You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN
Batu empedu merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai. Di negara-
negara Barat, kelainan ini merupakan penyebab angka kesakitan yang penting.
Operasi sistem bilier merupakan operasi yang paling sering dilakukan dibandingkan
operasi abdomen lainnya. Empedu yang normal dibentuk oleh hepatosit, terdiri dari
air, elektolit, dan solut organik. Solut organik mengandung sedikit protein dan terdiri
dari tiga unsur utama, yaitu garam empedu, kolesterol, dan fosfolipid. Ketiganya
terkandung dalam 8! bagian kering dari empedu."aram empedu diklasifikasikan
menjadi primer dan sekunder. #sam empedu primer, asam kolat dan asam
kenodeoksikolat, disintesis di hepar dari kolesterol dan kemudian berkonjugasi
dengan glisin atau taurin. Siklus enterohepatik memungkinkan reabsorbsi dan
resirkulasi asam empedu primer. Sebagian ke$il %kurang dari &!' memasuki kolon
dan mengalami perubahan menjadi asam empedu sekunder, yaitu asam deoksikolat
dan asam litokolat. Kolesterol empedu sebagian besar disintesis di hepar dengan
sedikit berasal dari makanan. Kolesterol bersifat hidrofobik dan memerlukan (at lain
untuk menjadi larut.
)emahaman terhadap mekanisme yang menyebabkan larutnya kolesterol
dalam keadaan fisiologis akan sangat membantu dalam menerangkan tejadinya batu
kolesterol. Di lain pihak, pengetahuan tentang konsentrasi kalsium dan bilirubin di
dalam empedu diperlukan untuk memahami bagaimana terjadinya batu pigmen.
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identitas
*ama pasien + ,bu #
-sia pasien + && tahun
#lamat pasien + .ianjur
#gama pasien + ,slam
Suku bangsa + Sunda
*o. /ekam medis + 012333
II. Anamnesis
Keluhan -tama
Os datang dengan penurunan kesadaran
/i4ayat penyakit sekarang
Os datang dengan penurunan kesadaran sudah 2 hari. 2 minggu yang
lalu os mengalami demam terus menerus, kadang-kadang menggigil, mual,
muntah setiap hari selama 2 minggu, muntah setiap habis makan dan kadang-
kadang terasa nyeri, ada lendir dan darah. #da batuk, kadang-kadang
berdahak, tanpa darah dan lendir. Kadang-kadang merasa kembung. 5idak ada
kejang. 5idak ada sakit kepala dan mimisan. Os B#B $air ber4arna pu$at,
sejak 2 minggu dengan frekuensi normal. B#K nyeri, ber4arna seperti teh tua
dan tidak terdapat darah.
/i4ayat penyakit dahulu
- OS belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya.
- Os sudah mengalami gastritis bertahun-tahun.
- Os pernah mengalami demam thypoid.
- Os tidak memiliki ri4ayat Diabetes 6elitus.
- Os tidak memiliki ri4ayat 7ipertensi.
/i4ayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami seperti ini.
/i4ayat pengobatan
2
Os sudah berobat untuk keluhan yang lain, kecuali keluhan utama.
6inum 2 ma$am obat, namun tidak ada perubahan. -ntuk sakit maag sudah
minum obat yang di beli di 4arung.
/i4ayat psikososial
Os adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama anaknya
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan -mum + tampak sakit berat
5anda 8ital
- Suhu + 9:;.
- 5D + :<& mm7g
- *adi + =3<menit
- // + 213< menit
Kulit + tampak ikterik
Kepala + normo$ephal
- Mata + pupil bulat isokor, refleks $ahaya ><>, sklera ikterik ><>,
konjungti8a anemis -<-
- Telinga + normotia
- Hidung + normotia
Leer + tidak ada pembesaran K"B
T!raks
- ,nspeksi + pergerakan dinding dada simetris, spider na8y %-'
- )alpasi + 8o$al fremitus teraba sama
- )erkusi + sonor %>'
- #ukultasi + 8esikuler ><>, ron$hi -<-, 4hee(ing -<-, B? = dan 2
reguler, murmur %-', gallop %-'
A"d!men
- ,nspeksi + skar %-', distensi abdomen %>'
- #uskultasi + bising usus %>'
- )erkusi + pekak pada 1 kuadran abdomen
- )alpasi + nyeri e<r hipokondrium de3tra %>', hepatomegali %-',
splenomegali %-', murphy sign %>'
Ekstremitas + /.5 memanjang %>', udem %-', akral dingin %>'
#e$tal T!u$e + tonus sfingter ani baik, mukosa re$tum li$in, tidak
teraba nyeri, feses ber4arna pu$at, darah dan lendir.
I%. Status L!kalis e&r A"d!men
a. ,nspeksi + distensi a"d!men
". #uskultasi + bising usus %>'
$. )erkusi + pekak pada ' kuadran a"d!men
d. )alpasi + n(eri tekan ip!k!ndrium de)tra *+,,
tidak teraba pembesaran hepar, ginjal dan
spleen.
%. #esume
3
X
.
X
.
Os datang dengan penurunan kesadaran sudah 2 hari. 2 minggu yang lalu
os mengalami demam terus menerus, kadang-kadang menggigil, mual, muntah
setiap hari selama 2 minggu, muntah setiap habis makan dan kadang-kadang
terasa nyeri, ada lendir dan darah. #da batuk, kadang-kadang berdahak. Kadang-
kadang merasa kembung. Os B#B $air ber4arna pu$at, sejak 2 minggu dengan
frekuensi normal. B#K nyeri, ber4arna seperti teh tua.
)emeriksaan fisik+ suhu 9:;., tekanan darah :<& mm7g, nadi
=3<menit, // 213< menit, sklera ikterik ><>, kulit tampak kuning, nyeri tekan
%>' e<r abdomen hipokondrium de3tra
%I. Diagn!sis Banding
=. Obstruksi jaundi$e et $ausa $holedo$holithiasis dengan tanda-tanda
$holangitis.
2. .holedo$holithiasis dengan sepsis.
9. Sirosis 7epatis.
1. 7epatitis @ulminan.
&. Kista duktus koledoku.
0. )ankreatisis.
%II. Pemeriksaan Penun-ang
PEME#IKSAAN HASIL #U.UKAN SATUAN
Hemat!l!gi #utin
7aemoglobin 8,:A =2-=0 g<dB
7ematokrit 2CA 9C-19 !
Beukosit 9A 1-= =D9<uB
5rombosit =1:A 2.-1. =D9<uB
Kimia Klinis
"ula Darah Se4aktu 2A E=& mg<dB
Fungsi Hati
Bilirubin total ==A ,2-= mg!
Bilirubin indirek 2A ,2-,8 mg!
#S5 %S"O5' 0A -9= -<B
#B5 %S")5' 8A -92 -<B
#B) = 11-=1C ,-<B
Fungsi /in-al
-reum 0CA =&-1 mg!
Kreatinin 2A ,&-= mg!
Elektr!lit
Kalium 2A 9,&-&, mEF<B
*atrium =28A =9&-=1& mEF<B
4
Urinalisa
p7 C,8 1,0-8
Berat ?enis =,9
Garna )ekatA
Kuning muda hingga
kuning tua
Epitel > *egatif
Eritrosit 2-9 H &
Beukosit =-2 H &
Imun!ser!l!gi
Hepatitis Marker
7bs#g *egatif *egatif
US/
)ada hasil pemeriksaan -S" didapatkan kesan .BD %$ommon bile du$t'
melebar dan gambaran akustik shado4 duktus pankreatikus.
%III. Diagn!sis Ker-a
Obstruksi jaundi$e et $ausa $holedo$holithiasis dengan tanda-tanda
$holangitis.
I0. #en$ana Penatalaksanaan
=. #ntibiotik $eftria3on ,I =32gram.
2. .airan /inger Baktat ,I.
9. Dilakukan dekompresi duktus biliaris dan menghilangkan obstruksi dengan
E/.)<)5..
1. ?ika gagal, lakukan dekompresi intraoperatif dengan memasukkan tabung 5.
&. ?ika stabil, tatalaksana konser8atif.
BAB III
TIN.AUAN PUSTAKA
SISTEM HEPAT1BILIA#IS
5
7epar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat rata-rata =.& gr
atau 2! dari total berat badan orang de4asa normal. Betaknya tepat diba4ah
diafragma kanan. 7ati memiliki 2 lobus, yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang
dibatasi oleh ligamentum falsiformis. )ada bagian posterior hati terdapat porta
hepati$a tempat dimana masuknya 8ena porta dan arteria hepati$a dan keluarnya
duktus hepati$a. 7epar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas $a8itas
abdominlais tepat diba4ah diafrgama. Sebagian besar hepar terletak di profunda ar$us
$ostalis de3tra, dan hemidiafrgma de3tra memisahkan hepar dari pleura, pulmo,
peri$ardium dan $or. 7epar terbentang ke seblah kiri untuk men$apai hemidiafragma
sinistra. )ermukaan atas hepar yang $embung melengkung di ba4ah kubah diafragma.
@as$ia 8iseralis membentuk $etakan 8isera tang letaknya berdekatan sehingga
bentuknya menjadi tidak beraturan. )ermukaan ini berhubungan dengan pars
abdominalis oesofagus, gaster, duodenum, fleksura $oli de3tra, rend e3tra dan
glandula suprarenalis de3tra, serta 8esi$a biliaris. 7epar dibagi menjadi lobus hepatis
de3ter yang besar dan lobus hepatis sinister yang ke$il oleh perlekatan ligamentum
peritoneale, ligamentum fal$iforme. Bobus hepatis de3ter terbagi lagi menjadi lobus
Fuadrates, dan lobus $audatus oleh adanya 8esi$a biliaris, fissure ligament teretis,
8ena $a8a inferior, dan fissure ligament 8enosi. )orta hepatis, atau hilus hepatis,
terdapat pada fas$ies 8iseralis, dan teletak diantara lobus $audatus dan lobus
Fuadrates. Bagian atas ujung bebas omentum minus melekat pada pinggir-pinggir
porta hepatis. )ada tempat ini terdpat duktus hepati$us sinister dan de3ter, ramus
de3ter dan sinister arteria hepati$a, 8ena portae hepatis, serta serabut saraf simpatis
dan parasimpatis. Disisni terdapat beberapa kelenjar limf hepar. Kelenjar-kelnjar ini
menapung $airan limf hepar dan 8esi$a biliarus, dan mengirimkan serabut eferannya
ke nodi lymphoidei $oelia$i.
Seluruh hepar dikelilingi oleh $apsula fibrosa, tetapi hanya sebagian ditutupi
oleh peritoneum. 7epar tersusun atas lobuli hepatis. Iena sentralis pada
masing-masing lobules bermuara ke 8ena hepati$ae. Di dalam ruangan diantara
lobules-lobulus terdapat $analis hepatis yang berisi $abang-$abang arteria hepati$a,
8ena portae hepatis, dan sebuah $abang duktus $holedo$hus %trias hepatis'. Darah
arteria dan 8ena berjalan diantara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan melalui
8ena sentralis.
6
Iasa darah yang memberi darah ke hepar adalah a.hepati$a dan 8.portae hepatis.
a.hepati$a memba4a darah yang kaya oksigen ke hepar, sedangkan 8.portae hepatis
memba4a darah 8ena yang kaya hasil pen$ernaan yang telah diserap dari tra$tus
gastrointestinal. Darah arteri dan 8ena masuk ke 8.$entralis dari setiap lobules hepatis
melalui sinusoid hepar.Iena $entralis bermuara ke 8ena hepati$a de3tra et sinistra,
dan meninggalkan permukaan posterior hepar menuju 8ena $a8a inferior.
7epar menghasilkan banyak limfe, sekitar =<9-=<2 seluruh limfe tubuh. Iasa limfe
meninggalkan hepar dan masuk ke beberapa lymphonodus di porta hepatis. Iassa
efferent menuju B*.$oelia$us. Sejumlah ke$il 8asa limfe menembus diafragma
menuju B*.mediastinalis posterior.
7
Se$ara mikroskopis, hepar terbagi menjadi unit fungsional yang disebut lobulus yang
berbentuk heksagonal. Bobulus tersebut mengelilingi 8ena sentralis dan lobulus
tersebut dikelilingi oleh $abang-$abang arteri hepati$a,8ena porta, dan saluran
empedu. 7epar terdiri atas berma$am-ma$am sel. 7epatosit meliputi kurana lebih
0! sel hepar, sedangkan sisanya terdiri dari sel-sel epithelial system empedu dalam
jumlah yang bermakna dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya
endotolium, sel kuffer dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang. 7epatosit 01
sendiri dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun melingkari efferent 8ena hepati$a dan
duktus hepatikus. Saat darah memasuki hati melalui arteri hepati$a dan 8ena porta
serta menuju 8ena sentralis maka akan didapatkan pengurangan oksigen se$ara
bertahap. Sebagai konsekuensinya, akan didapatkan 8ariasi penting kerentanan
jaringan terhadap kerusakan asinus. 6embrane hepatosit berhadapan langsung dengan
sinusoid yang mempunyai banyak mikrofili. 6ikrofili juga tampak pada sisi lain sel
yang membatasi saluran empedu dan merupakan petunjuk tempat permulaan sekresi
empedu. )ermukaan lateral hepatosit memiliki sambungan penghubung dan
desmosom yang saling bertautan dengn sebelahnya. Sinusoid hati memiliki lapisan
endothelial endothelial berpori yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang disse %ruang
8
sinusoida'. Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding inusoid adalah sel fagositik. Sel
Kuffer yang merupakan bagian penting sistem retikuloendothellial dan sel stellata
disebut sel itu, limposit atau perisit. Jang memiliki aktifitas miofibroblastik yang
dapat membantu pengaturan aliran darah. Sinosoidal disamping sebagai faktor penting
dalam perbaikan kerusakan hati. )eningkatan aktifitas sel-sel stellata tampaknya
merupakan faktor kun$i dalam pembentukan jaringan fibrotik di dalam hati.
@isiologi 7epar
@ungsi hepar yaitu %=' membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam
traktus intestinalisK %2' berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan dengan
karbohidrat, lemak dan proteinK %9' menyaring drah untuk membuang bakteri dan
benda asing lain yang masuk ke dalam darah dari lumen intestinum. @ungsi hepar
yang utama adalah membentuk dan mengekskresi empedu. 7ati menyekresi sekitar
sekitar & hingga =. ml empedu kuning setiap hari. 7ati juga berperan dalam
metabolism makronutrien yaitu karbohidrat, lemak dan protein, serta berperan dalam
fungsi detoksifikasi.
Bilirubin adalah suatu pigmen ber4arna kuning berasal dari unsure porfirin dalam
hemoglobin yang terbentuk sebagai akibat penghan$uran sel darah merah oleh sel
retikuloendotelial. Glaupun berasal dri hemoglobin, bilirubin tidak mengandung (at
besi. Bilirubin yang baru terbentuk ini larut dalam lemak. Di dalam plasma akan
berikatan dengan albumin. Oleh karena terbentuk se$ara normal dari penghan$uran
sel darah merah, maka metabolism dan sekresi selanjutnya dapat berlangsung se$ara
terus-menerus. 7emoglobin yang berasal dari penghan$uran sel eritorsit oleh
makrofag di dalam limpa, hati, dan alat retikuloendotel lain akan mengalami
peme$ahan menjadi heme dan globin. 6elalui proses oksidasi, komponen globin
mengalami degradasi menjadi asam amino dan digunakan untuk pembentukan protein
lain. -nsur heme selanjutnya oleh heme-oksigenase, teroksidasi menjadi bili8erdin
dengan melepas (at besi dan karbonmonoksida. Bilirubin reduktase akan mereduksi
bili8erdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi. Galaupun lebih dari 8! bilirubin
terjadi dari eritrosit namun sekitar =&-2! bilirubin dapat pula berasal dari
hemoprotein lain seperti mioglobin, sitokrom. Bilirubin tak terkonjugasi ini adalah
suatu (at lipofilik, larut dalam lemak, hampir tidak larut dalam air sehingga tidak
dapat dikeluarkan le4at urine melalui ginjal %disebut pula bilirubin indirek karena
hanya bereaksi positif pada tes setelah dilarutkan ke dalam al$ohol'. Karena sifat
lipofilik (at ini dapat melalui membrane sel dengan relati8e musah. Setelah dilepas ke
9
dalam plasma sebagian besar bilirubin tak terkonjugasi ini akan membentuk ikatan
dengan albumin sehingga dapat larut dalam darah. )igmen ini se$ara bertahap
berdifusi ke dalam sel hati %hepatosit'. Dalam hepatosit, bilirubin tak terkonjugasi ini
dikonjugasi dengan asam glukoronat membentuk bilirubin glukoronida atau bilirubin
terkonjugasi %bilirubin direk'. /eaksi konjugasi dikatalisasi oleh en(im
glukoroniltransferase, yaitu suatu en(im yang terdapat di /E dan merupakan
kelompok en(im yang mampu memodifikasi (at asing yang bersifat toksik. Bilirubin
terkonjugasi larut dalam air, dapat dikeluarkan melalui ginjal namun dalam keadaan
normal tidak dapat dideteksi dalam urine. Sebagian besar bilirubin terkonjugasi ini ini
dikeluarkan ke dalam empedu, suatu komponen kolesterol, fosfolipid, bilirubin
diglukoronida dan garam empedu. Sesudah dilepas kedalam saluran $erna bilirubin
glukoronida diaktifasi oleh en(im bakteri dalam usus, sebagian menjadi urobilinogen
yang akan keluar melalui tinja %sterkobilin', atau diserap kembali dari saluran $erna,
diba4a ke hati dan dikeluarkan kembali ke dalam empedu. -robilinogen dapat larut
ke dalam air, oleh karena itu sebagian dikeluarkan melalui ginjal.
Duktus Biliaris 7epatis
Empedu disekresikan oleh sel-sel hepar, disimpan, dan dipekatkan di dalam 8esi$a
biliaris, kemudian dikeluarkan ke duodenum. Duktus biliaris hepatis terdiri atas
duktus hepati$us de3ter dan sinister, du$tus hepati$us $ommunis, du$tus $holedo$hus,
8esi$a biliaris dan du$tus $ysti$us. .abang-$abang interlobulare du$tus $holedo$hus
terke$il terdapat di dalam $analis hepatisK $abang-$abang ini menerima $anali$uli
biliarisK $abang-$abang ini saling berhubungan satu sama lain dan se$ara bertahap
membentuk saluran yang lebih besar, sehingga akhirnya pada porta hepatis
membentuk du$tus hepati$us de3ter dan sinister. Du$tus hepati$us de3ter mengalirkan
empedu dari lobus hepatis de3ter dan du$tus hepati$us sinister mengalirkan empedu
dari lobus hepatis sinister, lobus $audatus, dan lobus Fuadrates.
D-K5-S S,S5,K-S
Duktus sistikus merupakan lanjutan dari 8esika fellea, terletak pada porta
hepatis yang mempunyai panjang kira-kira 9-1 $m. )ada porta hepatis duktus sistikus
mulai dari kollum 8esika fellea, kemudian berjalan ke postero-kaudal di sebelah kiri
kollum 8esika fellea. Balu bersatu dengan duktus hepatikus kommunis membentuk
duktus koledokus. 6ukosa duktus ini berlipat-lipat terdiri dari 9-=2 lipatan, berbentuk
spiral yang pada penampang longitudinal terlihat sebagai 8al8ula disebut 8al8ula
spiralis %7eisteri'.
10
D-K5-S 7E)#5,K-S
Duktus hepatikus berasal dari lobus de3ter dan lobus sinister yang bersatu
membentuk duktus hepatikus komunis pada porta hepatis dekat pada pro$essus
papillaris lobus kaudatus. )anjang duktus hepatikus kommunis kurang lebih 9 $m
terletak disebelah 8entral arteri hepatika propria de3ter dan ramus de3ter 8ena portae.
Bersatu dengan duktus sistikus menjadi duktus koledokus.
D-K5-S KOBEDOK-S
Duktus koledokus mempunyai panjang kira L kira C $m dibentuk oleh
persatuan duktus sistikus dengan duktus hepatikus kommunis pada porta hepatis,
dimana dalam perjalanannya dapat dibagi menjadi tiga bagian
)ada kaput pankreas duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus
4irsungi membentuk ampulla, kemudian bermuara pada dinding posterior pars
desenden duodeni membentuk suatu benjolan ke dalam lumen disebut papilla duodeni
major.
IKTE#US 1BST#UKTIF
11
6un$ulnya jaundi$e pada pasien adalah sebuah kejadian yang dramatis se$ara 8isual.
?aundi$e selalu berhubungan dengan penyakit penting, meskipun hasil akhir jangka
panjang bergantung pada penyebab yang mendasari jaundi$e. ?aundi$e adalah
gambaran fisik sehubungan dengan gangguan metabolisme bilirubin. Kondisi ini
biasanya disertai dengan gambaran fisik abnormal lainnya dan biasanya berhubungan
dengan gejala-gejala spesifik. Kegunaan yang tepat pemeriksaan darah dan
pen$itraan, memberikan perbaikan lebih lanjut pada diagnosa banding. -mumnya,
jaundi$e non-obstruktif tidak membutuhkan inter8ensi bedah, sementara jaundi$e
obstruktif biasanya membutuhkan inter8ensi bedah atau prosedur inter8ensi lainnya
untuk pengobatan.
?aundi$e merupakan manifestasi yang sering pada gangguan traktus biliaris.Serum
bilirubin normal berkisar antara ,& L =,9 mg<dBK ketika le8elnya meluas menjadi 2,
mg<dB, pe4arnaan jaringan bilirubin menjadi terlihat se$ara klinis sebagai jaundi$e.
Sebagai tambahan, adanya bilirubin terkonjugasi pada urin merupakan satu dari
perubahan a4al yang terlihat pada tubuh pasien. Bilirubin merupakan produk
peme$ahan hemoglobin normal yang dihasilkan dari sel darah merah tua oleh sistem
retikuloendotelial. Bilirubin tak terkonjugasi yang tidak larut ditransportasikan ke hati
terikat dengan albumin. Bilirubin ditransportasikan mele4ati membran sinusoid
hepatosit kedalam sitoplasma. En(im uridine diphosphateLglu$uronyl transferase
mengkonjugasikan bilirubin tak-terkonjugasi yang tidak larut dengan asam glukoronat
untuk membentuk bentuk terkonjugasi yang larut-air, bilirubin monoglu$uronide dan
bilirubin diglu$uronide. Bilirubin terkonjugasi kemudian se$ara aktif disekresikan
kedalam kanalikulus empedu. )ada ileum terminal dan kolon, bilirubin dirubah
menjadi urobilinogen, =-2! direabsorbsi kedalam sirkulasi portal. -robilinogen ini
diekskresikan kembali kedalam empedu atau diekskresikan oleh ginjal didalam urin.
,kterus %jaundi$e' didefinisikan sebagai menguningnya 4arna kulit dan sklera akibat
akumulasi pigmen bilirubin dalam darah dan jaringan. Kadar bilirubin harus men$apai
9&-1 mmol<l sebelum ikterus menimbulkan manifestasi klinik. ?aundi$e %berasal dari
bahasa )eran$is Mjaune artinya kuning' atau ikterus %bahasa Batin untuk jaundi$e'
adalah pe4arnaan kuning pada kulit, sklera, dan membran mukosa oleh deposit
bilirubin %pigmen empedu kuning-oranye' pada jaringan tersebut.
K1LED1K1LITHIASIS
12
Koledokolithiasis adalah keadaan dimana terjadi obstruksi pada duktus biliaris yang
disebabkan oleh batu. Sebanyak 0-=& ! ditemukan pada keadaan akut
kolesistolithiasis dan =-2! pada kolesistisis. )enyebab dari koledokolitiasis bisa
berupa adanya batu dari kandung empedu yang bermigrasi dan menyumbat duktus
koledukus atau dapat juga berasal dari pembentukan batu di duktus koledokus sendiri.
@aktor predisposisi terjadinya batu kandung empedu ialah adanya perubahan
komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.
5anda dan "ejala
5anda dan gejala pada pasien koledokolitiasis kadang tidak spesifik bahkan tidak ada
keluhan. *amun keluhan dari koledokolitiasi sendiri yang akan ditemukan ialah nyeri
pada abdomen region epigastrium dan hipokondrium dekstra, kulit atau s$lera yang
tampak kuning dan adanya gejala kolangitis seperti menggigil, tanda tanda sepsis,
hipotensi hingga penurunan kesadaran.
Diagnosis
)ada anamnesis akan ditemukan keluhan nyeri perut, demam, menggigil, hingga
penurunan kesadaran. Sedangkan pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah
yang rendah, nadi yang $epat H:3<menit, suhu tubuh yang tinggi H 9:
O
. dan s$lera
yang ikterik hingga kulit yang tampak kuning. )ada pemeriksaan laboratorium
ditemukan peningkatan alkalin fosfat dalam darah dan juga peningkatan bilirubin total
dan direk. Sedangkan dapat juga dilakukan pemeriksaan endoskopok ultrasound,
transabdominal ultrasound hingga E/.) sebagai pemeriksaan penunjangn untuk
memastikan ada tidaknya batu pada duktus koledokus.
5atalaksana
)asien dengan simptomatik batu kandung empedu dan suspek batu pada
duktus biliaris, lakukan preoperatif endoskopi $holangiografi atau
intraoperati8e $holangiogram untuk melihat batu pada duktus biliaris
?ika hasil pemeriksaan terdapat batu melalui endoskopi, dapat dilakukan
sphin$terotomi dan laparoskopi kolesistektomi. ?ika dilakukan intraoperatif
$holangiogram saat kolesistektomi dapat langsung mengetahui ada atau
tidaknya batu pada duktus biliaris.
13
K1LAN/ITIS
Kolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem saluran empedu.
.har$ot ditahun =8CC menjelaskan tentang keadaan klinis dari kolangitis, sebagai
trias, yaitu demam, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas, yang dikenal
dengan NN.har$ot triadNN. .har$ot mendalilkan bah4a NNempedu stagnanNNkarena
obstruksi saluran empedu menyebabkan perkembangan kolangitis.
Obstruksi juga dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran empedu, yang
memba4a empedu dari hepar kekandung empedu dan usus. Bakteri yang sering
dikultur pada empedu adalah Es$heri$ia .oli, Klebsiella, )seudomonas, )roteus,
Entero$o$$us, .lostridium perfiringens, Ba$teroides fragilis. Bakteri anaerob yang
dikultur hanya sekitar =&! kasus.
)atofisiologi kolangitis sekarang ini dimengerti sebagai akibat kombinasi 2 faktor,
yaitu $airan empedu yang terinfeksi dan obstruksi biliaris. )eningkatan tekanan
intraduktal yang terjadi menyebabkan refluks bakteri ke dalam 8ena hepatik dan
sistem limfatik perihepatik yang menyebabkan bakterimia.
)ada tahun =:&:, /eynolds dan Dargon menggambarkan keadaan yang berat
pada penyakit ini dengan menambahkan komponen syok sepsis dan gangguan
kesadaran.
ETI1L1/I
)enyebab tersering obstruksi biliaris adalah + koledokolitiasis, obstruksi
struktur saluran empedu, dan obstruksi anastomose biliaris. Bagaimanapun berat
penyebab obstruksi, kolangitis tidak akan terjadi tanpa $airan empedu yang terinfeksi.
Kasus obstruksi akibat keganasan hanya 2&-1! yang hasil kultur empedunya positif.
Koledokolitiasis menjadi penyebab tersering kolangitis.
Dalam beberapa tahun terakhir dengan semakin banyaknya pemakaian
manipulasi saluran biliaris in8asif seperti kolangiografi, stent biliaris, untuk terapi
penyakit saluran biliaris telah menyebabkan pergeseran penyebab kolangitis. Selain
itu pemakaian jangka panjang stent biliaris seringkali disertai obstruksi stent oleh
$airan biliaris yang kental dan debris biliaris yang menyebabkan kolangitis.
EPIDEMI1L1/I
14
Kolangitis merupakan infeksi pada duktus koledokus yang berpotensi
menyebabkan kesakitan dan kematian. Dilaporkan angka kematian sekitar =9-88!.
Kolangitis ini dapat ditemukan pada semua ras. Berdasarkan jenis kelamin, dilaporkan
perbandingan antara laki-laki dan perempuan tidak ada yang dominan diantara
keduanya. Berdasarkan usia dilaporkan terjadi pada usia pertengahan sekitar &-0
tahun.
MANIFESTASI KLINIK
Galaupun gambaran klasik kolangitis terdiri dari trias, demam, ikterus, dan
nyeri abdomen kuadran kanan atas yang dikenal dengan trias .har$ot, namun semua
elemen tersebut hanya ditemukan pada sekitar & persen kasus. )asien dengan
kolangitis supuratif tampak bukan saja dengan adanya trias $har$ot tapi juga
menunjukkan penurunan kesadaran dan hipotensi. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh .ameron, demam di temukan pada lebih dari : persen kasus, ikterus pada 0C
persen kasus dan nyeri abdomen hanya pada 12 persen kasus.
Dua hal yang diperlukan untuk terjadinya kolangitis yaitu adanya obstruksi
aliran empedu dan adanya bakteri pada duktus koledokus. )ada sebagian besar kasus,
demam dan mengigil disertai dengan kolangitis menandakan adanya bakteriemia.
Biakan darah yang diambil saat masuk ke rumah sakit untuk kolangitis akut adalah
positif pada 1 sampai & persen pasien. )ada hampir semua serial Escherichia coli
dan Klebsiella pneumoniae adalah organisme tersering yang didapatkan pada biakan
darah. Organisme lain yang dibiakan dari darah adalah spesies Enterobacter,
Bacteroides, dan Pseudomonas.
Dalam serial terakhir spe$ies Enterobacter dan Pseudomonas lebih sering
ditemukan, demikian juga isolat gram negatif dan spesies jamur dapat dibiak dari
empedu yang terinfeksi. #dapun organisme anaerobik yang paling sering diisolasi
adalah Bacteroides fragilis. 5etapi, anaerobik lebih jarang ditemukan pada serial
terakhir dibandingkan saat koledokolitiasis merupakan etiologi kolangitis yang
tersering.
DIA/N1SIS
Diagnosis kolangitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
)ada anamnesis penderita kolangitis dapat ditemukan adanya keluhan demam,
ikterus, dan sakit pada perut kanan atas. Beberapa penderita hanya mengalami dingin
15
dan demam dengan gejala perut yang minimal. ,kterus atau perubahan 4arna kuning
pada kulit dan mata didapatkan pada sekitar 8! penderita.
B. Pemeriksaan Fisis
)ada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya demam, hepatomegali,
ikterus, gangguan kesadaran, sepsis, hipotensi dan takikardi.
2. Pemeriksaan Penun-ang
)ada pemeriksaaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis pada sebagian
besar pasien. 7itung sel darah putih biasanya melebihi =9.. Bekopeni atau
trombositopenia kadang L kadang dapat ditemukan, biasanya jika terjadi sepsis parah.
Sebagian besar penderita mengalami hiperbilirubinemia sedang. )eningkatan bilirubin
yang tertinggi terjadi pada obstruksi maligna. 5es fungsi hati termasuk alkali fosfatase
dan transaminase serum juga meningkat yang menggambarkan proses kolestatik.
Beberapa pemeriksaan radiologis pasien dengan kolangitis adalah+
3. F!t! p!l!s a"d!men
6eskipun sering dilakukan pada e8aluasi a4al nyeri abdomen , foto polos
abdomen jarang memberikan diagnosis yang signifikan. 7anya sekitar =&! batu
saluran empedu yang terdiri dari kalsium tinggi dengan gambaran radioopak yang
dapat dilihat. )ada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar hidrops,
kandung empedu kadang juga dapat terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran
kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.
4. Ultras!n!gra5i
-ltrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi
untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik
maupun ekstrahepatik. ?uga dapat dilihat kandung empedu yang menebal karena
fibrosis atau edema karena peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada
duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi, karena terhalang udara di dalam usus.
Dengan ultrasonografi lumpur empedu dapat diketahui karena bergerak sesuai dengan
gaya gra8itasi.
16
6. 2T7S$an
.5 S$an tidak lebih unggul daripada ultrasonografi untuk mendiagnosis batu
kandung empedu. .ara ini berguna untuk diagnosis keganasan pada kandung empedu
yang mengandung batu, dengan ketepatan sekitar C-: persen.
'. E#2P
Endoskopik merupakan selang ke$il yang mudah digerakkan yang
menggunakan lensa atau ka$a untuk melihat bagaian dari traktus gastro intestinal.
Endos$ope /etrograde .holangiopan$reotography %E/.)' dapat lebih akurat
menentukan penyebab dan letak sumbatan serta keuntungannya juga dapat mengobati
penyebab obstruksi dengan mengeluarkan batu dan melebarkan peyempitan.
17
8. Skintigra5i
Skintigrafi bilier digunakan untuk melihat sistem bilier termasuk fungsi hati
dan kandung empedu serta diagnosa beberapa penyakit dengan sensitifitas dan
spesifitas sekita :! sampai :C!. 6eskipun test ini paling bagus untuk melihat
duktus empedu dan duktus sistikus, namun skintigrafi bilier tidak dapat
mengidentifikasi batu saluran empedu atau hanya dapat memberikan informasi sesuai
dengan letak anatominya. #gent yang digunakan untuk melakukan test skintigrafi
adalah deri8at asam iminodiasetik dengan label
::m
5$.
9. K!lesist!gra5i !ral
6etode ini dapat digunakan untuk melihat kerja dari sistem bilier
melalui prinsip kerja yang sama dengan skintigrafi tapi dapat memberikan informasi
yang lebih jelas. )asien diberi pil kontras oral selama =2-=0 jam sebelum dilakukan
tes. Kemudian kontras tadi diabsorbsi oleh usus ke$il, lalu dibersihkan oleh hepar dan
di ekskresi ke dalam empedu dan dikirim ke kandung empedu.
C. K!langi!gra5i
18
Biasanya diindikasikan ada suatu saat dalam penatalaksanaan pasien
dengan kolangitis. )ada sebagian besar kasus, kolangiografi dilakukan untuk
menentukan patologi biliaris dan penyebab obstruksi saluran empedu sebelum terapi
definitif. ?adi, kolangiografi jarang diperlukan pada a4al perjalanan kolangitis dan
dengan demikian harus ditunda sampai menghilangnya sepsi. Keke$ualian utama
adalah pasien yang datang dengan kolangitis supuratif, yang tidak berespon terhadap
antibiotik saja. )ada kasus tersebut, kolangiografi segera mungkin diperlukan untuk
menegakkan drainase biliaris. Kolangiografi retrograd endoskopik ataupun
kolangiografi transhepatik perkutan dapat digunakan untuk menentukan anatomi atau
patologi billiaris. 5etapi, kedua teknik tersebut dapat menyebabkan kolangitis pada
sekitar & persen pasien. Dengan demikian perlindungan antibiotik yang tepat harus
diberikan sebelum instrumentasi pada semua kasus.
DIA/N1SIS BANDIN/
3. K!lesistitis akut
7ampir semua kolesistitis akut terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh
batu yang terjebak di dalam kantong 7artmann. )ada keluhan utama dari kolesistikus
akut adalah nyeri perut di kuadran kanan atas, yang kadang-kadang menjalar ke
belakang di daerah skapula. Biasanya ditemukan ri4ayat kolik dimasa lalu, yang pada
mulanya sulit dibedakan dengan nyeri kolik yang sekarang. )ada kolesistitis, nyeri
menetap dan disertai tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tekan dan defans
muskuler otot dinding perut. Kadang-kadang empedu yang membesar dapat diraba.
)ada sebagian penderita, nyeri disertai mual dan muntah.
4. Pankreatitis
)ankreatitis adalah radang pankreas yang kebanyakan bukan disebabkan
oleh infeksi bakteri atau 8irus, akan tetapi akibat autodigesti oleh en(im pankreas
yang keluar dari saluran pankreas. Biasanya serangan pankreatitis timbul setelah
makan kenyang atau setelah minum alkohol. /asa nyeri perut timbul tiba-tiba atau
mulai se$ara perlahan. *yeri dirasakan di daerah pertengahan epigastrium dan
biasanya menjalar menembus ke belakang. /asa nyeri berkurang bila pasien duduk
membungkuk dan bertambah bila terlentang. 6untah tanpa mual dulu sering
dikeluhkan dan muntah tersebut sering terjadi se4aktu lambung sudah kosong.
"ambaran klinik tergantung pada berat dan tingkat radang. )ada pemeriksaan fisik
19
didapatkan perut tegang dan sakit terutama bila ditekan. Kira-kira :! disertai
demam, takikardia, dan leukositosis.
6. Hepatitis

7epatitis merupakan salah satu infeksi 8irus pada hepar yang terdiri dari
hepatitis #, hepatitis B, hepatitis ., hepatitis D dan hepatitis E. 7epatitis B
merupakan hepatitis yang paling sering terjadi. Keluhan utamanya yaitu nyeri perut
pada kuadran kanan atas sampai di ulu hati. Kadang disertai mual, muntah dan
demam. Sekitar :! kasus hepatitis merupakan infeksi akut. Sebagian menjadi
sembuh dan sebagian lagi menjadi hepatitis fulminan yang fatal.

PENATALAKSANAAN
?ika diagnosis klinis kolangitis telah dibuat, penatalaksanaan a4al adalah
konser8atif. Keseimbangan $airan dan elektrolit harus dikoreksi dan perlindungan
antiobiok dimulai. )asien yang sakit ringan dapat diterapi sebagai pasien ra4at
dengan antibiotik oral. Dengan kolangitis supuratif dan syok septik mungkin
memerlukan terapi di unit pera4atan insentif dengan monitoring in8asif dan
dukungan 8asopresor.
)emilihan a4al perlindungan antibiotika empiris harus men$erminkan
bakteriologi yang diduga. Se$ara historis, kombinasi aminoglikosida dan peni$illin
telah dianjurkan. Kombinasi ini adalah pilihan yang sangat baik untuk mela4an basil
gram negatif yang sering ditemukan dan memberikan anti8itas sinergistik mela4an
enterokokus. )enambahan metronida(ole atau $lindamy$in memberikan perlindungan
antibakterial terhadap anaerob bakteroides fragilis, jadi melengkapi perlindungan
antibiotik. )erlindungan antibiotik jelas diubah jika hasil biakan spesifik dan
kepekaan telah tersedia.
Satu faktor yang seringkali dipertimbangkan dalam pemilihan antibiotik untuk
terapi kolangitis adalah konsentrasi obat yang terdapat dalam empedu. Se$ara teoritis
antibiotik saluran biliaris yang ideal harus merupakan antibiotik yang bukan saja
men$akup organisme yang ditemukan dengan infeksi saluran biliaris, tetapi juga yang
dieksresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam $airan empedu.
DEK1MP#ESI BILIA#IS
20
Sebagian besar pasien %sekitar C persen' dengan kolangitis akut akan
berespon terhadap terapi antibiotik saja. )ada kasus tersebut demam menghilang dan
tes fungsi hati kembali ke normal seringkali dalam 21 sampai 18 jam. ?ika pasien
tidak menunjukkan perbaikan atau malahan memburuk dalam =2 sampai 21 jam
pertama, dekompresi biliaris darurat harus dipertimbangkan. )ada sebagian besar
kasus, dekompresi biliaris segera paling baik dilakukan se$ara non operatif baik
dengan jalur endoskopik maupun perkutan. Jaitu+
a. Penanggulangan s5ingter!t!mi end!sk!pik
#pabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik atau malah
semakin buruk, dapat dilakukan sfingterotomi endoskopik, untuk pengaliran empedu
dan nanah serta membersihkan duktus koledokus dari batu. Kadang dipasang pipa
nasobilier. #pabila batu duktus koledokus besar, yaitu berdiameter lebih dari 2 $m,
sfingterotomi endoskopik mungkin tidak dapat mengeluarkan batu ini. )ada penderita
ini mungkin dianjurkan litotripsi terlebih dahulu.
". Lisis "atu
Disolusi batu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik mungkin berhasil pada
batu kolesterol. 5erapi berhasil pada separuh penderita dengan pengobatan selama
satu sampai dua tahun. Bisis kontak melalui kateter perkutan kedalam kandung
empedu dengan metil eter berhasil setelah beberapa jam. 5erapi ini merupakan terapi
in8asif 4alaupun kerap disertai dengan penyulit.
ESGB %E3tra$orporeal Sho$k Ga8e Bithotripsy' adalah

penghan$uran batu
saluran empedu dengan menggunakan berbagai jenis lithotripter yang dilengkapi
dengan pen$itraan flouroskopi sebelum prosedur, diperlukan sfingterotomi
endoskopik dan pemasangan kateter nasobiliaris untuk memasukkan material kontras.
5erapi dilanjutkan sampai terjadi penghan$uran yang adekuat atau telah diberikan
pelepasan jumlah gelombang kejut yang maksimum.
$. PTBD * Per$utane!us Transepatik Biliar Drainage,
)engaliran bilier transhepatik biasanya bersifat darurat dan sementara sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis berat, atau mengurangi
ikterus berat pada obstruksi saluran empedu distal karena keganasan. )ada pasien
dengan pipa 5 pada saluran empedu dapat juga dimasukkan koledokoskop dari luar
untuk membantu mengambil batu intrahepatik.
21
PEMBEDAHAN7PEMBEDAHAN :AN/ DILAKUKAN ;
A. K!lesistekt!mi Ter"uka
Karl Begenba$h dari ?erman telah melakukan kolesistektomi elektif yang
pertama pada tahun =882. Bebih dari satu abad kolesistektomi terbuka dijadikan
standar untuk metode terapi pembedahan pada sistem empedu. Kolesistektomi
membutuhkan anestesi umum kemudian dilakukan irisan pada bagian anterior
dinding abdomen dengan panjang irisan =2 L 2 $m.
Teknik !perasi untuk k!lesistekt!mi ter"uka
5idak ada aturan yang kaku tentang jenis insisi yang terbaik. ,nsisi digaris
tengah, paramedian kanan, trans8ersal dan insisi subkostal dapat dilakukan,
tergantung pada pilihan ahli bedah. Kriteria penting adalah pemaparan yang adekuat
untuk diseksi serta eksplorasi. )ilihannya adalah insisi subkostal kanan %Ko$her'
sebagai salah satu insisi yang paling serba guna dalam diseksi kandung empedu dan
saluran empedu.
5erdapat sedikit perbedaan pendapat tentang pengangkatan kandung empedu
se$ara antegrad %diseksi dimulai di fundus' atau retrograd %diseksi dimulai di porta'.
?ika anatomi porta tidak dikaburkan oleh peradangan yang parah, maka pilihannya
adalah memulai diseksi pada porta. Dengan traksi pada kandung empedu
menggunakan klem yang dipasang di fundus dan kantung 7artman, peritoneum yang
menutupi segitiga .alot diinsisi dan disisihkan dengan diseksi tumpul. #rteri sistikus
diidentifikasi, diligasi ganda atau diklem ganda, dan lalu dipotong, meninggalkan
puntung sekurangnya =sampai 2 mm.
9
)emotongan arteri mempermudah identifikasi saluran sistikus.
6emperhatikan anomali yang sering terjadi adalah penting pada tahapan ini. #nomali
yang $ukup sering adalah masuknya saluran sistikus ke saluran hepatik kanan,
anomali lain adalah masuknya saluran hepatik asesorius kanan yang $ukup besar ke
saluran sistikus. Sangat penting bah4a struktur saluran yang dipotong sampai anatomi
sistem saluran yang tepat telah diketahui. )ersambungan saluran sistikus dengan
saluran empedu harus ditunjukkan se$ara jelas. ?ika kandung empedu mengandung
batu ke$il atau lumpur, saluran sistikus diikat dengan jahitan atau klem tunggal pada
tempat keluarnya dari kandung empedu, untuk men$egah batu atau lumpur masuk ke
22
dalam saluran empedu selama diseksi. 6enegakkan anatomi pada tahap operasi ini
dilakukan dengan kolangiografi operatif.
< K!langi!gra5i !perati5
Kolangiografi operatif dilakukan se$ara rutin karena dua alasan. )ertama,
untuk mendapatkan peta anatomik di daerah yang sering mengalami anomali. Kedua
yang sama pentingnya adalah untuk menyingkirkan batu saluran empedu yang tidak
di$urigai, dengan insidensi setinggi & sampai = persen.
Kolangiografi dilakukan dengan menggunakan salah satu dari sekian banyak
kanula kolangiografik yang dapat digunakan %Ber$i, Behman, .olangio$ath, dll'.
)ilihannya adalah kolesistektomi terbuka adalah kanula Ber$i bersudut untuk
mempermudah insersi dan fiksasi. ,nsisi dibuat disaluran sistikus pada titik yang aman
setelah persambungan sistikus dan saluran empedu %biasanya sekurangnya 2, $m'.
,nsisi harus $ukup besar untuk memasukkan kanula atau kateter, yang dapat
diinsersikan jika empedu terlihat mengalir dari lumen. Kanula lalu dipertahankan di
tempatnya dengan hemoklip medium atau klem khusus. 6aterial kontras untuk
kolangiografi adalah hypaFue 2& persen. Sistem operasi yang paling disukai untuk
kolangiografi, menggunakan fluorokolangiografi dengan penguatan $itra %image
intensifier' serta monitor tele8isi . ,ni memungkinkan pengisian saluran empedu
se$ara lambat dan pemaparan multiple sistem saluran saat sedang diisi.
< Lapar!sk!pi K!lesistekt!mi
Kolesistektomi laparoskopi adalah $ara yang in8asif untuk mengangkat batu
empedu dengan menggunakan teknik laparoskopi. )rosedur menjadi populer pada
tahun =:88 dan telah berkembang dengan $epat. ,ndikasi untuk operasi adalah batu
empedu, polip simtomatik dan penyulit akibat batu. Kontraindikasinya adalah sepsis
abdomen, gangguan pendarahan, kehamilan dan tidak mampu melihat saluran
empedu. 5eknik ini adalah pera4atan yang singkat dan dapat kembali beraktifitas
dengan normal. )enyulitnya adalah adanya $edera saluran empedu, perdarahan, dan
kebo$oran empedu.
23
Bokasi kanula untuk kolesistektomi laparoskopi.
Bokasi kanula dan susunan a4al untuk kolesistektomi laparoskopi
A Ekspl!rasi k!led!kus= lapar!sk!pi ekspl!rasi duktus empedu
-mumnya, batu duktus empedu dideteksi intraoperatif dengan kolangiografi
intraoperatif atau ultrasonografi dan dilakukan dengan $ara laparoskopi eksplorasi
koledokus yang merupakan bagian dari tekhnik kolesistetomi laparoskopi. )asien
dengan batu duktus empedu dideteksi sebelum operasi, biasanya dengan klirens
endoskopik. *amun, kurang berhasil sehingga batu di duktus harus dilakukan dengan
kolesistektomi.
?ika batu pada duktus empedu ke$il, mungkin dapat dibilas ke dalam
duodenum dengan mengalirkan saline melalui kateter kolangiografi setelah sfingter
Oddi direlaksasikan dengan glukagon. ?ika irigasi %pengaliran' tidak berhasil, dapat
dilakukan pemasangan kateter balon melalui duktus sistikus dan turun ke duktus
empedu.
24
Baparoskopi eksplorasi duktus empedu. Baparoskopi eksplorasi koledokus.
25
Keterangan "ambar +
,. Keranjang transistik dengan menggunakan fluoroskopi
#. Keranjang digunakan sebagai tempat batu dan terbuka
B. Batu ditempatkan dikeranjang kemudian dipindahkan dari duktus sistikus
,,. Koledoskopi transistik dan pemindahan batu
.. Keranjang dile4ati oleh beberapa saluran pada skopik dan batu dapat
dilihat diba4ahnya
D. Batu entrapped
E. )ernyataan dari koledoskopik
,,,. Koledoktomi dan pemindahan batu
@. ,nsisi ke$il dibuat pada duktus empedu
". Duktus empedu dibersihkan batunya dengan koledoskopik
7. )emasangan 5. 5ube dibagi kiri duktus empedu yang berhubungan
dengan dinding abdomen untuk dekompersi empedu
K1MPLIKASI
Beberapa komplikasi dari penyakit kolangitis terutama yang derajat tinggi
%kolangitis supuratif' adalah sebagai berikut;
A. A"ses ati pi!genik
#bses hati piogenik merupakan C&! dari semua abses hati. #bses ini pada
anak dan de4asa muda terjadi akibat komplikasi apendisitis, dan pada orang tua
sebagai komplikasi penyakit saluran empedu seperti kolangitis. ,nfeksi pada saluran
empedu intrahepatik menyebabkan kolangitis yang menimbulkan kolangiolitis dengan
akibat abses multiple.
B. Bakteremia > sepsis "akteri gram negati5

Bakteremia adalah terdapatnya bakteri di dalam aliran darah %2&-1!'.
Komplikasi bakteremia pada kolangitis dapat terjadi oleh karena etiologi utama
penyebab terjadinya kolangitis adalah infeksi bakteri. Demam merupakan keluhan
utama sekitar =-=&!.
2. Perit!nitis sistem "ilier
26
Kebo$oran empedu dalam ruang peritoneal menyebabkan iritasi dan peritonitis.
?ika empedu terkena infeksi, maka akan menyebabkan peritonitis dan sepsis yang
mempunyai resiko tinggi yang sangat fatal.
D. Kerusakan duktus empedu
Duktus empedu dapat dengan mudah rusak pada tindakan kolesistektomi atau
pada eksplorasi duktus empedu yang tidak sesuai dengan anatominya. Kesalahan yang
sangat fatal adalah tidak mengetahui $ara melakukan transeksi atau ligasi pada duktus.
E. Perdaraan
#rteri hepatik dan arteri sistikus serta 8askularisasi hepar lainnya dapat
mengalami trauma dan perdarahan pada saat melakukan operasi. )erdarahan yang
terjadi kadang susah untuk dikontrol.
/. K!langitis asendens dan in5eksi lain
Kolangitis asendens adalah komplikasi yang terjadinya lambat pada
pembedahan sistem bilier yang merupakan anastomosis yang dibentuk antara duktus
empedu dan usus besar bagian asendens. /efluks pada bagian intestinal dapat
berlanjut menjadi infeksi aktif sehingga terjadi stagnan empedu pada sistem duktus
yang menyebabkan drainase tidak adekuat.
Komplikasi lain yang harus diperhatikan pada pembedahan sistem bilier adalah
abses subprenikus. 7al ini harus dijaga pada pasien yang mengalami demam
beberapa hari setelah operasi.
Komplikasi yang berhubungan dengan pemakaian kateter pada pasien yang
diterapi dengan perkutaneus atau drainase endoskopik adalah+
A )erdarahan %intra-abdomen atau perkutaneus'
A Sepsis
P#1/N1SIS
5ergantung berbagai faktor antara lain +
Pengenalan dan peng!"atan diri
)ada kasus kolangitis dibutuhkan pengobatan antibiotik se$ara dini dan diikuti
dengan drainase yang tepat serta dekompresi traktus biliaris.
#esp!n teradap terapi
Semakin baik respon penderita kolangitis terhadap terapi yang diberikan
%misalnya antibiotik' maka prognosisnya akan semakin baik. *amun sebaliknya,
27
respon yang jelek akan memperberat penyakit tersebut.
K!ndisi Keseatan Penderita
Sistem pertahanan tubuh penderita merupakan salah satu faktor yang
menentukan prognosis penyakit ini. Biasanya penderita yang baru pertama
kali mengalaminya dan berespon baik terhadap terapi yang diberikan,
prognosisnya akan baik.
BAB I%
KESIMPULAN
)asien datang dengan keluhan utama penurunan kesadaran selama 2 hari. Dari
anamnesis didapatkan bah4a pasien juga mengalami demam selama 2 minggu dan
nyeri pada abdomen saat makan. )ada pemeriksaan fisik ditemukan pasien mengalami
demam, nyeri tekan abdomen regio hipokondrium kanan, sklera ikterik, hipotensi,
nadi lebih dari :3<menit. Sedangkan pada hasil laboratorium ditemukan peningkatan
28
fungsi hati melalui hasil bilirubin direk dan indirek serta S"O5 dan S")5 juga
terdapat leukositosis. Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas pasien mengalami gejala
$holedo$holithiasi, $holangitis dan juga gejala sepsis. 6aka dari itu diagnosis kerja
kami berdasarkan hasil pemeriksaan diatas adalah 1"struksi -aundi$e et $ausa
$!led!$!litiasis dengan tanda7tanda $!langitis.
DAFTA# PUSTAKA
1. 7enry 66, 5hompson ?*, 2&, )rin$iples of Surgery, Se$ond Edition, Else8ier
Saunders.
2. Batha "., S. 6atthe4, 6atth4e S., 29, @irst #id for the Surgery .lerkship,
6$"ra47ill.
3. *orton, ?#, et al+ Surgery. Basi$ S$ien$e and .lini$al E8iden$e. 2. Springer.
4. @. .harles B., et al+ S$h4art( )rin$iples of Surgery *inth Edition, 2=,
6$"ra47ill
5. Bloyd 6. *yhus, dkk. bdominal Pain a !uide to "apid #iagnosis
29

You might also like