1. BIOGRAFI 1.1.Keluarga a. Albert Ellis lahir dari orang tua Yahudi pada tanggal 17 September 1913 di Pittsburgh. Dia anak tertua dari tiga bersaudara. Saudara yang satu, dua tahun lebih muda, dan adiknya yang berusia empat tahun. Ayah Ellis adalah seorang pengusaha yang mengalami kesuksesan minimal dalam bisnisnya, ia hanya menunjukkan sedikit kasih sayang kepada anak-anaknya dan sering jauh dari rumah karena perjalanan bisnisnya. Ellis menyebut ibunya sebagai wanita yang sibuk dengan dirinya sendiri yang memiliki bi-polar dan cerewet serta tidak pernah mau mendengarkan. Ibunya Ellis secara emosional jauh dari anak-anaknya, biasanya ibunya tidur ketika ia berangkat ke sekolah dan biasanya tidak di rumah saat Ellis kembali. Ketiga anak dalam keluarga ini mencari pekerjaan untuk membantu keluarga. Albert muda adalah seorang pemuda lemah dan menderita berbagai masalah kesehatan. Pada usia lima tahun dia dirawat di rumah sakit dengan penyakit ginjal dan tonsilitis, menyebabkan radang yang parah dan membutuhkan pembedahan darurat. Ia melaporkan bahwa ia pernah mengalami delapan kali rawat inap antara usia lima sampai tujuh tahun. Salah satunya berlangsung hampir setahun. b. Ellis menikah dua kali, yang pertama berakhir pada perceraian dan yang lainnya berakhir setelah sekitar tiga tahun.. Dalam usia lima puluhan, ia memiliki hubungan terpanjang dan abadi dengan Janet Wolfe yang pada waktu itu direncanakan akan menjadi Direktur Eksekutif lembaga Albert Ellis. Pada awal tahun 2000 Ellis memulai hubungan dengan Debbie Joffee, seorang Psikolog Australia yang datang ke Amerika Serikat untuk belajar di Albert Ellis Institute. Hubungan ini menjadi semakin intim dan akhirnya menikah pada tahun 2004. Ini hubungan terakhirnya. c. Albert Ellis meninggal pada tahun 2007. 1.2.Pendidikan a. Ellis memasuki bidang psikologi klinis setelah pertama kali mendapatkan gelar dalam bisnis dari Universitas Kota New York. Dia memulai karir singkat di bisnis, diikuti oleh satu sebagai penulis. Ia memiliki bakat untuk non-fiksi lalu menulis tentang seksualitas manusia menyebabkan keberadaannya dicari. b. Pada tahun 1942 ia mulai studi untuk mencari gelar Ph.D, beralih ke karir baru dalam psikologi klinis di Columbia University. c. Ellis menyelesaikan MA di bidang psikologi klinis dari Teachers College, Columbia, pada bulan Juni, 1943 d. Setelah selesai doktor, Ellis mencari pelatihan tambahan dalam psikoanalisis. Seperti sebagian besar psikolog waktu itu dia juga terpengaruh kompleksitas teori Freud. 1.3. Pekerjaan a. Mulai tahun 1929 membuat bisnis perusahaan refraktori. b. Ellis mulai praktik paruh waktu pribadi saat masih bekerja dengan gelar PhD-nya. c. Sementara melakukan praktek paruh waktu di New York, Ellis bekerja penuh-waktu sebagai psikolog untuk negara bagian New Jersey dan menjadi psikolog kepala negara pada tahun 1950. d. Pada tahun 1952 dia meninggalkan posisinya dan memperluas prakteknya secara full time. Tugasnya membangun praktik penuh waktu dibantu oleh reputasinya yang tumbuh sebagai seksolog, terutama dari buku-bukunya The Sex Cerita Rakyat (1951), Tragedi Seksual Amerika (1954), dan Seks Tanpa Rasa Bersalah (1958). e. Pada tahun 1951, Ellis menjadi editor American International Journal of Sexology dan mulai menerbitkan sejumlah artikel advokasi kebebasan seksual. Ia juga menulis pengantar untuk buku kontroversial Donald Webster Cory, The homoseksual di Amerika, dan dengan demikian menjadi psikolog terkemuka pertama untuk mendukung pembebasan gay. 1.4.Pengalaman-pengalaman penting: a. Tidak lama setelah menerima gelar PhD pada tahun 1947 Ellis mulai analisis pribadi nya dibawah program pengawasan Richard Hulbeck yang adalah seorang analis dari tempat pelatihan terkemuka di Institut Karen Horney. Horney menjadi pengaruh terbesar tunggal dalam pemikirannya, meskipun tulisan-tulisan dari Alfred Adler, Erich Fromm dan Harry Stack Sullivan juga memainkan peran dalam membentuk model psikologis Ellis. b. Kegagalan Ellsi dalam beberapa pernikahannya maupun dengan kekasih dalam hidupnya mengakibatkan hubungan jangka pendek dan penuh konflik. Tapi ada manfaat dalam hubungan-hubung aini, sebab persitiwa tersebut memberinya latar belakang yang diperlukan untuk menulis berbagai buku dan artikel tentang seksualitas manusia. 2. KONSEP KUNCI 2.1. Emosi dan penalaran pikiran dan perasaan merupakan suatu jalinan yang rumit di dalam diri (psikis) individu serta bersumber pada keyakinan bahwa semua manusia normal berpikir, merasa, dan bertindak secara simultan. 2.2.Pikiran memepengaruhi dan seringkali menciptakan perasaan dan perilaku: emosi mempengaruhi pikiran dan tindakan => tindakan mempengaruhi pikiran dan perasaan. 2.3. Emosi dan gangguan emosional merupakan hasil dari pikiran, gagasan, konstruk- konstruk individu yang salah dan tidak logis tentang suatu situasi khusus yang kemudian dikenal dengan teori A-B-C-D-E. 2.4. RET menekankan Dual Nature of Human Being yaitu individu memiliki keyakina rasional dan irasional. 3. HAKEKAT MANUSIA 3.1.Sifat alami manusia: a. Manusia mengkondisioning diri sendiri terhadap munculnya perasaan yang mengganggu pribadinya. b. Kecenderungan biologis manusia sama halnya dengan kecenderungna cultural untuk berpikir salah dan tidah ada gunanya karena berakibat mengecewakan diri sendiri. c. Kemanusiaanya yang unik untuk menemukan dan mencipta keyakinan yang salah, yang mengganggu sama halnya dengan kecenderungan mengecewakan diri sendiri karena gangguan-gangguan tersebut. d. Manusia mampu memilih reaksi yang berbeda dengan yang biasa ia lakukan e. Manusia mampu meolak mengecewakan diri sendiri terhadap semua hal yang mungkin terjadi f. Manusia mampu melatih diri agar secara setengah otomatis mempertahankan gangguan sedikit mungkin yang dapa terjadi dalam hidupnya. 3.2.Kepribadian manusia: 4. PRIBADI SEHAT DAN TIDAK SEHAT 4.1.Pribadi sehat, yaitu: 4.1.1. Memiliki keyakinan rasional dan hidup dengan cara yang rasional. 4.1.2. Mampu menerima diri sebagai individu yang dapat membuat kesalahan. 4.1.3. Memiliki penilaian yang tepat / rasionil mengenai dirinya sendiri 4.1.4. Individu berpikiran netral atau positif dan dapat bertindak secara prosuktif 4.2.Pribadi tidak sehat, yaitu: 4.2.1. Individu yang berpikiran negative, tidak rasionil, atau salah 4.2.2. Memiliki keyakinan irasionil 4.2.3. Memiliki penilaian yang tidak tepat terhadap diri sendiri 5. TEKHNIK KONSELING 5.1.TUJUAN 5.1.1. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan yang tidak rasional agar konseli dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin. 5.1.2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti emosi takut, rasa bersalah, rasa berdoa, cemas, was-was marah dengan jalan melatih dan mengajar konseli untuk menghadapi kenyataan seacara rasional. 5.2.KLIEN 5.2.1. Berbagi kesulitan yang dialami 5.2.2. Bertindak aktif 5.3.KONSELOR 5.3.1. Membawa pasien sampai pada akar permasalahannya yang menimbulkan pikiran tidak rasional. 5.3.2. Mendorong pasien mengemukakan persoalannya 5.3.3.Menunjukkan kepada klien dasar cara berpikirnya yang salah 5.3.4. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan-keyakinan yang tidak rasional => menantang konseli dengan berbagai ide yang valid dan rasional. 5.3.5. Menggunakan absurdity dan humor untuk menantang irasional konseli. 5.3.6.Menjelaskan kepada konseli bagaimana ide-ide yang irasionil ini dapat ditempatkan kembali pad aide-ide rasional 5.3.7. Mengajar konseli bagaiman mengaplikasikan pendekatan-pendekatan ilmiah, subjektif dan logis dalam berpikir 5.4.TEKHNIK 5.4.1. Afektif emotif Assertive training: melatih dan membiasakan konseli menyesuaikan diri dengan perilaku yang diinginkan.disiplin. Sosiodrama: mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan melalui suatu situasi yang didramakan. Self modeling: meminta konseli membuat komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan/perilaku tertentu. 5.4.2. Behavioristik Reinforcement: mendoron konseli kea rah perilaku yang rasional melalui penguatan verbal dan non verbal Social modeling: memberikan contoh perilaku-perilaku baru pada konseli dalam suatu model sosial yang dibuat secara imitasi untuk diinternalisasi oelh individu Live models: menggambarkan perilaku tertentu yaitu situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial. 5.4.3. Kognitif Homework assignment: memberi tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan konseli menginternalisasikan system nilai tertentu Assertive: melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan perilaku tenrtentu yang diharapkan.