You are on page 1of 41

TEORI KONSTITUSI

Prof. Dr. Ramly Hutabarat,


S.H., M.Hum
FHUI
ISTILAH KONSTITUSI
Konstitusi Contitutio = Jus atau Ius berarti
Hukum atau prinsip
Constitution (Inggris)
Constitutie dan Grondwet (Belanda)
Verfassung dan gerundgesetz (Jerman)
Droit Constitutionnel dan Loi Constitutionnel (Perancis)
Staatsregeling = Grondwet (Belanda)
Konstitusi = Undang Undang Dasar (UUD)
Dalam bahasa Yunani Kuno kata konstitusi berasal dari
Politeia dan dlm bahasa latin berasal dari kata Constitutio
Dalam Yunani Kuno tidak dikenal istilah Constitutio atau J us
sbgmn di Romawi
ISTILAH KONSTITUSI (lnjt)
Pengertian konstitusi di zaman Yunani kuno masih
bersifat materil. Artinya blm diformalkan
sebagaimana konstitusi zaman sekarang ini
Aristoteles misalnya membedakan antara konstitusi
dengan hukum biasa berdasarkan adanya pengertian
kata Politeia dan Nomoi. Politeia dapat diartikan
sebagai konstitusi. Sedangkan Nomoi diartikan
sebagai Undang-Undang biasa
2. PENGERTIAN KONSTITUSI
1. Carl J. Friedrich dalam bukunya: Constitutional Government
and Democracy Theory and Practice in Europe and America
mendefinisikan konstitusi dalam 5 konsep:
1. Filosofis (Philosophical)
2. Struktural (Structural)
3. Legal (Legal)
4. Dokumentarian (Documentarian)
5. Prosedural (Procedural)

2. Prof. Dr. G.J. Wolhoff mendefinisikan Undang-Undang Dasar
atau konstitusi sbg Undang-Undang yang tertinggi dalam
negara yang memuat dasar-dasar seluruh sistem hukum dalam
negara itu
PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)
3. H. Rahman dalam bukunya Political Science and
Government mengartikan konstitusi sebagai:
a body of Fundamental rules, written or unwritten,
which determines the organization or structure of the
government, distributes powers and determines the
relations among the organs of the government

4. Hans Kelsen dalam bukunya General Theory of Law and
State yang telah dialihbahasakan oleh Drs. Somardi ke
bhs Indonesia mengatakan: konstitusi adalah dasar dari
tata hukum nasional. Kelsen membedakan konsep
konstitusi menurut tinjauan Teori Hukum dan teori politik
PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)
Konstitusi menurut pengertian hukum adalah
konstitusi dalam pengertian material yang
meliputi norma-norma yang mengatur proses
pembentukan Undang-Undang. Dalam teori
politik konsep konstitusi mencakup juga
norma-norma yang mengatur pembentukan
dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan
judikatif tertinggi
PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)
5. Ferdinand Lasalle dalam bukunya Uber
Verfassungwessen (1862) membagi
konstitusi dalam 2 pengertian:
1) Pengertian sosiologis dan politis
2) Pengertian Juridis. Konstitusi dilihat
sebagai satu naskah hukum yang memuat
ketentuan dasar mengenai bangunan negara
dan sendiri-sendiri pemerintahan negara
PENGERTIAN KONSTITUSI (lnjt)
6. Herman Heller dalam bukunya Staatsrecht
mengemukakan tiga pengertian konstitusi, yaitu:
1. Konstitusi dilihat dalam arti politis dan sosiologis
sebagai cermin kehidupan sosial politik yang nyata
dalam masyarakat
2. Konstitusi dilihat dalam arti Juridis sebagai suatu
kesatuan kaedah hukum yang hidup dalam
masyarakat
3. Konstitusi yang tertulis dalam satu naskah
Undang-Undang Dasar sebagai hukum yang tertinggi
yang berlaku dalam suatu negara
3. KLASIFIKASI KONSTITUSI
Konstitusi terdiri dari:
1. Konstitusi dalam arti luas yaitu konstitusi
tertulis dan tidak tertulis
2. Konstitusi dalam arti sempit yaitu konstitusi
tertulis atau Udang-Undang Dasar (UUD)
KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)
1. C.F. Strong: konstitusi tertulis atau tidak tertulis
merupakan pembedaan yang keliru, karena tidak ada
konstitusi yang benar-benar tertulis dan tidak tertulis.
Konstitusi Inggris dikatakan tak tertulis, tetapi ada
beberapa hukum tertulis atau undang-undang yang telah
memodifikasi konstitusi tersebut, misalnya:
The Bill of Right (1689) adalah sebuah hukum tertulis.
Konstitusi AS merupakan konstitusi tertulis, namun
bbrp kebiasaan atau konvensi tak tertulis telah tumbuh
dan berkembang
KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)
Misalnya: pasal II bagian I konstitusi (bersama
dengan amandemen ke 12) yang menyatakan
bahwa untuk memiliki Presiden rakyat harus
memiliki elector yang akan bersidang dan
memiliki dengan suara mayoritas siapapun
yang mereka kehendaki
Oleh karenanya, klasifikasi konstitusi tertulis
dan tidak tertulis merupakan sesuatu yang
tidak nyata
KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)
2. H. Rahman mengklasifikasi konstitusi dalam
dua bagian yaitu:
a) Written Constitution
b) Unwritten Constitution
KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)
A Written Constitution
Is one of which most of the fundamental organization
are written down in a document or a series of
documents.
For example, the constitution of the USA, France and
India: in each of these constitutions. The fundamental
principles concerning the legislature the executive
and the Judiciary and their powers, the fundamental
rights of their citizen and lastly provisions regarding
the amandment of the constitution itself are clearly
written down in a document
KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)
An Unwritten Constitution
Is one of which most of the fundamental
principles are not written down or codified in a
document or documents. These are mainly
found usages, customs, traditions and
conventions of the country. The constitution of
Britain is a striking example of this type of
constitution
KLASIFIKASI KONSTITUSI (lnjt)
Akan tetapi menurut H. Rahman klasifikasi
konstitusi tertulis dan tidak tertulis tidaklah
ilmiah dan komprehensif. Ia memandangnya
sebagai misleading. Alasan H. Rahman
karena every written constitution has some
unwritten element, and every unwritten
constitution has some written element. Dalam
konstitusi USA dan Inggris Raya memuat
kedua elemen itu (the written dan unwritten).
4. TUJUAN KONSTITUSI
1. Untuk membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang
diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat (C.F. Strong)

2. Konstitusi sbg hukum tertinggi dalam negara, maka
tujuan tertinggi itu adalah:
i. Keadilan
ii. Ketertiban
iii. Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan
atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran
bersama
(Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie)
TUJUAN KONSTITUSI (lnjt)
3. Tujuan Konstitusi:
i. Kekuasaan
ii. Perdamaian, Keamanan, dan Ketertiban
iii. Kemerdekaan
iv. Keadilan
v. Kesejahteraan dan Kebahagiaan
(G.S. Diponolo)
5. SIFAT KONSTITUSI
1. Bersifat Flexible (Luwes)
2. Bersifat Rigid (Kaku)

Tolak ukur untuk menentukan suatu konstitusi
bersifat flexible atau rigid adalah:
i. Apakah perubahan terhadap suatu konstitusi
memerlukan prosedur istimewa (sulit) atau tidak.
Jika perubahan konstitusi tidak memerlukan
prosedur istimewa (mudah) maka konstitusi itu
flexible. Jika memerlukan prosedur istimewa (sulit)
maka konstitusiitu bersifat rigid.

SIFAT KONSTITUSI (lnjt)
Konstitusi kerajaan Inggris dinyatakan flexible.
Demikian pula konstitusi kerajaan Italia, karena tidak
ada prosedur khusus (istimewa) yang ditetapkan
dalam perubahan konstitusi
Konstitusi Perancis bersifat kaku karena mewajibkan
adanya prosedur khusus untuk mengubah UUD.
Konstitusi AS pun bersifat kaku karena tidak dapat
diamandemen tanpa adanya prosedur istimewa.
SIFAT KONSTITUSI (lnjt)
ii. Apakah suatu konstitusi mudah atau sulit
menyesuaikan atau mengikuti perkembangan
zaman. Jika mudah maka konstitusi itu bersifat
flexible. Jika sulit maka konstitusi itu bersifat
rigid
6. NILAI KONSTITUSI
Karl Loewenstein dalam bukunya reflection
of the value of constitutions mengemukakan
ada 3 macam nilai konstitusi. Artinya jenis
penilaian terhadap pelaksanaan norma-norma
atau bunyi pasal-pasal konstitusi dalam
kenyataannya.
NILAI KONSTITUSI (lnjt)
1. Nilai normativ (normative value) suatu konstitusi
berlaku dalam negara dan norma-normanya
dilaksanakan dalam kenyataan
2. Nilai nominal (nominal value) suatu konstitusi
berlaku dalam negara, tetapi ada pasal-pasal
tertentu (sebagai norma konstitusi) yang belum
dilaksanakan
3. Nilai semantik (semantical value) suatu konstitusi
berlaku dalam negara, tetapi hanya dijadikan
sebagai lip-service, jargon, semboyan dan
pemanis pembenaran semata
CHARACTERISTICS OF A GOOD
CONSTITUTION
1. Provision of the constitution should be definite and clear in
meaning, so that there hardly arises any occasion for dispute
or a doubt to their meaning
2. A good constitution should be comprehensive, it should at
the same time be brief. It should cover the whole field of
government, but the treatment should be on principles and
outlines only
3. A constitution should be legal amendable without too much
difficulty. A constitution should be stable and at the same
time flexible. Stability and flexibility are the two prime
requisities of a good constitution
4. A good constitution should correspond to the actual
conditions of the state. It should satisfy the ideal, hopes and
aspirations of the people
PERGANTIAN UUD
UUD lama diganti dengan UUD baru (rumusan baru)
Terjadi loncatan konstitusi dari yang lama ke yang
baru.
Tahun 1946 Konstitusi Prancis berganti menjadi
konstitusi baru Republik Prancis ke-IV
Tahun 1958 diganti lagi dengan menjadi konstitusi
baru yang melahirkan Republik Prancis ke-V
Di Indonesia terjadi pergantian konstitusi dari: UUD
1945 ke Konstitusi RIS 1949. Berganti lagi ke UUDS
1950. Berganti lagi ke UUD 1945 setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.


PERUBAHAN UUD
Perubahan beberapa ketentuan rumusan pasal dalam konstitusi
melalui prosedur Amandemen konstitusi.
Macam-macam prosedur perubahan UUD:
a. Melalui sidang badan lgislatif dengan menetapkan quorum
membicarakan usul perubahan UUD (Belgia, RIS 1949)
b. Melalui referendum atau plebisit (Swiss, Australia)
c. Melalui negara-negara bagian dalam negara federal (AS:
dari 50 negara bagian harus menyetujui).
d. Melalui Musyawarah Khusus (special convention)
(Beberapa negara Amerika Latin)
PERUBAHAN (AMANDEMEN
KONSTITUSI) DI INDONESIA
Sebab-sebab Amandemen UUD 1945
a. UUD 1945 dibuat secara tergesa-gesa
b. UUD 1945 ditetapkan dalam waktu satu hari
c. UUD 1945 statusnya sementara
d. UUD 1945 tidak lengkap dan tidak sempurna
e. UUD 1945 bersifat executive heavy
f. UUD 1945 bersifat multi tafsir (ambigu)
g. UUD 1945 perlu lebih lengkap dan lebih sempurna
AMANDEMEN UUD 1945
Tahun 1999
Tahun 2000
Tahun 2001
Tahun 2002

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
(Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)

1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat
diagendakan dalam sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan
oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD
diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk
diubah beserta alasannya.

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
(Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945)

3. Untuk mengubah pasa-pasal UUD Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh
persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.
Materi Muatan Konstitusi Tertulis
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi)

J.G. Steenbeek:
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia
dan warga negara
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yg bersifat
fundamental
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas
kenegaraan yg juga bersifat fundamental
Materi Muatan Konstitusi Tertulis
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi)
K.C. Wheare, dalam negara kesatuan yg perlu
diatur pd asasnya hanya 3 masalah pokok:
1. Struktur umum negara, seperti pengaturan
kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan
kekuasaan yudisial
2. Hubungan dalam garis besar antara kekuasaan-
kekuasaan tsb satu sama lain
3. Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tsb dengan
rakyat atau warga negara
Materi Muatan Konstitusi Tertulis
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi)

A.A.H. Struycken menyatakan bahwa konstitusi dalam
sebuah dokumen formal berisikan:
Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau
Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa
Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,
baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan
datang
Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin


Materi Muatan Konstitusi Tertulis
(Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara
Jilid I)
Phillips Hood & Jackson:
suatu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-
kebiasaan yg menentukan susunan dan kekuasaan
organ-organ negara yg mengatur hubungan-hubungan
di antara berbagai organ negara itu satu sama lain,
serta hubungan organ-organ negara itu dg warga
negara.
Perubahan Konstitusi
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi)

K. C. Wheare mengemukakan sasaran yg ingin
diperoleh dengan mempersulit perubahan
konstitusi:
1. Agar dilakukan dg pertimbangan yang matang dan
dikehendaki
2. Agar rakyat diberikan kesempatan kesempatan utk
menyampaikan pandangannya sblm perubahan dilakukan
3. Agar kekuasaan pemerintah federal dan negara bagian tidak
diubah secara sepihak
4. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok mendapat
jaminan
Macam Cara Perubahan
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi)

C.F. Strong
1. Dilakukan oleh legislatif dengan pembatasan2
tertentu
2. Dilakukan oleh rakyat melalui referendum
3. Dilakukan oleh negara-negara serikat (pd negara
berbentuk negara serikat)
4. Dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan
oleh suatu lembaga negara khusus yg dibentuk
hanya utk keperluan perubahan

K.C. WheareCara Merubah Materi Muatan
UUD
(Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan
Konstitusionalisme)
1. Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan
mengubah UUD dg langsung memasukkan materi
perubahan itu ke dlm naskah UUD
2. Kelompok negara yg mempunyai kebiasaan
mengadakan penggantian naskah UUD
3. Perubahan konstitusi melalui naskah yg terpisah
dari teks aslinya, yg disebut amandemen pertama,
amandemen kedua, dst

Konstitusi di Indonesia
1. UUD 1945 (BRI Tahun II, No. 7, 15 Februari 1946)
2. Konstitusi RIS (Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1950, LN No. 3 Tahun 1950)
3. UUD Sementara RI (UU No. 7 Tahun 1950, LN No. 56 Tahun 1950)
4. UUD Negara R.I. Tahun 1945 (Keputusan Presiden No. 150 Tahun 1959, LN
No. 75 Tahun 1959)
Perubahan Pertama UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 11 Tahun 2006)
Perubahan Kedua UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 12 Tahun 2006)
Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 13 Tahun 2006)
Perubahan Keempat UUD Negara R.I. Tahun 1945 (LN No. 14 Tahun 2006)



Sejarah Pembentukan dan Penetapan
UUD 1945
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi)
BPUPK dilantik 28 Mei 1945, 62 anggota, bertugas
melakukan penyelidikan ke arah tercapainya kemerdekaan,
ketua DR KRT. Radjiman Wediodiningrat
Sidang I: 29 Mei-1 Juni 1945 (Pidato Soekarno tgl 1 Juni
dikenal sebagai Lahirnya Pancasila).
Setelah Sidang I berakhir Ketua BPUPK membentuk Panitia
Kecil (Panitia 8) yg bertugas meneliti serta mempelajari usul2
yg disampaikan para anggota, melakukan inventarisasi dan
kemudian menyusunnya
Sejarah Pembentukan dan Penetapan
UUD 1945
(Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi)
Sidang II: 10-16 Juli 1945
Disampaikan hasil dari Panitia 8. Juga disampaikan hasil dari
Panitia 9 berupa Rancangan Pembukaan (Piagam Jakarta)
yang oleh BPUPK tidak disetujui menjadi Pembukaan
Dibentuk 3 panitia:
a. Panitia Perancang UUD
b. Panitia Pembelaan Tanah Air
c. Panitia Keuangan dan Perekonomian
Dalam rapat tgl 16 Juli 1945 dinyatakan bahwa Naskah RUUD
dengan perubahannya diterima sebulat-bulatnya
Perubahan UUD Negara R.I. Tahun
1945
Perubahan Ketiga ditetapkan oleh Sidang Umum
MPR pada tahun 2001 (perubahan terhadap 7 bab yang
tersebar dalam 23 pasal, ke-23 pasal tersebut jika dirinci
jumlah ayat atau butir yg diaturnya maka isinya mencakup 68
ayat atau butir ketentuan dasar)
Perubahan Keempat ditetapkan oleh Sidang Umum
MPR pada tahun 2002 (perubahan terhadap 19 pasal
termasuk 1 pasal yg dihapus, ke-19 pasal tersebut jika dirinci
jumlah ayat atau butir yg diaturnya maka isinya mencakup 31
ayat atau butir ketentuan dasar, termasuk 1 butir yg dihapus)



Perubahan UUD dalam Sejarah
Ketatanegaraan R.I.
Pembentukan UUD
Penggantian UUD
Perubahan dalam arti pembaruan UUD

You might also like