Kampus merupakan pusat kegiatan utama mahasiswa yakni tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, wawasan serta pengalaman. Etika sangat diperlukan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari di kampus. Adapun beberapa etika yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa di lungkungan kampus diantaranya : Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah yakni nilai-nilai dalam menuntut dan menimba ilmu pengetahuan yang dilakukan dikampus dengan cara belajar dengan sungguh- sungguh. Mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan kampus mulai dari peraturan berbusana, misalnya di UIN Suska kuliah harus menggunakan celana dasar dan menggunakan baju kemeja bagi mahasiswa dan menggunakan rok, kemeja dan jilbab bagi mahasiswi serta menaati peraturan peraturan lainnya. Menghormati dan menghargai dosen selaku orang yang mengarahkan dan memberi ilmu pengetahuan kepada mahasiswa Memberi contoh yang baik dalam berperilaku kepada adik tingkat, teman setingkat dan kakak tingkat. Saling menghormati dan menghargai terhadap sesama mahasiswa. Berperilaku dan bertutur kata yang sopan, baik di dalam kelas dan di luar kelas yang mencerminkan perilaku sebagai mahasiswa dan dijiwai oleh nilai-nilai agama. Tidak berperilaku asusila atau tidak bermoral. Bersedia menerima sanksi yang ditetapkan atas pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku sebagai bagian dari pendidikan disiplin.
B. Etika Mahasiswa di Luar Kampus
Mahasiswa tidak selamanya berada di lingkungan kampus. Etika dalam kehidupan sehari hari di lingkungan luar kampus misalnya di lingkungan masyarakat tempat tinggal/kos juga sangat diperlukan. Adapun beberapa etika yang baik yang seharusnya diterapkan mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kampus adalah diantaranya :
Menjadi contoh yang baik di lingkungan dimana mahasiswa tersebut berada. Berperilaku dan bertutur kata yang baik yang mencerminkan sebagai mahasiswa yang merupakan kaum intelektual. Berupaya mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dipelajarinya di masyarakat sebagai wujud pengabdian. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar kampus. Bermasyarakat, yakni dekat dengan masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggal. Mengikuti segala bentuk aksi sosial masyarakat seperti gotong royong dll
C. Etika Mahasiswa Dalam Pergaulan
Etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun luar kampus sangat diperlukan. Sebagai mahasiswa, kita harus bisa memilah baik buruknya pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Pergaulan merupakan salah satu faktor utama pendukung baik atau buruknya etika seseorang. Mahasiswa hendaknya dijadikan sebagai contoh dalam pergaulan baik di lingkungan kampus, maupun masyarakat. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pergaulan dalam kehidupan sehari-hari baik itu dilingkungan kampus maupun luar kampus antara lain :
Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja, baik kepada dosen, masyarakat, teman kampus, senior, ataupun adik tingkat. Memberi perhatian kepada orang lain. Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain. Bersikap ingin membantu sesama teman maupun masyarakat di lingkungan tempat tinggal kita. Memiliki rasa toleransi yang tinggi. Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun.
D. Etika Mahasiswa Dalam Berbusana
Busana sangat mencerminkan sikap dan tingkah laku baik buruknya seseorang. Etika dalam berbusana sangat penting dan vital bagi mahasiswa baik di lingkungan kampus maupun luar kampus. Terlebih lagi sebagai mahasiswa UIN Suska, kita harus bisa menerapkan budaya berbusana islami baik itu dikampus ataupun diluar kampus.
Mahasiswa juga hendaknya menjadi contoh dari segi busana kepada masyarakat, dengan membiasakan menggunakan pakaian bernuansa islami. Banyak kita lihat sekarang mahasiswa UIN Suska terutama yang perempuan memakai jilbab hanya waktu ke kampus untuk memenuhi formalitas saja, itu merupakan etika yang tidak baik dan seharusnya tidak dijadikan contoh bagi kita.
Etiket sebagai Mahasiswa Mahasiswa dalam menjalani karirnya sebagai mahasiswa, perlu memahami etiket sebagai mahasiswa. Etiket ini menjadi aturan yang mengatur hubungan mahasiswa dalam kelompok manusia yang berada dalam pergaulan yang beradab. 1. Etiket di Kampus a. Dengan sesama teman - hargai mereka, seperti anda menghargai diri sendiri (agar mereka juga menhargai anda) - saling sapa ketika bertemu - saling membantu ketika diperlukan b. Dengan Karyawan/Dosen Lakukan: - panggil mereka dengan sebutan Bapak, Ibu - sapa ketika bertemu (cukup dengan kata sapaan) Hindari: - menyebut diri aku - mengirim pesan tertulis dengan bahasa alay c. Lingkungan Kampus - Jaga kebersihan, kerapihan, dan keindahan kampus - gunakan pakaian (termasuk alas kaki) rapi ala mahasiswa 2. Etiket di Tempat Umum Berikut ini adalah beberapa tips bagaimana sebaiknya kita berlaku ketika berada di tempat umum: a. Sikap duduk Sikap duduk mempengaruhi penilaian orang lain terhadap kita, juga berpengaruh terhadap kesehatan diri sendiri. Lakukan: Duduk tegak, miring atau segaris dengan kedua kaki merapat Letakkan tas di samping kiri kursi atau di belakang sandaran kursi b. Menggunakan ponsel Ponsel sudah merupakan benda wajib yang selalu bersama kita. Berikut hal-hal yang perlu diketahui agar berponsel mengasyikkan dan tidak mengundang masalah. Lakukan: Terapkan sopan santun sepertin menggunakan telapon biasa Gunakan seperlunya, untuk hal-hal penting saja Gunakan sms bila pembicaraan tidak indin didengar orang lain, atau untuk memperkenalkan siapa anda sebelum menelepon Menyingkir dari ruangan bila ada panggilan ketika berada pada acara formal Hindari: Mengobrol atau bergosip, apalagi dengan suara keras Menghidupkan ponsel pada acara formal Pinjam ponsel orang lain c. Berdiri dan berjalan Cara berdiri dan berjalan kita berpengaruh pada kesehatan dan menunjang keberhasilan kita dalam berkomunikasi dengan orang lain. Lakukan: Berdiri dengan posisi tegak Tarik bahu agar tidak menutup Kembangkan dada dan bagian perut tertari ke dalam Atur posisi kaki yang nyaman untuk menopang tubuh (untuk wanita: kaki merapat, tumit rapat, kedua telapak kaki sebelah depat terbuka, membentuk segitiga, pria: usahakan lebar kedua kaki tidak melebihi bahu) Ayunkan kaki dengan wajar, tidak terlalu lebar atau terlalu sempit Arahkan pandangan mata ke depan Hindari: Berjalan cepat ketika bersama orang lain Menyeret langkah atau berjingkat-jingkat Bolak-balik menunduk d. Berpeluk cium saat berjabat tangan Peluk cium saat berjabat tangan pertanda kedekatan hubungan. Namun tidak semua orang terbiasa dengan hal itu. Lakukan: Sebelum melakukan, perhatikan bahasa tubuhnya, jika canggung jangan lakukan peluk cium Inisiatif peluk cium lebih baik dari yang lebih tua/senior Hindari: Langsung menghapus noda lipstik yang ditinggalkan (seandainya ada) Menunjukkan air muka bingung, panika ketika dipelukcium e. Bersikap di depan umum Berjalan di trotoar - berjalan di sisi kiri - kalau mau mendahului orang di depan, bergerak dari sisi kanannya - pria berjalan di sisi yang melindungi wanita Saat menyeberang, pria membuka jalan/melindungi wanita Saat naik turun tangga - pria naik lebih dulu atau sejajar dengan wanita - pria turun di belakang atau sejajar dengan wanita Menggunakan lift - tunggu di samping, beri jalan bagi yang akan keluar - saat masuk maupun keluar lift, wanita terlebih dulu - bergerak merapat ke dinding atau ke belakang saat memasuki lift - bila anda berdiri dekat tombol, tanya tujuan penumpang lain dan bantu tekan tombol lantai yang mereka tuju - mendekat ke pintu jika hampir sampai lantai yang dituju Berkendaraan di jalan raya - jangan buang sampah sembarangan - patuhi rambu lalu lintas - berhenti di belakang lampu lalu lintas saat menyala merah 7. Etiket seorang Sarjana Setelah kita menyelesaikan studi, tentunya kita akan menjadi seorang profesional. Entah menjadi pengusaha atau pegawai. Mengikuti uraian Uno (2005), berikut ini adalah etiket di dunia kerja, lebih khusus ketika kita menjadi pengawa. 1. Melamar Pekerjaan Lakukan: Promosikan diri dengan jujur Paparkan kemampuan dan prestasi anda Cantumkan dalam CV: data pribadi, pendidikan formal dan non-formal, pengalaman berorganisasi dan hobi Bentuk surat lamaran dan CV yang menarik perhatian Hindari: Salah ketik/eja, nama orang/alamat Berbohong atas data/informasi yang disampaikan 2. Menghadapi Wawancara Datang sebelum waktu yang ditentukan, agar bisa menenangkan diri, merapikan penampilan, dan melakukan persiapan lainnya Pastikan anda rapi, bersih, dan segar Berpakaian dan memakai asesori yang simpel Masuk ruangan dengan tenang dan wajar. Sikap wajar adalah kunci sukses memenangkan hati pewawancara Tersenyum dengan ramah dan sopan Ucapkan salam dan jangan duduk sebelum dipersilakan Tunjukkan rasa percaya diri melalui bahasa tubuh (kontak mata, ekspresi, gerakan tangan, posisi duduk tegak, cara berjalan) Bertanya, jika ada pertanyaan yang anda tidak mengerti agar jawaban yang anda berikan tepat Selesai wawancara ucapkan terima kasih dan katakan bahwa anda menunggu jawaban mereka 3. Menjadi Karyawan Baru Ikuti peraturan dan kebiasaan yang berlaku Bekerja dengan sungguh-sungguh Sesuaikan penampilan dengan keadaan sekitar Jalin pertemanan 4. Membina Hubungan dengan Rekan Kerja Junjung tatakrama Berteman dengan banyak orang, pria maupun wanita Sampaikan pandangan atau kritik terhadap pekerjaan rekan anda secara obyektif Boleh memberi nasehat atas curahan teman, tapi anda tidak harus memecahkan masalahnya Hormati beda pendapat
Contoh Pelanggaran etika profesi 1. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak. September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatan. Analisa : pada kasus ini KPMG melanggar prinsip intergitas dimana dia menyuap aparat pajak hanya untuk kepentingan kliennya, hal ini dapat dikatakan tidak jujur karena KPMG melakukan kecurangan dalam melaksanakan tugasnya sebagai akuntan publik sehingga KPMG juga melanggar prinsip objektif Sumber : http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaran- etika.html 1. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di sini. Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini. Analisa : PT Kereta Api Indonesia tidak boleh mengabaikan dimensi organisasional penyusunan laporan keuangan dan proses audit. Setiap bagian lembaga yang ada di dalamnya hendaknya diberi pemahaman masalah esensial akuntansi dan keuangan yang ada agar tidak terjadi kesalahan dalam menangani akuntansi serta keuangan secara khusus. Upaya ini penting untuk dilakukan guna membangun kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsur lembaga. Selanjutnya, soliditas kelembagaan diharapkan tercipta sehingga mempermudah penerapan sistem pengendalian manajemen di dalamnya. Sumber : http://mulydelavega.blogspot.com/2009/06/pentingnya-laporan-kinerja-keuangan.html
2. Kasus Mulyana W Kusuma. Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka. Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan. Analisa : Hal yang dilakukan oleh Khairiansyah tidak dibenarkan karena melanggar kode etik akuntan. Seorang auditor telah melanggar prinsip objektivitas karena telah memihak kepada salah satu pihak dengan berpendapat adanya kecurangan. Lalu auditor juga melanggar prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional karena auditor tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional dalam melakukan audit keuangan terkait dengan pengadaan logistic pemilu. Sumber : http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaran- etika.html 3. Malinda Palsukan Tanda Tangan Nasabah JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa kasus pembobolan dana Citibank, Malinda Dee binti Siswowiratmo (49), diketahui memindahkan dana beberapa nasabahnya dengan cara memalsukan tanda tangan mereka di formulir transfer. Hal ini terungkap dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum di sidang perdananya, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2011). "Sebagian tanda tangan yang ada di blangko formulir transfer tersebut adalah tandatangan nasabah," ujar Jaksa Penuntut Umum, Tatang Sutarna. Malinda antara lain memalsukan tanda tangan Rohli bin Pateni. Pemalsuan tanda tangan dilakukan sebanyak enam kali dalam formulir transfer Citibank bernomor AM 93712 dengan nilai transaksi transfer sebesar 150.000 dollar AS pada 31 Agustus 2010. Pemalsuan juga dilakukan pada formulir bernomor AN 106244 yang dikirim ke PT Eksklusif Jaya Perkasa senilai Rp 99 juta. Dalam transaksi ini, Malinda menulis kolom pesan, "Pembayaran Bapak Rohli untuk interior". Pemalsuan lainnya pada formulir bernomor AN 86515 pada 23 Desember 2010 dengan nama penerima PT Abadi Agung Utama. "Penerima Bank Artha Graha sebesar Rp 50 juta dan kolom pesan ditulis DP untuk pembelian unit 3 lantai 33 combine unit," baca jaksa. Masih dengan nama dan tanda tangan palsu Rohli, Malinda mengirimkan uang senilai Rp 250 juta dengan formulir AN 86514 ke PT Samudera Asia Nasional pada 27 Desember 2010 dan AN 61489 dengan nilai uang yang sama pada 26 Januari 2011. Demikian pula dengan pemalsuan pada formulir AN 134280 dalam pengiriman uang kepada seseorang bernama Rocky Deany C Umbas sebanyak Rp 50 juta pada 28 Januari 2011 untuk membayar pemasangan CCTV milik Rohli. Adapun tanda tangan palsu atas nama korban N Susetyo Sutadji dilakukan lima kali, yakni pada formulir Citibank bernomor No AJ 79016, AM 123339, AM 123330, AM 123340, dan AN 110601. Secara berurutan, Malinda mengirimkan dana sebesar Rp 2 miliar kepada PT Sarwahita Global Management, Rp 361 juta ke PT Yafriro International, Rp 700 juta ke seseorang bernama Leonard Tambunan. Dua transaksi lainnya senilai Rp 500 juta dan 150 juta dikirim ke seseorang bernama Vigor AW Yoshuara. "Hal ini sesuai dengan keterangan saksi Rohli bin Pateni dan N Susetyo Sutadji serta saksi Surjati T Budiman serta sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan laboratoris Kriminalistik Bareskrim Polri," jelas Jaksa. Pengiriman dana dan pemalsuan tanda tangan ini sama sekali tak disadari oleh kedua nasabah tersebut. Analisa : Dalam kasus ini malinda melakukan banyak pemalsuan tanda tangan yang tidak diketahui oleh nasabah itu sendiri. Dalam kasus ini prinsip-prinsip yang telah dilanggar adalah Tanggung jawab profesi, karena ia tidak menggunakan pertimbangan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Selain itu malinda juga melanggar prinsip Integritas, karena tidak memelihara dan meningkatkan kepercayaan nasabah. Sumber : http://meizis.blogspot.com/2011/11/contoh-kasus-pelanggaran-etika-profesi.html 4. Kasus KAP Anderson dan Enron Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron. Analisa : Kecurangan yang dilakukan oleh Arthur Andersen telah banyak melanggar prinsip etika profesi akuntan diantaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan perilaku profesional. KAP Arthur Andersen tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP yang masuk kategoti The Big Five dan tidak berperilaku profesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data. Selain itu Arthur Andesen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sumber : http://www.scribd.com/doc/40228705/KASUS-ENRON http://tulisan-amalia.blogspot.com/2011/11/contoh-kasus-prinsip-etika- profesi.htm
Berikut ini contoh beberapa pelanggaran etika yang saya temui sendiri dalam beberapa hari ini:
Minggu(6-10-13), Ada suatu kelompok (saya termasuk didalamnya) dimana dituntut suatu kerjasama dan support yang baik satu sama lain untuk kelompok tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan dan mencapai tujuannya. Tapi sangat disayangkan ada beberapa orang dari kelompok tersebut yang tidak memahami makna dari kerjasama. Sebut saja si A, pada awalnya si A dalam kelompok ini tidak melakukan hal yang menghambat kerja kami, tapi beberapa saat kemudian si A mulai menyebabkan beberapa masalah yang berdampak pada kinerja kelompok kami, seperti datang dan pergi seenaknya meninggalkan anggota kelompok yang lain, mengganggu anggota lain sehingga menghambat pekerjaannya dan membuang/ menyia-nyiakan sumber daya yang ada. Si A pun ditegur, tapi si A diam saja dan tak menanggapinya. Akibat hal tersebut anggota yang lain si B mulai menyalahkan 1 sama lain, si C pun mulai risih dengan si B. Dan akhirnya kami gagal menyelesaikan tugas pada hari itu juga.
Senin(7-10-13), Saat sedang di kampus J4 Gunadarma ada seseorang sebut saja si "A". Di sebuah ruang kelas si A ini mengambil sebuah tabloid (tabloid yang diterbitkan Gunadarma seminggu sekali) dan membacanya. Selang satu menit setelah dilihat-lihat dia membuang begitu saja tabloid tersebut ke lantai. Tak lama kemudian diambil lagi, diambillah satu lembar dan dijadikan alas untuk kakinya (memang pada saat itu si A tidak mengenakan alas kaki), dan sisanya dibuang lagi kelantai.
Selasa(8-10-13), Pelanggaran ini saya lihat saat perjalanan pulang menuju rumah, dimana harus melewati beberapa lampu merah untuk sampai tujuan. Sebut saja sekarang ini si PM, di lampu merah pertama yang saya lewati si PM ini sepertinya kurang sabaran, dia menerobos lampu merah yang padahal kurang sekitar 10 detik lagi gilirannya lewat. Di lampu merah berikutnya si PM2 di saat lampu masih merah, si PM2 ini memutar arah motornya, untung saja kendaraan dari arah berlawanan sedang tidak ramai saat itu.
Rabu(9-10-13), Dimalah hari yang dingin, saya sedang asik santai-santai ngumpul bareng temen- temen perumahan, ngobrol-ngobrol seperti biasa. Tak lama kemudian datanglah teman kami satu orang lagi, akhirnya dia ikut nimbrung, *set set set* eh dia mengeluarkan dan menyalakan sepuntung rokok, udah gitu kadang" asapnya disemburin kesebelahnya, nah yg kena sembur nepok tangan yg ngerokok sampe rokoknya jatoh, diinjak deh rokok tersebut sampai mati (sekalian buang sampah sembarangan), si perokok bilang "wah sisa Rp400 tuh rokok gw". Hahaha.
Kamis(10-10-13), Saat sedang disuruh membeli sesuatu oleh orang tua ke warung deket rumah, kebetulan warung tersebut sedang ramai pembeli. Nah, mau tidak mau saya antre karena penjualnya sedang melayani seorang Ibu-ibu. Sedang asik-asiknya mengantre (seperti biasa) ada seorang Bapak-bapak datang, ia langsung menuju ke kasir meminta rokok sebungkus. Setelah dibayar langsung pergi deh Bapak-bapak itu. Dan kejadian ini sering terjadi sebelum-sebelumnya.
TIGA CONTOH KASUS MNENGENAI PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK
PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK
KASUS PERTAMA
Kasus Kekeliruan Berita Di News Online
Dewan Pers mengesahkan kode etik jurnalistik online pada 3 Februari 2012. Nama resminya adalah Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) (Asep Syamsul M.Romli, JURNALISTIK ONLINE: 2012). Pengesahan dilakukan oleh Ketua Dewan Pers, Bagir Manan dan 31 perusahaan berita, 11 organisasi dan tokoh pers menandatangani PPMS yang disusun Dewan Pers. PPMS mengacu pada UUPers no. 40 tahun 1999, dan Kode Etik Jurnalistik (2006) dan Kode Etik WartawanIndonesia (KEWI).
Pada dasarnya PPMS ini sama saja dengan KEJ/KEWI tidak boleh memuat informasi bohong, fintah sadis dan cabul; tidak memuat isi yang mengandung prasangka, dan kebencian yang terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menagnjurkan tindakan kekerasan; tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani. Diungkap juga mengenai koreksi, hak jawab atau ralat. Contoh pelanggaran : Salah satu contoh kasus kekeliruan berita di news online adalah kasus Imanda Amalia yang dikabarkan sebagai WNI yang tewas saat kerusuhan di Mesir bulan Februari 2011 lalu. Berita ini diperoleh dari sebuah posting di akun facebook milik Science of Universe.
Imanda dikabarkan berada di Mesir sebagai relawan United Nations Relief and Works Agency (UNRWA). Meski belum ada kejelasan data dari Kedutaan Besar maupun dari Kementerian Luar Negeri, namun beberapa news online seperti detik.com dan tribunnews telah memberitakan hal tersebut di running news mereka, bahkan sampai diikuti oleh beberapa stasiun televisi swasta sehingga hampir seluruh masyarakat percaya akan hal itu.
Namun rupaya berita tersebut hanyalah isu belaka, pada akhirnya Kemenlu RI memastikan bahwa tidak ada WNI yang tewas di Mesir. Meskipun demikian, kekeliruan berita dalam news online adalah sering dianggap sebagai hal wajar karena memang para wartawan media online harus bersaing untuk mendapatkan berita tercepat dan karena pemuatan berita tersebut bersifat running news, sehingga berita yang salah dapat diperbaiki dalam berita terbaru yang dimuat. Inilah rupanya yang membuat masyarakat jarang sekali protes bila ada kekeliruan berita di news online.
Pelanggaran etika jurnalistik dalam media online, seperti yang terjadi dalam kasus di atas memang rawan terjadi. Contoh pelanggaran etika jurnalistik pada kasus di atas ialah penggunaan media sosial sebagai sumber berita tanpa adanya verifikasi terlebih dahulu. Selain itu, dalam media online juga rawan terjadi pelanggaran hak cipta dengan mengambil gambar dan mengutip tanpa mencantumkan sumber, dan plagiarisme.
Hal ini jelas merupakan pelanggaran bagi kode etik jurnalistik (KEJ) yang dalam pasal- pasalnya menyebutkan bahwa wartawan Indonesia menghasilkan berita yang akurat, menghasilkan berita faktual dan jelas sumbernya, pengambilan gambar, foto, suara dilengkapi sumber, tidak melakukan plagiat, dan selalu menguji informasi.
KASUS KEDUA
Saham PT Krakatau Steel; Dewan Pers: Ada Pelanggaran Kode Etik
Dewan Pers menilai, terjadi pelanggaran kode etik dalam kasus dugaan permintaan hak istimewa untuk membeli saham penawaran umum perdana PT Krakatau Steel oleh wartawan. Pelanggaran itu berupa penyalahgunaan profesi serta pemanfaatan jaringan yang dimiliki sejumlah wartawan peliput di Bursa Efek Indonesia.
Tindakan itu menimbulkan konflik kepentingan karena sebagai wartawan yang meliput kegiatan di Bursa Efek Indonesia juga berusaha terlibat dalam proses jual beli saham untuk kepentingan pribadi. Ini bertentangan dengan Pasal 6 Kode Etik Jurnalistik, ujar Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers Dewan Pers Agus Sudibyo di Jakarta, Rabu (1/12).
Pasal 6 Kode Etik Jurnalistik menyebutkan bahwa wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Dalam situs Dewan Pers, tafsiran terhadap pasal ini, (a) menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum; (b) suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda, atau fasilitas dari pihak lain yang memengaruhi independensi.
Agus menyatakan, Dewan Pers menghargai sikap profesional dan niat baik detik.com, Kompas, MetroTV, dan Seputar Indonesia dalam proses penyelesaian kasus ini. Dewan Pers mengimbau segenap pers Indonesia menegakkan kode etik jurnalistik dan profesionalisme media. Harian Kompas pun menghormati putusan Dewan Pers yang menyatakan seorang wartawan Kompas berinisial RN terbukti melanggar kode etik jurnalistik. Pada hari yang sama, harian Kompas telah menindaklanjuti putusan Dewan Pers itu dengan memberhentikan wartawannya itu sebagai wartawan Kompas.
Manajemen harian Kompas pun memberhentikan yang bersangkutan sebagai wartawan Kompas. Pemberhentian berlaku sejak diterbitkannya Keputusan Dewan Pers, kata Redaktur Pelaksana Harian Kompas Budiman Tanuredjo. Dalam keputusannya, Dewan Pers sejauh ini belum menemukan bukti kuat adanya praktik pemerasan, yang dilakukan wartawan, terkait dengan kasus pemberitaan penawaran umum perdana saham PT Krakatau Steel. Keputusan ini dibuat Dewan Pers setelah melakukan pemeriksaan silang dan klarifikasi dengan pihak-pihak terkait.
KASUS KETIGA
Wartawan Kecipratan APBD Provinsi
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kali ini juga membidik media. Wartawan peliput kegiatan Humas Pemerintah Provinsi juga kecipratan anggaran daerah. Biro Humas dan Protokol Pemprov Sulawesi Selatan mengusulkan anggaran untuk jasa peliputan kegiatan Pemprov Sulawesi Selatan yang cukup besar. Dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) 2010 disebutkan adanya belanja upah atau jasa pihak ketiga sebesar Rp 675 juta. Dalam rinciannya, anggaran itu ditujukan ke beberapa media tertentu. Anggaran terbesar dialokasikan untuk jasa atau upah peliput dan publikasi. Angkanya mencapai Rp 240 juta selama 12 bulan. Tidak jelas kepada siapa dana itu akan diberikan. Dalam draft APBD, mereka hanya mencantum demikian. Selain itu, ada pula anggaran khusus untuk jasa liputan TVRI Sulawesi Selatan sebesar Rp 120 juta, jasa/upah petugas TVRI Sulawesi Selatan Rp 90 juta, jasa liputan Fajar Tv Rp 60 juta, serta jasa publikasi dan dokumentasi dalam rangka 17 Agustus yang mencapai Rp 45 juta untuk tiga stasiun lokal. "Anggaran ini patut dipertanyakan sebab tidak ada dasarnya. Saya kira bukan zamannya lagi wartawan diberi upah saat meliput suatu peristiwa. Saya yakin wartawan tidak akan menerima yang seperti itu," kata anggota Komisi A, Andi Mariattang. Melihat perkembangan media saat ini, tambah Mariattang yang juga mantan wartawan, tidak ada lagi wartawan digaji oleh pemerintah. Mereka meliput berdasarkan penugasan kantor dari media masing- masing. Gaji khusus untuk wartawan juga ada pada nomenklatur lain, yaitu tersosialisasinya rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemprov Sulawesi Selatan. Total anggarannya mencapai Rp 34,6 juta. Anggaran tersebut ditujukan kepada lima media, yaitu Harian Fajar Rp 7,2 juta, Tribun Timur Rp 7,2 juta, Berita Kota Rp 6,7 juta, Ujungpandang Ekspres Rp 6,7 juta, dan Seputar Indonesia Rp 6,7 juta. Kepala Biro Humas dan Protokol Agus Sumantri yang dikonfirmasi soal ini mengatakan, alokasi anggaran tersebut, bukan untuk mengupah atau menggaji wartawan peliput kegiatan pemerintah provinsi atau dinas terkait. Tetapi, dipakai apabila ada agenda acara pemerintah provinsi untuk keluar daerah. "Tentu ada makan minumnya serta biaya penginapan (hotel) dalam perjalanan peliputan. Tapi kalau semisal dibayar oleh kabupaten yang melakukan acara, maka dana tersebut tidak digunakan," jelas Agus kepada Tempo Sabtu kemarin. Untuk anggaran sebesar Rp 240 juta, itu katanya untuk biaya jasa kemitraan dengan beberapa media.
KESIMPULAN DARI TIGA KASUS DIATAS
Pemberitaan yang tidak berimbang dan melanggar kode etik jurnalistik cenderung menyudutkan seseorang sehingga menimbulkan persepsi negatif di masyarakat Indonesia, padahal apa pun itu kadang tidak seburuk pemberitaan di media. Permasalahan tesebut tentunya tidak boleh terus dibiarkan karena akan berdampak buruk terhadap citra orang lain. Oleh sebab itu, Dewan pers Indonesia sebagai lembaga independen yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik diharapkan dapat mengusut kasus pelanggaran kode etik jurnalistik tersebut sampai tuntas sesuai dengan prosedur yang berlaku serta memberikan rekomendasi kepada perusahaan pers yang bersangkutan agar melakukan koreksi atau ralat atas informasi yang telah disebarkan dan juga menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.