You are on page 1of 10

SATUAN ACARA BERMAIN

PADA ANAK USAI PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI








KELOMPOK 1
SKILL LAB VB


RITHZA RININTYA WP
G1D009023






KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2012
SAB
TERAPI BERMAIN

1. Topik : Terapi bermain membacakan cerita
2. Sub Topik : Terapi bermain membacakan cerita pada anak usia toddler
3. Tempat : Ruang Kantil RSUD Banyumas
4. Waktu : Rabu, 6 Juni 2012 selama 35 menit (10.00-10.35)
5. Pelaksana : Kelompok 3 (Naomi fetty S, Dwi kristiarini, Ratih destiana, Eva
hanifa, Herdiyanti Tri S)
6. Sasaran : Anak usia pra sekolah yang di rawat di RSUD Banyumas
Klien An. Z usia 3 tahun
7. Alasan dilakukan : Setiap tenaga kesehatan (dokter dan perawat) datang untuk
memeriksa, anak selalu merasa takut dan menangis, serta selalu
tidak mau untuk minum obat. Dan anak selalu menangis apabila
melihat seseorang yang memakai baju putih.
8. Tujuan
Tujuan Umum :
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 35 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa
merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit serta mengekspresikan perasaan dan keinginan.
Tujuan Khusus :
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
a. Mewarnai gambar dokter dan perawat sesuai warnanya.
b. Berinteraksi dengan dokter dan perawat saat diperiksa dan tidak merasa takut
c. Tenang selama dirawat
d. Mengungkapkan keinginannya untuk mewarnai
e. Melaksanakan anjuran dokter dan perawat
9. Metode : Bermain bersama (mewarnai gambar)
10. Media : a. Lembar gambar mewarnai (dokter dan perawat)
b. Pensil warna atau crayon
c. Papan alas
11. Kegiatan
a. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Devy Amelia Santoz
Moderator : Adityo Listyanto
Observer : Nurafifah Y
Pemimpin bermain : Rithza Rinintya WP
Fasilitator : Noni Diah Komalasari
b. Setting Tempat :




Keterangan :
1. Penanggung Jawab
2. Moderator
3. Pemimpin Bermain
4. Observer
5. Fasilitator
6. Anak usia pra sekolah

c. Kegiatan Bermain
No Uraian Kegiatan Perawat Kegiatan Klien
1. Pembukaan (10 menit) a. Membuka proses terapi
bermain dengan
mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan kepada
anak dan keluarga
tentang tujuan terapi
bermain
c. Menanyakan kesiapan
anak dan juga keluarga
sebelum dimulai bermain
d. Memberitahukan kontrak
a. Menjawab salam



b. Mendengarkan



c. Menjawab
pertanyaan

d. Mendengarkan
1
2
3 6
4
dan
5
waktu untuk terapi
bermain yang akan
dilakukan
e. Memberitahu aturan
permainan yang baik



e. Menyimak
2. Kegiatan bermain (15
menit)
a. Melakukan atau memulai
bermain dengan baik
b. Mencontohkan terapi
bermain yang sedang
dilakukan
c. Melaksanakan
komunikasi dengan anak
dan keluarga
d. Memberikan kesempatan
anak dan keluarga untuk
bermain

e. Menjelaskan kepada
keluarga agar ikut dalam
melakukan terapi
bermain
a. Menyimak

b. Memperhatikan


c. Melakukan
komunikasi

d. Melakukan terapi
bermain yang sudah
disediakan dengan
antusias
e. Mendengarkan
3. Evaluasi (10 menit) a. Mengakhiri pertemuan
dengan baik
b. Memberitahukan kepada
pihak keluarga hasil dari
terapi bermain yang
sudah dilakukan
c. Kontrak waktu
selanjutnya
d. Berpamitan dengan baik
Mendengarkan dan
menyimak dengan
seksama

12. Evaluasi
a. Pembagian tugas dalam tim
Penanggung Jawab :
Bertangung jawab dalam jalannya acara terapi bermain
Megumpulkan hasil evalusi setelah acara berlangsung
Moderator :
Pemandu jalannya acara
Membuka acara sebelum terapi bermain dilakukan
Observer :
Mengobservasi jalannya acara
Memberi penilaian
Memberi kritik dan saran setelah acara selesai
Pimpinan Bermain :
Memimpin jalannya terapi bermain
Memberi contoh kepada klien dan keluarga
Fasilitator :
Sebagai tempat bertanya moderator dan pimpinan bermain tentang kegiatan yang
dilakukan
Memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik
b. Proses
Dalam proses terapi bermain mewarnai gambar pada An.F yang mengalami
hospitalisasi karena fraktur tulang tibia berlangsung baik, walaupun saat terapi dilakukan
An.F hanya sendiri karena keterbatasn fisik. Anak mau berkenalan dengan perawat dan
bersalaman saat perawat mengdatanginya tanpa ada rasa takut. Dan anak juga mampu
mengembangkan kreativitasnya serta perasaan yang dirasakan dan diinginkan. An.F
terlihat senang saat mewarnai karena mesipun sakit anak masih mampu mau bermain dan
mengikuti apa yang diinstruksikan.
An.F usia pra sekolah tersebut juga mampu dan mau mewarnai gambar yang sudah
disediakan oleh perawat menggunakan pensil warna atau crayon. Anak mewarnai dengan
cukup rapi dan bisa menggunakan warna yang sesuai dengan gambarnya.

Materi Terapi Bermain

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi,
mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk
bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain
(Soetjiningsih, 1995). Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau
tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada
kesehatan dan kesenangan yang diperoleh (Hurlock, 1998).
Bermain dapat menjadi bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan
sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat
mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Bermain juga menjadi media terapi yang
baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak.
Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang
sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata,
menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat
lainnya (Martin, 2008).
Semua anak terkadang tidak dapat melalui masa kanak-kanaknya dengan mulus, ada
sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan sehingga
anak harus dirawat di rumah sakit atau menjalani hospitalisasi (Eiser, 1990 dikutip oleh
Harsono, 2005).
Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stres, baik
bagi anak maupun orangtua. Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab stres bagi anak
dan orangtua baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau
yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit maupun lingkungan sosial seperti sesama
pasien anak ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri sehingga perasaan
takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami oleh
anak (Supartini, 2004). Umumnya anak yang dirawat di rumah sakit takut pada dokter,
perawat dan petugas kesehatan lainnya serta anak takut berpisah dengan orangtua dan
saudaranya (Ngastiyah, 2005 ).
Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Pada masa prasekolah (usia 3-5 th) reaksi anak
terhadap hospitalisasi adalah menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak
kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sehingga perawatan di rumah sakit menjadi
kehilangan kontrol dan pembatasan aktivitas. Sering kali hospitalisasi dipersepsikan oleh
anak sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi
agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat (Jovan, 2007).
Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu
bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan (Supartini, 2004). Media
yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang terapeutik yang
didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan
diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk menggali,
mengekspresikan perasaan dan pikiran serta mengalihkan perasaan nyeri dan juga relaksasi.
Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan
anak di rumah sakit (Brennan, 1994 dikutip oleh Supartini, 2004).
Efek hospitalisasi yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahan masalah agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat perawatan. Reaksi stres yang ditunjukkan
anak saat dilakukan perawatan sangat bermacam-macam seperti ada anak yang bertindak
agresif yaitu sebagai pertahanan diri dengan mengeluarkan kata-kata mendesis dan
membentak serta menutup diri dan tidak kooperatif saat menjalani perawatan (Alifatin,
2003).
B. Terapi bermain
Diyakini mampu menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, stres, frustasi serta
mempunyai masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai
menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak sering diajak bermain akan lebih kooperatif
dan mudah diajak kerjasama (Nurjaman, 2006 dikutip oleh Mulyaman, 2008).
Aktivitas bermain dapat dijadikan salah satu cara untuk mengajak anak untuk kooperatif
dalam perawatan dan dapat memperlancar pemberian pengobatan dan perawatan. Hal ini
akan mempercepat proses penyembuhan penyakit anak dan dapat mencegah pengalaman
yang traumatik saat anak mendapat perawatan lagi di rumah sakit.
Aktivitas bermain merupakan salah satu simulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atauanak di rawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Tujuan bermain di rumah sakit
pada prinsipnya adalah agar anak dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal, mengembangkan kreativitas anak dan anak dapat beradaptasi lebih efektiv
terhadap stress. Di ruang Anggrek RSUD Banyumas terdapat 8 anak, 50 % diantaranya atau
4 orang anak berusia pra sekolah (3-6 tahun).
C. Mewarnai
Anak-anak pada usia pra sekolah senang bermain dengan warna oleh karena itu mewarnai
bisa menjadi alternatif untuk mengembang kreatifitas anak dan dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada anak selama dirawat. Salah satu karakteristik perkembangan motorik halus
pada anak pra sekolah adalah mampu mengenali warna. Dengan permainan mewarnai
menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama mewarnai anak akan
mengekspresikan imajinasinya dalam goresan warna pada gambar sehingga untuk sementara
waktu anak akan merasa lebih rileks. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan bermain terhadap
tumbuh kembang anak dan mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan
dilaksanakan terapi bermain pada usia pra sekolah dengan cara mewarnai gambar.
Mewarnai gambar merupakan terapi bermain yang kreatif untuk mengurangi stress dan
kecemasaj serta meningkatkan komunikasi pada anak. Manfaatnya adalah :
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat teraupetik
(sebagai permainan penyembuh atau theraupetic play)
b. Dengan menggambar anak dapat mengekspresikan feelingnya atau memberikan pada
anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa mengunakan kata.
c. Sebagai terapi kognitif, pada saat anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress kognitifnya tidak akurat dan
negative.
d. Mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosional
anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
e. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan
kesehatan untuk merubah perilaku anak selama di rawat di rumah sakit.
Prinsipnya bermain adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal,
kreativitas anak dan anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stres (Nursalam,
2005). Permainan yang dilakukan bersama anak dapat menjadi sebuah terapi yang disebut
terapi bermain (Axline, 1947 dikutip oleh Kristiyani, 2008).
Perawat dapat membantu orangtua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada di samping pasien selama 24 jam.
Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan dukungan psikologis pada anak anggota
keluarga. Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak
adalah dengan memberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat dilakukan sebelum
melakukan prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi
yang dirasakan anak selama prosedur. (Mulyaman, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa anak memerlukan media untuk dapat mengekpresikan
perasaanya, dan di hapkan mampu beker j a sama dengan pet ugas kes eha t an
sel ama dal am perawatan. Permainan yang terapatik didasari oleh pandangan bahwa
bernain bagi anak merupakan aktivita yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan
pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi.
Dengan demikian kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan
kesehatan anak dirumah sakit .Bermain bagi anak sangat mempunyai arti dalam tumbuh
kembangnya. Kar ena mel al ui ber mai n banyak keunt ungan yang di per ol eh,
t i dak saj aterhadap pertumbuhan fisik anak, juga terhadap perkembangan mental
sosialanak.Demikian pula dalam memilih alat permainan sebagai alat
stimulasitumbah kembang anak, hendaklah dipilih alat -alat bermain yang tidak
hanya menyenangkan anak t et api j uga har us ber manf aat dal am
mengopt i mal kantumbuh kembangnya




DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B. (1998). Perkembangan anak, Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Jovan. (2007). Hospitalisasi. Yogjakarta : Mitra Cendekia Press
Martin. (2008). Bermain Sebagai Media Terapi, Diambil pada tanggal 20 Mei 2012, Available:
http://www.pediatric.com
Nelson,(1999). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Ngastiyah (1995). Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC
Soetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak . Jakarta: EGC

You might also like