You are on page 1of 82

PERENCANAAN KONSTRUKSI STRUKTUR ATAS SERTA

STRUKTUR HELIPAD PADA BANGUNAN


RUMAH SAKIT R K CHARITAS PALEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh :
WINNESS SUTEHNO
03111901001
Dosen Pembimbing I :
DR. Ir. HANAFIAH, M.S.
Dosen Pembimbing II :
Ir. H. ROZIRWAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2014
PERENCANAAN KONSTRUKSI STRUKTUR ATAS SERTA
STRUKTUR HELIPAD PADA BANGUNAN
RUMAH SAKIT R K CHARITAS PALEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh :
WINNESS SUTEHNO
03111901001
Dosen Pembimbing I :
DR. Ir. HANAFIAH, M.S.
Dosen Pembimbing II :
Ir. H. ROZIRWAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2014
PERENCANAAN KONSTRUKSI STRUKTUR ATAS SERTA
STRUKTUR HELIPAD PADA BANGUNAN
RUMAH SAKIT R K CHARITAS PALEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh :
WINNESS SUTEHNO
03111901001
Dosen Pembimbing I :
DR. Ir. HANAFIAH, M.S.
Dosen Pembimbing II :
Ir. H. ROZIRWAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Palembang yang merupakan ibu kota
dari provinsi Sumatera Selatan menuntut adanya ketersediaan fasilitas kesehatan
yang layak dan memadai. Saat ini, kota Palembang telah memiliki beberapa layanan
kesehatan seperti puskesmas, klinik swasta, dan rumah sakit. Namun, selain
masyarakat kota Palembang, beberapa masyarakat yang berasal dari luar kota
Palembang seperti kota Prabumulih, Lubuk Linggau, Muara Enim, dan lain
sebagainya memilih layanan kesehatan di kota Palembang dikarenakan fasilitas
kesehatan kota Palembang yang jauh lebih mendukung dibandingkan kabupaten
kabupaten lainnya yang berada di provinsi Sumatera Selatan. Hal ini menyebabkan
kurangnya layanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
merupakan layanan pokok demi kesehatan penduduk.
Saat ini, Rumah sakit R K Charitas merupakan salah satu rumah sakit terdepan
di kota Palembang. Demi menunjang kebutuhan layanan kesehatan masyarakat, R K
Charitas mengembangkan fasilitasnya dengan membangun bangunan rumah sakit
baru berkonstruksi beton bertulang yang memiliki 8 lantai dengan fasilitas helipad
pada atapnya. Fasilitas helipad ini merupakan pertama dan satu satunya fasilitas
transportasi udara untuk rumah sakit di kota Palembang. Sehingga, layanan darurat
yang membutuhkan tindakan cepat dapat memanfaatkan fasilitas landasan helikopter
ini dalam perjalanan ke rumah sakit.
Secara keseluruhan, struktur dari konstruksi bangunan rumah sakit R K
Charitas cukup kompleks untuk dibahas. Pada elemen struktur bawah, bangunan ini
menggunakan konstruksi pondasi dalam berupa concrete spun pile untuk menunjang
beban dari struktur atas bangunan ini. Sedangkan untuk elemen struktur atas, terdapat
komponen kolom, balok, dan plat lantai yang berkonstruksi struktur beton bertulang,
termasuk helipad pada atapnya. Dari hal inilah, maka akan dibahas mengenai
2
perencanaan konstruksi struktur atas serta struktur helipad yang merupakan struktur
pokok pada konstruksi sebuah bangunan.
I.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah mengenai
bagaimana perencanaan dan perhitungan struktur atas yang berkonstruksi beton
bertulang yang meliputi penulangan pada kolom, balok, plat, termasuk helipad pada
atap bangunan ini yang memikul beban helikopter sesuai tipe rencana dan beban
beban lain sesuai PPPURG 1987. Selain itu, dikarenakan bangunan ini memiliki 8
lantai dengan tinggi total bangunan mendekati 40 meter disertai dengan beban
helikopter, maka perhitungan perlu dilakukan dengan menggunakan metode analisa
dinamis respons spektrum SNI 1726-2012 dengan penahan lateral sistem rangka
pemikul momen.
I.3 Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari karya ilmiah tugas akhir ini adalah :
1. Merencanakan dimensi dan tulangan struktur atas termasuk struktur
helipad pada bangunan rumah sakit R K Charitas yang aman dan efisien.
2. Mengidentifikasi hasil besarnya simpangan pada bangunan yang terjadi
terhadap kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit.
I.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. Data Primer
a. Melakukan tinjauan lapangan visual secara langsung.
b. Melakukan wawancara dan diskusi bersama pihak kontraktor.
2. Data Sekunder
a. Data - data teknis proyek berupa gambar-gambar kerja dan denah
yang diperoleh dari kontraktor.
b. Studi literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas baik
itu dari buku-buku referensi, jurnal, peraturan, pedoman, maupun
situs internet.
3
I.5 Ruang Lingkup Penulisan
Pada proyek pembangunan rumah sakit R K Charitas ini memiliki
pembahasan yang sangat luas. Mengingat keterbatasan waktu, maka tidak
memungkinkan untuk membahas secara keseluruhan dari proyek tersebut, sehingga
dibatasi dalam perencanaan dan perhitungan konstruksi struktur beton bertulang pada
elemen struktur atas area klinik rumah sakit yang meliputi komponen kolom, balok,
dan plat lantai termasuk struktur helipad pada atapnya dengan metode analisa
dinamis respons spektrum yang dibantu dengan program SAP2000 V14. Area
gedung parkir rumah sakit tidak termasuk dalam pembahasan karya ilmiah ini.
I.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab yang berisi mengenai uraian tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, ruang
lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai teori-teori atau penjelasan tentang beberapa
hal yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
c. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan skema pelaksanaan penelitian yang juga meliputi
pengumpulan data-data serta analisis data yang digunakan.
d. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan pengolahan data, langkah-langkah, dan rumus perhitungan
serta pembahasan dengan ulasan ulasan Penulis tugas akhir..
e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari hasil akhir penelitian
tugas akhir.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penelitian Terdahulu
Asdam Tambusay dalam penelitian karya ilmiahnya pada tahun 2012
berjudul Tinjauan Perencanaan Superstruktur Gedung Universitas Patria Artha
merencanakan elemen struktur atas bangunan yang terdiri dari balok, kolom, dan plat
lantai dengan bantuan program SAP2000 V14 dengan mengacu pada pedoman-
pedoman perencanaan seperti SK SNI 03-1726-2002, Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1983, dan lain-lain. Selain untuk memperoleh perencanaan
struktur yang berupa perhitungan penulangan, tujuan penelitian ini adalah
membandingkan perencanaan struktur yang telah dianalisis dan ditinjau oleh Penulis
dengan desain awal dari pihak pelaksana gedung Universitas Patria Artha. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dimensi dan penulangan balok, kolom, dan plat pada
review desain lebih ekonomis dibandingkan dengan desain awal dikarenakan
pemilihan dimensi yang mengacu pada perhitungan preliminary desain didasarkan
nilai yang keluar dari perhitungan dan batas kenaikan besaran dimensi mengacu pada
standar perencanaan struktur tahan gempa dimana disebutkan bahwa komponen
struktur harus memenuhi syarat perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh
kurang dari 0,3 dan lebarnya tidak boleh kurang dari 250 mm.
George A. Dela Cruz dan Song Kyoo Kim pada penelitian karya ilmiahnya
pada tahun 2013 berjudul Enhanced Helipad Design for Safety Redundancy by Using
Systematic Innovations membahas masalah mengenai keamanan saat pilot helikopter
hendak melakukan pendaratan pada helipad terutama saat malam hari. Mereka
mencoba menemukan solusi yang sederhana dan ekonomis untuk membantu pilot
helikopter melakukan penerbangan seaman mungkin terutama bila dilakukan pada
saat keadaan yang kurang mendukung seperti keterbatasan jarak pandang
dikarenakan kabut atau saat malam hari. Hasil penelitian ini menemukan solusi yang
inovatif yang dapat diterapkan dengan cara merencanakan helipad yang dilengkapi
dengan lampu LED yang disusun dengan pola sesuai rencana yang sistematis
5
sehingga dapat mengindikasikan arah angin serta marka helipad kepada pilot yang
hendak mendarat.
II.2 Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan merupakan suatu kerangka pokok fisik bangunan yang
bekerja sebagai satu kesatuan yang kokoh dan stabil. Konstruksi bangunan biasanya
dibedakan menjadi dua, yaitu struktur atas bangunan dan struktur bawah bangunan.
(Sunggono, Buku Teknik Sipil 2006)
1. Struktur Atas Bangunan
Struktur atas bangunan yaitu suatu struktur konstruksi yang berada di atas
seperti pelat lantai, balok, dan kolom. Seluruh beban yang dipikul pada
struktur atas bangunan akan diteruskan pada struktur bangunan bawah.
2. Struktur Bawah Bangunan
Struktur bawah bangunan yaitu suatu struktur konstruksi yang berada
dibagian bawah yaitu pondasi. Struktur pondasi dibuat untuk menahan
seluruh beban bangunan diatasnya termasuk berat pondasi itu sendiri, oleh
karena itu struktur pondasi harus kuat, tidak mudah bergerak, dan stabil.
II.3 Kolom
Menurut SK SNI 15-1991-03, kolom adalah elemen vertikal dari rangka atau
frame struktural yang memikul beban dari balok. Elemen ini merupakan elemen yang
mengalami tekan dan pada umumnya disertai dengan momen lentur. Kolom
merupakan salah satu unsur terpenting dalam peninjauan keamanan struktur.
Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya,
posisi beban pada penampang, dan panjang kolom dalam hubungannya dengan
dimensi lateral. Bentuk dan susunan tulangan pada kolom dapat dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu:
1. Kolom segi empat atau bujur sangkar
2. Kolom bundar
3. Kolom komposit yang terdiri dari beton dan profil baja struktural di dalamnya
Sedangkan berdasarkan posisi beban pada penampang, kolom dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu :
6
1. Kolom dengan beban sentris
Adalah kolom yang tidak mengalami momen lentur seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kolom dengan pembebanan sentris
2. Kolom dengan beban eksentris
Adalah kolom yang mengalami momen lentur dan gaya aksial seperti pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kolom dengan pembebanan eksentris
II.4 Balok
Menurut Dr. Edward G. Nawy, P.E. (1998), balok adalah elemen struktur
yang menyalurkan beban-beban tributary dari slab lantai ke kolom penyangga yang
vertikal. Pada umumnya elemen balok dicor secara monolit dengan slab, dan secara
struktural ditulangi di bagian bawah atau di bagian atas. Balok juga berfungsi sebagai
pengekang dari struktur kolom.
Pada balok berlaku pula panjang bentang teoritis l harus dianggap sama
dengan bentang bersih L ditambah dengan setengah panjang perletakan yang telah
ditetapkan. Contoh bentang teoritis balok dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut :
7
(Sumber : Buku Mekanika Bahan)
Gambar 2.3 Bentang Teoritis Balok
Berdasarkan teknik pelaksanaannya, maka perencanaan dari suatu balok dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
II.4.1 Balok Persegi
Balok persegi merupakan suatu jenis balok dengan bentuk persegi pada dua
dimensi yaitu sumbu X dan sumbu Y. Pada perencanaannya, balok ini dapat
memiliki dua jenis penulangan, yaitu balok dengan penulangan tunggal dan balok
dengan penulangan rangkap. Pada suatu komposisi tertentu balok menahan beban
sedemikian hingga regangan mencapai tegangan lentur beton maksimum ( bmaks
'
)
sedangkan tegangan tarik baja tulangan mencapai tegangan luluh
y
f
maka
penampang tersebut mencapai keseimbangan. Kuat lentur suatu balok beton tersedia
karena berlangsungnya mekanisme tegangan-tegangan dalam yang timbul di dalam
balok yang pada keadaan tertentu diwakili oleh gaya-gaya dalam. Akibat gaya tekan
dalam dan gaya tarik dalam maka membentuk kopel momen tahanan dalam dimana
nilai maksimum disebut sebagai kuat lentur. Berdasarkan bentuk empat persegi
panjang, intensitas tegangan beton tekan rata-rata ditentukan sebesar ' 85 , 0
c
f dan
dianggap bekerja pada daerah tekan dari penampang balok sebesar b dan sedalam a,
yang mana besarnya ditentukan dengan rumus.
II.4.2 Balok T
Suatu balok yang apabila pada pelaksanaanya dan perencanaan dihitung
sebagai struktur yang menyatu maka balok ini disebut dengan nama balok T. Balok
ini dicetak menjadi satu kesatuan dengan plat lantai atau atap. Plat akan berlaku
sebagai lapis sayap (flens) tekan dan balok-balok sebagai badan (web). Dalam hal ini,
plat berfungsi sebagai flens dari balok T juga harus direncanakan dan diperhitungkan
8
(Sumber : Buku Beton Bertulang (Istimawan Dipohusodo))
tersendiri terhadap lenturan pada arah melintang terhadap balok-balok
pendukungnya. Dengan demikian plat yang berfungsi sebagai flens tersebut
berperilaku sebagai komponen struktur yang bekerja pada dua arah lenturan yang
tegak lurus. Pembatasan lebar flens efektif balok T sebagai berikut:
1. Lebar flens efektif sebagai bagian dari sayap balok T yang diperhitungkan tidak
lebih dari seperempat panjang bentang balok, sedangkan lebar efektif bagian plat
yang menonjol di kedua sisi dari balok tidak lebih dari delapan kali tebal plat,
dan juga tidak lebih besar dari setengah jarak bersih dengan balok di sebelahnya.
2. Untuk balok yang hanya mempunyai flens pada satu sisi, lebar efektif bagian plat
yang menonjol yang diperhitungkan tidak lebih besar dari seperduabelas panjang
bentangan balok, atau enam kali tebal plat atau setengah jarak bersih dengan
balok di sebelahnya.
Untuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok T dengan maksud untuk
mendapatkan tambahan luas daerah tekan, ketebalan flens tidak boleh besar dari
separoh lebar badan balok, dan lebar flens total tidak boleh lebih besar dari empat
kali lebar balok.
II.5 Plat Lantai
Plat lantai merupakan salah satu komponen struktur konstruksi baik pada
gedung maupun jembatan dan biasanya dibangun dengan konstruksi beton bertulang.
Berdasarkan perilaku plat lantai dalam menahan beban yang bekerja, plat lantai
dibagi menjadi dua yaitu plat satu arah (one-way slab) dan plat dua arah (two-way
slab). Berikut gambar 2.4 menunjukkan struktur pelat lantai.
Gambar 2.4 Plat Lantai
Pada umumnya pada plat lantai satu arah, rasio bentang panjang yaitu Ly
terhadap bentang pendek yaitu Lx harus > 2, sehingga beban yang bekerja pada
9
(Sumber : Buku Beton Bertulang (Istimawan Dipohusodo))
struktur cenderung menyebar pada kedua sisi tumpuan terdekat. Sedangkan plat
lantai dua arah, rasio Ly terhadap Lx pada umumnya 2, sehingga beban yang
bekerja pada struktur menyebar pada keempat sisi tumpuan. Plat satu arah dan plat
dua arah dapat dilihat pada gambar 2.5 yang disajikan di bawah ini :
a b
Gambar 2.5 a. Plat Satu Arah; b. Plat Dua Arah
II.5.1 Metode dan Analisis Perencanaan Plat
Dalam melakukan analisis desain struktur, perlu ada gambaran yang jelas
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang
mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.
Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban mati dan beban hidup saja
(penghuni, perabotan, berat lapis tegel dan berat sendiri plat) yang bekerja secara
tetap dalam waktu lama, sedangkan beban tak terduga seperti gempa, angin dan
getaran tidak diperhitungkan.
Menurut SNI-03-2487-2002 adalah sebagai berikut :
Tegangan beton sebesar 0,85 f
c
diasumsikan terdistribusi secara merata pada
daerah tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan satu garis lurus
yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a =
1
c dari serat dengan regangan
tekan maksimum.
Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus diukur
dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Faktor
1
harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan f
c

lebih kecil daripada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk beton dengan nilai kuat
10
tekan di atas 30 Mpa,
1
harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan 7
Mpa di atas 30 Mpa, tetapi
1
tidak boleh lebih diambil kurang dari 0,65.
Langkah-langkah dalam menghitung penulangan plat lantai adalah sebagai berikut :
1) Hitung pembebanan
Menurut Budiadi (2008), perhitungan beban dalam perhitungan plat
menggunakan SNI-03-2487-2002 adalah :
U=1,2 D + 1,6 L......................................................................... (Persamaan 2.1)
dimana : D = beban mati
L = beban hidup
2) Hitung tinggi efektif
d
x
= h
t
(s +
2
1
).................................................................... (Persamaan 2.2)
d
x
= d
x
................................................................................. (Persamaan 2.3)
Hitung momen plat berdasarkan nilai
x
y
l
l
. Jika nilai
x
y
l
l
> 2 maka penulangan
dilakukan satu arah, sedangkan jika nilai
x
y
l
l
2 maka penulangan dilakukan dua
arah.
II.5.2 Perencanaan Plat Dua Arah ( Two Way Slab )
Plat dua arah adalah plat yang didukung sepanjang keempat sisinya dimana
lenturan akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus (Winter, George, dkk,
1993). Penulangan plat dua arah dilakukan bila
x
y
l
l
2. Pada sistem plat dua arah,
plat ditumpu oleh gelagar pada ke empat sisinya.
a. Langkah pertama perhitungan plat dua arah yaitu dengan menghitung beban
terfaktor dengan menggunakan rumus 2.1.
b. Langkah kedua yaitu menentukan momen lapangan dan tumpuan, yang dapat
dilihat pada tabel 2.2 dan menggunakan rumus 2.4 dan rumus 2.5.
Mu
lx
= 0,001 . W
u
. L
x
2
. x ................(Persamaan 2.4)
Mu
ly
= 0,001 . W
u
. L
x
2
. y ....................................................... (Persamaan 2.5)
11
Tabel 2.1 Konstanta Perencanaan Rasio Tulangan Minimun dan Maksimum
Tulangan Baja Mutu Beton (Mpa)
mutu
fy min
fc' = 17 fc' = 20 fc' =
25
fc' =
30
fc' =
35
fc' =
40
baja
1 = 0.85 1 = 0.85 1 =
0.85
1 =
0.85
1 =
0.81
1 =
0.77
BJTP
max sm max sm max sm max sm max sm max sm
BJTD
24 240 0.0058
0.0274 0.0132 0.032 0.016 0.04 0.02 0.048 0.024 0.054 0.027 0.058 0.031
30 300 0.0047
0.0205 0.0107 0.024 0.013 0.03 0.016 0.036 0.02 0.04 0.022 0.044 0.025
35 350 0.0040
0.0166 0.0093 0.02 0.011 0.024 0.013 0.029 0.016 0.033 0.018 0.035 0.021
40 400 0.0035
0.0138 0.0083 0.016 0.009 0.02 0.012 0.024 0.014 0.027 0.016 0.03 0.019
50 500 0.0028
0.01 0.007 0.012 0.007 0.015 0.01 0.018 0.011 0.02 0.013 0.021 0.014
Sumber: Dipohusodo, 1994
Tabel 2.2 Konstanta Penyaluran Momen Lapangan dan Momen Tumpuan
12
Es
fy
d
+ 003 , 0
. 003 , 0
c. Langkah ketiga menentukan tebal efektif plat lantai dengan menggunakan
rumus 2.6 dan rumus 2.7.
Untuk tulangan arah x :
d
1
= h
t
(s + ).......................... (Persamaan 2.6)
Untuk tulangan arah y :
d
2
= d
1
- .............................. (Persamaan 2.7)
dimana :
h
t
= tebal plat lantai, mm
s = tebal selimut beton, mm
= diameter besi rencana, mm
d. Menentukan Coefficient Balance, jarak dari serat atas ke garis maksimum
C
b
= ........................................................................ (Persamaan 2.8)
Dimana :
C
b
= coeficient balance
d = tebal efektif plat ( mm)
fy = mutu baja (kg/cm
2
)
Es = Nilai modulus Elastisitas baja = 2x10
6
kg/cm
2
e. Menghitung a, besar balok tegangan beton
a =
1
. C
b
.. (Persamaan 2.9)
Dimana :
a = besar blok tegangan beton (cm)
f. Menentukan As perlu perhitungan, dengan menggunakan rumus:
=
.
....... (Persamaan 2.10)
Dimana :
Mu = Momen Ultimate
As = Luas penampang beton ( mm
2
)
Dari perhitungan di atas akan didapat penulangan sesuai untuk beton. Setelah
mendapat nilai As, maka penentuan jenis tulangan untuk kebutuhan di lapangan
mengacu pada tabel 2.3.
13
Tabel 2.3 Luas Penampang Tulangan Baja Per Meter Panjang Plat
Sumber : Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, 1994
II.6 Helipad
Helipad adalah suatu area landasan pendaratan untuk helikopter. Suatu
helipad dibuat dengan mengeraskan suatu permukaan yang jauh dari rintangan
sehingga helikopter dapat mendarat. Helipad pada umumnya dibangun dari beton
dan ditandai dengan suatu lingkaran atau suatu huruf H agar kelihatan dari udara.
Pada umumnya suatu helipad tidak mempunyai fasilitas bahan bakar, layanan untuk
pesawat terbang, dan tidak ada pemandu lalu lintas udara full time. Akan tetapi
bandar udara yang mempunyai fasilitas bahan bakar dan layanan pemandu pesawat
udara sering tersedia helipad. Helipad boleh juga ditempatkan jauh dari fasilitas
seperti itu, sebagai contoh helipad ditempatkan di atas atap rumah sakit sebagai
media transportasi udara.
Dalam merencanakan helipad yang perlu diperhatikan yaitu tipe helikopter
yang menyangkut dengan berat helikopter dengan bahan bakar penuh dan diameter
rotor, kondisi lingkungan, dan tanda yang dirancang untuk visual pilot. Dengan
14
mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka dirancang konstruksi dan dihitung
kekuatan konstruksi helipad yang sesuai. Berikut disajikan gambar 2.6 yang
mengilustrasikan helipad di atas bangunan rumah sakit.
(Sumber : Federal Aviation Administration AC No: 150/5390-2B)
Gambar 2.6 Helipad pada rumah sakit
II.6.1 Rambu dan Marka Helipad
Rambu dan marka Helipad khususnya pada rumah sakit, memiliki standar
yang diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor :
SKEP/41/III/2010 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR 139)
Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport) yang
berbunyi :
Post at personnel entrance
Landing Area
Authorized
Personnel Only
Caution Helicopter
15
1. Berbentuk huruf H berwarna merah dengan latar belakang palang putih
berukuran 3 m.
2. Tinggi huruf H berukuran 3 meter, lebar huruf 1,8 meter dan tebal huruf
0,4 meter atau kelipatannya.
3. Letak marka identifikasi di tengah-tengah Elevated Helipad.
Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar 2.7 yang menjelaskan marka
identifikasi helipad.
(Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor : SKEP/41/III/2010)
Gambar 2.7 Marka Helipad
Selain itu, helipad juga terdiri dari beberapa zona, yaitu zona TLOF (Touchdown and
Lift-off Area) yang dikelilingi oleh zona FATO (Final Approach and Take off Area).
Untuk safety area, berada pada sekitar zona FATO. Berdasarkan ketentuan Federal
Aviation Administration AC No. : 150/5390-2B, terdapat beberapa stndar untuk
marka zona zona tersebut, yaitu :
1. Marka H diorientasikan pada posisi sumbu sejajar dengan arah pendaratan
helikopter sesuai perencanaan.
2. Untuk marka garis zona TLOF berupa garis menerus dengan lebar garis 12
inch atau 30 cm dengan warna putih.
3. Untuk marka garis zona FATO berupa garis putus-putus berwarna putih
sesuai gambar 2.8, kecuali pada posisi sudut yang berupa garis menerus.
16
Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar 2.8 yang menjelaskan zona-zona
helipad.
(Sumber : Federal Aviation Administration AC No: 150/5390-2B)
Gambar 2.8 Zona Helipad
Keterangan :
1. Angka 12 menunjukkan beban lepas landas helikopter maksimum sesuai
tipe rencana yang dinyatakan dengan satuan pound dalam ribuan.
2. Angka 44 menunjukkan diameter rotor helikopter maksimum sesuai tipe
rencana yang dinyatakan dengan satuan ft.
17
II.6.2 Beban Rencana
Berdasarkan PPURG 1987, beban hidup pada atap gedung tinggi yang
diperlengkapi dengan helipad harus diambil sebesar minimum 200 kg/m
2
di luar
daerah landasan, sedangkan pada daerah landasannya harus diambil beban yang
berasal dari helikopter sewaktu mendarat dan mengangkasa dengan ketentuan
ketentuan sebagai berikut :
1. Struktur landasan beserta struktur pemikulnya harus direncanakan terhadap
beban beban yang berasal dari helikopter yang paling menentukan, yaitu
apabila terjadi pendaratan yang keras karena mesin mati sewaktu melandas
(hovering). Beban beban helikopter tersebut dikerjakan pada landasan
melalui tumpuan tumpuan pendarat. Helikopter helikopter ukuran kecil
sampai sedang pada umumnya mempunyai tumpuan pendarat jenis palang
(skid type) atau jenis bantalan (float type), sedangkan yang ukuran besar
mempunyai tumpuan pendarat jenis roda. Tumpuan tumpuan pendarat
dapat terdiri dari dua buah tumpuan utama di samping sebuah tumpuan
belakang atau sebuah tumpuan depan. Parameter parameter sebuah
helikopter bergantung pada jenis dan tipe sesuai keluaran pabrik helikopter.
2. Pembagian beban helikopter berasal dari masing masing tumpuan pendarat
yang meneruskan bagian tertentu dari berat bruto helikopter yang tergantung
pada jenis helikopter dan jenis tumpuan pendaratnya. Pada jenis jenis
helikopter yang mempunyai tumpuan tumpuan pendarat utama, masing-
masing tumpuan pendarat tersebut pada umumnya meneruskan 40 sampai 50
persen dari berat bruto helikopter. Yang dimaksud dari berat berat bruto
helikopter adalah berat total helikopter berikut muatan penuh seperti yang
diizinkan menurut peraturan internasional FAA. Dalam perencanaan struktur
landasan beserta struktur pemikulnya dianggap bahwa 2 buah tumpuan
pendarat secara serempak membebani landasan.
3. Luas bidang kontak ini tergantung pada jenis helikopter dan jenis tumpuan
pendaratnya. Untuk tumpuan pendarat dari jenis roda, di mana masing
masing terdiri dari beberapa roda, nilai nilai luas bidang kontak yang
diberikan adalah jumlah dari luas bidang kontak masing masing roda,
sedangkan untuk tumpuan pendarat dari jenis palang luas bidang kontak
18
tersebut adalah luas bidang palang yang berada langsung sekitar batang
penumpu. Pada umumnya, lantai landasan dapat dianggap kuat apabila
direncanakan terhadap beban terpusat sebesar 50 persen dari berat bruto
helikopter yang terbagi rata dalam bidang kontak seluas 600 cm
2
.
II.6.3 Beban Helikopter
Berdasarkan PPURG 1987, konstruksi elevated helipad harus didesain untuk
dapat menahan beban kejut pada pendaratan yang keras akibat mesin mati dengan
koefisien kejut minimal satu koma lima kali dari berat bruto maksimum helikopter
terbesar yang akan beroperasi pada elevated helipad tersebut dengan kondisi bahan
bakar penuh. Berikut tabel 2.4 menampilkan data sebuah helikopter berdasarkan
pabrik perakit.
Tabel 2.4 Data Helikopter
(Sumber : Federal Aviation Administration AC No: 150/5390-2B)
18
tersebut adalah luas bidang palang yang berada langsung sekitar batang
penumpu. Pada umumnya, lantai landasan dapat dianggap kuat apabila
direncanakan terhadap beban terpusat sebesar 50 persen dari berat bruto
helikopter yang terbagi rata dalam bidang kontak seluas 600 cm
2
.
II.6.3 Beban Helikopter
Berdasarkan PPURG 1987, konstruksi elevated helipad harus didesain untuk
dapat menahan beban kejut pada pendaratan yang keras akibat mesin mati dengan
koefisien kejut minimal satu koma lima kali dari berat bruto maksimum helikopter
terbesar yang akan beroperasi pada elevated helipad tersebut dengan kondisi bahan
bakar penuh. Berikut tabel 2.4 menampilkan data sebuah helikopter berdasarkan
pabrik perakit.
Tabel 2.4 Data Helikopter
(Sumber : Federal Aviation Administration AC No: 150/5390-2B)
18
tersebut adalah luas bidang palang yang berada langsung sekitar batang
penumpu. Pada umumnya, lantai landasan dapat dianggap kuat apabila
direncanakan terhadap beban terpusat sebesar 50 persen dari berat bruto
helikopter yang terbagi rata dalam bidang kontak seluas 600 cm
2
.
II.6.3 Beban Helikopter
Berdasarkan PPURG 1987, konstruksi elevated helipad harus didesain untuk
dapat menahan beban kejut pada pendaratan yang keras akibat mesin mati dengan
koefisien kejut minimal satu koma lima kali dari berat bruto maksimum helikopter
terbesar yang akan beroperasi pada elevated helipad tersebut dengan kondisi bahan
bakar penuh. Berikut tabel 2.4 menampilkan data sebuah helikopter berdasarkan
pabrik perakit.
Tabel 2.4 Data Helikopter
(Sumber : Federal Aviation Administration AC No: 150/5390-2B)
19
Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar 2.9 yang mengilustrasikan
beban sebuah helikopter.
(Sumber : Federal Aviation Administration AC No: 150/5390-2B)
Gambar 2.9 Beban Helikopter
II.7 SNI 1726-2012
SNI 1726:2012 adalah peraturan pemerintah terbaru yang digunakan untuk
menghitung perencanaan gempa. Peraturan resmi pemerintah yang terbaru ini
mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung.
II.7.1 Spektrum Respon Percepatan Pada Perioda Pendek (S
MS
) Dan Perioda 1
_____Detik (S
M1
)
Penentuan respon spektral percepatan gempa MCE
R
di permukaan tanah,
diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1
Dynamic Load = 1.5 x GW
Dynamic Load = 1.5 x GW
0.75 x GW 0.75 x GW
0.75 x GW 0.75 x GW
Dynamic Load = 1.5 x GW
Dynamic Load = 1.5 x GW
0.75 x GW 0.75 x GW
0.75 x GW 0.75 x GW
20
detik yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, ditentukan dengan
perumusan dan tabel dibawah ini :
S
MS
= F
a
S
s
.(Persamaan 2.11)
S
M1
= F
v
S
1
.(Persamaan 2.12)
Dimana :
S
MS
= Parameter percepatan respons spectral MCE pada perioda pendek
S
M1
= Parameter percepatan respons spectral MCE pada perioda 1 detik
F
a
= Koefisien situs perioda pendek
F
v
= Koefisien situs perioda 1 detik
S
s
=Parameter respons spektral percepatan gempa MCE
R
terpetakan
_______untuk perioda pendek
S
1
=Parameter respons spektral percepatan gempa MCE
R
terpetakan
_____________untuk perioda 1 detik
Nilai koefisien Situs F
a
dan F
v
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.5 Koefisien Situs F
a
Kelas
Situs
Parameter respons spektral percepatan gempa MCE
R
terpetakan pada
perioda pendek, T = 0,2 detik, S
s
S
s
0,25 S
s
= 0,5 S
s
= 0,75 S
s
= 1 S
s
1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SS
b
(Sumber : SNI 1726:2012)
Tabel 2.6 Koefisien Situs F
v
Kelas
Situs
Parameter respons spektral percepatan gempa MCE
R
terpetakan pada
perioda 1 detik, S
1
S
1
0,1 S
1
= 0,2 S
1
= 0,3 S
1
= 0,4 S
1
0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SS
b
(Sumber : SNI 1726:2012)
21
II.7.2 Parameter Percepatan Spektral Desain
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek, S
DS
dan pada
perioda 1 detik, S
D1
, ditentukan melalui rumus di bawah ini :
S
DS
= 2/3 S
MS
(Persamaan 2.13)
S
D1
= 2/3 S
M1
(Persamaan 2.14)
Dimana :
S
DS
= Parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek
S
D1
= Parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik
S
MS
= Parameter percepatan respons spektral MCE pada perioda pendek
S
M1
= Parameter percepatan respons spektral MCE pada perioda 1 detik
II.7.3 Koefisien Respons Seismik
Koefisien respon seismik ditentukan dengan syarat C
S2
C
S
C
S1
, seperti
rumus di bawah ini :
= ...(Persamaan 2.15)
= ....(Persamaan 2.16)
=
,
........(Persamaan 2.17)
Dimana :
C
s
= Koefisien respons seismik
S
DS
= Parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek
S
D1
= Parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda 1 detik
R = Koefisien modifikasi respons
I
e
= Faktor keutamaan Gempa
T = Perioda fundamental bangunan (detik)
S
1
= Parameter percepatan spektrum respons maksimum pada perioda 1 detik
II.7.4 Kategori Desain Seismik (KDS)
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang
mengikuti pasal ini. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1,
22
lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik E. Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1,
lebih besar dari atau sama dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik F.
Tabel 2.7 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan
(Sumber : SNI 1726:2012)
II.7.5 Faktor Modifikasi Respons Struktur (R)
Nilai faktor daktilitasnya dan faktor reduksi gempanya harus ditentukan
dengan cara-cara rasional, misalnya dengan menentukannya dari hasil analisis beban
dorong statik. Nilai faktor modifikasi respons R dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.8 Faktor R, C
d
,
o
, Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
(Sumber : SNI 1726:2012)
23
* TB = tidak ada batasan (no limit) dan TI = tidak diijinkan (not permitted).
Ketinggian harus diukur dari dasar
II.7.6 Perioda Fundamental Pendekatan
Perioda fundamental struktur harus diperoleh menggunakan properti struktur
dan karakteristik deformasi elemen penahan dan tidak boleh melebihi hasil koefisien
batasan atas (C
u
). Perhitungan perioda fundamental pendekatan dapat ditentukan
dengan rumus dan tabel di bawah ini :
= .(Persamaan 2.18)
Dimana :
T
a
= Perioda fundamental pendekatan (detik)
C
t
= Koefisien perioda bangunan
= Ketinggian struktur (m)
Adapun tabel koefisien nilai C
u
, C
t
, dan x dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.9 Koefisien Untuk Batas Atas
Parameter percepatan respons spektral desain
pada 1 detik, S
D1
Koefisien C
u
0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Tabel 2.10 Nilai Parameter Perioda Pendekatan C
t
dan x
Tipe Struktur C
t
X
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100
persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan
mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa :
Rangka baja pemikul momen 0,0724
a
0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466
a
0,9
24
Lanjutan Tabel 2.10 Nilai Parameter Perioda Pendekatan C
t
dan x
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731
a
0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731
a
0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488
a
0,75
(Sumber : SNI 1726:2012)
II.7.7 Gaya Dasar Seismik
Geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai
dengan persamaan berikut :
V = C
s
W ..(Persamaan 2.19)
Dimana :
V = Gaya dasar seismik (kN)
Cs = Koefisien respons seismik
W = Berat total bangunan (kN)
25
Studi Literatur
- Jurnal
- Diktat
- Peraturan Peraturan
- Informasi yang Menunjang
Pengumpulan Data
- Data Primer, berupa :
Foto Foto Lokasi; Wawancara
dan Diskusi.
- Data Sekunder, berupa :
Data Tanah SPT; Jenis dan
Mutu Material Struktur; Tipe
dan Spesifikasi Helikopter;
Gambar Gambar DED.
Mulai
Kesimpulan
Pemodelan Struktur
- Program SAP2000 V14
Analisis dan Pembahasan
- Program SAP2000 V14
- Metode Analisis Dinamis Respons Spektrum
Selesai
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Dalam Laporan
tugas akhir ini, dibutuhkan tahapan pengerjaan yang teratur dan sistematis agar
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan di akhir penyusunan laporan. Berikut
gambar 3.1 menyajikan diagram alur penelitian.
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
26
III.1 Studi Literatur
Sumber literatur atau pustaka dapat diperoleh dari beberapa jurnal, diktat,
buku panduan, makalah, peraturan, pedoman, maupun bacaan lain yang merupakan
sumber referensi untuk memperoleh dasar-dasar teori dan parameter-parameter yang
diperlukan dalam menghitung pembebanan dan merencanakan gedung yang kuat,
aman terhadap gempa, nyaman, dan ekonomis sehingga dapat digunakan untuk
menganalisis besarnya dimensi dan jumlah tulangan yang dibutuhkan pada balok,
kolom, dan plat lantai, serta mengetahui besarnya simpangan akibat gempa dengan
menggunakan metode yang ada terhadap struktur bangunan.
III.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam tugas akhir ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Data Primer
a. Melakukan tinjauan lapangan visual secara langsung dengan
dokumentasi digital berupa foto.
b. Melakukan wawancara dan diskusi bersama pihak proyek.
2. Data Sekunder
a. Data tanah berupa Standard Penetration Test atau SPT lokasi.
b. Jenis dan mutu material struktur.
c. Data beban helikopter yang berupa tipe serta tabel spesifikasi.
d. Gambar gambar rencana struktur atau Detail Engineering Design
yang meliputi denah, potongan, tampak bangunan, dimensi struktur,
serta detail struktur.
e. Studi literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas baik itu
dari referensi - referensi, jurnal, peraturan, maupun situs internet.
III.3 Permodelan Struktur
Struktur bangunan yang digunakan adalah struktur portal delapan lantai.
Pembebanan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beban mati (dead load),
beban hidup (live load) dan beban gempa (earthquake). Data-data yang ada tersebut
kemudian akan diinput dan dianalisis lebih lanjut menggunakan bantuan program
SAP2000 V14. Berikut gambar 3.2, 3.3, dan 3.4 merupakan permodelan struktur
yang akan dianalisis.
27
Gambar 3.2 Tampak Depan
Gambar 3.3 Tampak Samping
27
Gambar 3.2 Tampak Depan
Gambar 3.3 Tampak Samping
27
Gambar 3.2 Tampak Depan
Gambar 3.3 Tampak Samping
28
Gambar 3.4 Tampak Atas
III.4 Analisis dan Pembahasan
Metode yang digunakan dalam menganalisis struktur gedung ini adalah SNI
1726-2012 dengan metode analisa dinamis respons spektrum. Di dalam analisis,
dilakukan perhitungan pembebanan berdasarkan PPPURG 1987 dan gaya gempa
berdasarkan SNI 1726-2012 di dalam menganalisis perhitungan strukturnya. Untuk
mempermudah, maka perhitungan dibantu dengan bantuan program SAP2000 V14.
Tahap-tahap yang harus dilakukan adalah :
1. Merencanakan dan memodelkan denah gedung yang akan dianalisis.
2. Menentukan dimensi kolom, balok, plat lantai, serta helipad yang
disesuaikan terhadap pelaksanaan proyek.
3. Menetukan jenis material struktur bangunan serta jenis perletakan.
4. Merencanakan nilai beban yang akan bekerja terhadap bangunan.
Sebagai tambahan, berikut gambar 3.5 mengilustrasikan diagram alur analisis yang
dilakukan pada karya ilmiah ini.
28
Gambar 3.4 Tampak Atas
III.4 Analisis dan Pembahasan
Metode yang digunakan dalam menganalisis struktur gedung ini adalah SNI
1726-2012 dengan metode analisa dinamis respons spektrum. Di dalam analisis,
dilakukan perhitungan pembebanan berdasarkan PPPURG 1987 dan gaya gempa
berdasarkan SNI 1726-2012 di dalam menganalisis perhitungan strukturnya. Untuk
mempermudah, maka perhitungan dibantu dengan bantuan program SAP2000 V14.
Tahap-tahap yang harus dilakukan adalah :
1. Merencanakan dan memodelkan denah gedung yang akan dianalisis.
2. Menentukan dimensi kolom, balok, plat lantai, serta helipad yang
disesuaikan terhadap pelaksanaan proyek.
3. Menetukan jenis material struktur bangunan serta jenis perletakan.
4. Merencanakan nilai beban yang akan bekerja terhadap bangunan.
Sebagai tambahan, berikut gambar 3.5 mengilustrasikan diagram alur analisis yang
dilakukan pada karya ilmiah ini.
28
Gambar 3.4 Tampak Atas
III.4 Analisis dan Pembahasan
Metode yang digunakan dalam menganalisis struktur gedung ini adalah SNI
1726-2012 dengan metode analisa dinamis respons spektrum. Di dalam analisis,
dilakukan perhitungan pembebanan berdasarkan PPPURG 1987 dan gaya gempa
berdasarkan SNI 1726-2012 di dalam menganalisis perhitungan strukturnya. Untuk
mempermudah, maka perhitungan dibantu dengan bantuan program SAP2000 V14.
Tahap-tahap yang harus dilakukan adalah :
1. Merencanakan dan memodelkan denah gedung yang akan dianalisis.
2. Menentukan dimensi kolom, balok, plat lantai, serta helipad yang
disesuaikan terhadap pelaksanaan proyek.
3. Menetukan jenis material struktur bangunan serta jenis perletakan.
4. Merencanakan nilai beban yang akan bekerja terhadap bangunan.
Sebagai tambahan, berikut gambar 3.5 mengilustrasikan diagram alur analisis yang
dilakukan pada karya ilmiah ini.
29
Mulai
Pengumpulan Data
Analisa Menggunakan SAP2000 V14
Template Grid Only
Edit Grid (koordinat X, Y dan Z)
Define :
1. Material
2. Frame Section (Rectangular Concrete dan Rebar)
3. Area Section (Shell)
4. Functions (Response Spectrum)
Pemodelan Struktur Denah Bangunan
Define
Load Pattern :
Dead = 1
Dinding = 0
Beban mati pada plat lantai = 0
Beban hidup pada plat lantai = 0
Ex = 0
Ey = 0
Define
Load Combinations :
COMB1 = 1,4 DL
COMB2 = 1,2 DL + 1,6 LL
COMB3 = 1,2 DL + 0,5 LL + 1 Ex + 0,3 Ey
COMB4 = 1,2 DL + 0,5 LL - 1 Ex + 0,3 Ey
COMB5 = 1,2 DL + 0,5 LL + 1 Ex - 0,3 Ey
COMB6 = 1,2 DL + 0,5 LL - 1 Ex - 0,3 Ey
COMB7 = 1,2 DL + 0,5 LL + 0,3 Ex + 1 Ey
COMB8 = 1,2 DL + 0,5 LL - 0,3 Ex + 1 Ey
COMB9 = 1,2 DL + 0,5 LL + 0,3 Ex - 1 Ey
COMB 10 = 1,2 DL + 0,5 LL - 0,3 Ex - 1 Ey
NO
Distribusi Beban pada Struktur
Analyze Analysis Options (Space Frame)
Design (SNI 1726-2012)
Design
Select Design Combos
Run
Design
Start Design/Check of Structure
(Uji Keamanan)
YES
Hasil Perhitungan dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.5 Diagram Alur Analisis
30
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data Perhitungan
Jenis fungsi gedung : Rumah Sakit
Tinggi Bangunan : 8 Lantai (39 meter)
Jenis Konstruksi : Struktur Beton Bertulang
Mutu beton (fc) : K-300 (24,9 MPa)
Modulus Elastisitas Beton ( ) : 4700 = 4700

24,9 = 23452,95 MPa
menurut SK SNI 03-2847-2002
Angka poison () : 0, 2
Mutu baja ulir (fy) : BJTD 40 (400 MPa)
Mutu baja polos (fy) : BJTP 24 (240 MPa)
Berat jenis baja : 7850 kg/m
3
Berat jenis beton : 2400 kg/m
3
Tebal plat lantai : 13 cm = 130 mm
Tebal plat helipad : 14 cm = 140 mm
Tipe helikopter rencana : Bell 412EP
Berat bruto maksimum helikopter, : 11900 lbs X 0,4536 kg/lbs = 5397 kg
berdasarkan tabel 2.4
Letak wilayah gempa : Zona Gempa 2
IV.2 Perhitungan Pembebanan
Pembebanan yang diberikan pada struktur rumah sakit R K Charitas
Palembang ini diantaranya adalah beban mati, beban hidup, dan beban gempa.
Beban-beban ini diberikan berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN), yaitu pada PPURG tahun 1987. Dan untuk beban
gempa, direncanakan sesuai peraturan SNI 1726 2012.
IV.2.1 Beban Mati
Berat sendiri plat lantai = 0,13 m x 2400 kg/m
3
= 312 kg/m
2
Berat sendiri plat helipad = 0,14 m x 2400 kg/m
3
= 336 kg/m
2
31
Berat keramik = 24 kg/m
2
Dinding pasangan setengah bata = 250 kg/m
2
Plafond + penggantung = 11 kg/m
2
+ 7 kg/m
2
= 18 kg/m
2
Mechanical dan Electrical = 40 kg/m
2
IV.2.2 Beban Hidup
Beban hidup ditentukan oleh jenis gedung yang akan difungsikan. Pada karya
ilmiah ini, gedung direncanakan sebagai klinik rumah sakit. Di samping itu, terdapat
sebuah helipad seperti pada gambar 4.1 pada gedung ini yang direncanakan
maksimum untuk helikopter tipe Bell 412EP berjenis skid seperti pada gambar 4.2.
Dengan helikopter dengan jenis landasan skid, maka pada hakikatnya beban sebuah
helikopter yang dinyatakan dalam satuan kg, dikonversikan menjadi beban merata
dalam satuan kg/m
2
yang akan didistribusikan pada plat daerah landasan helikopter
bermarka H.
Gambar 4.1 Denah Helipad
Gambar 4.2 Ilustrasi Helikopter Bell 412EP
17374
14020 14020
4572 4572
2530
32
Berdasarkan pada PPURG tahun 1987, beban hidup untuk rumah sakit serta helipad
adalah sebagai berikut :
Beban hidup pada lantai = 250 kg/m
2
Beban hidup Tangga = 300 kg/m
2
Beban hidup pada atap = 150 kg/m
2
Beban hidup pada helipad = 200 kg/m
2
Beban hidup daerah landasan helikopter = 1,5 x (5397 kg : 2) : (3 x 0,4) m
2
= 4047,75 kg : (3 x 0,4) m
2
= 3373,125 kg/m
2
IV.2.3 Beban Gempa
Beban gempa yang terjadi pada struktur gedung ini didasarkan pada peraturan
SNI 1726 2012. Berdasarkan peta pada google maps, rumah sakit R K Charitas
terletak pada koordinat lintang 2
0
58' 35,1"S dan bujur 104
0
45' 12,1" E.
Gambar 4.3 Peta Koordinat lokasi
Dengan memasukkan koordinat lintang dan bujur pada situs resmi internet
yang beralamat http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/,
maka akan diperoleh data data parameter gempa dan grafik Respons Spektrum
sebagai berikut.
33
Gambar 4.4 Grafik Respons Spektrum
(Sumber : http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/)
Percepatan respons spektral MCE dari peta gempa pada
perioda pendek, S
S
(g)
= 0,263
Percepatan respons spektral MCE dari peta gempa pada
perioda 1 detik, S
1
(g)
= 0,165
Percepatan respons spektral MCE pada perioda pendek,
S
MS
(g)
= 0,418
Percepatan percepatan respons spektral MCE pada perioda
1 detik, S
M1
(g)
= 0,353
Percepatan respons spektral pada perioda pendek, S
DS
(g) = 0,279
Percepatan respons spektral pada perioda 1 detik, S
D1
(g) = 0,235
T
0
(detik) = 0,2 S
D1
/S
DS
= 0,169
T
S
(detik) = S
D1
/S
DS
= 0,843
IV.2.3.1 Klasifikasi Situs Tanah
Untuk menentukan klasifikasi kelas situs tanah lokal, maka dapat dilakukan
dengan menguji nilai penetrasi standar rata- rata. Berdasarkan hasil uji test penetrasi
lokasi, berikut disajikan tabel 4.1 yang menampilkan nilai Test Penetrasi Standar
rata-rata (N).
Sa = S
D1
/ T
34
Tabel 4.1 Nilai Test Penetrasi Standar Rata-Rata (N)
Depth (m) Ni ti ti/Ni
2 6 2 0.3333
4 4 2 0.5000
6 5 2 0.4000
8 19 2 0.1053
10 26 2 0.0769
12 19 2 0.1053
14 36 2 0.0556
16 36 2 0.0556
18 37 2 0.0541
20 39 2 0.0513
22 50 2 0.0400
24 60 2 0.0333
26 60 2 0.0333
28 60 2 0.0333
30 60 2 0.0333
Total 517 30 1.910563
Sumber : Data Proyek
Nilai test penetrasi standar rata-rata sesuai dengan persamaan SNI 1726-2012 pasal
5.4.2 pada titik 1 adalah :
=
t
i
m
i=1
t
i
N
m
i=1
= =
30
1,910563
= 15,702
Dengan nilai antara 15 hingga 50 sesuai standard SNI 1726-2012, maka masuk
dalam kelas situs tanah sedang (SD).
IV.2.3.2 Penentuan Kategori Desain Seismik (KDS)
R K Charitas yang merupakan gedung difungsikan sebagai rumah sakit
termasuk dalam kategori risiko IV dengan nilai faktor keutamaan gempa, Ie = 1,5.
35
Dengan nilai parameter percepatan respons spektral, S
DS
antara 0,167 dan 0,33, maka
gedung ini masuk dalam kategori desain seismik C.
IV.2.3.3 Menentukan Sistem Struktur Penahan Gempa
Berdasarkan kategori desain seismik gedung ini yang termasuk dalam
kelompok C, maka gedung yang berkonstruksi beton bertulang ini diizinkan untuk
menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dengan koefisien
modifikasi renspons, R = 8.
IV.2.4 Kombinasi Pembebanan
Desain gedung rumah sakit R K Charitas pada tugas akhir ini direncanakan
dengan kombinasi pembebanan antara beban mati, beban hidup, dan beban gempa
yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Kombinasi 1 : 1,4 DL
2. Kombinasi 2 : 1,2 DL + 1,6 LL
3. Kombinasi 3 : 1,2 DL + 0,5 LL + 1 Ex + 0,3 Ey
4. Kombinasi 4 : 1,2 DL + 0,5 LL - 1 Ex + 0,3 Ey
5. Kombinasi 5 : 1,2 DL + 0,5 LL + 1 Ex - 0,3 Ey
6. Kombinasi 6 : 1,2 DL + 0,5 LL - 1 Ex - 0,3 Ey
7. Kombinasi 7 : 1,2 DL + 0,5 LL + 0,3 Ex + 1 Ey
8. Kombinasi 8 : 1,2 DL + 0,5 LL - 0,3 Ex + 1 Ey
9. Kombinasi 9 : 1,2 DL + 0,5 LL + 0,3 Ex - 1 Ey
10. Kombinasi 10 : 1,2 DL + 0,5 LL - 0,3 Ex - 1 Ey
Dari sepuluh kombinasi di atas, maka analisis yang dibantu dengan program SAP
2000 V14 akan menggunakan kombinasi yang terkritis sehingga didapat nilai nilai
gaya dalam yang digunakan untuk analisis.
IV.3 Permodelan dan Analisa Struktur dengan Program SAP 2000 V14
Gedung rumah sakit R K Charitas direncanakan sebagai bangunan
berkonstruksi beton bertulang 8 lantai dengan tinggi total 39 meter. Berikut gambar
4.5 menampilkan hasil pemodelan dalam bentuk 3 dimensi yang dibantu dengan SAP
2000 V14.
36
Gambar 4.5 Permodelan Struktur 3 Dimensi
Langkah-langkah analisa struktur dengan program SAP 2000 V14
menggunakan metode SNI (Standar Nasional Indonesia) yang merupakan langkah
selanjutnya untuk mendesain struktur adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Geometri Struktur
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menentukan geometri struktur :
Buka program SAP 2000 V14, kemudian pilih menu File New Model
kemudian akan ditampilkan dialog box New Model.
Pilih unit yang sesuai dengan ketentuan, dalam contoh ini unit dalam Kg-m,
pada New Model Initialization ini pilih Instialize Model from Defaults with
Units, kemudian pilih Kgf, m, C, dan pada Select Template ambil gambar
Grid Only.
Setelah pilih Template Grid Only akan tampil dialog box Quick Grid Lines.
Klik OK, kemudian pilih Define Coordinate Systems/Grids akan tampil
dialog box Coordinate/Grid Systems. Karena Coordinate System Name
bernama GLOBAL, maka pilih Modify/Show System untuk merubah grid
secara rinci. Kemudian akan tampil dialog box Define Grid System Data
pada layar.
Dari gambar konstruksi anda masukkan data sebagai berikut :
37
Untuk X Grid Data :
Grid ID X1 Ordinate 0
Grid ID X2 Ordinate 6
Grid ID X3 Ordinate 14
Grid ID X4 Ordinate 22
Untuk Y Grid Data :
Grid ID Y1 Ordinate 0 Grid ID Y4 Ordinate 24
Grid ID Y2 Ordinate 8 Grid ID Y5 Ordinate 32
Grid ID Y3 Ordinate 16 Grid ID Y6 Ordinate 40
Untuk Z Grid Data :
Grid ID Z1 Ordinate -4,3 Grid ID Z7 Ordinate 18,5
Grid ID Z2 Ordinate -3,5 Grid ID Z8 Ordinate 23
Grid ID Z3 Ordinate 0 Grid ID Z9 Ordinate 27,5
Grid ID Z4 Ordinate 5 Grid ID Z10 Ordinate 32
Grid ID Z5 Ordinate 9,5 Grid ID Z11 Ordinate 37
Grid ID Z6 Ordinate 14 Grid ID Z12 Ordinate 39
Gambar 4.6 Penentuan Geometri Model Struktur
2. Menentukan Material
38
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menentukan material :
Pilih menu Define Materials, maka akan muncul dialog box Define
Materials.
Karena direncanakan material sesuai dengan material yang biasanya
digunakan di Indonesia maka dipilih material dengan memasukkan properti
data sesuai dengan jenis dan beratnya yang ada di Indonesia. Klik Add New
Material, maka akan muncul dialog box Material Properties Data. Material
Type kita pilih Concrete, ubah Weight per Unit Volume, nilai elastisitas dan
kuat tekan atau kuat tarik sesuai dengan ketentuan material beton yang
digunakan.
Ulangi langkah diatas untuk menentukan material pada tulangan
Klik Add New Material, maka akan muncul dialog box Material Properties
Data. Masukkan Material Nama, Material Type kita pilih Rebar, ubah
Weight per Unit Volume, nilai elastisitas dan kuat tekan atau kuat tarik
sesuai dengan ketentuan material baja tulangan yang digunakan.
Gambar 4.7 Penentuan Material
3. Menentukan Section
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
39
Pilih menu Define Section Properties Frame Sections, maka akan tampil
dialog box Frame Properties. Pada dialog ini akan kita buat ukuran balok
dan kolom sesuai yang direncanakan.
Karena kita merencanakan dimensi kolom dan balok maka kita harus
memasukkan properti data. Klik Add New Property untuk memilih bentuk
penampang yang akan kita gunakan, kemudian akan muncul dialog box Add
Frame Section Properties.
Karena kita merencanakan beton persegi, maka pilih Concrete pada Frame
Section Properties Type, kemudian pilih Rectangular pada Add a concrete
Section. Lalu akan muncul dialog box Rectangular Section. Kemudian
masukkan Section Name, Dimension dan Material kita pilih material yang telah
kita tentukan sebelumnya sesuai dengan perencanaan.
Klik OK, frame yang sudah kita pilih akan tersedia pada dialog box Frame
Properties.
Gambar 4.8 Penentuan Frame Sections
Pilih menu Define Section Properties Area Sections, maka akan tampil
dialog box Area Sections.
Karena direncanakan dimensi plat lantai dan plat Helipad maka kita harus
memasukkan properti data. Klik Add New Section untuk memilih mengisi profil
yang akan kita gunakan, kemudian akan muncul dialog box Shell Section Data.
40
Ubah Section Nama, pilih material sesuai yang telah ditentukan dan isi tebal
Membrane dan Bending sesuai data.
Gambar 4.9 Penentuan Area Sections
4. Memodelkan Konstruksi bangunan dan Property Element
Setelah kita menentukan profil penampang, selanjutnya kita menggambar
konstruksi sesuai denah, dimana gridnya sudah dibuat sesuai dengan koordinat
konstruksi. Langkah yang dilakukan adalah :
Pilih Menu Draw Quick Draw Frame/Cable/Tendon, akan timbul kotak
dialog box Properties of Object.
Klik kiri mouse dari ujung titik grid yang akan kita bentangkan profil balok
atau kolom kemudian tarik hingga ke titik ujungnya sesuai denah bangunan.
Dengan menggunakan mouse kurung seluruh titik pondasi kemudian pilih
menu Assign Joint Restraints maka akan muncul dialog box Joint
Restraints. Pilih pada Fast Restraints yang berbentuk jepit tampak pada
gambar.
Selanjutnya menentukan area plat lantai dan plat Helipad dengan cara, klik
Draw Draw Rectangular Area Element.
41
Gambar 4.10 Permodelan Struktur
5. Membuat fungsi Response Spectrum
Pilih Menu Define Functions Response Spectrum, maka akan tampil
dialog box Define Response Spectrum Functions.
Pada box Choose Function Type to Add pilih User, lalu klik Add New
Function untuk mengisi data gempa sesuai wilayah gempa.
Input nilai Periode T serta Spektral Percepatan (g) sesuai Grafik Respons
Spektrum yang telah ditentukan dan kelas tanah sedang.
Gambar 4.11 Penentuan Fungsi Respons Spektrum
42
6. Menentukan Load Patterns
Berikut merupakan langkah-langkah menentukan elemen beban yang akan
digunakan dalam sistem kombinasi pembebanan :
Pilih Menu Define Load Patterns, maka akan ditampilkan dialog box
Define Load Patterns.
Pada kolom Load Pattern Name ketik DEAD, pada kolom Type pilih DEAD,
dan pada kolom Self Weight Multiples ketik angka 1, kemudian klik Add
New Load.
Pada kolom Load Pattern Name ketik PLAT LANTAI, pada kolom Type
pilih DEAD, dan pada kolom Self Weight Multiples ketik angka 0, kemudian
klik Add New Load. Lakukan hal yang sama untuk beban mati PLAT
HELIPAD, KERAMIK, PLAFON, M & E, serta DINDING.
Pada kolom Load Pattern Name ketik BEBAN HIDUP ORANG, pada
kolom Type pilih LIVE, dan pada kolom Self Weight Multiples ketik angka
0, kemudian klik Add New Load. Lakukan hal yang sama untuk beban hidup
HELIPAD, AIR HUJAN, HELIKOPTER, dan TANGGA
Pada kolom Load Pattern Name ketik RSx, pada kolom Type pilih QUAKE,
dan pada kolom Self Weight Multiples ketik angka 0, pada kolom Auto
Lateral Load Pattern pilih UBC 97 kemudian klik Add New Load. Lalu klik
modify lateral load pattern dan input parameter R dan I sesuai perencanaan
fungsi gedung. Lakukan hal yang sama untuk beban gempa RSy.
Gambar 4.12 Penentuan Load Patterns
7. Menentukan Kombinasi Beban
43
Berikut langkah-langkah serta penjelasan untuk menentukan kombinasi
pembebanan :
Pilih menu Define Load Combinations, maka akan tampil dialog box
Define Load Combinations.
Klik Add New Combo, maka tampil dialog box Load Combination Data.
Pada Load Combination Name, ketik COMB1
Pada Define Combination of Case Result kolom Load Case Name pilih
DEAD dan Scale Factor isi 1,4, kemudian klik Add.
Kembali pada kolom Load Case Name pilih DEAD, PLAT LANTAI, PLAT
HELIPAD, KERAMIK, PLAFON, M & E, serta DINDING dan Scale
Factor 1,4, kemudian klik Add.
Ulangi langkah diatas untuk COMB2, kemudian pada Load Combination
Name, Anda ketik COMB2.
Pada Define Combination of Case Result kolom Load Case Name pilih
DEAD, PLAT LANTAI, PLAT HELIPAD, KERAMIK, PLAFON, M & E,
serta DINDING dan Scale Factor isi 1,2, kemudian klik Add.
Kemudian kembali lagi pada kolom Load Case Name pilih BEBAN HIDUP
ORANG, HELIPAD, AIR HUJAN, HELIKOPTER, dan TANGGA dan
Scale Factor 1,6, kemudian klik Add.
Lakukan langkah diatas untuk COMB3, COMB4, COMB5, COMB6,
COMB7, COMB8, COMB9, dan COMB10.
Gambar 4.13 Penentuan Load Combinations
44
8. Menentukan Load Cases untuk respons spektrum
Pilih menu Define Load Cases, maka tampil dialog box Define Load Cases.
Pilih MODAL lalu klik Modify/Show Load Cases.
Pada opsi types of mode, pilih Ritz Vector.
Pada kolom Load Type, pilih Accel atau percepatan, Load name Ux, dan isi
nlai Target Dynamic Participation Ratios (%) sebesar 99. Lakukan hal yang
sama untuk Uy.
Klik Ok.
Gambar 4.14 Penentuan Load Cases pada Modal
Kembali pilih Load Cases RSx, lalu klik Modify/Show Load Cases.
Pada Load Case Types, pilih Response Spectrum. Untuk RSx, maka load
name dipilih U1 yang menandakan perpindahan arah x. pada kolom
Function, pilih grafik yang telah kita input sebelumnya di Response
Spectrum Function.
Pada kolom Scale Factor, isi dengan nilai I / R x 9,81 yang bernilai 1,839 .
Klik Ok
Kembali pilih Load Cases RSy, lalu klik Modify/Show Load Cases.
Pada Load Case Types, pilih Response Spectrum. Untuk RSy, maka load
name dipilih U2 yang menandakan perpindahan arah y. pada kolom
Function, pilih grafik yang telah kita input sebelumnya di Response
Spectrum Function.
45
Pada kolom Scale Factor, isi dengan nilai I / R x 9,81 yang bernilai 1,839 .
Klik Ok
Gambar 4.15 Penentuan Load Cases pada Beban Gempa
9. Menentukan Elemen Beban
Untuk analisis struktur diatas, terdapat beberapa macam Load Patterns, yaitu :
Pada frame terdapat beban dinding = 250 kg/m
2
x tinggi per lantai.
Pada area section terdapat Berat sendiri plat lantai = 312 kg/m
2
, Berat
sendiri plat helipad = 336 kg/m
2
, Berat keramik = 24 kg/m
2
, Plafond +
penggantung =18 kg/m
2
, Mechanical dan Electrical = 40 kg/m
2
, Beban
hidup pada lantai = 250 kg/m
2
, Beban hidup Tangga = 300 kg/ m
2
, Beban
hidup pada atap = 150 kg/m
2
, Beban hidup pada helipad = 200 kg/m
2
, dan
Beban hidup daerah landasan helikopter = 3373,125 kg/m
2
.
Semua beban termasuk beban mati dan beban hidup yang bekerja pada struktur
bangunan dianggap beban merata pada plat yang kemudian dikerjakan pada frame.
Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pilih semua frame yang akan diberi beban dinding yang disesuaikan dengan
denah arsitektur.
46
Pilih menu Assign Frame Loads Distributed kemudian akan muncul
dialog box Frame Distributed Loads.
Setelah langkah tersebut, kita akan menginput beban sesuai dengan load
patterns. Berikut langkah penyebaran elemen beban pada struktur :
a. Akibat beban dinding (Dead Load)
Pada Load Pattern Name : DINDING
Pada Coordinat System pilih GLOBAL
Pada Direction pilih Gravity
Pada Uniform Load, input nilai beban dinding.
b. Akibat beban pada plat lantai
Pilih semua area section plat lantai
Pilih menu Assign Area Loads Uniform To Frame (Shell)
kemudian akan muncul dialog box Area Uniform Loads to Frames
Pada Load Pattern Name : BEBAN SENDIRI PLAT LANTAI
Pada Load : 312 kg/m
2
Pada Coordinate System pilih GLOBAL
Pada Direction pilih Gravity
Pada Distribution pilih Two-Way
Lalu klik OK, lakukan hal yang sama untuk area load yang lainnya.
c. Akibat beban Helikopter
Pilih area section pada plat helipad daerah landasan helikopter
Pilih menu Assign Area Loads Uniform To Frame (Shell)
kemudian akan muncul dialog box Area Uniform Loads to Frames
Pada Load Pattern Name : BEBAN HIDUP DAERAH LANDASAN
HELIKOPTER
Pada Load : 3373,125 kg/m
2
Pada Coordinate System pilih GLOBAL
Pada Direction pilih Gravity
Pada Distribution pilih Two-Way
Lalu klik OK
47
Gambar 4.16 Penentuan Frame Loads
10. Analisis Model
Untuk analisis model dilakukan sebagai berikut :
Pilih menu Analyze/Set Analysis Options, kemudian akan tampil dialog box
Analysis Options. Dari dialog box ini pilih pada Fast DOFs dengan Space
Frame.
Pilih menu Analyze Run Analysis maka akan tampil dialog box Set Load
Cases to Run, kemudian klik Run Now.
Gambar 4.17 Analisis Model
11. Desain Keamanan Struktur Beton
Berikut langkah - langkah dalam mendesain struktur beton :
48
Pilih menu Design Concrete Frame Design Select Design Combos,
maka akan tampil dialog box Design Load Combinations Selection.
Pada List of Load Combinations pilih COMB1, COMB2, COMB3,
COMB4, COMB5, COMB6, COMB7, COMB8, COMB9 dan COMB10
kemudian klik Add, maka COMB1 sampai COMB10 akan berpindah ke
kolom Design Load Combinations.
Lalu pada Automatic Design Load Combinations, klik Automatically
Generate Code-Based Design Load Combinations agar tidak terautomatis.
Klik OK
Gambar 4.18 Memilih Design Load Combinations
Pada desain beton, metode SK SNI 03-2847-2002 memiliki faktor desain yang
telah diatur dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Faktor desain tersebut
berguna untuk melakukan analisis rasio terhadap struktur bangunan. Berikut
langkah-langkah untuk menentukan desain :
Metode SK SNI 03-2847-2002
Pilih menu Design Concrete Frame Design View/Revise Preferences,
maka akan tampil dialog box Concrete Frame Design Preferences.
Ubah Design Code pada kolom Value kemudian pilih ACI 318-99.
ACI 318-99 akan disesuaikan dengan kondisi desain beton di Indonesia
dengan mengubah nilai Phi (Bending-Tension) sebesar 0,8; Phi
49
(Compression Tied) sebesar 0,65; Phi (Compression Spiral) sebesar 0,7; Phi
(Shear) sebesar 0,75.
ACI 318-99 merupakan code yang diacu oleh Standar Nasional Indonesia
tahun 2002.
Klik OK, kemudian pilih Design Concrete Frame Design Start
Design/Check of Structure, setelah itu akan tampil layer Concrete Design
Result (ACI 318-99).
Gambar 4.19 Penentuan Code dan Parameter Design
12. Hasil Struktur
Untuk melihat detail hasil desain pada metode tersebut dilakukan dengan
langkah - langkah sebagai berikut :
Pilih Display Show Table.
Kemudian akan muncul dialog box Choose Tables for Display, kemudian
pilih Analysis Result untuk melihat hasil output secara detail.
Hasil Analysis berupa tabel dapat diexport ke program Microsoft Excel.
IV.4 Perhitungan Struktur
IV.4.1 Partisipasi Massa
Pada SNI Gempa 1726-2012 Pasal 7.9.1, disebutkan bahwa jumlah ragam
50
vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons harus menghasilkan partisipasi
massa minimum 90%. Pada analisis gedung ini, pastisipasi massa bernilai 90%
terjadi pada ragam ke 25. Berikut disajikan tabel hasil output program SAP 2000
V14.
Tabel 4.2 Partisipasi Massa
OutputCase StepType StepNum Period UX UY SumUX SumUY
Text Text Unitless Sec Unitless Unitless Unitless Unitless
MODAL Mode 1 1.355166 0.64 0.0004896 0.64 0.0004896
MODAL Mode 2 1.195892 0.06245 0.31 0.7 0.31
MODAL Mode 3 1.181854 0.03476 0.42 0.73 0.73
MODAL Mode 4 0.433031 0.07704 0.00008672 0.81 0.73
MODAL Mode 5 0.384844 0.01074 0.0351 0.82 0.76
MODAL Mode 6 0.379917 0.005388 0.05241 0.83 0.81
MODAL Mode 7 0.239777 0.0262 0.00008401 0.85 0.81
MODAL Mode 8 0.216436 0.00697 0.01001 0.86 0.82
MODAL Mode 9 0.212914 0.002003 0.02353 0.86 0.85
MODAL Mode 10 0.156243 0.01327 0.0001082 0.88 0.85
MODAL Mode 11 0.142801 0.00641 0.003406 0.88 0.85
MODAL Mode 12 0.139612 0.0007785 0.01551 0.88 0.87
MODAL Mode 13 0.11268 0.001732 0.0000294 0.89 0.87
MODAL Mode 14 0.110197 0.00602 0.0001232 0.89 0.87
MODAL Mode 15 0.101636 0.0004262 0.0002626 0.89 0.87
MODAL Mode 16 0.101521 0.004576 0.001902 0.9 0.87
MODAL Mode 17 0.099539 0.001051 0.001306 0.9 0.87
MODAL Mode 18 0.098201 0.001054 0.008761 0.9 0.88
MODAL Mode 19 0.095501 0.0001587 0.0005912 0.9 0.88
MODAL Mode 20 0.082749 0.005443 0.000163 0.9 0.88
MODAL Mode 21 0.080395 0.0000142 0.0001229 0.9 0.88
MODAL Mode 22 0.07614 0.006794 0.001169 0.91 0.88
MODAL Mode 23 0.073399 0.0004873 0.00899 0.91 0.89
MODAL Mode 24 0.065068 0.00817 0.00002147 0.92 0.89
MODAL Mode 25 0.058978 0.0003236 0.01017 0.92 0.9
MODAL Mode 26 0.056387 0.00594 0.0007883 0.93 0.9
MODAL Mode 27 0.048272 0.0003555 0.02057 0.93 0.92
MODAL Mode 28 0.043793 0.0001134 0.02731 0.93 0.95
MODAL Mode 29 0.042961 0.01748 9.504E-07 0.94 0.95
MODAL Mode 30 0.026647 0.006323 0.00003091 0.95 0.95
IV.4.2 Faktor Skala
Sesuai SNI Gempa 1726-2012 pasal 7.9.4.1, bila Kombinasi respons untuk
geser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V1)
51
menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan
0,85V1/Vt.
Koefisien respons seismik, Cs = Sds/(R/I) = 0,279/(8/1,5) = 0,0523
Dari hasil analisa program SAP 2000 V14, didapat output berat total gedung yang
ditampilkan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Base Reaction Beban
OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ
Text Text Kgf Kgf Kgf
DEAD LinStatic 2.701E-10 5.86E-09 3563813.45
PLAT LANTAI LinStatic -1.158E-09 2.492E-09 2432112.38
KERAMIK LinStatic 1.205E-11 2.585E-10 169285.24
PLAFON LinStatic -6.656E-11 1.443E-10 140314.18
M & E LinStatic -1.475E-10 3.194E-10 339969.28
DINDING LinStatic -1.209E-09 1.115E-09 3041750
ORANG LinStatic -7.09E-10 1.821E-09 1904808
ORANG HELIPAD LinStatic -2.21E-11 2.689E-10 34323
PLAT HELIPAD LinStatic -3.909E-11 4.486E-10 57662.65
AIR HUJAN ATAP LinStatic -1.281E-10 1.069E-10 132000
HELIKOPTER LinStatic -5.54E-11 1.026E-10 53970
TANGGA LinStatic 1.008E-09 1.054E-09 41495.96
Wt = W beban mati + 30% W beban hidup
= (3563813.45 + 2432112.38 + 169285.24 + 140314.18 + 339969.28 +
3041750 + 57662.65) kg + 30%(1904808 + 34323 + 132000 + 53970 +
41495.96) kg
= 9744907.18 kg + 30%.2166596.96 kg = 10394886,27 kg
V1 = Cs . Wt = 0,0523 . 10394886,27 kg = 543652.5518 kg
Dari hasil analisa program SAP 2000 V14, didapat Vt yang ditampilkan pada tabel
4.4.
Tabel 4.4 Base Shear, Vt
OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY
Text Text Text Kgf Kgf
RSx LinRespSpec Max 81595.43 3375.92
RSy LinRespSpec Max 3364.48 97519.38
Cek kebutuhan Faktor skala arah x :
Vt < 0,85V1
52
81595,43 < 462104,67
Cek Skala gaya arah y :
Vt < 0,85V1
97519.38 < 462104,67
Maka Faktor skala untuk arah x = 0,85V1/Vt = 462104,67 kg/81595,43 kg = 5,663
Faktor skala untuk arah y = 0,85V1/Vt = 462104,67 kg/97519.38 kg = 4,739
IV.4.3 Kinerja Batas Layan
Perhitungan kinerja batas layan akibat simpangan arah X dan Y yang hasilnya
dapat dibaca dari output program SAP 2000 V14 dapat dihitung sebagai berikut:
Perubahan simpangan, S = simpangan lantai atas simpangan lantai bawah.
Simpangan antar - tingkat yang diizinkan = 0,03/R x tinggi tingkat yang
bersangkutan atau 30 mm.
Tabel 4.5 Kinerja Batas Layan Akibat Simpangan Gempa Arah X
Lantai Tinggi Tingkat Simpangan s Diizinkan
Keterangan
Status
(mm) (mm) (mm) (mm)
Basement 3500 0.073 0.073 13.125 s < izin Ok
1 5000 1.574 1.501 18.75 s < izin Ok
2 4500 5.603 4.029 16.875 s < izin Ok
3 4500 9.348 3.745 16.875 s < izin Ok
4 4500 12.954 3.606 16.875 s < izin Ok
5 4500 16.379 3.425 16.875 s < izin Ok
6 4500 19.424 3.045 16.875 s < izin Ok
7 4500 22.018 2.594 16.875 s < izin Ok
8 5000 24.156 2.138 18.75 s < izin Ok
Tabel 4.6 Kinerja Batas Layan Akibat Simpangan Gempa Arah Y
Lantai Tinggi Tingkat Simpangan s Diizinkan Keterangan Status
(mm) (mm) (mm) (mm)
Basement 3500 0.021 0.021 13.125 s < izin Ok
1 5000 0.711 0.690 18.75 s < izin Ok
2 4500 3.656 2.945 16.875 s < izin Ok
3 4500 6.765 3.109 16.875 s < izin Ok
4 4500 9.796 3.031 16.875 s < izin Ok
5 4500 12.561 2.765 16.875 s < izin Ok
6 4500 14.953 2.392 16.875 s < izin Ok
7 4500 16.906 1.952 16.875 s < izin Ok
8 5000 18.381 1.476 18.75 s < izin Ok
53
IV.4.4 Kinerja Batas Ultimit
Pada SNI Gempa 1726-2012 pasal 7.9.4.2, menyebutkan bahwa jika respons
terkombinasi untuk geser dasar ragam (V
t
) kurang dari 85 persen dari C
s
W, maka
simpangan antar lantai harus dikalikan dengan 0,85(C
s
W/V
t
). Perhitungan
simpangan untuk kinerja batas ultimit ditunjukkan sebagai berikut :
Faktor skala untuk arah x = 5,663
Faktor skala untuk arah y = 4,739
Simpangan yang diizinkan, max = 0,02 x H
Tabel 4.7 Kinerja Batas Ultimit Akibat Simpangan Gempa Arah X
Lantai Tinggi Tingkat Simpangan s x 5,663 Diizinkan Keterangan Status
(mm) (mm) (mm) (mm)
Basement 3500 0.073 0.414 70 s < izin Ok
1 5000 1.574 8.498 100 s < izin Ok
2 4500 5.603 22.818 90 s < izin Ok
3 4500 9.348 21.209 90 s < izin Ok
4 4500 12.954 20.421 90 s < izin Ok
5 4500 16.379 19.394 90 s < izin Ok
6 4500 19.424 17.244 90 s < izin Ok
7 4500 22.018 14.689 90 s < izin Ok
8 5000 24.156 12.109 100 s < izin Ok
Tabel 4.8 Kinerja Batas Ultimit Akibat Simpangan Gempa Arah Y
Lantai Tinggi Tingkat Simpangan s x 4,739 Diizinkan Keterangan Status
(mm) (mm) (mm) (mm)
Basement 3500 0.021 0.099 70 s < izin Ok
1 5000 0.711 3.270 100 s < izin Ok
2 4500 3.656 13.957 90 s < izin Ok
3 4500 6.765 14.735 90 s < izin Ok
4 4500 9.796 14.364 90 s < izin Ok
5 4500 12.561 13.103 90 s < izin Ok
6 4500 14.953 11.336 90 s < izin Ok
7 4500 16.906 9.251 90 s < izin Ok
8 5000 18.381 6.993 100 s < izin Ok
IV.4.5 Plat Helipad
Dari hasil output program SAP 2000 V14 seperti yang terdapat pada
lampiran, diambil nilai momen tumpuan dan lapangan terkritis sebagai acuan untuk
54
perhitungan penulangan plat helipad. Pembebanan maksimum pada helipad terjadi
pada kombinasi 2.
Tabel 4.9 Momen Maksimum per 1 Meter Lebar Plat Helipad
Momen Arah X (kg.m) Momen Arah Y (kg.m)
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
1492,84 1439,42 1424,87 1378,84
Tulangan Tumpuan Arah X
Momen max = 1492,84 kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 14644760,4 N mm
Dengan pekiraan batang tulangan D10, selimut beton 30 mm dan tebal plat 140 mm
d = 140 30 - 5 = 105 mm
Dengan fc bernilai 24,9 MPa 30 Mpa, maka = 0,85
=
=

=
14644760,4
0,8.1000. 105
= 1,6604 MPa
Didapat = 0,0044 <
maks
= 0,0203, berdasarkan tabel A-28 Istimawan D
As
perlu
= bd= 0,0044.1000.105 = 462 mm
2
per 1 meter lebar plat
Direncanakan tulangan D10 (A
s
= 78,54 mm
2
per tulangan )
Jarak (s) =
=
,
/
= 170 mm
Dengan demikian digunakan tulangan D10-170 per 1 meter.
Tulangan Lapangan Arah X
Momen max = 1439,42 kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 14120710,2 N mm
Dengan pekiraan batang tulangan D10, selimut beton 30 mm dan tebal plat 140 mm
d = 140 30 - 5 = 105 mm
Dengan fc bernilai 24,9 MPa 30 Mpa, maka = 0,85
=
55
=

=
14120710,2
0,8.1000. 105
= 1,601 MPa
Didapat = 0,0042 <
maks
= 0,0203, berdasarkan tabel A-28 Istimawan D
As
perlu
= bd= 0,0042.1000.105 = 441 mm
2
per 1 meter lebar plat
Direncanakan tulangan D10 (A
s
= 78,54 mm
2
per tulangan )
Jarak (s) =
=
,
/
= 178,1 mm 170 mm
Dengan demikian digunakan tulangan D10-170 per 1 meter.
Tulangan Tumpuan Arah Y
Momen max =1424,87 kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 13977974,7 N mm
Dengan pekiraan batang tulangan D10, selimut beton 30 mm dan tebal plat 140 mm
d = 140 30 - 5 = 105 mm
Dengan fc bernilai 24,9 MPa 30 Mpa, maka = 0,85
=
=

=
13977974,7
0,8.1000. 105
= 1,5848 MPa
Didapat = 0,00415 <
maks
= 0,0203, berdasarkan tabel A-28 Istimawan D
As
perlu
= bd= 0,00415.1000.105 = 435,75 mm
2
per 1 meter lebar plat
Direncanakan tulangan D10 (A
s
= 78,54 mm
2
per tulangan )
Jarak (s) =
=
,
, /
= 180,24 mm 180 mm
Dengan demikian digunakan tulangan D10-180 per 1 meter.
Tulangan Lapangan Arah Y
Momen max = 1378,84 kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 13526420,4 N mm
56
Dengan pekiraan batang tulangan D10, selimut beton 30 mm dan tebal plat 140 mm
d = 140 30 - 5 = 105 mm
Dengan fc bernilai 24,9 MPa 30 Mpa, maka = 0,85
=
=

=
13526420,4
0,8.1000. 105
= 1,5336 MPa
Didapat = 0,004 <
maks
= 0,0203, berdasarkan tabel A-28 Istimawan D
As
perlu
= bd= 0,004.1000.105 = 420 mm
2
per 1 meter lebar plat
Direncanakan tulangan D10 (A
s
= 78,54 mm
2
per tulangan )
Jarak (s) =
=
,
/
= 187 mm 180 mm
Dengan demikian digunakan tulangan D10-180 per 1 meter.
Gambar 4.20 Detail Penulangan Plat Helipad per 1 meter
IV.4.6 Plat Lantai 4000 x 8000
Pembebanan
1. Beban Mati (D)
Berat sendiri plat lantai = 0,13 m x 2400 kg/m
3
= 312 kg/m
2
Berat keramik = 24 kg/m
2
Plafond + penggantung = 11 kg/m
2
+ 7 kg/m
2
= 18 kg/m
2
Mechanical dan Electrical = 40 kg/m
2
Total = 394 kg/m
2
57
2. Beban Hidup (L)
Beban Hidup = 250 kg/m
2
= 250 kg/m
2
3. Beban Terfaktor
Beban terfaktor (W
U
) = 1,2 D + 1,6 L
= (1,2 x 394) + (1,6 x 250) kg/m
2
= 872,8 kg/m
2
4. Beban Per Meter Lebar
Beban Per Meter Lebar (W
U-1
) = 872,8 kg/m
2
x 1 m
= 872,8 kg/m

Perhitungan Penulangan
Dalam SK SNI 03 2487 2002 diberlakukan pembatasan minimum dan
maksimum penulangan untuk mencegah bahaya runtuh mendadak. Pembatasan
tersebut dinyatakan dalam rasio sebagai berikut :
Direncanakan Plat Lantai :
- Tebal selimut beton = 15 mm
- Tebal plat lantai = 130 mm
- Diameter tulangan, = 10 mm
- = 0,85 ( fc 30 Mpa )
1) min =
fy
4 , 1
=
240
4 , 1
= 0,005833
2) b =
fy fy
fc
+ 600
600
. . . 85 , 0
'
1

b =
) 240 600 (
600
.
240
9 , 24
. 85 , 0 . 85 , 0
+
= 0,0402
3) maks = b . 0,75
= 0,0402 . 0,75
= 0,03
4) Jarak spesi maksimum yang diijinkan = 3x h ( tebal plat lantai )
58
2 2
4
8
= =
m
m
Lx
Ly
= 3 ( 130 ) = 390 mm
Plat 2 arah ( two-way slab )
Dari tabel 2.2 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada plat
dua arah akibat beban terbagi rata ( SK SNI 03 2487 2002) didapat dari ly/lx =
2 sehingga didapat :
x Mlx = 58 x Mtx = 82
x Mly = 15 x Mty = 53
Nilai momen lapangan dan momen tumpuan sebagai berikut :
Mlx = + 0,001 Wu
-1
. Lx
2
. x Mlx
= + 0,001 . 872,8 kg/m

. (4 m)
2
. 58
= + 809,958 kg m
Mly = + 0,001 Wu
-1
. Lx
2
. x Mly
= + 0,001 . 872,8 kg/m
2
. (4 m)
2
. 15
= + 209,472 kg m
Mtx = - 0,001 Wu
-1
. Lx
2
. x Mtx
= - 0,001 . 872,8 kg/m
2
. (4 m)
2
. 82
= -1145,11 kg m
Mty = - 0,001 Wu-
1
. Lx
2
. x Mty
= - 0,001 . 872,8 kg/m
2
. (4 m)
2
. 53
= -740,13 kg m
a. Pembesian Arah X
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai = 130 mm
4 m
8 m
59
dx
Es
fy

+ 003 , 0
003 , 0
11
10 2
2400
003 , 0
003 , 0
6

+
x
dx
Es
fy

+ 003 , 0
003 , 0
11
10 2
2400
003 , 0
003 , 0
6

+
x
Diameter tulangan rencana = 10 mm
Selimut beton (p) = 15 mm
Tebal efektif ( dx ) = h - p d
= ( 130 15
1
/
2
. 10 ) mm = 110 mm
= 0,8
Mlx = + 809,958 kg m
Mu = + 80995,8 kg cm
Mn = Mu /
Mn = 80995,8 kg cm / 0,8 = 100119,75 kg cm
Cb = =
Cb = 7,857 cm
a =
1
. Cb
a = 0,85 . 7,857 = 6,679 cm
As =
)
2
a
.( dx fy
Mn
As =

2
679 , 6
11 . 2400
100119,75
= 5,44567 cm
2
= 544,567 mm
2
Dipakai tulangan 10 - 120 per 1 meter lebar plat ( As = 628,32 mm
2
)
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai = 130 mm
Diameter tulangan rencana = 10 mm
Tebal efektif ( dx ) = ( 130 15
1
/
2
. 5 ) mm = 110 mm
= 0,8
Mtx = 1145,11kg m
Mu = 114511 kg cm
Mn = Mu /
Mn = 114511 kg cm / 0,8 = 143138,75 kg.cm
Cb = =
60
dy
Es
fy

+ 003 , 0
003 , 0
10
10 2
2400
003 , 0
003 , 0
6

+
x
= 7,857 cm
a =
1
. Cb
a = 0,85 . 7,857 = 6,679 cm
As =
)
2
.(
a
dx fy
Mn

As =

2
679 , 6
11 . 2400
143138,75
= 7,7855 cm
2
= 778,55 mm
2
Dipakai tulangan 10 - 100 per 1 meter lebar plat ( As = 785,4 mm
2
)
b. Pembesian Arah Y
Pembesian Lapangan
Tebal plat lantai = 130 mm
Diameter tulangan rencana = 10 mm
Tebal efektif ( dy ) = ( dx - ) mm = (110 - 10)= 100 mm
= 0,8
Mly = 209,472 kg m
Mu = 20947,2 kg cm
Mn = Mu /
Mn = 20947,2 kg cm / 0,8 = 26184 kg cm
Cb = =
= 7,143 cm
a =
1
. Cb
a = 0,85 . 7,143 = 6,071 cm
As =
)
2
.(
a
dy fy
Mn

As =

2
6,071
10 . 2400
26184
= 1,5665cm
2
= 156,65 mm
2
61
10
10 2
2400
003 , 0
003 , 0
6

+
x
dy
Es
fy

+ 003 , 0
003 , 0
Dipakai tulangan 10 200 per 1 meter lebar plat ( As = 392,7 mm
2
)
Pembesian Tumpuan
Tebal plat lantai = 130 mm
Diameter tulangan rencana = 10 mm
Tebal efektif ( dy ) = ( dx - ) mm = (110 - 10)= 100 mm
= 0,8
Mty = 740,13 kgm
Mu = 74013 kgcm
Mn = Mu /
Mn = 74013 kg cm / 0,8 = 92516,25 kg cm
Cb = =
= 7,143 cm
a =
1
. Cb
a = 0,85 . 7,143 = 6,071 cm
As =
)
2
.(
a
dy fy
Mn

As =

2
6,071
10 . 2400
92516,25
= 5,535 cm
2
= 553,5 mm
2
Dipakai tulangan 10 - 120 per 1 meter lebar plat ( As = 628,32 mm
2
)
Gambar 4.21 Detail Penulangan Plat Lantai 4 x 8 per 1 meter
IV.4.7 Balok Helipad
Balok helipad dengan ukuran 350 x 700 harus memenuhi beberapa ketentuan
definisi komponen struktur lentur sesuai Tata cara perhitungan struktur beton untuk
62
bangunan gedung SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.1 yang mensyaratkan bahwa
komponen struktur lentur SRPMK harus memenuhi hal-hal berikut:
1. Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur lentur dibatasi
maksimum
0,1 A
g
f
c
= 0,1 x 350 mm x 700 mm x 24,9 MPa = 610050 N
Berdasarkan hasil analisa struktur program SAP 2000 V14 yang terdapat
pada lampiran, gaya aksial tekan terbesar akibat kombinasi gaya gempa dan
gravitasi pada komponen struktur adalah 75021,975 N Ok
2. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari 4 kali tinggi
efektifnya
d
e
= d = 700 mm (30 mm + 10 mm + 12,5 mm) = 647,5 mm
4 d
e
= 2590 mm
l
n
= 4000mm > 2590 mm Ok
3. Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3
b/h = 350mm/700mm = 0,5>0,3 Ok
4. Lebar komponen tidak boleh :
a. Kurang dari 250 mm Ok
b. Melebihi lebar struktur pendukung ditambah jarak pada tiap sisi
komponen struktur pendukung yang tidak melebihi tinggi
komponen struktur lentur
Lebar balok, b = 350 mm< lebar kolom = 750 mm Ok
Menghitung Tulangan As
Dari hasil analisa perhitungan program SAP 2000 V14 seperti yang terdapat pada
lampiran, pembebanan maksimum pada helipad terjadi pada kombinasi 2. Berikut
tabel 4.10 menampilkan data output gaya - gaya dalam maksimum :
Tabel 4.10 Nilai Momen dan Gaya Geser Maksimum Balok Helipad
Tumpuan Lapangan
Momen (kg m) Geser (kg) Momen (kg m) Geser (kg)
58030,39 39788,54 46570,09 21368,95
63
Tulangan Tumpuan
Momen max = 58030,39 kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 569,2781 . 10 N mm
Dengan pekiraan batang tulangan D25, selimut beton 30 mm, tulangan sengkang
D10 dan tinggi balok 700 mm
d = 700 mm 30 mm 10 mm 12,5 mm = 647,5 mm
=

=
569,2781 . 10 N mm
0,8. 400 . 0,85 . 647,5
= 3232,33
Direncanakan tulangan D25, A
s
= 490,874 mm
2
per tulangan
= =
,
,
= 6,585 7 buah
=
0,85
=
3436,118 . 400
0,85. 24,9 . 350
= 185,541
Cek momen nominal aktual
=
2
= 0,8. 3436,118 . 400 647,5
174,538
2
= 616,0063.10 > Mu Ok
Cek A
s
minimum
_
=

4
=
24,9
4. 400
. 350 . 647,5 = 706,785
Tetapi tidak boleh kurang dari :
1,4
=
1,4
400
. 350 . 647,5 = 793,1875
Syarat tulangan minimum terpenuhi Ok
Cek rasio tulangan
= =
3436,118
350 . 647,5
= 0,0152
=
0,85 600
600 +
64
= 0,85
0,85. 24,9
400
600
600 + 400
= 0,027
0,75 = 0,75 . 0,027 = 0,0202
< 0,75
b
dan < 0,025 Ok, syarat SNI 03-2847-2002 pasal 23.3.2.1
Cek apakah penampang tension-controlled
=
185,541
647,5
= 0,2866
= 0,375 = 0,375. 0,85 = 0,315
a/d
t
< a
wl
/d
t
Ok, Desain tulangan underreinforced
Dengan demikian digunakan tulangan D25 sebanyak 7 buah pada daerah
tumpuan balok.
Tulangan Lapangan
Momen max = 46570,09 kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 456,8526 . 10 N mm
Dengan pekiraan batang tulangan D25, selimut beton 30 mm, tulangan sengkang
D10 dan tinggi balok 700 mm
d = 700 mm 30 mm 10 mm 12,5 mm = 647,5 mm
=

=
456,8526 . 10 N mm
0,8. 400 . 0,85 . 647,5
= 2593,985
Direncanakan tulangan D25, A
s
= 490,874 mm
2
per tulangan
= =
,
,
= 5,28 6 buah
=
0,85
=
2945,244 . 400
0,85. 24,9 . 350
= 159,036
Cek momen nominal aktual
=
2
= 0,8. 2945,244 . 400 647,5
159,036
2
= 535,3106.10 > Mu Ok
65
Cek A
s
minimum
_
=

4
=
24,9
4. 400
. 350 . 647,5 = 706,785
Tetapi tidak boleh kurang dari :
1,4
=
1,4
400
. 350 . 647,5 = 793,1875
Syarat tulangan minimum terpenuhi Ok
Cek rasio tulangan
= =
3436,118
350 . 647,5
= 0,013
=
0,85 600
600 +
= 0,85
0,85. 24,9
400
600
600 + 400
= 0,027
0,75 = 0,75 . 0,027 = 0,0202
< 0,75
b
dan < 0,025 Ok, syarat SNI 03-2847-2002 pasal 23.3.2.1
Cek apakah penampang tension-controlled
=
159,036
647,5
= 0,2456
= 0,375 = 0,375. 0,85 = 0,315
a/d
t
< a
wl
/d
t
Ok, Desain tulangan underreinforced
Dengan demikian digunakan tulangan D25 sebanyak 6 buah pada daerah lapangan
balok.
Merencanakan tulangan sengkang daerah sendi plastis :
V
u
= 39788,54 kg, V
u
x 1,25 = 49735,675 kg . 9,81 m
2
/s = 487906,972 N
_
=
2
3
=
2 24,9
3
. 350 . 647,5 = 753904,32
66
Direncanakan menggunakan sengkang dengan D10, = 78,54
=
1
6
=
1
6
24,9 . 350 . 647,5
= 188476,08
=

=
,
,
188476,08
= 462066,55 , V
s
<V
s_max
Ok
Spasi sengkang dihitung dengan persamaan berikut :
= =
78,54 . 400
. 647,5
462066,55
= 44,024
Sehingga digunakan sengkang D10 - 40
Dalam SNI 03-2847-2002 pasal 23.3.3(1), diperlukan hoop (sengkang tertutup) di
sepanjang jarak 2h dari sisi kolom terdekat.
2h = 2 x 700 mm = 1400 mm
Jarak spasi sengkang untuk sendi plastis ditentukan nilai terkecil dari ketentuan-
ketentuan berikut ini :
1. Hoop pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat.
2. d
e
/4 = 647,5 mm / 4 = 161,875 mm
3. 8 kali diameter tulangan longitudinal terkecil = 200 mm
4. 24 kali diameter tulangan hoop = 240 mm
5. 300 mm
Dengan demikian, tulangan geser di daerah sendi plastis sepanjang 1400 mm dari
muka kolom terdekat menggunakan sengkang tertutup D10 40 mm.
Spasi maksimum tulangan geser di sepanjang balok SRPMK adalah d
e
/2.
S
max
= d
e
/2 = 647,5 mm / 2 = 323,75 mm
Sehingga untuk bentang di luar zona sendi plastis menggunakan sengkang D10 -
300mm.
67
Tabel 4.11 Detail Penulangan Balok Helipad
Daerah Tumpuan Lapangan
Penampang
Dimensi B x H (mm) 350 x 700
As perlu (mm ) 3436,118 (7D25) 2945,244 (6D25)
Sengkang D10 - 40 D10 -300
IV.4.8 Kolom Helipad
Kolom helipad dengan ukuran 750 x 750 harus memenuhi beberapa
persyaratan menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.1 yang didesain :
1. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi
A
g
f
c
/10 = 750 mm x 750 mm x 24,9 MPa/10 =1400625 N
Gaya aksial terfaktor maksimum = 113110,39 kg x 9,81 m/s
2
= 1109612,926 N Ok
2. Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm
d = 750 mm Ok
3. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4
b/d= 750 mm/750 mm = 1 > 0,4 Ok
Menghitung Tulangan
Dari hasil analisa perhitungan program SAP 2000 V14 seperti yang terdapat pada
lampiran, pembebanan maksimum pada helipad terjadi pada kombinasi 2. Berikut
tabel 4.12 menampilkan data output gaya - gaya dalam maksimum :
Tabel 4.12 Nilai Momen dan Gaya Aksial Maksimum Kolom Helipad
Momen (kg m) P tekan (kg)
4268,786 113110,39
67
Tabel 4.11 Detail Penulangan Balok Helipad
Daerah Tumpuan Lapangan
Penampang
Dimensi B x H (mm) 350 x 700
As perlu (mm ) 3436,118 (7D25) 2945,244 (6D25)
Sengkang D10 - 40 D10 -300
IV.4.8 Kolom Helipad
Kolom helipad dengan ukuran 750 x 750 harus memenuhi beberapa
persyaratan menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.1 yang didesain :
1. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi
A
g
f
c
/10 = 750 mm x 750 mm x 24,9 MPa/10 =1400625 N
Gaya aksial terfaktor maksimum = 113110,39 kg x 9,81 m/s
2
= 1109612,926 N Ok
2. Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm
d = 750 mm Ok
3. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4
b/d= 750 mm/750 mm = 1 > 0,4 Ok
Menghitung Tulangan
Dari hasil analisa perhitungan program SAP 2000 V14 seperti yang terdapat pada
lampiran, pembebanan maksimum pada helipad terjadi pada kombinasi 2. Berikut
tabel 4.12 menampilkan data output gaya - gaya dalam maksimum :
Tabel 4.12 Nilai Momen dan Gaya Aksial Maksimum Kolom Helipad
Momen (kg m) P tekan (kg)
4268,786 113110,39
67
Tabel 4.11 Detail Penulangan Balok Helipad
Daerah Tumpuan Lapangan
Penampang
Dimensi B x H (mm) 350 x 700
As perlu (mm ) 3436,118 (7D25) 2945,244 (6D25)
Sengkang D10 - 40 D10 -300
IV.4.8 Kolom Helipad
Kolom helipad dengan ukuran 750 x 750 harus memenuhi beberapa
persyaratan menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.1 yang didesain :
1. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi
A
g
f
c
/10 = 750 mm x 750 mm x 24,9 MPa/10 =1400625 N
Gaya aksial terfaktor maksimum = 113110,39 kg x 9,81 m/s
2
= 1109612,926 N Ok
2. Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm
d = 750 mm Ok
3. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4
b/d= 750 mm/750 mm = 1 > 0,4 Ok
Menghitung Tulangan
Dari hasil analisa perhitungan program SAP 2000 V14 seperti yang terdapat pada
lampiran, pembebanan maksimum pada helipad terjadi pada kombinasi 2. Berikut
tabel 4.12 menampilkan data output gaya - gaya dalam maksimum :
Tabel 4.12 Nilai Momen dan Gaya Aksial Maksimum Kolom Helipad
Momen (kg m) P tekan (kg)
4268,786 113110,39
68
P
max
=113110,39 kg
M
max
= 4268,786kg m
Faktor reduksi kekuatan dengan pengikat sengkang, = 0,65
= =
4268,786
113110,39
= 37,74
Termasuk eksentrisitas kecil, maka :
A
g
= b.d = 750 mm x 750 mm = 562500 mm
2
Diambil
g
0,01 berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.3.1
A
st
=
g .
Ag = 0,01 x 562500 mm
2
= 5625 mm
2
Direncanakan menggunakan tulangan longitudinal D22 dengan Luas = 380,133 mm
2
.
Jumlah tulangan =
=
,
16 buah
Menghitung kuat kolom maksimum
) . ) ( ' 85 , 0 ( 8 , 0 (max) Ast fy Ast Ag fc Pn + =
= 0,8.0,65.(0,85.24,9MPa.(562500-6082,128) + 400 MPa. 6082,128 )
= 6250,332 KN = 637138,85 kg > P
max
=113110,39 kg ..Ok
Dengan demikian digunakan tulangan D22 sebanyak 16 buah pada daerah kolom.
Merencanakan tulangan sengkang :
Direncanakan dengan menggunakan batang tulangan D10.
= 2 50 +
1
2
= 750 2 50 +
1
2
. 10 = 640
= ( 2(50)) ( 2(50)) = 422500
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.2, spasi maksimum diambil yang
terkecil diantara :
1. dimensi penampang kolom terkecil = 750 mm / 4 = 187,5 mm
2. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 22 mm = 132 mm
3.
= = 640 = 426,667
69
100 +
350
3
= 100 +
350 426,667
3
= 74,444
Jadi, digunakan spasi 70 mm.
SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.4(1), total luas penampang hoops tidak kurang dari
salah satu yang terbesar antara :
= 0,3

1
= 0,3
640 . 24,9
400
562500
422500
1
= 3,96 /
=
0,09
=
0,09.640 . 24,9
400
= 3,586 /
Diambil nilai yang terbesar, yaitu 3,96 mm
2
/mm.
A
sh_1
= 3,96 mm
2
/mm x 70 mm = 277,2 mm
2
Jadi, digunakan 4 kaki D10 dengan luas penampang 314,16 mm
2
.
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.4, tulangan hoop diperlukan sepanjang l
0
dari ujung-
ujung kolom, dipilih yang terbesar antara :
1. Tinggi elemen struktur, d, di join = 750 mm
2. 1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 x 2000 mm = 333,333 mm
3. 500 mm
Dengan demikian, tulangan geser di daerah sendi plastis sepanjang l
0,
750
mm dari muka kolom terdekat menggunakan sengkang tertutup 4 kaki D10 70.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.4.6, spasi maksimum tulangan
geser sepanjang sisa tinggi kolom bersih adalah 6 x diameter tulangan longitudinal
kolom.
S
max
= 6 x d
b
= 6 x 22 mm = 132 mm
Sehingga untuk bentang di luar zona sendi plastis menggunakan sengkang D10130.
70
Tabel 4.13 Detail Penulangan Kolom Helipad
Penampang
Dimensi B x H (mm) 750 x 750
As perlu (mm ) 6082,128 (16D22)
Sengkang daerah plastis 4 kaki D10 70
Sengkang di luar plastis D10 130
Desain hubungan balok dan kolom
1. Dimensi Join
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1, luas efektif hubungan balok kolom,
dinyatakan dalam : A
j
= Lebar balok x Lebar kolom
= 350 mm x 750 mm = 262500 mm
2
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.1.4, panjang join yang diukur paralel terhadap
tulangan lentur balok yang menyebabkan geser di join sedikitnya 20 kali d
balok
longitudinal terbesar.
Panjang join = 20 x d
b
= 20 x25 mm = 500 mm
2. SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.2.2, tulangan transversal yang dibutuhkan join
setidaknya setengah tulangan transversal yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom.
0,5
= 0,5 3,96 = 1,98
Ketentuan pemasangan jarak hoop :
1. Spasi vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm.
2. Hoop pertama dipasang pada jarak 70 mm di bawah tulangan atas.
Luas tulangan hoop yang dibutuhkan = 150 mm x 1,98 mm
2
/mm = 297 mm
2
Sehingga digunakan baja tulangan 4D10.
70
Tabel 4.13 Detail Penulangan Kolom Helipad
Penampang
Dimensi B x H (mm) 750 x 750
As perlu (mm ) 6082,128 (16D22)
Sengkang daerah plastis 4 kaki D10 70
Sengkang di luar plastis D10 130
Desain hubungan balok dan kolom
1. Dimensi Join
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1, luas efektif hubungan balok kolom,
dinyatakan dalam : A
j
= Lebar balok x Lebar kolom
= 350 mm x 750 mm = 262500 mm
2
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.1.4, panjang join yang diukur paralel terhadap
tulangan lentur balok yang menyebabkan geser di join sedikitnya 20 kali d
balok
longitudinal terbesar.
Panjang join = 20 x d
b
= 20 x25 mm = 500 mm
2. SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.2.2, tulangan transversal yang dibutuhkan join
setidaknya setengah tulangan transversal yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom.
0,5
= 0,5 3,96 = 1,98
Ketentuan pemasangan jarak hoop :
1. Spasi vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm.
2. Hoop pertama dipasang pada jarak 70 mm di bawah tulangan atas.
Luas tulangan hoop yang dibutuhkan = 150 mm x 1,98 mm
2
/mm = 297 mm
2
Sehingga digunakan baja tulangan 4D10.
70
Tabel 4.13 Detail Penulangan Kolom Helipad
Penampang
Dimensi B x H (mm) 750 x 750
As perlu (mm ) 6082,128 (16D22)
Sengkang daerah plastis 4 kaki D10 70
Sengkang di luar plastis D10 130
Desain hubungan balok dan kolom
1. Dimensi Join
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1, luas efektif hubungan balok kolom,
dinyatakan dalam : A
j
= Lebar balok x Lebar kolom
= 350 mm x 750 mm = 262500 mm
2
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.1.4, panjang join yang diukur paralel terhadap
tulangan lentur balok yang menyebabkan geser di join sedikitnya 20 kali d
balok
longitudinal terbesar.
Panjang join = 20 x d
b
= 20 x25 mm = 500 mm
2. SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.2.2, tulangan transversal yang dibutuhkan join
setidaknya setengah tulangan transversal yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom.
0,5
= 0,5 3,96 = 1,98
Ketentuan pemasangan jarak hoop :
1. Spasi vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm.
2. Hoop pertama dipasang pada jarak 70 mm di bawah tulangan atas.
Luas tulangan hoop yang dibutuhkan = 150 mm x 1,98 mm
2
/mm = 297 mm
2
Sehingga digunakan baja tulangan 4D10.
71
IV.4.9 Tangga
Dari hasil analisa perhitungan program SAP 2000 V14 seperti yang terdapat
pada lampiran, pembebanan maksimum pada tangga dengan tebal 150 mm dan lebar
1600 mm terjadi pada kombinasi 2. Berikut tabel 4.14 menampilkan data output
momen maksimum.
Tabel 4.14 Nilai Momen Tumpuan dan Lapangan Tangga
Momen Tumpuan (kg m) Momen Lapangan (kg m)
3059,21 2891,51
Tulangan Longitudinal Tumpuan
Momen max = 3059,21 kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 30,01 . 10 N mm
Dengan pekiraan batang tulangan D10, selimut beton 15 mm, tulangan melintang
D10 dan tebal balok tangga 150 mm
d = 150 mm 15 mm 10 mm 5 mm = 120 mm
=

=
30,01 . 10 N mm
0,8. 400 . 0,85 . 120
= 919,424
Direncanakan tulangan D10, A
s
= 78,54 mm
2
per tulangan
= =
,
,
= 11,7 12 buah
=
0,85
=
942,48 . 400
0,85. 24,9 . 1600
= 11,13
Cek momen nominal aktual
=
2
= 0,8. 942,48 . 400 120
11,13
2
= 34,513.10 > Mu Ok
Cek A
s
minimum
_
=

4
=
24,9
4. 400
. 1600 . 120 = 598,8
Tetapi tidak boleh kurang dari :
72
1,4
=
1,4
400
. 1600 . 120 = 672
Syarat tulangan minimum terpenuhi Ok
Cek rasio tulangan
= =
942,48
1600 . 120
= 0,0049
=
0,85 600
600 +
= 0,85
0,85. 24,9
400
600
600 + 400
= 0,027
0,75 = 0,75 . 0,027 = 0,0202
< 0,75
b
dan < 0,025 Ok, syarat SNI 03-2847-2002 pasal 23.3.2.1
Cek apakah penampang tension-controlled
=
11,13
120
= 0,093
= 0,375 = 0,375. 0,85 = 0,315
a/d
t
< a
wl
/d
t
Ok, Desain tulangan underreinforced
Dengan demikian digunakan tulangan D10 sebanyak 12 buah dengan jarak 130 mm
antar tulangan longitudinal pada daerah tumpuan balok tanggga.
Tulangan Longitudinal Lapangan
Momen max = 2891,51kg m . 9,81m/s
2
. 1000 mm = 28,366 . 10 N mm
Dengan pekiraan batang tulangan D10, selimut beton 15 mm, tulangan melintang
D10 dan tebal balok tangga 150 mm
d = 150 mm 15 mm 10 mm 5 mm = 120 mm
=

=
28,366 . 10 N mm
0,8. 400 . 0,85 . 120
= 869,056
Direncanakan tulangan D10, A
s
= 78,54 mm
2
per tulangan
= =
,
,
= 11,07 12 buah
73
=
0,85
=
942,48 . 400
0,85. 24,9 . 1600
= 11,13
Cek momen nominal aktual
=
2
= 0,8. 942,48 . 400 120
11,13
2
= 34,513.10 > Mu Ok
Cek A
s
minimum
_
=

4
=
24,9
4. 400
. 1600 . 120 = 598,8
Tetapi tidak boleh kurang dari :
1,4
=
1,4
400
. 1600 . 120 = 672
Syarat tulangan minimum terpenuhi Ok
Cek rasio tulangan
= =
942,48
1600 . 120
= 0,0049
=
0,85 600
600 +
= 0,85
0,85. 24,9
400
600
600 + 400
= 0,027
0,75 = 0,75 . 0,027 = 0,0202
< 0,75
b
dan < 0,025 Ok, syarat SNI 03-2847-2002 pasal 23.3.2.1
Cek apakah penampang tension-controlled
=
11,13
120
= 0,093
= 0,375 = 0,375. 0,85 = 0,315
a/d
t
< a
wl
/d
t
Ok, Desain tulangan underreinforced
74
Dengan demikian digunakan tulangan D10 sebanyak 12 buah dengan jarak 130 mm
antar tulangan longitudinal pada daerah lapangan balok tangga.
Gambar 4.22 Detail Penulangan pada Tangga
IV.5 Pembahasan
Berdasarkan perhitungan diatas, berikut hasil analisis detail penulangan
struktur atas dengan bantuan program SAP2000 V14 seperti yang terdapat pada
lampiran yang dirangkum dalam bentuk tabel rekapitulasi tulangan yang
menampilkan perbandingan jumlah dan diameter tulangan pokok As antara yang
digunakan di lapangan dengan hasil analisis.
Tabel 4.15 Rekapitulasi Perbandingan Tulangan pada Plat
Tipe
Plat
Arah
Pembesian
Terpasang Hasil Perhitungan
Rasio A
s
Tulangan As
(mm
2
)
Tulangan As
(mm
2
)
Helipad
Tumpuan x
D10-150
471,24
D10-170
462 1 : 0,98
Lapangan x
D10-150
471,24
D10-170
441 1 : 0,94
Tumpuan y
D10-150
471,24
D10-180
437,75 1 : 0,93
Lapangan y
D10-150
471,24
D10-180 420
1 : 0,89
Plat
4000 x 8000
Tumpuan x
D8-150
301,59
10-100 785,4
1 : 2,6
Lapangan x
D7-150
230,91
10-120 628,32
1 : 2,72
Tumpuan y
D7-150
230,91
10-120 628,32
1 : 2,72
Lapangan y
D7-150
230,91
10-200 392,7
1 : 1,7
75
Lanjutan Tabel 4.15 Rekapitulasi Perbandingan Tulangan pada Plat
Plat
4000 x 6000
Tumpuan x
D8-150
301,59
10-110 714
1 : 2,37
Lapangan x
D7-150
230,91
10-190 413,37
1 : 1,79
Tumpuan y
D7-150
230,91
10-150 523,6
1 : 2,27
Lapangan y
D7-150
230,91
10-200 392,7
1 : 1,7
Berdasarkan pada tabel 4.15, untuk plat helipad, hasil perhitungan dalam
karya ilmiah ini didapatkan nilai tulangan As yang dibutuhkan lebih kecil
dibandingkan tulangan yang terpasang di lapangan. Namun, untuk plat lantai ukuran
4000 x 8000 dan 4000 x 6000, didapat nilai tulangan As yang dibutuhkan lebih besar
dibandingkan tulangan yang terpasang di lapangan. Hal ini dikarenakan pada karya
ilmiah ini, digunakan tulangan untuk plat lantai dengan mutu baja BJTP 24,
sedangkan pada proyek, digunakan tulangan dengan mutu baja BJTD 40 dimana nilai
kuat tarik baja lebih tingggi.
Tabel 4.16 Rekapitulasi Perbandingan Tulangan Pokok pada Balok
Berdasarkan pada tabel 4.16, untuk balok helipad, hasil perhitungan dalam
karya ilmiah ini didapatkan nilai tulangan As yang dibutuhkan lebih besar
dibandingkan tulangan yang terpasang di lapangan. Hal ini dikarenakan saat analisis
adanya pengambilan faktor koefisien kejut untuk beban seunit helikopter yang
bekerja. Sedangkan untuk balok anak pada lantai 1 - 8, didapat nilai tulangan As
Lt. Tipe
b x h
(mm)
Terpasang Hasil Perhitungan
Rasio
A
s
Lapang
an
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Tulang
an
Sengka
ng
Tulan
gan
Sengka
ng
Tulang
an
Sengka
ng
Tulanga
n
Sengka
ng
Top
B
Helipad
350 x
700
7D19
D10-
100
7D19
D10-
200
7D25 D10-40 6D25
D10-
300
1 : 1,73
1 - 8
B Induk
400 x
700
8D22
D10-
100
7D22
D10-
150
8D22 D13-45 7D22
D13 -
150
1 : 1
B Anak
350 x
650
6D19
D10-
150
7D19
D10-
200
6D19 D10-70 5D19
D10-
130
1 : 0,71
Atap
B Induk
400 x
700
12D22 D10-75 12D22
D10-
150
6D22 D10-40 6D22
D10-
100
1 : 0 , 5
B Anak
350 x
650
6D19
D10-
150
7D19
D10-
200
5D19
D10-
100
5D19
D10-
150
1 : 0,71
76
yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan tulangan yang terpasang di lapangan. Dan
untuk balok induk dan anak pada lantai atap, didapatkan nilai tulangan As yang
dibutuhkan lebih kecil dibandingkan tulangan yang terpasang di lapangan. Dalam
analisis yang dibantu program SAP2000 V14 ini, dipilih diameter dan jumlah
tulangan yang paling mendekati nilai luas tulangan As yang didapat di dalam
analisis.
Tabel 4.17 Rekapitulasi Perbandingan Tulangan Pokok pada Kolom
Berdasarkan pada tabel 4.17, untuk kolom helipad, hasil perhitungan dalam
karya ilmiah ini didapatkan nilai tulangan As yang dibutuhkan lebih besar
dibandingkan tulangan yang terpasang di lapangan. Hal ini dikarenakan adanya
pengambilan faktor koefisien kejut saat analisis untuk beban seunit helikopter yang
bekerja. Sedangkan untuk kolom tepi dari lantai 1 - 3, didapat nilai tulangan As yang
dibutuhkan lebih besar dibandingkan tulangan yang terpasang di lapangan dan untuk
kolom tengah, didapat nilai tulangan As yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan
tulangan yang terpasang di lapangan. Pada kolom tengah lantai 4 8, didapat nilai
tulangan As yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan tulangan yang terpasang di
lapangan. Dalam analisis yang dibantu program SAP2000 V14 ini, dipilih diameter
dan jumlah tulangan yang paling mendekati nilai luas tulangan As yang didapat di
dalam analisis.
Lantai Tipe
b x h
(mm)
Terpasang Hasil Perhitungan
Rasio A
s
Tulangan Sengkang Tulangan Sengkang
Top K Helipad 750 x 750
16D16 D10-150 16D22 D10 130 1 : 1,89
1 - 3
K Tepi 600 x 600
18D19
D10-
100/200
17D22
D10-
100/150
1 : 1,27
K Tengah 900 x 900
28D22
D10-
100/200
22D22
D10-
100/150
1 : 0,78
4 - 8
K Tepi 600 x 600
18D16
D10-
100/200
18D16
D10-
100/150
1 : 1
K Tengah 900 x 900
24D19
D10-
100/200
22D22
D10-
100/150
1 : 1,23
77
Dari tabel - tabel rasio penulangan di atas, terlihat bahwa penulangan antara
yang terlaksana di lapangan dengan hasil perhitungan dalam karya ilmiah ini terdapat
perbedaan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produk hasil akhir
perencanaan, antara lain :
1. Perbedaan dalam pedoman ataupun peraturan yang digunakan sebagai acuan
dalam perencanaan, salah satunya adalah dalam karya ilmiah ini telah menggunakan
peraturan SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung.
2. Perbedaan pengambilan nilai faktor faktor koefisien tertentu, berat jenis, serta
safety factor, terutama pada struktur kolom dan balok helipad yang menyebabkan
hasil perbandingan A
s
tulangan menjadi lebih besar.
3. Perbedaan asumsi muatan atau beban rencana yang bekerja pada model struktur
dimana Penulis menggunakan PPURG tahun 1987 sebagai pedoman dalam design.
4. Adanya tinjauan perhitungan ulang dari pihak pelaksana terhadap produk akhir
dari pihak perencana dengan pertimbangan faktor ekonomis dan work ability selama
pelaksanaan di lapangan, sehingga untuk beberapa kondisi sebagai contoh, terdapat
penyeragaman dimensi dan penulangan antar elemen untuk kemudahan dalam
pelaksanaan dengan syarat masih dalam ambang batas aman.
5. Pengalaman dari Perencana yang menyangkut wawasan tentang ilmu teoritis dan
ilmu praktis.
Dari hasil perhitungan struktur diatas, setelah dilakukan kontrol simpangan
yang terjadi terhadap kinerja batas layan dan ultimit, maka struktur gedung ini dapat
dinyatakan aman. Dengan memperhatikan dimensi serta luas total tulangan As antara
kolom dan balok, maka struktur bangunan ini telah memenuhi prinsip bangunan
gedung tahan gempa Strong Column Weak Beam dengan dimensi kolom lebih besar
daripada Balok.
IV.5.1 Pengaruh Beban Struktur Helipad Terhadap Atap Gedung
Berdasarkan analisis perhitungan yang dibantu dengan program SAP2000
V14, perbandingan rasio luas tulangan pokok longitudinal yang dibutuhkan pada
balok dan kolom atap gedung antara kondisi eksisting dengan tanpa disertai beban
dari Struktur helipad akan disajikan dalam tabel 4.18 dan 4.19 berikut.
78
Tabel 4.18 Perbandingan Rasio Tulangan A
s
pada Balok Atap
Tipe
b x h
(mm)
Struktur Eksisting
(mm
2
)
Struktur tanpa Helipad
(mm
2
)
Rasio
A
s
Lapangan
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Balok Induk 400 x 700 2280,8 2280,8 2181,243 1570,296 1 : 0,69
Balok Anak 350 x 650 1417,64 1417,64 1353,712 1193,492 1 : 0,84
Berdasarkan pada tabel 4.18, perbandingan rasio luas tulangan pokok
longitudinal daerah lapangan pada balok induk antara kondisi eksisting dengan tanpa
helipad didapat 1 : 0,69 atau bila dinyatakan dalam persen, maka mengalami
pengurangan sekitar 31%. Sedangkan pada balok anak, perbandingan rasio luas
tulangan pokok longitudinal daerah lapangan didapat 1 : 0,84 atau mengalami
pengurangan sekitar 16 %.
Tabel 4.19 Perbandingan Rasio Tulangan A
s
pada Kolom Atap
Tipe
b x h
(mm)
Struktur Eksisting
(mm
2
)
Struktur tanpa Helipad
(mm
2
)
Rasio A
s
Kolom Tepi 600 x 600 3619,115 3600 1 : 0,99
Kolom Tengah 900 x 900 8362,92 8100 1 : 0,97
Berdasarkan pada tabel 4.19, perbandingan rasio luas tulangan pokok
longitudinal pada kolom tepi antara kondisi eksisting dengan tanpa helipad didapat 1
: 0,99 atau bila dinyatakan dalam persen, maka hanya mengalami pengurangan
sekitar 1%. Sedangkan pada kolom tengah, perbandingan rasio luas tulangan pokok
longitudinal didapat 1 : 0,97 atau mengalami pengurangan sekitar 3 %.
Setelah mengamati hasil analisis di atas, pengaruh akibat adanya beban
struktur helipad terhadap atap bangunan lebih cenderung mempengaruhi ke struktur
balok dibandingkan struktur kolom. Hal ini dikarenakan beberapa kolom daripada
struktur helipad menumpu di atas struktur balok atap yang menyebabkan kebutuhan
penulangan pada struktur balok atap menjadi lebih besar.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari uraian serta pembahasan yang telah disajikan pada bab bab
sebelumnya, setelah melakukan analisis pada struktur bangunan gedung rumah sakit
R K Charitas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1. Penulangan pada setiap 1 meter lebar plat helipad tebal 14 cm pada perencanaan
dalam karya ilmiah ini didapat dengan menggunakan tulangan D10-170 untuk
arah sumbu x dan D10-180 untuk arah sumbu y dengan perbandingan terbesar
nilai As terhadap tulangan yang terpasang 1 : 1,122.
2. Penulangan pada balok helipad dengan dimensi 350 x 700 pada perencanaan
dalam karya ilmiah ini didapat dengan menggunakan tulangan 7D25 untuk
daerah tumpuan dan 6D25 untuk daerah lapangan dengan perbandingan nilai As
lapangan terhadap tulangan yang terpasang 1 : 1,73.
3. Penulangan pada kolom helipad dengan dimensi 750 x 750 pada perencanaan
dalam karya ilmiah ini didapat dengan menggunakan tulangan 16D22 dengan
perbandingan nilai As terhadap tulangan yang terpasang 1 : 1,89.
4. Dengan simpangan maksimum yang terjadi pada struktur bangunan ini untuk
arah sumbu x sebesar 24,156 mm dan arah sumbu y sebesar 18,381 mm, maka
struktur ini dapat dinyatakan aman dan nyaman karena simpangan yang terjadi
masih di bawah ambang kinerja batas layan maupun kinerja batas ultimit.
5. Dari 10 kombinasi yang diterapkan pada model struktur ini, maka secara garis
besar kombinasi yang paling mempengaruhi struktur adalah kombinasi 2 karena
adanya beban hidup tambahan berupa seunit helikopter sebesar 5,4 ton.
V.2 Saran
Setelah melakukan analisis dalam tugas akhir ini, terdapat beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut :
1. Analisa dalam tugas akhir ini dengan ruang lingkup perencanaan gedung
80
struktur atas saja, tetapi tidak merencanakan struktur bawah gedung sehingga untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dan lengkap, perlu dilakukan studi lebih lanjut.
2. Faktor koefisien kejut pada beban unit helikopter perlu diperhatikan karena
semakin besar nilai koefisien kejut, maka semakin besar pula dimensi penulangan
pada struktur helipad hasil analisis.
3. Sebagai masukan tambahan, demi keamanan saat pendaratan helikopter,
sebaiknya marka H helipad dilengkapi dengan lampu LED sehingga pilot dapat
mengambil posisi yang tepat pada saat pendaratan, terutama pada malam hari
sehingga beban helikopter dapat diterima oleh struktur sesuai posisi perencanaan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Cruz, George A. Dela, Song Kyoo Kim, Enhanced Helipad Design for Safety
Redundancy by Using Systematic Innovations. International Journal of
Innovation, Management and Technology, 2013.
Dewobroto, S., Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000. Penerbit PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2007.
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1994.
Sunggono, K. H., Buku Teknik - Sipil. Penerbit NOVA, Bandung, 1984.
Tambusay, Asdam, Tinjauan Perencanaan Superstruktur Gedung Universitas Patria
Artha. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, 2012.
Advisory Circular No : 150/5390-2B Heliport Design. U.S. Department of
Transportation, Federal Aviation Administration, 2004.
Pedoman Pelaksanaan Kerja Praktek dan Tugas Akhir (Skripsi). Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, 2010.
Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung. Departemen
Pekerjaan Umum RI, Jakarta, 1987.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor : SKEP/41/III/2010
tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR 139)
Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport).
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Jakarta, 2010.
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung. RSNI 1726-2012. Badan Standardisasi Nasional, Bandung,
2012.

You might also like