekerdilan yang ditandai denga tinggi badan yang pendek. Hal ini
dapat memperkuat bahwa status gizi berdasarkan TB/U memiliki
hubungan yang signifikan dengan yodium.
Status gizi berdasarkan IMT/U sendiri merupakan
perpaduan antara status gizi sekarang dan lampau, sedangkan
kekurangan iodium akan Nampak dalam jangka waktu yang
panjang. Ada kemungkinan bahwa penilaian asupan gizi makro ini
tidak seratus persen menggambarkan asupan anak pada masa
lampau sehingga asupan iodium yang dampaknya akan terlihat
dalam waktu yang lama menjadi tidak berhubungan dengan status
gizi berdasarkan IMT/U.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Purwanti, 2005 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara asupan iodium dengan status gizi (BB/TB).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin A dengan status
gizi menurut indikator IMT/U (p = 0,013) dan tidak ada hubungan
yang signifikan antara asupan vitamin A dengan status gizi menurut
indikator TB/U (p = 0,622).
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan
status gizi menurut indikator IMT/U (p = 0,820) dan tidak ada
hubungan yang signifikan aupan vitamin C dengan status gizi menurut
indikator TB/U (p = 0,412).
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin D dengan
status gizi menurut indikator IMT/U (p = 0,340) dan ada hubungan
yang signifikan antara asupan vitamin D dengan status gizi menurut
indikator TB/U (p = 0,047).
4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan Fe dengan status
gizi menurut indikator IMT/U (p = 0,382) dan tidak ada hubungan
yang signifikan antara asupan Fe dengan status gizi menurut indikator
TB/U (p = 0,388).
5. Ada hubungan yang signifikan antara asupan Zink dengan status gizi
menurut indikator IMT/U (p = 0,015) dan tidak ada hubungan yang
88
signifikan antara asupan Zink dengan status gizi menurut indikator
TB/U (p = 0,416).
6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan Yodium dengan
status gizi menurut indikator IMT/U (p = 0,511) dan ada hubungan
yang signifikan antara asupan Yodium dengan status gizi menurut
indikator TB/U (p = 0,019).
7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan Ca dengan status
gizi menurut indikator IMT/U (p = 0,306) dan ada hubungan yang
signifikan antara asupan Ca dengan status gizi menurut indikator TB/U
(p = 0,047).
B. SARAN
1. Kepada anak Sekolah dasar, disarankan agar mengkonsumsi makanan
yang bervariasi sehingga tidak mengalami defisiensi zat gizi mikro dan
diharapkan kepada para guru dan orang tua siswa agar lebih
memperhatikan pola makan anak-anak di sekolah.
2. Kepada pihak sekolah diharapkan agar memantau status gizi siswa
melalui pengukuran antropometri secara rutin dan
mengkonsultasikannya kepada petugas kesehatan terdekat.
3. Kepada para petugas kesehatan, disarankan agar lebih meningkatkan
program penyuluhan tentang gizi seimbang, khususnya kepada anak
Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Agresta, 2005. Pemenuhan Kebutuhan Energi dan Protein yang Bersumber Dari
Makanan Jajan. (online). Repository.usu.ac.id. (diakses 14 April 2012).
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Anonim. 2010. http://ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-vitamin-jenis-jenis-
vitamin-sumber-sumber-vitamin. (Diakses pada tanggal 29 April 2012).
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Encourage
Creativity (EGC).
Aritonang, E. Siagian Albiner., 2003. Hubungan Konsumsi Pangan dengan Gizi
Lebih pada Anak TK di Kotamadya Medan Tahun 2003. Lembaga Penelitian
Universitas Sumatera Utara.
Ayu, S.D., 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh,
Kejadian Infeksi dan Status Gizi Balita KEP. Thesis. Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Semarang
Bidasari. 2008. Dampak Suplementasi Besi dan Seng dalam Meningkatkan
Eritropoiesis pada Malaria Anak yang Diberi Obat Anti Malaria di Daerah
Endemis
Caufield, LE., Zavaleta N., Shankar, AH., and marialdi, M., 1998. Potencial
Contribution to Maternal and Child Survival. Am. J. Clin Nutr. 68:2(S):
499S-508S
Dinas Kesehatan Kota Makassar. Profil Status Gizi. Makassar: 2011.
Djaroh, Siti. 2010. Studi Kasus Perilaku Keluarga dalam Penanganan Kejadian
Gizi Buruk pada Balita Kota Palu. Pascasarjana Universitas Hasanuddin:
Makassar
Faharuddin, 2012. http://taharuddin.com/efek-gizi-terhadap-status-gizi-anak.html.
(Diakses pada tanggal 27 April 2012).
Fraker PJ, King LE. Reprogramming of the immune system during zinc deficiency.
Annu Rev Nutr 2004;24:277-98
Garrow, JS dan James, 1993, Human Nutrition and Dietetics, Ninth Edition.
Edinburgh: Churchill Livingstone, (online).Wikipedia.org. (diakses 14
April 2012)
Hamam Hadi, 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.
Hidayati, 2007. Hubungan Konsumsi Suplemen Makanan Dengan Tingkat
Kecukupan Gizi Dan Status Gizi (Bb/U). Diponegoro University (diakses
pada tanggal 23 JUli 2012).
Imam, Sukiman, 2005. Obesitas Konsekuensi Pencegahan dan Pengobatan.
Makalah Penetapan Guru Besar Fakultas Kedokteran Bidang Bidang Ilmu
Patologi Klinik Universitas Sumatera Utara, Medan.
Irianto, Djoko Pekik. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta : Andi Offset
Jamaluddin. 2008. Efek Pemberian Makanan Tambahan dan Zink Pada Ibu Hamil
Kurang Energi Terhadap Status Pertumbuhan Tinggi Badan Anak Usia 6
Tahun Di Kabupaten Takalar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Judarwanto. 2006. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status
Gizi dan Fungsi Kongnitif Anak Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah: Surakarta.
Judiono, dkk, 2003. Gizi Anak Sekolah, Bina Diknakes, Edisi nomor 44 April
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1593/MENKES/SK/XI/2005. AKG 2005.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1995/MENKES/SK/XII/2010. Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Khomsan, A., 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup, PT.
Gramedia : Jakarta.
Linder MC, 2006. Nutrisi dan Metabolisme Mikromineral. Dalam Biokimia
Nutrisi dan Metabolisme Terjemahan Nutritional Biochemistry and
Metabolism. Jakarta : UI-Press.
Lozoff, B., Jimenez. E., Wolf, AW. Long-term developmental outcome of infants
with iron deficiency. N Engl J Med. 1991 Sep 5;325(10) : v 687-94
Maryati Sri. 2000. Tata Laksana Makanan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nasution, E., 2000. Efek Suplementasi Zn dan Fe pada Status Gizi Anak Usia -24
Bulan Di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah (Thesis).
Ninh, N.X., Thissen J.P., Collen L. 1996. Zinc Supplementation Increases Growth
and Circulating Insulin-Like Growth Factor I (LGF-I) in Growth Retarded
Vietnamese Children. Am J Clin Nutr. ;63 : 514 -9.
Nursalam. 2008. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Nursiah MA. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama dengan Akademi
Gizi Departemen Kesehatan RI.
Pramesti. 2011. Kontribusi Energi, Zat Gizi Makro Dan Zat Gizi Mikro Dari
Sarapan Pagi Terhadap Angka Kecukupan Gizi Anak Pada Siswa SD
Negeri Di Kelurahan Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
Thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Purwanti, 2005. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Vitamin A Dan
Iodium Makanan Jajanan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar.
Diponegoro Univesity (diakses pada tanggal 23 Juli 2012).
Riskesdas 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen
Kesehatan, RI 2008.
Riskesdas 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian
Kesehatan, RI 2010.
Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Said. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Kemdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat kurikulum
Saptawati, 2011. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-
sehat/11/09/18/lrpl3l-anak-sekolah-di-indonesia-kurang-gizi. (Diakses
pada tanggal 27 April 2012).
Sastroasmoro S & Ismael S. 2011. Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis.
Sagung Seto. Jakarta.
Sayogo, S., 1995. Gizi dan Pertumbuhan Remaja, Info Gizi Vol. VI No.2, Jakarta
Sayogo. 2006. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan Kota. Gajah Mada
Universitas Press: Yogyakarta.
Selly, 2009. Sumbangan Gizi Makro Dan Gizi Mikro Dari Jajanan Sekolah
Terhadap Angka Kecukupan Gizi Anak Sekolah Di Sd Kartasura I. Thesis.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Simarmata, Marice. 2009. Hubugan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan,
Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan dengan kejadian KEK pada ibu
hamil di Kabupaten Simalungun Tahun 2009. Medan. Sekolah
Pascasarjana USU Medan.
Soediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi untuk profesi dan Mahasiswa. Dian Rakyat :
Jakarta.
Soediaoetama AD. 2006. Ilmu Gizi. Jakarta : PT Dian Rakyat.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Supariasa IDN, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Supariasa IDN, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Sur yani . 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehata.
Fitramaya: Yogyakarta
Taiyeb,dkk. 2008. pengaruh suplementasi mikronutrien Zn+Fe terhadap
pertumbuhan antropometri pemain sepakbola usia 12. J.sains & teknologi.
Vol.8 no.3:167-173. Desember 2008.
Thaha, A.R, 1995. Pengaruh musim terhadap pertumbuhan anak keluarga nelayan.
Disertasi Doktor pada Universitas Indonesia Jakarta: 228-229
Thaha, A.R, 1995. Pengaruh musim terhadap pertumbuhan anak keluarga nelayan.
Disertasi Doktor pada Universitas Indonesia Jakarta: 228-229
Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004. Meningkatkan Ketahanan
Pangan dan Gizi Untuk Mencapai Millenium Development Goals.
Lembaga Ilmu Pengetahuan. Jakarta.
Widya, Dkk. 2010. http://www.ftsl.itb.ac.id. (diakses pada tanggal 5 juni 2012).
Widyaningrum, 2005. Hubungan tingkatan konsumsi energi protein, vitamin c,fe
dengan status gizi besi pada remaja putri di kecamatan ngrambe kabupaten
ngawi. Diponegoro University (diakses pada tanggal 23 Juli 2012).
Wilkes, GM. Buku Saku : Gizi pada Kanker dan Infeksi HIV. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran, EGC; 2000
Winarno. 1985. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zarianis, 2006. Hemoglobin. (online). Repository.usu.ac.id. (diakses 14 April
2012).
No
Nama
peneliti/Tah
un
Judul
Penelitian
Lokasi/
Populasi/
sampel
Masalah Variabel Hasil Saran Ket (sumber)
1 Selly
wijayanti/20
09
sumbangan
gizi makro
dan gizi mikro
dari jajanan
sekolah
terhadap
angka
kecukupan
gizi anak
sekolah di SD
Kartasura I
SD
Kartasura 1/
semua siswa
SD
kartasura /
siswa kelas
V SD
kartasura 1
Menindak
lanjuti statregi
program gizi
peneliti
inginmengetahu
i gambaran
tentang
sumbangan gizi
makro dan gizi
mikro dari
jajanan sekolah
terhadap angka
kecukupan gizi
anak sekolah di
SD Kartasura I
Status
gizi
makro,
status
gizi
mikro,
angka
kecukupa
n gizi.
rata-rata sumbangan zat
gizi makro yang terdiri
dari karbohidrat adalah
37,6 mg (18,5%), protein
10,9 mg (77,4%), lemak
15,5 (33,8%). Rata-rata
sumbangan zat gizi
mikro yang terdiri dari
VitaminC 2,4 mg (4,8%),
Yodium 10 mg (68,9%),
Calsium 55,8 mg (3,5%),
Fosfor 135,2 mg
(11,6%), Besi 1,29 mg
(6,09%), Zinc 1,29 mg
(9,5%)
Sebaiknya siswa
membeli
makanan jajanan
yang
mengandung zat
gizi lengkap,baik
makro maupun
mikro dan dari
pihak sekolah
memperhatikan
kandungan zat
gizi maupun
kebersihan
makanan jajanan
yang dijual di
sekitar sekolah.
Publikasi
Tgas akhir
thesis
universitas
Muhammadi
yah surakarta
2 Pramesti
Inggrid/201
1
Kontribusi
Energi, Zat
Gizi Makro
Dan Zat Gizi
Mikro Dari
Sarapan Pagi
Terhadap
Angka
Kecukupan
SDN di
Kelurahan
Trangsan,
Kecamatan
Gatak,
Kabupaten
Sukoharjo/
siswa SDN
di
Defisiensi zat
besi pada anak
dapat
menyebabkan
anemia dan
menghambat
pertumbuhan.
Defisiensi
vitamin A dan
Energi,
zat gizi
makro,
zat gizi
mikro,
Angka
kecukupa
n status
gizi anak
Data asupan sarapan pagi
energi, zat gizi makro,
zat gizi mikro
menggunakan metode
recall 24 jam. Identitas
responden diperoleh
melalui wawancara
langsung dengan
responden. Hasil: Rata-
Pihak sekolah
sebaiknya
berkoordinasi
dengan orang tua
murid untuk
memberikan
pengetahuan
kepada murid
tentang
Publikasi
Skripsi
thesis,
Universitas
Muhammadi
yah
Surakarta.
Gizi Anak
Pada Siswa
SD Negeri Di
Kelurahan
Trangsan
Kecamatan
Gatak
Kabupaten
Sukoharjo
Kelurahan
Trangsan,
Kecamatan
Gatak,
Kabupaten
Sukoharjo/
Siswa kelas
v SDN di
Kelurahan
Trangsan,
Kecamatan
Gatak,
Kabupaten
Sukoharjo.
zinc pada anak
dapat
mengganggu
pertumbuhan.
Sarapan pagi
dapat
memberikan
kontribusi 25%
dari total
kebutuhan gizi
dalam sehari
yang diperlukan
oleh tubuh,
seperti
karbohidrat,
protein, lemak,
vitamin dan
mineral
rata kontribusi energi
dari sarapan pagi
(24,42%), karbohidrat
(21,51%), protein
(27,53%), lemak
(27,92%), vitamin A
(34,50%), zat besi
(14,85%) dan zinc
(13,54%)
pentingnya
manfaat sarapan
pagi sebagai
sumber energi,
zat gizi makro
dan zat gizi
mikro.
3 Santi
Rahayu/200
4
hubungan
asupan zat
gizi dan fitat
dengan kadar
seng serum
anak sekolah
yang
pendek di
karangawen
demak
Karangawen
demak/
sampel 113
orang kelas
1 dan 2
yang
memiliki
status gizi
pendek
Defisiensi seng
menyebabkan
beberapa
gangguan pada
tubuh
diantaranya
memperlambat
pertumbuhan
dan
perkembangan
Asupan
zat gizi
dan fitrat,
kadar
seng
serum
anak
sekolah
Diperoleh hubungan
yang bermakna secara
statistik pada semua
variabel asupan zat
gizi,antara lain; asupan
protein, asupan vitamin
A,
asupan serat, asupan
kalsium, asupan besi,
asupan tembaga dan
melakukan
survei
pendahuluan
untuk
kelengkapan
tabel frekuensi
pangan
khususnya untuk
makanan jajanan
anak sekolah,
Publikasi
skripsi undip
anak.
Banyak faktor
yang
mempengaruhi
absorpsi dan
ekskresi seng
dalam tubuh
yang dapat
meningkatkan
resiko defisiensi
seng,antara lain
penyakit
infeksi,kondisi
fisiologis dan
faktor
diet.Kandungan
zat gizi dan fitat
dalam
bahan makanan
dapat
mempengaruhi
absorpsi seng
asupan
fitat dengan kadar seng
serum (p<0,05)
mengevaluasi
status seng
dengan metode
pengukuran lain,
menganalisis
kandungan fitat
dalam pangan
lokal,
menggunakan
teknik
pemupukan yang
menghasilkan
serealia dengan
kandungan seng
tinggi,
mengupayakan
fortifikasi bahan
pangan dengan
zat
gizi mikro
4 Nurjannah/2
003
Hubungan
Konsumsi Zat
Besi (Fe)
dengan
Prestasi
SD Ai
Washliyah/
sampel
kelas 4 dan
5 berjumlah
Anemia Gizi
Besi merupakan
masalah
kesehatan
masyarakat
Konsums
i Zat
Besi,
Prestasi
belajar
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
prestasi belajar 5,63%
baik, 76,06% cukup dan
18,31% kurang,
Dari hasil
penelitian,
disarankan
kepada pihak
sekolah agar
Publikasi
Skripsi
Universitas
Sumatera
Utara
Belajar Anak
Sekolah Dasar
Ai Washliyah
Kelurahan
Tegal Sari UI
Kecamatan
Medan Area
Tahun 2003
71 orang yang paling
umum dijumpai
terutama di
negara-negara
yang sedang
berkembang.
Rendahnya
kadar zat besi
dalam makanan
dan rendahnya
tingkat
konsumsi zat
besi merupakan
penyebab
terjadinya
anemia gizi
besi, disamping
akibat
pendarahan
yang banyak.
Anemia gizi
besi sering
ditemukan pada
anak sekolah
dan remaja.
Lebih kurang
2535%
diantaranya
konsumsi kalori sarapan
pagi 50,71% > 25%AKG
dan 49,29% < 25% AKG,
konsumsi zat besi
25,35% > 100% AKG
dan 74,65% < 100%
AKG, fasilitas belajar
12,68% adalah.baik,
80,28% cukup dan 7,04%
kurang. Hasil statistik
menggunakan uji Chi
Square dengan a 0,05
disimpulkan bahwa ada
hubungan konsumsi zat
besi dengan prestasi
belajar anak SD, dimana
riilai p= 0,025 (p<0,05)
mempunyai
kantin yang
menjual jenis
makanan yang
bergizi, sehingga
dapat
meningkatkan
kesehatan anak
SD, bekerjasama
dengan
puskesmas
memberikan
penyuluhan gizi
kepada anak dan
orang tua agar
diupayakan
penganekaragam
an konsumsi
makanan dan
agar anak dapat
membiasakan
sarapan pagi
sebelum
berangkat ke
sekolah atau
membawakan
bekal sehingga
anak dapat
menderita
defisiensi zat
besi
mengurangi
kebiasaan jajan,
dan orang tua
juga lebih
memperhatikan
fasilitas belajar
anak dirumah
agar anak dapat
belajar dengan
teratur dan
tenang
5 Widya Dwi
Aryani,
Katharina
Oginawati
dan
Muhayatun
Santoso/
2010
Penentuan
total asupan
harian unsur
Gizi mikro
dalam
makanan
anak-anak
Sekolah dasar
di bandung
dengan
Menggunakan
metode
Spektrofotom
etri serapan
atom (ssa)
Beberapa
SD di kota
Bandung/
sampel 21
orang
Defisiensi unsur
gizi mikro dapat
menyebabkan
gangguan
kesehatan dan
penyakit-
penyakit kronik,
sebaliknya
dalam
konsentrasi
yang
berlebih, unsur
bersifat toksik
dan dapat
membahayakan
kesehatan
manusia. Nilai
Total
asupan
harian
unsur
Gizi
Mikro
Ca : nilai kalsium dalam
asupan harian anak
secara keseluruhan
berada di bawah nilai
RDA. Nilai asupan
harian Kalsium tertinggi
adalah 592,58 mg/hr dan
terendah adalah 80,86
mg/hr.
Cu : asupan harian
tembaga sebanyak 71,43%
dari responden sudah
memenuhi nilai RDA.
Sedangkan 28,57% dari
responden berada di
bawah nilai EAR dan
berarti bahwa setengah
http://www.ft
sl.itb.ac.id/kk
/teknologi_pe
ngelolaan_li
ngkungan/wp
-
content/uplo
ads/2010/10/
PI-WIDYA-
DWI-
ARYANI-
15305006.pd
f. diakses
pada tanggal
6 juni 2012
asupan harian
makanan dapat
menimbulkan
risiko yang
lebih tinggi
untuk anak-
anak daripada
orang dewasa.
Anak-anak pada
umumnya lebih
rentan
dibandingkan
dengan orang
dewasa karena
memiliki
asupan
makanan per kg
berat badan
yang lebih
tinggi daripada
orang dewasa
dan sangat
mempengaruhi
pertumbuhan
tubuh
dari populasi ini yaitu
14,29% atau sekitar 3
orang mengalami gejala
defisiensi. Nilai asupan
harian tembaga tertinggi
adalah 0,91 mg/hari dan
terendah adalah 0,23
mg/hari
Mg : asupan harian
magnesium pada anak
nilainya sangat rendah dan
secara keseluruhan berada
di bawah EAR. Nilai
asupan harian magnesium
yang tertinggi adalah
175,81 mg/hari dan
terendah 44,09 mg/hari
Fe : asupan harian besi
pada anak sebesar 56,25%
berada di batas aman
RDA. 43,75% responden
berada di bawah nilai
EAR berarti separuh dari
populasi ini yaitu sekitar 3
orang akan mengalami
gejala defisiensi. Asupan
harian tertinggi adalah
23,98 mg/hari dan nilai
terendah 2,45 mg/hari
Zn : asupan harian seng
pada anak cukup rendah.
Sebesar 85,71% data
berada di bawah nilai
EAR dan menunjukkan
bahwa setengah dari
populasi ini yaitu 42,85%
atau 9 orang mengalami
gejala defisiensi. Nilai
asupan harian seng yang
tertinggi adalah 8,74
mg/hari dan\ terendah
adalah 2,04 mg/hari
6 Anju
Halobo/200
9
Gambaran
Konsumsi
Energi,
Protein Dan
Fe, Serta
Status Gizi,
Anak SD Plus
Tiga Balata
Kecamatan
Jorlang
Hataran
Kabupaten
Simalungun
Tahun 2006
SD Plus
Tiga Balata/
seluruh
murid 4 dan
5 yg
berjumlah
80 orang
Anak 3D adalah
salah satu
kelompok
rawan gizi yang
pada umumnya
berhubungan
dengan proses
pertumbuhan
yang relatif
cepat yang
memerlukan zat
gizi dalam
jumlah yang
relatif besar
Konsums
i Energi,
protein,
Fe, Status
Gizi
Hasil penelitian diketahui
rata-rata konsumsi energi
protein dan Fe masih
belum, sesuai dengan
kecukupan gizi yang
dianjurkan untuk anak
usia sekolah, dimana
masih ada ditemui
konsumsi energi, protein
dan Fe, dalam kategori
tidak cukup. Untuk status
gizi dengan indeks
BB/TB masih ditenui
status gizi kurus
sebanyak 5 orang (6,5
%), sedangkan dengan
Berdasarkan
hasil penelitian
disarankan agar
anak SD Negeri
Plus Tiga Balata
lebih
meningkatkan
pengetahuan gizi
terutama pada
makanan jajanan
melalui
pengadaan buku-
buku dan poster
di sekolah.
Dalam
meningkatkan
Publikasi
Skripsi
Universitas
Sumatera
Utara
indeks TB/U masih
ditemui status gizi
pendek sebanyak 23
orang (28,75%)
konsumsi zat
gizi pada anak
sekolah perlunya
pihak sekolah
memberikan
makanan
tambahan dari
swadaya sekolah
secara
berkesinambung
an khususnya
makanan yang
mengandung zat
gizi energi,
protein, dan Fe
7 Evawany
aritonang
dan
Evinaria/
2004
Pola
Konsumsi
Pangan,
Hubungannya
Dengan Status
Gizi Dan
Prestasi
Belajar Pada
Pelajar Sd Di
Daerah
Endemik Gaki
Desa Kuta
Dame
Desa Kuta
Dame/
sampel :
semua siswa
kelas 6 di
salah satu
SD di desa
Kuta Dame
Pada usia
sekolah
kekurangan gizi
akan
mengakibatkan
anak menjadi
lemah, cepat
lelah dan sakit-
sakitan,
karenanya anak-
anak seringkali
absen serta
mengalami
Pola
konsumsi
pangan,
status
gizi,
prestasi
belajar
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
pelajar sering (>1 3)
kali/hari) mengkonsumsi
nasi dan ubi kayu sebagai
makanan pokok. Ikan asi
merupakan konsumsi
sumber protein hewani
yang sering, sedangkan
ikan laut segar sangat
jarang dikonsumsi.
Konsumsi makanan yang
mengandung goitrogenik
Berdasarkan
rendahnya
konsumsi pangan
sumber protein
prestasi belajar
dan tingginya
konsumsi
Publikasi
Skripsi
Universitas
Sumatera
Utara
Kecamatan
Kerajaan
Kabupaten
Dairi Propinsi
Sumatera
Utara
kesulitan untuk
mengikuti dan
memahami
pelajaran(Syarie
f, 1997).
Banyakknya
murid yang
terpaksa
mengulang
kelas atau
meninggalkan
sekolah (drop
out) sebagai
akibat kuranf
gizi dan
merupakan
hambatan yang
serius bagi
upaya
mencerdaskan
kehidupan
bangsa melalui
pendidikan
sangat sering yaitu ubi
kayu, daun singkong, kol
dan asam. Makanan
dengan kandungan
iodium tinggi jarang
dikonsumsi.
Pelajar yang mempunyai
status gizi sedang 17
orang (68%), status gizi
baik 2 orang (8%) , dan
pelajar status gizi buruk 6
orang (24%) . Prestasi
beljar pelajar SD adalah
kategori cukup dengan
rata-rata nilaio 6,5 cawu I
sampai cawu III. Pelajar
SD kebanyakan
mempunyai prestasi
belajar cukup dengan
rata- rata nilai 6,0 6,5.
Analisa statistik antara
konsumsi pangan dengan
status gizi menunjukan
adanya hubungan nyata
(p<0,05) dengan taraf
0,05. Analisa statistik
antara konsumsi pangan
dengan prestasi belajar
goitrogenik, maka
saran yang
diberikan antara
lain:
1. Pelajar SD
dapat menjadi
sasaran program
pendistribusian
kapsul minyak
beriodium.
2. Mengurangi
kebiasaan
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung
menunjukan adanya
hubungan nyata (p<0,05)
dengan taraf 0,05.
goitrogenik dan
meningkatkan
konsumsi
makanan tinggi
iodium.
3. Pendidikan gizi
atau penyuluhan
tentang GAKI
dan dampaknya
kepada pelajar,
guru, dan
orang,tua murid.
4. Penyampaian
informasi
tentang makanan
yang memenuhi
Pedoman Umum
Gizi Seimbang
terhadap pelajar
dan orangtua
murid agar
memperoleh
status gizi yang
baik.
5. Masukan
kepada
Departemen
Pendidikan
Nasional untuk
meningkatkan
kualitas dan
metode
pengajaran agar
menghasilkan
prestasi belajar
yang lebih baik
pada pelajar SD
di desa Kuta
Dame.
6. Bagi daerah
endemis berat
seperti desa
Kuta Dame
sebaiknya
kandungan
iodium dalam
garam lebih
ditingkatkan lagi
( > 40 ppm di
tingkat
konsumen ) agar
tidak terjadi
defisiensi pada
masyarakat.
No.
Responden :
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DENGAN STATUS GIZI
ANAK SEKOLAH KELAS IV DAN V SD INPRES 2 PANNAMPU KEC.
TALLO KOTA MAKASSAR TAHUN 2012
KUESIONER PENELITIAN
I. KARAKTERISTIK KELUARGA
1
Nama : 1. Bapak
2. Ibu
___________________
___________________
2 Pendidikan orang tua:
1. Ibu
2. Bapak
01. Tidak pernah sekolah 05. SMA/MA/sederajat
02. Tidak tamat SD/MI 06. Diploma
03. Tamat SD/MI 07. Universitas
04. SMP/MTs/sederajat
1.
2.
3 Jenis pekerjaan utama orang tua:
1. Ibu
2. Bapak
01. Petani 09. Supir
02. Petani penggarap 10. Tukang kayu
03. Pedagang/penjual 11. Nelayan
04. Buruh harian 12. Pengrajin
05. Peg. Negeri 13. Wiraswasta
06. Peg. Swasta 14. Ibu rumah tangga
07. Tukang becak/gerobak 15. Lainnya, sebutkan!
08. Tukang Perahu 88. Tidak bekerja
1.
2.
II. KARAKTERISTIK SAMPEL
4
Nama Anak : ________________________
5
Jenis Kelamin Anak :
1. Laki-Laki
2. Perempuan
6 Tanggal Lahir Anak : Tgl/bln/thn / /
7 Berat Badan : _______,______ kg
8 Tinggi Badan : _______,______ cm
9 Penyakit yang diderita sebulan terakhir : 1. Batuk
2. Demam
3. Flu
4. Dingin
5. Masuk Angin
6. Demam menggigil
7. Sakit Kepala
8. Sakit Perut
9. Sembelit
10. Diare
11. Lainnya, sebutkan_______________
(0=TIDAK, 1=YA) (hari)
1. ____
2. ____
3. ____
4. ____
5. ____
6. ____
7. ____
8. ____
9. ____
10. ____
FORMULIR RECALL MAKANAN 24 JAM
Waktu Jenis Makanan Bahan Makanan
Pengolahan /
Cara Masak
URT Gram
Pagi
(Jam)
Snack
(pagi)
Waktu Jenis Makanan Bahan Makanan
Pengolahan /
Cara Masak
URT Gram
Siang
(jam)
Snack
(siang)
Malam
(Jam)
Pend_Bapak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah sekolah 1 1.2 1.2 1.2
tidak tamat SD/MI 3 3.7 3.7 4.9
tamat SD/MI 15 18.3 18.3 23.2
SMP/MTs/sederajat 34 41.5 41.5 64.6
SMA/MA/sederajat 27 32.9 32.9 97.6
Universitas 2 2.4 2.4 100.0
Total 82 100.0 100.0
Pend_Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah sekolah 3 3.7 3.7 3.7
tidak tamat SD/MI 2 2.4 2.4 6.1
tamat SD/MI 24 29.3 29.3 35.4
SMP/MTs/sederajat 25 30.5 30.5 65.9
SMA/MA/sederajat 27 32.9 32.9 98.8
Universitas 1 1.2 1.2 100.0
Total 82 100.0 100.0
Pek_Bapak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid petani 1 1.2 1.2 1.2
pedagang/penjual 13 15.9 15.9 17.1
buruh harian 20 24.4 24.4 41.5
PNS 2 2.4 2.4 43.9
peg.swasta 4 4.9 4.9 48.8
tukang becak/gerobak 6 7.3 7.3 56.1
supir 9 11.0 11.0 67.1
tukang kayu 3 3.7 3.7 70.7
nelayan 7 8.5 8.5 79.3
pengrajin 6 7.3 7.3 86.6
wiraswasta 11 13.4 13.4 100.0
Total 82 100.0 100.0
Pek_Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pedagang/penjual 18 22.0 22.0 22.0
buruh harian 5 6.1 6.1 28.0
peg.swasta 1 1.2 1.2 29.3
pengrajin 4 4.9 4.9 34.1
wiraswasta 10 12.2 12.2 46.3
ibu rumah tangga 44 53.7 53.7 100.0
Total 82 100.0 100.0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 36 43.9 43.9 43.9
Perempuan 46 56.1 56.1 100.0
Total 82 100.0 100.0
Demam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 49 59.8 59.8 59.8
Tidak 33 40.2 40.2 100.0
Total 82 100.0 100.0
Batuk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 52 63.4 63.4 63.4
Tidak 30 36.6 36.6 100.0
Total 82 100.0 100.0
Flu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 29 35.4 35.4 35.4
Tidak 53 64.6 64.6 100.0
Total 82 100.0 100.0
Dingin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 18 22.0 22.0 22.0
Tidak 64 78.0 78.0 100.0
Total 82 100.0 100.0
Masuk_Angin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 20 24.4 24.4 24.4
Tidak 62 75.6 75.6 100.0
Total 82 100.0 100.0
Demam_Gigil
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 18 22.0 22.0 22.0
Tidak 64 78.0 78.0 100.0
Total 82 100.0 100.0
Kepala
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 46 56.1 56.1 56.1
Tidak 36 43.9 43.9 100.0
Total 82 100.0 100.0
Perut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 38 46.3 46.3 46.3
Tidak 44 53.7 53.7 100.0
Total 82 100.0 100.0
Sembelit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 10 12.2 12.2 12.2
Tidak 72 87.8 87.8 100.0
Total 82 100.0 100.0
Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 15 18.3 18.3 18.3
Tidak 67 81.7 81.7 100.0
Total 82 100.0 100.0
Ket_Z_TBU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pendek 32 39.0 39.0 39.0
normal 50 61.0 61.0 100.0
Total 82 100.0 100.0
Ket_Z_IMTU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat kurus 12 14.6 14.6 14.6
kurus 12 14.6 14.6 29.3
normal 54 65.9 65.9 95.1
gemuk 4 4.9 4.9 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_vit_A
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 42 51.2 51.2 51.2
cukup 19 23.2 23.2 74.4
lebih 21 25.6 25.6 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_vit_C
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 60 73.2 73.2 73.2
cukup 14 17.1 17.1 90.2
lebih 8 9.8 9.8 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_vit_D
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 47 57.3 57.3 57.3
cukup 3 3.7 3.7 61.0
lebih 32 39.0 39.0 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_Fe
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 53 64.6 64.6 64.6
cukup 17 20.7 20.7 85.4
lebih 12 14.6 14.6 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_Zink
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 36 43.9 43.9 43.9
cukup 18 22.0 22.0 65.9
lebih 28 34.1 34.1 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_yodium
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 27 32.9 32.9 32.9
cukup 36 43.9 43.9 76.8
lebih 19 23.2 23.2 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_Ca
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 56 68.3 68.3 68.3
cukup 8 9.8 9.8 78.0
lebih 18 22.0 22.0 100.0
Total 82 100.0 100.0
ket_vit_A * Ket_Z_IMTU
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_vit_A kurang Count 7 6 29 0 42
% within ket_vit_A 16.7% 14.3% 69.0% .0% 100.0%
cukup Count 2 1 12 4 19
% within ket_vit_A 10.5% 5.3% 63.2% 21.1% 100.0%
lebih Count 3 5 13 0 21
% within ket_vit_A 14.3% 23.8% 61.9% .0% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
% within ket_vit_A 14.6% 14.6% 65.9% 4.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 16.090
a
6 .013
Likelihood Ratio 14.725 6 .023
Linear-by-Linear Association .071 1 .790
N of Valid Cases 82
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .93.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .443 .013
Cramer's V .313 .013
N of Valid Cases 82
ket_vit_A * Ket_Z_TBU
Crosstab
Ket_Z_TBU
Total
sangat pendek pendek normal
ket_vit_A kurang Count 3 15 24 42
% within ket_vit_A 7.1% 35.7% 57.1% 100.0%
cukup Count 3 4 12 19
% within ket_vit_A 15.8% 21.1% 63.2% 100.0%
lebih Count 1 7 13 21
% within ket_vit_A 4.8% 33.3% 61.9% 100.0%
Total Count 7 26 49 82
% within ket_vit_A 8.5% 31.7% 59.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.628
a
4 .622
Likelihood Ratio 2.548 4 .636
Linear-by-Linear Association .126 1 .723
N of Valid Cases 82
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.62.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .179 .622
Cramer's V .127 .622
N of Valid Cases 82
ket_vit_C * Ket_Z_IMTU
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_vit_C kurang Count 11 11 45 4 71
% within ket_vit_C 15.5% 15.5% 63.4% 5.6% 100.0%
cukup Count 1 0 4 0 5
% within ket_vit_C 20.0% .0% 80.0% .0% 100.0%
lebih Count 0 1 5 0 6
% within ket_vit_C .0% 16.7% 83.3% .0% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
% within ket_vit_C 14.6% 14.6% 65.9% 4.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.913
a
6 .820
Likelihood Ratio 5.012 6 .542
Linear-by-Linear Association .156 1 .693
N of Valid Cases 82
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .24.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .188 .820
Cramer's V .133 .820
N of Valid Cases 82
ket_vit_C * Ket_Z_TBU
Crosstab
Ket_Z_TBU
Total
sangat pendek pendek normal
ket_vit_C kurang Count 6 23 42 71
% within ket_vit_C 8.5% 32.4% 59.2% 100.0%
cukup Count 1 0 4 5
% within ket_vit_C 20.0% .0% 80.0% 100.0%
lebih Count 0 3 3 6
% within ket_vit_C .0% 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 7 26 49 82
% within ket_vit_C 8.5% 31.7% 59.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.954
a
4 .412
Likelihood Ratio 5.716 4 .221
Linear-by-Linear Association .008 1 .929
N of Valid Cases 82
a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .43.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .220 .412
Cramer's V .155 .412
N of Valid Cases 82
ket_vit_D * Ket_Z_IMTU
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_vit_D kurang Count 2 6 28 2 38
% within ket_vit_D 5.3% 15.8% 73.7% 5.3% 100.0%
cukup Count 2 0 5 0 7
% within ket_vit_D 28.6% .0% 71.4% .0% 100.0%
lebih Count 8 6 21 2 37
% within ket_vit_D 21.6% 16.2% 56.8% 5.4% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
% within ket_vit_D 14.6% 14.6% 65.9% 4.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.792
a
6 .340
Likelihood Ratio 8.550 6 .201
Linear-by-Linear Association 2.476 1 .116
N of Valid Cases 82
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.792
a
6 .340
Likelihood Ratio 8.550 6 .201
Linear-by-Linear Association 2.476 1 .116
a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .34.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .288 .340
Cramer's V .204 .340
N of Valid Cases 82
ket_vit_D * Ket_Z_TBU
Crosstab
Ket_Z_TBU
Total
sangat pendek pendek normal
ket_vit_D kurang Count 5 9 24 38
% within ket_vit_D 13.2% 23.7% 63.2% 100.0%
cukup Count 1 5 1 7
% within ket_vit_D 14.3% 71.4% 14.3% 100.0%
lebih Count 1 12 24 37
% within ket_vit_D 2.7% 32.4% 64.9% 100.0%
Total Count 7 26 49 82
% within ket_vit_D 8.5% 31.7% 59.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.615
a
4 .047
Likelihood Ratio 10.202 4 .037
Linear-by-Linear Association .638 1 .425
N of Valid Cases 82
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .60.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .342 .047
Cramer's V .242 .047
N of Valid Cases 82
ket_Fe * Ket_Z_IMTU
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_Fe kurang Count 10 6 36 3 55
% within ket_Fe 18.2% 10.9% 65.5% 5.5% 100.0%
cukup Count 2 2 10 1 15
% within ket_Fe 13.3% 13.3% 66.7% 6.7% 100.0%
lebih Count 0 4 8 0 12
% within ket_Fe .0% 33.3% 66.7% .0% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
% within ket_Fe 14.6% 14.6% 65.9% 4.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.378
a
6 .382
Likelihood Ratio 7.956 6 .241
Linear-by-Linear Association .048 1 .827
N of Valid Cases 82
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .59.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .279 .382
Cramer's V .197 .382
N of Valid Cases 82
ket_Fe * Ket_Z_TBU
Crosstab
Ket_Z_TBU
Total
sangat pendek pendek normal
ket_Fe kurang Count 4 21 30 55
% within ket_Fe 7.3% 38.2% 54.5% 100.0%
cukup Count 1 3 11 15
% within ket_Fe 6.7% 20.0% 73.3% 100.0%
lebih Count 2 2 8 12
% within ket_Fe 16.7% 16.7% 66.7% 100.0%
Total Count 7 26 49 82
% within ket_Fe 8.5% 31.7% 59.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.134
a
4 .388
Likelihood Ratio 4.148 4 .386
Linear-by-Linear Association .217 1 .642
N of Valid Cases 82
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.02.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .225 .388
Cramer's V .159 .388
N of Valid Cases 82
ket_Zink * Ket_Z_IMTU
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_Zink kurang Count 7 6 23 0 36
% within ket_Zink 19.4% 16.7% 63.9% .0% 100.0%
cukup Count 5 1 12 0 18
% within ket_Zink 27.8% 5.6% 66.7% .0% 100.0%
lebih Count 0 5 19 4 28
% within ket_Zink .0% 17.9% 67.9% 14.3% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_Zink kurang Count 7 6 23 0 36
% within ket_Zink 19.4% 16.7% 63.9% .0% 100.0%
cukup Count 5 1 12 0 18
% within ket_Zink 27.8% 5.6% 66.7% .0% 100.0%
lebih Count 0 5 19 4 28
% within ket_Zink .0% 17.9% 67.9% 14.3% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
% within ket_Zink 14.6% 14.6% 65.9% 4.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 15.860
a
6 .015
Likelihood Ratio 20.638 6 .002
Linear-by-Linear Association 7.922 1 .005
N of Valid Cases 82
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .88.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .440 .015
Cramer's V .311 .015
N of Valid Cases 82
ket_Zink * Ket_Z_TBU
Crosstab
Ket_Z_TBU
Total
sangat pendek pendek normal
ket_Zink kurang Count 2 12 22 36
% within ket_Zink 5.6% 33.3% 61.1% 100.0%
cukup Count 1 8 9 18
% within ket_Zink 5.6% 44.4% 50.0% 100.0%
lebih Count 4 6 18 28
% within ket_Zink 14.3% 21.4% 64.3% 100.0%
Total Count 7 26 49 82
% within ket_Zink 8.5% 31.7% 59.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.924
a
4 .416
Likelihood Ratio 3.852 4 .426
Linear-by-Linear Association .134 1 .714
N of Valid Cases 82
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.54.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .219 .416
Cramer's V .155 .416
N of Valid Cases 82
ket_yodium * Ket_Z_IMTU
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_yodium kurang Count 6 6 19 3 34
% within ket_yodium 17.6% 17.6% 55.9% 8.8% 100.0%
cukup Count 5 3 20 1 29
% within ket_yodium 17.2% 10.3% 69.0% 3.4% 100.0%
lebih Count 1 3 15 0 19
% within ket_yodium 5.3% 15.8% 78.9% .0% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
% within ket_yodium 14.6% 14.6% 65.9% 4.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.263
a
6 .511
Likelihood Ratio 6.373 6 .383
Linear-by-Linear Association .086 1 .770
N of Valid Cases 82
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .93.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .253 .511
Cramer's V .179 .511
N of Valid Cases 82
ket_yodium * Ket_Z_TBU
Crosstab
Ket_Z_TBU
Total
sangat pendek pendek normal
ket_yodium kurang Count 3 4 27 34
% within ket_yodium 8.8% 11.8% 79.4% 100.0%
cukup Count 3 14 12 29
% within ket_yodium 10.3% 48.3% 41.4% 100.0%
lebih Count 1 8 10 19
% within ket_yodium 5.3% 42.1% 52.6% 100.0%
Total Count 7 26 49 82
% within ket_yodium 8.5% 31.7% 59.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11.775
a
4 .019
Likelihood Ratio 12.758 4 .013
Linear-by-Linear Association 2.502 1 .114
N of Valid Cases 82
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.62.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .379 .019
Cramer's V .268 .019
N of Valid Cases 82
ket_Ca * Ket_Z_IMTU
Crosstab
Ket_Z_IMTU
Total
sangat kurus kurus normal sangat gemuk
ket_Ca kurang Count 10 7 35 3 55
% within ket_Ca 18.2% 12.7% 63.6% 5.5% 100.0%
cukup Count 0 0 6 1 7
% within ket_Ca .0% .0% 85.7% 14.3% 100.0%
lebih Count 2 5 13 0 20
% within ket_Ca 10.0% 25.0% 65.0% .0% 100.0%
Total Count 12 12 54 4 82
% within ket_Ca 14.6% 14.6% 65.9% 4.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7.166
a
6 .306
Likelihood Ratio 9.464 6 .149
Linear-by-Linear Association .000 1 .994
N of Valid Cases 82
a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .34.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .296 .306
Cramer's V .209 .306
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .296 .306
Cramer's V .209 .306
N of Valid Cases 82
ket_Ca * Ket_Z_TBU
Crosstab
Ket_Z_TBU
Total
sangat pendek pendek normal
ket_Ca kurang Count 5 21 29 55
% within ket_Ca 9.1% 38.2% 52.7% 100.0%
cukup Count 2 0 5 7
% within ket_Ca 28.6% .0% 71.4% 100.0%
lebih Count 0 5 15 20
% within ket_Ca .0% 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 7 26 49 82
% within ket_Ca 8.5% 31.7% 59.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.641
a
4 .047
Likelihood Ratio 12.231 4 .016
Linear-by-Linear Association 3.116 1 .078
N of Valid Cases 82
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .60.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .343 .047
Cramer's V .242 .047
N of Valid Cases 82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Faisal
Tempat/Tanggal Lahir : Sengkang / 8 Oktober 1989
Suku : Bugis
Agama : Islam
Alamat : JL. Perintis Kemerdekaan VII No.55B
E-mail : ichalbiccu@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 5 Sengkang, tamat tahun 2001
2. SMPN 3 Sengkang, tamat tahun 2004
3. SMAN 3 Sengkang, tamat tahun 2007
4. Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin (2008-2012).
Riwayat Organisasi :
1. Wakil Ketua Formazi FKM UH periode 2010-2011
2. Pengurus HMI Komisariat FKM UH tahun 2010