You are on page 1of 20

OPTIMALISASI PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN THEORY OF

CONSTRAINTS PADA PERUSAHAAN KRUPUK ABC SURABAYA



























Oleh:
AINUR ROCHMAH
NPM: 08.1.01.05565




Program Studi: Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)
SURABAYA
2012
1

ABSTRACT
Competitionin the industry will become tightly increasing. Every company will
strive to improe the performance of the company so that the company can survive.
Company ability in providing products quickly as asked by the consumer is one of the
main factor can compete. Krupuk ABC Company whiche is company move in the
fields of food industry, production in the activities of the company must confort
limitation that can because the product of less that optimal.
The purpose of this research is to indentify and analyzing constraint contained in
Krupuk ABC Company by using Theory of Constraints (TOC) approach. The
implementation of TOC is done to optimize the production process.
In the TOC there are five step that used to perform repairs ongoing basis, namely
the identification of constraints in the production process, determine the most optimal
product mix of each constraints, maximize areas through barriers, increase capacity
on the constraints, and re-desaign production process in order to speed up the
flexibility and time cycle,
Based on the result analysis, during the production process known that there are
constraints, and only able to meet of 90% of the total of products, and there are less
that of 10% the whole products to meet consumers, To able to optimize the engine to
maximum throughput then produces the product mix that is optimal 580 for krupuk
rantai 100 and 301 for krupuk rantai 150, so that chain of krupuk in managing the
flow of production through a some trouble machine that has needed a Drumm-Buffer-
System.
Keyword: TOC, DBR System, throughput
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era pergerakan dan perubahan industri saat ini semakin kompetitif yang
mendorong perusahaan untuk dapat meningkatkan daya saingnya dimana perusahaan
harus mampu meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan konsumen yang
beraneka ragam seperti produk berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.
Keunggulan itu dapat dicapai dengan memiliki kemampuan yang baik dalam
pengelolaan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
permintaan konsumen dan tetap bertahan didalam persaingan bisnis.
Dalam industri manufaktur, fungsi produksi merupakan salah satu aktivitas
penting yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sumber daya, karena fungsi
produksi berkaitan dengan apa, bagaimana, dan berapa banyak jumlah produk yang
mampu dihasilkan perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik harus
memperhatikan dan dapat memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki
perusahaan serta mampu menyelesaikan permasalahan atau kendala yang
menghambat operasional perusahaan. Akan tetapi dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya, perusahaan mengalami keterbatasan. Keterbatasan ini merupakan
kendala bagi terlaksananya aktivitas produksi, yang disebabkan oleh kapasitas
2

produksi yang terbatas. Permintaan pasar juga harus dipertimbangkan dalam
perencanaan dan pengendalian produksi karena produksi yang dihasilkan tidak boleh
melebihi permintaan pasar dan kurang dari permintaan pasar.
Dalam menghadapi masalah tesebut, yang harus dilakukan oleh perusahaan
adalah melakukan optimalisasi pada sumber daya yang dimiliki terutama akativitas
yang berkendala supaya proses produksi dapat berjalan dengan maksimal, sehingga
tingkat produksi perusahaan dapat maksimal dari sumber daya yang digunakan
perusahaan. Salah satu cara mengoptimalkan sumber daya dan mengatasi kendala atas
sumber daya yang terbatas adalah melalui Theory of Constraints (TOC). Menurut
Blocher, Chen, dan Lin (2007:14), TOC merupakan teknik strategik yang membantu
perusahaan secara efektif meningkatkan throughput, dengan cara mengidentifikasi
kendala dan meningkatkan kapasitas. Pendekatan yang dilakukan TOC memberikan
perhatian khusus pada kendala yang terdapat dalam sumber daya perusahaan untuk
mencapai optimalisasi proses produksi.
Perusahaan krupuk ABC merupakan usaha kecil menengah yang bergerak dalam
bidang produksi. Perusahaan ini telah melakukan penambahan kapasitas produksi
dengan seiringnya bertambahnya permintaan konsumen. Dengan kapasitas yang
sangat besar, maka diperlukan pengelolaan dan perencanaan sumber daya yang
dimilikinya, karena ketersediannya bahan baku, dan kapasitas mesin yang tidak selalu
sama. Saat ini permasalahan yang dihadapi adalah perbedaan kapasitas mesin dan
waktu persiapan mesin yang lama dapat menyebabkan timbulnya bottleneck sehingga
dapat menghambat tercapainya optimalisasi produksi. Saat ini perusahaan Krupuk
ABC belum menggunakan pendekatan TOC dalam mengatasi sumber daya yang
terbatas. Dengan penerapan TOC, perusahaan diharapkan dapat mengelola sumber
daya yang dimilikinya sehingga kendala yang ada dapat diidentifikasi dan diatasi
untuk dapat mencapai optimalisasi produksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah
yang akan diteliti adalah bagaimana mengoptimalisasikan produksi dengan
pendekatan Theory of Contraints pada perusahaan Krupuk ABC ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah
penerapan TOC dapat digunakan dalam mencapai optimalisasi produksi pada
perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Kontribusi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan alternatif cara yang dapat
diterapkan untuk mencapai optimalisasi proses produksi yaitu melalui pendekatan
Theory of Constraints.
2. Kontribusi Teoretis
3

a. Pelaksanaan penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk lebih memahami
bagaimana optimalisasi produksi dapat dicapai melalui pendekatan Theory of
Constraints.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi teori-teori yang telah didapat
dengan realita yang ada sehingga dapat memperluas wawasan pengetahuan
penulis.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian rekan-rekan mahasiswa dan
sebagai tambahan kepustakaan yang dapat digunakan sebagai acuan dan dasar
penelitian sejenis pada masa yang akan datang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan krupuk ABC yaitu suatu perusahaan
manufaktur yang bergerak dalam industri krupuk. Ruang lingkup penelitian mengenai
optimalisasi produksi dengan pendekatan TOC, dengan obyek penelitian yang
terbatas pada hasil produksi dari perusahaan krupuk ABC yaitu krupuk rantai 100 dan
krupuk rantai 150. Dan data hanya terbatas pada aktivitas-aktivtas, waktu, serta biaya-
biaya yang berhubungan dengan proses produksi
2. TINJAUAN TEORITIS
2.1 Optimalisasi Produksi
Menurut Adam dan Ebert (1992:164), optimalisasi produksi adalah
mengoptimalkan produksi sehingga dapat mencapai target produksi yang diharapkan
dengan cara merencanakan kapasitas yang melalui beberapa kegiatan, yaitu:
a. Menghitung kapasitas yang tersedia.
b. Memperkirakan kebutuhan kapasitas.
c. Mengidentifikasi alternatif cara untuk menyesuaikan kapasitas.
d. Mengevaluasi segi finansial, ekonomi, dan teknologi dari kapasitas alternatif.
e. Memilih kapasitas alternatif yang paling sesuai dengan tujuan perusahaan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah produksi adalah kapasitas mesin.
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode
tertentu, dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama periode
waktu tertentu (Handoko, 1992:298)
Dalam mengoptimalisasikan produksi diperlukan perencanaan kapasitas dalam
menentukan kebutuhan proses produksi. Tujuan perencanaan kapasitas adalah untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan sumber daya perusahaan dalam melakukan
produksi. Perencanaan kapasitas juga dapat membantu untuk mengatahui batas
kemampuan produksi perusahaan, terutama yang berkaitan dengan kendala. Sehingga
aktivitas produksi akan disesuaikan dengan kapasitas yang tersedia dalam perusahaan.
2.2 Theory of Constraints
TOC merupakan teknik strategi untuk membantu perusahaan secara efektif
memperbaiki CSF yang sangat penting : waktu siklus, yaitu tingkat kecepatan bahan
baku diubah menjadi barang jadi (Blocher, Chen, dan Lin,2007). TOC membantu
4

menemukan dan menghilangkan kemacetan produk tempat-tempat dimana barang
setengah jadi (masih dalam proses) cenderung terakumulasi karena barang-barang
tersebut perlu diproduksi lebih lanjut pada proses produksi. Menurut Hasen dan
Mowen (2001) bahwa theory of constraints mengakui bahwa kinerja setiap
perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan
pendekatan kendala untuk mendukung tujuan, yaitu kemajuan terus-menerus suatu
perusahaan (continious improvement). Teori ini memfokuskan diri pada tiga ukuran
yaitu: Throughput adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan uang
melalui penjualan. Persediaan, adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengubah bahan baku mentah melalui throughput. Biaya-biaya operasional, yang
dikeluarkan perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi throughput. Setiap
perusahaan yang bertujuan menghasilkan laba pastilah harus bisa mengukur
keuangan. Pengukuran keuangan merupakan pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan uang. Pengukuran ini
meliputi: laba operasi dan return on investment (ROI). TOC menggunakan
serangkaian pengukuran yang secara langsung mengaitkan kinerja keuangan
perusahaan dengan kinerja non keuangan keuangan
Menurut Hasen dan Mowen (2001:601), kendala dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis, antara lain:
a. Kendala eksternal merupakan faktor-faktor yang membatasi perusahaan, yang
berasal dari sumber luar.
b. Kendala internal merupakan faktor-faktor yang membatasi perusahaan, yang
berasal dari dalam perusahaan
Menurut Hasen dan Mowen (2001:601), berdasarkan kapasitas sumber daya
dikelompokkan menjadi dua kelompok, antara lain:
a. Kendala-kendala yang kendur yaitu kendala-kendala sumber daya yang dimiliki
perusahaan yang tidak sepenuhnya digunakan oleh suatu produk campuran.
b. Kendala-kendala yang mengikat yaitu kendala-kendala sumber daya yang
dimiliki perusahaan yang sepenuhnya digunakan oleh suatu produk campuran.
Menurut Hasen dan Mowen (2003:496) sistem persediaan dalam theory of
constraints disebutkan dengan Drum-Buffer-Rope (DBR) system ditunjukkan dalam
gambar 2.1










5






Gambar 2.1:
DRUM-BUFFER-ROPE SYSTEM

Menurut Blocher, Chen dan Lin (2007:633) Drum-Buffer-Rope (DBR) System
yaitu sistem yang digunakan untuk menyeimbangkan arus produksi yang melalui
suatu kendala. Dalam sistem DBR, semua arus produksi harus disinkronisasikan
dengan drum-nya (kendala) untuk dapat memproduksi sejumlah kapasitas yang
mampu dihasilkan. Buffer merupakan jumlah minimum input barang dalam proses.
Rope adalah urutan proses sebelum kendala dan proses-proses yang di dalamnya
terdapat kendala. Tujuannya adalah menyeimbangkan waktu dan jadwal aktivitas
secara saksama dalam proses produksi, sehingga diharapkan tidak terjadi
penumpukan persediaan.
Langkah-langkah TOC menurut Blocher, Chen, dan Lin (2007) ada lima langkah
yaitu:
a. Mengidentifikasi kendala
b. Menentukan bauran produk yang paling menguntungkan untuk setiap kendala
Bahan Baku
Tali
Barang Jadi
Proses Akhir
Proses C
Proses Drummer
Penyangga waktu
Proses B
Proses A
Proses Awal
6

Mengoptimalkan pemakaian sumber daya yang berkendala melalui bauran
produk yang mempunyai throughput yang lebih tingi
Menghitung perbandingan throughput perusahaan sebelum dan
sesudah menggunakan TOC
Kesimpulan dan saran
Sumber Daya Produksi
Aktivitas Produksi
Identifikasi Kendala produksi pada sumber daya
Meningkatkan efisiensi dan kapasitas pada bottleneck
Penyesuaian Tingkat produksi pada proses melalui DBR System
c. Memaksimalkan arus yang melalui kedala
d. Menambah kapasitas pada kendala
e. Medesain ulang proses produksi untuk mempercepat fleksibilitas dan waktu
siklus

2.3 Rerangka Pemikiran


























3. METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah tersebut adalah
penelitian kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Tujuannya penelitian
kualitatif adalah untuk menggambarkan, deskriptif, atau lukisan secara sistematis,
aktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada, sifat-sifat dan karakter, serta
hubungan antara fenomena obyek yang sedang diteliti. Sedangkan bersifat deskriptif
karena penulis akan menggambarkan aktivitas-aktivitas apa saja yang membentuk
proses produksi, serta identifikasi kendala yang dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas
tersebut.
3.1 Sumber Data
7

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data kualitatif, yaitu data yang tidak dinyatakan dalam angka, meliputi struktur
organisasi perusahaan, sejarah perusahaan, hasil produksi, alur proses produksi,
dan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi
b. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka, yang antara lain
meliputi waktu produksi, kapasitas mesin, waktu mesin, kapasitas tenaga kerja
langsung.
Data-data yang diperoleh berasal dari beberapa sumber, antara lain:
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh secara langsung yang diperoleh melalui
observasi langsung untuk mengetahui proses produksi lebih mendetail
b. Data Sekunder, merupakan data yang tidak dikumpulkan langsung, melainkan
dikumpulkan oleh pihak lain, diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi
perusahaan, yaitu berupa data operasional perusahaan serta sumber tertulis teori-
teori yang diperoleh dari berbagai macam literature yang berkaitan dengan
permasalahan yang dikemukakan.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pencarian data dengan cara melakukan pengamatan langsung ke obyek
penelitian untuk memperoleh data secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang
akan dibahas. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan langsung pada obyek penelitian yaitu
aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses produksi.
b. Wawancara, yaitu untuk mendapakan informasi secara langsung dari pihak-pihak
yang memiliki wewenang untuk memberikan informasi dan data yang
dibutuhkan dalam peneliti ini.
c. Dokumentasi adalah sebagai salah satu metode pengumpulkan data yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Data yang diperoleh dari dokumentasi
antara lain sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi, misi, filosofi
prusahaan, proses produksi, waktu produksi, kapasitas mesin, waktu mesin, hasil
produksi dan biaya yang berkaitan dengan proses produksi
3.3 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelola data yang telah diperoleh selama
melakukan pengamatan, dengan kata lain merupakan hasil pengumpulan berbagai
teori yang diperoleh dari berbagai macam sumber pustaka yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini, kemudian dari hasil analisis perbandingan tersebut
dibandingkan lagi dengan kenyataan yang ada.
Tahapan-tahapan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Mencatat dari awal hingga akhir alur proses produksi, serta mengidentifikasi
kapasitas produksi, dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
proses produksi.
8

b. Mengidentifikasi kendala yang ada dalam proses produksi, baik yang bersifat
internal dan eksternal, dari proses produksi dan semua operasional perusahaan
dari bahan baku hingga menjadi barang jadi yang ditunjukkan dalam alur proses
produksi, dengan cara membandingkan sumber daya yang dibutuhkan dengan
yang dimiliki perusahaan.
c. Mengoptimalkan pemakaian sumber daya yag berkendala, setelah kendala
ditemukan dan membandingkan sumber daya yang tersedia dengan sumber daya
yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pasar.
d. Menghitung throughput pada bagian produksi yang berkendala untuk mengetahui
urutan utama produksi yang perlu dilakukan, untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang berkendala.
e. Menghitung serta melakukan analisis perbandingan mengenai margin troughput
sebelum dan sesudah menerapkan TOC. Dan melakukan perhitungan throughput
pada TOC dengan program linear.
f. Menyesuaikan tingkat nonbottleneck melalui Drum-Buffer-Rope System (DBR
System) untuk menyeimbangkan aliran produksi atau menentukan jumlah buffer
yang diperlukan oleh mesin dan tenaga kerja langsung yang terkendala
(bottleneck).
g. Mencari alternatif cara dalam mengatasi kendala-kendala proses produksi.
h. Menarik kesimpulan dan saran sebagai tahap akhir penulisan.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Mengidentifikasi kendala
Dalam hasil analisis dan pembahasan ini akan dibahas mengenai optimalisasi
proses produksi dengan pendekatan Theory of Constraints. Dengan permasalahan
yang dihadapi oleh perusahaan krupuk ABC berawal dari tidak terpenuhinya
permintaan pembeli yang dikarenakan pada proses produksi yang mengalami kendala,
kendalanya adalah keterbatasan penggunaan sumber daya produksi, dengan kata lain
adalah faktor-faktor produksi yang dimiliki belum dapat digunakan secara optimal.
Analisis optimalisasi dengan pendekatan TOC, diharapkan kendala yang ada
pada dapat diidentifikasi dan dikendalikan lebih awal, sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan optimal dalam mencapai tujuan usaha. Perusahaan harus dapat
mempertimbangkan beberapa aspek dan alternatif pilihan untuk mencapai optimasi
tersebut. Optimalisasi proses produksi dilakukan dengan memperhatikan kapasitas
dan sarana produksi yang tersedia yang dapat menunjang efisiensi biaya dengan tidak
mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.
1. Pembelian Bahan Baku
Pembelian bahan baku selama penyiapan proses produksi tidak mengalami
kendala, hal ini berarti kebutuhan akan bahan baku dapat terpenuhi tepat waktu
dengan harga dan kualitas yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Biasanya
pembelian bahan baku tersebut diperoleh perusahaan dari pemasok yang berada di
area surabaya. Disamping itu selama ini perusahaan juga mempunyai hubungan yang
baik dengan para pemasok bahan baku tersebut sehingga pada proses pembelian
9

bahan baku ini tidak ditemukan adanya kendala yang dapat menghambat proses
produksi.

2. Tenaga Kerja
Dalam memenuhi sumber daya manusia yang merupakan faktor terpenting dalam
menjalankan proses produksi maka perusahaan krupuk ABC melakukan rekuirtment
yang sesuai dengan tugas dan kemampuanya. Selama ini perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja tidaklah mengalami kendala, karena letak
perusahaan yang dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga persahaan dengan
mudah untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan.
3. Pemasaran Produk
Hasil produksi perusahaan yang berupa krupuk rantai 100 dan krupuk rantai 150
ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar dalam daerah surabaya. Perusahaan
selalu berusaha untuk dapat memenuhi serta mengirim produk kepada pelanggan
dengan tepat waktu. Menurut pemilik usaha, sebenarnya banyak permintaan yang
tidak dapat terpenuhi dikarenakan pada proses produksi seringkali tidak mampu untuk
memenuhi seluruh permintaan yang diterima perusahaan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam pemasaran produk tidaklah mengalami kendala.
4. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi merupakan faktor terpenting yang perlu diperhatikan, oleh
sebab itu proses produksi seringkali menjadi kendala internal perusahaan. untuk dapat
menentukan tingkat operasi yang mengalami kendala dilakukan dengan cara
membandingkan sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan. Jika sumber daya
lebih besar dari kebutuhan produksi maka proses produksi tidaklah mengalami
kendala, dan apabila sumber daya lebih kecil dari kebutuhan produksi maka dapat
menjadi kendala dalam proses produksi. Sumber daya merupakan jam kerja mesin
serta tenaga kerja langsung yang tersedia dalam memenuhi kebutuhan proses
produksi. Tabel 4.6 dibawah ini menunjukkan waktu proses yang tersedia pada
masing-masing mesin pada periode bulan Februari 2012, dengan 24 hari kerja dan
Tenaga kerja yang tersedia untuk proses produksi dalam sehari selam 10 jam yang
dimulai pukul 03.00 pagi sampai dengan pukul 13.00 siang dengan catatan pada hari
libur perusahaaan tidak melakukan proses produksi. Kapasitas produksi masing-
masing mesin dari tabel 4.1 dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kapasitas Produksi = Hari x Shift x Jam/Shift x Menit x Jumlah Mesin
Tabel 4.1
Kapasitas produksi yang tersedia pada bulan Februari 2012
Jenis mesin/ aktivitas
Jumlah
sumber
daya
Shift
Jam
kerja
sehari
Menit
Kapasitas
produksi (Menit)
Formulasi dan mixing 2 1 10 60 28.800
Mesin Press 2 1 10 60 28.800
Langseng 1 1 10 60 14.400
10

Oven 1 2 10 60 14.400
Packing 2 1 10 60 28.800
sumber: bagian produksi
Sedangkan untuk mengetahui rata-rata waktu set-up masing-masing mesin dan
kebutuhan waktu proses produksi untuk setiap jenis krupuk rantai 100 dan krupuk
rantai 150
Tabel 4.2
Rata-rata Waktu Set-up dan Kebutuhan Waktu Proses Produksi
Jenis mesin
Waktu
set-up
(menit)
Kebutuhan waktu proses produksi (menit)
Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150
Formulasi dan mixing 20 25,20 25,62
Mesin press 15 30,24 35
Langseng 10 12,97 13,63
Oven 15 13,28 14,17
Packing 5 5,25 5,31
sumber: bagian produksi yang telah diolah
Dari tabel 4.2 diatas, dapat diketahui waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
set-up dan proses produksi untuk setiap krupuk rantai 100 dan krupuk rantai 150.
Data tersebut akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan waktu proses produksi
yang diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam satu bulan, yaitu
menghitung waktu produksi dengan cara mengalikan waktu proses produksi dengan
jumlah permintaan konsumen.
Menurut data perusahaan, diketahui permintaan pasar untuk bulan Februari 2012
untuk krupuk rantai 100 sebanyak 2900 kg atau 580 pack sedangkan untuk krupuk
150 diketahui permintaan pasar sebanyak 1535 Kg atau 387 pack.
Berikut ini adalah tabel 4.3 yang menunjukkan perhitungan waktu proses
produksi yang diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen pada bulan
Februari 2012:
Tabel 4.3
Perhitungan Waktu Proses Produksi yang Diperlukan
Jenis mesin
Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150 Total
kebutuh
an
waktu
prod.
(menit)
Kapasi
tas
mesin
(menit
)
Kapasit
as lebih
atau
kurang
(menit)
Waktu
prod.
(menit
)
Permint
aan
pasar
(pack)
Total
waktu
(menit
)
Waktu
prod.
(menit
)
Permint
aan
pasar
(pack)
Total
waktu
(menit)
Formulasi
dan mixing
25,20 580 14.616 25,62 387 9.915 24.531 28800 4.269
Mesin press 30,24 580 17.539 35,00 387 13.545 31.084 28800 -2.284
11

langseng 12,97 580 7.523 13,63 387 5.275 12.797 14400 1.603
Oven 13,28 580 7.702 14,17 387 5.484 13.186 14400 1.214
Packing 5,25 580 3.045 5,31 387 2.055 5.100 28800 23.700
sumber: bagian produksi yang telah diolah
Dari perhitungan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dalam proses produksi
mengalami kendala, yaitu pada mesin press yang hanya memiliki kapasitas produksi
sebesar 28.800 menit sedangkan total kebutuhan waktu produksi untuk krupuk rantai
100 dan krupuk rantai 150 memerlukan 31.084 menit, sehingga dalam proses
pencetakan mengalami kekurangan kapasitas produksi sebesar 2.284 menit.
Untuk mengetahui berapa besar rasio yang menunjukkan kemungkinan adanya
suatu aktivitas produksi yang menjadi kendala dalam proses produksi maka dapat
dibandingkan antara kapasitas produksi dengan total kebutuhan waktu produksi
sebanyak permintaan pasar, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Rasio =
kapasitas produksi mesin waktu setup mesin
total kebutuhan waktu produksi

Dengan perhitungan tersebut, semakin kecil angka yang diperoleh maka semakin
besar kendala produksi, karena rasio minimal yang harus diperoleh adalah 1. Berikut
ini adalah tabel yang menunjukkan hasil perhitungan rasio dari setiap aktivitas:
Tabel 4.4
Perhitungan Rasio Antara Kapasitas Mesin/Aktivitas Dengan Kebutuhan Waktu
Produksi
Mesin / Aktivitas Kapasitas
Waktu
Set-Up bln
Agustus
Total
Kebutuhan
Waktu
Produksi
Rasio
Urutan
Aktivitas
yang
Berkendala
Formulasi dan mixing 28.800 960 24.531 1,13 4
Mesin press 28.800 720 31.084 0,90 1
Langseng 14.400 240 12.797 1,11 3
Oven 14.400 360 13.186 1,06 2
Packing 28.800 240 5.100 5,60 5
Sumber:bagian produksi yang telah diolah
Hasil perhitungan pada tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa rasio dari yang
paling kecil dimiliki oleh mesin press sebesar 0,9. dari angka rasio ini dapat diketahui
bahwa mesin press hanya dapat memenuhi 90% dari total kebutuhan waktu produksi
sehingga terdapat kekurangan 10% dari total kebutuhan yang dapat memenuhi
permintaan pasar.
b. Menentukan Bauran Produk yang Paling Menguntungkan untuk Setiap
Kendala
Setelah mengidentifikasi kendala yang ada didalam perusahaan pada langkah
pertama, maka selanjutnya pada langkah kedua adalah menentukan bauran produk
12

yang paling mengutungkan untuk setiap kendala. Hal ini berarti memaksimalkan
throughput pada setiap produk pada yang menjadi kendala, yaitu pada mesin press.
Produk yang mendapatkan prioritas produksi pertama kali adalah produk yang
memiliki throughput terbesar.
Throughput per menit dapat dihitung dengan cara mengurangkan harga jual per
pack dengan biaya variabel langsung per pack produk (biaya bahan baku dan
packing) dan membaginya dengan waktu produksi per pack yang dibutuhkan oleh
proses produksi yang dilakukan mesin press tabel 4.5 dibawah ini menunjukkan hasil
perhitungan throughput:
Tabel 4.5
Urutan Prioritas Produksi Berdasarkan Throughput Per Menit Pada Mesin Press
keterangan Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150
Harga jual per pack Rp 60.000 Rp 62.000
Biaya variabel langsung per pack :
Biaya bahan baku dan packing Rp 31.238 Rp 32.588
Throughput per pack Rp 28.762 Rp 29.412
Waktu proses pada mesin press (menit) 30,24 35
Throughput per menit Rp 951 Rp 840
Urutan prioritas produksi
1 2
sumber: internal perusahaan
Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan urutan prioritas produksi berdasarkan
throughput per menit pada kendala yang terlihat bahwa produk krupuk rantai 100
mendapat prioritas pertama dan proritas kedua adalah produk krupuk rantai 150. Hal
ini disebabkan dengan krupuk rantai 100 memiliki throughput per menit yang lebih
besar dari pada throughput per menit yang dimiliki oleh krupuk rantai 150.
Setelah diketahui produk yang mana yang memiliki throughput per menit
terbesar, maka kemudian adalah menentukan jumlah atau kuantitas yang harus
diproduksi dari kedua jenis krupuk tersebut. Berikut ini adalah perhitungan kuantitas
yang dapat diproduksi dari kedua jenis krupuk:
Tabel 4.6
Perhitungan Jumlah Produk yang Dapat Diproduksi Pada Bulan Februari 2012
Kapasitas produksi yang tersedia pada mesin press 28.800 menit
Waktu setup pada mesin press 720 menit
Kebutuhan jam kerja untuk menuhi permintaan pasar krupuk
rantai 100 ( 30.24 menit x 580 pack)
17.539,20 menit
Sisa kapasitas yang tersedia untuk memenuhi permintaan pasar
krupuk rantai 150
10.540,80 menit
Waktu yang diperlukan untuk memproduksi krupuk rantai 150 35 menit
Jumlah krupuk rantai 150 yang dapat diproduksi 301 pack
Sumber: Data perusahaan
13

Dari tabel 4.6 diatas diketahui bauran produk baru berdasarkam throughput per
menit pada mesin press adalah 580 pack untuk krupuk rantai 100 dan jumlah untuk
krupuk rantai 150 yang dapat diproduksi adalah sebesar 310 pack, dengan demikian
bauran produk ini adalah bauran yang paling optimal karena dapat menghasilkan
throughput dengan maksimal.
Menurut data perusahaan krupuk ABC, realisasi krupuk yang dapat diproduksi
pada bulan Februari 2012 adalah 480 pack untuk krupuk rantai 100 dan 360 pack
untuk krupuk rantai 150. Dari keseluruhan krupuk yang diproduksi dapat terjual
seluruhnya akan tetapi belum dapat memenuhi permintaan konsumen. Dari hasil
tersebut dapat diketahui throughput yang diperoleh sebelum penerapan TOC dan
sesudah penerapan TOC yang ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7
Perbandingan Throughput Bulan Februari 2012
Sebelum dan Sesudah Penerapan TOC
Perhitungan throughput
Sebelum penerapan
TOC
Sesudah
penerapan TOC
Prioritas produksi :
1. K. Rantai 100
2. K. Rantai 150

480 Pack
360 Pack

580 Pack
301 Pack
Penjualan :
1. K. Rantai 100@ Rp 60.000
2. K. Rantai 150@ Rp 62.000

Rp 28.800.000
Rp 22.320.000

Rp 34.800.000
Rp 18.662.000
Total penjualan Rp 51.120.000 Rp 53.462.000
Biaya variabel langsung :
Biaya bahan baku
1. K. Rantai 100@Rp31.238
2. K. Rantai 150@Rp32.558


Rp 14.994.240
Rp 11.720.800


Rp 18.118.040
Rp 9.799.958
Total biaya variabel langsung Rp 26.715.120 Rp 27.917.998
Throughput Rp 24.404.880 Rp 25.544.002
Sumber: data perusahaan yang telah diolah
Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa setelah menerapakan TOC maka throughput
meningkat sebesar Rp 1.139.122 dari sebelum penerapan TOC throughput yang
diperoleh sebesar Rp 24.404.880 dan setelah penerapan TOC throughput yang
diperoleh sebesar Rp 25.544.002.
Dalam penerapan TOC untuk mengoptimalkan throughput dapat juga
menggunakan metode linear, dimana maksimalisasi throughput sebagai fungsi
objektif dan fungsi pembatas adalah kendala yang terdiri dari kapasitas mesin dan
permintaan masing-masing produk. Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut
Maksimal : Z = Rp 951X
1
+ Rp 840X
2
Kendala : 30,24X
1
+ 35X
2
28.800
X
1
580
X
2
301
14

X
1
,X
2
0
dimana : X
1
krupuk rantai 100
X
2
krupuk rantai 150


Gambar 4.2
Grafik Program Linear

Dari hasil yang diperoleh setelah melakukan pengaturan dengan memaksimalkan
atas bauran produk maka pada mesin press, maka waktu yang dibutuhkan sebesar
28.080 dari kapasitas yang tersedia sebesar 28.800 sehingga aktivitas pada mesin
press tidaklah mengalami kendala atau dalam hal ini mesin press berubah menjadi
aktivitas non bottleneck
c. Memaksimalkan Arus yang Melalui Kedala
Setelah menentukan bauran produk yang optimal pada langkah ke dua
berdasarkan throughtput per menit pada mesin press maka langkah ke tiga adalah
memaksimalkan arus produk produksi melalui proses produksi yang berkendala.
Dalam langkah ini bertujuan untuk mengelola proses produksi yang masuk dan yang
keluar dalam kendala yang mengikat untuk melancarkan proses produksi proses
produksi yang berkendala terdapat pada mesin press yang menentukan tingkat
produksi secara keseluruhan sehingga pada aktivitas mesin press harus dapat
dimaksimalkan.
Untuk dapat mengelola aliran produksi diperlukan suatu sistem persediaan TOC
yang dikenal dengan Drum-Buffer-Rope (DBR system). Dalam DBR system, drummer
580
301
952,38
822,86 0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
0 200 400 600 800 1000
K
r
u
p
u
k

r
a
n
t
a
i

1
0
0
Krupuk rantai 150
X
1
=580
X
2
=301
30,24X
1
+ 35X
2
28.800
15

adalah kendala utama dalam proses produksi produksi, untuk menjaga supaya
drummer tetap bekeja dalam jangka waktu tertentu maka diperlukan persediaan
penyangga didepan drummer yang disebut buffer yang berfungsi sebagai penyangga
yang berupa persediaan barang dalam proses yang disiapakan untuk mengoptimalkan
drummer dalam proses produksi. Sedangkan rope merupakan tindakan yang diambil
untuk menyeimbangkan aliran produksi dengan merencanakan waktu secara hati-hati
dan penjadwalan aktivitas dalam proses sebelum drummer process sesuai dengan
tingkat produksi drummer, sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan barang
dalam proses. Penerapan DBR system pada produksi perusahaan krupuk ABC dapat
digambarkan sebagai berikut
Gambar 4.3
DBR SYSTEM Proses Produksi Krupuk


Rope



















Sumber: Bagian produksi perusahaan
Drummer pada DBR system merupakan kendala utama pada perusahaan krupuk
ABC. Drummer pada proses produksi krupuk ini terletak pada aktivtas mesin press
sehingga sangat menentukan tingkat produksi pada mesin lainnya. Untuk menjaga
drummer tetap sibuk, maka disediakan buffer didepan drummer, sehingga pada saat
formulasi dan mixing harus disediakan adonan yang akan masuk dalam mesin pres.
jumlah buffer yang dibutuhkan agar drummer tetap bekerja dapat dihitung
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untu melakukan perbaikan jika mesin press
Bahan baku


Formulasi dan mixing
Time Buffer Kebutuhan 2 hari
Mesin press


Langseng


Drying


Packing


Kirim
Drummer
16

mengalami kerusakan, yaitu 1 hari. sehingga untuk mencegah adanya kapasitas
menganggur pada mesin press, maka aktivitas formulasi dan mixing harus dapat
menyediakan buffer yang dapat dimanfaatkan 2 hari produksi mesin press. Pada tabel
4.8 menunjukkan kuantitas buffer yang dibutuhkan di depan mesin press adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Kebutuhan Buffer di depan Aktivitas Mesin Press
Keterangan K. Rantai 100 K. Rantai 150
Jumlah produk sesuai dengan bauran produk
optimal
580 pack 301 pack
Rata-rata produksi 1 hari pada bln Februari (1
bulan = 24 hari kerja)
24 pack 13 pack
Jumlah buffer yang dibutuhkan (2 hari) 48 pack 26 pack
Sumber: Bagian produksi
Untuk menyiapkan buffer dapat menyeimbangkan proses produksi pada mesin
yang memiliki kendala, maka harus memperhatikan kapasitas waktu produksi pada
mesin sebelumnya. perhitungan sisa kapasitas produksi untuk dapat memenuhi
permintaan pasar berdasarkan bauran optimal produk dan menyediakan buffer dapat
dilihat pada tabel 4.9 sebgai berikut:
Tabel 4.9
Sisa Kapasitas Produksi pada Aktivitas Formulasi dan Mixing
Keterangan perhitungan Jumlah (menit)
Kapasitas produksi satu bulan 28.800
Waktu set-up
dan Waktu bauran produk optimal:
Krupuk rantai 100
Krupuk rantai 150


580 X 25,20 menit
301 X 25,62 menit

960
14.616
7.711,62
Sisa kapasitas produksi 5. 512,38
Jumlah buffer:
Krupuk rantai 100
Krupuk rantai 150

48 X 25,20 menit
25 X 25,62 menit

1.209,6
640,5
Sisa kapasitas produksi 3.662,28
Sumber: Bagian produksi
Dari perhitungan tabel 4.9 diatas bahwa pada saat formulasi dan mixing tidak ada
masalah dalam menyediakan buffer, hal ini disebabkan dengan aktivitas formulasi dan
mixing masih memiliki kapasitas yang menganggur untuk memproduksi buffer yang
diperlukan. Penyesuaian pada proses produksi sangatlah diperlukan untuk menjaga
kelancaran produksi yang dapat mengakibatkan kerugian maupun kelebihan produksi
pada proses formulasi dan mixing sehingga mengakibatkan peningkatan biaya
operasional dan penumpukan barang setengah jadi.
d. Menambah kapasitas pada kendala
17

Pada langkah keempat yang perlu dilakukan dalam usaha penerapan theory of
constraints adalah usaha jangka panjang untuk mengatasi kendala yang terjadi dengan
mengurangi pemborosan dan memperbaiki throughput yang mengharuskan
perusahaan untuk mempertimbangkan tambahan kapasitas untuk kendala yang
mengikat. Kendala internal pada perusahaan krupuk ABC saat ini adalah
memerlukan kapasitas produksi pada mesin press yang lebih banyak untuk memenuhi
permintaan pasar yang selama ini belum terpenuhi sehingga pendapatan dapat
meingkat dan kebutuhan konsumen yana terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut
maka perusahaan dalam mengambil keputusan perlu mempertiambangkan biaya dan
manfaatnya, sehingga meningkatnya throughput dapat dicapai. Tabel 4.10 dibawah
ini menunjukkkan jumlah permintaan yang belum terpenuhi dalam bulan Februari
Tabel 4.10
Jumlah Permitaan yang Belum Terpenuhi Bulan Februari 2012
Jenis Produk
Krupuk
Jumlah
permintaan
(pack)
Produksi berdasarkan
bauran produk yang
optimal (pack)
Jumlah permitaan
yang belum terpenuhi
(pack)
K. Rantai 100 580 580 -
K. Rantai 150 387 301 86
Usaha-usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan
kapasitas kendala pada mesin press adalah dengan menambah kapasitas yaitu
menambah jam kerja.
e. Medesain Ulang Proses Produksi untuk Mempercepat Fleksibilitas dan
Waktu Siklus.
Langkah ini adalah langkah terakhir dalam penerapan TOC yang ditemukan
kendala yang ada dalam proses produksi, yaitu keterbatasan pada aktvitas mesin
press. Pada langkah kelima ini, adalah kembali pada langkah pertama untuk
mengidentifikasi ketidakpastian adanya kendala baru dan untuk kembali
menyesuiakan kegiatan operasional untuk mengoptimalkan output dari sumber daya
kendala yang baru. Dalam langkah ini menunjukkan adanya tindakan continous
improvement, sehingga proses penerapan TOC tidak akan berhenti dalam mencari
kendala-kendala baru yang akan muncul karena perubahan lingkungan bersifat
dinamis yang selalu berubah-ubah dalam setiap waktu.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan data yang diperoleh setelah melakukan penelitan
selama 1 bulan di perusahaan krupuk ABC Surabaya dan menganalisis hasil
pengolahan data tersebut diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Permasalahan yang ada pada perusahaan krupuk ABC di Surabaya ini adalah
keterbatasan produksi dalam memenuhi permintaan konsumen. Hal ini
disebabkan adanya kendala internal perusahaan yaitu saat proses pencetakan
18

adonan dalam mesin press. kapasitas produksi mesin press hanya 28.800 menit
sedangkan total kebutuhan produksi pada mesin pres ini sebesar 31.084 menit,
sehingga terdapat kekurangan kapasitas sebesar 2.284 menit.
2. Optimalisasi pemanfaatan kendala dilakukan dengan menentukan bauran yang
paling mengutungkan berdasarkan throughput per menit pada mesin yang
mengalami kendala yaitu pada mesin press. Bauran produk yang optimal tersebut
adalah sebesar 580 pack krupuk rantai 100 dan 301 pack untuk krupuk rantai 150
dengan peningkatan throughput sebesar Rp 1.139,122,- dari sebelum menerapkan
TOC, hroughput yang diperoleh sebesar Rp 24.404.880 dan setelah melakukan
penerapan TOC, throughput yang diperoleh sebesar Rp 25.539.091. Adapun
dengan menggunakan metode program linear maka secara umum rumus
program linier yang digunakan:

Maksimal : Z = Rp 951X
1
+ Rp 840X
2
Kendala : 30,24X
1
+ 35X
2
28.800
X
1
580
X
2
281
X
1
,X
2
0
dari hasil yang diperoleh dengan metode program linear maka sisa waktu yang
tersedia pada mesin press sebesar 720 menit.
3. Memaksimalkan arus yang melalui kendala yaitu dengan menyesuaikan tingkat
produksi pada mesin-mesin lain yang tidak mengalami kendala dengan
menggunakan sistem persediaan yang disebut Drum-Buffer-Rope (DBR system).
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah:
1. Sebaiknya perusahaan menggunakan Theory of Constraints dalam menganalisis
dan mengatasi kendala yang dialami perusahaan, khususnya pada proses
produksi, karena dengan penerapan TOC dapat mengoptimalkan proses produksi
yang berkendala pada perusahaan krupuk ABC karena hal ini dapat terbukti
dengan adanya peningkatan througput yang dihasilkan perusahaan setelah
melakukan penerapan Theory of Constraints.
2. Pemilik perusahaan dapat memberikan perhatian yang khusus pada proses
pencetakan yaitu mesin press jangan sampai mengalami kerusakan yang dapat
menghambat proses produksi.
3. Sebaiknya perusahaan juga melakukan pengulangan perhitungan Theory of
Constraints apabila ada perubahan satu variabel atau lebih. hal ini disebabkan
kendala yang dihadapi perusahaan selalu berubah, seperti perubahan harga bahan
baku, perubahan harga jual, perubahan permintaan pasar, dan lain-lain
4. Dari hasil pengamatan, untuk masa mendatang sebaiknya perusahaan juga
melakukan penambahan jumlah mesin maupun jumlah karyawan pada bagian
19

mesin press dimana merupakan aktivitas proses produksi yang paling dominan
terjadi bottleneck.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, everete E., and Ronald J. Ebert. 1992. Production and Operation
Management: Concept, Models, and Behavior. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Blocher, Edward j dan Chen, Kung H dan Cokins, Gary dan Lin, Thomas W. 2007.
Cost Manajement. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta
Burhan, M gugin. 2007. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Elwood, S Buffa dan Rakesh, K Saria. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi
8. Binarupa Aksara. Jakarta
Garrison, Ray H, Eric, W Noreen and Brewer, Peter C. 2009. Akuntansi Manajerial.
Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta
Hasen dan Mowen. 2005. Akuntansi manajemen. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta.
Hasen dan Mowen. 2001. Managemen Biaya. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta.
Kaplan Robert., and Anthony A. Atkitson. 1998. Advanced Management Accounting.
3rd ed. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Tunggal, Amin Wijaya. 2003. Theory of Constraints (TOC) dan Througput
Accounting. Harvindo. Jakarta.
Ursy, E Milton dan Hammer, H Lawrence. 1994. Akuntansi Biaya. Erlangga: Jakarta

You might also like