You are on page 1of 10

ANALISIS INDIKASI KEGAGALAN ISOLASI MINYAK TRANFORMATOR

BERDASARKAN HASIL UJI DISSOLVED GAS ANALYSIS


DI PLTU 400 MW PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

Muhammad Sukron
1
, Rocky Alfanz
2

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jenderal Sudirman KM. 3 Cilegon Banten 42435
E-mail :
1
syukropake_n@yahoo.com,
2
alafanzfteuntirta@yahoo.com

Abstrak
Permasalahan yang umum pada operasional transformator daya adalah timbulnya kegagalan, baik
kegagalan termal maupun kegagalan elektris. Kegagalan termal dan kegagalan elektris umumnya
menghasilkan gas-gas berbahaya yang biasa dikenal sebagai fault gas. Kebanyakan transformator daya
biasanya menggunakan minyak isolator yang fungsinya selain sebagai pendingin juga untuk melarutkan
gas-gas berbahaya tersebut agar tidak beredar bebas. Mengindentifikasi jenis dan jumlah
konsentrasi gas yang terlarut pada minyak dapat memberikan informasi akan adanya indikasi
kegagalan yang terjadi pada transformator. Metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis gas-
gas terlarut pada minyak disebut sebagai metode DGA (Dissolved Gas Analysis).
Pada Laporan kerja praktek ini, penulis akan membahas tentang jenis kegagalan transformator
pada PT. Krakatau Daya Listrik Cilegon-Banten kapasitas 20 MVA dengan tegangan nominal 150/20
KV. Minyak yang diuji merupakan minyak yang belum dan sudah dilakukan separator. Pengujian
dilakukan menggunakan alat uji DGA Transport X Portabel produksi GE Digital Energy Kelman. Analisa
jenis kegagalan generator transformer ini akan menggunakan metode interpretasi uji DGA yaitu metode
Total Dissolved Combustible Gas (TDCG), Key Gas, Rogers Ratio, Kode Rasio IEC 599-1978 revisi
1997 dan Duval Triangle.
Dengan diketahuinya jenis kegagalan pada transformator daya melalui uji DGA dengan
menggunakan metode Total Dissolved Combustible Gas (TDCG), Key Gas, Rogers Ratio, Kode Rasio
IEC 599-1978 revisi 1997 dan Duval Triangle maka akan dapat dilakukan tindakan lebih lanjut pada
minyak trafo sebagai media isolator dan pendingin trafo. Tindakan pemeliharaan minyak trafo ini
dapat dilakukan dengan melakukan purifikasi atau separator maupun reklamasi.

Kata kunci: transformator daya , fault gas, uji DGA, metode Total Dissolved Combustible Gas (TDCG),
Key Gas, Rogers Ratio, Kode Rasio IEC 599-1978 revisi 1997 dan Duval Triangle
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transformator adalah peralatan listrik
yang sangat vital dalam sistem tenaga listrik,
mengingat akan pentingnya fungsi transformator
tersebut maka perlu dipastikan keandalannya
harus tetap terjaga sehingga tidak trejadi masalah
yang akan menyebabkan terganggunya
operasional transformator tersebut. Untuk
menjaga keandalan dari transformer perlu
dilakukan prosedur khusus yaitu dengan menguji
isolasi minyak transformator secara Dissolved
Gas Analysis (DGA) yang bertujuan untuk
menganalisis kandungan gas-gas yang terlarut
dalam minyak transformator tersebut. Setelah
dilakukan uji DGA maka akan dilakukan
interpretasi data untuk mengetahui keadaan dari
isolasi minyak transformator tersebut.



1.2 Tujuan
1. Memahami dan mendapatkan gambaran
nyata tentang transformator yang ada di PT.
Krakatau Daya Listrik.
2. Mengetahui cara menganalisis jenis
kegagalan isolasi minyak transformator
berdasarkan hasil uji Dissolved Gas Analysis.
3. Untuk mengidentifikasi kegagalan yang
terjadi pada isolasi minyak transformator
yang disebabkan oleh kandungan gas
terlarut.

1.3 Batasan Masalah
1. Transformator tenaga beserta bagian-
bagiannya.
2. Objek yang dianalisis sebanyak 2 sampel
yaitu minyak transformator unit AV04
Subtation Harbour 150/20 KV dengan
kondisi sebelum dan sesudah di separator di
PT. Krakatau Daya Listrik (KDL).
3. Analisis Dissolved Gas Analysis (DGA)
pada isolasi minyak transformator ini dengan
metode Total Dissolved Combustible Gas
(TDCG), Key Gas, Rogers Ratio, Kode
Rasio IEC 599-1978 revisi 1997 dan Duval
Triangle.

II. DASAR TEORI
2.1 Transformator
2.1.1 Definisi Transformator
Transformator merupakan suatu
peralatan listrik yang dapat memindahkan energi
listrik arus bolak-balik dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah atau sebaliknya secara induksi
elektromagnetik dengan frekuensi yang tetap.


Gambar 2.1 Transformator Daya 150/20 kV
2.1.2 Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja dari transformator adalah
induksi bersama (mutual induction). Akibat
adanya fluks di kumparan primer, maka pada
kumparan sekunder terjadi induksi (self
induction) dan terjadi induksi di kumparan
sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan
primer, atau disebut dengan induksi bersama yang
menyebabkan timbulnya fluks magnet di
kumparan sekunder dan arus sekunder mengalir
pada rangkaian sekunder sehingga energi listrik
dapat ditransfer seluruhnya, berikut adalah
gambar prinsip dasar kerja transformator (gambar
2.2).

Sumber : http://www.academia.edu
Gambar 2.2 Prinsip Dasar dari Transformator
2.1.3 Kontruksi Transformator
Transformator terdiri dari :
1) Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah
jalannya fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-
lempengan besi tipis yang berisolasi.
2) Kumparan Transformator
Kumparan transformator adalah beberapa
lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu
kumparan. Kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan sekunder yang
diisolasi. Kumparan tersebut sebagai alat
transformasi tegangan dan arus.
3) Minyak Transformator
Minyak transformator merupakan salah satu
bahan isolasi cair yang berfungsi sebagai isolasi
dan pendingin pada transformator. Sebagian
bahan isolasi minyak harus memiliki kemampuan
untuk menahan tegangan tembus, sedangkan
sebagai pendingin minyak transformator harus
mampu meredam panas yang ditimbulkan.
4) Bushing
Hubungan antara kumparan transformator
dan jaringan luar melalui sebuah busing yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.
5) Tangki Konservator
Tangki Konservator berfungsi untuk
menampung minyak cadangan dan uap/udara
akibat pemanasan trafo karena arus beban.
6) Sistem Pendingin
Sistem pendingin digunakan untuk
mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan
tersebut transformator akibat inti besi dan
kumparan-kumparan akan timbul panas akibat
rugi-rugi tembaga.
7) Tap Changer (On Load Tap Changer)
Alat ini disebut sebagai sadapan pengatur
tegangan tanpa terjadi pemutusan beban maka
disebut On Load Tap Changer (OLTC). Trafo
dirancang sedemikian rupa sehingga perubahan
tegangan pada salah satu sisi input berubah tetapi
sisi outputnya tetap. Pada umumnya OLTC
tersambung pada sisi primer dan jumlahnya
tergantung pada perancang dan perubahan sistem
tegangan pada jaringan.
8) Alat pernapasan (Dehydrating Breather)
Pada konservator permukaan minyak
diusahakan tidak boleh bersinggungan dengan
udara karena kelembaban udara yang
mengandung uap air akan mengontaminasi
minyak. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
suatu media pernapasan biasanya yang
digunakan adalah silicagel.
9) Relai Proteksi Transformator
Jenis relai proteksi pada trafo tenaga
adalah sebagai berikut :
a. Relai Bucholtz
Penggunaan relai deteksi gas (Bucholtz) pada
transformator yaitu untuk mengamankan
transformator yang didasarkan pada gangguan
transformator seperti : arcing, partial discharge,
over heating yang umumnya menghasilkan gas.
b. Jansen Membran
Alat ini berfungsi untuk pengaman tekanan
lebih (explosive membrane/bursting plate). Relai
ini bekerja karena tekanan lebih akibat gangguan
di dalam transformator.
c. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul
pada suatu transformator terendam minyak,
umumnya akan berkaitan dengan suatu tekanan
lebih di dalam tangki, karena gas yang dibentuk
oleh decomposisi dan evaporasi minyak.
d. Relai Arus Lebih (over current relay)
Relai ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa di dalam maupun di luar daerah
pengaman transformator juga diharapkan relai ini
mempunyai sifat komplementer dengan relai
beban lebih.
e. Relai Differensial
Relai ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap gangguan hubung singkat
yang terjadi di dalam daerah pengaman
transformator.
f. Relai Gangguan Tanah Terbatas (Restricted
Earth fault Relay)
Relai ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap tanah di dalam daerah
pengaman transformator khususnya untuk
gangguan di dekat titik netral yang tidak dapat
dirasakan oleh relai differensial.
g. Relai Arus Lebih Berarah
Relai arus lebih berarah merupakan relai
pengaman yang bekerja karena adanya besaran
arus dan tegangan yang dapat membedakan arah
arus gangguan. Relai ini mempunyai 2 buah
parameter ukur yaitu tegangan dan arus yang
masuk ke dalam relai untuk membedakan arah
arus ke depan atau arah arus ke belakang.
Bekerjanya relai ini berdasarkan adanya sumber
arus dari ZCT (Zero Current Transformer) dan
sumber tegangan dari PT (Potential
Transformers).
h. Relai Gangguan Tanah
Relai ini berfungsi untuk mengamankan
transformator gangguan hubung tanah, di dalam
dan di luar daerah pengaman transformator. Relai
arah hubung tanah memerlukan operating signal
dan polarising signal.
i. Relai Hubung Tanah
Relai ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap hubung singkat antara
kumparan fasa dengan tangki transformator dan
transformator yang titik netralnya ditanahkan.

j. Relai Connections
Relai ini merupakan sudut perbedaan antara
arus dengan tegangan masukan relai pada power
faktor satu.
k. Relai Maximum Torque Angle
Adalah perbedaan sudut antara arus dengan
tegangan pada relai yang menghasilkan torsi
maksimum.
10) Announciator
Announciator adalah indikator kejadian pada
saat terjadi ketidak normalan pada sistem
instalasi tegangan tinggi, baik secara individu
maupun secara bersama. Annunciator terjadi
bersamaan dengan relai yang bekerja akibat
sesuatu yang terjadi ketidaknormalan pada
peralatan tersebut.
11) Indikator-Indikator
Untuk mengawasi selama transformator
beroperasi, maka perlu adanya indicator pada
transformator sebagai berikut:
- Indikator suhu minyak
- Indikator permukaan minyak.
- Indikator sistem pendingin.
- Indikator kedudukan tap.
12) Pemadam Kebakaran Transformator
Sistem pemadam kebakaran merupakan
peralatan tambahan untuk pengaman
transformator. Penyebab trafo terbakar adalah
karena gangguan hubung singkat pada sisi
sekunder sehingga pada trafo akan mengalir arus
maksimumnya.

2.2 Isolasi Minyak Transformator
2.2.1 Minyak Transformator
Minyak transformator merupakan
sebuah campuran kompleks dari molekul-
molekul hidrokarbon, dalam bentuk linear atau
siklis, yang mengandung kelompok molekul
CH
3
, CH
2

dan CH yang terikat. Gas-gas ini
dikenal dengan istilah fault gas.

2.2.2 Kegagalan Isolasi Minyak
Transformator
Kegagalan isolasi disebabkan
beberapa sebab, antara lain isolasi tersebut sudah
lama terpakai, berkurangnya kekuatan
dielektrik dan karena isolasi tersebut
dikenakan tegangan lebih. Beberapa faktor yang
mempengaruhi mekanisme kegagalan pada
minyak transformator, yaitu partikel padat, uap
air, kegagalan gelembung.

2.3 Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)
2.3.1 Definisi Dissolved Gas Analysis
Pengujian DGA merupakan analisa
kondisi transformator yang dilakukan
berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak
trafo. Dilakukan dengan mengambil sampel
minyak dari unit transformator kemudian gas-
gas terlarut tersebut diekstrak untuk
diidentifikasikan komponen-komponen
individualnya. Pengujian DGA akan
memberikan informasi-informasi terkait akan
kesehatan dan kualitas kerja transformator
secara keseluruhan.
Langkah kerja :
1. Pengambilan Sampel
2. Pengujian dengan alat uji DGA
3. Interpretasi data
4. Pengambilan kesimpulan

2.3.2 Metode Dissolved Gas Analisys
(DGA)
1) Metode Total Dissolved Combustible
Gas (TDCG)
Klasifikasi peningkatan konsentrasi gas
dan TDCG (IEEE C57. 104-1991). Kriteria 4
level kondisi telah dikembangkan untuk
mengklasifikasikan kondisi trafo pada hasil
pengujian minyak isolasi.
Tabel 2.1 Batas Konsentrasi Gas Individual dan
TDCG Standar IEEE C57.104-1991


Berikut merupakan Kondisi
Transformator berdasarkan standar IEEE
C57.104-1991 :
Kondisi 1: Total gas terlarut yang mudah
terbakar (TDCG) di atas menunjukkan
transformator beroperasi dengan baik atau
normal. Namun, tetap perlu dilakukan
pemantauan atau investigasi kondisi gas-gas
tersebut.
Kondisi 2: TDCG dalam kisaran ini
menunjukkan tingkat gas mulai tinggi dimana
gas-gas yang terlarut mudah terbakar. Ada
kemungkinan timbul gejala-gejala kegagalan
yang harus mulai diwaspadai. Mengambil sampel
minyak DGA setidaknya cukup sering atau lebih
rutin untuk menghitung jumlah angkatan gas per
hari untuk masing-masing gas.
Kondisi 3: TDCG dalam kisaran ini
menunjukkan tingkat tinggi adanya dekomposisi
selulosa isolasi dan / atau minyak. Sebuah atau
berbagai kegagalan mungkin terjadi. Pada kondisi
ini sudah harus diwaspadai dan perlu perawatan
lebih lanjut. Mengambil sampel DGA setidaknya
cukup sering untuk menghitung jumlah gas
generasi per hari untuk masing-masing gas.
Kondisi 4: TDCG dalam kisaran ini
menunjukkan dekomposisi yang berlebihan
selulosa isolasi dan / atau minyak transformator
sudah meluas. Operasi Lanjutan dapat
mengakibatkan kegagalan transformator.
2) Metode Key Gas (Gas Kunci)
Key gas didefinisikan oleh IEEE
std.C57 104.1991 sebagai gas-gas yang tebentuk
pada transformator berdasarkan jenis gas yang
khas atau lebih dominan terbentuk pada
berbagai temperatur.
Tabel 2.2 Jenis Kegagalan Metode Key Gas


3) Metode Rogers Ratio
Rogers ratio adalah salah satu metode
tambahan yang dapat digunakan untuk
menafsirkan apa yang terjadi berdasarkan
komposisi gas terlarut di minyak isolasi. Metode
ini menggunakan rasio tiga buah gas yaitu
C
2
H
2
/C
2
H
4
,

CH
4
/H
2
dan C
2
H
4
/C
2
H
6.
Tabel 2.3 Kode Roger Ratio


Tabel 2.4 Tipe Gangguan dengan Digit Kode


Seringkali digunakan rasio lain seperti
rasio CO2/CO. Normalnya rasio CO2/CO
bernilai sekitar 7. Jika rasio < 3, ada indikasi yang
kuat akan adanya kegagalan elektrik sehingga
menimbulkan karbonisasi pada kertas (hot-spot
atau arcing dengan temperatur >200
0
C). Jika
rasio > 10, mengindikasikan adanya kegagalan
thermal pada isolasi kertas pada belitan. Nilai
rasio ini tidaklah selalu akurat karena nilai CO2
dan CO dipengaruhi oleh berbagai faktor luar.
Catatan mengenai interpretasi dari
tabel rasio roger :
1. Ada kecenderungan rasio C
2
H
2
/C
2
H
4
naik dari
0,1 s.d > 3 dan rasio C
2
H
4
/C
2
H
6
naik dari 1-3
s.d > 3 karena meningkatnya intensitas
percikan (spark). Sehingga kode awalnya
bukan lagi 0 0 0 melainkan 1 0 1.
2. Gas yang timbul mayoritas dihasilkan oleh
proses dekomposisi kertas, sehingga muncul
angka 0 pada kode rasio roger.
3. Kondisi kegagalan ini terindikasi dari naiknya
konsentrasi fault gas. CH
4
/H
2
normalnya
bernilai 1, namun nilai ini tergantung dari
berbagai faktor seperti kondisi konservator,
selimut N
2
, temperatur minyak dan kualitas
minyak.
4. Naiknya nilai C
2
H
2
(lebih dari nilai yang
terdeteksi), pada umumnya menunjukkan
adanya hot-spot dengan temperatur lebih dari
700
0
C, sehingga timbul arching pada
transformator. Jika konsentrasi dan rata-rata
pembentukan gas asetilen naik, maka
transformator harus segera diperbaiki (de-
energized). Jika dioperasikan lebih lanjut
kondisinya akan sangat berbahaya.
5. Transformator dengan OLTC (On-Load Tap
Changer) bisa saja menunjukkan kode 2 0 2
ataupun 1 0 2 tergantung jumlah dari
pertukaran minyak antara tangki tapchanger
dan tangki utama.

4) Metode Kode Ratio IEC 559 - 1978 &
REVISI 1997
Tabel 2.5 Diagram Alir Tes Diangnosa DGA
Standar IEC 559 - 1978 & REVISI 1997

OH : Over Heating
OHO : Over Heating of Oil
CD : Cellullose Degradation
OHC : Over Heating Cellullose
LED : Partial Discharge
HEDA_1 : Low Energy Discharge and Arcing
HEDA_2 : Low Energy Discharge and Arcing
HEDA_3 : High Energy Discharge and Arcing
HEDA_4 : High Energy Discharge and Arcing
OH_T1 : Over Heating, Temp < 150
0
C
OH_T2 : Over Heating, 150
0
C < Temp < 300
0
C
OH_T3 : Over Heating, 300
0
C < Temp < 700
0
C
OH_T4 : Over Heating, Temp > 700
0
C
5) Metode Duvals Triangle
Metode ini biasanya digunakan untuk
menentukan jenis kerusakan secara umum dari
suatu transformator yang bermasalah.

Gambar 2.4 Duval Triangle
PD = Dischrge sebagian
D1 = Discharge energi rendah
D2 = Discharge energi tinggi
T1 = Thermal faults pada temperature < 300
o
C
T2 = Thermal Faults pada temperature 300
o
C < T
< 700
o
C
T3 = Thermal Faults pada temperatur > 700
o
C
DT = campuran termal dan electrical fault.

Tabel 2.6 Batas Individual Gas

Koordinat segitiga :
%CH
4
=
%C
2
H
4
=
%C
2
H
2
=
III. PEMBAHASAN
3.1 Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)
Objek yang diuji dan dianalisis
merupakan sebuah unit transformator daya pada
PLTU PT. Krakatau Daya Listrik Cilegon-
Banten. Transformator ini merupakan jenis
transformator dengan pendingin ONAF,
kapasitas 20 MVA dengan tegangan nominal
150/20 KV. Pengujian Dissolved Gas Analysis
dilakukan menggunakan alat uji DGA Transport
X Portabel produksi GE Digital Energy Kelman.

3.2 Pengambilan Sampel
Prosedur pengmabilan sampel minyak
transformator disesuaikan standar IEEE std.C.57-
104.1991, IEC 60599 IK Pengambilan sampel
minyak uji DGA P3BJBTEK/IKA/05-00. Standar
ini mengharuskan bahwa sampel minyak yang di
ambil tidak boleh terdapat gelembung udara sama
sekali. Proses pengujian harus dilakukan segera
setelah pengambilan sampel dilakukan, bertujuan
untuk meminimalisir pengaruh temperatur
lingkungan dan sinar matahari yang dapat
mempengaruhi jumlah konsentrasi gas terlarut.

3.3 Pengujian dengan Alat DGA
Alat uji DGA Transport X Portabel produksi
GE Digital Energy Kelman. ini bisa mendeteksi
tujuh jenis fault gas yaitu gas hidrogen (H
2
),
karbon monoksida (CO), etilen (C
2
H4), etana
(C
2
H
6
), metana (CH
4
), asetilen (C
2
H
2
) dan gas
karbon dioksida (CO
2
) dan menggunakan metode
photo acoustic spectroscopy (PAS) untuk
ekstraksi gas terlarut. Keakuratan alat ini adalah
sebesar 5% atau 2 ppm. Alat ini juga
mendukung proses analisis data lebih lanjut
karena dilengkapi dengan metode-metode analisis
data DGA seperti IEEE std.C57 104.1991, Key
gas, Roger Ratio, Duvals Triangle.


http://www.gedigitalenergy.com
Gambar 3.1 Prinsip Operasi Transport X DGA

Berikut hasil pengujian alat uji DGA Transport X
portable.

Gambar 3.2 Hasil Pengujian DGA TDCG

Berdasarkan gambar 4.5 mengenai data hasil
pengujian dan analisa sampel minyak secara
mandiri dengan alat DGA transport x portabel,
bahwa kondisi konsentrasi gas yang terlarut
dalam sampel minyak tersebut yaitu kondisi
caution (hati-hati).

3.4 Interpretasi Data Hasil Uji Dissolved Gas
Analysis (DGA)
3.4.1 Metode Total Dissolved Combustible Gas
(TDCG)
Analisa data dari sampel minyak
transformator AV 04 Subtation Harbour dengan
metode TDCG. Tabel 4.1 merupakan data hasil
pengujian minyak transformator AV 04 Subtation
Harbour sebelum dilakukan separator/purifikasi
dengan kondisi temperatur minyak transformator
22
0
C dan sesudah dilakukan separator dengan
kondisi temperatur sampel minyak transformator
38
0
C.
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Sampel Minyak
Transformator TDCG


Menurut standar IEEE C57.104-1991 tentang
batas konsentrasi gas individual dan TDCG
bahwa :
1. Transformator AV 04 Subtation Harbour 20
MVA sebelum separator termasuk dalam kategori
kondisi 2, meskipun besar TDGC masih tergolong
kondisi normal yaitu 233 ppm (kurang dari 720
ppm atau kondisi 1) dan konsentrasi air sebesar
30 ppm juga dalam kondisi normal sesuai IEC :
60814 (batas limitnya 40 ppm) tetapi terdapat
salah satu konsentrasi gas yang sudah melebihi
normalnya (2500 ppm) yaitu gas karbon dioksida
(CO
2
) sebesar 3045 ppm. Dalam kondisi 2
menunjukkan tingkat gas mulai tinggi dimana
gas-gas yang terlarut mudah terbakar. Ada
kemungkinan timbul gejala-gejala kegagalan yang
harus mulai diwaspadai. Berarti harus dilakukan
pengambilan sampel DGA setidaknya cukup
sering untuk menghitung jumlah angkatan gas per
hari untuk masing-masing gas yang terlarut dan
direkomendasikan juga untuk segera dilakukan
filtering minyak atau pemurnian minyak
transformator tersebut.
2. Transformator AV 04 Subtation Harbour 20
MVA sesudah dilakukan separator termasuk
dalam kategori kondisi 1, dimana Total gas
terlarut yang mudah terbakar atau nilai TDGC
dan konsentrasi gas karbon dioksida (CO
2
) tidak
melebihi batas level normal yaitu 720 untuk level
TDCG dan 2500 ppm untuk gas karbon dioksida
(CO
2
). Hal tersebut menunjukkan bahwa
transformator tersebut beroperasi dengan baik
atau normal. Namun, tetap perlu dilakukan
pemantauan/investigasi kondisi gas-gas tersebut.

3.4.2 Metode Key Gas (Gas Kunci)
Key gas didefinisikan oleh IEEE
std.C57 104.1991 sebagai gas-gas yang tebentuk
pada minyak transformator yang secara kualitatif
dapat digunakan untuk menentukan jenis
kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas
yang khas atau lebih dominan terbentuk pada
berbagai temperatur.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian DGA Kandungan Gas
Metode Key Gas
Tabel 3.2 Hasil Uji DGA Metode Key Gas


Berdasarkan data gas terlarut key gas didapatkan
grafik sebagai berikut :


Gambar 3.3 Diagram Gas Terlarut Key Gas

Interpretasi data hasil uji DGA minyak
transformator AV 04 Subtation Harbour dengan
metode Key Gas IEEE std.C57 104.1991 :
1. Isolasi minyak transformator sebelum
dilakukan separator mengalami kegagalan
thermal selulosa. Dikarenakan kandungan gas
terlarut pada isolasi minyak transformator
tersebut terdiri dari senyawa CO dan CO2 dalam
jumlah besar atau senyawa yang dominan. Hal
tersebut terbentuk karena panas yang berlebih
pada kertas selulosa transformator beroperasi
dengan beban lebih atau beroperasi dengan suhu
tinggi, yang mengakibatkan isolasi kertas
mengalami kerusakan.. Gas kunci : karbon
monoksida 88,4 %.
2. Sedangkan kondisi Isolasi minyak
transformator setelah dilakukan separator
termasuk dalam kondisi normal dikarenakan
jumlah kandungan gas terlarut dalam isolasi
minyak transformator tersebut tidak ada yang
dominan atau tidak ada yang khas dan semua
kandungan gas terlarut dalam kondisi tidak
melampaui batas normalnya.

3.4.3 Metode Rogers Ratio
Metoda rasio roger adalah membandingkan
jumlah dari berbagai gas berbeda dengan
membagi satu gas dengan yang lainnya, hal ini
membentuk sebuah rasio perbandingan antara
satu gas dengan yang lain Metode ini
menggunakan rasio tiga buah gas yaitu C
2
H
2
/C
2
H
4
,

CH
4
/H
2
dan C
2
H
4
/C
2
H
6.

Tabel 3.3 Nilai Perbandingan Fault Gas dan Digit
Kode dari Sampel Minyak

Interpretasi data hasil uji DGA minyak
transformator AV 04 Subtation Harbour dengan
metode Rogers Ratio :
1. Isolasi minyak transformator sebelum
separator bahwa nilai perbandingan fault gas
C
2
H
2
/C
2
H
4
sebesar 0,5 (1) perbandingan fault gas
CH
4
/H
2
sebesar 0,230 (0) dan perbandingan fault
gas

C
2
H
4
/C
2
H
6
sebesar 0,8 (0) didapatkan kode
ratio 1 0 0, tetapi kode 1 0 0 tidak terdapat pada
tabel tipe gangguan sesuai standar IEEE. Hal
tersebut kemungkinan munculnya kode 0 ini pada
perbandingan fault gas CH
4
/H
2
diakibatkan oleh
gas-gas yang timbul mayoritas dihasilkan oleh
proses dekomposisi kertas. Kondisi kegagalan ini
terindikasi dari naiknya konsentrasi fault gas
CH
4
/H
2
normalnya bernilai 1, dimana nilai ini
tergantung dari berbagai faktor seperti kondisi
konservator, selimut N
2
, temperatur minyak dan
kualitas minyak. Bila dilihat dari data fault gas,
terdapat produksi gas CO dan CO
2
yang begitu
besar. Permasalahan ini disebabkan karena
pelepasan muatan disebabkan oleh perforasi dari
isolasi padat yang diakibatkan oleh sparking atau
arching biasanya menimbulkan gas CO dan CO2.
Munculnya permasalahan ini bisa dijadikan
pendekatan sesuai dengan tabel analisis rogers
ratio dengan kode 1 1 0 yang
mengindikasikan kegagalan High energy partial
discharge.
2. Isolasi minyak transformator sesudah di
separator bahwa nilai perbandingan fault gas
C
2
H
2
/C
2
H
4
sebesar 0,5 (1) perbandingan fault gas
CH
4
/H
2
sebesar 0,20 (0) dan perbandingan fault
gas C
2
H
4
/C
2
H
6
sebesar 0,33 (0). Dengan mengacu
tabel range kode Rogers Ratio didapatkan kode 1
0 0, tetapi kode 1 0 0 tidak terdapat pada tabel tipe
gangguan sesuai standar IEEE. Munculnya kode
0 dari perbandingan fault gas CH
4
/H
2
ini
dikarenakan CH
4
/H
2
normalnya bernilai 1,
dimana nilai ini tergantung dari berbagai faktor
seperti kondisi konservator, selimut N
2
,
temperatur minyak dan kualitas minyak.
Munculnya permasalahan ini bisa dijadikan
pendekatan sesuai dengan tabel analisis rogers
dengan kode 1 1 0 yang mengindikasikan Low
energy partial discharge. Dimana dalam hal ini
terjadi peningkatan kadar air dari sebelum
separator sampai setelah separator (30 ppm ke 36
ppm). Kemungkinan hal ini disebabkan udara
yang terjebak dalam sistem isolasi atau minyak
mengandung banyak kadar air pada saat
pengambilan sampel minyak. Tetapi kondisi ini
bisa juga dikatakan normal, karena nilai-nilai fault
gas yang terkandung dalam sampel minyak
transformator tidak melampaui batas sesuai
standar IEEE.
3.4.3 Metode Kode Rasio IEC 559 - 1978 &
REVISI 1997
Tabel 3.4 Nilai Rasio Fault Gas Sampel Minyak

Interpretasi data hasil uji DGA minyak
transformator AV 04 Subtation Harbour dengan
metode Kode Ratio IEC 559 - 1978 & REVISI
1997 :
1. Kondisi dari minyak transformator sebelum
dilakukan separator terdiagnosa terjadinya CD
(Cellullose Degradation / penurunan lapisan film)
OHC (Over Heating Cellulose / panas berlebih
pada lapisan film) dan OH (Over Heating).
Dalam hal ini dikarenakan nilai perbandingan
fault gas CO/CO
2
adalah 0,07 < 0,2 dan nilai
konsentrasi gas CO adalah 206 ppm > 200 ppm.
2. Kondisi minyak transformator setelah
dilakukan separator berdasarkan diagram alir
diagnosa test DGA sesuai IEC 559 - 1978 &
REVISI 1997 adalah tidak terdiagnosa terjadinya
gejala atau kegagalan apa-apa pada atau dalam
kondisi normal dan baik untuk melanjutkan
operasi transformator tersebut. Dalam hal ini
tidak ada nilai rasio & konsentrasi yang sesuai
dengan diagram alir diagnosa test DGA sesuai
IEC 559 - 1978 & REVISI 1997.
3.4.5 Metode Duvals Triangle
Tabel 3.5 Jumlah Gas Terlarut dalam %

Berdasarkan analisa menggunakan Segitiga
Duval, bahwa isolasi minyak transformator
sebelum dan sesudah dilakukan separator terdapat
ketentuan dari kondisi minyak transformator
tersebut belum terlampaui yaitu sesuai standar
IEEE masih dalam kategori kondisi 2 dan 1 atau
belum mencapai kondisi 3, dan tingkat kenaikan
gas terlarut untuk setiap bulannya tidak bisa
didapatkan dikarenakan tidak ada sampel yang
tepat untuk membandingkan (dalam hal ini hanya
menggunakan 2 sampel yang berbeda keadaan).
Analisa Segitiga Duval dengan tanpa menentukan
indikasi dengan metode standar IEEE terlebih
dahulu dapat digunakan dengan melihat tabel 4.10
batas individual gas yaitu slah satu gas individu
tidak dalam kondisi ditingkat L1 dan tingkat
genaresai gas terlarut juga tidak dalam tingkat G2.
Untuk itu metode Segitiga Duval dalam
menentukan indikasi kegagalan minyak
transformator tersebut (2 sampel minyak
transformator sebelum dan sesudah diseparator)
belum bisa digunakan atau tidak dapat terindikasi
dengan tepat.
3.5 Pemurnian Minyak Transformator
3.5.1 Recondition (Memperbaharui Minyak)
Suatu cara atau proses untuk menghilangkan
kelembaban (kandungan air) dan material yang
keras (Solid) dengan cara mekanis.Sebagai contoh
dalam pembeharuan minyak yaitu dengan cara
purifikasi atau separator yaitu pemurnian minyak
atau pemisahan minyak dari kelembaban
(kandungan air)dan material lain dengan cara
sirkulasi dari transformator ke alat separator dan
sebaliknya.
Ada 3 proses penting dalam purifikasi/separator
minyak transformer antara lain :
a. Heating
Minyak dipanaskan secara terus menerus dari
proses awal hingga akhir dengan temperatur yang
konstan. Proses ini untuk memisahkan air dengan
minyak, dimana air akan menjadi uap, sedangkan
minyak transformer tetap pada komposisi semula
dan juga menguraikan asam yang terkandung
didalam minyak.
b. Pengkabutan
Setelah minyak dalam kondisi panas maka
minyak akan dikabutkan . Hal ini untuk
memisahkan antara oil dan uap, setelah itu
divacum dengan tekanan, sehingga uap air dan
kandungan asam dapat terurai dan terpisah dari
minyak.
c. Penyaringan ( filter press )
Setelah minyak trpisah dari uap air dan
asam, minyak transformer tersebut disaring dan
dipadatkan . Hal ini dilakukan untuk mencegah
gelembung udara.

3.5.1 Reklamasi/Regenerasi
(Mengembalikan Kemurnian Minyak)
Suatu cara atau proses yang bertujuan
memurnikan secara keseluruhan yang bertujuan
mengembalikan kandungan kimia dari minyak
transformator . Cara ini dilakukan dengan
menambah bahan kimia.

IV. KESIMPULAN
1. Interpretasi hasil uji DGA dengan metode
Total Dissolved Combustible Gas (TDCG),
Key Gas, Rogers Ratio, Rasio kode IEC 559
- 1978 & REVISI 1997 bahwa :
a. Sampel minyak transformator sebelum
separator termasuk dalam kategori
kondisi 2 lebih tepatnya terjadi kegagalan
thermal sellulosa. Hal tersebut
disebabkan karena kandungan gas terlarut
pada isolasi minyak transformator
tersebut terdiri dari senyawa CO dan
CO2 dalam jumlah besar. Terbentuknya
senyawa tersebut karena panas yang
berlebih pada kertas sellulose,
transformator beroperasi dengan beban
lebih atau beroperasi dengan suhu tinggi
Berarti harus dilakukan pengambilan
sampel DGA setidaknya cukup sering
dan direkomendasikan juga untuk segera
dilakukan filtering minyak atau
pemurnian minyak transformator
tersebut.
b. Sampel minyak transformator sesudah
dilakukan separator termasuk dalam
kategori kondisi 1 atau transformator
beroperasi dengan baik atau normal.
Namun, tetap perlu dilakukan
pemantauan/investigasi kondisi gas-gas
tersebut.
2. Analisa Duval triangle pada sampel minyak
transformator sebelum dan sesudah separator
belum bisa digunakan atau tidak dapat terindikasi
dengan tepat. Karena syarat ketentuan dari batas
individual gas metode Duval Triangle belum
terlampaui dan juga kondisi minyak transformator
tersebut dengan menggunakan metode TDCG dan
Key Gas (Standar IEEE ) belum mencapai kondisi
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Bates Danny, 2004 DGA in a Box Autilitys
Perspective : _____, Alabama Power
Company
[2]. Duval Michel. 2006. Dissolved Gas Analysis
and the Duval Triangle. Diakses pada
tanggal 18 Desember 2013 jam 17:07 WIB.
www.avo.nz/techpaper/2006-
conference/2006-Conference_Duval.pdf
[3]. Efendi Budi Lukman. 2011. Analisis Gas
Mudah Bakar Terlarut Pada Minyak
Transformator Berdasarkan Faktor
Pembebanan dan Beban Harmonik dengan
Metode Rogers Ratio : Depok : Universitas
Indonesia
[4]. Hardityo Rahmat. 2008 Deteksi dan Analisis
Indikasi Kegagalan Transformator dengan
Metode Analisis Gas Terlarut : Depok.
Universitas Indonesia
[5]. Faishal A.R Muhammad. 2010. Analisis
Jenis Kegagalan Transformer Berdasarkan
Hasil Uji DGA dengan Metode Rogers
Ratio PLTU Tambak Lorok : Semarang.
Universitas Diponegoro
[6]. Nurita D Risti, 2011. Analisis Minyak Trafo
Pada Generator Transformer Unit 3
Berdasarkan Hasil Uji DGA di PT. Indonesia
Power
[7]. S.Donal. Gas Production in Oil Sample Due
to Exposure to Store Sunlight. Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2013 jam 14.58
WIB. www.kelman.co.uk

You might also like