Dokumen tersebut membahas pengelolaan wilayah pesisir dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Wilayah pesisir merupakan kawasan yang strategis namun rentan terhadap kerusakan lingkungan dan konflik kepentingan. Pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia mengacu pada otonomi daerah dan perlunya partisipasi masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan untuk menjaga sumber daya alam wilayah
Dokumen tersebut membahas pengelolaan wilayah pesisir dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Wilayah pesisir merupakan kawasan yang strategis namun rentan terhadap kerusakan lingkungan dan konflik kepentingan. Pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia mengacu pada otonomi daerah dan perlunya partisipasi masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan untuk menjaga sumber daya alam wilayah
Dokumen tersebut membahas pengelolaan wilayah pesisir dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Wilayah pesisir merupakan kawasan yang strategis namun rentan terhadap kerusakan lingkungan dan konflik kepentingan. Pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia mengacu pada otonomi daerah dan perlunya partisipasi masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan untuk menjaga sumber daya alam wilayah
Abstract The coastal area is a very strategic area for its rich resources. However, coastal areas are also vulnerable to damage and the occurrence of conflict of interest due to many different sectors. It required a strategic step in management coastal areas. This paper will explain the implementation of coastal zone management within the framework of sustainable development. In Indonesia coastal zone management should pay attention to the regional authority. Government as the authority has the responsibility in management of coastal areas, but in practice this management must be supported by community participation.This coastal zone management involves planning, utilization, monitoring, and controlling process. One of the efforts made in order to preserve the coastal region is conservation. This Conservation of coastal areas include sustainable use, protection and preservation of coastal areas. Keywords: pesisir, pembangunan berkelanjutan, otonomi daerah, konservasi
PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu Negara kepulauan terbesar di dunia, sebagaimana dengan diberlakukannya Konvensi Hukum Laut Internasional (The Law of The Sea Convention) pada tahun 1994, memiliki jumlah pulau mencapai 17.506. Dengan total garis pantai diperkirakan sepanjang 81.000 km, yang menempatkan Indonesia sebagai Negara dengan garis pantai terpanjang ke-2 setelah Kanada. Dengan luasnya wilayah kepulauan Indonesia ini tidak heran jika Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa di wilayah laut dan pesisir. Berdasarkan pendekatan ekologis, wilayah pesisir (coastal zone) mencakup semua wilayah yang merupakan kawasan pertemuan antara daratan dan lautan. Ke arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang berkaitan dengan laut atau sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Ke arah laut, kawasan pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Sebagai pertemuan dua ekosistem, wilayah pesisir memiliki beberapa karakteristik (Pratikno, 2005), yaitu : 1. Daerah pertemuan antara berbagai aspek kehidupan di darat, laut dan udara, sehingga bentuk wilayah pesisir merupakan keseimbangan dinamis dari proses pelapukan (weathering) dan pembangunan ketiga aspek di atas; 2. Berfungsi sebagai habitat dari berbagai jenis ikan, mamalia laut, dan unggas untuk tempat pembesaran, pemijahan, dan mencari makan; 3. Daerahnya sempit, tetapi memiliki tingkat kesuburan yang tinggi dan sumber zat organic penting dalam rantai makanan dan kehidupan darat dan laut; 4. Memiliki gradien perubahan sifat ekologi yang tajam dan pada kawasan yang sempit akan dijumpai kondisi ekologi yang berlainan; 5. Tempat bertemunya berbagai kepentingan pembangunan baik pembangunan sektoral maupun regional serta mempunyai dimensi internasional. Wilayah pesisir merupakan kawasan yang sangat strategis. Wilayah pesisir memiliki ekosistem yang sangat beragam. Wilayah pesisir juga menyediakan jasa-jasa lingkungan serta sumber daya hayati maupun non hayati yang melimpah. Selain itu wilayah pesisir merupakan wilayah yang amat penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hampir 60% dari total penduduk Indonesia tinggal dan beraktivitas di kawasan laut dan pesisir (Dahuri, 1995). Lebih dari 14 juta penduduk atau sekitar 7,5 % dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan yang ada di kawasan ini
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Sekitar 26 % dari total Produk Domestik Bruto (Gross National Product) Indonesia disumbangkan dari kegiatan dan sumber daya laut dan pesisir. Wilayah laut dan pesisir yang strategis ini menjadi penting dalam pelaksanaan pembangunan, terlebih dengan semakin berkurangnya sumber daya yang ada di daratan. Dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah pesisir harus memperhatikan keberlanjutan dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat dari konsep pembangunan berkelanjutan yang sudah banyak menjadi perhatian masyarakat dunia. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) secara teknis digambarkan sebagai suatu paradigma pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan suatu daerah atau unit ruang (desa, kampung, daerah, provinsi, negara, zone pantai, atau dunia) untuk sebesar-besar keuntungan manusia dengan melihat tingkat laju pemanfaatannya tidak melebihi daya dukung wilayah dalam menyediakan sumberdaya dan jasa tersebut. Pembangunan berkelanjutan ini dilaksanakan agar terjadi keseimbangan pada setiap aspek, meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam keterkaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, di wilayah pesisir terjadi abrasi dan akresi pantai, eksploitasi sumberdaya marine yang berlebih-lebihan, konversi lahan mangrove menjadi tambak, depresi air tawar tanah, dan tidak berkelanjutannya praktek pengelolaan lahan di daerah hulu DAS yang menyebabkan degradasi lingkungan di kawasan pesisir. Selain hal-hal tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kawasan pesisir sebagai kawasan potensial untuk berbagai kegiatan juga sangat rentan terhadap berbagai konflik kepentingan antar sektor, misalnya perikanan, pariwisata, industri, dll. Sehingga dalam pengelolaannya dibutuhkan langkah-langkah stategis untuk mengatasi masalah-masalah di wilayah pesisir yang kompleks dengan tidak membahayakan generasi mendatang akan aksesibilitasnya terhadap sumber daya. Dalam jurnal ini penulis ingin memberikan gambaran mengenai pembangunan berkelanjutan yang dianggap sebagai konsep strategis untuk pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia serta pelibatan masyarakat dalam pelaksanaannya. Penulis juga ingin menyampaikan beberapa langkah-langkah strategis yang dapat dilaksanakan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di wilayah pesisir tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengumpulan data untuk penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi literature. Dari hasil pengumpulan sumber-sumber literatur yang diperoleh kemudian dilakukan analisis serta membandingkan keterkaitan dan kesesuaian sumber dengan tema makalah yang telah ditentukan. Dari hasil analisis kemudian dikembangkan sebagai sumber dalam penyusunan makalah secara utuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI INDONESIA Di Indonesia pengelolaan wilayah pesisir diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dalam UU ini disebutkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dengan sumber daya pesisir dan pulau-pulau serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan NKRI. Sedangkan dalam pasal 3 dalam undang-undang yang sama disebutkan keberlanjutan sebagai asas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Hal ini menunjukan bahwa keberlanjutan dalam pengelolaan wilayah pesisir sangat diperhatikan. Selain itu dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya otonomi daerah yang memberikan kewenangan bagi setiap daerah untuk mengurus wilayahnya sendiri. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut. Kewenangan tersebut meliputi : a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut; b. Pengaturan administratif; c. Pengaturan tata ruang; d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh dareah atau yang dilipahkan kewenangannya oleh pemerintah; e. Ikur serta dalam pemeliharaan keamanan, dan f. Ikut serta dalam pertahanan kedaulatan Negara. Pemerintah memiliki kewenangan dalam proses perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dengan tetap melibatkan masyarakat didalamnya. Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk mengelola data dan informasi mengenai wilayah pesisir, serta
pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan wilayah pesisir. Sedangkan untuk hak dalam pengusahaan wilayah pesisir diberikan kepada orang perseorangan warga negara Indonesia, badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia maupun masyarakat adat dengan mempertimbangkan kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, masyarakat adat, dan kepentingan nasional serta hak lintas damai bagi kapal asing. Hal ini jelas menunjukan bahwa peran warga negara Indonesia menjadi penting dalam pengusahaan wilayah pantai dalam rangka pembangunan wilayah pesisir serta pengupayaannya untuk sebesar-besar kesejahteraan masyarakat. Namun dalam pengupayaan ini masih banyak kendala yang ditemui. Rusaknya ekosistem dan habitat pesisir dan laut, termasuk terumbu karang dan mangrove telah mengancam keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya yang ada di wilayah pesisir. Pemerintah sendiri telah meningkatkan konservasi di kawasan laut dan perairan, seperti dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.
Gambar 1. Grafik Luas Kawasan Konservasi Laut dan Perairan Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia Di sisi lain belum disepakatinya penataan ruang di wilayah pesisir menyebabkan terjadinya konflik kepentingan dalam pengelolaan dan penggunaan ruang pesisir dan laut. Konflik pengelolaan ini mengakibatkan turunnya produktivitas sumber daya. Disamping itu potensi sumber daya, jasa lingkungan, dan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia sampai saat ini belum dapat dikelola dan dikembangkan secara maksimal.
PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dalam penetapan kebijakan harus melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir sebagaimana telah diamanatkan dalam undang-undang. Terlibatnya masyarakat ini selain memberikan pengetahuan bagi masyarakat juga diharapkan akan membuat masyarakat lebih peka dan akan cepat mengetahui apabila kebijakan yang diambil tidak sesuai dan berpihak kepada kesejahteraan masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari otonomi daerah, dibutuhkan masyarakat yang mampu mengelola sumber daya dan kekayaan alam secara efektif dan berkesinambungan. Untuk dapat mengembangkan masyarakat agar tercapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan struktural dan pendekatan subyektif. Pendekatan struktural ini dilaksanakan demi tertatanya struktur dan sistem hubungan antar semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Strategi yang dapat dilakukan dalam pendekatan struktural ini antara lain dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengembangan aksesibilitas masyarakat pada sumber daya alam; b. Pengembangan aksesibilitas masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan; c. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap informasi; d. Pengembangan kapasitas kelembagaan sosial oleh masyarakat untuk menjalankan fungsi manajemen wilayah pesisir dan laut; e. Pengembangan sisitem pengawasan berbasis masyarakat, dan f. Pengembangan jaringan pendukung, yaitu koordinasi antara pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Pendekatan yang kedua yaitu melalui pendekatan subyektif. Pada pendekatan ini manusia (masyarakat) ditempatkan sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Melalui pendekatan subyektif, strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan : a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan; b. Pengembangan keterampilan masyarakat; c. Pengembangan kapasitas masyarakat; d. Pengembangan kualitas diri; e. Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperanserta, dan f. Penggalian dan pengembangan nilai tradisional masyarakat.
Dengan pengembangan masyarakat melalui kedua pendekatan tersebut diharapkan akan terlaksananya pembangunan yang lebih terintegrasi.
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR Pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir merupakan implementasi pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu (Integrated Coastal Zone Management). Menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004), pembangunan berkelanjutan harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Pembangunan berkelanjutan menjamin pemerataan dan keadilan sosial b. Pembanguna berkelanjutan menghargai keanekaragaman c. Pembangunan berkelanjutan menggunakan pendekatan integrative d. Pembangunan berkelanjutan meminta perspektif jangka panjang. Keempat prinsip-prisip tersebut harus diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir di setiap aspek yang terkait. Sehingga masalah pembangunan menitikberatkan pada segi manusia berkaitan dengan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, konservasi dan pengelolaan sumber daya, ekosistem, dan isu-isu lainnya, kemitraan antar pengelola lingkungan yang perlu dikembangkan, serta sarana yang digunakan untuk pembangunan berkelanjutan. Secara umum pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Keharmonisan dalam perencanaan ruang; b. Laju pemanfaatan sumberdaya yang dapat pulih (renewable) harus tidak melebihi daya pulihnya dalam periode tertentu; c. Ekploitasi sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource) harus memperhatikan dampak negative lingkungan agar seminimal mungkin dan keuntungan ekonomi harus sesuai dengan investasi kegiatan ekonomi berkelanjutan; d. Pelepasan limbah ke lingkungan pesisir harus memperhatikan jumlahnya agar tidak melebihi baku mutu lingkungan serta zat yang terkandung didalamnya tidak beracun dan membahayakan; e. Dalam hal pembangunan fasilitas dan infrastruktur yang merubah bentang alam, harus didesain dan dibangun dengan mengaplikasikan sesuai dengan prinsip-prinsip alam; f. Pencegahan dan mitigasi kerusakan alam; g. Peningkatan daya dukung lingkungan wilayah pesisir melalui IPTEK dan perdagangan sampai pada batas kelestarian ekologisnya; h. Aggregat demand seluruh sektor pembagunan terhadap sumber daya alam dan jasa lingkungan tidak melebihi daya dukung wilayah; i. Pengembangan sektor dan bisnis kelautan yang produktif, efisien, berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan; j. Penerapan Green Accounting dalam mengukur keberhasilan pembangunan; k. Memperjuangkan tata ekonomi global yang berkeadilan pada forum internasional atau gunakan ekonomi alternatif pengganti ekonomi kapitalis; l. Peningkatan publik awareness tentang urgensi pembangunan berkelanjutan; m. Pemberian akses yang sama kepada seluruh penduduk terhadap aset ekonomi produktif; n. Pemerintah harus menyediakan kebutuhan pokok bagi penduduk yang tak berkemampuan; o. Pengembangna kapasitas masyarakat tentang teknis usaha SDPL, manajemen bisnis dan keuangan, dan manajemen lingkungan, dan p. Pelaksanaan Good Governance, professionalism, transparency, accountability, and participatory. Salah satu agenda yang harus dilakukan untuk menjaga ketersediaan dan keberlanjutan ekosistem dan sumber daya di wilayah pesisir adalah dengan cara konservasi. Konservasi merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan dan kesinambunagn sumber daya pesisir dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman hayati. Konservasi wilayah pesisir meliputi pemanfaatan secara lestari, perlindungan dan pelestarian wilayah pesisir. Strategi yang dapat dilaksanakan dalam rangka konservasi wilayah pesisir dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Strategi pemanfaatan secara lestari, dengan cara : a. Merumuskan kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir yang berkelanjutan, meliputi :
- Membuat aturan atau ketentuan dalam pemanfaatan wilayah pesisir - Menerapkan kearifan local masyarakat adat dalam pemanfaatannya - Memberikan insentif dan disinsentif dalam pemanfaatan b. Membuat mekanisme koordinasi antara perencanaan dan pemafaatan wilayah pesisir, meliputi : - Membuat analisis situasi wilayah pesisir - Membuat perencanaan program pemanfaatan - Membuat rencana pemanfaatan wilayah pesisir - Monitoring dan evaluasi kesesuaian antara perencanaan dan pemanfaatan. c. Mengembangkan kemitraan dalam pemanfaatan wilayah pesisir 2. Strategi perlindungaan, dengan cara : a. Menetapkan wilayah pesisir yang membutuhkan perlindungan mendesak (urgen), meliputi : - Identifikasi tipologi wilayah pesisir yang telah mengalami kerusakan - Merumuskan langkah-langkah berkelanjutan dalam melindungi wilayah pesisir b. Menetapkan zonasi perlindungan wilayah pesisir, meliputi : - Memetakan wilayah pesisir yang membutuhkan perlindungan - Menetapkan spesies tumbuhan dan hewan yang dilindungi 3. Strategi pelestarian yang diajukan : a. Menerapkan kebijakan insentif dan disinsentif dalam pelestarian b. Membangun sarana dan prasarana pelestarian in situ untuk melestarikan keanekaragaman hayati wilayah pesisir c. Meningkatkan apresiasi dan kesadaran nilai dan kebermaknaan keanekaragaman hayati wilayah pesisir, dengan cara : - Membangun kesadaran masyarakat tentang nilai keanekaragaman hayati dalam budaya kontemporer - Menggunakan system pendidikan formal di dalam kelas - Menggunakan kegiatan-kegiatan di luar sekolah.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan mengenai pengelolaan wilayah pesisir diatas dapat diambil kesimpulan bahwa meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dengan sumber daya pesisir dan pulau-pulau serta proses alamiah secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya pengelolaan wilayah pesisir harus melibatkan masyarakat agar tercapai tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan melalui dua pendekatan. Yang pertama yaitu pendekatan structural yang menitikberatkan pada pembenahan pada struktur dan hubungan antar komponen yang ada di wilayah pesisir. Dan pendekatan yang kedua yaitu pendekatan subyektif yang menempatkan masyarakat sebagai subyek yang bebas berinisiatif. Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir harus memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu adanya jaminan pemerataan dan keadilan sosial, menghargai keanekaragaman, menggunakan pendekatan integratif, dan adanya perspektif jangka panjang. Sehingga dapat di rumuskan strategi pengelolaan yang berkelanjutan. Salah satu usaha untuk menjaga ketersediaan dan keberlanjutan sumber daya di wilayah pesisir yaitu dengan di laksanakannya konservasi wilayah pesisir. konservasi ini meliputi pemanfaatan secara lestari, perlindungan, dan pelestarian wilayah pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir merupakan permasalahan yang kompleks. Perlu adanya tanggung jawab dari setiap komponen baik pemerintah, masyarakat dan juga pelaku bisnis dalam pelaksanaanya. Untuk itu pemahaman serta partisipasi dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir ini harus senantiasa dikembangkan. Untuk selanjutnya perlu juga adanya pemahaman mengenai peranan pelaku bisnis dalam upaya pengelolaan wilayah pesisir yang belum dapat dijelaskan pada pembahasan kali ini.
UCAPAN TERIMA KASIH Atas terselesaikannya makalah ini pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini hingga akhir. Kedua orang tua penulis, yang menjadi sumber motivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa penulis juga ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Heri Sutanta selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, yang telah memberikan banyak pengetahuan bagi penulis. Keluarga dan teman-teman serta segenap penulis yang berkonstribusi melalui tulisan-tulisannya yang menjadi sumber data dari makalah ini serta pihak-pihak lain yang secara tidak langsung membantu dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA Dirhamsyah, Pengelolaan Wilayah Pesisir Terintegrasi di Indonesia dalam Oseana volume XXXI, Nomor 1, Tahun 2006 : 21-26 Yusvianty, 2010, Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan Wilayah Pesisir (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatah), tesis, Universitas Andalas, Ruswandi, 2009, Model Kebijakan Pengembangan Wilayah Pesisir Yang Berkelanjutan dan Berperspektif Mitigasi Bencana Alam di Pesisir Indramayu dan Ciamis, tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kastolani, Wanjat, 2012, Strategi Konservasi Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan, pidato pengukuhan guru besar, dalam http://fpips.upi.edu/berita-535-.html, diakses pada 5 November 2013 Atmaja, Ahmad Porwo Adi, Wilayah Pesisir dalam https://www.academia.edu/1366004/Wilayah_Pesis ir_Coastal_Zone, diakses pada 2 November 2013 Wiranto, Tatag, Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut Dalam Kerangka Pembangunan Perekonomian Daerah, dalam http://www.bappenas.go.id/files/3513/5211/1083/pe sisirekonomidaerahtatag__20081123092621__1031 __1.pdf, diakses pada 2 November 2013 Harahap, Syawaludin Alisyahbana, Pengelolaan Kawasan Pesisir Yang Berkelanjutan, bahan ajar, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Firdaus, Azhar, Pembangunan Berkelanjutan dalam https://www.academia.edu/4338981/Pembangunan_ Berkelanjutan, diakses pada 5 November 2013 Aesong, Yurisal D., Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam https://www.academia.edu/4238282/Kewenangan_ Pemerintah_Daerah_Dalam_Pengelolaan_Wilayah _Pesisir_dan_Pulau-Pulau_Kecil, diakses pada 8 November 2013 Nurmalasari, Yessy, Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat dalam http://www.stmik-im.ac.id/userfiles/jurnal%20yessy .pdf , diakses pada 8 November 2013 Arkwright, Darius, Batasan Ekologis dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Zone Governance) Dengan Pendekatan Negosiasi dalam http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera13- FjRaxGKf5lBobagsqLy1uN85c.pdf, diakses pada 8 November 2013 Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah, UU No 32 Tahun 2004 Indonesia, Undang-Undang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No 27 Tahun 2007 Indonesia, Peraturan Presiden tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Perpres No 121 Tahun 2012