You are on page 1of 17

P U T U S A N

No. 807 K/Pdt/2003


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai
berikut dalam perkara :
1. POTJOET NASROEMI.
2. POTJOET CHADIJAH.
Keduanya bertempat tinggal di Jalan Pattimura Lorong Cot
Jeumpa No. 1, Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrah-
man, Kota Banda Aceh
3. TGK. AINAL MARDHIAH, bertempat tinggal Pattimura No. 79-
C, Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota
Banda Aceh.
4. TGK. PUTROU SAFIAHTUDDIN, bertempat tinggal Desa
Pineueng, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
5. TGK. PUTROU SAFAR, bertempat tinggal Kelurahan Suka-
ramai, Keca-matan Bairurrahman, Kota Banda Aceh.
6. TWK. MUHAMMAD ALAIDIN, bertempat tinggal Jalan Patti-
mura Lorong Cot Jeumpa No. 1, Kelurahan Sukaramai, Keca-
matan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.
7. T. SYAIFUL ASRI, bertempat tinggal T. Bintara Pineueng I
No. 18 Desa Pineueng, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda
Aceh.
dalam hal ini memberi kuasa kepada RASMITA, SH.,
Advokat, berkantor di Jalan Tgk. Syech Mudawali No. 23-D
Banda Aceh.
Para Pemohon Kasasi I/para Termohon Kasasi II dahulu para
Penggugat/para Terbanding ;
melawan:
1. PEMERINTAH R.I Cq. MENTERI DALAM NEGERI, Cq.
GUBERNUR PROPINSI NANGGROE ACEH DARUS-
SALAM, Cq. WALIKOTA BANDA ACEH, alamat Jalan Tgk.
Abu Lam U, Banda Aceh.
2. PEMERINTAH R.I, Cq. MENTERI NEGARA AGRARIA /
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Cq. KEPALA

Hal. 1 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Cq.
KEPALA KANTOR PERTANAHAN KOTA BANDA ACEH,
alamat Jalan Twk. Hasyim Banta Muda No. 18 Banda Aceh.
Para Termohon Kasasi I/Pemohon Kasasi II – Turut Ter-
mohon Kasasi/para Tergugat/para Pembanding ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
para Pemohon Kasasi I/para Termohon Kasasi II dahulu sebagai para Peng-
gugat telah menggugat sekarang para Termohon Kasasi I/Pemohon Kasasi II –
Turut Termohon Kasasi sebagai para Tergugat di muka persidangan Peng-
adilan Negeri Banda Aceh pada pokoknya atas dalil-dalil :
Bahwa kakek para Penggugat bernama almarhum T. Potjoet Oemar
Keumangan semasa hidupnya sebagai Zellbestuurder/Uleebalang Negeri
Keumangan – Beureunun Pidie, yang pada tahun 1935 oleh pemerintah
Kolonial Belanda diasingkan ke Ulee-Lheue, Onderafdeeling Koetaradja, atau
sekarang Desa Ulee-Lheue, Kecamatan Mauraxa, Kota Banda Aceh, Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam ;
Bahwa selama tinggal menetap di Desa Ulee-Lheue, kakek para Peng-
gugat almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan memiliki 3 (tiga) bidang tanah
yang dibelinya dari penduduk setempat :
1. Sebidang tanah kebun/pekarangan seluas ± 1 Ha (kurang lebih satu hektar)
terletak di Dusun Kakap, Desa Ulee-Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota
Banda Aceh, dengan batas-batasnya seperti tersebut dalam surat gugatan ;
Tanah dibeli almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan dari Tuan Lyasi se-
orang Tionghoa dan diatas tanah ini dahulunya didirikan rumah berdinding
bambu sebagai tempat tinggal T. Potjoet Oemar Keumangan, rumah ini di-
sebut “ Rumoh Huk “, sehingga tanah ini dikenal dengan sebutan “ Tanah
Rumoh Huk “ ;
2. Sebidang tanah kebun/pekarangan seluas ± 3,5 Ha (kurang lebih tiga koma
lima hektar) terletak di Dusun Alu-Alu, Desa Ulee-Lheue, Kecamatan
Meuraxa, Kota Banda Aceh dengan batas-batasnya seperti tersebut dalam
surat gugatan ;
Tanah ini dibeli almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan dari Tuan Y. Boen
penduduk setempat dan diatas tanah ini dahulunya didirikan rumah papan
berlantai dua yang ditempati almarhum Musa beserta keluarganya selaku

Hal. 2 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


pembantu almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan. Rumah ini disebut “
Rumah Santeut “, dan dibongkar ketika tentara Jepang masuk ke Aceh,
sehingga tanah ini dikenal dengan sebutan “ Tanah Rumoh Santuet “ ;
3. Sebidang tanah neuhen/tambak ikan yang bersebelahan dengan tanah
rumoh Santuet seluas ± 3,5 Ha (kurang leih tiga koma lima hektar) terletak
di Pantai Cermin, Desa Ulee-Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh
dengan batas-batasnya seperti tersebut dalam surat gugatan ;
Namun dalam perkara ini para Penggugat hanya menggugat tanah rumoh Huk
dan tanah rumoh Santeut, dan untuk selanjutnya disebut tanah-tanah sengketa ;
Bahwa pada tahun 1940 kakek para Penggugat almarhum T. Potjoet
Oemar Keumangan memberi kuasa kepada Tuanku Djohan Ali salah seorang
anak menantunya untuk mengurus, memelihara dan menjaga keseluruhan
tanah sengketa dan tidak lama kemudian T. Potjoet Oemar Keumangan
meninggal dunia dengan meninggalkan harta tanah-tanah sengketa disamping
juga meninggalkan sejumlah ahli waris, sebahagiannya adalah para Penggugat.
Sehingga secara hukum para Penggugat berkompeten dan berkapasitas
mengajukan gugatan ini ;
Bahwa selanjutnya tanah-tanah sengketa tersebut diberikan pinjam pakai
oleh Tuanku Djohan Ali kepada warga masyarakat untuk didirikan rumah tinggal
mengingat masyarakat itu warga pendatang yang tidak memiliki tanah untuk
didirikan rumah tempat tinggal sedangkan tanah neuhen tetap dikelola oleh
almarhum Musa, pembantu almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan di kemu-
dian hari tanah kebun/pekarangan ini berganti-ganti pula masyarakat yang
menempatinya, namun secara fisik dan hukum tanah-tanah sengketa tetap milik
almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan ;
Bahwa sekitar tahun 2000 pemerintah Kota Banda Aceh dalam hal ini
Tergugat I mencanangkan Pembangunan Pelabuhan Ulee Lheue beserta
sarana penunjang lainnya di Desa Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota
Banda Aceh dengan biaya Tergugat I yang lokasinya juga meliputi tanah-tanah
sengketa milik kakek para Penggugat almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan
tersebut ;
Bahwa untuk merealisasikan pembangunan proyek pelabuhan Ulee
Lheue beserta sarana penunjangnya dimaksud, dimulai dengan kegiatan
pengadaan tanah lokasi dan pembebasan bangunan masyarakat ;
Bahwa untuk itu ternyata Tergugat I telah secara tanpa hak dan tanpa
suatu alas hukum telah mengklaim tanah-tanah sengketa milik kakek para
Penggugat almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan sebagai tanah negara

Hal. 3 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


dalam hal ini milik pemerintah Kota Banda Aceh, selanjutnya melaksanakan
pembangunan proyek pelabuhan Ulee Lheue beserta sarana penunjangnya
diatas tanah-tanah sengketa dengan mengambil, menggarap, mengerjakan
dengan merubah bentuk tanah sengketa dari bentuk semula secara tanpa izin
dari ahli waris almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan dan tanpa ganti rugi
sama sekali, sehingga secara hukum tindakan ini jelas-jelas merupakan
perbuatan melawan hukum ;
Bahwa tindakan Tergugat I mengklaim tanah-tanah sengketa sebagai
miliknya adalah berdasarkan masukan dan penetapan dari Tergugat II yang
secara tanpa hak dan sewenang-wenang telah menetapkan tanah-tanah seng-
keta milik kakek para Penggugat almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan
sebagai tanah negara yang dapat dimiliki oleh pemerintah Kota Banda Aceh,
sehingga dengan demikian Tergugat II secara hukum telah pula melakukan
perbuatan melawan hukum ;
Bahwa tindakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat-
Tergugat atas tanah-tanah sengketa milik kakek para Penggugat almarhum T.
Potjoet Oemar Keumangan telah menimbulkan kerugian bagi para Penggugat
selaku ahli waris, baik kerugian materil maupun moril :
a. Kerugian Materil :
Berupa kehilangan hak atas harga tanah yang setiap meternya Rp.375.000,-
sehingga kerugian materil seharga ± 4,5 Ha tanah berjumlah = ± 4,5 Ha
(± 45.000 M2) x Rp.375.000,- = Rp.16.875.000.000,- (enam belas milyar
delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah) ;
b. Kerugian Moril :
Tercemarnya nama baik keluarga besar almarhum T. Potjoet Oemar
Keumangan akibat perbuatan melawan hukum Tergugat-Tergugat tersebut
sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) ;
Kerugian mana secara hukum harus dibayar secara tunai dan seketika oleh
Tergugat-Tergugat selaku pihak yang bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita para Penggugat selaku ahli waris almarhum T. Potjoet Oemar
Keumangan ;
Bahwa pada prinsipnya para Penggugat dan para ahli waris almarhum T.
Potjoet Oemar Keumangan lainnya tidak keberatan dan sangat mendukung
program pemerintah pembangunan pelabuhan baru beserta sarana penunjang-
nya di Ulee Lheue yang sebagian lokasinya berada di atas tanah-tanah seng-
keta milik kakek para Penggugat almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan.
Karena hal itu untuk kepentingan umum dan kepentingan pemerintah. Namun

Hal. 4 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


para Tergugat tidak boleh mengabaikan begitu saja hak-hak para ahli waris
almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan atas tanah-tanah sengketa milik
almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan tersebut. Lazimnya para Tergugat
mengajak ahli waris almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan bermusyawarah
atas pengembalian tanah-tanah sengketa. Akan tetapi hal itu tidak dilakukan
para Tergugat, sehingga wajar dan sangatlah tepat perkara ini diajukan ke
Pengadilan untuk diputus dan diselesaikan ;
Bahwa oleh karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat
I yang mengklaim tanah-tanah sengketa sebagai miliknya dalam hal ini pemerin-
tah Kota Banda Aceh atas penetapan Tergugat II yang menetapkan tanah-tanah
sengketa sebagai tanah negara yang dapat dimiliki Tergugat I telah menghilang-
kan hak-hak para Penggugat dan ahli waris lainnya atas tanah-tanah sengketa
milik almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan, yang pada saat ini diatas tanah-
tanah sengketa sedang berlangsung pengerjaan pembangunan pelabuhan Ulee
Lheue beserta sarana penunjannya milik Tergugat I, maka beralasan hukum
Tergugat I dihukum untuk membayar ganti rugi tanah-tanah sengketa sebesar
Rp.16.875.000.000,- (enam belas milyar delapan ratus tujuh puluh lima juta
rupiah) dengan tunai dan seketika kepada para Penggugat untuk dikembalikan
kedalam boedel warisan peninggalan almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan ;
Bahwa bilamana Tergugat I tidak bersedia membayar ganti rugi tersebut,
maka beralasan hukum Tergugat-Tergugat dihukum untuk mengembalikan
kepada para Penggugat tanah-tanah sengketa milik almarhum T. Potjoet Oemar
Keumangan sesuai bentuk semula dengan segera dan seketika terlepas dari
ikatan apapun dengan pihak lain untuk dikembalikan kedalam boedel warisan
peninggalan almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan, bila perlu dengan ban-
tuan alat negara ;
Bahwa mengingat itikad buruk Tergugat-Tergugat atas tanah-tanah seng-
keta serta untuk menghindari kesukaran dalam melaksanakan isi putusan per-
kara ini nantinya, mohon pula diletakkan sita jaminan atas tanah-tanah seng-
keta ;
Bahwa untuk menjamin segera dilaksanakannya putusan dalam perkara
ini nantinya mohon pula Tergugat-Tergugat secara tanggung renteng dihukum
membayar uang paksa Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari bilamana
lalai melaksanakan putusan ini, terhitung sejak putusan berkekuatan hukum
tetap sampai dijalankan ;

Hal. 5 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 191 R.Bg putusan perkara ini
dapat dijalankan terlebih dahulu kendatipun ada verzet, banding maupun
kasasi ;
Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas, para Penggugat mohon
kepada Pengadilan Negeri Banda Aceh berkenan memberikan putusan sebagai
berikut :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan seluruhnya ;
2. Menyatakan sita jaminan sah dan berharga ;
3. Menetapkan para Penggugat adalah ahli waris almarhum T. Potjoet Oemar
Keumangan dan memiliki kapasitas mengajukan gugatan ini ;
4. Menyatakan tanah-tanah sengketa dengan letak, luas dan batas-batas ter-
sebut dalam point 2.1 dan 22 posita gugatan adalah milik kakek para Peng-
gugat almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan ;
5. Menyatakan perbuatan Tergugat I yang mengklaim tanah-tanah sengketa
sebagai tanah negara dalam hal ini milik pemerintah Kota Banda Aceh dan
membangun pelabuhan diatasnya tanpa izin dari para Penggugat selaku
ahli waris almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan merupakan perbuatan
melawan hukum ;
6. Menyatakan perbuatan Tergugat II yang menetapkan tanah-tanah sengketa
sebagai tanah negara merupakan perbuatan melawan hukum ;
7. Menghukum Tergugat I membayar kepada para Penggugat gati rugi tanah-
tanah sengketa sebesar Rp.16.875.000.000,- (enam belas milyar delapan
ratus tujuh puluh lima juta rupiah) dengan tunai dan seketika untuk
dikembalikan kedalam boedel warisan peninggalan almarhum T. Potjoet
Oemar Keumangan, namun bila tidak bersedia, agar menghukum Tergugat-
Tergugat mengembalikan kepada para Penggugat tanah-tanah sengketa
milik almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan sesuai bentuk semula dengan
segera dan seketika terlepas dari ikatan apapun dengan pihak lain untuk di-
kembalikan ke dalam boedel warisan peninggalan almarhum T. Potjoet
Oemar Keumangan, bila perlu dengan bantuan alat negara ;
8. Menghukum Tergugat-Tergugat secara tanggung renteng membayar keru-
gian moril yang diderita para Penggugat selaku ahli waris almarhum T.
Potjoet Oemar Keumangan sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
secara tunai dan seketika ;
9. Menghukum Tergugat-Tergugat secara tanggung renteng membayar uang
paksa Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari bilamana lalai menjalan-

Hal. 6 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


kan isi putusan perkara ini, terhitung sejak putusan ini berkekuatan hukum
tetap sampai dijalankan nantinya ;
10. Menyatakan putusan perkara ini dijalankan serta merta kendatipun ada
verzet, banding maupun kasasi ;
11. Menghukum Tergugat-Tergugat membayar biaya perkara menurut hukum ;
Atau:
Bilamana Ibu Ketua Majelis Hakim berpendapat lain, mohon diberikan
putusan yang seadil-adilnya sesuai dengan maksud gugatan ini ;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I mengajukan
eksepsi pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :
Bahwa menurut hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh tidak berwenang
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara ini hanya atas dasar dalil-dalil
gugatan para Penggugat pada point 8 yang menyebutkan tindakan Tergugat I
yang mengklaim tanah obyek perkara sebagai miliknya adalah didasari pada
masukkan dan penetapan dari Tergugat II adalah tidak benar, yang benar tanah
obyek perkara berdasarkan inventarisasi, Tergugat II dengan instansi terkait
lainnya didukung fakta-fakta dilapangan maupun data-data yang ada pada Ter-
gugat II ternyata tanah obyek perkara merupakan tanah negara, sebagai
konsekwensi dari pendataan tersebut maka dikeluarkannya/ditetapkan Keputus-
an Tata Usaha Negara oleh Badan atau TUN terhadap obyek perkara sebagai
tanah negara, oleh karena itu menurut hemat Tergugat I yang berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara ini adalah peradilan Tata
Usaha Negara bukan Pengadilan Negeri Banda Aceh ;
Bahwa subyek gugatan keliru dan salah alamat, karena para Penggugat
dalam gugatannya telah menggugat Walikota Banda Aceh dalam kapasitasnya
sebagai Kepala Daerah dan Badan Eksekutif Daerah, selaku Tergugat I
seharusnya gugatan tersebut ditujukan kepada Panitia Pengadaan Tanah/
Pembebasan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan pelabuhan Ulee Lheue
dan sarana penunjang lainnya karena Badan atau intansi terkait tersebutlah
yang paling berwenang terhadap pengadaan/pembebasan tanah obyek perkara,
oleh karena itu gugatan para Penggugat tersebut harus dinyatakan tidak dapat
diterima ;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat II juga mengaju-
kan eksepsi pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :
Bahwa berdasarkan dalil gugatan Penggugat-Penggugat pada angka 8
adalah tidak benar Tergugat II telah memberikan masukkan dan penetapan
kepada Tergugat I menyangkut tanah obyek perkara adalah milik Tergugat I,

Hal. 7 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


tetapi yang benar adalah berdasarkan kenyataan berdasarkan fakta-fakta yang
ada baik dilapangan maupun data-data yang ada pada Tergugat II bahwa tanah
obyek perkara adalah tanah negara. Dengan didasari fakta-fakta hukum ter-
sebut, maka Kepala Kantor Pertanahan Kota Banda Aceh yang oleh Undang-
Undang telah diberi wewenang untuk meneliti status suatu bidang tanah, secara
sah dan meyakinkan menyatakan tanah terperkara adalah tanah negara.
Berdasarkan alasan Penggugat-Penggugat pada angka 8 tersebut, Penggugat
tidak dapat membantah begitu saja terhadap keputusan Pejabat Tata Usaha
Negara yang secara hukum dapat dipertanggung jawabkan, oleh karena itu
Pengadilan Negeri Banda Aceh tidak berwenang untuk memeriksa perkara
dimaksud, akan tetapi kompetensinya ada pada Pengadilan Tata Usaha Negara
Banda Aceh ;
Bahwa Penggugat-Penggugat telah keliru dan salah alamat, karena
Penggugat-Penggugat didalam gugatannya antara lain yang digugat adalah
Walikota Banda Aceh selaku Tergugat I, berdasarkan peraturan perundang-
undangan Walikota merupakan Pejabat Negara baik selaku Kepala Wilayah
maupun selaku Kepala Daerah. Namun demikian selaku Kepala Daerah tugas
dan wewenang Walikota Banda Aceh adalah menyelenggarakan pemerintahan
umum di Kota Banda Aceh. Disamping itu ada tugas-tugas khusus yang di-
delegasikan oleh Pemerintah Pusat selaku Kepala Wilayah antara lain sebagai-
mana yang telah ditentukan dalam Keputusan Presiden RI No. 55 tahun 1993
Walikota adalah ditunjuk selaku Ketua Panitia Pengadaan Tanah di wilayahnya.
Sedangkan instansi terkait lainnya adalah sebagai anggota. Dengan berpijak
kepada ketentuan hukum yang telah Tergugat II kemukakan diatas, maka
secara hukum gugatan Penggugat-Penggugat terhadap Walikota Banda Aceh
tersebut adalah lari dari koridor hukum karena tidak jelas kapasitas Tergugat,
oleh karena itu gugatan Penggugat-Penggugat kabur (obscuur libel), maka
Pengadilan Negeri Banda Aceh harus menyatakan gugatan Penggugat-
Penggugat tidak dapat diterima ;
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Banda Aceh telah
mengambil putusan, yaitu putusan No. 26/PDT.G/2001/PN.BNA tanggal 8 April
2002 yang amarnya sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI :
- Menolak eksepsi para Tergugat ;
DALAM POKOK PERKARA :
- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian ;

Hal. 8 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


- Menetapkan para Penggugat adalah ahli waris almarhum T. Potjoet Oemar
Keumangan dan memiliki kapasitas mengajukan gugatan ini ;
- Menyatakan tanah-tanah terperkara dengan letak, luas dan batas-batas ter-
sebut dalam point 2.1 (tanah pertama) dan 2.2 (tanah kedua) dari posita
gugatan adalah milik kakek para Penggugat almarhum T. Potjoet Oemar
Keumangan ;
- Menyatakan perbuatan Tergugat I yang mengklaim tanah-tanah terperkara
sebagai tanah negara dalam hal ini dikuasai pemerintah Kota Banda Aceh
dan membangun pelabuhan diatasnya tanpa izin dari para Penggugat selaku
ahli waris almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan merupakan perbuatan
melawan hukum ;
- Menyatakan perbuatan Tergugat II yang menetapkan tanah-tanah terperkara
sebagai tanah negara merupakan perbuatan melawan hukum ;
- Menghukum Tergugat I untuk membayar kepada para Penggugat ganti rugi
tanah perkara (tanah kedua) sebesar Rp.10.500.000.000,- (sepuluh milyar
lima ratus juta rupiah) dengan tunai dan seketika untuk dikembalikan ke-
dalam boedel warisan peninggalan almarhum T. Potjoet Oemar Keumangan ;
- Menghukum Tergugat I untuk membayar uang paksa sebesar Rp.250.000,-
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) setiap hari bilamana lalai menjalankan isi
putusan perkara ini, terhitung sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum
tetap sampai dijalankan nantinya ;
- Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya ;
- Menghukum para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar biaya
perkara yang timbul dalam perkara ini yang hingga kini seluruhnya berjumlah
Rp.207.750,- (dua ratus tujuh ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) ;
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan para Tergu-
gat putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi
Banda Aceh dengan putusan No. 24/Pdt/2002/PT-Aceh tanggal 26 Oktober
2002 yang amarnya sebagai berikut :
- Menerima permohonan banding dari Pembanding-Pembanding, dahulu para
Tergugat ;
- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh No. 26/Pdt.G/2001/
PN-BNA tanggal 8 April 2002 yang dimohonkan banding ;
MENGADILI SENDIRI :
DALAM EKSEPSI :
- Menolak eksepsi para Tergugat/Pembanding-Pembanding ;
DALAM POKOK PERKARA :

Hal. 9 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


- Menyatakan gugatan para Penggugat/Terbanding tidak dapat diterima ;
- Menghukum para Penggugat/Terbanding membayar biaya perkara di kedua
tingkat peradilan, yang di tingkat banding sebesar Rp.110.000,- (seratus
sepuluh ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada
para Penggugat/para Terbanding dan Tergugat I/Pembanding pada tanggal 6
November 2002 kemudian terhadapnya oleh para Penggugat/para Terbanding
dan Tergugat I/Pembanding dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 7 November 2000 dan tanggal 30 Juli 2002 diajukan
permohonan kasasi secara tertulis pada tanggal 18 November 2002 dan
tanggal 19 November 2002 sebagaimana ternyata dari akta permohonan kasasi
No. 26/Pdt.G/2001/PN-BNA yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri
Banda Aceh, permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang memuat
alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut
masing-masing pada tanggal 30 November 2002 ;
bahwa setelah itu oleh Tergugat I/Pembanding/Pemohon Kasasi II/Ter-
mohon Kasasi I dan para Penggugat/para Terbanding/para Pemohon Kasasi
I/para Termohon Kasasi II yang pada tanggal 14 Desember 2002 dan tanggal
20 Desember 2002 telah diberitahu tentang memori kasasi dari para Peng-
gugat/para Terbanding/para Pemohon Kasasi I/para Termohon Kasasi II dan
Tergugat I/Pembanding/Pemohon Kasasi II/Termohon Kasasi I diajukan
jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Banda Aceh pada tanggal 27 Desember 2002 dan tanggal 2 Januari 2003 ;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang,
maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh para Pemohon
Kasasi I/para Penggugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya
ialah :
1. Bahwa Pengadilan Tinggi Banda Aceh yang telah membatalkan putusan
Pengadilan Negeri Banda Aceh Nomor : 26/Pdt.G/2001/PN-BNA, tanggal 8
April 2002 tentang putusan dalam pokok perkara adalah tindakan yang
keliru dan salah menerapkan hukum. Karena putusan Pengadilan Negeri
Banda Aceh ter-sebut telah diambil secara tepat dan benar dengan
pertimbangan hukum yang sempurna, sehingga telah pula memenuhi rasa
keadilan. Oleh karena- nya putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh tetap

Hal. 10 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


dipertahankan. Sebaliknya putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh Nomor :
24/Pdt/2002/ PT-Aceh, tanggal 26 Oktober 2002 yang membatalkan putusan
Pengadilan Negeri Banda Aceh tidak beralasan hukum dipertahankan dan
harus di-batalkan ;
2. Bahwa Pengadilan Tinggi Banda Aceh tidak atau kurang memuat pertim-
bangan-pertimbangan dan alasan-alasan hukum yang cukup karena tidak
atau kurang menguraikan tentang dasar dan alasan hukum didalam pertim-
bangan putusannya seperti yang diharuskan peraturan perundang-
undangan dan yurisrudensi. Di dalam pertimbangan hukumnya sama sekali
tidak terdapat uraian alasan-alasan hukum yang cukup dijadikan dasar
untuk tidak membenarkan pertimbangan-pertimbangan hukum Pengadilan
Negeri Banda Aceh. Sehingga putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh
seperti itu adalah tidak atau kurang beralasan hukum atau “ onvoeldoende
gemotiveerd “. Menurut Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI (vide :
putusan Mahkamah Agung RI No. 13 K/Sip/1961, tanggal 1 Pebruari 1961
dan putusan Mahkamah Agung RI No. 1804 K/Pdt/1984, tanggal 28 Sep-
tember 1985) suatu putusan pengadilan yang tidak berdasar atau
“ ongemotiveerd “ atau “ onvoeldoende gemotiveerd “ harus dianggap batal
atau harus dibatalkan ;
3. Bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Banda Aceh telah salah/keliru dalam
menerapkan hukum, karena dalam mengambil putusan dalam perkara ini
bertentangan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 701 K/Sip/
1974 tanggal 14 April 1976. Judex Factie dalam mengambil putusan dalam
perkara ini mendasarkan putusannya pada alat bukti surat T.II.44 yang tidak
memenuhi syarat untuk diajukan dalam pembuktian, karena bukti surat
T.II.44 hanya berupa foto copy yang tidak secara sah dinyatakan sesuai
dengan aslinya, oleh karena sepanjang pemeriksaan perkara a quo aslinya
tidak dapat diajukan ke persidangan.
Dengan demikian sesungguhnya Pengadilan Tinggi Banda Aceh telah
memutuskan perkara ini berdasarkan bukti-bukti yang tidak sah menurut
hukum dan oleh karena itu maka putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh
yang dimohonkan kasasi ini harus dibatalkan demi hukum ;
4. Bahwa Pengadilan Tinggi Banda Aceh telah salah dan keliru menerapkan
hukum, hal mana Pengadilan Tinggi Banda Aceh salah mengambil kesim-
pulan atas hasil pembuktian persidangan ;
Bahwa Pengadilan Tinggi Banda Aceh telah salah/keliru dalam memberikan
pertimbangan hukum tentang gambar/sket pemeriksaan setempat/pemerik-

Hal. 11 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


saan lapangan, dimana menurut Pengadilan Tinggi Banda Aceh berdasar-
kan gambar sket pemeriksaan setempat tersebut, tanah para Pemohon
Kasasi I/para Penggugat masih ada dan berada diluar areal pelabuhan.
Padahal berdasarkan pemeriksaan lapangan yang dihadiri oleh para pihak
yang berperkara, terbukti bahwa tanah sengketa telah dimanfaatkan oleh
Termohon Kasasi I/Tergugat I untuk membangunan pelabuhan Ulee Lheue
beserta sarana penunjangnaya dan hal tersebut tidak dibantah oleh para
Termohon Kasasi/para Tergugat.
Dalam hal ini Pengadilan Tinggi Banda Aceh tidak menilai pemeriksaan
setempat tersebut secara keseluruhan, akan tetapi hanya berpatokan pada
sket/gambar pemeriksaan lapangan dimana disebutkan batas sebelah Timur
adalah pelabuhan Fery. Padahal areal pelabuhan tersebut bukan hanya
pelabuhan Fery saja, akan tetapi juga ada sarana penunjangnya yang
keseluruhannya dibangun diatas tanah terperkara . oleh karena putusan
Pengadilan Tinggi Banda Aceh telah didasarkan atas pertimbangan hukum
yang salah, maka sudah seharusnya putusan Pengadilan Tinggi Banda
Aceh tersebut dibatalkan ;
5. Bahwa Pengadilan Tinggi Banda Aceh telah salah dan keliru menyimpulkan
tanah terperkara milik para Pemohon Kasasi/para Penggugat masih ada dan
belum terkena proyek pelabuhan. Karena disamping hasil pemeriksaan
setempat sebagai fakta hukum yang sempurna yang menyimpulkan tanah
milik para Pemohon Kasasi/para Penggugat telah diambil menjadi lokasi
pelabuhan Fery Ulee Lheue, juga keterangan para saksi para Pemohon
Kasasi/para Penggugat yang saling bersesuaian satu sama lain dengan
tegas menyatakan bahwa tanah para Pemohon Kasasi/para Penggugat
tidak ada lagi sudah dibangun pemerintah menjadi pelabuhan. Hal ini
dengan jelas menunjukkan bahwa Pengadilan Tinggi Banda Aceh telah
salah dalam menerapkan hukum dalam perkara a quo ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi
II/Tergugat I dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
1. Bahwa Judex Factie dalam memutus perkara ini jelas dan nyata telah keliru
menerapkan hukum atau dalam menerapkan hukum tidak sebagaimana
mestinya. Dimana berdasakan fakta-fakta yang sebenarnya terungkap dan
juga berdasarkan pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi Aceh dalam
putusan No. 24/PDT/2002/PT-ACEH halaman 4, baik didalam Peta Situasi
Proyek Dermaga Penyeberangan maupun didalam gambar sket pemerik-
saan setempat nyata dan jelas tanah sengketa tidak berada dan tidak ter-

Hal. 12 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


dapat dalam lokasi Proyek Dermaga Peyeberangan. Tanah sengketa yang
didalilkan para Penggugat/para Termohon Kasasi telah tidak ternyata ada
dalam lokasi Proyek Dermaga Penyeberangan, maka tidak ada alasan
hukum bagi Judex Factie untuk mengabulkan gugatan para Penggugat/para
Termohon Kasasi dan berdasarkan hukum gugatan para Penggugat/para
Termohon Kasasi seharusnya ditolak ;
2. Bahwa Pengadilan Negeri Banda Aceh dalam memutus perkara ini nyata
dan jelas telah keliru menerapkan hukum atau dalam menerapkan hukum
tidak sebagaimana mestinya. Dimana berdasarkan fakta yang sebenarnya
terungkap di persidangan ternyata Pengadilan Negeri Banda Aceh sama
sekali tidak mempertimbangkan bukti keterangan saksi Pemohon Kasasi/
Tergugat I yang memberikan keterangan dibawah sumpah bahwa “ obyek
perkara adalah tanah negara karena tanah tersebut tanah terlantar “ namun
keterangan tersebut telah tidak dipertimbangkan dan telah diabaikan dengan
begitu saja oleh Pengadilan Negeri Banda Aceh, sehingga sangat merugi-
kan Pemohon Kasasi I/Tergugat I ;
3. Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi Aceh yang memutuskan
perkara a quo dalam tingkat banding sebagaimana tersebut dalam putusan-
nya No. 24/PDT/2002/PT-ACEH telah memberikan pertimbangan hukum
bahwa para Penggugat/para Termohon Kasasi telah tidak dapat membuti-
kan dalil dan alasan gugatannya. Para Penggugat/para Termohon Kasasi
mendalilkan “ tanah Penggugat telah dipakai dalam pembangunan
pelabuhan “, akan tetapi para Penggugat/para Termohon Kasasi tidak dapat
membuktikan dalil gugatannya. Dengan demikian pertimbangan hukum yang
diberikan oleh Pengadilan Tinggi Aceh tersebut telah sesuai dengan kenya-
taan yang ada. Oleh karenanya sudah sepatutnya Mahkamah Agung
Republik Indonesia menolak gugatan para Penggugat/para Termohon
Kasasi untuk seluruhnya ;
Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut Mahkamah
Agung berpendapat :
Mengenai keberatan-keberatan Pemohon Kasasi I :
Mengenai keberatan-keberatan ke 1, 2 :
bahwa keberatan-keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena
Pengadilan Tinggi Banda Aceh tidak salah menerapkan hukum ;
Mengenai keberatan-keberatan ke 3, 4 dan 5 :
bahwa keberatan-keberatan ini juga tidak dapat dibenarkan, karena
Pengadilan Tinggi Banda Aceh tidak salah menerapkan hukum, lagi pula

Hal. 13 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


hal ini pada hakekatnya adalah mengenai penilaian hasil pembuktian
yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak
dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena
pemeriksaan pada tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak
dilaksanakan atau ada kesalahan dalam pelaksanaan hukum ;
Mengenai keberatan-keberatan Pemohon Kasasi II :
Mengenai keberatan-keberatan ke 1, 2 dan 3 :
bahwa keberatan-keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena
Pengadilan Tinggi Banda Aceh tidak salah menerapkan hukum lagi pula hal ini
pada hakekatnya adalah mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat
penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan
dalam pemeriksaan dalam tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat
kasasi hanya berkenaan dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan dalam
pelaksanaan hukum ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, lagi pula ternyata
bahwa putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh para
Pemohon Kasasi I : POTJOET NASROEMI dan kawan-kawan dan Pemohon
Kasasi II : PEMERINTAH RI Cq.MENTERI DALAM NEGERI, Cq. GUBERNUR
PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Cq. WALIKOTA BANDA ACEH
tersebut harus ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari para Pemohon
Kasasi ditolak, maka para Pemohon Kasasi dihukum membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini ;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 tahun 2004 dan
Undang-Undang No. 14 tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang No 5 tahun 2004 dan peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan ;
MENGADILI :
Menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi I : 1. POTJOET
NASROEMI, 2. POTJOET CHADIJAH, 3. TGK. AINAL MARDHIAH, 4. TGK.
PUTROU SAFIAHTUDDIN, 5. TGK. PUTROU SAFAR, 6. TWK. MUHAMMAD
ALAIDIN, 7. T. SYAIFUL ASRI dan Pemohon Kasasi II : PEMERINTAH RI Cq.
MENTERI DALAM NEGERI, Cq. GUBERNUR PROPINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM, Cq. WALIKOTA BANDA ACEH tersebut ;

Hal. 14 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


Menghukum para Pemohon Kasasi/para Penggugat dan Tergugat I untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.500.000,- (lima
ratus ribu rupiah) masing-masing setengahnya ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa, tanggal 12 April 2005 oleh H. Parman Soeparman,
SH.MH. Ketua Muda yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, H. Abbas Said, SH. dan H.R. Imam Haryadi, SH. Hakim-Hakim
Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
pada hari itu juga oleh H. Parman Soeparman, SH.MH. Ketua Majelis beserta
H. Abbas Said, SH. dan H.R. Imam Haryadi, SH. Hakim-Hakim Anggota dan
dibantu oleh I Nyoman Dika, SH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh
para pihak ;

Hakim-Hakim Anggota : Ketua:


ttd./. ttd./.
H. Abbas Said, SH. H. Parman Soeparman, SH.MH.
ttd./.
H.R. Imam Haryadi, SH.

Biaya-Biaya: : Panitera Pengganti :


1. M e t e r a i………………… Rp. 6.000,- ttd./.
2. R e d a k s i………………...Rp. 1.000,- I Nyoman Dika, SH.
3. Administrasi Kasasi……… Rp.493.000,-
Jumlah Rp.500.000,-

Untuk Salinan
Mahkamah Agung R.I
a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata

( MUH. DAMING SUNUSI, SH.MH.)


NIP : 040030169.

Hal. 15 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


PENILAIAN HASIL PEMBUKTIAN ( PHP ) :
bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena hal ini pada
hakekatnya adalah mengenai penilaian hasil pembuktian yang
bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan dalam tingkat kasasi, karena
pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak
dilaksanakan atau ada kesalahan dalam pelaksanaan hukum ;
IRRELEVANT
bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena
keberatan itu tidak mengenai apa yang menjadi pokok persoalan
dalam perkara ini (Irrelevant) ;
PERTIMBANGAN NOVUM :
bahwa akeberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena keberatan
tersebut tidak pernah dikemukakan baik pada pemeriksaan tingkat
pertama maupun pada pemeriksaan tingkat banding dan tidaklah pada
tempatnya untuk diajukan pemeriksaan dalam tingkat kasasi, maka
keberatan serupa dianggap novum ;
PRODEO:
bahwa dalam perkara ini Mahkamah Agung dapat mengizinkan
kepada Pemohon Kasasi untuk tidak membayar biaya perkara ;

Hal. 16 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003


PT/JUDEX FACTIE TELAH TEPAT :
bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Pengadilan
Tinggi…………./Judex factie tidak salah menerapkan hukum ;

Hal. 17 dari 15 hal. Put. No. 807 K/Pdt/2003

You might also like