You are on page 1of 8

PENINGGALAN SEJARAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

MUHAMMAD SIDDIQ AL'ANSHAR
KELAS V-C



SEKOLAH DASAR NEGERI 22 BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2013/2014


1. Candi Borobudur

Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan Candi Boroubudur, dimana candi pernah
masuk sebagai 7 keajaiban dunia. Candi yang dibangun pada masa kerajaan dinasti
Syeilendra. Terletak di desa bernama Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Kita bisa
ke desa Borobudur dari Yogyakarta menggunakan kendaraan dengan jarak tempu
sekitar 1 jam. Candi ini disusun dengan menggunakan balok batu beserta design
arsitektur yang luar biasa megah, susunan relief atau patung-patung yang
mengelilingi candi. Candi termasuk candi Budha terbesar di dunia.
2. Candi Prambanan

Candi Prambanan salah satu candi yang terbesar agama Hindu. terletak di 13km arah
Klaten, dan 17 km dari arah Yogyakarta. Kompleks Candi Prambanan mempunyai 3
halaman, yaitu halaman pertama berdenah bujur sangkar, merupakan halaman
paling suci karena halaman tersebut terdapat 3 candi utama (Siwa, Wisnu, Brahma), 3
candi perwara, 2 candi apit, 4 candi kelir, 4 candi sudut/patok. Halaman kedua juga
berdenah bujur sangkar, letaknya lebih rendah dari halaman pertama. Pada halaman
ini terdapat 224 buah candi perwara yang disusun atas 4 deret dengan perbandingan
jumlah 68, 60, 52, dan 44 candi. Susunan demikian membentuk susunan yang
konsentris menuju halaman pusat.
3. Candi Mendut

Candi Mendut terletak 3km dari arah borobudur, candi yang berlatarbelakang agama
Budha ini terletak di desa mendut. Candi mendut didirikan semasa pemerintahan
Raja Indra dari Dinasti Syeleindra. Dibangun pada tahun 824 Masehi. Candi ini lebih
tua dari Candi Borobudur. Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk
di atas tangganya. Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di
atasnya. didalam candi mendut terdapat 3 patung besar :
1. Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda
dharma.
2. Awalokiteswara sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia
Awalokiteswara merupakan patung amitabha yang berada di atas mahkotanya,
Vajrapani. Ia sedang memegang bunga teratai merah yang diletakkan di atas
telapak tangan.
3. Maitreya sebagai penyelamat manusia di masa depan
Ada cerita untuk anak-anak pada dinding-dindingnya. Candi ini sering dipergunakan
untuk merayakan upacara Waisak setiap Mei pada malam bulan purnama dan
dikunjungi para peziarah dari Indonesia maupun manca negara.
4. Candi Muara Takus

candi yang berada di daerah Riau Sumatra Barat, candi agama Budha ini tepatnya
terletak di daerah muara takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau
jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara
kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh
dari pinggir Sungai Kampar Kanan. Umat Budha setempat bersembahyang rutin di
candi itu. Sejak beberapa tahun belakang ini, candi tersebut dijadikan sebagai lokasi
upacara peringatan hari suci Waisak. Masyarakat non-Budha, termasuk dari luar
Provinsi Riau, banyak yang berwisata ke candi ini. Gugusan candi dikelilingi tembok
setinggi satu meter seluas berukuran 74 x 74 meter. Setelah masuk ke kompleks
candi, segera nampak keunikan lainnya. Candi-candi di sana, seperti juga candi di
Muaro Jambi dan di kawasan Padanglawas Utara, Sumatera Utara, dibangun dengan
batu bata merah, bukan batu andesit seperti kebanyakan candi di Jawa.

5. Candi Sewu

Candi Sewu merupakan candi budha yang berada dalam kompleks candi prambanan.
Candi Sewu di bangun pada saat masa kerjaan Matraman Kuno oleh Raja Pakai
Panangkarang (746 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar
setelah candi Borobudur. Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini
berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso
hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa memperistri dewi
Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal karena pada saat fajar menyingsing,
jumlahnya masih kurang satu.

6. Candi Brahu

Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto,
Provinsi Jawa Timur. Brahu merupakan lokasi Ngaben (pembakaran mayat) era
kerjaan Majapahit. Nama Brahu di dapat dari sebutan untuk bangunan suci seperti
disebutkan dalam prasasti Alasantan, yang tidak jauh ditemukan dari candi brahu.
Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu bata sebagai bahan
utamanya, dengan panjang sekitar 18 meter, lebar 22,5 meter, dan tinggi 20 meter.
Dari pintu masuk ke ruang bilik Candi yang terletak di sisi barat dapatlah diketahui
bahwa Candi Brahu menghadap Kearah barat. Di sekitar Candi Brahu banyak
terdapat temuan Candi-candi kecil yang sebagian sudah runtuh, seperti Candi
Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong. Saat penggalian
dilakukan di sekitar Candi, banyak ditemukan benda-benda kuno seperti alat-alat
upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari emas, arca, dan lainnya.
7. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo yang berarti air jatuh, adalah candi Buddha yang berada tidak jauh
dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah
kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan
Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan
ciri khas agama Buddha. Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh
dengan ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak
sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali
ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di
tengah wilayah persawahan.

8. Candi Ngawen

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi
Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang.
Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada
zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar
adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M. Candi ini
terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda
dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha
dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak
berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak
cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
9. Candi Lumbung

candi lumbung Disebut Candi Lumbung karena bentuk candi ini menyerupai
lumbung padi. Berbeda dengan Candi Prambanan yang merupakan Candi Hindu,
Candi Lumbung ini merupakan candi Budha. Candi ini diperkirakan dibangun pada
abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi Lumbung terdiri dari sebuah
candi induk yang dikelilingi oleh 16 buah candi kecil (Candi Perwara) yang
keadaannya masih relatif baik. Adalah candi yang berada di dalam kompleks Taman
wisata Candi Prambanan, tepatnya berada di sebelah Candi Bubrah. Jaraknya dari
Candi Prambanan adalah sekitar 500 meter ke arah utara. Dari Kota Klaten jaraknya
kurang lebih 15 km ke arah barat.
10. Candi Cetho

Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama hindu peninggalan masa
akhir pemerintahan Majapahit (abad ke 15). Candi Cetho terletak di dukuh cetho,
desa gumeng, kecamatan jenawi, kabupaten karanganyar. Konon nama Cetho, yang
dalam bahasa Jawa berarti jelas, digunakan sebagai nama dusun tempat candi ini
berada karena dari Dusun Cetho orang dapat dengan jelas ke berbagai arah. Ke arah
utara terlihat pemandangan Karanganyar dan Kota Solo dengan latar belakang
Gunung Merbabu dan Merapi serta, lebih jauh lagi, puncak Gunung Sumbing. Ke
arah barat dan timur terlihat bukit-bukit hijau membentang, sedangkan ke arah
selatan terlihat punggung dan anak-anak Gunung lawu. Candi Cetho merupakan
kelompok bangunan yang terdiri atas 11 berundak yang membentang arah timur
barat.

You might also like