You are on page 1of 16

Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustilo, Merkow, dan Templeman (1990) :

Tipe I :
Luka kecil kurang dari 1 cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang
menembus keluar kulit. Terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang
hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifatf simple, transversal, oblik pendek atau
sedikit komunitif.
Tipe II:
Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit.
Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur.
Tipe III:
Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit, dan struktur
neurivaskuler dengna kontaminasi yang hebat. Tipe ini biasanya disebabkan oleh karena trauma dengan
kecepatan tinggi.
Tipe III dibagi lagi dalam 3 subtipe:
Tipe III A
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang
hebat ataupun adanya flap. Fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat
Tipe III B
Fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan,
terdapat pendorongan (stripping) periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebat
serta fraktur komunitif yang hebat.

Tipe III C
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan
tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

Prinsip dan Metode Pengobatan Fraktur
Penatalasanaan Awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :
Pertolongan pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan jalan napas,
menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang
terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurang nyeri sebelum diangkut dengan
ambulans. Bila terdapat perdarahan dapat dilakukan pertolongan seperti dikemukakan
sebelumnya.
Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka itu luka
tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah / saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam
yang lain.
Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit dengan syok, sehingga
diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa pemberian
transfuse darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.
Prinsip Umum Pengobatan Fraktur
Ada enam prinsip umum pengobatan fraktur :
1. Jangan membuat keadaan lebih jelek
Beberapa komplikasi fraktur terjadi akibat trauma yang antara lain disebabkan karena
pengobatan yang diberikan yang disebut sebagai iatrogenik. Hal ini perlu diperhatikan oleh
karena banyak kasus terjadi akibat penanganan dokter yang menimbulkan komplikasi atau
memperburuk keadaan fraktur yang ada sehingga merupakan kasus malpraktek yang dapat
menjadi kasus dipengadilan. Beberapa komplikasi yang bersifat iatrogenik, dapat di
hindarkan apabila kita dapat mencegahnya dengan melakukan tindakan yang memadai
seperti mencegah kerusakan jaringan lunak pada saat transportasi penderita, serta luka
terbuka dengan perawatan yang tepat.
2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat
Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur, kita dapat menentukan prognosis
trauma yang dialami sehingga dapat dipilih metode pengobatan yang tepat. Faktor-faktor
yang penting dalam penyembuhan fraktur yaitu umur penderita, lokalisasi, dan konfigurasi,
pergeseran awal serta vaskularisasi dari fragmen fraktur. Perlu ditetapkan apakah fraktur ini
memerlukan reduksi dan apabila perlu apakah bersifat tertutup atau terbuka.
3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus
Menghilangkan nyeri
Nyeri timbul karena trauma pada jaringan lunak termasuk periosteum dan endoosteum.
Nyeri bertambah bila ada gerakan pada daerah fraktur disertai spasme otot serta
pembengkakan yang progresif dalam ruang yang tertutup. Nyeri dapat diatasi dengan
imobilisasi fraktur dan pemberian analgetik
Memperoleh posisi yang baik dari fragmen
Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan pergeseran yang sedikit
saja sehingga tidak diperlukan reduksi. Reduksi tidak perlu akurat secara radiologik oleh
karena kita mengobati penderita dan tidak mengobati gambaran radiologik
Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang
Umumnya fraktur yang telah ditangani, dalam waktu singkat dapat terjadi proses
penyembuhan. Pada fraktur tertentu, bila terjadi kerusakan yang hebat pada periosteum /
jaringan lunak sekitarnya, kemungkinan diperlukan usaha agar terjadi union misalnya
dengan bone graft.
Mengembalikan fungsi secara optimal
Penyembuhan fraktur dengan imobilisasi harus dipikirkan pencegahan atrofi pada anggota
gerak, sehingga perlu diberikan latihan yang bersifat aktif dinamik (isotonik). Dengan
latihan dapat pula dipertahankan kekuatan otot serta sirkulasi darah.
4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami
Jaringan musculoskeletal bereaksi terhadap suatu fraktur sesuai dengan hokum alami yang
telah diterangkan sebelumnya.
5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan
Dalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang realistik dan praktis

6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual
Setiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai, yaitu dengan
mempertimbangkan faktor umur, jenis fraktur, komplikasi yang terjadi dan perlu pula
dipertimbangkan keadaan social ekonomi penderita secara individual.
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan ada
empat (4R), yaitu :
1. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan :
- Lokalisasi fraktur
- Bentuk fraktur
- Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
- Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
2. Reduction, reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada
fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan
fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekuatan, deformitas serta perubahan
osteoarthritis dikemudian hari.
Posisi yang baik adalah :
- Alignment yang sempurna
- Aposisi yang sempurna
Fraktur seperti klavikula, iga dan fraktur impaksi dari humerus tidak memerlukan
reduksi. Angulasi < 5 derajat pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas
dan angulasi sampai 10 derajat pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-
kurangnya 50%, dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya
rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokalisasi fraktur.
3. Retention, imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation, mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Metode Metode Pengobatan Fraktur
Fraktur Tertutup
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam


Penanggulangan Fraktur Terbuka
Beberapa prinsip dasar pengelolaaan fraktur terbuka :
1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan.
2. Adakah evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan kematian.
3. Berikan antibiotic pada ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi.
4. Segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik.
5. Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya.
6. Stabilisasi fraktur.
7. Biarkan luka terbuka antar 5-7 hari
8. Lakukan bone graft autogeneous secepatnya.
9. Rehabilitas anggota gerak yang terkena.
Tahap-tahap pengobatan Fraktur Terbuka
1. Pembersihan luka
Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis
untuk mengeluarkan benda asing ynag melekat.
2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridement)
Semua janringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan
bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit,jaringahn subkutaneus, lemak,
fasia, otot dan fragmen-fragmen yang lepas.
3. Pengobatan fraktur itu sendiri
Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka dengan
fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.
4. Penutupan kulit
Apanbila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai terjadinya
kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila penutupan kulit
sangat tegang. Dapat dilakukan split thickeness skin-graft serta pemasangan drainasi isap
untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan
terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut
delayed primary closure. Yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak
dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.
5. Pemberian antibiotika
Pemberian antibiotic bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotic diberikan dalam dosis
yang adekuat sebelum, pada saat dan sesudah tindakan operasi.
6. Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada penderita
yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum,
dapat diberikan 250 unit immunoglobulin (manusia).

Komplikasi Fraktur Terbuka
1. Perdarahan, syok septik sampai kematian.
2. Septicemia, toksemia oleh karena infeksi piogenik.
3. Tetanus.
4. Ganggren.
5. Perdarahan sekunder.
6. Osteomyelitis kronis.
7. Delayed union.
8. Nonunion dan malunion.
9. Kekakuan sendi.
10. Komplikasi lain akibat perawatan lama.

Perawatan lanjut dan rehabilitasi fraktur
Ada lima tujuan pengobatan fraktur:
1. Menghilangkan nyeri.
2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragment fraktur.
3. Mengharapkan dan mengusahakan union.
4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan sendi,
mencegah atrofi otot, adhesi dan kekakuan sendi, mencegah terjadinya komplikasi seperti
dekubitus, thrombosis vena, infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal.
5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur. Sejak awal
penderita harus dituntun secara psikologisuntuk membantu penyembuhan dan pemberian
fisioterapi untuk memperkuat otot-otot serta gerakan sendi baik secara isometric (latihan aktif
statik) pada setiap otot yang berada pada lingkup fraktur serta isotonic yaitu latihan aktif dinamik
pada otot-otot tungkai dan punggung. Diperlukan purla terapi okupasi.

Komplikasi Fraktur
Komplikasi fraktur dapat terjadi secara spontan, karena iatrogenik atau oleh karena tindakan
pengobatan. Komplikasi umumnya akibat tiga factor Utama, yaitu penekanan local, traksi yang
berlebihan dan infeksi. Komplikasi oleh akibat tindakan pengobatan (iatrogenic) umumnya dapat dicegah.
Komplikasi fraktur terhadap organ
1. Komplikasi pada kulit
a. Lesi akibat penekanan
b. Ulserasi akibat dekubitus
c. Ulserasi akibat pemasangan gips
2. Komplikasi pada pembuluh darah
a. Ulserasi aibat pemasangan gips
b. Lesi akibat traksi dan penekanan
c. Iskemik Volkmann
d. Ganggren
3. Komplikasi pada saraf
a. Lesi akibat traksi dan penekanan
4. Komplikasi pada sendi
a. Infeksi (arthritis septic) akibat operasi terbuka pada trauma tertutup.
5. Komplikasi pada tulang
a. Infeksi akibat operasi terbuka pada trauma tertutup (osteomielitis)
b. Komplikasi pada lempeng epifisis dan epifisis pada fraktur anak-anak

Pengenalan dan penanganan akibat komplikasi
Beberapa komplikasi yang akan dibicarakan di bawah ini adalah semata-mata disebabkan oleh
trauma (akibat cedera awal) atau karena iatrogenic akibat pengobatan fraktur yang tidak sesuai.
Penanganan trauma dilakukan secara hati-hati dan tekun dengan memperhatikan adanya fraktur
atau komplikasi yang menyertai. Harus diperhatikan keluhan penderita, pemeriksaan klinik secara
kontinu, menilai hasil laboratorium yang ditemukan dan bila perlu dilaukan juga pemeriksaan khusus.
Komplikasi menurut waktu disesuaikan dengna lokalisasi
A. Komplikasi segera
a. Komplikasi local
i. Komplikasi pada kulit
Kulit mengalami aberasi (friction burn) yang disertai partikel atau benda asing
kotor dan masuk sampai ke dermis. Bila terjadi aberasi seperti ini harus
dibersihkan secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya kerusakan yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi residual pada proses re-epitelisasi.
Pembengkakan yang luas akibat fraktur anggota gerak dapat menarik kulit
sehingga sirkulasi ke superficial lebih banyak dan menimbulkan lepuh.
Selama pengobatan fraktur, kulit secara konstan ditekan antara permukaan sisi
luar dan menderita ulkus dekubitus, khususnya pada sacrum dan tumit. Selain itu
penekanan local dengan plaster of Paris pada kulit dapat menyebabkan ulkus
gips. Komplikasi iatrogenic ini dapat diatasi dengan melakukan skin grafting.
ii. Komplikasi vascular
1. Komplikasi arterial (trauma pada arteri besar)
Pembuluha darah kecil dapat robek saat terjadi fraktur, tetapi hal ini
jarang terjadi pada pembuluh darah besar. Walaupun begitu, komplikasi
terhadap trauma dapat menyebabkan sequel berupa oklusi arteri yang
persisten. Arteri besar mudah rusak oleh trauma yang diserta fraktur dan
dislokasi.

Trauma arteri
Terputusnya arteri
Suatu arteri besar dapat terputus secara total atau tidak total oleh
fragmen fraktur yang tajam dari dalam, terjadi secara tiba-tiba
atau oleh benda yang menyebabkan penetrasi di dalam jaringan
yang berasal dari luar. Robekan arteri yang total biasanya
beretraksi dan menghentikan perdarahan secara spontan,
sedangkan robekan yang tidak total cenderung menyebabkan
perdarahan, sehingga ditemukan hematoma local dan iskemik.
Robekan arteri tidak total dapat mengakibatkan hematoma
pulsasi (aneurisma palsu).
Spasme arteri
Spasme menetap pada arteri yang disertai oklusi dapat terjadi
akibat traksi berat dan tiba-tiba pada arteri besar, pada saat
fraktur atau pada waktu saat pengobatan fraktur. Walaupun arteri
tidak terputus, biasanya ditemukan robekan pada intima yang
menyebabkan thrombosis. Spasme arteri sekunder dapat
memisahkan bagian proksimal dan distal arteri kolateral yang
mengakibatkan iskemij yang luas pada bagian distal.
Penekanan arteri
Penekanan arteri dapat disebabkan secara iatrogenic akibat lilitan
gips/pembalut eksterna yang terlalu kuat dan pembengkaan
progresif pada permukaan dalam yang tertutup. Kadang-kadang
arteri besar dapat terjerat dan tertekan di antara dua fragmen
fraktur.
Thrombosis arteri
Setelah trauma arteri yang menyebabkan oklusi persisten, dapat
terjadi sequel berupa thrombosis. Arteriosklerosis terjadi karena
kerusakan akibat thrombosis arteri pasca trauma.
Pengenalan komplikasi arteri
Perdarahan eksterna suatu robekan arteri dapat terlihat secara jelas,
sedangkan perdarahan interna hanya berupa pembengkakan loal yang
progresif. Gejala oklusi arteri yang total pada anggota gerak berupa kulit
yang pucat pada bagian distal, dingin, hilangnya denyut arteri dan bintik-
bintik serta warna hitam pada kulit yang menunjukkan adanya ganggren.
Oklusi arteri dapat dideteksi dengan bantuan arteriografi. Oklusi arteri
yang tidak total misalnya pada penjeitan vena kompartemen pada
fasia,menjepit arteri yang dalam tapi arteri superficial tidak terjepit dan
mengakibatkan iskemi sarafdan otot (iskemi Volkmann). Oleh karena itu
iskemi Volkmann diserta nyeri dan iskemi otot, hilangnya sirkulasi
perifer, kulit dingin dan pucat, pembengkakan yang luas serta gangguan
fungsi saraf periferberupa parestesia, hipestesia dan paralisis.
Gambaran klinis iskemi Volkmann berupa nyeri, hinganya denyutan.
Pucat, parestesia dan paralisis. Ketegangan pasif otot iskemik misalnya
ekstensi pasif jari-jari yang akan memperberat nyeri. Anelgetik
sebaiknya tidak diberikan pada nyeri setelah reduksi fraktur karena dapat
mengaburkan adanya iskemik Volkmann.
Pengobatan komplikasi arteri
Oklusi suatu arteri besar memerlukan suatu operasi darurat dalam
beberapa jam sejak terjadinya trauma bersama-sama dengan iskemik
yang bersifat irreversible. Komplikasi pada pembuluh darah memerlukan
pengobatan yang segera.
Urutan pengobatan diatur sebagai berikut :
Setiap penjepitan arteri akibat lilitan pembalut yang terlalu ketat
harus dibuka (pembalut jangan hanya dipotong).
Setiap distorsi pada fraktur anggota gerak atau posisi ekstrim dekat
persendian haruns dikurangi.
Bila fraktur diobati dengan traksi kontinu, seluruh traksi haus
dikurangi.
Jika gagal untuk memulihkan sirkulasi perifer yang adekuat dapat
dilakukam arteriografi darurat dan bila tidak ada kemajuan dalam 30
menit, maka harus dilakukam eksplorasi arteri. Pada operasi, jika
arteri telah dibuka harus diperbaiki dengan melakukan teknik jahitan
langsung. Jika memungkinkan dapat dilakukan vena graft
autogeneus atau protesis arteri. Pembuluh vena besar harus
diperbaiki. Thrombus pada arteri harus dihilangkan dan jika arteri
mengalami memar atau robekan pada intima harus dilakukan
pemotongan pada pembuluh darah yang rusak dan dipulihkan dengan
teknik jahitan langsung, graft vena atau protesis.
Spasme arteri yang persisten lebih sulit dihilangkan, jika aplikasi
local pada papaverin hangat tidak mengurangi spasme, maka bagian
yang mengalami konstriksi dapat didilatasi dengan injeksi intra-
arterila NaCl fisiologis dan proksimal. Sebagai pertolongan,
pemotongan dan pengikatan ujung arteri dan kolateralnya akan
memulihkan sirkulasi distal terutama pada anak-anak.
Setelah pengobatan sirkulasi vaskuler, maka perlu dilakukan fiksasi
interna pada fraktur untuk mencegah pergerakan pada daerah arteri
yang mengalami trauma.
Sequele dari komplikasi arteri
Ganggren
Iskemia total yang persisten pada bagian distal suatu lesi arteri
dapat menyebabkan nekrosis jaringan termasuk kulit (ganggren).
Jaringan yang mengalami iskemik akan menjadi mumi dan kulit
berwarna hitam. Kompliasi ini bersifat irreversible dan
memerlukan tindakan amputasi di atas jaringan yang masih
hidup.
Kontraktur iskemik Volkmann
Oklusi persisten arteri yang letaknya lebih dalam selama 6 jam
atau lebih menyebabkan iskemia dan akhirnya nekrosis otot dan
saraf. Otot yang nekrosis digantikan oleh jaringan parut fibrosa
yang menyebabkan pemendekan otot (kontraktur). Reseksi otot
dan saraf yang mengalami iskemik Volkmann bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontraktur. Yang terpenting pada iskemik
Volkmann adalah pencegahan dan apabila terjadi harus ditangani
sejak awal, sehingga kelainan dapat dipulihkan.
Claudicatio intermitten
Pada ganggren atau kontraktur iskemik Volkmann bahkan pada
lesi arteri yang tidak begitu luas, bila tidak ditangani dengan baik
maka dapat terjadi sequele berupa iskemia yang relative
persisten termasuk nyeri, yang terlihat bila ada aktifitas otot dan
pulih dengan istirahat (claudicatio intermitten). Sebagai
tambahan dapat terjadi kelemahan otot yang persisten, kekuatan
dan rasa dingin pada anggota gerak.
Gas Ganggren
Gas ganggren merupakan komplikasi yang serius tapi kelainan
ini disebabkan oleh bakteri anaerob (Clostridium welchii) yang
menghasilkan gas dan edema yang bersifat progresif pada
jaringan.darah segera membeku akibat gas ganggren.
Setelah fase inkubasi 24-48 jam pemderita merasa nyeri local
dan merasa sangant sakit. Ditemukan bau khas berupa bau busuk
yang dihasilkan oleh gas ganggren. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan krepitasi pada jaringan lunak yang menunjukkan
adanya gas yang \dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis.
Luka harus segera dibuka dan dilakukan debridement. Penderita
diberi antibiotic sistemik, biasanya golongan penisislin dan
tetrasiklin. Dapat pula diberikan oksigen hiperbarik selama 2-4
periode yang biasanya memberikan hasil yang baik.

2. Komplikasi vena
Trauma pada vena besar dibagi atas total dan tidak total yang disebabkan
oleh trauma dari luar akibat pergeseran fragmen fraktur atau dari luar
penetrasi benda asing dari luar. Trauma pada vena besar dapat diperbaiki
dengan cara operasi untuk mencegah terjadinya sequel akibat terjadinya
kongesti vena distal yang permanen.

Thrombosis vena dan emboli paru
Vena pada anggota gerak bawah dan panggul lebih peka daripada
anggota gerak atas terhadap thrombosis akibat fraktur. Vena orang
dewasa lebih peka daripada anak-anak. Factor utama terjadinya
percepatan thrombosis adalah adanya vena yang stasis oleh karena
penekanan vena local pada posisi baring atau akibat balutan plaster of
Paris yang terlalu kuat.
Vena yang stasis diperburuk oleh otot yang tidak aktif yang dalam
keadaan normal mempunyai pompa balik. Setelah suatu fraktur, vena
mengalami flebotrombosis yang berbeda dengan thrombosis akibat
inflamasi (flebo-flebitis). Thrombus yang tidak melekat erat pada
dinding vena akan terlepas, masuk ke paru-paru menyebabkan terjadinya
emboli paru. Kira-kira separuh emboli paru berasal dari thrombosis yang
tidak terdeteksi (silent thrombosis).
Diagnosis
Bila terjadi thrombosis pada vena betis, keluhan berupa nyeri local pada
garis tengah posterior betis disertai pembengkakan bagian distal akibat
adanya kongesti. Dorsofleksi pasif pada pergelangan kaki akan
memberikan rasa nyeri yang lebih hebat (tanda Homan). Bila thrombosis
terjadi lebih tinggi maka seluruh anggota gerak bawah membangkak.
Venogram dapat membantu menentukan letak thrombosis.
Komplikasi emboli paru bermacam-macam.
B. Komplikasi awal
C. Komplikasi lanjut

Komplikasi menurut waktu disesuaikan dengan lokalisasi
A. Komplikasi segera / komplikasi lokal
1. Komplikasi pada kulit trauma pada kulit
- Dari luar : aberasi, laserasi, luka tusuk, luka tembus peluru, avulsi, kehilangan kulit,
- Dari dalam : penetrasi kulit oleh fragmen fraktur
2. Komplikasi vaskuler
- Trauma pada arteri besar, terputus, kontusi, dan spasme arteri
- Trauma pada vena besar, terputus, kontus
o Eksterna : keluar ke permukaan tubuh
o Interna :
Ke dalam jaringan lunak seperti hematoma
Ke dalam rongga intracranial, hemotoraks, hemoperitoneal,
hemarthrosis
3. Komplikasi neurologis
- Otak
- Sumsum tulang belakang
- Saraf perifer
4. Komplikasi pada otot biasanya bersifat tidak total
5. Komplikasi pada organ
- Toraks, jantung, dan pembuluh darah besar, trakea, bronkus dan paru-paru
- Intra-abdominal, saluran pencernaan, hati, limpa, dan saluran kemih.
Komplikasi diluar fraktur pada organ lain
- Trauma multiple : trauma pada alat lain tubuh yang tidak berhubungan dengan fraktur
- Syok hemoragik
B. Komplikasi awal
Komplikasi lokal
1. Komplikasi sisa dari komplikasi yang segera terjadi berupa nekrosis kulit, gangren,
iskemik Volkmann, gas gangren, thrombosis vena serta komplikasi pada alat-alat lain

2. Komplikasi pada sendi
- Infeksi (arthritis septik) oleh karena trauma terbuka
3. Komplikasi pada tulang
- Infeksi (osteomielitis) pada daerah fraktur karena adanya trauma terbuka
- Nekrosis avaskuler tulang biasanya mengenai satu fragmen
Komplikasi di luar pada organ lain
- Emboli lemak
- Emboli paru
- Pneumonia
- Tetanus
- Delirium tremens
C. Komplikasi lanjut
Komplikasi lokal
1. Komplikasi pada sendi
- Kekakuan sendi yang menetap
- Penyakit degeneratif sendi pasca trauma
2. Komplikasi pada tulang
- Penyembuhan fraktur yang abnormal, malunion, delayed union, dan nonunion
- Gangguan pertumbuhan oleh karena adanya trauma pada lempeng epifisis
- Infeksi yang menetap (osteomielitis kronik)
- Osteoporosis pasca trauma
- Atrofi Sudeck
- Refraktur
3. Komplikasi pada otot
- Miositis osifikans pasca trauma
- Ruptur tendo lanjut
4. Komplikasi saraf
- Tardy nerve palsy

Komplikasi pada organ lain
1. Batu ginjal
2. Neurosis akibat kecelakaan

You might also like