You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP CA LARING

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN
CA LARING







Disusun oleh:

Lutfy Nooraini

4.0.11.1060


PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN (UNSIQ)
JATENG DI WONOSOBO
2012

KATA PENGANTAR


Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas KMB I, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak
akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin
Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang turut
serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada bantuan dari
teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar
menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.


Penulis,








BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor ganas laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran, diluar
negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT.
Tumor Ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 5 :
1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun.
Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan
erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi
leher dan asbestosis. Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal
ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan pada
stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil
pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.
Maka dari itu, kami mengangkat makalah yang berjudul Tumor Laring, sekiranya dapat dijadikan
sebagai acuan dasar untuk mengenali konsep tumor laring, hingga kelak yang menderita tumor
tersebut dapat memproleh terapi pengobatan lebih awal.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan Tumor Laring serta Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Tumor Laring.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Tumor Laring?
b. Untuk mengetahui Etiologi dari Tumor Laring?
c. Untuk mengetahui patofisiologi Tumor Laring?
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tumor Laring?
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tumor Laring?
f. Untuk mengetahui terapi / penatalaksanaan dari Tumor Laring?
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor Laring?



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea Fungsi utama
laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati, tumbuh dan
tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. (Brunner
and Suddarth, 2001 )
Kanker laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di
tenggorokan. (Erfansah . 2010)
Kanker laring merupakan tumor ganas ketiga menurut jumlah tumor ganas di bidang THT dan lebih
banyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang tersering adalah jenis karsinoma sel skuamosa
(Kepacitan. 2010)

B. Anatomi dan Fisiologi Laring
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan antara faring dan
trakea. Laring juga sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
a. Epiglotis
Daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
b. Glotis
Ostium antara pita suara dalam laring
c. Kartilago tiroid
Kartilago terbesar pada trakea, sebagian darai kartilago ini membentuk jakun ( Adam s Apple).
d. Kartilago krikoid
Satu satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring( terletak di bawah kartilago tiroid).
e. Kartilago aritenoid
Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilagotiroid
f. Pita Suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyisuara , pita suara melekat pada
lumen laring.

C. Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang
berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi
udara,dan radiasi leher. Ada peningkatan resiko terjadinya tumor ganas laring pada pekerja-pekerja
yang terpapar dengan debu kayu.

D. Patifisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang
laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu,
kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para
ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama
neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara
(intrinsik) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi
metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum
terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga
mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita
suara masih dapat digerakan

E. Pathway
Faktor predisposisi
(alkohol, rokok, radiasi)

Proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Ca. Laring

Metastase Plica vocalis Menekan/
mengiritasi serabut
Obstruksi jalan

supraglotik

Obstruksi lumen
oesophagus

Disfagia progresif

Intake kurang

BB turun

Gangg. Pemenuhan
nutrisi


Suara parau

Afonia

Gangg. Komunikasi
verbal
syaraf

Nyeri dipersepsikan

Gangg. Rasa nyaman
: nyeri

napas

Mengiritasi sel laring

Infeksi

Akumulasi sekret

Bersihan jalan napas
tak efektif

F. Manisfestasi klinis
1. Serak
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah glotis
karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara. Suara mungkin terdengar parau dan
puncak suara rendah.
2. Dispneu dan stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap
tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massatumor, penumpukkan
kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat
dua gejala tersebut. Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis kurang baik.
3. Nyeri tenggorok
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4. Disfagia ( Kesulitan Menelan)
Adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini
merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan
(odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
5. Batuk dan hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring
disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan
supraglotik.
6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan penurunan
berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau metastase lebih jauh.
7. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas
yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
8. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang
menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laringoskopi
Untuk menilai lokasi tumor dan penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
c. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-
epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
d. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah
karsinoma sel skuamosa

H. Penatalaksanaan
Pada kasus Ca laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan laring
(Laringektomi). Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.
Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai keuntungan dapat mempertahankan
suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih jika
sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan
untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah
digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh
sempurna dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang normal. Fiksasi pita suara
menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah
supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis
yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher,
pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher. Dalam hal ini masuk
stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik. Pada penderita ini kemungkinan
sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi parsial.
Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di
lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan
parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal.
Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat
sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan
suara pasien akan parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal.
Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan
trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko
aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
4. Laringektomi total.
Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring,
tulang krikoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan
kehilangan suara dan sebuah lubang (stoma) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada
bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara
pencernaan. Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini. Hal ini
meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena
jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar
parotis (Sawyer, 1990). Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara.
Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara
menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita
berbicara dengan menggunakan organ laring. Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu
bantuan seorang binawicara




























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CA. LARING
A. Pengkajian
a. Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker. Kuatir bila
pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
b. Makanan atau Cairan
Gejala :Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak,
luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag
reflek.
c. Higiene
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
d. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau
kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan
membran mukosa.
e. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga, nyeri wajah
(tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar dengan pembengkakan (kususnya
dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri
biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher,
dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan).
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
f. Pernafasan
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia
toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk dengan atau tanpa
sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
g. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.Perubahan
penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.
h. Interaksi Sosial
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan menolak
orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh
glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara)
dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
c. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan, adanya selang nasogastrik
atau orogastrik.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan
makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan
bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara, perubahan anatomi wajah dan leher.

C. Intervensi
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau
seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi
banyak dan kental.
Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis, frekuensi napas
normal.
INTERVENSI RASIONAL
a. Awasi frekuensi atau kedalaman
pernapasan. Auskultasi bunyi napas.
Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis.
b. Tinggikan kepala 30-45 derajat
c. Dorong menelan bila pasien mampu.

a. Perubahan pada pernapasan, adanya
ronkhi,mengi,diduga adanya retensi
sekret.
b. Memudahkan drainase sekret, kerja
pernapasan dan ekspansi paru.
c. Mencegah pengumpulan sekret oral
menurunkan resiko aspirasi.
d. Berikan humidifikasi tambahan,
contoh tekanan udara atau oksigen dan
peningkatan masukan cairan.


e. Awasi seri GDA atau nadi oksimetri,
foto dada.

d. Fisiologi normal ( hidung) berarti
menyaring atau melembabkan udara yang
lewat.Tambahan kelembaban menurunkan
mengerasnya mukosa dan memudahkan
batuk atau penghisapan sekret melalui
stoma.
e. Pengumpulan sekret atau adanya
ateletaksis dapat menimbulkan
pneumonia yang memerlukan tindakan
terapi lebih agresif.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Tujuan : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat
setelah sembuh
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji atau diskusikan praoperasi
mengapa bicara dan bernapas
terganggu,gunakan gambaran anatomik
atau model untuk membantu penjelasan.
b. Tentukan apakah pasien mempunyai
gangguan komunikasi lain seperti
pendengaran dan penglihatan
c. Berikan pilihan cara komunikasi yang
tepat bagi kebutuhan pasien misalnya
papan dan pensil, papan alfabet atau
gambar, dan bahasa isyarat.

d. Konsul dengan anggota tim
kesehatan yang tepat atau terapis atau
agen rehabilitasi (contoh patologis wicara,
pelayanan sosial, kelompok laringektomi)
selama rehabilitasi dasar dirumah sakit
sesuai sumber komunikasi (bila ada).
a. Untuk mengurangi rasa takut pada
klien.


b. Adanya masalah lain mempengaruhi
rencana untuk pilihan komunikasi.
c. Memungkingkan pasien untuk
menyatakan kebutuhan atau masalah.


d. Kemampuan untuk menggunakan
pilihan suara dan metode bicara (contoh
bicara esofageal) sangat bervariasi,
tergantung pada luasnya prosedur
pembedahan, usia pasien, dan motivasi
untuk kembali ke hidup aktif. Waktu
rehabilitasi memerlukan waktu panjang
dan memerlukan sumber dukungan untuk
proses belajar.

Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya selang
nasogastrik atau orogastrik.
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria
INTERVENSI RASIONAL
a. Sokong kepala dan leher dengan
bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana
menyokong leher selama aktivitas.

b. Dorong pasien untuk mengeluarkan
saliva atau penghisap mulut dengan hati-
hati bila tidak mampu menelan
c. Catat indikator non verbal dan
respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi
efek analgesik.
d. Kolaborasi dengan pemberian
analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon
sesuai indikasi.
a. Kelemahan otot diakibatkan oleh
reseksi otot dan saraf pada struktur leher
dan atau bahu. Kurang sokongan
meningkatkan ketidaknyamanan dan
mengakibatkan cedera pada area jahitan.
b. Menelan menyebabkan aktivitas otot
yang dapat menimbulkan nyeri karena
edema atau regangan jahitan.
c. Alat menentukan adanya nyeri dan
keefektifan obat

d. Derajat nyeri sehubungan dengan
luas dan dampak psikologi pembedahan
sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan
dapat menurunkan atau menghilangkan
nyeri.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis
masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik
keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi
atau kemoterapi.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai
waktunya
INTERVENSI RASIONAL
a. Auskultasi bunyi usus

b. Pertahankan selang makan, contoh
periksa letak selang : dengan
mendorongkan air hangat sesuai indikasi


c. Ajarkan pasien atau orang terdekat
teknik makan sendiri, contoh ujung spuit,
kantong dan metode corong,
menghancurkan makanan bila pasien akan
pulang dengan selang makanan. Yakinkan
pasien dan orang terdekat mampu
melakukan prosedur ini sebelum pulang
dan bahwa makanan tepat dan alat
tersedia di rumah
d. Berikan diet nutrisi seimbang
(misalnya semikental atau makanan halus)
atau makanan selang (contoh makanan
dihancurkan atau sediaan yang dijual)
sesuai indikasi.
a. Makan dimulai hanya setelah bunyi
usus membaik setelah operasi.
b. Selang dimasukan pada pembedahan
dan biasanya dijahit. Awalnya selang
digabungkan dengan penghisap untuk
menurunkan mual dan muntah. Dorongan
air untuk mempertahankan kepatenan
selang.

c. Membantu meningkatkan
keberhasilan nutrisi dan mempertahankan
martabat orang dewasa yang saat ini
terpaksa tergantung pada orang lain untuk
kebutuhan sangat mendasar pada
penyediaan makanan.


d. Macam-macam jenis makanan dapat
dibuat untuk tambahan atau batasan
faktor tertentu, seperti lemak dan gula
atau memberikan makanan yang
disediakan pasien

Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara, perubahan anatomi wajah
dan leher
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri
sendiri
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti
dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang
lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah
terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi
dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi
INTERVENSI RASIONAL
a. Diskusikan arti kehilangan atau
perubahan dengan pasien, identifikasi
a. Alat dalam mengidentifikasi atau
mengartikan masalah untuk memfokuskan
persepsi situasi atau harapan yang akan
dating
b. Catat bahasa tubuh non verbal,
perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri
c. Catat reaksi emosi, contoh
kehilangan, depresi, marah


d. Kolaboratif dengan merujuk pasien
atau orang terdekat ke sumber
pendukung, contoh ahli terapi psikologis,
pekerja sosial, konseling keluarga.
perhatian dan intervensi secara konstruktif
b. Dapat menunjukkan depresi atau
keputusasaan, kebutuhan untuk
pengkajian lanjut atau intervensi lebih
intensif
c. Pasien dapat mengalami depresi
cepat setelah pembedahan atau reaksi
syok dan menyangkal. Penerimaan
perubahan tidak dapat dipaksakan dan
proses kehilangan membutuhkan waktu
untuk membaik
d. Pendekatan menyeluruh diperlukan
untuk membantu pasien menghadapi
rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga
memerlukan bantuan dalam pemahaman
proses yang pasien lalui dan membantu
mereka dalam emosi mereka. Tujuannya
adalah memampukan mereka untuk
melawan kecendrungan untuk menolak
dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.

D. Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan jalan napas tetap terbuka
2. Klien dapat berkomunikasi dengan efektif
3. Nyeri klien berkurang
4. Kebutuhan nutrisi klien tercukupi
5. Kepercayaan diri klien meningkat
























BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ca laring merupakan keganasan yang sering dijumpai di bidang THT. Hal-hal yang saling
mempengaruhi kesembuhan penyakit ini antara lain kecepatan dan ketepatan diagnosa, penentuan
stadium tumor, fasilitas dan sarana yang ada, kondisi pasien serta pilihan pengobatan yang
diberikan.

B. Saran
1. Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan
diatas, sehingga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan tambahan.
2. Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses penyusunan
maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan pembuatan
makalah kedepannya.



















DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Erfansah . (2010). Asuhan Keperawatan Kanker
Laring.http://erfansyah.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-kanker-laring.html.
Kepacitan. 2010. Askep Kanker Laring. http://kepacitan.wordpress.com/2010/12/15/askep-kanker-
laring/.

You might also like