You are on page 1of 21

Alkaloid

Pendahuluan

Tumbuhan yang mengandung alkaloid telah digunakan oleh


manusia untuk berbagai keperluan semenjak adanya peradaban
(4000 SM).

Teh dan Ephedra di China


Kopi dan candu di Timur Tengah
Koka dan Kina di daerah Andes (Amerika)
Lobelia di Yunani etc.

Walaupun pada waktu itu yang digunakan hanya simplisia atau air
rebusan dan belum diketahui senyawa apa yang berkasiat
Batasan
Dulunya istilah alkaloid digunakan karena
kelompok senyawa yang dikenal terlebih dahulu
adalah kelompok senyawa organik yang bersifat
basa lemah.
alkali = basa
oid = menyerupai
Dewasa ini diketahui banyak senyawa alkaloid
yang tidak bersifat sebagai basa lemah tapi
netral bahkan ada yang bersifat asam
Sejarah
 Telah digunakan untuk berbagai keperluan
seperti obat perangsang, hipnotik/sedatif,
minuman, racun dll.
 Penggunaan dalam bentuk ekstrak alkohol
(etanol) dipelopori oleh Galen di Yunani (600
sm)
 Dikembangkan lebih lanjut oleh tabib-tabib
Islam. ( al. Ibnu Sina)
 Stork seorang Apoteker dari Austria mulai
mendorong penggunaan ekstrak/tinktur dalam
pengobatan “modern”.
Terdapatnya alkaloid
 Umumnya dari tumbuhan berbunga.
 Juga ditemukan pada
-bakteri (piosinanin dari Pseudomonas aeruginosa)
-jamur (likopodin dari Claviseps purpurea),
-serangga (saksitoksin )
-Biota laut,
-mamalia (muskopiridin dari berang2 Kanada)
Terdapatnya alkaloid

 Bisa terdapat pada seluruh bahagian tumbuhan tapi


dengan kosentrasi pada bahagian2 tertentu
Nikotin pada daun, Kinin pada kulit batang, emetin
pada akar,
 Biji tembakau tidak mengandung nikotin, nikotin
ditemukan pada saat biji mulai berkecambah.
 Ada yang terdapat dalam bentuk kompleks dengan
senyawa lain sehingga baru bisa dideteksi setelah
kompleks tersebut terurai.
Terdapatnya alkaloid
(terbesar pada Angiospermae)

terutama pada famili


 Apocynaceae (Rauwolfia, Catharanthus)
 Rubiaceae (Kina, gambir, ipecac)
 Rutaceae
 Loganiaceae
 Leguminosae
 Solanaceae (Atropa, Datura, Nicotiana)
 Papaveraceae (Papaver)
 Compositae
Penelitian alkaloid dari bahan obat alam

 Derosene (1803) mendapatkan senyawa semi murni


utama aktif dari candu kasar yang diberi nama narkotin.
 Serturner (1805) berhasil mendapatkan alkaloid murni
pertama dari candu yang diberi nama morfin (Morpheus
= Dewa Tidur Yunani)
 Pelletier dan Caventou (Fakultas Farmasi Paris) berhasil
mengisolasi bahan obat penting (Striknin, emetin,
brusin,piperin, kofein, kinin, colkisin dan koniin (dari
racun helmlock yang digunakan untuk membunuh
Socrates)
 Koniin ini merupakan alkaloid pertama yang
dikarakterisasi (1870) dan disintesis (1886)
Penelitian alkaloid dari bahan obat alam (samb)

 Kajian Kimia/aktifitas baru mulai memperlihatkan


hasil pada abad ke XX (striknin diisolasi 1819,
struktur baru diketahui pasti tahun 1946)
 Dengan berkembangnya teknik isolasi
kromatografi (1940-an) dan elusidasi struktur
secara spektroskopi (1960-an) perkembangan
IPTEK alkaloid berkembang pesat.
 Dewasa ini telah dikenal lebih dari 7000 alkaloid
dengan struktur kimia & bioaktifitas yang sangat
beragam.
Klasifikasi
 Para ahli berusaha untuk memberikan batasan dan klasifikasi
alkaloid tapi tidak ada yang benar2 memuaskan.
Yang paling banyak diterima adalah klasifikasi dari Hegnauer yang
membagi alkaloid berdasarkan prekursor biosintesis senyawa ini.

True alkaloid : -memperlihatkan berbagai bioaktifitas


-Mengandung N- heterosiklik
-Dibiosintesis dari asam amino
-Dialam terdapat dalam bentuk garam dg
asam organik (mis. Kinin, atropin dll)

Protoalkaloid : -Berbentuk amina sederhana, N tidak dalam bentuk


ikatan heterosiklik
-Dibiosintesis dari asam amino, bersifat basa.
-disebut juga amina biologis (mis: efedrin, meskalin)

Pseudoalkaloid : tidak dibiosintesis dengan prekursor asam aminol


-bersifat basa (Kofein)
Sifat Fisika Kimia Alkaloid

 Dialam umumnya terdapat dalam bentuk garam.


 Umumnya berbentuk kristal tidak bewarna, atau
dalam bentuk garamnya berbentuk kristal.
 Umumya tidak larut dalam air dan larut dalam
pelarut organik, sedangkan bentuk garamnya
larut dalam air.
 Alkaloid kuaterner dan glikosida tidak larut
dalam pelarut organik tapi larut dalam air
Sifat Kimia Alkaloid

 Umumnya bersifat basa lemah. Tingkat


kebasan tertinggi diberikan oleh kelompok unsur
yang terikat dengan N yang bersifat sebagai
penolak elektron spt : Amina sekunder, tersier
alifatik , amina aromatik, dan amida. Alkaloid
kuaterner malah bersifat sebagai asam.
 Karena adanya unsur N yang mudah teroksidasi
membentuk senyawa n-oksid, kestabilan
tertinggi diberikan oleh garam asam kuat dari
alkaloid dengan kebasaan yang relatif besar.
Deteksi alkaloid
 Alkaloid karena bioaktifitasnya dan struktus kimianya yang beragam
memberikan tantangan tersendiri bagi ahli KBA.

 Deteksi :

Cara Wall :
20 g direfluks dengan EtOH, diuapkan, ditambahkan HCl 1%, larutan
dipisahkan, dideteksi dengan pereaksi Mayer.

Cara Kiang Douglas :


Sampel dibasakan dengan ammonia, diekstrak dengan eter, ditarik
dengan asam dideteksi dengan pereaksi Mayer.

Cara Culvenor-Fitzgerald :
Sampel segar (2 g), dipotong halus, digerus dengan bantuan pasir,
dibasahkan dengan 10 ml CHCl3, ditambahkan 10 ml Kloroform
Ammonia (0.05N), lapisan kloroform disaring, ditambahkan 1 ml H2SO4
2N, dikocok, lapisan asam diambil dan diteksi dengan penambahan
pereaksi alkaloida.
Catatan
Cara-cara diatas memiliki keungulan dan kelemahan

 Tidak semua alkaloid larut dalam eter/kloroform


 Tidak semua yang (+) dengan Mayer/Dragendorff adalah alkaloid
beberapa jenis kumarin, terpenoid, asam amino juga (+) dengan
perekasi alkaloid (reaksi (+) palsu), dan banyak juga alkaloid yang
negatif dengan pereaksi diatas .
 Sampel kering akan (-) dengan metode Culvenor-Fitzgerald
karena tidak larut dalam kloroform.
 Untuk di lapangan Metoda Culvenor-Fitzgerald relatif lebih praktis
dan mungkin utk dilaksanakan.

Pereaksi pengendap al : Mayer, Wagner, Silikowlframat dll


Pereaksi warna al : Dragendorff , silikowolframat, dll
Isolasi
Ekstraksi
beradasarkan sifat kimia dan fisikanya metoda
ekstraksi alkaloid ini sangat beragam.
syaratnya :
 Kalau mungkin tidak mahal
 Bisa mengekstrak dengan baik dengan cepat.
 Memberikan pemisahan pendahuluan
(fraksionasi) yang baik
 Tidak merusak senyawa yang akan diisolasi
Ekstraksi
 Biasanya digunakan pelarut polar (MeOH atau EtOH)
 Kalau senyawa belum dikenal biasanya digunakan
metoda maserasi atau
 Kalau alkaloidnya stabil bisa juga dilakukan dengan
menggunakan Sokhlet

Fraksionasi
 Untuk menyederhanakan campuran biasanya dilakukan
fraksionasi. (berdasarkan keasaman, kelarutan,
kepolaran dll.)

Isolasi
 Pemisahan dengan kromatografi.
 Pemurnian dengan kristalisasi/pembuatan
turunan/kromatografi dll
Contoh Sampel
Heksan

Ekstrak heksan
Marc
(cek alkaloidnya)
i) MeOH
ii) Pekatkan
iii) Partisi EtoAc-2% Asam Tartrat

EtOAc (fraksi netral/basa sgt lemah) 2% Asam Tartrat

Basakan (NH3/Na2CO3)
Ekstrak dengan EtOAc

Larutan air basa


Alkaloid basa lemah (boleh jadi mengandung
alkaloida kuaterner/tersier
Pemurnian
 Kristalisasi langsung
 Kristalisasi-derivatisasi
 Gradient pH extraction
 Kromatografi (serapan, partisi)
 Filtrasi (sephadex)
Karakterisasi / Elusidasi Struktur

 TL
 sp (Senyawa kairal, sudut putar optik)
 UV, (senyawa Aromatik/ikatan konyugasi)
 IR (Utk gugus fungsi)
 MS (BM)
 1H RMI (utk posisi dan ikatan H)
 13C RMI (utk posisi dan ikatan C)
Beberapa pelarut utk sistim KLT
CHCl3/MeOH (9:1; 19:1)
CHCl3/Trietilamin (9:1)
EtoAc
EtOAc – MeOH (19:1), (9:1), (4:1)
Penggolongan alkaloid berdasarkan prekursor
Lysine
Ornithine
Asam nikotinat
Poliasetat
Asam antranilat
Fenilalanine/
tyrosine
Trfyptophan
Histidin
Asam mevalonat
Gol. sisa
Biosintesis alkaloid

You might also like