You are on page 1of 4

Hari Terburuk

The Worst Day Ever. Itulah julukan untuk hari yang sangat buruk yang pernah
aku hadapi. Sangat buruk, hingga aku pun masih teringat detail-detail kecil tentang
kejadian yang ada pada hari itu. Waktu itu, Rabu, 24 Februari 2010. Aku masih duduk
di kelas 8, alias kelas dua SMP. Hari sialku dimulai pada saat aku bangun kesiangan.
Pada malam hari sebelum hari tersebut, aku salah menyetel jam alarm ku. Rencananya,
aku akan menyetelnya agar berbunyi pada pukul 06.30 pagi. Namun, aku salah
menyetelnya hingga jam alarm ku berbunyi pada pukul 07.30! Padahal, bel sekolah
akan berbunyi pada pukul 07.15. Mungkin banyak yang bertanya, kenapa aku
menyetel jam alarm ku agar berbunyi tepat pada pukul 06.30, bukannya 06.00 saja.
Itu karena jarak antara sekolahku dan rumahku lumayan dekat, hanya sekitar 1.5 KM.
Tidak hanya itu, jam sekolah yang lebih lambat pun menjadi alasan mengapa aku
mengatur jam alarm ku pada pukul 06.30. Jam di rumahku lebih cepat 15 menit dari
jam sekolahku. Jadi, kalau aku bangun pukul 07.30, maka jam di sekolahku adalah
07.15.
Pagi itu, aku langsung memakai seragam sekolahku tanpa mandi, sarapan, bahkan
sikat gigi. Ya, mau bagaimana lagi kan? Lebih baik aku cepat daripada nantinya aku
kena hukuman yang lebih berat dari guruku karena terlambat masuk sekolah.
Biasanya, aku pergi ke sekolah dengan menggunakan angkotan umum. Hari sialku
pun berlanjut pada saat aku menaiki sebuah angkotan umum. Mungkin, karena terlalu
buru-buru, aku sampai lupa membawa uang untuk membayar sang supir! Aku sangat
shock saat itu. Ketika aku sampai di sekolah, aku pura-pura kehilangan uangku, agar
sang supir membiarkan aku pergi tanpa membayar. Aku pun berpura-pura mencari
uang di seluruh isi tasku. Tetapi, itu sangat mengulur-ulur waktu. Bukannya
membiarkan aku pergi, sang supir malah hanya melihatku membongkar isi tasku. Aku
pun langsung berkata pada sang supir kalau aku lupa membawa uangku. Dia pun
marah besar. Aku pun masih ingat kata-katanya pada saat ia marah. Kalau tidak salah,
dia berkata Kalau ndak punya uang, jangan naik angkot! Habisin bensin orang aja.


Dia pun langsung pergi setelah mengatakan hal itu.
Tanpa berpikir panjang, aku pun berlari masuk ke sekolah. Kesialanku pun
berlanjut. Dari semua siswa yang ada di sekolah, termasuk kakak kelas dan adik
kelasku, hanya akulah satu-satunya siswa yang datang terlambat pada pagi itu! Aku
dijatuhi hukuman push-up dan skot jump masing-masing 15 kali. Untungnya, aku
masih bisa masuk ke sekolah karena jam di sekolah masih menunjukan pukul 07.28.
Menurut peraturan sekolah, siswa yang datang lewat dari pukul 07.30 akan langsung
dipulangkan ke rumahnya. Pasti banyak yang bertanya bagaimana caranya aku
melihat kalau jam di sekolah waktu itu menunjukan pukul 07.28. Itu karena aku
melihat jam tangan guruku yang bertipe digital. Masih ada hal buruk lainnya yang
menimpaku. Pelajaran pertamaku pada hari Rabu adalah Bahasa Indonesia. Pantas
saja, tidak ada teman sekelasku yang terlambat pada hari itu karena mereka tahu kalau
pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Setiap hari Rabu, kami memang tidak
pernah datang terlambat karena kami tahu bahwa pelajaran pertama adalah pelajaran
Bahasa Indonesia, yang gurunya, menurut kami, sangat Killer saat itu. Ketika aku
memasuki kelasku, aku langsung dipanggil oleh guru bahasa indonesiaku itu karena ia
akan menceramahiku. Guru bahasa indonesiaku itu terkenal dengan ceramahanya
yang SANGAT panjang. Tidak hanya itu, ceramahanya pun menusuk sampai ke hati.
Akhirnya, setelah diceramahi selama kira-kira 15 menit, aku pun langsung duduk di
tempat dudukku. Biasanya, aku duduk dengan Javeen, karena dia adalah teman baikku
saat itu, sampai sekarang. Dia pun langsung bertanya kenapa aku bisa terlambat. Aku
pun menceritakan semuanya yang terjadi pagi itu, termasuk kejadian di angkutan
umum.
Bel sekolah pun berbunyi, tanda pergantian pelajaran. Pelajaran selanjutnya
adalah Sejarah, salah satu pelajaran yang aku benci. Ya, karena itulah, setiap pelajaran
sejarah, aku pasti mengantuk, bahkan aku pernah sempat tertidur pada pelajaran itu.
Singkat cerita, bunyilah bel tanda istirahat. Lagi, aku menemukan kesialan pada saat
istirahat. Mungkin inilah klimaks hari kesialanku pada hari itu. Bukan masalah uang
jajan, tapi masalah hanphone ku. Ya, handphone ku tidak kutemukan di tasku, maupun
di kantongku. Di situ, aku langsung panik dan langsung melapor ke guru piket.


Namun, saat kucoba menelepon nomor handphone ku dengan handphone yang
dipinjamkan guru piketku kepadaku, nomornya sudah tidak aktif. Mukaku langsung
pucat saat menyadari bahwa handphone ku telah (mungkin) dicuri seseorang.
Semangat belajarku pun mulai menurun, padahal pelajaran selanjutnya adalah bahasa
inggris, salah satu pelajaran kesukaanku. Javeen pun bertanya, mengapa aku begitu
tidak bersemangat pada saat itu. Aku menceritakannya kepada Javeen. Dia pun
bertanya, kapan terakhir kali aku melihat handphone ku hari itu. Aku lupa kapan
terakhir kali aku melihat handphone ku.
Saat pulangan, kami menerima pengunguman bahwa kami disuruh untuk
memfotokopi ijazah SD kami,. Jika tidak, kami akan dikenakan sanksi berat. Aku
pulang dengan muka lesu dan bertanya kepada diriku sendiri, Ada apa dengan hari
ini. Sesampainya di rumah, aku tidak langsung makan siang. Terlebih dahulu kucari
ijazah SD ku itu. Kesialanku pun berlanjut (lagi!). Setelah lama mencari aku tidak
dapat menemukanya. Aku lupa di mana terakhir kali aku menaruh ijazah ku itu. Aku
memang mudah lupa dengan suatu hal, terutama yang berhubungan dengan letak
barang. Setelah lama mencari, aku pun lelah dan berbaring di tempat tidurku, sambil
bertanya kepada tuhan Ada apa dengan hari ini, Ya Tuhan. Waktu itu, aku sangat
depresi. Bahkan, aku sempat menganggap bahwa tuhan itu tidak adil dan tidak pernah
ada. Mungkin itu dikarenakan oleh emosi sesaat. Karena terlalu lelah, aku pun tertidur
dan terbangun pada pukul 6 sore.
Pada malam harinya, aku tidak bisa tidur karena memikirkan masalahku ini. Aku
belum mencritakan semuanya kepada orang tuaku, karena sifatku yang selalu
memendam masalah pribadiku di dalam diri sendiri. Keesokan harinya, Aku
terbangun pada pukul 06.00 pagi. Ya, berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini aku
bangun lebih awal. Setelah selesai mandi dan sikat gigi, aku pergi mengambil uang
jajanku di lemariku. Pada saat kubuka lemariku, aku melihat sesuatu yang tak pernah
kusangka sebelumnya. Ternyata, aku melihat handphone ku terletak di sana! Pantas
saja, pada hari sebelumnya aku tidak mengingat kapan terakhir kalinya aku melihat
handphone ku, karena aku sama sekali tidak pernah menyentuhnya pada hari itu. Aku
pun merasa senang dan pergi ke sekolah dengan perasaan yang lebih baik, meskipun


masih ada masalah yang belum terselesaikan. Pada saat sampai di sekolah, aku di
suruh untuk memberikan fotokopian ijazahku oleh ketua kelasku. Aku mengatakan
bahwa ijazahku tidak bisa akutemukan dan akan kuberitahukan kepada wali kelasku.
Wali kelas kami adalah guru yang baik, dan bisa diajak bercanda, tidak seperti guru
bahasa Indonesia kami. Aku pun langsung mendatangi ruanganya dan
memberitahukan bahwa ijazahku tidak ketemu. Namun, wali kelasku itu mengatakan
bahwa ijazahku telah ada di sekolah sejak aku masuk ke sekolah itu. Aku pun
terheran-heran, meskipun perasaanku telah berubah menjadi sangat baik. Saat aku
kembali ke kelasku, teman-temanku pun langsung mengatakan selamat ulang tahun
kepadaku. Aku kaget dan baru sadar bahwa hari itu tanggal 25 Februari, yaitu tanggal
ulang tahunku! Mungkin aku lupa karena aku terlalu banyak masalah dan
sampai-sampai tidak teringat pada hari ulang tahunku sendiri. Aku langsung
mengatakan rasa terima kasihku kepada teman-temanku yang telah menyelamatiku.
Pada saat itu, aku sempat berpikir, ada apa dengan hari ini dan hari sebelumnya.
Kedua hari itu, sungguh berbeda keadaanya. Namun, dari pengalamanku ini, aku
belajar bahwa kesialan harus selalu disertai dengan kegembiraan dan pikiran yang
positif. Karena, apabila kita terus berpikir negatif, maka kesialan itu akan terus
berlanjut, bahkan sampai di akhirat. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok.
Namun, kita harus memilih antara hal yang baik ataupun hal yang buruk. Hidup
adalah pilihan, dan pilihannya selalu berubah-ubah.

You might also like