Prof. Dr. Jusak Nugraha, dr., MS., Sp.PK(K)
Congratulations
Professor
http://www.national-hospital.com/id/profil-dokter/prof-dr-dr-jusak-nugraha-ms-sppk-k-
National Hospital patut berbangga dengan pengukuhan salah
satu Dokter Spesialis Patologi Kliniknya. Dr Jusak Nugraha yang
bertanggung jawab di bagian Laboratorium pada 18 Januari
2014 lalu dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Patologi Klinik
yang ke 414, bersama dengan tiga Guru Besar lainnya di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Dalam orasi pengukuhannya, Profesor yang
masih setia dengan hobinya bermain piano ini
meneliti tentang “Vaksin Terapeutik sebagai
upaya generasi baru untuk eliminasi Tuberkulosis”.
Ketertarikannya terhadap bidang tersebut salah
satunya karena kekhawatirannya melihat Indonesia
menjadi negara dengan peringkat kelima di dunia
dengan kasus Tuberkulosis terbanyak.
Saat ini, vaksin Tuberkulosis yang beredar di
masyarakat adalah BCG (Bacillus Calmette Guérin)
yang merupakan strain hidup dari Mycobacterium
Bovis yang dilemahkan. Dalam aplikasinya, ternyata
sistem kekebalan tubuh yang dihasilkan oleh vaksin ini
kurang sempurna karena kuman Tuberkulosis mampu
berevolusi mengikuti perkembangan hidup manusia.
Bahkan kuman ini dapat hidup berdampingan
bersama carrier-nya, bersembunyi di dalam sel
makrofag dan menetap secara laten di dalam tubuh
tanpa disadari oleh carrier active.
Professor Jusak Nugraha yang juga menjabat
sebagai ketua Konsorsium Riset Vaksin Tuberkulosis
dalam penelitiannya mencoba membuat vaksin
terapeutik Tuberculosis yang mampu bekerja
hingga memusnahkan kuman Tuberkulosis yang
tersembunyi sekalipun.
Vaksin ini nantinya tidak akan berdiri sendiri
namun diberikan sebagai tambahan pada obat Anti
Tuberkulosis yang dikonsumsi penderita. Diharapkan
pemberian vaksin tambahan tersebut mampu
memperpendek durasi terapi pengobatan terhadap
pasien yang selama ini memakan waktu berbulanbulan
bahkan bertahun-tahun.
Vaksin baru ini bekerja dengan membangkitkan
respon imun penderita untuk menyerang kuman
Tuberkulosis yang tersembunyi dalam makrofag dan
granuloma. Dengan kata lain vaksin ini berfungsi
untuk membangkitkan daya tahan tubuh si penderita
dengan sangat cepat dan langsung mematikan
kuman itu sendiri, sehingga tidak memberikan
kesempatan pada kuman untuk beradaptasi dengan
kondisi carrier yang telah memiliki tingkat imun sangat
tinggi terhadap kuman Tuberkulosis.
Carrier active Tuberkulosis biasanya tidak akan
terlihat sakit, namun tetap saja mereka yang berada
di sekitarnya harus mewaspadai penyebaran
penyakit ini yang mudah sekali berterbangan di
udara (airborne) hanya dengan batuk-batuk ringan
saja. Pada ruang tertutup, seperti ruangan ber-AC,
kuman Tuberkulosis mampu bertahan melayang di
udara selama 24 jam sebelum mendapatkan carrier
barunya. Ternyata bila kuman ini beredar di udara
penangkalnya sangat mudah, biarkan ruangan
terbuka dan terjadi pergantian dengan udara baru
yang disertai dengan cahaya matahari. Karena
kuman ini akan mati bila terkena sinar matahari.
Di Indonesia, Tuberkulosis kebanyakan
menyerang paru-paru karena kuman ini lebih suka
di daerah banyak oksigen. Opsi sarang berikutnya
adalah kelenjar di daerah leher, dan tulang di bagian
tubuh manapun.
Pemicu kuman ini adalah kondisi imun yang
turun drastis. Gejala awal biasanya ditandai
dengan batuk yang tidak kunjung sembuh
walaupun telah diobati lebih dari dua minggu, diiringi dengan panas badan yang tidak mau
turun, dan juga badan yang semakin hari terlihat
semakin kurus. Hal ini karena tubuh berusaha
untuk mengeliminasi kuman tersebut sehingga
makanan yang ada dalam tubuh dipakai semua
untuk membunuh kuman. Akibatnya, nafsu makan
penderita Tuberkulosis cenderung berkurang.
Berbicara mengenai vaksin terapeutik Tuberkulosis
yang tengah dikembangkannya, Profesor yang sempat
menempuh pendidikan diploma dari Australia dan
Royal School of Music, Inggris ini menargetkan vak
Original Title
Prof Dr Jusak Nugraha Dr MS SpPK-K - National Hospital - Copy
Prof. Dr. Jusak Nugraha, dr., MS., Sp.PK(K)
Congratulations
Professor
http://www.national-hospital.com/id/profil-dokter/prof-dr-dr-jusak-nugraha-ms-sppk-k-
National Hospital patut berbangga dengan pengukuhan salah
satu Dokter Spesialis Patologi Kliniknya. Dr Jusak Nugraha yang
bertanggung jawab di bagian Laboratorium pada 18 Januari
2014 lalu dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Patologi Klinik
yang ke 414, bersama dengan tiga Guru Besar lainnya di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Dalam orasi pengukuhannya, Profesor yang
masih setia dengan hobinya bermain piano ini
meneliti tentang “Vaksin Terapeutik sebagai
upaya generasi baru untuk eliminasi Tuberkulosis”.
Ketertarikannya terhadap bidang tersebut salah
satunya karena kekhawatirannya melihat Indonesia
menjadi negara dengan peringkat kelima di dunia
dengan kasus Tuberkulosis terbanyak.
Saat ini, vaksin Tuberkulosis yang beredar di
masyarakat adalah BCG (Bacillus Calmette Guérin)
yang merupakan strain hidup dari Mycobacterium
Bovis yang dilemahkan. Dalam aplikasinya, ternyata
sistem kekebalan tubuh yang dihasilkan oleh vaksin ini
kurang sempurna karena kuman Tuberkulosis mampu
berevolusi mengikuti perkembangan hidup manusia.
Bahkan kuman ini dapat hidup berdampingan
bersama carrier-nya, bersembunyi di dalam sel
makrofag dan menetap secara laten di dalam tubuh
tanpa disadari oleh carrier active.
Professor Jusak Nugraha yang juga menjabat
sebagai ketua Konsorsium Riset Vaksin Tuberkulosis
dalam penelitiannya mencoba membuat vaksin
terapeutik Tuberculosis yang mampu bekerja
hingga memusnahkan kuman Tuberkulosis yang
tersembunyi sekalipun.
Vaksin ini nantinya tidak akan berdiri sendiri
namun diberikan sebagai tambahan pada obat Anti
Tuberkulosis yang dikonsumsi penderita. Diharapkan
pemberian vaksin tambahan tersebut mampu
memperpendek durasi terapi pengobatan terhadap
pasien yang selama ini memakan waktu berbulanbulan
bahkan bertahun-tahun.
Vaksin baru ini bekerja dengan membangkitkan
respon imun penderita untuk menyerang kuman
Tuberkulosis yang tersembunyi dalam makrofag dan
granuloma. Dengan kata lain vaksin ini berfungsi
untuk membangkitkan daya tahan tubuh si penderita
dengan sangat cepat dan langsung mematikan
kuman itu sendiri, sehingga tidak memberikan
kesempatan pada kuman untuk beradaptasi dengan
kondisi carrier yang telah memiliki tingkat imun sangat
tinggi terhadap kuman Tuberkulosis.
Carrier active Tuberkulosis biasanya tidak akan
terlihat sakit, namun tetap saja mereka yang berada
di sekitarnya harus mewaspadai penyebaran
penyakit ini yang mudah sekali berterbangan di
udara (airborne) hanya dengan batuk-batuk ringan
saja. Pada ruang tertutup, seperti ruangan ber-AC,
kuman Tuberkulosis mampu bertahan melayang di
udara selama 24 jam sebelum mendapatkan carrier
barunya. Ternyata bila kuman ini beredar di udara
penangkalnya sangat mudah, biarkan ruangan
terbuka dan terjadi pergantian dengan udara baru
yang disertai dengan cahaya matahari. Karena
kuman ini akan mati bila terkena sinar matahari.
Di Indonesia, Tuberkulosis kebanyakan
menyerang paru-paru karena kuman ini lebih suka
di daerah banyak oksigen. Opsi sarang berikutnya
adalah kelenjar di daerah leher, dan tulang di bagian
tubuh manapun.
Pemicu kuman ini adalah kondisi imun yang
turun drastis. Gejala awal biasanya ditandai
dengan batuk yang tidak kunjung sembuh
walaupun telah diobati lebih dari dua minggu, diiringi dengan panas badan yang tidak mau
turun, dan juga badan yang semakin hari terlihat
semakin kurus. Hal ini karena tubuh berusaha
untuk mengeliminasi kuman tersebut sehingga
makanan yang ada dalam tubuh dipakai semua
untuk membunuh kuman. Akibatnya, nafsu makan
penderita Tuberkulosis cenderung berkurang.
Berbicara mengenai vaksin terapeutik Tuberkulosis
yang tengah dikembangkannya, Profesor yang sempat
menempuh pendidikan diploma dari Australia dan
Royal School of Music, Inggris ini menargetkan vak
Prof. Dr. Jusak Nugraha, dr., MS., Sp.PK(K)
Congratulations
Professor
http://www.national-hospital.com/id/profil-dokter/prof-dr-dr-jusak-nugraha-ms-sppk-k-
National Hospital patut berbangga dengan pengukuhan salah
satu Dokter Spesialis Patologi Kliniknya. Dr Jusak Nugraha yang
bertanggung jawab di bagian Laboratorium pada 18 Januari
2014 lalu dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Patologi Klinik
yang ke 414, bersama dengan tiga Guru Besar lainnya di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Dalam orasi pengukuhannya, Profesor yang
masih setia dengan hobinya bermain piano ini
meneliti tentang “Vaksin Terapeutik sebagai
upaya generasi baru untuk eliminasi Tuberkulosis”.
Ketertarikannya terhadap bidang tersebut salah
satunya karena kekhawatirannya melihat Indonesia
menjadi negara dengan peringkat kelima di dunia
dengan kasus Tuberkulosis terbanyak.
Saat ini, vaksin Tuberkulosis yang beredar di
masyarakat adalah BCG (Bacillus Calmette Guérin)
yang merupakan strain hidup dari Mycobacterium
Bovis yang dilemahkan. Dalam aplikasinya, ternyata
sistem kekebalan tubuh yang dihasilkan oleh vaksin ini
kurang sempurna karena kuman Tuberkulosis mampu
berevolusi mengikuti perkembangan hidup manusia.
Bahkan kuman ini dapat hidup berdampingan
bersama carrier-nya, bersembunyi di dalam sel
makrofag dan menetap secara laten di dalam tubuh
tanpa disadari oleh carrier active.
Professor Jusak Nugraha yang juga menjabat
sebagai ketua Konsorsium Riset Vaksin Tuberkulosis
dalam penelitiannya mencoba membuat vaksin
terapeutik Tuberculosis yang mampu bekerja
hingga memusnahkan kuman Tuberkulosis yang
tersembunyi sekalipun.
Vaksin ini nantinya tidak akan berdiri sendiri
namun diberikan sebagai tambahan pada obat Anti
Tuberkulosis yang dikonsumsi penderita. Diharapkan
pemberian vaksin tambahan tersebut mampu
memperpendek durasi terapi pengobatan terhadap
pasien yang selama ini memakan waktu berbulanbulan
bahkan bertahun-tahun.
Vaksin baru ini bekerja dengan membangkitkan
respon imun penderita untuk menyerang kuman
Tuberkulosis yang tersembunyi dalam makrofag dan
granuloma. Dengan kata lain vaksin ini berfungsi
untuk membangkitkan daya tahan tubuh si penderita
dengan sangat cepat dan langsung mematikan
kuman itu sendiri, sehingga tidak memberikan
kesempatan pada kuman untuk beradaptasi dengan
kondisi carrier yang telah memiliki tingkat imun sangat
tinggi terhadap kuman Tuberkulosis.
Carrier active Tuberkulosis biasanya tidak akan
terlihat sakit, namun tetap saja mereka yang berada
di sekitarnya harus mewaspadai penyebaran
penyakit ini yang mudah sekali berterbangan di
udara (airborne) hanya dengan batuk-batuk ringan
saja. Pada ruang tertutup, seperti ruangan ber-AC,
kuman Tuberkulosis mampu bertahan melayang di
udara selama 24 jam sebelum mendapatkan carrier
barunya. Ternyata bila kuman ini beredar di udara
penangkalnya sangat mudah, biarkan ruangan
terbuka dan terjadi pergantian dengan udara baru
yang disertai dengan cahaya matahari. Karena
kuman ini akan mati bila terkena sinar matahari.
Di Indonesia, Tuberkulosis kebanyakan
menyerang paru-paru karena kuman ini lebih suka
di daerah banyak oksigen. Opsi sarang berikutnya
adalah kelenjar di daerah leher, dan tulang di bagian
tubuh manapun.
Pemicu kuman ini adalah kondisi imun yang
turun drastis. Gejala awal biasanya ditandai
dengan batuk yang tidak kunjung sembuh
walaupun telah diobati lebih dari dua minggu, diiringi dengan panas badan yang tidak mau
turun, dan juga badan yang semakin hari terlihat
semakin kurus. Hal ini karena tubuh berusaha
untuk mengeliminasi kuman tersebut sehingga
makanan yang ada dalam tubuh dipakai semua
untuk membunuh kuman. Akibatnya, nafsu makan
penderita Tuberkulosis cenderung berkurang.
Berbicara mengenai vaksin terapeutik Tuberkulosis
yang tengah dikembangkannya, Profesor yang sempat
menempuh pendidikan diploma dari Australia dan
Royal School of Music, Inggris ini menargetkan vak