Program Studi: Akuntansi SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA 2012 1
ABSTRACT Competitionin the industry will become tightly increasing. Every company will strive to improe the performance of the company so that the company can survive. Company ability in providing products quickly as asked by the consumer is one of the main factor can compete. Krupuk ABC Company whiche is company move in the fields of food industry, production in the activities of the company must confort limitation that can because the product of less that optimal. The purpose of this research is to indentify and analyzing constraint contained in Krupuk ABC Company by using Theory of Constraints (TOC) approach. The implementation of TOC is done to optimize the production process. In the TOC there are five step that used to perform repairs ongoing basis, namely the identification of constraints in the production process, determine the most optimal product mix of each constraints, maximize areas through barriers, increase capacity on the constraints, and re-desaign production process in order to speed up the flexibility and time cycle, Based on the result analysis, during the production process known that there are constraints, and only able to meet of 90% of the total of products, and there are less that of 10% the whole products to meet consumers, To able to optimize the engine to maximum throughput then produces the product mix that is optimal 580 for krupuk rantai 100 and 301 for krupuk rantai 150, so that chain of krupuk in managing the flow of production through a some trouble machine that has needed a Drumm-Buffer- System. Keyword: TOC, DBR System, throughput 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era pergerakan dan perubahan industri saat ini semakin kompetitif yang mendorong perusahaan untuk dapat meningkatkan daya saingnya dimana perusahaan harus mampu meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan konsumen yang beraneka ragam seperti produk berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif. Keunggulan itu dapat dicapai dengan memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan tetap bertahan didalam persaingan bisnis. Dalam industri manufaktur, fungsi produksi merupakan salah satu aktivitas penting yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sumber daya, karena fungsi produksi berkaitan dengan apa, bagaimana, dan berapa banyak jumlah produk yang mampu dihasilkan perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik harus memperhatikan dan dapat memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki perusahaan serta mampu menyelesaikan permasalahan atau kendala yang menghambat operasional perusahaan. Akan tetapi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengalami keterbatasan. Keterbatasan ini merupakan kendala bagi terlaksananya aktivitas produksi, yang disebabkan oleh kapasitas 2
produksi yang terbatas. Permintaan pasar juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengendalian produksi karena produksi yang dihasilkan tidak boleh melebihi permintaan pasar dan kurang dari permintaan pasar. Dalam menghadapi masalah tesebut, yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan optimalisasi pada sumber daya yang dimiliki terutama akativitas yang berkendala supaya proses produksi dapat berjalan dengan maksimal, sehingga tingkat produksi perusahaan dapat maksimal dari sumber daya yang digunakan perusahaan. Salah satu cara mengoptimalkan sumber daya dan mengatasi kendala atas sumber daya yang terbatas adalah melalui Theory of Constraints (TOC). Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2007:14), TOC merupakan teknik strategik yang membantu perusahaan secara efektif meningkatkan throughput, dengan cara mengidentifikasi kendala dan meningkatkan kapasitas. Pendekatan yang dilakukan TOC memberikan perhatian khusus pada kendala yang terdapat dalam sumber daya perusahaan untuk mencapai optimalisasi proses produksi. Perusahaan krupuk ABC merupakan usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang produksi. Perusahaan ini telah melakukan penambahan kapasitas produksi dengan seiringnya bertambahnya permintaan konsumen. Dengan kapasitas yang sangat besar, maka diperlukan pengelolaan dan perencanaan sumber daya yang dimilikinya, karena ketersediannya bahan baku, dan kapasitas mesin yang tidak selalu sama. Saat ini permasalahan yang dihadapi adalah perbedaan kapasitas mesin dan waktu persiapan mesin yang lama dapat menyebabkan timbulnya bottleneck sehingga dapat menghambat tercapainya optimalisasi produksi. Saat ini perusahaan Krupuk ABC belum menggunakan pendekatan TOC dalam mengatasi sumber daya yang terbatas. Dengan penerapan TOC, perusahaan diharapkan dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya sehingga kendala yang ada dapat diidentifikasi dan diatasi untuk dapat mencapai optimalisasi produksi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana mengoptimalisasikan produksi dengan pendekatan Theory of Contraints pada perusahaan Krupuk ABC ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah penerapan TOC dapat digunakan dalam mencapai optimalisasi produksi pada perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan alternatif cara yang dapat diterapkan untuk mencapai optimalisasi proses produksi yaitu melalui pendekatan Theory of Constraints. 2. Kontribusi Teoretis 3
a. Pelaksanaan penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk lebih memahami bagaimana optimalisasi produksi dapat dicapai melalui pendekatan Theory of Constraints. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi teori-teori yang telah didapat dengan realita yang ada sehingga dapat memperluas wawasan pengetahuan penulis. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian rekan-rekan mahasiswa dan sebagai tambahan kepustakaan yang dapat digunakan sebagai acuan dan dasar penelitian sejenis pada masa yang akan datang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan krupuk ABC yaitu suatu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri krupuk. Ruang lingkup penelitian mengenai optimalisasi produksi dengan pendekatan TOC, dengan obyek penelitian yang terbatas pada hasil produksi dari perusahaan krupuk ABC yaitu krupuk rantai 100 dan krupuk rantai 150. Dan data hanya terbatas pada aktivitas-aktivtas, waktu, serta biaya- biaya yang berhubungan dengan proses produksi 2. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Optimalisasi Produksi Menurut Adam dan Ebert (1992:164), optimalisasi produksi adalah mengoptimalkan produksi sehingga dapat mencapai target produksi yang diharapkan dengan cara merencanakan kapasitas yang melalui beberapa kegiatan, yaitu: a. Menghitung kapasitas yang tersedia. b. Memperkirakan kebutuhan kapasitas. c. Mengidentifikasi alternatif cara untuk menyesuaikan kapasitas. d. Mengevaluasi segi finansial, ekonomi, dan teknologi dari kapasitas alternatif. e. Memilih kapasitas alternatif yang paling sesuai dengan tujuan perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah produksi adalah kapasitas mesin. Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama periode waktu tertentu (Handoko, 1992:298) Dalam mengoptimalisasikan produksi diperlukan perencanaan kapasitas dalam menentukan kebutuhan proses produksi. Tujuan perencanaan kapasitas adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sumber daya perusahaan dalam melakukan produksi. Perencanaan kapasitas juga dapat membantu untuk mengatahui batas kemampuan produksi perusahaan, terutama yang berkaitan dengan kendala. Sehingga aktivitas produksi akan disesuaikan dengan kapasitas yang tersedia dalam perusahaan. 2.2 Theory of Constraints TOC merupakan teknik strategi untuk membantu perusahaan secara efektif memperbaiki CSF yang sangat penting : waktu siklus, yaitu tingkat kecepatan bahan baku diubah menjadi barang jadi (Blocher, Chen, dan Lin,2007). TOC membantu 4
menemukan dan menghilangkan kemacetan produk tempat-tempat dimana barang setengah jadi (masih dalam proses) cenderung terakumulasi karena barang-barang tersebut perlu diproduksi lebih lanjut pada proses produksi. Menurut Hasen dan Mowen (2001) bahwa theory of constraints mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan kendala untuk mendukung tujuan, yaitu kemajuan terus-menerus suatu perusahaan (continious improvement). Teori ini memfokuskan diri pada tiga ukuran yaitu: Throughput adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan uang melalui penjualan. Persediaan, adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah bahan baku mentah melalui throughput. Biaya-biaya operasional, yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi throughput. Setiap perusahaan yang bertujuan menghasilkan laba pastilah harus bisa mengukur keuangan. Pengukuran keuangan merupakan pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan uang. Pengukuran ini meliputi: laba operasi dan return on investment (ROI). TOC menggunakan serangkaian pengukuran yang secara langsung mengaitkan kinerja keuangan perusahaan dengan kinerja non keuangan keuangan Menurut Hasen dan Mowen (2001:601), kendala dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain: a. Kendala eksternal merupakan faktor-faktor yang membatasi perusahaan, yang berasal dari sumber luar. b. Kendala internal merupakan faktor-faktor yang membatasi perusahaan, yang berasal dari dalam perusahaan Menurut Hasen dan Mowen (2001:601), berdasarkan kapasitas sumber daya dikelompokkan menjadi dua kelompok, antara lain: a. Kendala-kendala yang kendur yaitu kendala-kendala sumber daya yang dimiliki perusahaan yang tidak sepenuhnya digunakan oleh suatu produk campuran. b. Kendala-kendala yang mengikat yaitu kendala-kendala sumber daya yang dimiliki perusahaan yang sepenuhnya digunakan oleh suatu produk campuran. Menurut Hasen dan Mowen (2003:496) sistem persediaan dalam theory of constraints disebutkan dengan Drum-Buffer-Rope (DBR) system ditunjukkan dalam gambar 2.1
5
Gambar 2.1: DRUM-BUFFER-ROPE SYSTEM
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2007:633) Drum-Buffer-Rope (DBR) System yaitu sistem yang digunakan untuk menyeimbangkan arus produksi yang melalui suatu kendala. Dalam sistem DBR, semua arus produksi harus disinkronisasikan dengan drum-nya (kendala) untuk dapat memproduksi sejumlah kapasitas yang mampu dihasilkan. Buffer merupakan jumlah minimum input barang dalam proses. Rope adalah urutan proses sebelum kendala dan proses-proses yang di dalamnya terdapat kendala. Tujuannya adalah menyeimbangkan waktu dan jadwal aktivitas secara saksama dalam proses produksi, sehingga diharapkan tidak terjadi penumpukan persediaan. Langkah-langkah TOC menurut Blocher, Chen, dan Lin (2007) ada lima langkah yaitu: a. Mengidentifikasi kendala b. Menentukan bauran produk yang paling menguntungkan untuk setiap kendala Bahan Baku Tali Barang Jadi Proses Akhir Proses C Proses Drummer Penyangga waktu Proses B Proses A Proses Awal 6
Mengoptimalkan pemakaian sumber daya yang berkendala melalui bauran produk yang mempunyai throughput yang lebih tingi Menghitung perbandingan throughput perusahaan sebelum dan sesudah menggunakan TOC Kesimpulan dan saran Sumber Daya Produksi Aktivitas Produksi Identifikasi Kendala produksi pada sumber daya Meningkatkan efisiensi dan kapasitas pada bottleneck Penyesuaian Tingkat produksi pada proses melalui DBR System c. Memaksimalkan arus yang melalui kedala d. Menambah kapasitas pada kendala e. Medesain ulang proses produksi untuk mempercepat fleksibilitas dan waktu siklus
2.3 Rerangka Pemikiran
3. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah tersebut adalah penelitian kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Tujuannya penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan, deskriptif, atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada, sifat-sifat dan karakter, serta hubungan antara fenomena obyek yang sedang diteliti. Sedangkan bersifat deskriptif karena penulis akan menggambarkan aktivitas-aktivitas apa saja yang membentuk proses produksi, serta identifikasi kendala yang dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas tersebut. 3.1 Sumber Data 7
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data kualitatif, yaitu data yang tidak dinyatakan dalam angka, meliputi struktur organisasi perusahaan, sejarah perusahaan, hasil produksi, alur proses produksi, dan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi b. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka, yang antara lain meliputi waktu produksi, kapasitas mesin, waktu mesin, kapasitas tenaga kerja langsung. Data-data yang diperoleh berasal dari beberapa sumber, antara lain: a. Data Primer, adalah data yang diperoleh secara langsung yang diperoleh melalui observasi langsung untuk mengetahui proses produksi lebih mendetail b. Data Sekunder, merupakan data yang tidak dikumpulkan langsung, melainkan dikumpulkan oleh pihak lain, diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi perusahaan, yaitu berupa data operasional perusahaan serta sumber tertulis teori- teori yang diperoleh dari berbagai macam literature yang berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Kegiatan pencarian data dengan cara melakukan pengamatan langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan langsung pada obyek penelitian yaitu aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses produksi. b. Wawancara, yaitu untuk mendapakan informasi secara langsung dari pihak-pihak yang memiliki wewenang untuk memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam peneliti ini. c. Dokumentasi adalah sebagai salah satu metode pengumpulkan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Data yang diperoleh dari dokumentasi antara lain sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi, misi, filosofi prusahaan, proses produksi, waktu produksi, kapasitas mesin, waktu mesin, hasil produksi dan biaya yang berkaitan dengan proses produksi 3.3 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan mengelola data yang telah diperoleh selama melakukan pengamatan, dengan kata lain merupakan hasil pengumpulan berbagai teori yang diperoleh dari berbagai macam sumber pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian ini, kemudian dari hasil analisis perbandingan tersebut dibandingkan lagi dengan kenyataan yang ada. Tahapan-tahapan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mencatat dari awal hingga akhir alur proses produksi, serta mengidentifikasi kapasitas produksi, dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proses produksi. 8
b. Mengidentifikasi kendala yang ada dalam proses produksi, baik yang bersifat internal dan eksternal, dari proses produksi dan semua operasional perusahaan dari bahan baku hingga menjadi barang jadi yang ditunjukkan dalam alur proses produksi, dengan cara membandingkan sumber daya yang dibutuhkan dengan yang dimiliki perusahaan. c. Mengoptimalkan pemakaian sumber daya yag berkendala, setelah kendala ditemukan dan membandingkan sumber daya yang tersedia dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pasar. d. Menghitung throughput pada bagian produksi yang berkendala untuk mengetahui urutan utama produksi yang perlu dilakukan, untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang berkendala. e. Menghitung serta melakukan analisis perbandingan mengenai margin troughput sebelum dan sesudah menerapkan TOC. Dan melakukan perhitungan throughput pada TOC dengan program linear. f. Menyesuaikan tingkat nonbottleneck melalui Drum-Buffer-Rope System (DBR System) untuk menyeimbangkan aliran produksi atau menentukan jumlah buffer yang diperlukan oleh mesin dan tenaga kerja langsung yang terkendala (bottleneck). g. Mencari alternatif cara dalam mengatasi kendala-kendala proses produksi. h. Menarik kesimpulan dan saran sebagai tahap akhir penulisan. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN a. Mengidentifikasi kendala Dalam hasil analisis dan pembahasan ini akan dibahas mengenai optimalisasi proses produksi dengan pendekatan Theory of Constraints. Dengan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan krupuk ABC berawal dari tidak terpenuhinya permintaan pembeli yang dikarenakan pada proses produksi yang mengalami kendala, kendalanya adalah keterbatasan penggunaan sumber daya produksi, dengan kata lain adalah faktor-faktor produksi yang dimiliki belum dapat digunakan secara optimal. Analisis optimalisasi dengan pendekatan TOC, diharapkan kendala yang ada pada dapat diidentifikasi dan dikendalikan lebih awal, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan optimal dalam mencapai tujuan usaha. Perusahaan harus dapat mempertimbangkan beberapa aspek dan alternatif pilihan untuk mencapai optimasi tersebut. Optimalisasi proses produksi dilakukan dengan memperhatikan kapasitas dan sarana produksi yang tersedia yang dapat menunjang efisiensi biaya dengan tidak mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. 1. Pembelian Bahan Baku Pembelian bahan baku selama penyiapan proses produksi tidak mengalami kendala, hal ini berarti kebutuhan akan bahan baku dapat terpenuhi tepat waktu dengan harga dan kualitas yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Biasanya pembelian bahan baku tersebut diperoleh perusahaan dari pemasok yang berada di area surabaya. Disamping itu selama ini perusahaan juga mempunyai hubungan yang baik dengan para pemasok bahan baku tersebut sehingga pada proses pembelian 9
bahan baku ini tidak ditemukan adanya kendala yang dapat menghambat proses produksi.
2. Tenaga Kerja Dalam memenuhi sumber daya manusia yang merupakan faktor terpenting dalam menjalankan proses produksi maka perusahaan krupuk ABC melakukan rekuirtment yang sesuai dengan tugas dan kemampuanya. Selama ini perusahaan dalam memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja tidaklah mengalami kendala, karena letak perusahaan yang dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga persahaan dengan mudah untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan. 3. Pemasaran Produk Hasil produksi perusahaan yang berupa krupuk rantai 100 dan krupuk rantai 150 ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar dalam daerah surabaya. Perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi serta mengirim produk kepada pelanggan dengan tepat waktu. Menurut pemilik usaha, sebenarnya banyak permintaan yang tidak dapat terpenuhi dikarenakan pada proses produksi seringkali tidak mampu untuk memenuhi seluruh permintaan yang diterima perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pemasaran produk tidaklah mengalami kendala. 4. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi merupakan faktor terpenting yang perlu diperhatikan, oleh sebab itu proses produksi seringkali menjadi kendala internal perusahaan. untuk dapat menentukan tingkat operasi yang mengalami kendala dilakukan dengan cara membandingkan sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan. Jika sumber daya lebih besar dari kebutuhan produksi maka proses produksi tidaklah mengalami kendala, dan apabila sumber daya lebih kecil dari kebutuhan produksi maka dapat menjadi kendala dalam proses produksi. Sumber daya merupakan jam kerja mesin serta tenaga kerja langsung yang tersedia dalam memenuhi kebutuhan proses produksi. Tabel 4.6 dibawah ini menunjukkan waktu proses yang tersedia pada masing-masing mesin pada periode bulan Februari 2012, dengan 24 hari kerja dan Tenaga kerja yang tersedia untuk proses produksi dalam sehari selam 10 jam yang dimulai pukul 03.00 pagi sampai dengan pukul 13.00 siang dengan catatan pada hari libur perusahaaan tidak melakukan proses produksi. Kapasitas produksi masing- masing mesin dari tabel 4.1 dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kapasitas Produksi = Hari x Shift x Jam/Shift x Menit x Jumlah Mesin Tabel 4.1 Kapasitas produksi yang tersedia pada bulan Februari 2012 Jenis mesin/ aktivitas Jumlah sumber daya Shift Jam kerja sehari Menit Kapasitas produksi (Menit) Formulasi dan mixing 2 1 10 60 28.800 Mesin Press 2 1 10 60 28.800 Langseng 1 1 10 60 14.400 10
Oven 1 2 10 60 14.400 Packing 2 1 10 60 28.800 sumber: bagian produksi Sedangkan untuk mengetahui rata-rata waktu set-up masing-masing mesin dan kebutuhan waktu proses produksi untuk setiap jenis krupuk rantai 100 dan krupuk rantai 150 Tabel 4.2 Rata-rata Waktu Set-up dan Kebutuhan Waktu Proses Produksi Jenis mesin Waktu set-up (menit) Kebutuhan waktu proses produksi (menit) Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150 Formulasi dan mixing 20 25,20 25,62 Mesin press 15 30,24 35 Langseng 10 12,97 13,63 Oven 15 13,28 14,17 Packing 5 5,25 5,31 sumber: bagian produksi yang telah diolah Dari tabel 4.2 diatas, dapat diketahui waktu yang dibutuhkan untuk melakukan set-up dan proses produksi untuk setiap krupuk rantai 100 dan krupuk rantai 150. Data tersebut akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan waktu proses produksi yang diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam satu bulan, yaitu menghitung waktu produksi dengan cara mengalikan waktu proses produksi dengan jumlah permintaan konsumen. Menurut data perusahaan, diketahui permintaan pasar untuk bulan Februari 2012 untuk krupuk rantai 100 sebanyak 2900 kg atau 580 pack sedangkan untuk krupuk 150 diketahui permintaan pasar sebanyak 1535 Kg atau 387 pack. Berikut ini adalah tabel 4.3 yang menunjukkan perhitungan waktu proses produksi yang diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen pada bulan Februari 2012: Tabel 4.3 Perhitungan Waktu Proses Produksi yang Diperlukan Jenis mesin Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150 Total kebutuh an waktu prod. (menit) Kapasi tas mesin (menit ) Kapasit as lebih atau kurang (menit) Waktu prod. (menit ) Permint aan pasar (pack) Total waktu (menit ) Waktu prod. (menit ) Permint aan pasar (pack) Total waktu (menit) Formulasi dan mixing 25,20 580 14.616 25,62 387 9.915 24.531 28800 4.269 Mesin press 30,24 580 17.539 35,00 387 13.545 31.084 28800 -2.284 11
langseng 12,97 580 7.523 13,63 387 5.275 12.797 14400 1.603 Oven 13,28 580 7.702 14,17 387 5.484 13.186 14400 1.214 Packing 5,25 580 3.045 5,31 387 2.055 5.100 28800 23.700 sumber: bagian produksi yang telah diolah Dari perhitungan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dalam proses produksi mengalami kendala, yaitu pada mesin press yang hanya memiliki kapasitas produksi sebesar 28.800 menit sedangkan total kebutuhan waktu produksi untuk krupuk rantai 100 dan krupuk rantai 150 memerlukan 31.084 menit, sehingga dalam proses pencetakan mengalami kekurangan kapasitas produksi sebesar 2.284 menit. Untuk mengetahui berapa besar rasio yang menunjukkan kemungkinan adanya suatu aktivitas produksi yang menjadi kendala dalam proses produksi maka dapat dibandingkan antara kapasitas produksi dengan total kebutuhan waktu produksi sebanyak permintaan pasar, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rasio = kapasitas produksi mesin waktu setup mesin total kebutuhan waktu produksi
Dengan perhitungan tersebut, semakin kecil angka yang diperoleh maka semakin besar kendala produksi, karena rasio minimal yang harus diperoleh adalah 1. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil perhitungan rasio dari setiap aktivitas: Tabel 4.4 Perhitungan Rasio Antara Kapasitas Mesin/Aktivitas Dengan Kebutuhan Waktu Produksi Mesin / Aktivitas Kapasitas Waktu Set-Up bln Agustus Total Kebutuhan Waktu Produksi Rasio Urutan Aktivitas yang Berkendala Formulasi dan mixing 28.800 960 24.531 1,13 4 Mesin press 28.800 720 31.084 0,90 1 Langseng 14.400 240 12.797 1,11 3 Oven 14.400 360 13.186 1,06 2 Packing 28.800 240 5.100 5,60 5 Sumber:bagian produksi yang telah diolah Hasil perhitungan pada tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa rasio dari yang paling kecil dimiliki oleh mesin press sebesar 0,9. dari angka rasio ini dapat diketahui bahwa mesin press hanya dapat memenuhi 90% dari total kebutuhan waktu produksi sehingga terdapat kekurangan 10% dari total kebutuhan yang dapat memenuhi permintaan pasar. b. Menentukan Bauran Produk yang Paling Menguntungkan untuk Setiap Kendala Setelah mengidentifikasi kendala yang ada didalam perusahaan pada langkah pertama, maka selanjutnya pada langkah kedua adalah menentukan bauran produk 12
yang paling mengutungkan untuk setiap kendala. Hal ini berarti memaksimalkan throughput pada setiap produk pada yang menjadi kendala, yaitu pada mesin press. Produk yang mendapatkan prioritas produksi pertama kali adalah produk yang memiliki throughput terbesar. Throughput per menit dapat dihitung dengan cara mengurangkan harga jual per pack dengan biaya variabel langsung per pack produk (biaya bahan baku dan packing) dan membaginya dengan waktu produksi per pack yang dibutuhkan oleh proses produksi yang dilakukan mesin press tabel 4.5 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan throughput: Tabel 4.5 Urutan Prioritas Produksi Berdasarkan Throughput Per Menit Pada Mesin Press keterangan Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150 Harga jual per pack Rp 60.000 Rp 62.000 Biaya variabel langsung per pack : Biaya bahan baku dan packing Rp 31.238 Rp 32.588 Throughput per pack Rp 28.762 Rp 29.412 Waktu proses pada mesin press (menit) 30,24 35 Throughput per menit Rp 951 Rp 840 Urutan prioritas produksi 1 2 sumber: internal perusahaan Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan urutan prioritas produksi berdasarkan throughput per menit pada kendala yang terlihat bahwa produk krupuk rantai 100 mendapat prioritas pertama dan proritas kedua adalah produk krupuk rantai 150. Hal ini disebabkan dengan krupuk rantai 100 memiliki throughput per menit yang lebih besar dari pada throughput per menit yang dimiliki oleh krupuk rantai 150. Setelah diketahui produk yang mana yang memiliki throughput per menit terbesar, maka kemudian adalah menentukan jumlah atau kuantitas yang harus diproduksi dari kedua jenis krupuk tersebut. Berikut ini adalah perhitungan kuantitas yang dapat diproduksi dari kedua jenis krupuk: Tabel 4.6 Perhitungan Jumlah Produk yang Dapat Diproduksi Pada Bulan Februari 2012 Kapasitas produksi yang tersedia pada mesin press 28.800 menit Waktu setup pada mesin press 720 menit Kebutuhan jam kerja untuk menuhi permintaan pasar krupuk rantai 100 ( 30.24 menit x 580 pack) 17.539,20 menit Sisa kapasitas yang tersedia untuk memenuhi permintaan pasar krupuk rantai 150 10.540,80 menit Waktu yang diperlukan untuk memproduksi krupuk rantai 150 35 menit Jumlah krupuk rantai 150 yang dapat diproduksi 301 pack Sumber: Data perusahaan 13
Dari tabel 4.6 diatas diketahui bauran produk baru berdasarkam throughput per menit pada mesin press adalah 580 pack untuk krupuk rantai 100 dan jumlah untuk krupuk rantai 150 yang dapat diproduksi adalah sebesar 310 pack, dengan demikian bauran produk ini adalah bauran yang paling optimal karena dapat menghasilkan throughput dengan maksimal. Menurut data perusahaan krupuk ABC, realisasi krupuk yang dapat diproduksi pada bulan Februari 2012 adalah 480 pack untuk krupuk rantai 100 dan 360 pack untuk krupuk rantai 150. Dari keseluruhan krupuk yang diproduksi dapat terjual seluruhnya akan tetapi belum dapat memenuhi permintaan konsumen. Dari hasil tersebut dapat diketahui throughput yang diperoleh sebelum penerapan TOC dan sesudah penerapan TOC yang ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Perbandingan Throughput Bulan Februari 2012 Sebelum dan Sesudah Penerapan TOC Perhitungan throughput Sebelum penerapan TOC Sesudah penerapan TOC Prioritas produksi : 1. K. Rantai 100 2. K. Rantai 150
480 Pack 360 Pack
580 Pack 301 Pack Penjualan : 1. K. Rantai 100@ Rp 60.000 2. K. Rantai 150@ Rp 62.000
Rp 28.800.000 Rp 22.320.000
Rp 34.800.000 Rp 18.662.000 Total penjualan Rp 51.120.000 Rp 53.462.000 Biaya variabel langsung : Biaya bahan baku 1. K. Rantai 100@Rp31.238 2. K. Rantai 150@Rp32.558
Rp 14.994.240 Rp 11.720.800
Rp 18.118.040 Rp 9.799.958 Total biaya variabel langsung Rp 26.715.120 Rp 27.917.998 Throughput Rp 24.404.880 Rp 25.544.002 Sumber: data perusahaan yang telah diolah Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa setelah menerapakan TOC maka throughput meningkat sebesar Rp 1.139.122 dari sebelum penerapan TOC throughput yang diperoleh sebesar Rp 24.404.880 dan setelah penerapan TOC throughput yang diperoleh sebesar Rp 25.544.002. Dalam penerapan TOC untuk mengoptimalkan throughput dapat juga menggunakan metode linear, dimana maksimalisasi throughput sebagai fungsi objektif dan fungsi pembatas adalah kendala yang terdiri dari kapasitas mesin dan permintaan masing-masing produk. Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut Maksimal : Z = Rp 951X 1 + Rp 840X 2 Kendala : 30,24X 1 + 35X 2 28.800 X 1 580 X 2 301 14
X 1 ,X 2 0 dimana : X 1 krupuk rantai 100 X 2 krupuk rantai 150
Gambar 4.2 Grafik Program Linear
Dari hasil yang diperoleh setelah melakukan pengaturan dengan memaksimalkan atas bauran produk maka pada mesin press, maka waktu yang dibutuhkan sebesar 28.080 dari kapasitas yang tersedia sebesar 28.800 sehingga aktivitas pada mesin press tidaklah mengalami kendala atau dalam hal ini mesin press berubah menjadi aktivitas non bottleneck c. Memaksimalkan Arus yang Melalui Kedala Setelah menentukan bauran produk yang optimal pada langkah ke dua berdasarkan throughtput per menit pada mesin press maka langkah ke tiga adalah memaksimalkan arus produk produksi melalui proses produksi yang berkendala. Dalam langkah ini bertujuan untuk mengelola proses produksi yang masuk dan yang keluar dalam kendala yang mengikat untuk melancarkan proses produksi proses produksi yang berkendala terdapat pada mesin press yang menentukan tingkat produksi secara keseluruhan sehingga pada aktivitas mesin press harus dapat dimaksimalkan. Untuk dapat mengelola aliran produksi diperlukan suatu sistem persediaan TOC yang dikenal dengan Drum-Buffer-Rope (DBR system). Dalam DBR system, drummer 580 301 952,38 822,86 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 200 400 600 800 1000 K r u p u k
r a n t a i
1 0 0 Krupuk rantai 150 X 1 =580 X 2 =301 30,24X 1 + 35X 2 28.800 15
adalah kendala utama dalam proses produksi produksi, untuk menjaga supaya drummer tetap bekeja dalam jangka waktu tertentu maka diperlukan persediaan penyangga didepan drummer yang disebut buffer yang berfungsi sebagai penyangga yang berupa persediaan barang dalam proses yang disiapakan untuk mengoptimalkan drummer dalam proses produksi. Sedangkan rope merupakan tindakan yang diambil untuk menyeimbangkan aliran produksi dengan merencanakan waktu secara hati-hati dan penjadwalan aktivitas dalam proses sebelum drummer process sesuai dengan tingkat produksi drummer, sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan barang dalam proses. Penerapan DBR system pada produksi perusahaan krupuk ABC dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 4.3 DBR SYSTEM Proses Produksi Krupuk
Rope
Sumber: Bagian produksi perusahaan Drummer pada DBR system merupakan kendala utama pada perusahaan krupuk ABC. Drummer pada proses produksi krupuk ini terletak pada aktivtas mesin press sehingga sangat menentukan tingkat produksi pada mesin lainnya. Untuk menjaga drummer tetap sibuk, maka disediakan buffer didepan drummer, sehingga pada saat formulasi dan mixing harus disediakan adonan yang akan masuk dalam mesin pres. jumlah buffer yang dibutuhkan agar drummer tetap bekerja dapat dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan untu melakukan perbaikan jika mesin press Bahan baku
Formulasi dan mixing Time Buffer Kebutuhan 2 hari Mesin press
Langseng
Drying
Packing
Kirim Drummer 16
mengalami kerusakan, yaitu 1 hari. sehingga untuk mencegah adanya kapasitas menganggur pada mesin press, maka aktivitas formulasi dan mixing harus dapat menyediakan buffer yang dapat dimanfaatkan 2 hari produksi mesin press. Pada tabel 4.8 menunjukkan kuantitas buffer yang dibutuhkan di depan mesin press adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Kebutuhan Buffer di depan Aktivitas Mesin Press Keterangan K. Rantai 100 K. Rantai 150 Jumlah produk sesuai dengan bauran produk optimal 580 pack 301 pack Rata-rata produksi 1 hari pada bln Februari (1 bulan = 24 hari kerja) 24 pack 13 pack Jumlah buffer yang dibutuhkan (2 hari) 48 pack 26 pack Sumber: Bagian produksi Untuk menyiapkan buffer dapat menyeimbangkan proses produksi pada mesin yang memiliki kendala, maka harus memperhatikan kapasitas waktu produksi pada mesin sebelumnya. perhitungan sisa kapasitas produksi untuk dapat memenuhi permintaan pasar berdasarkan bauran optimal produk dan menyediakan buffer dapat dilihat pada tabel 4.9 sebgai berikut: Tabel 4.9 Sisa Kapasitas Produksi pada Aktivitas Formulasi dan Mixing Keterangan perhitungan Jumlah (menit) Kapasitas produksi satu bulan 28.800 Waktu set-up dan Waktu bauran produk optimal: Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150
580 X 25,20 menit 301 X 25,62 menit
960 14.616 7.711,62 Sisa kapasitas produksi 5. 512,38 Jumlah buffer: Krupuk rantai 100 Krupuk rantai 150
48 X 25,20 menit 25 X 25,62 menit
1.209,6 640,5 Sisa kapasitas produksi 3.662,28 Sumber: Bagian produksi Dari perhitungan tabel 4.9 diatas bahwa pada saat formulasi dan mixing tidak ada masalah dalam menyediakan buffer, hal ini disebabkan dengan aktivitas formulasi dan mixing masih memiliki kapasitas yang menganggur untuk memproduksi buffer yang diperlukan. Penyesuaian pada proses produksi sangatlah diperlukan untuk menjaga kelancaran produksi yang dapat mengakibatkan kerugian maupun kelebihan produksi pada proses formulasi dan mixing sehingga mengakibatkan peningkatan biaya operasional dan penumpukan barang setengah jadi. d. Menambah kapasitas pada kendala 17
Pada langkah keempat yang perlu dilakukan dalam usaha penerapan theory of constraints adalah usaha jangka panjang untuk mengatasi kendala yang terjadi dengan mengurangi pemborosan dan memperbaiki throughput yang mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan tambahan kapasitas untuk kendala yang mengikat. Kendala internal pada perusahaan krupuk ABC saat ini adalah memerlukan kapasitas produksi pada mesin press yang lebih banyak untuk memenuhi permintaan pasar yang selama ini belum terpenuhi sehingga pendapatan dapat meingkat dan kebutuhan konsumen yana terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut maka perusahaan dalam mengambil keputusan perlu mempertiambangkan biaya dan manfaatnya, sehingga meningkatnya throughput dapat dicapai. Tabel 4.10 dibawah ini menunjukkkan jumlah permintaan yang belum terpenuhi dalam bulan Februari Tabel 4.10 Jumlah Permitaan yang Belum Terpenuhi Bulan Februari 2012 Jenis Produk Krupuk Jumlah permintaan (pack) Produksi berdasarkan bauran produk yang optimal (pack) Jumlah permitaan yang belum terpenuhi (pack) K. Rantai 100 580 580 - K. Rantai 150 387 301 86 Usaha-usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas kendala pada mesin press adalah dengan menambah kapasitas yaitu menambah jam kerja. e. Medesain Ulang Proses Produksi untuk Mempercepat Fleksibilitas dan Waktu Siklus. Langkah ini adalah langkah terakhir dalam penerapan TOC yang ditemukan kendala yang ada dalam proses produksi, yaitu keterbatasan pada aktvitas mesin press. Pada langkah kelima ini, adalah kembali pada langkah pertama untuk mengidentifikasi ketidakpastian adanya kendala baru dan untuk kembali menyesuiakan kegiatan operasional untuk mengoptimalkan output dari sumber daya kendala yang baru. Dalam langkah ini menunjukkan adanya tindakan continous improvement, sehingga proses penerapan TOC tidak akan berhenti dalam mencari kendala-kendala baru yang akan muncul karena perubahan lingkungan bersifat dinamis yang selalu berubah-ubah dalam setiap waktu. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah melakukan pengolahan data yang diperoleh setelah melakukan penelitan selama 1 bulan di perusahaan krupuk ABC Surabaya dan menganalisis hasil pengolahan data tersebut diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Permasalahan yang ada pada perusahaan krupuk ABC di Surabaya ini adalah keterbatasan produksi dalam memenuhi permintaan konsumen. Hal ini disebabkan adanya kendala internal perusahaan yaitu saat proses pencetakan 18
adonan dalam mesin press. kapasitas produksi mesin press hanya 28.800 menit sedangkan total kebutuhan produksi pada mesin pres ini sebesar 31.084 menit, sehingga terdapat kekurangan kapasitas sebesar 2.284 menit. 2. Optimalisasi pemanfaatan kendala dilakukan dengan menentukan bauran yang paling mengutungkan berdasarkan throughput per menit pada mesin yang mengalami kendala yaitu pada mesin press. Bauran produk yang optimal tersebut adalah sebesar 580 pack krupuk rantai 100 dan 301 pack untuk krupuk rantai 150 dengan peningkatan throughput sebesar Rp 1.139,122,- dari sebelum menerapkan TOC, hroughput yang diperoleh sebesar Rp 24.404.880 dan setelah melakukan penerapan TOC, throughput yang diperoleh sebesar Rp 25.539.091. Adapun dengan menggunakan metode program linear maka secara umum rumus program linier yang digunakan:
Maksimal : Z = Rp 951X 1 + Rp 840X 2 Kendala : 30,24X 1 + 35X 2 28.800 X 1 580 X 2 281 X 1 ,X 2 0 dari hasil yang diperoleh dengan metode program linear maka sisa waktu yang tersedia pada mesin press sebesar 720 menit. 3. Memaksimalkan arus yang melalui kendala yaitu dengan menyesuaikan tingkat produksi pada mesin-mesin lain yang tidak mengalami kendala dengan menggunakan sistem persediaan yang disebut Drum-Buffer-Rope (DBR system). Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah: 1. Sebaiknya perusahaan menggunakan Theory of Constraints dalam menganalisis dan mengatasi kendala yang dialami perusahaan, khususnya pada proses produksi, karena dengan penerapan TOC dapat mengoptimalkan proses produksi yang berkendala pada perusahaan krupuk ABC karena hal ini dapat terbukti dengan adanya peningkatan througput yang dihasilkan perusahaan setelah melakukan penerapan Theory of Constraints. 2. Pemilik perusahaan dapat memberikan perhatian yang khusus pada proses pencetakan yaitu mesin press jangan sampai mengalami kerusakan yang dapat menghambat proses produksi. 3. Sebaiknya perusahaan juga melakukan pengulangan perhitungan Theory of Constraints apabila ada perubahan satu variabel atau lebih. hal ini disebabkan kendala yang dihadapi perusahaan selalu berubah, seperti perubahan harga bahan baku, perubahan harga jual, perubahan permintaan pasar, dan lain-lain 4. Dari hasil pengamatan, untuk masa mendatang sebaiknya perusahaan juga melakukan penambahan jumlah mesin maupun jumlah karyawan pada bagian 19
mesin press dimana merupakan aktivitas proses produksi yang paling dominan terjadi bottleneck. DAFTAR PUSTAKA Adam, everete E., and Ronald J. Ebert. 1992. Production and Operation Management: Concept, Models, and Behavior. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. Blocher, Edward j dan Chen, Kung H dan Cokins, Gary dan Lin, Thomas W. 2007. Cost Manajement. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta Burhan, M gugin. 2007. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Elwood, S Buffa dan Rakesh, K Saria. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 8. Binarupa Aksara. Jakarta Garrison, Ray H, Eric, W Noreen and Brewer, Peter C. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta Hasen dan Mowen. 2005. Akuntansi manajemen. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta. Hasen dan Mowen. 2001. Managemen Biaya. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta. Kaplan Robert., and Anthony A. Atkitson. 1998. Advanced Management Accounting. 3rd ed. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. Tunggal, Amin Wijaya. 2003. Theory of Constraints (TOC) dan Througput Accounting. Harvindo. Jakarta. Ursy, E Milton dan Hammer, H Lawrence. 1994. Akuntansi Biaya. Erlangga: Jakarta