You are on page 1of 2

Mr. S seorang ayah dari 2 orang anak.

Ia datang ke klinik anda dengan pneumonia yang


biasanya merupakan penyerta dari AIDS. Berdasarkan hasil pemeriksaan darahnya, ia
dinyatakan HIV (+). Mr. S mengatakan ia yang akan memutuskan kapan ia akan
memberitahukan istrinya.
Anda berpikir hal ini penting mengingat dapat melindungi istrinya dari infeksi. Selain itu
dengan melakukan tes darah segera pada istri Mr. S dan memberikan pengobatan segera
dapat memperpanjang hidupnya.
6 minggu kemudian, Mr. S datang ke klinik untuk kontrol dan ternyata ia belum
memberitahukan kondisinya kepada Mrs. S. Ia tidak ingin istrinya tahu mengenai kondisi
homoseksualnya dan ia khawatir hubungannya dengan keluarga akan hancur. Untuk
melindungi istrinya, ia melakukan hubungan seksual yang aman menurutnya.
Sebagai seorang dokter, anda berpikir bahwa Mrs. S harus mengetahui kondisi suaminya dan
ia dapat mendapatkan pengobatan apabila diperlukan

Seorang dokter harus tetap memegang empat kaidah dasar bioetik yang salah satunya adalah
autonomi dimana setiap pasien berhak mendapatkan perlindungan mengenai kerahasiaan
status kesehatannya. Begitu juga dengan Mr. S ini, beliau berhak mendapatkan privasi
mengenai statusnya yang terinfeksi HIV. Walaupun memang Mrs. S harus mengetahui
kondisi suaminya agar segera memeriksakan keadaannya dan dapat ditangani bila diperlukan.
Sebelumnya, Mr. S sendiri telah mengatakan bahwa beliau yang akan menyampaikan
keadaannya kepada Mrs. S. Dikhawatirkan apabila dokter menyampaikan keadaan beliau
kepada istrinya secara langsung tanpa persetujuan Mr. S, tingkat kepercayaan Mr. S kepada
dokter akan berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Tingkat kepercayaan yang tinggi dari
Mr. S kepada dokter dapat terlihat dari informasi-informasi penting yang disampaikan secara
jujur kepada dokter, misalnya mengenai keadaan homoseksualnya. Selain itu kepercayaan
Mr. S dapat terlihat dari kunjungan kontrol beliau, hal ini menunjukkan kepatuhan Mr. S
terhadap petunjuk yang diberikan dokter (misalnya pengobatan dan wajib kontrol). Dari
kasus juga terlihat bahwa Mr. S sudah mampu memahami keadaannya yang terinfeksi HIV
dan ada keinginan atau kesadaran Mr.S untuk melakukan pengobatan. Selain itu, Mr. S juga
melakukan tindakan perlindungan kepada kerabatnya dalam hal ini istrinya dengan
melakukan hubungan seksual yang aman menurutnya.
Apabila dokter tidak dapat menjaga kerahasiaan keadaan Mr. S kepada istrinya, hal ini dapat
mempengaruhi Mr. S dalam menyikapi keadaannya. Tingkat kepercayaan Mr. S yang kurang
atau bahkan hilang terhadap dokter akan membuat Mr. S merasa dirinya tidak dihargai dan
dihormati. Mr. S dapat menghentikan hubungannya dengan sang dokter atau dengan kata lain
menghentikan pengobatan dan kontrol rutinnya. Bahkan yang terburuk bisa saja Mr. S merasa
semua pelayan kesehatan sama saja sehingga beliau tidak mau lagi melanjutkan
pengobatannya dengan pelayan kesehatan lain. Hal ini tentu saja berdampak sangat buruk
terhadap kualitas hidup Mr. S. Ditambah lagi perasaan dan sikap Mrs. S yang telah
mengetahui keadaan suaminya, bisa saja (dalam kemungkinan buruk) Mrs. S menceraikan
Mr. S. Keadaan ini akan semakin memperburuk keadaan psikologis Mr. S. Beliau akan
merasa, istrinya yang telah lama hidup dengannya saja tidak dapat menerima keadaannya,
apalagi keluarga lain, tetangga atau rekan kerjanya.
Dokter seharusnya dapat menjaga kerahasiaan Mr. S kepada istrinya, namun tentu saja dokter
harus memperhatikan keadaan Mrs. S juga. Dokter dapat terus meningkatkan kepercayaan
Mr. S kepada dirinya agar pengobatan dan kontrol rutin tetap dipatuhi. Selain itu dokter juga
harus berusaha meyakinkan kepada Mr. S bahwa Mrs. S benar-benar perlu tahu mengenai
keadaan dirinya yang sebenarnya. Dokter jangan sampai terkesan terlalu memaksa, hal ini
juga dapat mempengaruhi kepercayaan Mr. S. Sambil berusaha meyakinkan Mr. S, dokter
dapat memberikan saran-saran yang benar-benar dapat melindungi Mrs. S dan kedua anaknya
dari tertularnya HIV. Kontrol rutin Mr. S dapat dipersingkat, misalnya satu atau dua minggu
sekali sehingga dokter tetap dapat memfollow up keadaan kesehatan pasien sambil
melakukan pendekatan intrapersonal kepada Mr. S agar beliau siap memberitahukan
keadaannya kepada istrinya. Apabila memungkinkan, dokter bisa saja menanyakan
bagaimana perangai Mrs. S kepada Mr. S. Pengakuan Mr. S yang menyatakan perangai
istrinya lembut dapat semakin menguatkan Mr. S bahwa istrinya dapat menerima
keadaannya.
Apabila Mr. S telah menaruh kepercayaan yang besar kepada dokter, akan lebih mudah untuk
meminta Mr. S memberitahukan kondisinya kepada istri. Bila Mr. S tidak sanggup
memberitahukannya secara langsung kepada istrinya, dokter dapat mengambil alih peran ini
dengan mungkin saja merahasiakan perilaku homoseksual Mr. S apabila Mr. S memintanya.
Namun tentu saja Mr. S harus menghentikan perilaku homoseksualnya tersebut.
Jika Mrs. S sudah dapat menerima keadaan suaminya, langkah selanjutnya yaitu
memeriksakan kedua anak mereka untuk memberikan perlindungan sesegera mungkin
kepada mereka.

You might also like