Professional Documents
Culture Documents
-
=
X
X X N s k
N .. persamaan 2.5
dengan; N = jumlah data pengamatan sebenarnya
N = jumlah data secara teoriti s
s = derajat keteliti an (degree of accuracy)
k = tingkat kepercayaan (level of confidence)
Data akan dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N < N,
dengan kata lai n jumlah data secara teoriti s lebi h keci l daripada jumlah
data pengamatan sebenarnya.
3. Uji Kenormalan Data
Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian
normalitas sampel, sal ah satunya ialah dengan rumus chi-kuadrat. Uji
normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data yang digunakan
sudah normal.
Rumus yang dapat digunakan untuk melakukan uji normali tas :
( )
x
x x
c X
i
-
=
2
2
................................................. persamaan 2.6
bi la X
2
c < d(1-k), a maka data di katakan normal.
4. Perhitungan Persentil Data Antropometri
Pada perancangan alat pemipih emping mel i njo dalam peneliti an ini
menggunakan pri nsip perancangan failitas yang bi sa dioperasi kan di
antara rentang ukuran tertentu. Persentil yang digunakan adalah persentil
ke-5, ke-50 dan persentil ke-95. Cara perhitungan persenti l tersebut dapat
dil ihat pada tabel 2.1.
2.3 RANGKA
Beban adalah beratnya benda atau barang yang di dukung oleh suatu
konstruksi atau bagan beban dan dapat dapat di bedakan menjadi dua
macam, yaitu:
1. Beban statis,
Beban statis berat suatu benda yang tidak bergerak dan tidak berubah
beratnya. Beratnya konstruksi yang mendukung itu termasuk beban mati
dan disebut berat sendiri dari pada berat konstruksi.
2. Beban dinami s,
Bebab di nami s adal ah beban yang berubah tempatnya atau berubah
beratnya. Sebagai contoh beban hi dup yaitu kendaraan atau orang yang
berjalan diatas sebuah jembatan, tekanan atap rumah atau bangunan.
Pada beban dapat di golongkan menjadi dua macam, yai tu:
a. Beban terpusat atau beban titi k,
Beban yang bertitik pusat di sebuah titik, mi sal: orang berdiri diatas
pil ar pada atap rumah.
b. Beban terbagi ,
Pada beban i ni masi h dikatakan sebagai beban terbagi rata dan beban
segitiga. Beban terbagi adalah beban yang terbagi pada bidang yang
cukup luas.
Dal am perhi tungan kekuatan rangka akan di perhitungkan gaya-gaya luar
dan gaya-gaya dalam untuk mengetahui reaksi yang terjadi, sebagai berikut:
1. Gaya-gaya l uar,
Gaya-gaya l uar adalah muatan dan reaksi yang menciptakan kestabilan
kontruksi. Pada suatu kantilever (batang) apabi la ada muatan yang
diterapkan maka akan terdapat gaya reaksi yang timbul pada tumpuan.
Pada kasus statik tertentu persamaan dari kesetimbangan,
Gambar 2.5 Reaksi gaya pada rangka
Sumber: Popov, 1999
0 0 = =
RHA Fx
= + = W RVB RVA Fy 0
= 0 MA
( ) RVBxl xl Wx -
2
1
= 0 ................................................ persamaan 2.7
dengan;
W = beban
l = panjang
M = momen
2. Gaya-gaya dal am,
Gaya-gaya dal am adalah gaya yang merambat dari beban yang tertumpu
pada konstruksi yang meni mbulkan reaksi gaya. Hal i ni apabil a ada muatan
maka ada reaksi yang terjadi, yaitu:
a. Gaya normal (N), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja
sepanjang sumbu batang.
b. Gaya lintang (L), merupakan gaya yang melawan muatan dan bekerja
tegak lurus terhadap sumbu batang.
c. Momen lentur (M), merupakan gaya perlawanan dari muatan sebagai
penahan l enturan yang terjadi pada balok atau penahan terhadap
lengkungan.
Tanda-tanda yang digunakan pada gaya-gaya dalam, sebagai berikut:
a. Gaya N positif (+) = gaya tarik, dan gaya N negati ve (-) desak.
Gambar 2.6 Tanda untuk gaya normal
Sumber: Sidarta, 1984
b. Gaya L posi tif (+) = patah dan searah dengan jarum jam dan gaya L
negative (-) = patah dan berlawanan arah dengan jarum jam.
Gambar 2.7 Tanda untuk gaya l i ntang
Sumber: Si darta, 1984
c. Momen lentur (M) positif (+) = Sumbu batang melengkung, ke atas dan
Momen lentur (M) negative (-) = Sumbu batang melengkung ke bawah.
patah dan searah jarum jam
patah dan berlawanan jarum jam
Tarik
Desak
Gambar 2.8 Tanda untuk momen l entur
Sumber: Sidarta, 1984
3. Tumpuan,
Suatu konstruksi di rencanakan untuk suatu keperluan tertentu. Tugas
utama suatu konstruksi adalah mengumpulkan gaya aki bat beban yang
bekerja padanya dan meneruskanya ke bumi . Agar dapat melaksanakan
tugasnya maka konstruksi harus berdiri dengan kokoh. Suatu konstruksi
akan stabil apabila di letakkan di atas pondasi atau tumpuan yang dirancang
secara baik. Beberapa jeni s tumpuan, yaitu:
a. Tumpuan sendi,
Sebuah batang dengan sendi di ujung batang. Tumpuan dapat
meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu menurut sumbu
batang dan dari batang tumpuan hanya memil iki satu gaya.
Gambar 2.9 Tumpuan sendi
Sumber: Si darta, 1984
b. Tumpuan rol atau geser,
Tumpuan rol meneruskan gaya desak tegak lurus bidang peletakannya.
Gambar 2.10 Tumpuan rol
Sumber: Sidarta, 1984
c. Tumpuan jepit,
Tumpuan yang dapat meneruskan segala gaya dan momen. Jadi dapat
mendukung gaya horizontal, gaya vertikal, dan momen yang berarti
mempunyai tiga gaya.
Melengkung keatas melengkung kebawah
Gambar 2.11 Tumpuan j epi t
Sumber: Sidarta, 1984
4. Profil L,
a
Gambar 2.12 Baj a prof i l L
Sumber: Khurmi R.S., 1982
Profil L adalah batang yang digunakan pada konstruksi, ada beberapa
jeni s profil yang di gunakan pada pembuatan konstruksi mesin mel i puti,
profil L, profil I, profil U.
Keterangan:
a = panjang (mm)
b = l ebar (mm)
Y = titik berat batang (mm)
5. Momen i nersi a balok besar dan keci l,
Momen inersia adalah momen yang terjadi pada batang yang
ditumpu. Pada setiap batang dapat dihitung momen inersia yang terjadi,
dengan menggunakan persamaan 2.7 di bawah i ni.
I1 = I0 + A1 x d1
2
.................................................... persamaan 2.8
dengan;
I1 = momen i nersia balok (mm)
A = luas batang (mm)
d = diameter batang (mm)
6. Momen i nersi a batang,
Momen inersia batang adal ah momen yang terjadi pada batang yang
ditumpu. Pada setiap batang dapat dihitung momen inersi a yang terjadi,
dengan menggunakan persamaan 2.8 di bawah i ni.
Ix = I1 - I2 .................................................................. persamaan 2.9
dengan,
Ix = Momen inersi a batang (mm)
I1 = Momen inersi a batang 1 (mm)
I2 = Momen inersi a batang 2 (mm)
7. Besar tegangan geser yang di jinkan,
Tegangan geser yang di ijinkan adalah tegangan geser pada batang
yang di ijinkan, jika tegangan geser yang di ijinkan lebih besar dari pada
momen tegangan geser pada konstruksi maka konstruksi aman atau kuat
menahan beban yang diterima. Pada Besar tegangan geser yang di iji nkan
dapat dihi tung dengan menggunakan persamaan 2.9 di bawah i ni.
t =
Ix
MxU
........................................................... persamaan 2.10
dengan;
t = tegangan geser yang terjadi (kgf/ mm)
M = momen yang terjadi (kgf/ mm)
Ix = momen i nersia batang (mm)
Y = titik berat batang (mm)
2.4 PENGELASAN
Penyambungan logam dengan las adalah dengan pengaruh panas,
baik di panasi sampai l unak baru dipukul-pukul untuk menyambung l as (las
tekan) maupun di panasi sampai mencai r (las cai r). Sambungan las tekan
adal ah sambungan dengan jenis sambungan tumpang dimana
pelaksanaannya dapat berupa las ledakan, las gesekan, las ultrasonik, las
tekan dingin, l as tekan panas, las resi stansi yang mel iputi l as titik dan las
garis.
Sedangkan sambungan las cair adal ah sambungan yang pali ng banyak
digunakan dal am kontruksi las. Las cai r masi h di bagi lagi dalam el ektroda
terumpan l as gas dengan mempergunakan panas pembakaran dari gas
seperti oksiasetel ine, las listrik terak yang mempergunakan panas resistansi
terak cair, l as busur elektron, dan lain-lai n. Pengel asan ada dua macam yakni
las karbit menggunakan gas aseti lin dan gas oksigen Sedangkan l as l istrik
menggunakan arus l istrik.
Jenis kampuh las kebanyakkan dibuat dalam dua jeni s yaitu:
1. Grove Weld / Butt Weld
Dibuat pada celah (Grove) diantara dua benda las.
2. Filled Weld
Kampuh las yang dibuat penampang segi tiga.
Pengelasan yang bai k terl ihat dari kual itas dan kemudahan serta
kecepatan pengelasan. Untuk memperoleh lebar yang i deal pada kekuatan
sambungan maka ayunan tidak lebi h dari tiga kali di ameter elektroda.
1. Jenis-jenis sambungan las,
a. Butt Joint
Dimana kedua batang yang akan di las berada pada bi dang yang sama.
Gambar 2.13 Sambungan l as Butt Joi nt
Sumber: Wi ryosumarto, 1981
b. Lap Joint
Kedua benda yang akan dilas berada pada bi dang paralel.
Gambar 2.14 Sambungan l as Lap j oi nt
Sumber: Wi ryosumarto, 1981
c. T Joint
Benda yang akan dil as tegak l urus satu sama lain.
Gambar 2.15 Sambungan l as T Joi nt
Sumber: Wiryosumarto, 1981
d. Edge Joint
Kedua benda yang akan dilas berada pada bi dang yang paralel tetapi
sambungan l as dilakukan pada kedua ujungnya.
Gambar 2.16 Sambungan l as Edge Joi nt
Sumber: Wiryosumarto, 1981
e. Corner Joi nt
Benda yang akan dil as tegak l urus satu sama lain tetapi sambungan l as
dil akukan pada sambungan.
Gambar 2.17 Sambungan l as Corner Joi nt
Sumber: Wi ryosumarto, 1981
2. Pengaruh besar kecilnya arus pada al as listrik,
a. Apabi la arus terlalu kecil,
Penyalaan busur l istrik sukar
Busur li stri k yang terjadi tidak stabil
Panas yang tidak cukup untuk melel ehkan elektroda dan benda
kerja
Rigi-rigi l as keci l dan tidak rata serta penembusannya dangkal
b. Apabi la arus terlalu besar,
Elektroda mencair terlalu cepat
Hasil permukaan las lebih besar
Penembusan terlalu dalam
3. Ukuran elektroda,
Ukuran standart diameter kawat i nti adal ah 1,57 mm dengan panjang
350450 mm. Jeni s selaput terbuat selulosa, kaolin, kalium, karbonat,
titani um oksida, kalium oksida mangan, oksi da besi. Tebal sel aput
berki sar antara 10 % - 50 % diameter elektroda. Pada waktu pengelasan
sel aput elektroda akan i kut mencair menghasilkan gas CO2 yang
meli ndungi cairan l as, busur l istrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar. Cairan selaput yang disebut terak akan mengapung dan
membeku melapi si permukaan l as yang masi h panas.
4. Kekuatan sambungan las,
Berdasarkan kekuatannya, maka sambungan las dapat dibedakan menjadi
las kampuh (butt joint) dan l as sudut (fillet weld).
a. Las kampuh ( butt joint )
Tegangan tarik dapat dirumuskan
.
F
h l
s = . persamaan 2.11
dengan,
= gaya tarik (N/ mm
2
)
F = gaya geser (N)
h = tinggi / ukuran l as (mm)
l = panjang l as (mm)
b. Las sudut (fillet weld) dapat di rumuskan
0, 707. .
F
h l
t = persamaan 2.12
dengan,
= tegangan geser (N/ mm
2
)
F = gaya geser (N)
h = tinggi / ukuran l as (mm)
t = h sin 45
0
= 0,707 h
l = panjang l as (mm)
c. Tegangan l entur dirumuskan
b =
b h l
l F
. . . 414 , 1
.
persamaan 2.13
dengan,
b = tegangan lentur (N/ mm
2
)
F = gaya yang diterima las (N)
L = jarak eksentri si tas (mm)
l = panjang l as (mm)
b = l ebar benda yang dilas (mm)
d. Tegangan kombinasi dirumuskan
=
2 2
1
2
8 , 1
. 2
. . 2
- +
b
L
b
L
l h
F
persamaan 2.14
dengan,
= tegangan kombinasi (N/ mm
2
)
2.5 MOTOR GEAR
Gambar 2.18 Motor gear
Sumber: www.msmotorgear.china.com
Motor gear adalah kombinasi dari motor listri k dan sistem mekanik
reduser. Motor gear membutuhkan daya listri k kecil tetapi menghasil kan
kekuatan putar yang kuat. Motor gear berfungsi sebagai sumber penggerak.
Pada pembuatan alat emping jagung, motor gear digunakan untuk
menggerakkan sabuk-pul i. Dengan menggunakan sabuk yang dihubungkan
antara kedua pul i, maka motor listrik menggerakkan roll sehingga roll dapat
digunakan untuk memipihkan bi ji jagung. Gear adalah sebuah penyetabil
putaran dengan rasio tertentu yang terdiri dari roda gigi cacing dan ul ir
cacing. Ciri yang sangat menonjol dari roda gigi cacing adalah kerjanya halus
dan hampir tanpa bunyi, serta memungkinkan perbandi ngan transmi si yang
besar.
2.5.1 Perhi tugan Daya
v Si linder berdi ndi ng tipis :
2
.R M I =
2
. . R V r = persamaan 2.15
v Si linder pejal :
2
. .
2
1
R M I =
2
. . .
2
1
R V r = . persamaan 2.16
v Si linder berongga :
( )
2
1
2
0
. .
2
1
R R M I + =
( )
2
1
2
0
. .
2
1
R R v + = r .. persamaan 2.17
Dimana : I = momen inersia (kgm)
V = volume (m)
r = massa jeni s (kg/ m)
R = jari -jari (m)
R0 = jari -jari l uar (m)
R1 = jari -jari dal am (m)
v Kecepatan sudut
=
60
. . 2 n p
,,,,,,,, persamaan 2.18
Dimana : = kecepatan sudut (rad/ dt)
n = putaran (rpm)
v Percepatan sudut
t D
D
=
w
a persamaan 2.19
Di mana : = percepatan sudut (rad/ dt)
t = waktu (dt)
v Torsi
a . I T = persamaan 2.20
Di mana : T = torsi (Nm)
v Daya
P = T . persamaan 2.21
Di mana : P = daya (watt)
2.6 POROS
Gambar 2.19 Pembebanan putar pada sebuah poros yang berputar
Sumber: Khurmi R.S., 1982
Perhi tungan perencanaan dan perancangan poros adalah sebagai
berikut :
v Momen akibat gaya vertikal
MFV = RAV . x .. persamaan 2.22
v Momen akibat gaya horizontal
MFH = RAH . x... persamaan 2.23
v Resultan momen
( ) ( )
2 2
FH FV
M M M + = persamaan 2.25
v Torsi
n
P
T
. . 2
. 60
p
= persamaan 2.25
v Torsi ekuivalen (Te)
( ) ( )
2 2
. . T Kt M Km Te = .. persamaan 2.26
Dimana :
Faktor kombinasi kelelahan dan kejut untuk bengkok (Km) = 2
Faktor kombinasi kelelahan dan kejut untuk puntir (Kt) = 1,5
v Kekuatan geser (
g
t )
2 1
1
.sf sf
g
s
t = persamaan 2.27
Dimana :
Faktor keamanan (sf1) = 6
Faktor konsentrasi tegangan (sf2) = 2
v Menentukan di ameter poros (d)
e
Te
d
t p.
. 16
3
= . persamaan 2.28
Dimana : d = diameter poros (mm)
Te = torsi ekuivalen (Nm)
g
t = tegangan geser (N/ mm)
2.7 PASAK
Gambar 2.20 Jeni s-j eni s pasak
Sumber: Khurmi R.S., 1982
Gambar 2.21 Gaya geser dan desai n pasak
Sumber: Khurmi R.S., 1982
Pasak merupakan salah satu bagian dalam elemen mesin yang terletak antara
poros dengan hub atau boss pada puli yang keduanya dihubungkan untuk mencegah
gerak relatif diantara keduanya. Dalam penerapannya pasak digabung sejajar dengan
poros. Pasak yang digunakan dengan mempertimbangkan tegangan geser dan tekan.
Pada umumnya pasak yang digunakan dipilih bahan yang lebih lemah dari poros
maupun puli atau roda giginya.
Hal-hal penting dalam perancangan pasak adalah sebagai berikut;
v Menghi tung daya rencana yang ditransmisikan (P)
Pd = fc.P......................................................................... persamaan 2.29
Di mana : Pd = daya rencana (KW)
fc = faktor koreksi
v Menghi tung momen puntir (T)
T = 9,74 x 10
5
1
n
P
d
........................................................... persamaan 2.30
Di mana : T = momen puntir (kg mm)
Pd = daya rencana (KW)
n1 = putaran poros (rpm)
v Tegangan geser (
a
t ) yang dii jinkan
2 1
xsf sf
b
a
s
t = ................................................................. persamaan 2.31
Di mana :
a
t = tegangan geser yang diijinkan (kg/ mm
2
)
s b = kekuatan tarik (kg/ mm
2
)
sf1 = bahan S-C dengan pengaruh masa, dan baja paduan (nilai
6)
sf2 = bahan S-C dengan pengaruh kekasaran (nilai 2)
v Menghi tung diameter poros (ds)
3 / 1
1 , 5
= xCbxKfxT d
a
t
.................................................. persamaan 2.32
Di mana : ds = diameter poros (mm)
Kf = faktor koreksi
Cb = faktor beban l entur
T = momen puntir (kg mm)
v Penentuan gaya tangensial (F)
F =
2 /
s
d
T
...................................................................... persamaan 2.33
Dimana ; T = momen puntir rencana (kg mm)
ds = diameter poros (mm)
v Penentuan panjang pasak (l)
Panjang pasak dari tegangan geser yang diijinkan
1
bxl
F
ka
t ..................................................................... persamaan 2.34
Dim ana; ka = tegangan geser yang diijinkan (kg/ mm
2
)
F = gaya tangensial (kg)
b = penampang pasak (mm)
l1 = panjang pasak dari tegangan geser yang terjadi (mm)
Panjang pasak dari tekanan permukaan yang dii jinkan
) (
2 1 2
ataut t x l
F
p
a
.......................................................... persamaan 2.35
Dimana; Pa = tekanan permukaan yang di ijinkan (kg)
l2 = panjang pasak dari tekanan permukaan yang di ijinkan
(mm)
t1 = kedalaman alur pasak pada poros (mm)
t
2
= kedalaman alur pasak pada naf (mm)
2.8 BANTALAN ATAU BEARINGS
Gambar 2.22 Penampang si ngl e row bal l beari ng
Sumber: Khurmi R.S., 1982
Bantalan (bearings) adalah el emen mesi n yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-bali knya dapat berlangsung secara
halus, aman dan berumur panjang. Bantalan harus cukup kokoh untuk
memungkinkan poros serta elemen mesin lai nnya bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka kemampuan fungsi sel uruh
sistem akan menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya.
2.8.1 Kl asi f i kasi bantal an:
1. Bantalan l uncur
Pada bantalan i ni terjadi gesekan luncur antara poros dan bantal an
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perataraan l apisan pel umas.
2. Bantalan Geli ndi ng
Sedangkan pada bantalan ini terjadi gesekan gelindi ng antara bagian
yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelindi ng seperti
bola (pel uru), rol, atau rol jarum, dan rol bulat.
Dan yang kita perlukan didalam perencanaan kali ini adalah bantal an
gelindi ng dengan jenis Bantalan bol a radi al .
Data-data yang di gunakan dalam dasar teori bantalana adalah sebagai
berikut:
Di ameter poros (D)
Gaya pada bantalan F dan Fv
Putaran poros (n2)
v Beban ekui valen dinamis :
a r r
F y F v x P . . . + = .................................................. persamaan 2.36
v Faktor kecepatan :
3
1
3 , 33
=
n
F
n
.......................................................... persamaan 2.37
Dimana : Fn = faktor kecepatan (menit/ rad)
n = putaran (rpm)
v Faktor umur bantalan :
= =
p
C
F F
n h
......................................................... persamaan 2.38
Dimana : Fh = faktor umur bantalan
Fn = faktor kecepatan
C = beban nomi nal dinamis spektif (kg)
p = beban ekui valen dinamis (kg)
v Umur nominal bantalan :
Lh = 500. Fh .......................................................... persamaan 2.39
Dimana : Lh = umur nominal bantalan (jam)
2.9 SABUK V DAN PULI
Gambar 2.23 Macam-macam sabuk
Sumber: Khurmi R.S., 1982
Sabuk dipakai untuk memi ndahkan daya antara dua poros yang
sejajar. Poros-poros harus terpisah pada suatu jarak minimum tertentu, yang
tergantung pada jenis pemakaian sabuk, agar bekerja secara efisien. (J.E.
Shigley, 1995).
2.9.1 Sabuk V
Sabuk V (V- belt),
Sabuk V terbuat dari kain dan benang, biasanya katun rayon atau
nil on dan diresapi karet. R.S. Khurmi (1982) menyebutkan kelebihan sabuk V
dibandi ngkan dengan sabuk datar, yaitu:
v Seli p antara sabuk dan puli dapat diabaikan.
v Sabuk V yang dibuat tanpa sambungan memperlancar putaran.
v Memberikan umur mesin lebi h l ama, 3-5 tahun.
v Sabuk V mudah di pasang dan dibongkar.
v Operasi sabuk dengan pul i ti dak meni mbulkan getaran.
v Sabuk V mempunyai kemampuan untuk menahan goncangan saat
mesin di nyal akan.
v Sabuk V juga dapat di operasikan pada arah yang berlawanan.
Sedangkan kel emahan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yai tu:
v Sabuk V ti dak seawet sabuk datar.
v Konstruksi puli sabuk V l ebih rumit daripada sabuk datar.
2.9.2 Perencanaan sabuk dan Pul i ,
Efi si ensi sabuk V pada umumnya berkisar antara 70-90 %, sedangkan
sabuk yang dipi lih secara tepat mempunyai efisi en 90-95 % (J.E. Shi gley,
1995)
v Menentukan di ameter puli dal am
Dp =
2
.
1
n
n d
p
dengan; Dp = di ameter puli digerakkan (mm)
dp = diameter puli penggerak (mm)
n1 = putaran puli penggerak (rpm)
n2 = putaran puli yang direncanakan (mm)
v Kecepatan sabuk,
V=
60 . 1000
. . n d
p
p
......................................................... persamaan 2.40
dengan; V = kecepatan putaran sabuk (
s
m
)
n = putaran pul i penggerak (rpm)
d = diameter pul i penggerak (mm)
v Mencari total panjang sabuk,
Gambar. 2.24 Mekani sme sabuk
Sumber: Khurmi R.S., 1982
L=
2
) (
4
1
) (
2
2
p p p p
d D
c
D d c - + + +
p
................. persamaan 2.41
dengan; L = panjang total sabuk (mm)
c
= jarak sumbu poros (mm)
dp = diameter puli penggerak (mm)
D
p
= di ameter puli yang digerakkan (mm)
v Jarak antara dua poros
( )
8
8
2 2
p p
d D b b
C
- - +
= ................................. persamaan 2.42
Dimana : b = 2L 3,14 (Dp dp)
v Mencari Type Bel t
A =
K
F
Dimana:
Z = jumlah belt
A = luasan penampang pada belt (cm
2
)
F = gaya pada belt (kg)
k = tegangan pada belt
Untuk mencari type belt yang akan digunakan dapat dicari dengan melihat table
lampiran.
c
2.10 BAN BERJALAN (CONVEYOR)
Ban berjalan merupakan suatu alat transportasi yang umumnya
dipakai dalam i ndustri perakitan maupun i ndustri proses untuk mengangkut
bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi dari satu bagian ke
bagi an yang lain. Pada suatu jalur produksi (producti on line) umumnya
memasukan benda produksi dapat bersifat acak, khususnya ini terjadi pada
industri perakitan atau pemrosesan yang dilakukan secara manual. Akan
tetapi pada bagi an keluaran yang umumnya dipakai sebagai proses
pengemasan, di harapkan pel etakan benda kerja sudah dalam keadaan
teratur. Keteraturan posi si benda kerja ini mempermudah pengemasan
dalam satuan tertentu .
Salah satu jenis alat pengangkut yang sering digunakan adalah ban
berjalan yang berfungsi untuk mengangkut bahan -bahan industri yang
berbentuk padat. Pemilihan alat transportasi (conveying equipment) materi al
padatan antara l ain tergantung pada :
a. Kapasi tas material yang ditangani
b. Jarak perpi ndahan material
c. Kondisi pengangkutan : horizontal , vertikal atau inkl inasi
d. Ukuran (size), bentuk (shape) dan sifat materi al (properties)
e. Harga peral atan tersebut.
2.10.1 Kl asi f i kasi Banberj al an
Secara umum jenis/ type ban berjal an yang sering digunakan dapat
diklasifikasi kan sebagai berikut :
a. Belt Conveyor
b. Chain Conveyor
c. Scraper Conveyor
d. Apron Conveyor
e. Bucket Conveyor
f. Bucket El evator
g. Screw Conveyor
h. Pneumatic Conveyor
2.10.2 Bel t Conveyor
Belt Conveyor pada dasarnya mernpakan peralatan yang cukup
sederhana. Alat tersebut terdiri dari sabuk yang tahan terhadap
pengangkutan benda padat. Sabuk yang digunakan pada bel t conveyor ini
dapat dibuat dari berbagai jenis bahan mi sal nya dari karet, plastik, kuli t
ataupun logam yang tergantung dari jenis dan sifat bahan yang akan
diangkut. Untuk mengangkut bahan -bahan yang panas, sabuk yang
digunakan terbuat dari logam yang tahan terhadap panas.
Karakteri stik dan performance dari belt conveyor yaitu :
a. Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring dengan sudut
maksi mum sampai dengan 18.
b. Sabuk disanggah ol eh plat rol ler untuk membawa bahan.
c. Kapasi tas tinggi .
d. Serba guna.
e. Dapat beroperasi secara contini ue.
f. Kapasi tas dapat diatur.
g. Kecepatannya sampai dengan 600 ft/ m.
h. Dapat naik turun.
i. Perawatan mudah.
Gambar 2.25 Ban berj al an
Sumber: Si darta, 1984
Kelemahan -kel emahan dari belt conveyor:
a. Jaraknya tel ah tertentu.
b. Biaya rel atif mahal .
c. Sudut inkli nasi terbatas
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I I I
METODOLOGI PENELI TI AN
Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan beserta
penjelasan singkat setiap tahapannya. Penjelasan diuraikan dalam bentuk tahapan
atau langkah studi yang dilakukan mulai dari latar belakang sampai kesimpulan dan
saran. Kerangka metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
3.1 Identifi kasi Masalah
3.2 Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Latar Belakang Masal ah
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Peneliti an
Studi Lapangan Studi Literatur
Pengumpulan dan Pengolahan
Data
Perhitungan Data
Anthropometri untuk
Merancang Dimensi Rangka
Perhitungan Kekuatan Rangka
Mesi n Emping Jagung
A
Perhitungan Data Penel itian
Perhitungan Mekanik
Mesi n Emping Jagung
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat di jabarkan langkah-l angkah dal am
melakukan peneliti an mengenai perancangan mesin empi ng jagung. Seperti
yang dijelaskan pada sub bab beri kut ini.
3.1 I DENTI FI KASI PERMASALAHAN
Identifikasi penelitian yang akan menjadi dasar penentuan l angkah-
langkah penel itian selanjutnya, penentuan vari abel penelitian untuk
menguraikan permasalahan awal penelitian, sebagai beri kut:
3.1.1 Latar Bel akang
Latar bel akang masal ah adal ah hal -hal yang mendasari di lakukannya
peneli tian. Latar belakang diadakannya peneliti an i ni adalah mesin rol l
emping jagung yang digunakan sampai saat ini masih mempunyai
kekurangan saat proses produksi mengkibatkan beban kerja pada operator
dan proses produksi kurang sempurna. Dengan adanya kekurangan -
A
Membuat Rancangan
Mesin Emping Jagung
Analisis dan Intepretasi
Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Analisis Biaya
Gambar 3.1 Metodologi penelitian (lanjutan)
3.3 Perancangan Alat
3.4 Anali sa dan Interprestasi
Hasil 3.5 Kesimpul an dan
Saran
kekurangan yang ada saat ini maka perlu di buat perbaikan terhadapan mesi n
emping jagung dengan pendekatan anthropometri. Sehi ngga pada rancangan
mesin yang baru jagung dapat dirasakan rasa aman, nyaman dan dapat
mempersingkat waktu proses produksi dan mendapatkan produktivi tas yang
maksi mal.
3.1.2 Perumusan Masal ah
Permasalahan yang dirumuskan adalah bagaimana merancang mesin
emping jagung agar meningkatkan produktivitas mesin ?.
3.1.3 Tuj uan dan Manf aat Penel i ti an
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian perancangan i ni adalah
diperoleh mesin empi ng jagung agar meni ngkatkan produktivitas mesi n.
3.1.4 Studi Lapangan
Melakukan studi lapangan dapat di ketahui cara kerja, perangkat-
perangkat yang di butuhkan dan komponen yang di gunakan dal am
perencanaan dan pembuatan mesin emping jagung.
3.1.5 Studi Li teratur
Studi literatur di lakukan agar dapat di gunakan sebagai panduan
informasi untuk mendukung penyel esaian pengolahan data penelitian
terhadap studi l apangan. Informasi studi literatur sangat di perlukan untuk
merancang mesin emping jagung.
3.2 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada tahap ini terdi ri dari dua bahasan yaitu pengumpulan dan
pengol ahan data. Tahap i ni merupakan tindak lanjut dari tahap
pendahuluan. Proses pengumpulan data dan pengolahannya dijelaskan pada
sub bab berikut i ni :
3.2.1 Pengumpul an Data
Pengumpulan data di peroleh dari pengamatan yang dil akukan pada
sal ah usaha kecil produksi emping jagung yaitu dirumah Bapak Nur Imam.
Selain dari data pengamatan dilapangan data lain yang dibutuhkan dal am
perancangan adalah data uji desak bi ji jagung dan data berat biji jagung.
Pengumpulan data tersebut dijelaskan pada sub bab berikut i ni.
1. Data peneliti an
Data peneli tian yang di butuhkan adalah uji tekan dan berat biji
jagung. Biji jagung yang akan di uji tekan dan diti mbang adalah biji
jagung basah. Penguji an tekan biji jagung di lakukan di kampus ATW
dengan menggunakan al at uji tekan. Cara penguji annnya biji jagung
dil etakkan diwadah benda kerja kemudian handle ditarik biji jagung akan
ditekan batang besi sampai pipi h kemudian di baca hasil pengujian tekan
di tacho meter. Pengujian tekan di lakukan sebanyak 30 percobaan.
Peni mbangan berat biji jagung menggunakan alat peni mbang digital
dengan toleransi alat penimbangan 0 100 gr. Cara penimbangannya
bi ji jagung diti mbang satu persatu dicatat hasilnya dengan jumlah sample
peni mbangan 30 bi ji jagung.
2. Pengumpulan data antropometri
Data antropometri yang digunakan tinggi siku berdiri (TSB) yang di
perol eh dari pengukuran pekerja pemipih emping jagung dan warga
sekitar sebanyak 40 orang.
3.2.2 Pengol ahan data
Data dari peneli tian di kumpulkan kemudi an diolah terl ebih dahul u
sebelum tahap anali sa. Pengolahan data ini meliputi perhitungan mean dan
standar devi asi data antropometri, pengukuran perancangan antropometri ,
perancangan mesin emping jagung, perhitungan mekani k mesi n emping
jagung, dan perhitungan kekuatan material. Pengolahan data tersebut
dijel askan pada sub bab berikut ini.
1. Perhitungan data penelitian
Perhi tungan data penelitian uji tekan dan berat biji jagung digunakan
untuk menentukan jeni s motor yang digunakan dan kapasitas mesin
emping jagung.
2. Perhitungan uji keseragaman data Antropometri
Uji keseragaman data dilakukan dengan mengepl otkan data
antropometri tinggi siku berdiri pada peta kendali
x
. Batas kendali atas
dan bawah di hitung dengan menggunakan persamaan 2.3 dan persamaan
2.4. Dimana mean dan standar deviasi dapat dihitung menggunakan
persamaan 2.1 dan persamaan 2.2. Jika ada data yang berada di luar batas
kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut di hil angkan
dan di buat peta kendal i revisi. Hasil dari pengol ahan data tinggi siku
berdi ri nantinya digunakan untuk menentukan dimensi rangka
perancangan mesin emping jagung.
3. Perhitungan Kekuatan Rangka Mesin Emping Jagung
Perhi tungan kekuatan rangka besi di hitung untuk mengetahui
kekuatan rangka mesin emping terhadap beban yang di terima, beban
berupa ban berjalan, bak penampung dan rol yang berada di atas rangka
mesin empi ng. Perhitungan rangka mesi n emping jagung menggunakan
persaman 2.7 sampai 2.10.
4. Perhitungan kekuatan las
Kekuatan las akan menentukan kekuatan sambungan rangka mesin
emping jagung. Perhitunga las dapat di sel esaikan dengan persamaan 2.11
sampai 2.14
5. Perhitungan Mekanik Mesin Emping Jagung
Pada tahapan perhi tungan mekani ka pada mesin emping jagung perlu
dil akukan perhitungan perhi tungan sebagai berikut :
Perhitungan motor
Hal hal yang perlu dilakukan adalah melakukan perhitungan daya motor.
Perhitungannya dapat diselesaikan dengan persamaan 2.15 sampai persamaan
2.21
Perhitungan poros
Hal hal yang perlu dilakukan adalah melakukan perhitungan tegangan geser
yang diijinkan dan tegangan geser yang terjadi. Perhitungannya dapat
diselesaikan dengan persamaan 2.22 sampai persamaan 2.28
Perhitungan pasak
Hal-hal yang perlu di lakukan adal ah melakukan perhi tungan
tegangan pada pasak. Perhitungannya dapat diselesai kan dengan
persamaan 2.29 sampai persamaan 2.35
Perhitungan bantalan
Hal-hal yang perlu di lakukan adalah jeni s bantalan apa yang
digunakan dan umur bantalan. Perhi tungannya dapat diselesaikan
dengan persamaan 2.36 sampai persamaan 2.39
Perhitungan Puly dan sabuk
Hal hal yang berhubungan dengan perhitungan sabuk hububungan anatar
sabuk dan puli. Perhitungannya dapat diselesaikan dengan persamaan 2.40
sampai persamaan 2.42
Perhitung out put roll pengatur.
Jumlah out put biji jagung dan ukuran roll pengatur yang akan digunakan.
3.3 PERANCANGAN ALAT
Pada bab ini di jelaskan langkah-l angkah dal am pembuatan mesin emping
jagung dari perancangan hingga mesi n empi ng jagung dapat beroperasi.
3.3.1 Membuat Rancangan Mesi n Empi ng Jagung
Perancangan mesin emping jagung ini terdi ri dari beberapa komponen
bagi an utama diantaranya bagian konstruksi, bagian motor penggerak dan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Konstruksi,
Konstruksi mesi n emping jagung yang dibuat di gunakan sebagai
tempat dan penyangga komponen-komponen seperti roll , bak
penampung, motor gear, ban berjalan. Komponen-komponen tersebut
yang nantinya dipergunakan sebagai alat pendukung proses pemipih
emping jagung. Bahan konstruksi yang digunakan untuk membuat
mesin empi ng jagung ini adalah bahan pel at besi siku yang dipotong-
potong sesuai dengan ukuran dan bentuk lalu disambung
menggunakan las.
2. Komponen komponen mesin emping jagung
Pengertian dari komponen komponen mesin emping jagung bagaian
yang menempel pada rangka, komponen tersebut antara lain : bak
penampung, ban berjalan, roll pemipi h, rol l pengatur, dan poros,
sabuk puli.
3.4 PERHI TUNGAN BI AYA
Perhitungan biaya merupakan harga bi aya yang harus dikeluarkan
untuk pembuatan mesin emping jagung. Biaya tersebut terdiri dari biaya
bahan baku, biaya pembuatan dan biaya hak paten.
3.5 ANALI SI S DAN I NTERPRETASI HASI L
Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai anal isis mesin empi ng
jagung awal, analisi s hasi l rancangan mesi n emping jagung baru, dan anal isis
aspek ekonomi.
3.6 KESI MPULAN DAN SARAN
Tahap kesi mpulan dan saran akan membahas kesimpulan hasi l
pengol ahan data dengan memperti mbangkan tujuan yang di capai dari
peneli tian dan kemudi an memberikan saran perbaikan yang dil akukan.
BAB I V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab i ni akan di uraikan proses pengumpul an dan pengol ahan
data. Data yang dikumpul kan adal ah data antropometri pekerja pemipih
emping jagung di Industri Kecil dirumah Bapak Nur Imam.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Data-data yang di kumpulkan dalam penel itian i ni adalah data yang
dibutuhkan dalam pengolahan data dan perancangan mesin emping jagung
dijabarkan dalam sub bab di bawah i ni.
4.1.1 Data Penel i ti an
Hasil dari pengamatan di lapangan bahwa jagung mentah dengan
berat 1 kg jika sudah direbus menjadi 1,6 kg biji jagung basah. Mesi n emping
jagung beroperasi selama 4 jam menghasilkan emping jagung 190 kg(basah),
maka dalam 1jam menghasilkan 48 kg(basah) empi ng jagung. Selain data
yang didapatkan di lapangan dibutuhkan juga data pengujian tekan biji
jagung dan data berat biji jagung.
Tabel 4.1 Data uji tekan biji jagung basah
Sumber: Observasi Lapangan 2008
Tabel 4.2 Data Peni mbangan Biji Jagung Basah
Sumber: Observasi Lapangan 2008
4.1.2 Data Antropometri
Perancangan di mensi rangka di hitung dengan menggunakan data
No Hasil(Kg) No Hasil(Kg) No Hasil(Kg)
1 1.1 11 0.9 21 1.1
2 1 12 1 22 1
3 1 13 0.9 23 0.9
4 1.2 14 1 24 1
5 1.1 15 1 25 0.9
6 1 16 0.9 26 1.2
7 1 17 1 27 1
8 1.2 18 1 28 1
9 1.1 19 1.2 29 0.9
10 1.2 20 1.1 30 0.9
No Berat(gr) No Berat(gr) No Berat(gr)
1 0.53 11 0.39 21 0.41
2
0.49
12 0.49 22 0.55
3 0.56 13 0.39 23 0.58
4 0.68 14 0.39 24 0.65
5 0.51 15 0.51 25 0.67
6 0.44 16 0.53 26 0.63
7 0.4 17 0.42 27 0.43
8 0.48 18 0.48 28 0.47
9 0.52 19 0.64 29 0.53
10 0.49 20 0.48 30 0.41
antropometri ti nggi si ku berdiri tegak (TSB), data tersebut di gunakan untuk
menentukan di mesi panjang, l ebar dan tinggi rangka mesi n empi ng jagung.
Data antropometri yang di gunakan dalam perhitungan ini yaitu data
anthropometri pekerja pemipi h empi ng jagung dan warga sekitar sebanyak
40 orang.
Dari hasi l observasi di lapangan berikut beberapa data anthropometri
dapat dilihat pada table 4.3 di bawah i ni.
Tabel 4.3 Data Ti nggi Si ku Berdi ri (TSB)
Sumber: Observasi Lapangan 2008
4.2 PENGOLAHAN DATA
4.2.1 Perhi tungan Data Penel i ti an
Perhi tungan data peneli tian adalah perhi tungan rata-rata hasil uji
tekan dan penimbangan biji jagung.
1. Uji tekan biji jagung
Hasil dari uji tekan tabel 4.1 di rata-rata dan hasi l nya digunakan untuk
menghitung beban yang diterima oleh rol l pemipih.
30
9 , 0 9 , 0 .... 1 1 1 , 1 + + + + +
=
-
x = 1,03 kg
Rata-rata dari percobaan uji penekanan adal ah 1,03 kg
Data Ke- TSB Data Ke- TSB Data Ke- TSB Data Ke- TSB
1 102 11 95.2 21 100.7 31 100
2 100 12 104.3 22 99.5 32 103.2
3 99.6 13 106 23 104.6 33 103.9
4 101 14 95 24 97.3 34 96
5 99.4 15 102.6 25 100.8 35 101
6 97 16 100.5 26 103 36 101
7 102 17 97 27 106 37 104.6
8 101.1 18 103 28 99 38 96
9 101.5 19 102.2 29 105 39 104
10 103.5 20 96 30 98 40 102.3
2. Peni mbangan berat biji jagung
Tabel 4.2 adalah berat biji jagung yang sudah direbus. Data ini
nanti nya dirata-rata dan hasil nya digunakan untuk menghitung kapasitas
roll pengatur.
30
1 , 4 53 , 0 .... 56 , 0 49 , 0 56 , 0 + + + + +
=
-
x = 0,51 gr
Rata-rata dari berat biji jagung adalah 0,51 gr
4.2.2 Perhi tungan Uj i Keseragaman Data Antropometri
Langkah pertama, dal am uji keseragaman data ini adalah perhitungan
mean dan standar devi asi untuk mengetahui batas kendali atas dan bawah
untuk masing-masing data anthropometri.
1. Perhi tungan mean
40
3 . 102 104 .... 100 102 + + + +
=
-
x 87 , 100 =
2. Perhi tungan standar devi asi
= SD
1 40
) 88 , 101 3 . 102 ( ...... ) 88 , 101 102 (
2 2
-
- + + -
= 3,03
3. Perhi tungan BKA dan BKB
BKA = 100,87 + 2*3,03 = 106,94
BKB = 100,87 - 2*3,03 = 94,80
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa batas kendali atas 106,94 dan
batas kendal i bawah 94,80 sehingga dapat digambarkan pada gambar 4.1
di bawah ini .
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
147
1
0
1
3
1
6
1
9
2
2
2
5
2
8
3
1
3
4
3
7
4
0
BKA
TSB
BKB
Gambar 4.1 Uj i keseragaman TSB
Sumber: Pengol ahan Data 2008
Pada gambar 4.1 data berada diantara batas kendali atas dan batas kendali bawah
atau data tidak ada yang keluar dari batas kendali maka data dikatakan seragam,
kemudian langkah selanjutnya menghitung persentil 50.
4. Perhi tungan persentil 50
Menurut Wi gnjosoebroto S (1995), untuk menghitung persentil 50 hasi l
perhi tungannya, sebagai berikut :
P50 = 100,87 cm
Berdasarkan perhitungan di peroleh ni lai persentil 50 sebesar 100,87 cm.
5. Perhi tungan di mensi rancangan rangka mesi n
Setelah dil akukan pengujian data dan perhitungan persenti l 50,
menentukan dimensi rangka, sebagai berikut:
a. Perhi tungan tinggi rangka mesin,
Pada penentuan tinggi rangka yang dibuat i ni, menggunakan data
anthropometri tinggi si ku berdiri dengan persentil 50 bertujuan agar
pemakai dengan tinggi pada daerah 50 bisa menjangkaunya, yaitu:
TR = Tinggi siku berdiri + Toleransi al as kaki
= 100,87 + 2 cm
= 102,87 dibulatkan 103 cm
Hasil perhi tungan menunjukkan bahwa tinggi rangka mesin 103 cm.
b. Lebar rangka mesi n,
Pada penentuan lebar rangka mesin ini disesuaikan dengan ukuran
lebar ban berjal an (conveyor) yang dibuat di tambah beberapa cm
sebagai toleransi untuk penempatan komponen yang l ain, yaitu
LR = Lebar mesin + Toleransi
= 30 cm + 10 cm
= 40 cm
Hasil perhi tungan menunjukkan bahwa lebar rangka mesin 50 cm.
c. Panjang rangka mesi n
Pada penentuan panjang rangka mesin di sesuaikan dengan ukuran
panjang mesin yang di buat di tambah beberapa cm sebagai tol eransi .
PR = Panjang rangka + Toleransi
= 75 cm + 10 cm
= 85 cm
Hasil perhi tungan menunjukkan bahwa panjang rangka 85 cm.
Setelah menentukan dimensi rancangan rangka alat pemipi h empi ng,
maka dapat di buat suatu perancangan rangka mesin berdasarkan dimensi
tersebut. Tabulasi ukuran rancangan secara keseluruhan dapat dili hat
pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Di mensi hasi l rancangan
No Di mensi Rancangan Ukuran
1 Tinggi rangka mesin 103 cm
2 Lebar rangka mesin 40 cm
3 Panjang rangka mesin 85 cm
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Hasil di mensi perancangan data antropometri dapat dilihat pada
gambar 4.2 dan 4.3
Gambar 4.2 Di mensi ti nggi mesi n hasi l perhi tungan antropometri TSB
tampak sampi ng
Sumber: Pengol ahan Data 2008
Gambar 4.3 Di mensi panj ang dan l ebar mesi n hasi l perhi tungan
antropometri TSB tampak atas
Sumber: Pengol ahan Data 2008
4.2.3 Perhi tungan Rangka Mesi n Empi ng Jagung
1. Perhi tungan rangka
Rangaka mesin emping jagung yang dibuat digunakan sebagai tempat
dan penyangga komponen-komponen pendukung. Komponen-komponen
tersebut akan di pergunakan sebagai alat pendukung proses pemipihan biji
jagung. Rangka pemipi h empi ng jagung menerima beban (q) sebesar 15
kg/ m, beban tersebut diasumsikan sebagai beban merata memberikan beban
pada panjang rangka mesin sebesar Lt = 0,85 m. Sehingga dapat di hitung
tegangan geser yang terjadi pada rangka dan tegangan geser yang terjadi
pada profil plat L, dengan menggunakan ukuran-ukuran rangka yang
ditunjukkan pada gambar 4.4 di bawah ini .
Gambar 4.4 Kontruksi Rangka
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Data pada gambar 4.4 di atas digunakan untuk mencari tegangan
geser pada rangka mesin dan tegangan geser pada profil, sehi ngga dapat
dihitung dan kemudi an dibandi ngkan antara besar tegangan geser pada
rangka mesin dan besar tegangan geser pada profil sehingga diperoleh hasi l
perhi tungan rangka mesin yang dibuat, sebagai berikut:
15 kgf
B E C
750 mm
A D
RAH
= 7,5
RDV= 7,5
7
5
0
m
m
850
FH = 0
FV = 0
RAV + RDV = 15 kgf
MA = 0
(15 x 425)(RDV x850) = 0
(RDV x 850) = (15 x 425)
RDV = 6375 / 850
RDV = 7,5 kgf
RA
V
+ RD
V
= 15 kgf
RAV = 15 7,5
= 7,5 kg
Gaya-gaya yang bekerja pada portal atau reaksi batang dapat dili hat seperti
gambar 4.5 di bawah ini.
Gambar 4.5 Potongan Rangka
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Untuk mengetahui gaya dan beban yang diterima ti ap batang dapat
menggunakan analisis potongan batang. Seperti dijel askan dibawah ini .
a. Potongan (w - w) A - B, potongan kiri,
W
W
z
z
x
x
y
y
850 mm
7
5
0
m
m
7,5 kg
7,5k
g
15 kgf
Pada analisis i ni dapat di ketahui gaya dan beban yang bekerja pada
batang di titik A. Seperti terlihat pada gambar 4.4 dibawah i ni.
Gambar 4.6 Potongan (w w)
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FH = 0
NX = 7,5 kg
FV = 0
VX = 0
M X = 0
MX = 0
b. Potongan (x - x) B E, potongan kiri,
Pada analisis i ni dapat di ketahui gaya dan beban yang bekerja pada
batang di titik B. Seperti terli hat pada gambar 4.5 dibawah ini.
Gambar 4.7 Potongan (x x)
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FH = 0
NX = 0
FV = 0
7,5 kg
7,5 kg
VX = 7,5 N
MX = 0
MX = 7,5 . X
c. Potongan (z - z) D C, potongan kanan,
Pada analisis i ni dapat di ketahui gaya dan beban yang bekerja pada
batang di titik D. Seperti terlihat pada gambar 4.6 dibawah i ni.
Gambar 4.8 Potongan (z z)
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FH = 0
NX = 7,5 N
FV = 0
VX = 0
MX = 0
MX = 0
d. Potongan (y - y) C - E , potongan kanan,
Pada analisis i ni dapat di ketahui gaya dan beban yang bekerja pada
batang di titik C. Seperti terli hat pada gambar 4.7 dibawah ini .
Gambar 4.9 Potongan (y y)
7,5 kg
7,5
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FH = 0
NX = 0
FV = 0
VX = 7,5 N
M X = 0
MX = 7,5 . X
Tabel 4.5 Momen yang terj adi pada rangka
Sumber : Pengol ahan data, 2008
Dari tabel 4.5 di atas dapat kita l ihat momen yang terbesar terjadi pada
titik E yaitu sebesar 3188 kg/ mm.
2. Perhi tungan Baja Profi l L
Potongan Titik X (mm) Nf (N) SF (N) BM (N)
A 0 7,5 0 0
B 850 7,5 0 0
B 0 0 7,5 0
E 425 0 7,5 3188
D 0 7,5 0 0
C 850 7,5 0 0
C 0 0 7,5 0
E 425 0 7,5 3188
w-w
x-x
z-z
y-y
Gambar 4.10 Prof i l L
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Baja yang di gunakan adal ah profi l L di gunakan untuk membuat
rangka mesi n empi ng jagung. Ukuran yang di gunakan adal ah 40 x 40 x 3 mm
dengan bahan ST 37. Ukuran tersebut untuk mencari besar dan keci l nya
ukuran baja profi l L yang di gunakan, sebagai acuan aman dan ti daknya
rangka yang di buat dengan profi l tersebut. Perhi tungan baja profi l L di
jel askan pada tabel 4.6 di bawah i ni .
Tabel 4.6 Perhi tungan besar dan keci l baj a prof i l L
A Y A . Y
Besar 40 x 40 = 1600 mm 0,5 x 40 = 20 mm 1600 x 20 = 32000 mm
Kecil 37 x 37 = 1369 mm 0,5 x 37 = 18,5 mm1369 x 18,5 = 25326,5 mm
B - K 231 mm 6673,5 mm
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Tabel 4.6 di atas di gunakan untuk mencari besarnya yaitu jum lah dari
besar dan keci l nya profi l L, menggunakan persamaan di bawah i ni .
= A xAxY / S
=
231
5 , 6673
= 28,89 mm
Sehi ngga di perol eh besarnya = 28,89 mm
a. Mencari besarnya momen i nersi a pada bal ok besar menggunakan
persamaan di bawah i ni .
Mencari momen i nersi a bal ok besar,
I1 = I0 + A1 x d1
2
I1 = (
12
1
x 40 x 40
3
)
+ 1600 x (20 28,89 )
2
I1 = (
12
1
x 2.560000)
+ 1600 x (20 28,89 )
2
I1 = 213333
+ 126451,36
I1 = 339784,36 mm
Mencari momen i nersi a keci l ,
I2 = I0 + A1 x d1
2
I2 = (
12
1
x 37 x 37
3
)
+ 1369 x (18,5 28,89 )
2
I2 = (
12
1
x 187416,1)
+ 1369 x (18,5 28,89 )
2
I2 = 156180,08
+ 136900
I2 = 293080,08 mm
Sehi ngga dapat di perol eh besar momen i nersi a bal ok besar (I1) sebesar
339784,36 mm dan momen i nersi a keci l (I2) sebesar 293080,08 mm.
Sehi ngga dapat di hi tung momen i nersi a batang menggunakan
persamaan beri kut :.
Ix = I1 - I2
Ix = 339784,36 mm - 293080,08 mm
Ix = 46704,28 mm
Sehi ngga di perol eh hasi l perhi tungan besar momen i nersi a batang (Ix)
sebesar 46704,28 mm. Kemudi an dapat di hi tung besar tegangan geser
yang di i ji nkan pada rangka mesi n menggunakan persamaaan di
bawah i ni .
t =
Ix
MxU
t =
28 , 46704
89 , 28 3188x
t = 1,97 kg/ mm
2
.
Perhi tungan tegangan geser yang di i ji nkan pada rangka mesi n
di perol eh hasi l 1,97 kg/ mm
2
, sehi ngga dapat di hi tung tegangan i ji n
profi l bentuk L, dengan bahan ST 37 mempunyai tegangan geser yang
di i ji nkan sebesar 37 kg/ mm
2
, seperti di bawah i ni .
Tegangan i ji n profi l =
FS
tarik xt 5 , 0
Tegangan i ji n profi l =
2
37 5 , 0 x
Tegangan i ji n profi l = 9,25 kg/ mm
2
.
Di perol eh kesi mpul an bahwa tegangan geser pada rangka mesi n yang
di buat sebesar 1,97 kg/ mm
2
dan tegangan geser yang di i ji nkan pada
profi l yang di gunakan sebesar 9,25 kg/ mm
2
, maka besarnya tegangan
geser pada rangka mesi n yang di buat l ebi h keci l dari pada tegangan
geser yang di i ji nkan pada profil yai tu (1,97 kg/ mm
2
< 9,25 kg/ mm
2
,
maka rangka aman).
4.2.4 Perhi tungan Kekuatan Las
Data-data pengel asan yang di perol eh dari tabel standari sasi l as dan
data data sebenarnya (panjang pengel asan).
Tebal l as ( h ) : 5 mm
Panjang l as ( l ) : 48 mm (tabl e)
Panjang pengel asan ( L ) : 40 mm
Untuk menghi tung tegangan geser yang terjadi pada hasi l pengel asan dapat
menggunakan perhi tungan sebagai beri kut :
=
l h
P
.
. 707 , 0
=
48 . 5
200 . 707 , 0
= 0,736 N/ mm
2
= 0,074 kg/ mm
2
Untuk menghi tung tegangan l entur yang terjadi pada hasi l pengel asan dapat
menggunakan perhi tungan di bawah i ni :
b =
2
.
. . 707 , 0
l h
L P
=
2
48 . 5
40 . 200 . 707 , 0
= 0,490 N/ mm
2
= 0,049 kg/ mm
2
Sedangkan untuk menghi tung tegangan kombi nasi yang terjadi pada hasi l
pengel asan dapat menggunakan perhi tungan sebagai beri kut :
=
2
.
. . 3
l h
L P
=
2
48 . 5
40 . 200 . 3
= 2,08 N/ mm
2
= 0,20 kg/ mm
2
Hasi l tabel AWS A5. 1-64 T (pemakai an el ektroda)
El ektroda yang di gunakan : E6011
Kekuatan tari k ( t ) : 43,6 kg/ mm
2
Kekuatan l ul uh ( y ) : 35,2 kg/ mm
2
Jadi tegangan yang terjadi pada pengel asan masi h di bawah tegangan
tegangan l ul uh yang di i ji nkan (0,312 kg/ mm
2
< 35,2 kg/ mm
2
), dengan
demi ki an pengel asan di katakan aman.
4.2.5 Perhi tungan Mekani k Mesi n Empi ng Jagung
Pada tahapan perhitungan mekanik mesin emping jagung perlu dilakukan
perhitungan yang nantinya akan digunakan dalam rancangan mesin emping jagung.
perhitungan yang dilakukan antara lain :
1. Perhi tungan daya yang di butuhkan untuk memi pi hkan bi ji jagung
a. Gaya jagung pemi pi han
Gambar 4.11 Gaya pemi pi han j agung
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Fpi pi h = W = m . g
Fpi pi h = 1.03 kg . 9,8 m/ dt
= 10,1 kgm/ dt
=10,1 N
Karena ada 2 Fpi pi h ( dua rol l pemi pi h) maka :
2 Fpi pi h = W
2 Fpi pi h = 10,1 N
Fpi pi h =
2
1 , 10
= 5.05 N
b. Gaya pemi pi han sekal i proses pemi pi han (T)
Karena l uas penampang pada rol l pemi pi h adal ah 30 cm dan
di asumsi kan panjang seti ap empi ng jagung adal ah 2 cm maka sekal i
proses pemi pi han ada 15 buti r jagung.
T = 15. Fpi pi h . r (radi us rol l pemi pi h)
= 15 . 5,05. 0,0635
= 4,81 Nm
c. Kecepatan sudut ( w)
60
. . 2 n p
w =
dt rad / 28 , 6
60
60 . 14 , 3 . 2
= = w
d. Daya pemi pi han (Ppi pi h)
Ppi pi h = T . w
= 4,81Nm . 6,28 rad/ dt
= 30,20 Watt
Jadi daya masi ng masi ng rol l pemi pi h I dan II adal ah
2
1
x 30,2 =
15,1 Watt
e. Daya yang di butuhkan rol l pemi pi h I dan rol l pemi pi h II
Karena mekani sme rol l pemi pi h I dan rol l pemi pi h II sama maka daya
yang di butuhkan juga sama dengan efi si ensi sabuk-V 0,92
PA =
b
input
P
h
=
92 , 0
1 , 15 Watt
= 16,41 Watt
Jadi perhi tungan daya motor total :
Ptotal = Prol pemi pi h I + Prol pemipi h II
= 16,41 Watt + 16,41 Watt
= 32,82 Watt
Jadi daya motor total sebesar 32,82 Watt
Motor gear yang di gunakan mempunyai daya 120 Watt dan
memi l i ki torsi 11,6 N atau 118 kgf.cm.
2. Perhi tungan poros pemi pi h
a. Menentukan massa pada rol pemi pi h
Untuk si l i nder berdi ndi ng ti pi s
Gambar 4.12 Penampang tabung rol pemi pi h
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Di rencanakan bahan stainl ess steel
= 5,67 . 10
3
kg/ m
3
l = 0,3 m
t = 0,003 m
D = 0,127 m
Di ameter dal am
d = D 2.t
= 0,127 m 2.0,003 m
= 0,121 m
Massa rol
m = v .
= ( ) r
p
.
4
2 2
L D D
i o
-
= ( ) ( ) ( )
3 3 2 2
/ 10 . 67 , 5 . 3 , 0 121 , 0 127 , 0
4
m kg m m m -
p
=1,97 kg
Untuk tutup poros rol pemi pi h
Gambar 4.13 Penampang tutup rol pemi pi h
Sumber: Pengol ahan data, 2008
D = 0,121m
d = 0,013 m
t = 0,005 m
Massa tutup poros rol (m)
m = V .
= ( ) r
p
.
4
2 2
l D d -
= ( ) ( ) ( )
3 3 2 2
/ 10 . 67 , 5 . 005 , 0 013 , 0 121 , 0
4
m kg m m m -
p
= 0,32 kg
b. Anal i si s gaya pada poros pemi pi h I
Gaya aki bat massa tabung dan tutup rol pemi pi h
FVC = FVD =
2
1
(massa tabung) + (massa tutup)
=
2
1
x 1,97 kg + 0,32 kg
= 1,14 kg
= 1,14 kg x 9,81 m/ dt
= 11,18 N
Gaya hori sontal pemi pi h
FHC =FHD =
2
Fp
=
2
05 , 5
= 2,53 N
Anal i si s gaya arah verti kal
Gambar 4.14 Anal i si s gaya arah verti kal
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FV = 0
RAV + RBV = FVC + FVD + FVE
0.05 0.3 0.05 0.05
D A B C E
FVC FVD
FVE
RVB RV
A
= 11,18 N + 11,18 N + 75.75 N
= 98.11 N
M A = 0
FVC . 0,05 (m) + FVD . 0,35 (m) RBV . 0,4 (m) + FVE . 0,55 (m) = 0
RBV =
) ( 4 , 0
) ( 45 , 0 . 75 , 75 ) ( 35 , 0 . 18 . 11 ) ( 05 , 0 . 18 , 11
m
m m N m N + +
= 96,40 N
RAV + RBV = 98,11N
RAV = 98,11 N 96,40 N
= 1,71N
Momen l entur arah verti kal
MA = 0
MC = RAV . 0,05 m
= 1,71 N . 0,05 m
= 0,085 Nm
MD = RAV . 0,35 m FVC . 0,3 mm
= (1,71 N . 0,35 m 11,18 N . 0,3 m)
= - 2,76 Nm
MB = RAV . 0,4 m FVC . 0,35 m FVD . 0,05 m
= (1,71 N . 0,4 m 11,18 N . 0,35 m 11,18 N . 0,05 m)
= - 3,79 Nm
ME = RAV . 0,45 m FVC . 0,4 m FVD . 0,1 m + RBV . 0,05 m
= - 1,71 N . 0,45 m 11,18 N . 0,4 m 11,18 N . 0,1 m +
96,40 N . 0,05 m
= - 5.10
4 -
Nm
Momen l entur maksi mum terjadi pada ti ti k B = - 3,78 Nm
Anal i si s gaya arah hori zontal
Gambar 4.15 Anal i si s gaya arah hori zontal
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FH = 0
RAH + RBH = FHC + FHD + FHE
= 2,53 N + 2,53 N + 75,75 N
= 80,81 N
M A = 0
FHC . 0,05 (m) + FHD . 0,35 (m) FHB . 0,4 (m) + RHE . 0,55 (m) = 0
RBH =
) ( 4 , 0
) ( 45 , 0 . 75 , 75 ) ( 35 , 0 . 53 , 2 ) ( 05 , 0 . 53 , 2
m
m m N m N + +
= 87,75 N
RAH + RBH = 80,81 N
RAH = 80,81 N 87,75 N
= - 6,94 N
Momen l entur arah verti kal
MA = 0
MC = RAH . 0,05 m
= - 6,94 N . 0,05 m
= - 0,34 Nm
MD = RAH . 0,35 m FHC . 0,3 mm
= (- 6,94 N . 0,35 m 2,53 N . 0,3 m)
0.05 0.3 0.05 0.05
D
A
B
C E
FHC
FHD
FHE RH
B
RH
A
= - 3,19Nm
MB = RAH . 0,4 m FHC . 0,35 m FHD . 0,05 m
= (- 6,94 N . 0,4 m 2,53 N . 0,35 m 2,53 N . 0,05 m)
= - 3,78 Nm
ME = RAH . 0,45 m FHC . 0,4 m FHD . 0,1 m + RBH . 0,05 m
= - 6,94 N . 0,55 m 2,53 N . 0,4 m 2,53 N . 0,1 m +
87,75 N . 0,05 m
= - 5 . 10
4 -
Nm
Momen l entur maksi mum terjadi pada ti ti k B = - 3,78 Nm
Resul tan momen l entur :
MB = ( ) ( )
2 2
BH BV
M M +
= ( ) ( )
2 2
78 , 3 79 , 3 Nm Nm - + -
= 5,35 Nm
Torsi (T)
T =
n
P
. . 2
. 60
p
Di mana :
P = daya rol pemi pi h I sebesar 16,41 watt
n = putaran rol pemi pi h I yai tu 60 rpm
T =
menit
dt
x
rpm
watt 60
60 . 14 , 3 . 2
41 , 16
= 2,61 Nm
Torsi ekui val en (Te)
Te = ( ) ( )
2 2
. . T Kt M Km + dimana Km = 2 ; Kt = 1,5
= ( ) ( )
2 2
61 , 2 . 5 , 1 35 , 5 . 2 +
= 11,40 Nm
Bahan poros di gunakan S30C yang memi l i ki kekuatan tari k
maksi mum (t) = 470,4 . 10
6
Nm.
Menentukan tegangan geser (g) :
g =
2 1
.sf sf
t s
; di mana sf1 = 6 ; sf2 = 2
=
2 . 6
/ 10 . 4 , 470
2 6
m N
= 39,2.10
6
N/ m
Menentukan di ameter poros (d)
d =
g
Te
t p .
. 16
=
6
10 . 2 , 39 . 14 , 3
40 . 11 . 16
d = 0.0114 m
= 11,4 mm = 15 mm
a. Perhi tungan poros pemi pi h II
Anal i si s gaya pada poros pemi pi h II
Gaya aki bat massa tabung dan tutup rol pemi pi h
FVC = FVD =
2
1
(massa tabung) + (massa tutup)
=
2
1
x 1,97 kg + 0,32 kg
= 1,14 kg
= 1,14 kg x 9,81 m/ dt
= 11,18 N
Gaya hori sontal pemi pi h
FHC = FHD =
2
Fp
=
2
05 , 5
= 2,53 N
Anal i si s gaya arah verti kal
Gambar 4.16 Anal i si s gaya arah verti cal
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FV = 0
RAV + RBV = FVC + FVD + FVE
= 11,18 N + 11,18 N + 75,75 N
= 98,11 N
M A = 0
FVC . 0,05 (m) + FVD . 0,35 (m) RBV . 0,4 (m) + FVE . 0,485 (m) = 0
RBV =
) ( 4 , 0
) ( 485 , 0 . 75 , 75 ) ( 35 , 0 . 18 , 11 ) ( 05 , 0 . 18 , 11
m
m N m N m N + +
0.05 0.3 0.05
0.085
D A B C E
FVC FVD
FVE
RVB RV
A
= 103,02 N
RAV + RBV = 98,11 N
RAV = 98,11 N 103,02 N
= - 4,92 N
Momen l entur arah verti kal
MA = 0
MC = RAV . 0,05 m
= - 4,92 N . 0,05 m
= - 0,25 Nm
MD = RAV . 0,35 m FVC . 0,3 mm
= (- 4,92 N . 0,35 m 11,18 N . 0,3 m)
= - 5,08 Nm
MB = RAV . 0,4 m FVC . 0,35 m FVD . 0,05 m
= (- 4,92 N . 0,4 m 11,18 N . 0,35 m - 11,18 N . 0,05 m)
= - 6,44 Nm
ME = RAV .0,485 m FVC .0,435 m FVD .0,135 m + RBV . 0,085 m
= - 4,92 N . 0,485 m 11,18 N . 0,435 m 11,18 N . 0,135 m
+ 103,02 N . 0,085 m
= - 2,1 . 10
3 -
Nm
Momen l entur maksi mum terjadi pada ti ti k B = - 6,44 Nm
Anal i si s gaya arah hori sontal
Gambar 4.17 Anal i si s gaya arah hori zontal
Sumber: Pengol ahan data, 2008
FH = 0
RAH+ RBH = FHC + FHD + FHE
= 2,53 N + 2,53 N + 75,75 N
= 80,81 N
M A = 0
FHC . 0,05 (m) + FHD . 0,35 (m) RBH . 0,4 (m) + FHE . 0,485 (m) = 0
RBH =
) ( 4 , 0
) ( 485 , 0 . 75 , 75 ) ( 35 , 0 . 53 , 2 ) ( 05 , 0 . 53 , 2
m
m m N m N + +
= 89,26 N
RAH + RBH = 80,81 N
RAH = 80,81 N 89,26 N
= - 8,45 N
Momen l entur arah verti kal
MA = 0
MC = RAH . 0,05 m
= - 8,45N . 0,05 m
= - 2,08 Nm
MD = RAH . 0,35 m FHC . 0,3 mm
= (- 8,45 N . 0,35 m 2,53 N . 0,3 m)
= - 3,72 Nm
0.05 0.3 0.05 0.085
D
A
B
C E
FHC
FHD
FHE RH
B
RH
A
MB = RAH . 0,4 m FHC . 0,35 m FHD . 0,05 m
= (- 8,45 N . 0,4 m 2,53 N . 0,35 m - 2,53 N . 0,05 m)
= - 4,40 Nm
ME = RAH .0,485 m FHC .0,435 m FHD .0,135 m + RBH . 0,085 m
= - 8,45 N . 0, 485 m 2,53 N . 0, 435 m 2,53 N . 0, 135 m
+ 89,26 N . 0,085 m
= - 2,88
Momen l entur maksi mum terjadi pada ti ti k B = - 4,40 Nm
Resul tan momen l entur :
MB = ( ) ( )
2 2
BH BV
M M +
= ( ) ( )
2 2
40 , 4 44 , 6 Nm Nm - + -
= 7,8 Nm
Torsi (T)
T =
n
P
. . 2
. 60
p
Di mana :
P = daya rol pemi pi h I sebesar 57,93 watt
n = putaran rol pemi pi h I yai tu 31 rpm
T =
menit
dt
x
rpm
watt 60
60 . 14 , 3 . 2
41 , 16
= 2,61 Nm
Torsi ekui val en (Te)
Te = ( ) ( )
2 2
. . T Kt M Km + di mana Km = 2 ; Kt = 1,5
= ( ) ( )
2 2
61 , 2 . 5 , 1 8 , 7 . 2 +
= 16,08 Nm
Bahan poros di gunakan S30C yang memi l i ki kekuatan tari k
maksi mum (t) = 470,4 . 10
6
Nm.
Menentukan tegangan geser (g) :
g =
2 1
.sf sf
t s
; di mana sf1 = 6 ; sf2 = 2
=
2 . 6
/ 10 . 4 , 470
2 6
m N
= 39,2 . 10
6
N/ m
Menentukan di ameter poros (d)
d =
g
Te
t p.
. 16
=
6
10 . 2 , 39 . 14 , 3
08 , 16 . 16
d = 0.0127 m
= 12,7 mm = 15 mm
3. Perhi tungan pasak
Setel ah spesi fi kasi poros yang di gunakan di ketahui maka l angkah
sel anjutnya adal ah perhi tungan pasak, adapun tahapan-tahapan dal am
perhi tungan pasak sebagai beri kut :
a. Penentuan daya rencana Pd
Pd = fc x P
= 1,5 x 0,12 kw
= 0.18 kw
Keterangan : fc = 1,5 (faktor koreksi daya yang akan di transmi si kan
untuk daya normal )
b. Penentuan momen punti r rencana T
T = 9,74 x 10
5
x
n
P
d
= 9,74 x 10
5
x
60
18 , 0
= 2922 kg/ mm
Keterangan : n = putaran pada poros pemi pi l
c. Penentuan bahan poros yang akan di gunakan
Bahan poros yang akan di gunakan adal ah S30C-D dengan kekuatan
tari k ( )
B
s sebesar 48 kg/ mm
2
. Faktor keamanan untuk bahan S-C
adal ah 6 dan faktor keamanan karena pengaruh kekerasan adal ah 2.
d. Penentuan tegangan geser yang di i zi nkan
a
t
2 1 f f
B
a
xS S
s
t =
2 6
48
x
=
= 4 kg/ mm
2
e. Penentuan gaya tangensi al F
2 /
s
d
T
F =
=
2 / 15
2922
= 389,6kg 390 kg
f. Penampang pasak
Berdasarkan di ameter poros yai tu 15 mm, penampang pasak yang
di gunakan berukuran 5 x 5. berdasarkan ukuran penampang pasak
maka ki ta dapat menentukan kedal aman al ur pasak pada poros t1
sebesar 3 mm dan kedal aman al ur pasak pada naf t2 sebesar 1,7 mm
g. Pemi l i han bahan pasak
Bahan pasak yang di gunakan adal ah S35C di cel up di ngi n dan
di l unakkan dengan kekuatan tari k ( )
B
s sebesar 52 kg/ mm
2
. Faktor
keamanan untuk bahan S-C adal ah 6 dan faktor keamanan untuk
beban yang di kenakan secara perl ahan l ahan adal ah 2
h. Tegangan geser yang di i ji nkan ka
2 1
xSf Sf
B
ka
s
t =
=
2 6
52
x
= 4,4 kg/ mm
2
i . Penentuan panjang pasak
Panjang pasak dari tegangan geser yang di i ji nkan
4 , 4
1
=
bxl
F
ka
t
= 4 , 4
5
390
1
xl
72 , 17
1
l mm
Panjang pasak dari tekanan permukaan yang di i ji nkan
a
P = 8(kg/
mm
2
)
8
) (
2 1 2
=
ataut t x l
F
P
a
= 8
3
390
2
xl
25 , 16
2
l mm
Panjang pasak yang di pi l i h adal ah pasak yang terpanjang di antara l1
dan l2 yai tu 16,25 mm. Berdasarkan penampang pasak dan di ameter
poros yang di pakai maka panjang pasak yang akti f adal ah 12 mm
j. Penguji an pasak yang akan di gunakan
34 , 0
15
5
= =
s
d
b
; 0,25 < 0,34 < 0,35 ; bai k
8 , 0
15
12
= =
s
k
d
l
; 0,75 < 0,8 < 1,5 ; bai k
k. Pasak yang di gunakan
Setel ah dil akukan perhi tungan maka spesi fi kasi pasak yang di gunakan
adal ah sebagai beri kut :
Bahan pasak = S35C
Ukuran pasak = 5 x 5
Panjang pasak yang akti f = 15 mm
4. Perhi tungan Bantal an
a. Perhi tungan bantal an pada poros rol pemi pi h I
Di ketahui :
RAV = 1,71 N
RAH = - 6,94N
RBV = 96,40 N
RBH = 87,95 N
RA = ( ) ( )
2 2
AH AV
R R +
= ( ) ( )
2 2
94 , 6 71 , 1 N N - +
= 7,15 N
RB = ( ) ( )
2 2
BH BV
R R +
= ( ) ( )
2 2
95 , 97 4 , 96 N N +
= 130 N
Pembebanan di ti ti k A 7,15 N dan di ti ti k B 130 dan yang
meneri ma beban yang pal i ng besar di ti ti k B. Bantal an yang di pi l i h adal ah
bantal an roda radi al al aur No. Bantal an 6002 jeni s terbuka yang mempunyai
spesi fi kasi .
Di ameter dal am (d) = 15 mm
Di ameter l uar (D) = 32 mm
Di ameter tebal (B) = 9 mm
Kapasi tas nomi nal di nami s spesi fi k (C) = 4312 N
Kapasi tas nomi nal di nami s spesi fi k (Co) = 2578 N
Beban ekui val en di nami s (P)
Pr = x v Fr + y Fa
P = 1 . 1 . 130 N + 0 . 0
= 130 N
Keterangan : V = 1 Beban putar pada ci nci n dal am
Faktor kecepatan (fn)
Fn =
3
1
3 , 33
n
=
3
1
60
3 , 33
= 0,83 meni t/ rad
Faktor umur (fh)
Fh =
P
C
fn.
Fh = 0,83 meni t/ rad .
N
N
130
4312
= 27,53 meni t/ rad
Umur nomi nal (Lh)
Lh = 500 . fh
= 500 . (27,53)
= 10432506 jam
b. Perhi tungan bantal an pada poros rol pemi pi h II
Di ketahui :
RAV = - 4,92 N
RAH = - 8,45 N
RBV = 103,02 N
RBH = 89,26 N
RA = ( ) ( )
2 2
AH AV
R R +
= ( ) ( )
2 2
45 , 8 92 , 4 N N - + -
= 9,78 N 10 N
RB = ( ) ( )
2 2
BH BV
R R +
= ( ) ( )
2 2
26 , 89 02 , 103 N N +
= 136,45 N 137 N
Pembebanan di ti ti k A 10 N dan di ti ti k B 137 dan yang
meneri ma beban yang pal i ng besar di ti ti k B. Bantal an yang di pi l i h
adal ah bantal an roda radi al al aur No. Bantal an 6002 jeni s terbuka yang
mempunyai spesi fi kasi .
Di ameter dal am (d) = 15 mm
Di ameter l uar (D) = 32 mm
Di ameter tebal (B) = 9 mm
Kapasi tas nomi nal di nami s spesi fi k (C) = 4312 N
Kapasi tas nomi nal di nami s spesi fi k (Co) = 2578 N
Beban ekui val en di nami s (P)
Pr = x v Fr + y Fa
P = 1 . 1 . 137 N + 0 . 0
= 137 N
Keterangan : V = 1 Beban putar pada ci nci n dal am
Faktor kecepatan (fn)
Fn =
3
1
3 , 33
n
=
3
1
60
3 , 33
= 0,83 meni t/ rad
Faktor umur (fh)
Fh =
P
C
fn.
Fh = 0,83 meni t/ rad .
N
N
136
4312
= 26,31 meni t/ rad
Umur nomi nal (Lh)
Lh = 500 . fh
= 500 . (26,31)
= 9106103 jam
5. Perhitungan puli dan sabuk
a. Perhi tungan pul i dari motor ke pul i pembantu di teruskan ke rol l
pemi pi h 1 dan rol l pemi pi h 2
Gambar 4.18 Sistem mekanik sabuk-puli motor ke sabuk-puly roll 1 dan 2
Sumber: Pegol ahan Data, 2008
Data-data yang di ketahui adal ah sebagai beri kut :
dp(D1) : 80 mm
Dp(D2) : 80 mm
c1 (D1 ke D2) : 420 mm
c2 (D2 ke D3) : 250 mm
c3 (D2 ke D4) : 186 mm
n1 : 75 rpm (putaran motor)
n2 : 60 rpm
Perhi tungan sabuk- pul i D1(pul i motor) ke D2 (pul i pembantu)
Dp =
2
.
1
n
n d
p
=
75
75 . 80
= 80 mm
Di amater pul l ey untuk D2 adal ah 80 mm.
Mencari panjang sabuk D1 ke D2
L = 2.c +
( )
2
. 4
1
) ( .
2
p p p p
d D
c
D d - + +
p
= ( )
2
80 80
420 . 4
1
) 80 80 ( .
2
14 , 3
420 . 2 - + + +
D3
D1
Roll 2
Roll 1
D4
D2
Puli Motor Puli Pembantu
= 1091 mm
Hasi l perhi tungan panjang sabuk adal ah 1091 mm panjang sabuk
standar 1092 mm.
Mencari jarak antara dua poros
b = 2.L 3,14.(D1+D2)
= 2.1092 3,14.(80+80)
= 1681
( )
8
8
2 2
p p
d D b b
C
- - +
=
( )
8
80 80 8 1681 1681
2 2
- - +
=
= 420,25 mm
Jarak poros untuk pul i D1 ke D2 adal ah 420,25 mm
Perhi tungan sabuk- pul i D1(pul i motor) ke D3 (pul i rol l pemi pi h I)
Dp =
2
.
1
n
n d
p
=
60
75 . 80
= 100 mm
Di amater pul l ey untuk D3 adal ah 100 mm.
Mencari panjang sabuk D1 ke D3
L = 2.c +
( )
2
. 4
1
) ( .
2
p p p p
d D
c
D d - + +
p
= ( )
2
80 100
250 . 4
1
) 100 80 ( .
2
14 , 3
250 . 2 - + + +
= 783 mm
Panjang sabuk pada rol l 1 adal ah 783 mm panjang sabuk standar 787
mm.
Mencari jarak antara dua poros
b = 2.L 3,14.(D2+D3)
= 2.787 3,14.(80+100)
= 1009 mm
( )
8
8
2 2
p p
d D b b
C
- - +
=
( )
8
80 100 8 1009 1009
2 2
- - +
=
= 252 mm
Jarak poros untuk pul i D2 ke D3 adal ah 252 mm
Mencari kecepatan sabuk
V =
60 . 1000
. . D n p
=
60 . 1000
. 80 . 75 . 14 , 3
= 0,314m/ s
Hasi l perhi tungan kecepatan sabuk adal ah 0,32 m/ s
Mencari gaya kel i l i ng sabuk
Frated =
V
P , 102
=
32 . 0
017 . 0 . 102
= 5,42 N
Hasi l perhi tungan gaya kel i li ng sabuk adal ah 5,42 N
Mencari tegangan sabuk yang ti mbul karena beban
K = 2 . 0 . 0
= 2.8.0,7
= 11,2 kg/ cm
2
Hasi l perhi tungan gaya kel i li ng sabuk adal ah 16,8 m/ s
Mencari type sabuk
A =
K
F
=
8 . 16
42 , 5
= 0,49 cm
2
Dari l uasan sabuk tersebut ki ta merencanakan memakai sabuk type A
dengan ukuran 12,5 x 9,0 mm.
Perhi tungan sabuk- pul i D1(pul i motor) ke D4 (pul i rol l pemi pi h II)
Dp =
2
.
1
n
n d
p
=
60
75 . 80
= 100 mm
Mencari panjang sabuk D3
L = 2.c +
( )
2
. 4
1
) ( .
2
p p p p
d D
c
D d - + +
p
= ( )
2
80 100
186 . 4
1
) 100 80 ( .
2
14 , 3
186 . 2 - + + +
= 655 mm
Panjang sabuk pada D1 ke D4 adal ah 655 mm panjang sabuk standar
660 mm.
Mencari jarak antara dua poros
b = 2.L 3,14.(D2+D4)
= 2.660 3,14.(80+100)
= 755 mm
( )
8
8
2 2
p p
d D b b
C
- - +
=
( )
8
80 100 8 755 755
2 2
- - +
=
= 188 mm
Jarak poros untuk pul i D2 ke D4 adal ah 188 mm
b. Perhi tungan pul l ey dari motor ke pul i ban berjal an dan ke rol l
pengatur.
Gambar 4.19 Sistem mekanik pulley motor ke puli ban berjalan
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Perhi tungan pul i dan sabuk D2 (pul i pembantu) ke D5 (pul i ban
berjal an)
Data-data yang di ketahui adalah sebagai beri kut :
dp(D1) : 80 mm
D2
D7
D5
D6
Puli Roll Pengatur
Puli Ban Berjalan
Puli Pembantu
Dp(D6) : 65 mm
c4 (D1 ke D2) : 310 mm
c5 (D2 ke D3) : 150 mm
n1 : 75 rpm (putaran motor)
n2 : 60 rpm
n3 : 30 rpm
Dp =
2
.
1
N
n d
p
=
60
75 . 80
= 100 mm 10 mm
Di amater pul l ey D2 adal ah 10 cm.
Mencari panjang sabuk D2 ke D5
L = 2.c + ( )
2
.
. 4
1
) ( .
2
p p p p
d D
c
D d - + +
p
= ( )
2
80 100 .
310 . 4
1
) 100 80 ( .
2
14 , 3
310 . 2 - + + +
= 955 mm
Panjang sabuk D1 ke D5 adalah 955 mm panjang sabuk standar 965
mm.
Mencari jarak antara dua poros
b = 2.L 3,14.(D2+D4)
= 2.965 3,14.(80+100)
= 1365 mm
( )
8
8
2 2
p p
d D b b
C
- - +
=
( )
8
80 100 8 1365 1365
2 2
- - +
=
= 341 mm
Jarak poros untuk pul i D2 ke D5 adal ah 341 mm
Perhi tungan pul l ey dan sabuk D6 ke D7 (pul i rol l pengatatur)
Dp =
2
1
.
n
n d
p
=
20
60 . 65
= 195 mm
Di amater pul l ey D7 adal ah 195 mm.
Mencari panjang sabuk D6 ke D7
L = 2.c +
( )
2
. 4
1
) ( .
2
p p p p
d D
c
D d - + +
p
= ( )
2
65 195
150 . 4
1
) 195 65 ( .
2
14 , 3
150 . 2 - + + +
= 736 mm
Panjang sabuk D6 ke D7 adalah 613 mm panjang sabuk standar 737
mm.
Mencari jarak antara dua poros
b = 2.L 3,14.(D6+D7)
= 2.737 3,14.(65+195)
= 657 mm
( )
8
8
2 2
p p
d D b b
C
- - +
=
( )
8
60 195 8 657 657
2 2
- - +
=
= 150,2 mm
Jarak poros untuk pul i D6 ke D7 adal ah 150,2 mm
6. Perhitungan ban berjalan
Gambar 4.20 Si stem mekani s ban beraj al an
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Data-data yang di ketahui adalah sebagai beri kut :
dp : 80 mm
Dp : 80 mm
n1 : 60 rpm (putaran pul i penggerak)
n2 : 60 rpm
Mencari kecepatan
V =
60
. . D n p
=
60
80 . 60 . 14 , 3
= 251,2 mm/ s
= 0,25 m/ s
Dari perhi tungan di atas di dapatkan kecepan sabuk adal ah 0,25 m/ s
Mencari panjang ban berjal an
L = 2.c +
( )
2
. 4
1
) ( .
2
p p p p
d D
c
D d - + +
p
= ( )
2
80 80
450 . 4
1
) 80 80 ( .
2
14 , 3
450 . 2 - + + +
= 1151,2 mm 1152 m m
Dari perhi tungan di atas di dapatkan panjang sabuk adal ah 1152 mm.
7. Perhitungan kapasitas roll pengatur
400 mm
80 mm
Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui hasil out put rancangan mesin
emping jagung. Dimana kapasitas yang diharapkan melebihi kapasitas mesin lama.
Data-data yang di ketahui adalah sebagai beri kut :
dp : 3 cm r = 1,5 cm
t : 1 mm (tebal pl at pembagi )
nrol l : 20 rpm (putaran rol l pengatur)
s :0,3(efisiensi jagung dalam silinder, angka di dapat dari percobaan)
M : 0,51 gram (berat satu biji jagung basah)
Gambar 4.21 Rol l pengatur
Sumber Pegol ahan Data, 2008
a. Perhi tungan vol ume rol l pemi pi h
V = .r
2
.t
V = 3,14.1,5
2
cm.20 cm
V = 141,3 cm
3
b. Perhi tungan vol ume bi ji jagung
Bi ji jagung yang akan di hi tung di asumsi kan berbentuk si l i nder
mempunayai di mensi
Jari jari (r) = 0,5 cm
Ti nggi (t) = 0,25 cm
Percobaaan yang di l akukan bi ji jagung yang mengi si tabung
mempunyai efi si ensi (s ) = 0,3 dan berat satu bi ji jagung ( M ) = 0,51
gram.
V = .r
2
.t
V = 3,14.0,5
2
cm.0,25 cm
V = 0,196 cm
3
0,2 cm
3
c. Perhi tungan vol ume pl at pembagi
Rol l pengatur berbentuk seperti bal i ng bal i ng bagi an tengahnya
mempunyai sekat pembagi dari pl at stai nl eessteel dengan ukuran
Panjang ( P ) = 20 cm
Lebar ( l ) = 1.5 cm
Tebal ( t ) = 0,1 cm
V = P.l .t
V = 20 cm. 1,5 cm. 0,1 cm
V = 3 cm
3
d. Perhi tunganvol ume rol l pengatur pl at pembagi ti ga.
V = V rol l pemi pi h 3.Vpl atpembagi
V = 141,3cm
3
- 3.3 cm
3
V = 132,3 cm
3
e. Perhi tungan juml ah bi ji jagung dal m rol l pengatur pl at pembagi ti ga.
bi ji jagung =
s
jagung
pengatur roll
V
V
bi ji jagung =
3 , 0
2 , 0
3 , 132
3
3
cm
cm
= 198 bi ji jagung
f. Perhi tungan out put ( K ) rol l pengatur pl at pembagi ti ga
K = t n M
jagung biji
. . .
K = 198.0,51 gr.20rpm.60 deti k
K = 121,18 Kg/ jam
Keterangan : nrol l = 20 rpm (juml ah putaran rol l pengatur)
t = 60 deti k (kapasi tas perjam)
Tabel 4.7 Kapasi tas rol l pengatur
Sumber: Data di ol ah, 2008
Dari perhi tungan tabel 2.7 di dapatkan kapasi tas rol l pengatur pal i ng
besar adal ah 121.18 kg/ jam dengan pl at pembagi ti ga. Maka dal am
perancangan nanti akan menggunakan rol l pengatur dengan pl at pembagi
ti ga.
4.3 PERANCANGAN MESI N EMPI NG JAGUNG
Gambar rancangan mesi n empi ng jagung di buat dengan
menggunakan software autocad 2007. Gambar rancangan di jel askan mel al ui
proyeksi dua di mensi dan ti ga di mensi yai tu gambar tampak sampi ng,
gambar tapak depan, gambar tapak atas seperti terl i hat pada di bawah i ni :
4.3.1 Perancangan Rangka Mesi n Empi ng Jagung.
Perancangan yang harus di l akukan adal ah pembuatan kerangka
karena kerangka adal ah tempat penumpu seti ap komponen yang akan
di pasang.
Plat Volume Jumlah biji Kapasitas
pembagi roll pengatur jagung kg/jam
3 132.3 198 121.18
4 1.9.3 194 118.7
5 126.3 189 115.94
Gambar 4.22 Hasi l perancangan rangka mesi n tampak atas
Sumber: Pegol ahan Data, 2008
Gambar 4.23 Hasi l perancangan rangka mesi n tampak sampi ng
Sumber: Pegol ahan Data, 2008
Perancangan rangka mesi n menggunakan jeni s baja ST 37 profi l L
yang berukuran 40 x 40 x 3 mm. Mesin mempunyai di mensi 850 x 400 x 750
mm. Ukuran di mensi tersebut di gunakan untuk menentukan potongan -
potongan baja profi l L yang nanti nya akan di sambung dengan bantuan l as
l i stri k.
4.3.2 Perancangan Rol l Pengatur dan Bak Penampung
1. Rool pengatur
Rol l pengatur berfungsi untuk mengatur kel uarnya bi ji jagung dari bak
penampung. Rol l i ni akan berputar dan secara teratur mengambi l bi ji jagung
dan tuang di penampang satu.
Gambar 4.24 Hasi l perancangan rol l pengatur
Sumber: Pegol ahan Data, 2008
Perancangan rol l pengatur terdi ri dari poros dan pl at pembagi . Poros
menggunakan jeni s baja karbon S30C dengan di ameter 15 mm. Bagi an ujung
poros terdapat pul i berdi amater 130 mm. Bahan yang di gunakan untuk pl at
pembagi adal ah stai nl eessteel dengan ketebal an 1 mm. Rol l pengatur yang
di pi l i h adal ah rol l pl at dengan pembagi 3 dengan di ameter 30 mm.
2. Bak penampung
Bak penampung adal ah wadah bi ji jagung yang akan di produksi yang
kemui di an akan di ambi l ol eh rol l pengatur secara koti nyu.
Gambar 4.25 Hasi l perancangan bak penampung tampak atas
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Gambar 4.26 Hasi l perancangan bak penampung tampak sampi ng
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Perancangan bak penampung menggunakan jeni s pl at stai nl eessteel
dengan ketebal an 2 mm . Bak penampung mempunyai di mensi 500 x 400 x
300 mm. Bagi an dal am bak penampung di tambah pl at mi ri ng untuk
mengatur bi ji jagung turun ke rol l pengatur. Bagi an pal i ng bawah bak
penampung di beri l ubang dengan ukuran 20 x 2,5 mm yang berfungsi untuk
masuknya jagung ke rol l pengatur.
4.3.3 Perancangan Ban Berj al an
Ban berjal an berfungsi sebagai l i ntasan bi ji jagung yang akan
di pi pi hkan ke rol l pemi pi h.
Gambar 4.27 Hasi l perancangan ban berj al an
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Gambar 4.28 Hasi l perancangan ban berj al an
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Perancangan ban berjal an terdi ri dari poros, rol l dan ban berjal an.
Poros menggunakan jeni s baja karbon S30C dengan di ameter 15 mm. bagi an
ujung poros di beri dua pul i dengan di ameter masi ng masi ng 100 mm dan
65 mm. Bahan rol l menggunakan jeni s pi pa bi asa ti pe B dengan di ameter 80
mm dengan ketebal an 2 mm. Bahan ban berjal an menggunakan jeni s karet.
4.3.4 Perancangan Rol l Pemi pi h
Rol l pemi pi h berfungsi untuk memi pi hkan bi ji jagung. Bi ji jagung
yang dari ban berjal an akan jatuh ke rol l , saat di rol l bi ji jagung akan
di pi pi hkan dengan gaya dari rool 1 dan rool 2.
Gambar 4.29 Perancangan rol l pemi pi h
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Gambar 4.30 Perancangan rol l pemi pi h
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Perancangan rol l pemi pi h terdi ri dari poros, rol l pemi pi h dan pl at
mi ri ng. Poros yang di gunakan jeni s baja karbon S30C dengan di ameter 15
mm dengan panjang poros pemi pi h I 485 mm dan poros pemi pi h II 450 mm.
Masi ng - masi ng bagi an ujung poros di beri pul i dengan di ameter 100 mm.
Bahan rol l pemi pi h menggunakan pi pa stai nl eessteel dengan di ameter 127
mm dengan tebal 3 mm rol l pemi pi h di tutup menggunakan pl at
stai nl eessteel dengan tebal 5 mm. Bi ji jagung dari ban berjal an akan turun ke
rol l pemi pi h dengan bantuan pl at mi ri ng yang menggunakan bahan
stai nl eessteel dengan ketebal an 2 mm.
4.3.5 Hasi l Rancangan Rangka Mesi n Empi ng Jagung
Gambar 4.31 Hasi l rancangan mesi n empi ng j agung tampak atas
Sumber: Pengol ahan data, 2008
Gambar 4.33 Hasi l perancangan mesi n empi ng j agung tampak sampi ng
Sumber Pegol ahan Data, 2008
Gambar 4.33 Perancangan mesi n empi ng j agung 3D
Sumber Pegol ahan Data, 2008
4.4 PERHI TUNGAN BI AYA
Bi aya pembuatan mesi n empi ng jagung terdi ri dari bi aya pembuatan
bi aya, bahan baku, dan bi aya hak paten mesi n empi ng jagung. Ri nci an bi aya
proses produksi mesi n jagung adal ah sebagai beri kut.
4.4.1 Perhi tungan Bi aya Mesi n Empi ng Jagung
Perancangan menggunakan Bi l l of Materi al (BOM) adal ah untuk
mengetahui kebutuhan materi al yang menyusun terbentuknya suatu produk.
Beri kut i ni di jel askan gambar Bi ll of Material dari perancangan mesi n empi ng
jagung, yai tu sebagai beri kut :
Gambar 4.34 BOP mesi n empi ng j agung
Sumber Pegolahan Data, 2008
1. Bagi an rangka
Rangka yang di buat mampu menahan beban sebesar 15 kg. Materi al yang
di gunakan untuk membuat rangka adal ah baja ST 37 profi l L yang
berukuran 40 x 40 x 3 mm. Mesi n mempunyai di mensi 850 x 400 x 750 mm.
a. Bak penampung
Bak penampung adal ah wadah untuk menenampung bi ji jagung
sebel um di pi pi hkan. Bahan bak penampung terbuat dari pl at stai nl ees
steel dengan tebal 1.5 mm.
b. Mur dan baut
Mur dan dan baut di gunakan untuk mengunci pi l o bl ock dan sebagai
pengatur rol l pemi pi h. Adapun baut yang di gunakan adal ah baut M
10 dan M 12 yai tu baut dengan lubang kunci 10 mm dan 12 mm.
c. Dudukan Motor
Dudukan motor adal ah tempat bertumpunya motor yang nanti nya
motor dan dudukan i ni akan satukan dengan cara di baut. Bahan
dudukan yang di gunakan adalah pl at baja ST 37 dengan ketebal an 1
cm.
d. Pi l o bl ock
Mesin Emping Jagung
Bagian Mekanis Bagian Rangka
Poros (5)
Mur dan Baut (26)
Roll Pemipih (2) Roll Pengatur (1)
Dudukan motor (1)
Ban Berjalan (1) Motor (1) Pasak (6) Bantalan (12) Sabuk (5)
Penampang 1 (3)
Puli (6)
Pilo block (12) Bak penampung (1)
Berfungsi sebagai tempat rumah bantal an yang di tempel kan kebagi an
rangka mesi n. Pi l o bl ock dapat di bel i di pasaran yang sesuai dengan
di ameter bantal an bi asanya terbuat dari al umuni um.
e. Penampang
Pl at penampang berfungsi sebagai l i ntasan bi ji jagung dari rol l
pengatur dan yang akan menuju ke rol l pemi pi h. Bahan yang
di gunakan adal ah pl at stai nl es steel dengan ketebal an 1mm.
2. Bagi an Penggerak
a. Motor
Motor gear yang di gunakan mempunyai spesi fi kasi tegangan 110 V/
50 HZ, daya 120 watt dan putaran motor 75 RPM.
b. Poros
Bahan poros yang di gunakan adal ah jeni s baja karbon S30C dengan
di ameter 15 mm.
c. Pasak
Pasak adal ah pengunci poros dengan pul i berbentuk bal ok
mempunyai ukuran 5 x 5 x 15 mm bahan pasak yang di gunakan jeni s
S35C.
d. Bantal an
Bantal an yang di gunakan adal ah bantal an roda radi al al ur No.
Bantal an 6002 jeni s terbuka dengan di ameter dal am 15 mm, di ameter
l uar 32 mm dan tebal bantal an 9 mm.
e. Sabuk
Sabuk yang di gunakan adal ah sabuk V ti pe A dengan ukuran 12,5 x
9,0 mm.
f. Pul i
Bahan pul i yang di rencanakan adal ah jeni s al umuni um karena
memi l i ki kel ebi han ri ngan dan dapat mengurangi beban.
g. Ban Berjal an
Bahan ban berjal an terbuat dari karet al ami yang bagi an dal amnya ada
serat benang. Ukuran ban berjal an yang di gunakan mempunyai
panjang 1152 mm, l ebar 40 mm dan tebal 3 mm.
h. Rol l pemi pi h
Bahan rol l pemi pi h terbuat dari stai nl ees steel berbentuk si l i nder
berongga dengan di ameter 12,7 mm.
i . Rol l Pengatur
Perancangan rol l pengatur terbuat dari bahan besi pejar berbentuk
si l i nder dengan proses pengerjaannya dengan menggunakan mesi n
frai s.
Perhi tungan bi aya perancangan mesi n empi ng jagung dapat di jel askan
sebagai beri kut:
1. Bi aya Bahan Baku
Bi aya bahan baku adal ah bi aya pembel i an komponen komponen yang
di butuhkan mesi n empi ng jagung. Sumber harga bahan baku yang di dapat
dari pasar wesi bal apan. Adapun ri nci an dari bi aya bahan baku di jel askan
pada tabel 4.8 di bawah i ni
Tabel 4.8 Bi aya bahan
Sumber: Data di ol ah, 2008
Bi aya total pembel i an bahan baku mesi n empi ng jagung sebesar
Rp 2.164.000,-
2. Bi aya pembuatan
Bi aya pembuatan adal ah semua bi aya yang di kel uarkan untuk membayar
jasa pembuatan di bengkel . Sumber bi aya pengerjaan di dapat dari bengkel
Apol o beral amatkan di Nusukan. Adapun ri nci an dari bi aya pembuatan
di jel askan pada tabel 4.9 di bawah i ni
Tabel 4.9 Bi aya pemakai an mesi n dan bi aya operator
Sumber: Data di olah, 2008
Bi aya total pembuatan mesi n empi ng jagung sebesar Rp 470.000,-
3. Bi aya hak paten
No Komponen Jumlah Harga Total
1 Plat L Siku 8 m Rp 13.500 Rp 108.000
2 Motor gear 120 watt 1 Rp 500.000 Rp 500.000
3 Sabuk 5 Rp 15.000 Rp 75.000
4 Puli 10 Rp 25.000 Rp 250.000
5 Ban berjalan 1 Rp 200.000 Rp 200.000
6 Plat stainlees steel 2,5 kg Rp 25.000 Rp 62.500
7 Plat I 4 kg Rp 25.000 Rp 100.000
8 Roll stainlees steel 3 kg Rp 75.000 Rp 225.000
9 Roll ban berjalan 2 kg Rp 50.000 Rp 100.000
10 Besi poros 6 kg Rp 25.000 Rp 150.000
11 Bantalan 12 Rp 15.000 Rp 180.000
12 Besi pasak 0.25 m Rp. 30.000 Rp. 7.500
13 Pilo block 12 Rp. 15.000 Rp. 180.000
14 Baut 26 Rp. 1.000 Rp. 26.000
Rp. 2.164.000 TOTAL
1 Mesin Bubut 3 jam Rp 15.000 Rp 30.000 Rp 75.000
2 Mesin Frais 3 jam Rp 15.000 Rp 30.000 Rp 75.000
3 Mesin Las 5 jam Rp 15.000 Rp 30.000 Rp 105.000
4 Mesin Bor 3 jam Rp 15.000 Rp 30.000 Rp 75.000
5 Mesin Gerida 4 jam Rp 10.000 Rp 20.000 Rp 60.000
6 Finising 6 jam Rp 10.000 Rp 20.000 Rp 80.000
Rp 470.000
Waktu
Pemakaian
Biaya
Operator
Total
Biaya
No Jenis Mesin Sewa Mesin
(/jam)
Bi aya pembuatan i de yang di patenkan adal ah ni l ai jual dari pemi ki ran ki ta
dan hak yang harus di hargai , sal ah satunya dengan uang. Dal am
perancangan i ni bi aya untuk membuat hak paten adal ah Rp 1.500.000.
4. Bi aya total perancangan
Sehi ngga bi aya yang di perl ukan dal am pembuatan adal ah :
Bi aya total = Bi aya bahan baku + pembuatan Bi aya pembutan + Bi aya hak
paten
= Rp 2.164.000 + Rp 470.000 + Rp. 1.500.000
= Rp 4.134.000,-
BAB V
ANALI SI S DAN I NTERPRESTASI HASI L
Pada bab i ni akan di l akukan anal i si s dan i nterpretasi hasi l penel i ti an
yang tel ah di kumpul kan dan di ol ah pada bab sebel umnya. Anal i si s dan
i nterprestasi hasi l tersebut akan di urai kan dal am sub bab di bawah i ni .
5.1 ANALI SI S
Pada sub bab i ni akan di urai kan mengenai anal i si s mesi n empi ng
jagung awal , anal i si s hasi l Perancangan mesi n empi ng jagung baru, anal i si s
kapasi tas dan waktu, anal i si s pemasaran dan anal i si s aspek ekonomi .
5.1.1 Anal i si s Mesi n Empi ng Jagung Awal
Mesi n empi ng jagung yang di gunakan sampai saat i ni masi h
mempunyai kekurangan pada saat proses produksi . Kekurangan mesi n
empi ng jagung sel ama proses produksi adal ah operator sel al u berada
di sampi ng mesi n dengan akti vi tas memasukkan bi ji jagung ke bak
penampung dengan cara bi ji jagung di sebarkan menggunakan tangan sedi ki t
demi sedi ki t. Apabi l a operator memasukkan bi ji jagung terl al u banyak di bak
penampung maka bi ji jagung akan bertumpukkan mengaki batkan rol l
berhenti dan mengaki batkan arus pendek, empi ng jagung yang sudah kel uar
dari rol l masi h ada yang l engket satu sama l ai n. Mesi n empi ng jagung dal am
1 hari beroperasi sel ama 4 jam dapat memproduksi 190 kg atau dal am 1 jam
menghasi l kan 48 kg. Satu kal i si kl us proses produksi bi ji jagung menjadi
empi ng jagung ada tujuh kegi atan masi ng masi ng kegi atan mempunyai
waktu yang berbeda beda, waktu yang di butuhkan seti ap proses adal ah
sebagai beri kut :
1. Anal i si s proses penakaran
Kegi atan penakaran adal ah memi ndahkan bi ji jagung ke panci
perebusan dengan menggunakan al at takar 1 kg. Satu kal i proses
penakaran di ambi l bi ji jagung sebanyak 31,25 kg. Waktu yang di butuhkan
untuk proses penakaran adal ah 1 meni t 14 deti k.
2. Anal i si s proses perebusan
Proses perebusan adal ah l amanya bi ji jagung di rebus dal am panci
dengan berat 31,25 kg yang nanti nya ji ka sudah matang beratnya menjadi
50 kg. Waktu yang di butuhkan untuk merebus bi ji jagung sampai matang
adal ah 52 meni t 15 deti k.
3. Anal i si s proses penti ri san
Proses penti ri san adal ah pengangkatan 50 kg bi ji jagung yang sudah
matang dari panci fungsi nya adal ah memi sahkan bi ji jagung dan ai r.
Waktu yang di butuhkan untuk proses penti ri san adal ah 2 meni t 12 deti k.
4. Anal i si s proses pemi pi han
Proses pemi pi han adal ah proses pembuatan empi ng jagung dengan
menggunakan mesi n. Bi ji jagung yang sudah di rebus di masukkan sedi ki t
demi sedi ki t kebak penamapung sel anjutnya bi ji jagung akan di pi pi hkan
dengan rol l . Waktu yang di butuhkan untuk proses pemi pi han 50 kg bi ji
jagung adal ah 1 jam 3 meni t 11 detik.
5. Anal i si s proses pengeri ngan
Proses pengeri ngan di l akukan dengan penjemuran empi ng jagung
dengan bantuan si nar matahari , waktu yang di butuhkan dal am proses
pengeri ngan adal ah 2 jam.
6. Anal i si s proses penggorengan
Empi ng jagung yang sudah di keri ngkan sel anjutnya di goreng
sampai matang. Dal am satu proses penggorengan waktu yang
di butuhkan 1 jam 05 meni t.
7. Anal i si s proses pengemasan
Tahap terakhi r dari pembuatan empi ng jagung adal ah proses
pengemasan, yai tu empi ng jagung di masukkan kedal am kemasan pl asti k
dan di ti mbang, satu kemasan mempunyai berat 150 gr. Waktu yang
di butuhkan untuk pengemasan adal ah 54 meni t 10 deti k.
Waktu yang di butuhkan untuk satu kal i si kl us proses produksi bi ji jagung
menjadi empi ng jagung dari proses di atas membutuhkan waktu 5 jam 58
meni t 02 deti k.
5.1.2 Anal i si s Hasi l Rancangan Mesi n Empi ng Jagung Dengan Si stem Rol l
Pengatur.
Persamaan dari mesi n l ama dan mesi n baru dal am perancangan mesi n
empi ng jagung adal ah dal am proses pemi pi han masi h menggunakan rol l
pempi pi h. Hasi l rancangan mesi n empi ng jagung dengan menggunakan
si stem rol l pengatur proses kerjanya l ebi h cepat dan bi ji jagung yang kel uar
l ebi h teratur sehi ngga ti dak menghambat putaran rol l pemi pi h. Hasi l
rancangan rol l pengatur i ni dapat mengganti kan akti vi tas operator yang
sebel umnya sel al u berada di sampi ng mesi n. Dengan menggunakan proses
produksi yang sama dengan mesi n l ama waktu yang di butuhkan untuk
membuat empi ng jagung dengan berat 48 kg adal ah 5 jam 19 meni t 51 deti k.
Di bandi ngkan dengan mesi n l ama, perancangan mesi n baru memi l i ki
kel ebi han dal am hal juml ah kapasi tas sehi ngga dapat mempengaruhi waktu
saat proses produksi . Di harapkan hasi l perancangan mesi n empi ng jagung
dapat membantu kerja operator dan mengurangi bi aya operasi onal
pembutan empi ng jagung.
5.1.3 Anal i si s Kapasi tas dan Waktu.
Kapasi tas empi ng jagung dengan menggunakan mesi n l ama adal ah
48 kg/ jam dan waktu yang di butuhkan untuk membuat empi ng jagung
adal ah 5 jam 58 meni t 02 deti k. Sedangkan untuk mesi n baru dengan
proses produksi yang sama dengan mesi n l ama waktu yang di butuhkan
untuk membuat empi ng jagung dengan berat 48 kg adal ah 5 jam 19 meni t 51
deti k. Dengan menggunakan mesi n baru waktu prosesnya l ebi h cepat hi ngga
35 meni t dan out put mesi nnya mencapai 121 kg/ jam.
5.1.4 Anal i si s Pemasaran
Dari segi pemasaran, i ndustri makanan ri ngan empi ng jagung memi l i ki
ni l ai prospekti f yang ti nggi . Produk empi ng jagung banyak di temui di toko-
toko dan bahkan supermarket. Dari hasi l pengamatan, bel um banyak
terdapat produsen di Sol o yang memproduksi empi ng jagung. Terhi tung
hanya di wi l ayah Lawehan dan Kartasura yang merupakan produsen l okal .
Sehi ngga pel uang untuk menguasai market dari bi sni s usaha makanan
ri ngan di kota Sol o dan seki tarnya masi h berpotensi .
Perancangan mesi n empi ng jagung memi l i ki kapasi tas 6000 kg/ bul an.
Mesi n jagung sebel umnya hanya mampu memproduksi dengan kapasi tas
1000 kg/ bul an. Kapasi tas dengan mesi n jagung l ama hanya mampu
mel ayani permi ntaan yang ada (maka to order), namun dengan perancangan
mesi n baru yang memi l i ki kapasi tas l ebi h besar maka sel ai n memenuhi
permi ntaan yang ada juga dapat menyi mpan hasi l produksi untuk
di pasarkan ke area l ebi h l uas (make to stock). Dengan area pemasaran l ebi h
l uas maka akan dapat memdapatkan keuntungan yang l ebi h besar.
5.1.5 Anal i si s Aspek Ekonomi
Anal i si s aspek ekonomi yang dil akukan yai tu bi aya total perancangan
mesi n empi ng jagung dan bi aya yang di kel uarkan untuk membuat empi ng
jagung yang nanti nya di gunakan untuk menentukan perhi tungan anal i sa
ti ti k i mpas (BEP) yang di jel askan di bawah i ni :
1. Perhi tungan al at pemi pi h,
a. Invetasi mesi n = Rp 4.134.000
b. Kapasi tas mesi n = 4 jam kerja x kapasi tas per jam
= 4 jam x 121 kg
= 484 kg
c. Bi aya bi ji jagung = Kapasi tas mesi n x Harga bi ji jagung per kg
= 484 x Rp 4000/ kg
= Rp 1.936.000
d. Bi aya kemasan =
kemasan setiap Berat
mesin Kapasitas
x bi aya kemasan pl asti k
=
asan 0.15kg/kem
kg 484
x Rp 600
= 3226 x Rp 600
= Rp 1.935.600
e. Bi aya tenaga kerja = 4.Bi aya operator
= Rp (4).20.000
= Rp 80.000
f. Bi aya total per hari = Bi aya biji jagung + Bi aya kemasan
+ Bi aya tenaga kerja
= Rp 1.936.000 + Rp 1.935.600 + Rp 80.000
= Rp 3.951.600
2. Perhi tungan bi aya vari abel pembuatan empi ng jagung per kg ( VC1 ).
Data i ni di urai kan dengan menghitung ongkos vari abel untuk membuat
empi ng jagung dengan menggunakan persamaan di bawah i ni .
VC1 =
mesin Kapasitas
jagung emping pembuatan Biaya
=
484
3.951.600 Rp
= Rp 8.164
Hasi l perhi tungan ongkos vari abel untuk membuat empi ng jagung
sebesar Rp 8.164/ kg,-
3. Perhi tungan BEP
Perhi tungan anal i sa ti ti k i mpas dapat di l akukan dengan menggunakan
persamaan seperti di bawah i ni :
BEP =
g) Variabel/k Ongkos - jagung/kg emping jual (Harga
mesin pembuatan Biaya
=
8.164) Rp - 20.000 (Rp
4.134.000 Rp
=
11.836 (Rp
4.134.000 Rp
= 349 kg
Perancangan mesi n empi ng jagung mempunyai kapasi tas 484
kg/ hari . Sehi ngga dari perhi tungan di atas dapat di ketahui ni l ai ti ti k
i mpas adal ah sebesar 349 kg atau 0.73 = 1 hari . Jadi rancangan mesi n
empi ng jagung i ni mempunyai ni l ai ti ti k i mpas yang sangat ti nggi di mana
dal am satu hari bi aya pembuatan mesi n sudah tertutup ol eh l aba
penjual an empi ng jagung.
5.2 I NTERPRESTASI HASI L
Interprestasi hasi l perancangan mesi n empi ng jagung dengan system
rol l pengatur mampu mempercepat waktu produksi pemi pi han bi ji jagung.
Sel ai n i tu hasi l rancangan mesi n baru mampu memberi kan out put yang
l ebi h besar dari mesi n l ama. Hasi l perancangan yang menggunakan rol l
pengatur mampu mengambi l bi ji jagung dari bak penampung secara teratur
sehi ngga dapat mengganti kan kerja operartor mesi n l ama. Hasi l perancangan
mesi n empi ng jagung dal am 1 jam mampu memi pi hkan bi ji jagung 121
kg/ jam. Waktu yang di perol eh dari perbandi ngan mesi n l ama dan mesi n
baru mempunyai sel i si h waktu 35 meni t. Hasi l kapasi tas yang besar harus
di i mbangi juga dengan perl uasan pemasaran produk.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab i ni akan di urai kan mengenai kesi mpul an dan saran berdasarkan hasi l yang tel ah di perol eh
dal am penel i tian.
6.1 KESI MPULAN
Kesi mpul an yang dapat di ambil dari penel i ti an i ni , yai tu:
1. Rancangan mesi n empi ng jagung dengan si stem rol l pengatur yang dapat
bekerja secara konti nyu, sehi ngga memberi kan kemudahan dal am proses
pemi pi han bi ji jagung.
2. Rancangan mesi n empi ng jagung dengan si stem rol l pengatur dapat
meni ngkatkan out put mesi n empi ng jagung hi ngga 121 kg/ jam.
3. Rancangan mesi n empi ng jagung dengan si stem rol l pengatur dapat
meni ngkatkan waktu proses produksi hi ngga 35 meni t.
6.2 SARAN
Saran yang dapat penul i s beri kan berhubungan dengan pengoperasi an
mesi n pemi pi h jagung i ni adal ah sebagai beri kut :
1 Agar proses kerja al at dapat bekerja dengan bai k maka perl u perawatan
mesi n secara ruti n (sehabi s proses pemi pi han) dan berkal a seti ap 1
mi nggu sekal i . Bagi an yang membutuhkan perawatan ruti n adal ah
membersi hkan bak penampung, rol l pengatur, ban berjal an dan rol l
pemi pi h perawatan i ni akan mengurangi korosi dan tetap membuat
mesi n sti ri l . Bagi an mesi n yang membutuhakan perawatan berkal a adal ah
pemberi an pel umas di bagi an bantal an.
2 Di harapkan untuk penel i ti an selanjutnya untuk mesi n i ndustri keci l
rumahan sebai knya mesi n mempunyai fungsi l ebi h dari satu. Hasi l
perancangan mesi n pemi pi h empi ng jagung sebenarnya juga bi sa
di gunakan untuk memi pi hkan bi ji mel i njo dengan mel akukan modi fi kasi
pul i dan rol l pengaturnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bri dger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomi cs. New York: McGraw-Hi l l Book
Company
Dobrovotsky; V. 2002.Machine Elements. Peace Publ i shers, Moscow
Khurmi , R.S dan J.K Gupta. 2002. A Text Book of Machi ne Desi gn. Eurasi a
Publ i shi ng House (Pvt) Ltd, New Del hi .
Nurmi anto, Eko. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Apl ikasi nya. Guna Wi dya,
Surabaya.
Panero, Jul i us, dan Zel ni k, Marti n. 2003. Di mensi Manusia dan Ruang Interior.
Erl angga, Jakarta.
Sato; G. Takeshi . 2000. Menggambar mesin menurut standar ISO, Cetakan ke -9.
PT. Pradnya Parami ta, Jakarta
Suga; Ki yokatsu, Soel arso. 2002. Dasar Perencanaan dan Pemili han El emen
Mesin. Edi si ke -10. PT. Pradnya Parami ta, Jakarta
Tarwaka, Sol i chul Bakri , Li l i a Sudi ajeng. 2004. Ergonomi untuk Kesel amatan.
Kesehatan Kerj a dan Produkti fitas. Uni ba Press, Surakarta.
Wal pol e, Ronal d. E. 1993. Pengantar Statistika. PT. Gramedi a Pustaka Utama,
Jakarta.
Wi gnjosoebroto, Sri tomo. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Guna Wi dya,
Surabaya.
www.msmotorgear.chi na.com. [12 Agustus 2008].
LAMPIRAN 1
L1.1 Data uji penekanan bi ji jagung basah.
L1.2 Data peni mbangan bi ji jagung basah
L1.3 Data antropometri ti nggi si ku berdi ri pekerja dan warga seki tar
Industri Pemi pi h Empi ng Jagung.
L1.1 Data uji desak bi ji jagung basah.
Sumber: Observasi Lapangan 2008
L1.2 Data peni mbangan bi ji jagung basah
Sumber: Observasi Lapangan 2008
L1.3 Data antropometri ti nggi si ku berdi ri pekerja dan warga seki tar Industri
Pemi pi h Empi ng Jagung.
No Berat(gr) No Berat(gr) No Berat(gr)
1 0.53 11 0.39 21 0.41
2
0.49
12 0.49 22 0.55
3 0.56 13 0.39 23 0.58
4 0.68 14 0.39 24 0.65
5 0.51 15 0.51 25 0.67
6 0.44 16 0.53 26 0.63
7 0.4 17 0.42 27 0.43
8 0.48 18 0.48 28 0.47
9 0.52 19 0.64 29 0.53
10 0.49 20 0.48 30 0.41
No Hasil(Kg) No Hasil(Kg) No Hasil(Kg)
1 1.1 11 0.9 21 1.1
2 1 12 1 22 1
3 1 13 0.9 23 0.9
4 1.2 14 1 24 1
5 1.1 15 1 25 0.9
6 1 16 0.9 26 1.2
7 1 17 1 27 1
8 1.2 18 1 28 1
9 1.1 19 1.2 29 0.9
10 1.2 20 1.1 30 0.9
Data Ke- TSB Data Ke- TSB Data Ke- TSB Data Ke- TSB
1 102 11 95.2 21 100.7 31 100
2 100 12 104.3 22 99.5 32 103.2
3 99.6 13 106 23 104.6 33 103.9
4 101 14 95 24 97.3 34 96
5 99.4 15 102.6 25 100.8 35 101
6 97 16 100.5 26 103 36 101
7 102 17 97 27 106 37 104.6
8 101.1 18 103 28 99 38 96
9 101.5 19 102.2 29 105 39 104
10 103.5 20 96 30 98 40 102.3
Sumber: Observasi Lapangan 2008
LAMPIRAN 2
L2.1 Tabel ni l ai baja profi l L
L2.2 Tabel baja kontruksi umum
L2.3 Tabel kekuatan materi al
L2.4 Tabel spesi fi kasi motor gear
L2.5 Tabel kekuatan tari k baja karbon untuk poros
L2.6 Ukuran Standar Pasak
L2.7 Tabel ukuran pul l ey-V
L2.8 Tabel standart panjang sabuk-V
L2.9 Tabel AWS A5. 1-64 T (pemakai an el ektroda)
L2.1 Tabel ni l ai -ni l ai baj a prof i l L
Sumber: Hei nz Fri ck (2004: 476)
L2.2 Tabel baj a kostruksi umum menurut DI N 17100
Sumber: Ni eman (1974:96)
L2.3 Tabel kekuatan materi al
Sumber: Tai b Sutan Sati (1999: 113)
L2.3 Tabel kekuatan materi al
L2.5 Tabel baj a karbon untuk Poros
Standar dan
macam
Lamban
g
Perl akuan
panas
Kekuata
n tari k
(kg/mm
2
)
Keterangan
Baja karbon
konstruksi mesi n
(JIS G 4501)
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
Penormal a
n
Penormal a
n
Penormal a
n
Penormal a
n
Penormal a
n
Penormal a
n
48
52
55
58
62
66
Batang baja yang
di fi ni s di ngi n
S35C-D
S45C-D
S55C-D
-
-
-
53
60
72
Di tari k di ngi n,
di geri nda, di bubut
atau gabungan hal -hal
tersebut
Sumber: Sul arso dan Ki yokatsu Suga (1991:3)
L2.6 Ukuran Standar Pasak
Sumber: Sul arso dan Ki yokatsu Suga (1991:3)
L2.7 Tabel ukuran pul l ey-V
Sumber: Sul arso dan Ki yokatsu Suga (1991:166)
L2.8 Tabel panj ang sabuk-V standar
Sumber: Sul arso dan Ki yokatsu Suga (1991:168)
LAMPIRAN 3
L3.1 OPC pembuatan empi ng jagung mesi n l ama.
L3.2 OPC pembuatan empi ng jagung mesi n baru.
L3.3 OPC pembuatan mesi n empi ng jagung.
L3.4 Ketarangan gambar mesi n emping jagung
L3.1 OPC pembuatan empi ng jagung mesi n l ama.
NAMA OBYEK : EMPING JAGUNG
NOMOR PETA : 1
DIPETAKAN OLEH : NIKODIMOS
TANGGAL DIPETAKAN : 29 DES 2008
PETA PROSES OPERASI (MESIN LAMA)
O-1
Biji Jagung
Ditakar
(Penakar, Panci)
Direbus
(Panci, Tungku, Air)
Ditiriskan
(Ember, Pentiris )
Dipipihkan
(Mesin emping jagung)
O-3
O-4
O-7
O-6
O-5
O-2
Dijemur
(Tampah)
Digoreng
(Wajan, kompor, )
Dikemas
(penakar, timbangan)
Bungkus plastik
0:01:14
0:52:15
2:00:00
1:03:11
1:05:00
0:54:10
0:02:12
Jumlah Waktu
5:58:02
5:58:02
Kegiatan
Operasi
Pemeriksaan
Total
Ringkasan
L3.2 OPC pembuatan empi ng jagung mesi n baru.
NAMA OBYEK : EMPING JAGUNG
NOMOR PETA : 2
DIPETAKAN OLEH : NIKODIMOS
TANGGAL DIPETAKAN : 29 DES 2008
PETA PROSES OPERASI (MESIN BARU)
O-1
Biji Jagung
Ditakar
(Penakar, Panci)
Direbus
(Panci, Tungku, Air)
Ditiriskan
(Ember, Pentiris )
Dipipihkan
(Mesin emping jagung)
O-3
O-4
O-7
O-6
O-5
O-2
Dijemur
(Tampah)
Digoreng
(Wajan, kompor, )
Dikemas
(penakar, timbangan)
Bungkus plastik
0:01:14
0:52:15
2:00:00
0:25:00
1:05:00
0:54:10
0:02:12
Jumlah Waktu
5:19:51
5:19:51
Ringkasan
Kegiatan
Operasi
Pemeriksaan
Total
L3.3 OPC pembuatan mesi n empi ng jagung.
L3.4 Ketarangan gambar mesi n emping jagung