You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA 1 DAN 2

MODUL NEUROSAINS
TAHUN AKADEMIK 2010/1011




KELOMPOK 11:
Leslie Melisa (1006684693)
Lusi Tania R. (1006684705)
Rizal Hidayatullah (1006684711)
Melody Febriana A. (1006684724)
Millati Samha A. (1006684730)
Muhammad Gema R. (1006684794)
Muhammad Nada P. (1006684812)
Muhammad Wildan R. (1006684825)
Muhammad Yusra F. (1006684831)
Nabella Qisthina L. (1006684850)





FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2011
Judul
Membandingkan Aktivitas Spesifik Enzim Kolinesterase Jaringan Otak dan Otot
Tujuan
Memperlihatkan bahwa otak sebagai jaringan yang sel selnya sangat aktif berkomunikasi
satu sama lain melalui berbagai mediator, mempunyai aktivitas enzim kolin esterase yang
jauh lebih tinggi dibandigkan jaringan otot lurik yang merupakan salah satu sasaran sel sel
saraf pusat.
Dasar Teori
Asetilkolin atau Acetylcholine (ACh) merupakan neurotransmiter yang banyak dilepaskan
oleh sel saraf kolinergik.
1
ACh yang keluar secara eksositosis dari ujung sinaps kemudian
akan berikatan dengan reseptornya. Pengikatan ACh dengan reseptornya akan memicu
terjadinya End Plate Potential (EPP) dan potensial aksi untuk kemudian meneruskan impuls
atau merangsang kontraksi otot. Untuk menjamin adanya pensinyalan yang tidak berlebihan,
ACh yang tidak berikatan dengan reseptor serta ACh yang telah berikatan dengan reseptor
(kira-kira sepersejuta detik) akan berikatan dengan enzim Asetilkolinesterase (AChE). Enzim
ini akan memecah ACh menjadi asetil dan kolin yang kemudian akan kembali dijadikan
ACh.
1

AChE merupakan kolinesterase yang termasuk ke dalam true cholinesterase, sedangkan jenis
kolinesterase lainnya yaitu pseudocholinesterase atau kolinesterase nonspesifik.
2

Butyrilcholinesterase (BChE) merupakan pesudocholinesterase yang dapat menghidrolisis
berbagai ester kolin. BChE dan AChE merupakan kolinesterase yang mirip, namun memiliki
beberapa perbedaan.
3
AChE banyak terdapat di otak, otot, serta membran eritrosit sedangkan
aktivitas BChE paling banyak terdapat di hati, usus, jantung, ginjal, dan paru-paru.
3
AChE
lebih cepat dalam menghidrolisis ACh, sedangkan BChE lebih cepat menghidrolisis
butyrilcholine.
3
AChE yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu yang bersifat
hidrofilik, membentuk oligomer yang dihubungkan dengan ikatan disulfida, serta terdiri dari
lipid dan kolagen. AChE dan BChE memiliki fungsi sebagai organofosfat dan karbamat yang
sering digunakan sebagai insektisida, pestisida, obat untuk penyakit glaukoma, infeksi
parasit, dan Alzheimer.
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi kefektifan dari aktivitas AChE
yakni posisi AChE pada celah sinaps, regulasi dan tempat asal, serta kepadatan AChE.
3

Aktivitas kolinesterase dapat dihitung menggunakan metode Ellman.
4
Metode ini
menggunakan suatu substrat buatan, yakni asetiltiokolin (ACT) yang kemudian dikatalisis
menggunakan AChE, kemudian menghasilkan tiokolin dan asetat. Setelah itu tiokolin
direaksikan dengan ditiobisnitrobenzoat (DTNB) kemudian tereduksi menjadi asam
tionitrobenzoat yang berwarna kuning.
4
Asam tionitrobenzoat memiliki maksima absorpsi
pada 412 nm dan koefisien ekstinksi 1,36 x 10
4
molar/cm. Konsentrasi asam tionitobenzoat
inilah yang akan dilihat nilai absorbannya menggunakan spektofotometer sebagai aktivitas
kolinesterase.
5


Alat dan Bahan
- Bahan:
Homogenat jaringan otak dan otot.
Kit untuk mengukur aktivitas enzim kolin esterase.
- Alat :
Spektrofotometer
Kuvet secukupnya
Pipet mikro
Langkah Kerja
1. Menyiapkan semua alat dan bahan.
2. Membuat blanko, kuvet uji otak (duplo), dan uji otot (duplo) dengan ketentuan sebagai
berikut:
Blanko Uji Otak (duplo) Uji Otot (duplo)
Akuades 5 ul - -
Uji otak - 5 ul -
Uji otot - - 5 ul
Larutan
R1(reagent)
750 ul 750 ul 750 ul
Campur dengan baik
Larutan R2 25 ul 25 ul 25 ul

3. Mencampurkan dengan baik.
4. Menginkubasi kuvet blanko dan uji selama 10 menit, kemudian membaca Absorban pada
A 405.
5. Menghitung kadar aktivitas enzim dengan rumus yang sudah diberikan.
Hasil
Nilai Absorban :
No Larutan Nilai Absorban
1 Blanko 0,440
2 Otak 1 0,664
3 Otak 2 0,679
4 Otot 1 0,363
5 Otot 2 0,537
Diskusi dan Pembahasan
Dalam percobaan ini digunakan 5 larutan yaitu 1 larutan blanko, larutan homogenat otak, dan
2 larutan homogenat otot. Larutan blanko digunakan sebagai pembanding untuk larutan
homogenat otot dan otak. Larutan homogenat otot dan otak dibuat 2 kali dengan tujuan untuk
meningkatkan tingkat ketelitian dalam perhitungan. Dalam perhitungan akan digunakan rata-
rata nilai absorban dari otak 1 dan otak 2 dan rata-rata nilai absorban otot 1 dan otot 2.
Adapun hasilnya akan sebagai berikut :
No Larutan Nilai
Absorban
(rata-rata)
1 Blanko 0,440
2 Otak 0,6715
3 Otot 0,468

Dengan nilai-nilai yang kita peroleh di atas, akan diketahui aktivitas kolin esterase dengan
menggunakan rumus berikut :
U/L = 23460 X A450 nm/menit
Nilai aktivitas kolinesterase di otak :
U/L = 23460 X A450 nm/menit
= 23460 X (0,6715 0,440) =
5430,99 U/L
Nilai aktivitas kolinesterase di otot :
U/L = 23460 X A450 nm/menit
= 23460 X (0,468 0,440) = 656,88
U/L

Hasil perhitungan ini menunjukkan aktivitas kolinesterase per liter larutan homogenat.
Kemudian, dengan memakai hasil perhitungan pada praktikum-2, dapat ditentukan aktivitas
kolinesterase per gram protein dengan perhitungan sebagai berikut :
Otak =



Otot =

Dengan hasil perhitungan di atas, terlihat perbedaan aktivitas kolin esterase per gram
proteinnya antara di otak dan di otot. Nilai aktivitas di otak lebih tinggi daripada di otot.
Aktivitas kolinesterase di otak adalah sebesar 202,63 U/gram protein sedangkan pada otot
hanya sebesar 48,65 U/gram prrotein.
Kesimpulan
Aktivitas kolin esterase di otak lebih tinggi daripada di otot. Hal ini menunjukkan bahwa di
otak lebih banyak sel yang mengeluarkan asetil kolin untuk komunikasi sinaps sehingga
memerlukan asetil kolin esterase yang lebih banyak juga.

Judul
Mengukur Kadar Protein Total Jaringan Otak dan Otot
Tujuan
Memperlihatkan bahwa otak memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingan
kandungan protein dalam otot lurik.
Dasar Teori
Protein adalah suatu heterobiopolimer, artinya protein dibuat oleh sel dari hasil ekspresi gen
dan tersusun atas asam-asam amino yang terikat satu sama lain oleh ikatan peptida. Protein
adalah biomolekul yang sejati karena proteinlah yang melaksanakan bermacam-macam
fungsi dasar kehidupan. Beberapa dari fungsi tersebut: katalisator reaksi biokimia dalam sel,
pengangkut molekul kecil dan ion, pergerakan (kontraksi otot), salah satu komponen sistem
kekebalan tubuh, pengatur ekspresi gen, dll. Protein menyusun lebih dari 50% berat kering
sel sehingga dapat dikategorikan sebagai senyawa terbanyak di dalam sel.
Meskipun protein adalah senyawa yang terbanyak di dalam sel, dia hanya menduduki sekitar
30% pada sebagian besar sel saraf. Pada sebagian sel saraf lainnya, dia bersama-sama lipid
membentuk kompleks proteolipid. Protein mempunyai peran yang cukup penting di sistem
saraf antara lain sebagai bahan baku banyak jenis neurotransmitter dan reseptor membran sel
saraf (protein integral/ transmembran).
Alat dan Bahan
A. Alat:
1. Tabung Reaksi 7 buah
2. Pipet filler
3. Vortex
4. Set Spektofotometer

B. Bahan:
1. Homogenat jaringan otak dan
otot
2. Standar Protein BSA (Bovine
Serum Albumin) konsentrasi 6
g/dL
3. Akuades
4. Pereaksi Biuret
Cara Kerja
1. Persiapkan dan masukkan bahan-bahan ke dalam tabung reaksi sesuai dengan tabel
dibawah ini:
Blanko
Standar
(duplo)
Uji Otak
(duplo)
Uji Otot
(duplo)
Pereaksi
Biuret
8 mL 8 mL 8 mL 8 mL
Standar
BSA (6
g/dL)
- 100 L - -
Supernatan
homogenat
otak
- - 100 L -
Supernatan
homogenat
otot
- - - 100 L
Akuades 100 L - - -

2. Campur dengan baik bahan-bahan tersebut, jika diperlukan gunakan vortex untuk
menghomogenasi campuran.
3. Diamkan 30 menit pada suhu kamar
4. Masukkan tiap campuran yang ada di dalam tabung reaksi ke dalam spektrofotometri.
5. Baca transmitan dan absorban masing-masing campuran pada A
540
lalu catat hasilnya.
Hasil
Jenis Campuran
Transmitant
(%)
Absorban Rata-Rata
Blanko 74 % 0,13 0,13
Standar I 44 % 0,35
0,35
Standar II 45 % 0,35
Otot I 66 % 0,18
0,18
Otot II 65,5 % 0,185
Otak I 55 % 0,26
0,23
Otak II 61,5 % 0,21

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa campuran homogenat otak dengan pereaksi biuret
mempunyai warna ungu yang lebih gelap dibandingkan campuran homogenat otot dengan
pereaksi biuret. Campuran pereaksi biuret dengan BSA mempunyai warna ungu paling
gelap. Sedangkan campuran pada tabung reaksi berlabel blanko mempunyai warna biru dan
bening
Untuk mencari kadar protein dalam kuvet digunakan sebuah rumus sebagai berikut:

Otak

2,7 g/dL
Otot

1,35 g/dL
Diskusi
Warna ungu menunjukkan bahwa di otak maupun otot terdapat protein. Sesuai dengan reaksi
biuret, dimana jika zat yang mengandung dua atau lebih ikatan petida direaksikan dengan
tembaga hidroksida akan membentuk kompleks berwarna ungu. Protein terdapat di otak dan
otot, karena protein diperlukan untuk membangun serta merawat jaringan.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa protein yang terkandung di dalam otak lebih
banyak daripada yang terkandung di dalam otot. Sebanyak 30% komposisi otak adalah
protein, sedangkan komposisi protein di otot adalah 20%. Perbedaan komposisi kandungan
protein tersebut terjadi karena otak membutuhkan protein lebih banyak daripada otot untuk
menjalankan fungsinya. Protein di otak diperlukan untuk memproduksi neurotransmitter
selain untuk membangun dan merawat jaringan.
Kesimpulan
Komposisi protein di otak lebih banyak daripada komposisi protein di otot.

Judul
Mengukur konsentrasi kolesterol dalam pada otak dan otot
Tujuan
1. Mengidentifikasi kolesterol dalam otak dan otot
2. Mengukur konsentrasi kolesterol dalam otak dan otot
3. Mengetahui stuktur kolesterol
Dasar Teori
Kolesterol yang berasal dari hasil pembentukan di dalam tubuh dan dari makanan merupakan
komponen utama pada struktur selaput sel dan juga mrupakan komponen utama sel otak dan
saraf. Rumus kolesterol dapat di lihat bahwa gugs hidroksil yang terdapat pada atom C nomor
3 memiliki posisi beta karena dihubungkan oleh garis penuh.

Kolesterol merupakan representatif dari sterol. Kolesterol serta lipid lainnya akan dibawa ke
dalam darah menuju organ spesifik oleh beberapa macam lipoprotein. Kolesterol dan lipid
lainnya diangkut dan bergabung bersama dengan protein dalam darah sebagai bagian dari
molekul (lipoprotein) yang terdiri dari kilomikron, HDL (High Density Lipoproteins), LDL
(Low Density Lipoproteins), dan VLDL (Very Low Density Lipoproteins).
6

Di dalam tubuh manusia, kadar kolesterol dalam otak lebih banyak dibandingkan dalam otot.
Pada otot, kolesterol berperan dalam pertumbuhan otot. Sedangkan pada otak memainkan
banyak peran penting dalam sistem tubuh manusia, Jika kadar kolesterol dalam otak tidak
cukup, maka dapat membahayakan proses pembentukan memori, kosnetrasi, dan
mood.terdapat sebanyak 25% kolesterol dalam tubuh yang terdapat pada sel otak
(kebanyakan terdapat pada selubung myelin).
7
Hampir seluruh kolesterol otak berperan
dalam memproduksi sintesis lokal. Kadar kolesterol yang abnormal berpengaruh dalam
kelainan neurodegenerating, serta kapasitasnya menentukan transpor kolesterol dan daur
ulang di dalam otak yang berperan penting dalam perkembangan otak.
7,8

Kolesterol juga merupakan prekursor dari asam empedu, kolekalsiferol (precursor vitamin
D3) dan hormon steroid. Keberadaan dari ikatan ganda pada tiap cincin kolesterol berperan
agar dapat memproduksi warna ketika terdapat konsentrat asam inorganic. Peran dari asam
sulfur menghasilkan dehidrasi dari molekul kolesterol (percobaan Salkowski) dengan formasi
dari red bicholestadie disulphonate. Ketika kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan setelah
itu dituangkan diatas larutan asam sulfat pekat secara perlahan, bagian asam akan berwarna
kekuningan dengan fluoresensi hijau bila dikenai oleh sinar.
Dalam mengidentifikasi kolesterol dalam otak dan otot dapat digunakan percobaan
Salkowski. Pada percobaan ini digunakan 1ml larutan kolesterol 0.05% dalam kloroform
yang dicampur dengan H2SO4. Disini, kolesterol berfungsi sebagai sumber sterol jenuh,
kloroform berfungsi sebagai pelarut kolesterol agar lebih mudah bereaksi, dan H2SO4
berperan sebagai oksidator. Dalam tabung reaksi akan terbentuk 3 lapisan yang terdiri dari
warna merah, biru, ungu, hijau, dan kuning secara berurutan. Mulai dari permukaan paling
bawah muncul warna merah kebiruan, merah cerah, hingga ungu yang dihasilkan dari reaksi
kloroform dengan kolesterol. Lalu terdapat warnahijau yang merupakan hasil reaksi antara
kolesterol dan asam sulgat yang berupa asama sulfonat. Serta terdapat warna kuning yang
merupakan hasil sisa asam sulfat yang tidak ikut bereaksi. Jika terapat air di dalamnya, maka
reaksi ini tidak akan berhasil.

Alat dan Bahan :
- Bahan:
Homogenat jaringan otak dan otot.
Kit untuk mengukur konsentrasi kolesterol
Kolesterol standard
- Alat :
Spektrofotometer
Kuvet secukupnya
Pipet mikro
Langkah Kerja :
1. Menyiapkan semua alat dan bahan
2. Membuat kuvet blanko dan kuvet uji dengan ketentuan sbb:
Blanko Standard Sampel otak
(duplo)
Sampel otot
(duplo)
Aquabides 10 ul - - -
Cholesterol
standard
(196,86 mg/dL)
- 10 ul - -
Supernatan
homogenate
otak
- - 10 ul -
Supernatant
homogenate
otot
- - - 10 ul
Reagent 1000 ul 1000 ul 1000 ul 1000 ul
3. Mencampur dengan baik
4. Menginkubasi bahan uji selama 10 menit pada suhu ruang kemudian membaca absorbasi
pada
A 500 nm.
5. Mencatat hasil dan menghitung konsentrasi kolesterol sesuai dengan rumus:
A sampel A blanko X konsentrasi standard (196,86 mg/dL)
A standard A blanko

Hasil
Tabel 1: Identifikasi Kolesterol
Sebelum Sesudah Penambahan H
2
SO
4

Standard (kolesterol liquid) Kuning kecoklatan Ada pita merah, terlihat jelas
Tube 1 (otak) Awalnya putih keruh Terbentuk pita merah
Tube 2 (otot) Awalnya putih sedikit
jernih
Terbentuk pita merah samar lalu
hilang beberapa saat setelahnya

Tabel 2: Hasil Absorbansi
Blanko Standard Otak 1 Otak 2 Otot 1 Otot 2
0,036 0,331 0,204 0,182 0,046 0,044

Otak
(
(

)
= 104,73 mg/dL

Otot
(
(

)
= 6,004 mg/dL
Diskusi
Dari hasil percobaan kita lihat bahwa kadar kolesterol dalam otak lebih besar
dibandingkan kadar kolesterol dalam otot. Kadar kolesterol dalam otak sebesar 104, 73
mg/dL, sedangkan pada otot sebesar 6, 004 mg/dL dengan perbandingan kadar kolesterol
pada otak 17x lipat dibandingkan dengan yang ada di otot. Hal ini sesuai dengan fakta yang
menyebutkan bahwa sebanyak 25% kadar kolesterol dalam tubuh terdapat pada sel-sel otak.
Hampir sebagian besar dari kolesterol tersebut merupakan selubung myelin dan juga
berfungsi untuk proses penyimpanan memori, ingatan, serta mood.
Kesimpulan
Kadar kolesterol di dalam otak lebih besar dibandingkan kadar kolesterol di dalam otot

Judul
Membandingkan Aktivitas Spesifik Kreatin Kinase Jaringan Otak dan Otot
Tujuan
Mengukur aktivitas spesifik dari kreatin kinase pada otak dan otot
Dasar Teori
Kreatin Kinase atau Creatine Kinase (CK) merupakan enzim dimer yang terdiri dari
subunit-subunit B atau M, memiliki berat molekul 78.500-85.100 dengan struktur globular
yang terdiri dari 25-30% heliks alfa dan kurang dari 15% lembar beta.
9
Subunit-subunit ini
kemudian bergabung kemudian membentuk tiga isoenzim CK sitosol, yaitu BB, BM, dan
MM. CKBB paling banyak terdapat di otak dan jaringan yang terdiri dari otot polos, CKBM
banyak di jantung, sementara CKBB di otot rangka. CK yang berada di otak memiliki fungsi
penting sehingga neuron dan sel penyokong dapat terpenuhi kebutuhan energinya.
10
Sebagai
contoh, CK tipe B yang berada di astrosit dan sel penyokong Bergmann (astrosit
protoplasmatik unipolar yang berada di otak kecil) berhubungan dengan kebutuhan energi
untuk homeostasis ion di otak dan transpor neurotransmitter antara otak dan sel penyokong.
10

Sementara itu, CK tipe M yang terdapat di sel saraf Purkinje berguna untuk metabolisme
kalsium dari sel-selnya. Selain CK sitosol, terdapat pula CK mitokondria yang dibagi menjadi
dua jenis berdasarkan poin isoelektriknya, yakni ubiquitous atau asam (Mi
u
atau Mi
a
) dan
sarkomerik atau basa (Mi
s
atau Mi
b
).
9
CK mitokondria berfungsi dalam metabolisme energi
secara oksidatif pada pertumbuhan otak.
10

CK mengatalisis reaksi reversibel antara kreatin (Cr) dan Adenosine Trifosfat (ATP)
yang kemudian membentuk fosfokreatin (PCr) dan ADP dengan cara pemindahan gugus
fosfat dari ATP menuju kreatin.
9
PCr berguna sebagai penyimpan energi untuk buffer dengan
cepat, regenerasi ATP, serta sebagai sirkuit yang menghubungkan CK sitosol dan CK
mitokondria.
10
PCr yang dihasilkan melalui reaksi oleh CK mitokondria ditranspor ke sitosol
untuk menghasilkan kembali ATP dengan menggunakan CK sitosol.
10

CK dapat digunakan sebagai biomarker untuk berbagai penyakit. Jumlah CKBB yang
tinggi sering berhubungan dengan kanker payudara, prostat, saluran cerna, beberapa
karsinoma paru-paru, dan infark miokardium.
11
Sementara itu, jumlah CK yang rendah dapat
menjadi indikasi penyakit pada hati akibat alkohol dan arthritis rheumatoid.
12

Aktivitas CK dapat diperiksa dengan cara mereaksikan PCr dengan ADP menggunakan
enzim CK yang kemudian membentuk ATP dan Cr. ATP yang dihasilkan digunakan untuk
memfosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat menggunakan hexokinase serta bantuan ion
magnesium. Glukosa-6-fosfat akan dioksidasi oleh NADP menggunakan glukosa-6-fosfat
dehidrogenase lalu menghasilkan 6-fosfoglukonat, NADPH, dan ion hidrogen. NADPH yang
dihasilkan kemudian diukur dengan spektofotometri pada panjang gelombang 340 nm
sebagai aktivitas CK.
9


Alat, Bahan, dan Cara Kerja
Alat
1. Kuvet 2 buah
2. Micropipet
3. Tube micropipet
4. Spektrofotometer
Bahan
1. Supernatan homogenat otak
2. Supernatan homogenat otot
3. Cairan reagen
Cara Kerja
1. Masukkan masing masing 30 l supernatan homogenat otak dan otot ke dalam
masing-masing kuvet yang telah diberi tanda
2. Masukkan reagen 750 l masing-masing ke dalam kuet yang telah berisi supernatan
homogenat otak dan otot
3. Diamkan selama 3 menit
4. Masukkan ke dalam spektrofotometer selama 1 menit dengan panjang gelombang
540 nm
5. Catat nilai absorban sebelum dan sesudah 1 menit, dan hitung selisihnya

Hasil
t = 0 t = 60s
A 365 nm/
min
Otak 0,140 0,146 0,006
Otot 0,251 0,305 0,054

Data di atas dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini untuk mendapatkan aktivitas kreatin
kinase
U/L = 7429 X A365 nm/min
diperoleh: U/L Otak = 7429 X 0,006 = 44,574
diperoleh: U/L Otot = 7429 X 0,054 = 401,166
Selanjutnya, menghitung aktivitas spesifik kreatin kinase di otak atau otot = aktivitas kreatin
kinase / mg protein otak atau otot
diperoleh di otak = 44,574 / 2,7 = 16,5
diperoleh di otot = 401,166 / 1,35 = 297,16
Diskusi
Dari hasil di atas, dapat dilihat aktivitas spesifik kreatin kinase di otak dan kita dapat
membandingkannya dengan di otot. Aktivitas kreatin kinase di otak hanya 16,5 mg/protein
otak sementara aktivitas kreatin kinase di otot sebesar 297,16 mg/protein otot. Dapat
dinyatakan bahwa aktivitas kreatin kinase di otak lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas
kreatin kinase di otot.
Aktivitas kreatin kinase berhubungan dengan kegiatan pembuatan ATP secara reversibel.
Jadi, dengan hasil yang kita lihat di atas kita juga dapat menyatakan perbedaan aktivitas
pembuatan dan perombakan ATP di otak dan otot. Pembuatan ATP di otak secara reversibel
lebih kecil dari pembuatan dan perombakan ATP di otot.
Seperti kita ketahui, ATP digunakan sebagai energi untuk aktivitas sel. ATP di buat secara
reversibel oleh kreatin kinase. Jadi, dengan 2 pernyataan tersebut kita dapat mengatakan
bahwa aktivitas kreatin kinase di sediaan ekstrak otak dan otot tersebut mewakili aktivitas
yang dilakukan oleh sel-sel otak dan otot tersebut dalam menggunakan ATP. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa otot memerlukan lebih banyak ATP dibandingkan dengan
otak. Hal ini berhubungan dengan kerja otot yang lebih besar dalam kerja selnya. Sel otak
dan sel otot memiliki kesamaan yaitu sama-sama memakai energi untuk membentuk protein,
transpor protein, dan transpor ion melewaati membran. Namun, otot memiliki kerja lebih
yaitu fungsi kontraksi sehingga otot lebih memerlukan ATP daripada otak.
Kesimpulan
Aktivitas keratin kinase di otot lebih besar dibandingkan di otot dan dapat dinyatakan bahwa
otot lebih banyak memerlukan ATP dibandingkan otak.

Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7
th
ed. Canada: Brooks/Cole,
Cengage Learning;2010.
2. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, & Brooks HL. Ganongs review of medical
physiology. 23
rd
ed. New York: McGraw-Hill Medical;2009.
3. Cokugras AN. Butyrylcholinesterase: structure and physiological importance. Turk J
Biochem 2003 October; 28 (2): 54-61.
4. Raju TR, Kutty BM, Sathyaprabha TM, & Shanakranarayana RBS. Brain and behavior.
National Institute of Mental Health and Neurosciences 2004: 142-144.
5. Ellman GL, Courtney KD, Andres jr. V, & Featherstone RM. A new and rapid
colorimetric determination of acetylcholinesterase activity. Biochemical Pharmacology
2002 November; 7 (2): 88-89.
6. American Heart Association. About Cholesterol. [Published online May 2, 2011]. [Cited
June 7, 2011] available from :
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Cholesterol/AboutCholesterol/About-
Cholesterol_UCM_001220_Article.jsp
7. Ingemar B. dan steve M. Brain Cholesterol : Long Secret Life Behind a Barrier. USA :
American Heart Association, Inc.; 2004
8. Jordan Reese. Penn Biophysicists Create New Model for Protein-Cholesterol
Interactions in Brain and Muscle Tissue. [published online Sept 26, 2008]. [Cited June 7,
2011] available from : http://www.upenn.edu/pennnews/news/penn-biophysicists-create-
new-model-protein-cholesterol-interactions-brain-and-muscle-tissue
9. Vial C. Creatine kinase. New York: Nova Science Publisher;2006.
10. Hemmer W & Wallimann T. Functional aspects of creatin kinase in brain. Dev Neurosci.
2003; 15 (3-5): 249-60.
11. Itaka K et al. Polyplex nanomicelle promotes hydrodynamic gene introduction to skeletal
muscle. J Control Release. 2010; 143(1):112-9.
12. Jain KK. The handbook of biomarkers. Switzerland: Humana Press; 2010.

You might also like