You are on page 1of 110

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA


TANGERANG SELATAN

Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)















NUR JANNATUN NAIM
106104003507

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M / 1431 H






SCHOOL PROGRAM OF NURSING
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UNDERGRADUATED THESIS, August 2010

Nur Jannatun Naim, NIM. 106104003507

Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing childbirth in
health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang.

xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment

ABSTRACT

Psychological problem was raising significantly, above all about the nuisance of
emotional, the example was anxiety. There was anxiety when someone who having traumatic
incident one of all was anxiety which be happened to primipara mom. Because pregnancy was
dramatic period, which someone was having biological and psychological alteration, and
adapting to new situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought
that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxiety could hinder child
birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the factor predisposisi of anxiety
which could be learned by them on Stuarts and Lairaias, were psychoanalysis, interpersonal,
behavior, family support and biology, but the research was done in the health society centar of
Pamulang, there was just family support interpersonal and behavior were just controller.
The research used quantity approximation with design cross sectional technic of getting
sample used total sample, about 52 woman. Data was collected on the health society center of
Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used analysis Multinominal logistic with : 5%.
Instruments which used by Zung Self Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and
behaviour.
The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and 84,6% them was
anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium anxiety). On the bivariat
analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p; 0,931) showed they had connection with
anxiety, and behavior (0,931) hadnt connection. Based on multivariate analysis, it could
condude there were connection between family support and anxiety, the research had been be
controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it could increase support to
primipara mom by her family on the third trisemester, so that it could reduce anxiety which
mother having.


Key words: Family Support, Primipara, The Third Trimester, Anxiety
Bibliography : 44 (1970-2009)





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI, Agustus 2010

Nur Jannatun Naim, NIM. 106104003507

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Ibu Primipara Menghadapi Persalinan
di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

xxii + 89 halaman, 15 tabel, 5 bagan, 6 lampiran

ABSTRAK

Masalah kejiwaan di dunia mengalami peningkatan secara signifikan terutama masalah
gangguan emosional, salah satu gangguan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kecemasan.
Kecemasan dapat muncul saat seseoang menghadapi kejadian yang traumatik, salah satunya
adalah kecemasan yang dialami ibu primipara trimester III, karena kehamilan merupakan periode
dramastis, terjadi perubahan baik biologi, psikis,dan terjadi adaptasi terhadap lingkungan baru,
terutama pada wanita yang baru akan melahirkan. Pada penelitian ini diteliti tentang faktor
predisposisi kecemasan menurut Stuart dan Laraia yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior,
keluarga dan biologi, Tetapi penelitian ini hanya dukungan keluarga yang diteliti. Sedangkan
interpersonal dan behavior dijadikan sebagai pengontrol.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional, tehnik
pengambilan sampel menggunakan Total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang.
Data dikumpulkan di Puskesmas Pamulang pada bulan Juli tahun 2010. Analisis bivariat
menggunakan Multinomial Logistic dengan = 5%. Instruments yang digunakan Zung Self-
Rating Anxiety Scale (ZSAS) , dukungan keluarga, interpersonal, dan behavior.
Hasil penelitian didapatkan, sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu
primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 % & dan cemas sedang 19.2%). Pada
analisis bivariat, dukungan keluarga (p=0.0001) dan interpersonal (p=0.001) menunjukkan
terdapat hubungan dengan kecemasan, sedangkan behaviour (0.937) tidak ada hubungan dengan
kecemasan. Berdasarkan analisis Multivariat, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behaviour (p=0.012).

Kata Kunci: dukungan keluarga, Primipara, Trimester ketiga, kecemasan.

Bibliography : 44 (1970-2009)









DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah........ 8
C. Pertanyaan penelitian......................................... 8
D. Tujuan Penelitian... 9
E. Manfaat Penelitian... 10
F. Ruang Lingkup Penelitian... 11





BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan....... 11
1. Pengertian Kecemasan....... 11
2. Jenis Kecemasan..... 11
3. Tingkat Kecemasan.... 12
4. Rentang Respon Kecemasan....14
5. Respon Kecemasa... 14
6. Reaksi Kecemasan......... 16
7. Mekanisme Koping....... 16
8. Gejala Kecemasan......... 17
9. Factor Pencetus........... 18
10. Mekanisme Pertahanan Kecemasan...... 19
11. Alau Ukur Kcemasan........ 20
12. Tindakan Keperawatan...... 21
13 Terapi Farmakologi.24
14 Faktor Predisposisi. 25
a. Psikoanalisa.. ....25
b. Interpersonal..26
c. Behavior.28
d. Keluarga ....30
e. Biologi ......36


B. Kehamilan dan Persalinan sebagai pencetus kecemasan .37
1. Kehamilan.. ..37
2. Persalinan... ..42
C. Kerangka Teori.... 43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep..... 43
B. Hipotesis.. 44
C. Definisi operasional. 48
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian.. 49
B. Lokasi dan waktu penelitian.... 49
C. Populasi, sampel, dan teknik sampling.... 49
1. Populasi...... .50
2. Sampel ... 50
3. Besar sampel... 51
D. Kriteria sampel..... 51
E. Pengumpulan data.... 51
1. Jenis data..... 52
2. Instrument data... 53
3. Prosedur pengumpulan data.... 54
F. Uji validitas dan reabilitas instrument. 55


G. Pengolahan data... 56
1. Editing..... 56
2. Coding.... 56
3. Entry data.... 56
4. Melakukan teknik analisis.. 56
H. Analisis data..... 57
1. Analis Univariat..... .57
2. Analisis Bivariat......57
3. Analisa Multivariat.. ...60
I. Etika penelitian.... 60
1. Informed Consent.... 60
2. Anonimity (tanpa nama).. 60
3. Kerahasiaan (confidentiality).. 60
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian... 61
1. Letak wilayah...... 61
2. Visi dan Misi Puskesmas Pamulang... 61
3. Program Puskesmas.... 62
4. Tenaga kerja.... 63
B. Hasil Analisa Univariat.... 64
1. Gambaran Kecemasan Ibu Primipara...... 64


2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara... 64
3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara....65
4. Gambaran Behaviour Ibu Primipara... 67
C. Hasil Analisa Bivariat.. 67
1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan 67
2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan.... 68
4. Hubungan antara behavior dengan kecemasan... 69
D. Analisis Multivariat........ 74

BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ....... 75
B. Instrumen Penelitian.... 76
C. Interpretasi dan Hasil diskusi...... 77
1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan... 77
2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan82
3. Hubungan antara behavior dengan kecemasan ...... 84
4. Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonal dan
behaviour...... 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...... 86
B. Saran ....... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR TABEL
No. tabel
2.1 Obat Anti ansietas ......................................................................................... . 41
3.1 Definisi Operasional. 38
4.1 Skala Kecemasan... 51
4.2 Skala Likert .52
5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan..63
5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga....64
5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan.........65
5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal........66
5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan.........67
5.6 Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan......68
5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga...69
5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal70
5.9 Distribusi Kecemasan dengan Behaviour.71
5.10 Hubungan antara variable dependen dengan independen......72
5.11 Model Variabel Multivariat.73






DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1 Pengaruh lingkungan terhadap Kesehatan Mental ..32
2.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap stres .......................................... ..33
2.3 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan ....................... ..43
2.4 Kerangka Teori... 55
3.1 Kerangka Konsep.56
LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat ijin penelitian
2. Informed consent
3. Kuesioner
4. Hasil analisa Univariat
5. Hasil analisa Bivariat
6. Hasil analisa Multivariat









DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adreno Cortico Tropin Hormone
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
FSH : Folicle Stimulating Hormone
GABA : Gamma Amino Butiric Acid
GH : Growth Hormone
HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga
SSP : Susunan Syaraf Pusat
THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan
WHO : World Health Organization
ZSAS : Zung Self Rating Anxiety Scale










BIODATA
Nama : Nur Jannatun Naim
Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 april 1986
Agama : Islam
Alamat : Jl. H. Koweng no. 9 Ciputat Molek
No telp : 083892417090 / 082111773740
Nama orang tua
Ayah : Amad Suparman
Ibu : Sami
Riwayat pendidikan 1998-2001 SLTP 1 Delanggu
2001-2004 SMF/SAA Indonesia Jogjakarta
2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prodi Ilmu Keperawatan
Pengalaman Bekerja 2004- Sekarang Asisten Apoteker Di Apotek Slipi
Farma













Wahai Alloh yang maha Mulia, Mahadermawan, percikanlah ke dalam hati dan pikiranku
semangat untuk menolong hamba-hamba MU yang membutuhkan aku, jangan biarkan
daku di kuasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa
aku mempunyai sesuatu yang bisa di berikan kepada orang lain.
Wahai Alloh, pelabuhan tempatku menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku
dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan yang aku alami . jangan
biarkan aku menjadi manusia yang instan yang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa
di dahului oleh kerja keras.
Semoga aku dapat memberikan yang terbaik untuk semua orang yang pernah hadir
dalam hidupku, baik ia mengukir suku, duka ataupun yang menyisakan luka. Ku yakin
semua itu adalah sebagian dari kisah yangharus ku lalui, yang semakin
mendewasakanku
Terima kasih untuk pake, make, saudaraku, keluarga di Klaten
Untuk bapak ibu guru, yang sabar dan ikhlas membimbingku
Sahabat yang selalu ada, Teman-teman seperjuangan.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa status
kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami gangguan
mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10% populasi orang
dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar 20% pasien teridentifikasi
mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan peningkatan sekitar 5% - 10% untuk
semua gangguan mental (WHO, 2005).
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara signifikan.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia prevalensi gangguan jiwa
sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh lebih besar yakni sebesar 11,6%.
Tingginya angka gangguan emosional tersebut mengindikasikan bahwa individu mengalami
suatu perubahan emosional yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi
patologi.
Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan menimbulkan
dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut Stuart dan Laraia (2005)
kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang diperlukan
untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu kehidupan baik secara


kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh adanya perasaan takut tidak
diterima dalam lingkungan tertentu, pengalaman traumatis akan perpisahan atau kehilangan,
rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri
maupun konsep diri (Suliswati, 2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari adalah cemas saat menghadapi kejadian traumatik misalkan kecemasan
menghadapi persalinan terutama ibu yang pertama kali akan melahirkan.
Persalinan dan kehamilan merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan bagi seorang
ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling dramatis apalagi bagi ibu
yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur
baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya
waktu menghadapi persalinan. Menurut Gressman (1980), kehamilan melibatkan seluruh
anggota keluarga. Karena kehamilan adalah permulaan tidak hanya berkembangnya janin, tetapi
juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan perubahan hubungan
setiap anggota keluarga.
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga
karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung
jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran baru, wanita mengubah konsep
dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas
tertentu, menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu, mengatur hubungan dengan
pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri
menghadapi persalinan ( Stainton, 1984).
Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti kelahiran bayi, terutama ibu
primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak, 2004). Sekitar bulan ke-


8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi membesar dan
ketidaknyamanan bertambah sehingga menyebabkan calon ibu mudah lelah dan tergantung
pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu menjadi lebih introspektif dan mulai
banyak memikirkan dan mencemaskan persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu
mulai protektif terhadap bayi yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang
dapat mengurangi kesejahteraannya (Hamilton, 1995).
Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh bulan ke
atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya
kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan terjadinya kelahiran bayi
prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil.
Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta previa, suasana
psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu dalam kondisi cemas
yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada akhirnya berujung pada stres.
Cemas yang berlebihan menyebabkan kadar hormon stres meningkat (beta-endorphin, hormon
adrenokortikotropik [ACTH], kortisol dan epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam
menghambat persalinan dapat dikaitkan dengan persalinan distosia. Cemas yang berlebihan dapat
menghambat dilatasi seviks normal, sehingga dapat meningkatkan persepsi nyeri dan
mengakibatkan persalinan lama (Bobak, 2004).
Kecemasan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi tubuh, menyebabkan keletihan
bahkan mempengaruhi kondisi janin dalam kandunganya. Kondisi inilah yang mengakibatkan
otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan rahim ikut menjadi kaku dan keras
sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit
yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu hamil membutuhkan ketenangan agar proses


persalinan menjadi lancar tanpa hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka
persalinan akan berjalan semakin lancar (Zaenal, 2002).
Menurut Todd dalam Irma (2002), melaporkan kecemasan selama kehamilan menyebabkan
depresi postpartum 20 responden dari 300 responden. Hasil penelitian mengindikasikan beratnya
perubahan suasana emosi pada periode postpartum berkorelasi dengan beratnya kecemasan
selama kehamilan. Penelitian lain juga menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap
permusuhan selama kehamilan berkorelasi secara positif dengan depresi postpartum (Hayworth,
1980).
Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengatasi masalah kecemasan yang dialami
ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan mengurangi kecemasan ibu
hamil dengan memberikan penjelasan mengenai kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek
kecemasan pada ibu hamil dan janin. (Dagun, 1991).
Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan Tanon,
Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi persalinan
mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan. Penelitian Astuti (2005)
mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh cemas ringan (46%), sedang
(50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008), mengenai gambaran kecemasan pada ibu
hamil Trimester III, dari 51 responden yang diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%),
ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan antara
lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada penelitian ini yang diteliti adalah
keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini


yang membentuk kepribadian seseorang dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang
sering muncul adalah dukungan. Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena
kedua hal ini terjadi dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan
behavior, tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara
objektif.
Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan tenang, sikap
positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya. Seseorang yang memiliki
dukungan yang kurang dalam kehidupannya,maka cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika
memiliki dukungan keluarga diharapkan wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan
psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang
timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada tanggal 23 Juni
2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu mengatakan khawatir
menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait dukungan keluarga, hampir 80%
ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami atau salah satu anggota keluarganya.
Al-Quran memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan merupakan tugas
yang sangat berat :
4L^1O44 =}=Oee"-
gOuCEg4O) +OuU4EO +OG`q
Lu-4 _O>4N }u-4 +OU=g4 O)
u-4`~4 p O:;-- Oj


EluCEg4O)4 O) +OOE^-
^j
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-
Kulah kembalimu (QS. Luqman 14).

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau
dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).
Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III terutama
ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis, tetapi juga
berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak ditangani maka akan
berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri ibu dan memperlama proses
persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang salah satu faktor yang mempengaruhi
kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu primipara menghadapi persalinan.




B. Rumusan Masalah
Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa dampak
dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal ini dibiarkan
terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan persepsi nyeri. Hal ini
berakibat resiko kematian pada saat persalinan.
Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan, yaitu
psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi penelitian ini yang diteliti
adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga dan
mempertahankan integritas fisik maupun psikologi (Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal
tersebut maka diperlukan penelitian tentang adanya hubungan dukungan keluarga dengan
kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang?
2. Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi persalinan di
Puskesmas Pamulang ?
3. Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara dalam
menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?
4. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan
behavior ?





D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi persalinan di
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara trimester
III dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.
b. Mengidentifikasi gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang.
c. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara dalam
menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.
d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol
interpersonal dan behavior.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi pelayanan keperawatan
2. Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III
menghadapi persalinan, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan terutama saat
melakukan pengkajian terkait kondisi psikologis ibu.
3. Bagi tenaga kesehatan
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya Puskesmas
Pamulang yang menangani ibu hamil untuk menyusun upaya-upaya yang sesuai dalam
mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester III, terutama untuk health
promotion dan health prevention.


4. Bagi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu khususnya ilmu
keperawatan maternitas mengenai penatalaksanaan sewaktu ANC dan keperawatan jiwa
tentang penyebab kecemasan.
5. Bagi penelitian selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan pengembangan ilmu
berkaitan dengan kecemasan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan dukungan
keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu interpersonal dan
behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan terhadap kecemasan.
Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang 2010, karena Puskesmas Pamulang mempunyai
jumlah ibu primipara tertinggi dibanding Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi
penelitian ini adalah ibu primipara trimester III (7-9 bulan), dan yang melakukan ANC di
Puskesmas Pamulang 2010.
Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian cross
sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling, yaitu menggunakan populasi
sebagai sampel sebanyak 52 orang.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari kehidupan.
Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika, menyerang antara 10%-25%
populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang dirinya dan hubungan dengan yang lain.
Kecemasan merupakan ketakutan yang bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan
perasaan ketidakpastian dan tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan.
Kecemasan merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di
sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).
Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan,
yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan
juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud (dalam Arndt, 1974) menggambarkan
dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti
oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan.
2. Jenis Kecemasan
Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita, neurotik
dan moral.
a. Kecemasan realita
Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu
sangat tergantung kepada ancaman nyata.
b. Kecemasan neurotik


Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat
membuatnya terhukum.
c. Kecemasan moral
Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang
cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.
3. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu,
yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang
persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini
yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,
mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian


selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung,
tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare,
palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada
dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak
berdaya, bingung, disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan
kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi
pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap
perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
5. Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif
seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) dalam mengatasi
kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat merusak
(destruktif) dan disfungional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau
mengurung diri, tidak mau mengurus diri (Suliswati, 2005).


6. Respon Kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag ketika
mengalami kecemasan :
a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.
1) Kardio vaskuler
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan
nadi menurun, syock dan lain-lain.
2) Respirasi
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
3) Kulit
Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa
terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
4) Gastrointestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
5) Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah
tegang, gerakan lambat.
b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
1) Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,
menghindar.
2) Kognitif


Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung,
lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan,
obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
3) Afektif
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.
6. Reaksi Kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.
a. Konstuktif
Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak nyaman
dan berfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.
7. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang digunakan
individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang
mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan secara
realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah cara yang biasa
dilakukan individu, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.
b. Mekanisme Pertahanan Ego


Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut
berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif terhadap stres.
8. Gejala Kecemasan
Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi
dalam beberapa fase, yaitu
a. Fase 1 (satu)
Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk
fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak
sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan noradrenalin. Karena itu maka
gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot
dada, leher dan punggung. Hal ini menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya
akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari
kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah
dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan
mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf
fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan
keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri
(Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang
beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah
diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan


tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa
terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia
berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu
(Asdie, 1988).
c. Fase 3 (tiga)
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala
yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak
mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti,
intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang
sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat
sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
9. Faktor Pencetus Kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat disebabkan oleh
berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal tersebut dibedakan
menjadi:
a. Ancaman terhadap integritas fisik
Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang untuk
melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa disebabkan oleh infeksi
virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman keselamatan, injuri; sedangkan sumber
internal merupakan kegagalan mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun,
termoregulator menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.


b. Ancaman terhadap self esteem
Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan integritas
fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan seperti kehilangan orang
tua, teman dekat, perceraian, perubahan status pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial;
sedangkan sumber internal yaitu kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah,
di tempat kerja, dan di dalam masyarakat.
10. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan
Beberapa mekanisme pertahanan digunakan untuk melawan kecemasan antara lain adalah:
a. Represi
Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran
(conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak sadar terhadap sesuatu
yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.
b. Reaksi Formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan tidak
sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat
diterima.
c. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu impuls yang
tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang
lain.





d. Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode awal
dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang
saat ini dihadapi.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman kembali
perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat diterima oleh kita.
f. Pemindahan
Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek lain karena
objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.
g. Sublimasi
Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id, sublimasi
melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri. Energi instingtual
dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secarasosial bukan hanya diterima namun dipuji.
h. Isolasi
Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan cara
melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat, merepresikannya dan
bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.
11. Alat Ukur Kecemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Trait
Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock, 1998). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), yang merupakan


instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat kecemasan secara kuantitatif, kemudian
dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Instrumen ZSAS
dikembangkan oleh William W.K Zung (1997).
Batasan keadaan kecemasan adalah suatu pengalaman manusia yang universal berbentuk
respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut dan khawatir terhadap
ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada konflik-konflik di dalam diri
sendiri, disertai gejala-gejala fisik disebabkan rangsangan sistem syaraf simpatik. Berdasarkan
analisis statistik, ZSAS mampu membedakan dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa
lain dan juga hubungan antara setiap pertanyaan dengan total skor yang didapat adalah
bermakna.
12. Tindakan Keperawatan
Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas antara lain : mengkaji
kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan tingkat koping, menentukan
mekanisme pertahanan yang harus digunakan, mengidentifikasi metode koping sebelumnya
terhadap masalah kehidupan, mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi
persepsi tentang apa yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif
mekanisme koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk
menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta
ketrampilan penyelesaian masalah).
Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan bahwa
tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan cara menenangkan
dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien, menjelaskan semua prosedur


termasuk dampak maupun akibat selama perawatan, memahami klien dalam mencari pandangan
terhadap situasi yang menyebabkan stres, menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai
hasil diagnose keperawatan dan prognosisnya.
Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok pungung atau
leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi, mendengarkan penuh
perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi maupun kecemasan yang dirasakan,
mengidentifikasi ketika tejadi perubahan tingkat cemas, menyediakan kegiatan yang sesuai ke
arah pengurangan ketegangan membantu klien dalam mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
kecemasan, membantu klien dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa
yang akan datang, menentukan kemampuan klie dalam mengambil keputusan, menganjurkan
klien untuk menggunakan teknik relaksasi serta program pengobatan. Menurut pandangan
beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi kecemasan diantaranya :
a) Terapi kognitif
Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang didasarkan
pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada penilaian negatif terhadap
diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi pikiran, terapis membantu klien
mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan kecemasan, menggali pikiran tersebut,
mengevaluasi kembali situasi yang realistis dan mengganti hal negatif yang telah
diungkapkan dengan ideide yang membangun.
b) Terapi perilaku
Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara langsung
dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000) menegaskan bahwa


terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan kecemasan terutama jika
dikombinasikan dengan farmakoterapi.
c) Teknik relaksasi
Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot. Menurut Stuart
dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak tentram, cemas dan stres
psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang terprogram secara teratur maka akan
menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi, mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.
d) Modelling
Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku yang sesuai
dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.
14.Terapi Farmakologi
Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan diklarifikasikan
menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative, hipnotik, dan anti konvulsan.
Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron
(Buspar). Meskipun mekanisme kerja yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas
menimbulkan efek yang diinginkan melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor
neurotransmitter lain. Obat anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan,
gangguan somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk pemulihan gejala
insomnia dan kecemasan.
Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti ansietas yakni,
pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih, depresi, sakit kepala,
kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas), kardiovaskuler (hipotensi ortostastik,
takikardi, perubahan elektrokardigram), mata dan THT (pandangan kabur, midriasis, tinnitus),


gastrointestinal (anoreksia, mual, kering, mulut kering, muntah). Kontra indikasinya yaitu,
penyakit hati, klien lansia, penyakit hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan
penyakit pernafasan yang telah ada serta reaksi hipersensitivitas.
Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas
Nama Generik Dosis (Mg/ hari)
Alprazolam (xanax) 1- 4
Diazepam (Valium) 2 -40
Fluoxetine (Prozac) 20 60
Clomipramine (Anafranil) 50 250
Lorazepam (Ativan) 1 6

15. Faktor Prediposisi Kecemasan
a. Psikoanalisa
Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu sinyal dari
kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat normal, adaptif,
maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan. Freud mengatakan bahwa
prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto Rank, 1986).
Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman dengan
setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir individu dihadapkan
pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus beradaptasi dengan realitas, yaitu
kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan. Sistem saraf bayi yang baru lahir masih mentah
dan belum tersiapkan, tiba-tiba dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus.
Trauma lahir, dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang


berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang bekerja
berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak dapat terpuaskan
merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan kecemasan.
Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu termotivasi
untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam
ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara
keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan
mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang
merupakan sumber bahaya. Individu juga dapat mengikuti kata hatinya.
b. Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Interpersonal penolakan termasuk dalam peristiwa yang
paling mempengaruhi dalam pengalaman orang. Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi,
dan jenis lain dari penolakan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kualitas kehidupan
masyarakat. Akibatnya, orang termotivasi untuk menghindari penolakan sosial, dan banyak
perilaku manusia tampaknya dirancang untuk menghindari pengalaman tersebut. Efek penolakan
interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta
mengakibatkan kecemasan.
Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal transactions,
membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan perilaku yang bertahan
sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma kehilangan, dan kematangan
kepribadian.


Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman, kehilangan
kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, gagal membentuk
pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian, rasa tidak berdaya
(Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam (2000) kecemasan dimulai pada
awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui hubungan emosional inilah, kecemasan pertama
kali disampaikan ibu kepada anaknya. bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya.
Ketika anak tumbuh dewasa, dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya,
sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang
akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul
dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah satu
tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.
Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami kecemasan, sebab
individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan individu yang kepribadian
tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini lebih peka terhadap rangsangan
sehingga sangat mudah mengalami kecemasan.
c. Behaviour
Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku
menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk
menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical
conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah
dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen,
1988; dalam Wangmuba, 2009).


Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang
disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut mungkin
terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri. Pandangan perilaku ini
orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal ini seperti pengalaman kegagalan
(Stuart dan Laraia, 2005).
Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari luar.
Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana orang tua
memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon sama terhadap hal
tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk mengalami stress, seperti saat sendirian
dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi yang berasal dari orang tua akan membuat anak
belajar melakukan mengalami hal yang sama (Stuart dan Laraia, 2005).
Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang mengalami
persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan kecemasan meningkatkan
persepsi konflik yang dimanifestasikan perasaan tidak berdaya (Stuart dan Laraia, 2005).
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Konflik bertentangan dengan
integrasi.
Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang terkontrol akan
menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
1) Faktor penyebab konflik.


a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah
individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang
nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan
sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda.
c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
2) Macam-macam konflik itu adalah :
a) Pendekatan-pendekatan
Seseorang mengejar tanggung jawab menguntungkan dan sangat diinginkan. Konflik ini
jarang menimbulkan kecemasan.
b) Pendekatan-penghindaran
Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama.
c) Penghindaran-penghindaran
Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan tersebut
merupakan hal yang tidak diinginkan.
d) Double Pendekatan- penghindaran
Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak menguntungkan,
keduanya merupakan pilihan.
6) Keluarga
Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga. Kecemasan
disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi pada keluarga dan
epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap keluarga dalam berbagai


bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati (2005) menerangkan bahwa riwayat
gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon
terhadap konflik dan cara mengatasi kecemasan.
Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat mengalami
kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua anggota keluarga, maka
akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran keluarga dalam menimbulkan
kecemasan meliputi, adanya konflik, dukungan keluarga yang diberikan ketika menghadapi
peristiwa penting dalam kehidupan.
Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga berperan meningkatkan kesehatan tubuh
dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan orang saat
menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam hidup. Keluarga merupakan bagian dari
kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004) membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial
yang meliputi
1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap yang
bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan emosional yang dapat
diberikan
Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.
a) Adanya komitmen dari keluarga terhadap kesejahteraan atau berbagi beban.
b) Keterlibatan sosial adanya kontak sosial dan suasana persahabatan.
c) Afektif, yaitu dengan menunjukkan cinta dan perhatian.
d) Adanya dukungan timbal balik.


2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang lain,
dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan dengan individu lain.
Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan penghargaan yang dapat diberikan:
a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.
b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.
c) Berbicara, yaitu memberikan anggota keluarga untuk mengeluarkan pendapat.
3) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota keluarga
lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada situasi tertentu.
4) Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan balik.
5) Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu kelompok
tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga atau mempertahankan integritas
seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998 dalam Taylor, 2006)
mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan mencari dukungan dari orang
lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka diharapkan dapat mengurangi tingkat
stress. Selain berperan dalam melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga
juga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan
dukungan keluarga yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).
Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga dalam
menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi seseorang (Taylor,
2006), yaitu the direct effects dan the buffering model.
Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup luas
mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan


seseorang serta dapat mengurangi kecemasan, ketidakberdayaan dan keputusasaan. Seseorang
yang sedang mengalami stres akan mendapatkan perasaan dan pengalaman positif bahwa
kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya
model yang memberikan contoh atau gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta
dorongan semangat dan pengaruh orang yang berarti merupakan faktorfaktor dari lingkungan
eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan.








Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.
Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh tentang
kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres.
Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model ini. Pertama, ketika ada anggota
keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai dukungan keluarga yang tinggi maka orang
terssebut dapat menilai rendah stressor yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit
mendapat dukungan dari lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi
reaksi seseorang tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak
Faktor
lingkungan
eksternal
(dukungan
keluarga)
Penguatan tingkah
laku
Pengaruh orang
berarti
Dorongan
semangat
Contoh / model
Sehat dan
keadaan
sejahtera
high family support


mendapatkan atau sedikit mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kecenderungan tinggi
mengalami dampak negatif dari stres.






Skema 2.3 Pengaruh dukungan keluarga terhadap stress.
Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang paling
penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh suaminya selama
kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih komplikasi persalinan dan
kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum (Grossman, dkk, 1980; May, 1982).
e. Dasar Biologi
Kajian biologis menunjukkan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart dan Sundeen,
1998).
Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmitter Gamma
Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang berfungsi
untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja diawali dengan penghambatan neurotransmitter
di otak oleh GABA. Ketika persilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat ke reseptor GABA
di membrane post sinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion.
Stres
Kurang dukungan
keluarga
Sakit
Dukungan keluarga


Akibatnya terjadi penghambatan/reduksi sel yang dirangsang kemudian sel beraktifitas dengan
lambat (Stuart dan Laraia, 2005).











Respon Adaptif Respon Maladaptif
antisipasi ringan sedang berat panik
Bagan 2.3 Stuart model adaptasi berhubungan dengan kecemasan (2005).
Faktor predisposisi
Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi
Kekuatan koping
Mekanisme koping

Faktor presipitasi
Integritas fisik
System self esteem
Penilaian stressor
Konstruktif
Mekanisme
pertahanan Ego
Reaksi berorientasi
tugas
Destruktif


B. Kehamilan dan Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan
1. Kehamilan
Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan, harapan,
kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap menampung hasil
pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman masa kanak-kanak,
pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman sendiri pada kehamilan
sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan tersebut (Whalen, 1987).
Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan yang
bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan menginginkan,
kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak menimbulkan perasaan
bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang dapat diekspresikan secara bebas
serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar tidak disadari. Perasaan menolak meliputi
cemas dan takut akan sakit waktu melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya,
kehilangan sifat menarik, perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya
pekerjaan dan aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas
atau bertanggung jawab sebagai ibu (Benson, R.C.,1984, Maramis,W.F,1986).
Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester ketiga yang
dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester sebelumnya.
a.Trimester ketiga
Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Sebagian
belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang lainnya dapat mengatasi
kecemasan tersebut dengan baik
.
Alasan yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan


adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya (
Kosim, 1970).
Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai perasaan
emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami perubahan. Ibu akan
mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu akan merasakan berbagai
perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk bertemu bayi baru anda. Mungkin
juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh
secara fisik juga mengalami perubahan pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi
pada kehamilan trimester ketiga:
a) Payudara
Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang kaya
akan protein.
b) Konstipasi
Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke daerah
usus selain peningkatan hormone progesterone.
c) Pernafasan
Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena tekanan
bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa terbakar di dada
(heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi
dibawah tulang iga ibu.
d) Sering BAK
Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan
kandung kencing ibu.


e) Masalah Tidur
f) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul
dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir kehamilan kepala bayi
juga akan menekan vena daerah panggul.
h) Kontraksi Perut
Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang ringan, tidak
teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.
i) Bengkak
Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki,
kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan hormonal yang
menyebabkan retensi cairan.
j) Kram Kaki
Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan dengan
perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar kalsium.
k) Cairan Vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada awal
kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.
Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat menyebabkan
kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah perdarahan. Penyebab
utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa, plasenta abruption dan bloody show.
a) Placenta Previa (plasenta terletak tidak normal)


Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi
pembukaan serviks.
b) Plasenta Abruption (awal pemisahan plasenta)
Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan terlepas
dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, yang berbahaya
bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.
c) Bloody Show
Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester ketiga. Ini
dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal sebagai perubahan
serviks, cairan ini berbentuk lendir dan darah.
2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998). Serangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
C. Kerangka Teori
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat
didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas
(Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya kecemasan adalah psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan
biologi. Pada kelima hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan, yang paling mempengaruhi
dan merupakan support sistem adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai


peranan dalam membantu anggota keluarga menghadapi kecemasan. Ada 2 model dalam
dukungan keluarga, yaitu : the buffering model dan the direct effect model. Pada the direct
effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari luar yang meliputi.
Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang berarti dan dorongan semangat.
Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang kurang mendapat dukungan dari keluarga
maka ia akan menjadi sakit.












Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000).
Faktor Predisposisi
Psikoanalisa
Interpersonal
konsep diri,
trauma kehilangan
kematangan kepribadian
Behavior
trauma kegagalan,
pembelajaran,
konflik
Keluarga (dukungan keluarga)
Dukungan emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan informatif
Network support
Biologi




Biologi
Kecemasan


BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori, maka
dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga merupakan
variabel independen, kecemasan variabel dependen dan interpersonal dan behaviour sebagai
variabel potensial confounding.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep (Sumber: Stuart dan Laraia (2005).
B. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kerangka konsep penelitian, maka
dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.
- Interpersonal
- Behaviour


Dukungan
keluarga
Kecemasan
menghadapi
persalinan



2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi
persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.
C. Definisi Operasional.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Penguk
uran
Kecemasan Perasaaan
terancam dan
stressfull, yang
dimanifestasikan
pada perubahan
pola tidur, makan
dan tanda-tanda
vital.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
sebagai alat
ukur respon
kecemasan.


Kuesioner
A 1

0 = Tidak
cemas ( 20
- 40)
1 = Cemas
ringan ( 41-
60)
2 = Cemas
Sedang
(61-80)
3 = Cemas
Berat (81-
100)
Ordinal



Dukungan
keluarga
Dukungan yang
diberikan oleh
anggota keluarga
terdekat yang
berupa dukungan
emosional,
penghargaan,
instrumental
informative dan
network support
mempunyai
peranan sebagai
contoh/model,
penguatan
tingkah laku,
dorongan
semangat, dan
pengaruh orang
berarti.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
Kuesioner
A 2

0 =
dukungan
baik (37-
48)
1 = cukup
dukungan
( 25-36)
2 = kurang
dukungan
(12-24)


ordinal

























Interpersonal


Hubungan
interaksi dengan
lingkungan yang
dipengaruhi
konsep diri,
kematangan
kepibadian, serta
trauma
kehilangan.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner.



Kuesioner
A 3



0= baik
(37-48)
1= cukup
(25- 36)
2= kurang
(12-24)

Ordinal




Behaviour



Perilaku yang
dibentuk sejak
dini dipengaruhi
trauma kegagalan,
pembelajaran
kejadian, dan
konflik.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner.



Kuesioner
A 4


0= baik
(37-48)
1= cukup
(25-36)
2= kurang
(12-24)


Ordinal






BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti menggunakan rancangan
penelitian metode cross sectional (potong lintang), karena pada penelitian ini variabel
independen, dependen serta confounding akan diamati pada waktu (periode) yang sama.
Rancangan penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan dan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan
interpersonal dan behaviour.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu primiara trimester III dan melakukan pemeriksaan
kehamilan di Puskesmas Pamulang. Jumlah populasi dalam penelitian ini 52 orang (berdasarkan
data ibu primipara trimester II bulan Maret).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008:91). Sampel dari penelitian ini diambil dari
populasi ibu primipara trimester III yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Poliklinik
Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini
adalah:




a. Ibu Hamil trimester III
b. Ibu yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang (namanya tercantum di KIA bulan
Maret).
c. Ibu yang akan melahirkan anak pertama.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi, tetapi
peneliti menggunakan Total Sampling yaitu menggunakan populasi sebagai sampel, karena
jumlah populasi yang kecil.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi
yang ada (Hidayat, 2008:72). Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan
peneliti adalah Total Sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan seluruh
jumlah populasi digunakan sebagai sampel, sebanyak 52 orang.
C. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang
bulan Juni-Juli 2010.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang mahasiswa Ilmu
Keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua, yang pertama peneliti mendatangi
rumah responden berdasar alamat yang tertera dan cara kedua mlakukan di Puskesmas Pamulang
yaitu saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri
terlebih dahulu, kemudian peneliti memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta
memberi informed consent untuk meminta persetujuan klien dijadikan responden penelitian.


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memberikan kuesioner dengan beberapa
pilihan jawaban, yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap dan jujur sesuai dengan
yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner, responden didampingi oleh peneliti,
sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak jelas dapat ditanyakan langsung pada peneliti.
Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap
pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian. Pengumpulan
data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Zung Self-Rating
Anxiety Scale (ZSAS). Selain ZSAS, peneliti juga menggunakan instrumen dukungan keluarga,
interpersonal dan behaviour. Untuk mengetahui dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour
yang dimiliki oleh ibu primipara.
E. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan 4 instrumen dalam penelitian ini, yakni :
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale
(ZSAS) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk mengukur
tingkat kecemasan pada ibu primipara menghadapi persalinan. Instrumen ini terdiri dari 20
butir pernyataan dengan karakteristik kecemasan meliputi 5 sikap dan 15 gejala somatik, dan
digolongkan ke dalam empat tingkatan cemas yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan,
cemas sedang, dan cemas berat.. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang
ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai
jawaban sebagai berikut:





Tabel 4.1 Skala Kecemasan
Alternatif
Jawaban
Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif
Selalu 5 1
Sering 4 2
Kadang 3 3
Jarang 2 4
Tidak Pernah 1 5
(Sumber: Nursalam, 2003)
Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang tingkat
kecemasan berupa data interval dengan kategori tidak cemas, cemas ringan, cemas
sedang, dan cemas berat.
Keterangan:
P = Panjang kelas interval
Rentang = Nilai skor terbesar dikurangi nilai skor terkecil
Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada empat, yaitu
tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, dan cemas berat.
Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
Nilai 20 40 : tidak cemas
Nilai 41 60 : cemas ringan
Nilai 61 80 : cemas sedang
Nilai 81 100 : cemas berat


2. Instrumen yang kedua adalah Dukungan keluarga , dengan menggunakan kuesioner yang
berisi daftar pernyataan untuk mengukur dukungan keluarga yang dimiliki ibu primipara
dan mempegaruhi kecemasan. Pada instrumen berisikan dukungan emosional, penghargaan,
instrumental, informatif dan network support mempunyai peranan sebagai contoh/model,
penguatan tingkah laku, dorongan semangat, dan pengaruh orang berarti. Instrumen ini
terdiri dari 12 pernyataan, 3 pertanyaan mengenai contoh/model, 3 pertanyaan mengenai
penguatan tingkah laku, 3 pertanyaan mengenai dorongan semangat, 3 pertanyaan mengenai
pengaruh orang berarti dan digolongkan ke dalam tiga tingkatan dukungan keluarga yaitu
kurang dukungan, dukungan baik. Responden memilih satu dari empat pilihan jawaban yang
ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai
jawaban sebagai berikut:
Tabel 4.2 Skala Dukungan Keluarga
Alternatif
Jawaban
Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan
Negatif
Sering 4 1
Kadang-kadang 3 2
Jarang 2 3
Tidak Pernah 1 4

(Sumber: Nursalam, 2003)
Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang kurang dukungan,
dukungan cukup dan dukungan baik. Skor pada instrumen ini dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu :


Nilai 12 - 24 : kurang dukungan
Nilai 25 36 : cukup dukungan
Nilai 3748 : dukungan baik
3. Instrumen yang ketiga adalah interpersonal, dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar
pernyataan untuk mengukur interpersonal yang dimiliki ibu primipara dan mempengaruhi
kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 6 pertanyaan mengenai konsep diri,
2 pertanyaan mengenai kematangan kepribadian, 4 pertanyaan mengenai trauma kehilangan.
4. Instrumen yang keempat adalah behaviour, dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar
pernyataan untuk mengukur behaviour yang dimiliki ibu primiara dan mempengaruhi
kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 4 pertanyaan mengenai trauma
kegagalan, 4 pertanyaan mengenai trauma kejadian, 4 pertanyaan mengenai konflik. Skor dan
penilaian yang diberikan pada instrumen ini sama seperti pada instrumen dukungan keluarga.
E.Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas tiap pertanyaan. Uji coba
ini dilakukan sebelum penelitian dengan menyebarkan instrumen berupa kuesioner, yang diuji
cobakan kepada responden yang bukan merupakan anggota sampel penelitian. Uji coba
instrumen dukungan keluarga, interpersonal, dan behaviour dilakukan di Puskesmas Ciputat
dengan jumlah sampel 15 orang.
1.Uji Validitas
Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Hagul


(Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas instrumen menunjukan
kualitas dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu penelitian. Uji validitas
instrumen yang dilakukan dengan menggunakan uji validitas konstrak. Uji validitas konstrak
yaitu menyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori konsep yang akan
diukur. Secara sederhana dapat dikemukan, bahwa validitas konstrak dari sebuah instrumen
ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor
masingmasing item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti
instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas. Taraf kepercayaan yang digunakan dalan uji
validitas item pada penelitian ini adalah 95% dengan jumlah responden 15 (N=15). Item-item
yang memiliki nilai r hitung > r tabel (0,501) itu item yang digunakan dalam penelitian.
2.Uji Reliabilitas
Azwar (2001) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability
yang artinya keterpercayaan, keterandalan, konsistensi dan sebagainya. Hasil pengukuran dapat
dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur tidak berubah. Reliabilitas
instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan
untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,
dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode alpha Cronbach diukur berdasarkan skala
alpha Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan rentang
yang sama, maka ukuran alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel
b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel


d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel
e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel
F. Pengolahan Data
1. Editing
Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang sudah ada, terutama mengenai
kelengkapan data yang dikumpulkan melalui kuesioner.
2. Coding
Suatu model untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam
simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasanya disebut dengan coding. Misalnya dilihat
dari dukungan keluarga, diberi coding yaitu 0 = dukungan baik, 1 = cukup dukungan, 2=
kurang dukungan.
3. Entry data
Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikelompokkan ke dalam master tabel atau
data base komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan
membuat tabel kontigensi. Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, data sudah
dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data untuk dianalisis. Proses
pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke paket program
komputer pengolahan data statistic.
4. Cleaning data
Tahap ini merupakan proses memeriksa kembali data-data yang telah dimasukkan untuk
melihat ada atau tidak adanya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan.
Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer. Apabila terjadi kesalahan,


maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang
dilakukan.
G. Analisa Data
Menurut Arikunto (2002), analisa data merupakan pengolahan data terhadap data yang
sudah terkumpul dengan menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan pendekatan
penelitian atau desain yang dipergunakan sehingga memperoleh suatu kesimpulan.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk meringkas,
mengklasifikasikan, dan menyajikan data. Data ditampilkan dengan tabel frekuensi mengenai
kecemasan, dukungan keluarga, interpersonal dan behavior pada ibu primipara.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
dependen, variabel confounding dengan dependen. Dukungan keluarga, dengan kecemasan,
interpersonal dengan kecemasan dan behavior dengan kecemasan. Teknik analisa yang
digunakan adalah analisa Multinomial Logistic dengan menggunakan = 5 %. Jika p value
0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, atau variabel confounding dengan variabel dependen dan jika p
value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
variabel .
3. Analisa Multivariat
Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dengan dependen dikontrol dengan variable confounding. Teknik analisa yang digunakan


adalah analisa regresi logistic ganda. Langkah dalam pemodelan variabel confounding
adalah :
a. Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variable - variabel yang akan menjadi kandidat untuk
dimasukkan ke dalam analisi multivariate. Variable yang akan dimasukkan ke dalam
analisis multivariat memiliki nilai P < 0,25. Semua variabel yang telah memenuhi syarat
dimasukkan dalam Big Model. Model ini, dinamakan Hierarchically Well Formulated
Model (HWF Model) atau model yang paling lengkap.
b. Menilai Interaksi
Untuk menentukan apakah suatu factor risiko mempunyai efek interaksi, dapat diuji dengan
melakukan fitting pada model dengan menyertakan variable interaksi. Suatu factor risiko
mempunyai efek interaksi bila interaksi tersebut bermakna secara statistik. Uji statistic
yang dilakukan dengan membandingkan likelihood ratio test yaitu membandingkan nilai
likelihood tanpa variable interaksi dengan nilai likelihood dengan variable interaksi.
Variable interaksi dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil analisi
mendapatkan nilai P 0,05.
c. Menilai Confounding
Dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel dimulai dengan variabel yang mempunyai
nilai P paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel dilihat efeknya terhadap OR.
Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut merupakan variabel confounding. Bila itu
variabel confounding maka variabel tersebut diikutsertakan dalam analisa selanjutnya.
d. Menyinpulkan dan menilai OR


Setelah mengantrol variabel interaksi dan confounding maka diharapkan dapat dihasilkan
hasil model parsimonious, model yang sahih dan presisi yang baik tapi juga sederhanan.
Model ini tidak hanya mengikutsertakan faktor yang penting tapi juga sederhana. Efek
pajanan dinilai berdasarkan nilai OR.
H. Etika Penelitian
Merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian
keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain: (Hidayat, 2008:82)
1. Informed consent
Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.








BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Pamulang
1. Letak Wilayah
UPTD Puskesmas Pamulang berada di sebelah timur Kabupaten Tangerang berbatasan
dengan Kabupaten Bogor di sebelah selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Ciputat, dan disebelah barat dengan Kecamatan Serpong, wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pamulang terdiri dari dataran rendah.
UPTD Puskesmas Pamulang terletak diwilayah Kecamatan Pamulang dan mempunyai
luas wilayah 2788.718 ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Ciputat
b. Sebelah Barat : Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu
c. Sebelah Timur : Kota Administratif Depok
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Ciputat Timur dan Kabupaten Bogor.
2. Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Pamulang
a. Visi
Puskesmas Pamulang mempunyai visi yaitu: terwujudnya Puskesmas Pamulang dengan
pelayanan kesehatan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan prima di semua sektor.
2) Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.
3) Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga.
4) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai sektor.


c. Motto
Motto Puskesmas Pamulang adalah Berhasil Prima (Bersih, Harmonis, Silahturahmi, dan
Pelayanan Prima).
2. Program Puskesmas
Adapun Program yang terdapat di Puskesmas Pamulang yaitu: program kesehatan dasar,
pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.
a. Pengembangan kesehatan dasar meliputi:
1) Promosi kesehatan
2) Penyehatan lingkungan
3) Kesehatan ibu dan anak
4) Keluarga berencana
5) Perbaikan gizi
6) Pencegahan penyakit menular
7) Pengobatan
b. Pengembangan wajib meliputi:
1) Lansia
2) Usaha Kesehatan Sekolah
3) Anti NAPZA
c. Pengembangan pilihan meliputi:
1) Laboratorium
2) UKGMD
3) DUKM/DUKS
4.Tenaga Kerja


a. Ketenagaan
1) Dokter Umum : 4 orang
2) Dokter Gigi : 3 orang
3) Bidan : 16 orang
4) Perawat : 10 orang
5) Perawat Gigi : 1 orang
6) Pelaksana Gizi : 1 orang
7) Analisa Kesehatan : 2 orang
8) Asisten Apoteker : 1 orang
9) Pekarya/TU : 6 orang
B. Analisa Univariat
1. Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan
Dari hasil penelitian bahwa tingkat cemas tertinggi adalah cemas sedang sebanyak 19,2%,
kemudian cemas ringan 65,4 % dan tidak cemas 15.4%. Sedangkan tidak ada ibu yang
mengalami cemas berat atau 0%, jadi kategori cemas dikelompokkan menjadi 3,
berdasar tabel 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010
Kecemasan Jumlah Persentase
Tidak Cemas 8 15,4
Cemas Ringan 34 65,4
Cemas Sedang 10 19,2
Total 52 100



2. Dukungan Keluarga
Pada kuesioner, terdapat 5 macam dukungan yang terdiri dari, penghargaan, emosional,
instrumental, informasi, dan network support.
Dukungan Baik Cukup Kurang
Penghargaan 5% 65% 30%
Emosional 12% 70% 28%
Instrumental 23% 64% 13%
Informasi 15% 79% 6%
Network Support 10% 69% 21%

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga baik sebanyak 3.9 %, cukup
78.8 %, dan kurang 17.3 %. Di bawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010
Dukungan keluarga Jumlah Persentase
Baik 2 3.9
Cukup 41 78.8
Kurang 9 17.3
Total 52 100





Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi dukungan tingkat kecemasan di Poliklinik Kesehatan
Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang 2010.
3. Interpersonal
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Interpersonal di Puskesmas Pamulang 2010
dari tabel diperoleh hasil bahwa interpersonal baik sebanyak 37 (71.2%), cukup 15 (28.8%) dan
kurang 0 (0%) dikelompokkan menjadi dua, yaitu baik dan cukup berdasarkan tabel 5.4 berikut
ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Interpersonal Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010
Interpersonal Jumlah Persentase
Baik 37 71.2
Cukup 15 28.8
Total 52 100

Dukungan
keluarga
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Jumlah
N % N % N % N %
Baik 1 50 1 50 0 0 2 100
Cukup 7 17.1 31 75.6 3 7.3 41 100
Kurang 0 0 2 22.2 7 77.8 9 100


Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan Responden di Puskesmas
Pamulang tahun 2010
Tabel 5.5
menunju
kkan
distribusi
frekuensi
interpersonal tingkat kecemasan di Puskesmas Pamulang 2010. Diperoleh interpersonal baik
yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 4.8%, ringan 71.4%, dan tidak cemas 23.8%.
Sedangkan Interpersonal cukup yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 29%, ringan
61.3%, dan tidak cemas 9.7%.
4. Behaviour
Dari hasil penelitian bahwa menunjukkan distribusi frekuensi tingkat behavior ibu
primipara di Puskesmas Pamulang tahun 2010. Diperoleh hasil bahwa Behaviour baik sebanyak
39 (75%,), cukup 13 (25%) dan kurang 0 (0%), kemudian dikategorikan dalam tabel 5.6
dibawah ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Behaviour Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010
Behavior Jumlah Persentase
Baik 39 75
Cukup 13 25
Total 52 100
Interpers
onal
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Jumlah
N % N % % N N %
Baik 7 18.9 28 75.7 5.4 2 37 100
Cukup 1 6.7 6 40 53.3 8 15 100



Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan Responden di Puskesmas
Pamulang tahun 2010







Tabel 5.7 menunjukkan distribusi frekuensi interpersonal tingkat kecemasan di Puskesmas
Pamulang 2010.
C. Analisa Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, analisa bivariat menguji hubungan satu per satu antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas adalah dukungan keluarga, interpersonal
dan behaviour. Uji bivariat ini menggunakan uji Multinomial Logistic Regression dengan
menggunakan = 5 %, untuk melihat adanya hubungan antara 2 variabel dengan mengetahui
nilai P value dan nilai Odds Ratio (OR).
1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan
Distribusi frekuensi hubungan antara dukungan keluarga dan kecemasan ibu primipara di
Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.8 berikut
ini :
Behaviour Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas
Sedang
N % N % N %
Baik 5 12.8 28 71.8 6 15.4
Cukup 3 23.1 6 46.2 4 30.8


Tabel 5.8
Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Responden di Puskesmas
Pamulang tahun 2010








P value 0.001, yang berarti <0.05, jadi Ho ditolak.
Kesimpulan : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan.
OR 4 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah Ibu
Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas ringan sebesar 4 kali
dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
OR 3 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah Ibu
Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas sedang sebesar 3 kali
dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
OR 2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah Ibu
Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas ringan sebesar 2 kali
dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
Dukungan
keluarga
Tidak Cemas Cemas
Ringan
Cemas
Sedang
OR
95 %
CI
Nilai p
N % N % N %
Baik 1 50 1 50 0 0 4
3
2
7
0.0001
Cukup 7 17.1 31 75.6 3 7.3
Kurang 0 0 2 22.2 7 77.8


OR 7 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah Ibu
Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas sedang sebesar 7 kali
dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
2. Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan
Distribusi frekuensi hubungan kecemasan dengan interpersonal ibu primipara di
Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.9 berikut
ini
Tabel 5.9
Distribusi Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan Responden di Puskesmas
Pamulang tahun 2010

P value
0.041,
yang
berarti
p<0.05,
jadi Ho ditolak.
Kesimpulan : Ada hubungan antara Interpersonal dengan kecemasan.
OR 6.67 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah Ibu
Primipara yang mempunyai interpersonal cukup beresiko mengalami cemas ringan sebesar 6.67
kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal baik.
Interperso
nal
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas
Sedang
OR
95 %
CI
Nilai p
N % N % N %
Baik 7 18.9 28 75.7 2 5.4 6.67
0.36
0.001
Cukup 1 6.7 6 40 8 53.3


OR 0.36 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah Ibu
Primipara yang mempunyai Interpersonal yang cukup beresiko mengalami cemas sedang sebesar
0.36 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal baik.
3. Hubungan Behaviour dengan Kecemasan
Distribusi frekuensi hubungan kecemasan dengan behaviour ibu primipara di Puskesmas
Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.10 berikut ini:
Tabel 5.10
Distribusi Kecemasan Hubungan Behaviour Kecemasan Responden di Puskesmas
Pamulang tahun 2010
P value
0.931, yang
berarti
>0.05, jadi
Ho
diterima.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara Behaviour dengan kecemasan .
OR 0.5 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah Ibu
Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas ringan sebesar 0.5 kali
dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.
OR 1.2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah Ibu
Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas sedang sebesar 0.5 kali
dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.

Behaviour Tidak Cemas Cemas
Ringan
Cemas Sedang OR
95%
CI
Nilai p
N % N % N %
Baik 5 12.8 28 71.8 6 15.4 0.5
1.2
0.937
Cukup 3 23.1 6 46.2 4 30.8


D. Analisa Multivariat
Berdasarkan kerangka konsep, Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dengan dependen dikontrol dengan variabel confounding. Langkah dalam
pemodelan variable confounding adalah :
1.Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variabel - variabel yang akan menjadi kandidat untuk
dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis
multivariat memiliki nilai p < 0,25.
Tabel 5.11
Hubungan antara variabel Dependen dan Independen
Variable P value Analisa
Keluarga 0,0001 Ikut model
Interpersonal 0,001 Ikut model
Behavior 0,937 Tidak ikut model
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa yang masuk ke dalam analisis multivariat adalah variabel
keluarga dan interpersonal ( p value <0,25), tetapi berdasarkan teori Stuat dan Laraia, bahwa
behavior merupakan salah satu faktor predisposisi kecemasan. Salah satu syarat suatu variabel
dijadikan variabel confounding adalah variabel tersebut ada hubungan sebab atau akibat dengan
var iabel utama. Jadi behavior dimasukkan dalam model, Ada 3 variabel yang masuk dalam
pemodelan ini (keluarga, interpersonal, behavior).
2. Menilai Interaksi
Variabel interaksi dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil analisis
mendapatkan nilai p 0,05.



Tabel 5.12
Model Variabel Multivariat
Variable P value Analisa
Dukungan Keluarga 0,035 Tidak Ikut model
Interpersonal 0,307 Tidak ikut model
Behavior 0,248 Tidak ikut model

Hasil uji : p value <0,05 (Ho diterima)
Kesimpulan : Karena berdasarkan analisi di atas , semua variabel tidak memenuhi syarat,
maka digunakan model analisis tanpa interaksi. Jadi pemodelan dilakukan tanpa interaksi.
3. Menilai Confounding
Dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel dimulai dengan variabel yang
mempunyai nilai p paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel dilihat efeknya
terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut merupakan variabel
confounding. Bila itu variabel confounding maka variabel tersebut diikutsertakan dalam
analisa selanjutnya.
Hasil variabel interpersonal dikeluarkan nilai OR variabel utama (dukungan) menjadi
0.012, maka selisih OR (0.026-0.012)/0.026 x 100% = 53, 84 %.
Kesimpulan : Variabel interpersonal merupakan variabel confounder.
Hasil variabel behavior nilai OR variabel utama (dukungan) menjadi 0.025, maka selisih
OR (0.026-0.025)/0.026 x 100% = 10 %.
Kesimpulan : Variabel behavior merupakan variabel confounder.


4. Menyimpulkan dan Menilai OR
Hasil analisis didapatkan p value 0.001, Kesimpulan : Ada hubungan antara keluarga
dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan Behaviour.
Persamaan model adalah :
Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.582 (keluarga) + 1.295 (interpersonal) + 0.947
(behavior ).

Pada OR 0.582 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan
adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 0.582 kali dibanding ibu primipara yang mempunyai dukungan baik setelah
dikontrol interpersonal dan behavior.
Resiko terjadinya kecemasan : 20592 + 0.026 (dukungan) + 1.564 (interpersonal) + 1. 866
(behavior ).

Pada OR 0.026 berarti Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang
adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas
sedang sebesar 0.026 kali dibanding ibu primipara yang mempunyai dukungan baik setelah
dikontrol interpersonal dan behavior.
Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.118 (keluarga) + 1.295 (interpersonal) + 0.947
(behavior ).




Pada OR 0.118 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan
pada dukungan kurang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko
mengalami cemas ringan sebesar 0.118 kali dibanding ibu primipara yang mempunyai
dukungan baik.
Resiko terjadinya kecemasan : 20592 + 1.495 (dukungan) + 1.564 (interpersonal) + 1. 866
(behavior ).

Pada OR 1.495 berarti Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang
adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas
sedang sebesar 1.495 kali dibanding ibu primipara yang mempunyai dukungan baik setelah
dikontrol interpersonal dan behavior.














BAB VI
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional, yang memiliki kelemahan rawan
terhadap bias, karena pada rancangan ini peneliti mengobservasi variabel independen dan
dependen secara bersamaan (pada periode yang sama) dapat diatasi dengan kontrol analisis dan
kontrol sampel. Pada penelitian ini hanya menggunakan kontrol analisis, yaitu variabel lain dari
faktor predisposisi (interpersonal, behaviour) digunakan sebagai variabel confounding. Kami
tidak menggunakan kontrol sampel karena keterbatasan peneliti dalam mengelompokkan sampel
yang mempunyai interpersonal dan behaviour yang sama.
2. Instrumen mengenai tingkat kecemasan dan dukungan keluarga yang digunakan merupakan hasil
modifikasi dari instrumen yang sudah ada sebelumnya, dan pernyataan yang ada dalam
instrumen merupakan pernyataan tertutup, sehingga bisa jadi pernyataan dalam instrumen ini
belum mewakili apa yang dirasakan oleh responden. Pada variabel confonding, Behaviour dan
interpersonal secara umun kedua hal ini mempunyai respon subjektif, sehingga pengukuran yang
dilakukan secara kuantitatif. Kami tidak bisa menggali secara mendalam bagaimana interpersonal
dan behaviour , namun peneliti sudah meminimalkan hal tersebut dengan melakukan uji
validitas dan reliabilitas instrumen.
3. Pada saat pengambilan data, dilakukan melalui 2 cara, yaitu mendatangi responden di rumahnya
serta menunggu responden saat melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Sehingga terdapat
perbedaan dalam mengisi instrumen, keterbatasan waktu yang dimiliki responden saat melakukan


pemeriksaan dan kelonggaran waktu responden saat mengisinya di rumah. Hal ini akan
memeberikan hasil pengisian yang berbeda.
4. Pada analisis multivariat, tidak menggunakan model interaksi hal ini disebabkan keterbatasan
kemampuan peneliti.
B. Instrumen Penelitian
1.Validitas instrumen ZSAS berkorelasi dengan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yaitu 0,5
sedangkan untuk reliabilitas instrumen ZSAS adalah 0.87.
2. Validitas instrument keluarga berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,681.
3. Validitas instrument interpersonal berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,676.
4. Validitas instrument behavior berkorelasi yaitu 0,514 dan reliabilitas yaitu 0,639.
Keempat instrument di atas menunjukkan instrument yang valid dan reliabel (0,61-0,80).
C. Interpretasi dan Hasil Diskusi
1. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kecemasan.
Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan hasil bahwa jumlah ibu yang mengalami cemas ringan
dan cemas sedang lebih banyak dibanding tidak cemas. Sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas
dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 %& dan cemas sedang
19.2% Ini terdapat perbedaan pada penelitian yang dilakukan Yonne ( 2009), hasil penelitiannya
47.5% ibu hamil tidak mengalami cemas dan 52.5% ibu hamil mengalami cemas (cemas ringan
36.1%, sedang 15.8%, dan berat 0.6%).
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam
kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia
dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan.
Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian,


selain itu bayangan tentang hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang
dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya
fisik tetapi juga psikologis (Kartono, 1992).
Dick Read (1959) menyatakan seorang ibu dalam proses persalinan berada dalam siklus
fear-tension-pain. Dick Read menyatakan nyeri yang terjadi saat kontraksi uterus akan
menyebabkan ketegangan. Ketegangan akan menyebabkan keluarnya enzim, yaitu biogenik amin
(tiga katekolamin) dan serotonin yang menstimulasi neurotransmitter syaraf pusat sehingga ibu
berada dalam keadaan stres. Keadaan stres akan menyebabkan ibu merasa takut , dan ketakutan
ibu akan lebih meningkatkan rasa nyeri karena ketika seseorang merasa takut maka ambang nyeri
akan terasa lebih dangkal. Ketegangan yang dialami ibu mengakibatkan berkurangnya
kontraktilitas uterus sehingga proses persalinan menjadi lebih lama. Lamanya kala I
menyebabkan suplai darah, termasuk ke pembuluh darah plasenta dan uterus berkurang. Suplai
darah berkurang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sehingga akan mempengaruhi
oksigenasi janin dan janin menjadi asfiksia.
Agar proses persalinan berjalan lancar maka siklus fear-tension-pain harus diputus.
Salah satu caranya adalah mengurangi rasa nyeri yang disebabkan ketakutan yang berhubungan
kecemasan ibu, yaitu menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu. Salah satunya adalah
mengidentifikasi keadaan psikologis ibu, menanyakan mengenai perasaan ibu, memberikan
penjelasan mengenai proses persalinan yang dapat terjadi secara alami, dan memberikan
penjelasan kepada keluarga mengenai pentingnya memperhatikan kondisi ibu.
Berdasarkan analisa mengenai dukungan keluarga didapatkan bahwa jumlah ibu yang
mempunyai dukungan baik paling sedikit dibanding dukungan lain, tetapi pada berdasarkan


tabel 5.3, masih didapatkan ibu yang mengalami cemas dan jumlah ibu yang mempunyai
dukungan cukup dan mengalami cemas ringan lebih banyak dibanding yang tidak cemas.
Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan
kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan bagian dari suatu proses
penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan.
Semakin tua kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang
dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin
intensif saat menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan kecemasan,
anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya keluarga yang
menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang mengalami kecemasan dan
mempunyai dukungan cukup, hal ini disebabkan ada faktor lain yang kurang lebih berpengaruh
dalam menyebabkan kecemasan.
Dukungan keluarga yang tinggi disebabkan adanya dukungan emosional, dukungan
insrumental, dukungan informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari keluarga,
yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga dan ibu hamil dan
mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang mempengaruhi kondisi
psikologisnya. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi tidak akan mudah menilai
situasi dengan kecemasan,. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi akan belajar
dari lingkungan keluarga, yang tidak menimbulkan kecemasan dalam kesehariannya. Karena itu
tidak mudah mengalami kecemasan, walaupun ia terpapar dengan factor pencetus yang
menimbulkan kecemasan.


Berdasarkan perhitungan statistik, pada tabel 5.8 dapat dilihat adanya hubungan anatara
dukungan keluarga dengan kecemasan. Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga
berperan meningkatkan kesehatan tubuh dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga
berperan dalam menjaga atau mempertahankan integritas seseorang baik secara fisik ataupun
psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998 dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang
berada dalam keadaan stres akan mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya
dukungan tersebut, maka diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam
melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh
positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga yang tinggi
akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).
Sejalan dengan penelitian ini, Sagrestano, dkk (1999) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa dukungan sosial yang ditunjukan memberikan efek yang bermanfaat pada kesehtan fisik
dan mental pada wanita hamil. Pada penelitian juga didapatkan sumbangan afektif dukungan
keluarga terhadap kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan
ketiga yaitu sebesar15,4%. Hal ini menunjukan terdapat 84,6% variabel lain yang mempengaruhi
timbulnya kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada wanita hamil pertama.
2. Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa lebih banyak ibu yang mempunyai
interpersonal cukup dibanding dukungan baik, dan pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa ada ibu
yang mengalami cemas walaupun mempunyai interpersonal baik.
Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan
kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan bagian dari suatu proses
penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan.


Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada
sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan
semakin intensif saat menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan kecemasan,
anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya interpersonal yang
menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang mengalami kecemasan dan
mempunyai interpersonal baik, kemungkinan ada faktor lain yang kurang baik dan lebih
berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
Jalaludin Rakhmat (2007) mengatakan bahwa interpersonal dipengaruhi oleh persepsi
interpersonal; konsep diri, trauma kehilangan dan kematangan kepribadian. Hubungan
interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan
interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan
dirinya, semakin jelas persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin
efektif hubungan yang berlangsung.
Pada penelitian ini antara interpersonal dan kecemasan menunjukkan ada hubungan antara
interpersonal dengan kecemasan pada ibu primipara menghadapi persalinan. Hubungan di awal
kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal transactions, membentuk pandangan
tentang diri dan menciptakan kecenderungan perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini
meliputi perasaan tidak berdaya, trauma kehilangan, dan kematangan kepribadian.
Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman,
kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri,
gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian, rasa tidak
berdaya (Hudak & Gallo, 1995; Kozier B, Glenorae, 1993).


3. Hubungan Behaviour dengan Kecemasan
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa jumlah ibu primipara yang mempunyai
behaviour cukup lebih banyak dibanding yang mempunyai behaviour baik dan ini diperkuat
dengan tabel 5.7 ibu yang mempunyai behaviour baik mengalami cemas.
Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan
kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan bagian dari suatu proses
penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan.
Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada
sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan
semakin intensif saat menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan kecemasan,
anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya behaviour yang
menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang mengalami kecemasan dan
mempunyai behaviour baik, kemungkinan ada faktor lain yang kurang baik dan lebih
berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
Behavior manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, karena dimotivasi oleh
keinginannya untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui motivasi sebagai usaha sadar untuk
mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Tingkah
laku bermotivasi mencakup segala sesuatu yang dilihat, diperbuat, dirasakan dan dipikirkan
seseorang dengan cara yang sedikit banyak berintegrasi di dalam mengejar suatu tujuan tertentu.
Pada penelitian ini menunjukkan antara Behaviour dan kecemasan tidak ada hubungan antara
Behaviour dengan kecemasan pada ibu primipara menghadapi persalinan .Hal ini tidak sesuai
dengan teori Stuart dan Laraia. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui


classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal
yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya
(Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).
Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang
disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut
mungkin terdapt halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri. Pandangan
perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal ini seperti
pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).
Hal ini disebabkan salah satunya adalah instrument yang digunakan tidak mewakili behavour
yang dimiliki oleh ibu secara keselcuruhan. Kemungkinan factor predisposisi lain yang lebih
dominan dalam menyebabkan kecemasan. Populasi yang terlalu kecil, sehingga tidak bisa
memberikan hasil yang maksimal.
4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan
Behaviour.
Pada analisis multivariate, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behavior.(p = 0.012).
Pada hasil OR dukungan keluarga setelah dikontrol lebih kecil, yaitu sebelumnya OR (4,2,7, dan
3) dan OR setelah dikontrol (0.582, 0.026, 0.118 dan 1.495) karena dalam studi interaksi
keluarga terdapat bagian yang berkaitan dengan interpersonal dan behaviour.
Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004)
membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi
a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap yang
bersangkutan.


b. Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang lain,
dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan dengan individu lain.
c. Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota keluarga
lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada situasi tertentu.
d. Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan balik.
e. Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu kelompok
tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.
Dari kelima dukungan keluarga diatas terdapat kaitan dengan interpersonal dan behavior.
Misalkan pada dukungan emosional, melibatkan hubungan dengan oranglain disini mencakup
interpersonal, sedangkan network support melibatkan interaksi dengan perilaku yang dipengaruhi
adanya konflik, walaupun interpersonal juga terdapat di dalamnya.














BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ibu Primipara trimester III di Puskesmas Pamulang yang menjadi sampel pada umumnya
mengalami kecemasan (84.6%) dan sisanya tidak mengalami kecemasan (15.4%).
2. Gambaran variabel yang menyebabkan kecemasan yaitu:
a. Keluarga, ibu yang mempunyai dukungan baik (3.8%), cukup (78.8%). Dan kurang
(17.3%).
b. Interpersonal, ibu yang mempunyai interpersonal baik (71.2%) dan interpersonal yang
cukup (28.8%)
c. Behaviour, ibu yang mempunyai behavior yang baik (75 %) dan behavior cukup (25%).
3. Hasil penelitian didapat bahwa dari tiga variabel yang diteliti, satu variabel tidak adanya
hubungan yaitu behaviour (p=0.931) dengan kecemasan. Sedangkan variabel yang lain,
yaitu dukungan (p=0.001) dan interpersonal (p=0.041) secara statistik dapat membuktikan
adanya hubungan dengan kecemasan. Tetapi dalam penelitian ini, dukungan keluarga
merupakan variabel utama.
4. Hasil penelitian dari analisis multivariate, dimana variabel lain interpersonal dan behavior
dijadikan sebagai pengontrol. Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan setelah
dikontrol dengan interpersonal (p= 0.012).



B. Saran
1. Untuk Puskesmas Pamulang
Memperhatikan kondisi psikologi ibu saat melakukan ANC, yaitu mengidentifikasi
kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh ibu yang akan mempersiapkan kehamilan dan
saat hamil sehingga kekhawatiran dan kecemasan yang terjadi pada ibu dapat teridentikasi.
Mengadakan kelas Parenting, bagi ibu dan keluarga, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan ibu serta menciptakan suasana yang nyaman dalam keluarga.
2. Untuk Tenaga Kesehatan
a. Meningkatkan peran serta perawat/bidan dalam memberikan promosi kesehatan kepada
ibu hamil pada saat antenatal care tentang keadaan fisik dan psikis.
b. Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya disarankan untuk meningkatkan caring dan
empati pada ibu hamil, misalkan memberikan penjelasan dan informasi lebih mengenai
kehamilan dan persalinan untuk mengurangi kecemasan.
3. Untuk Pendidikan Keperawatan
Meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan jiwa tentang kecemasan, terutama
Teori yang dikemukakan oleh Stuart dan Laraia, untuk keperawatan maternitas tidak hanya
memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil mengenai kondisi fisik tetapi juga
mengenai psikologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal.
4. Untuk Peneliti Selanjutnya
Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kecemasan dengan pendekatan yang
berbeda (kualitatif) dan sampel yang diteliti lebih spesifik (pasien yang mengalami
kecemasan berat atau panic, atau pada pasien yang menggunakan terapi obat antiansietas)


sehingga kecemasan lebih terlihat dan variabel ( keluarga, interpersonal dan Behaviour)
lebih tergali lagi.
Analisis Univariate
kategori dukungan

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik
2 3,8 3,8 3,8
cukup
41 78,8 78,8 82,7
kurang
9 17,3 17,3 100,0
Total
52 100,0 100,0

interper

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
baik
cukup
37 71,2 71,2 71,2

15 28,8 28,8 100,0
Total
52 100,0 100,0

behaviour

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid cukup
39 75,0 75,0 75,0
kurang
13 25,0 25,0 100,0
Total
52 100,0 100,0
kategori kecemasan

Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak cemas
8 15,4 15,4 15,4
cemas ringan
34 65,4 65,4 80,8
cemas sedang
10 19,2 19,2 100,0
Total
52 100,0 100,0

















kategori dukungan nm * kategori kecemasan Crosstabulation

kategori kecemasan Total
tidak cemas cemas ringan
cemas
sedang tidak cemas
kategori
dukungan
nm
Baik Count
1 1 0 2
% within kategori
dukungan nm
50,0% 50,0% ,0% 100,0%
cukup Count
7 31 3 41
% within kategori
dukungan nm
17,1% 75,6% 7,3% 100,0%
kurang Count
0 2 7 9
% within kategori
dukungan nm
,0% 22,2% 77,8% 100,0%
Total Count
8 34 10 52
% within kategori
dukungan nm
15,4% 65,4% 19,2% 100,0%

interper * kategori kecemasan Crosstabulation

kategori kecemasan Total
tidak cemas cemas ringan
cemas
sedang tidak cemas
Interper Baik Count
7 28 2 37
% within interper
18,9% 75,7% 5,4% 100,0%
Cukup Count
1 6 8 15
% within interper
6,7% 40,0% 53,3% 100,0%
Total Count
8 34 10 52
% within interper
15,4% 65,4% 19,2% 100,0%


behaviour * kategori kecemasan Crosstabulation

kategori kecemasan Total
tidak cemas cemas ringan
cemas
sedang tidak cemas
behaviour Baik Count
5 28 6 39
% within behaviour
12,8% 71,8% 15,4% 100,0%
Cukup Count
3 6 4 13
% within behaviour
23,1% 46,2% 30,8% 100,0%
Total Count
8 34 10 52
% within behaviour
15,4% 65,4% 19,2% 100,0%









Analisa Bivariat

Case Processing Summary

N
Marginal
Percentage
kategori
kecemasan
tidak cemas
8 15,4%
cemas ringan
34 65,4%
cemas sedang
10 19,2%
kategori
dukungan nm
baik
2 3,8%
cukup
41 78,8%
kurang
9 17,3%
Valid
52 100,0%
Missing
0
Total
52
Subpopulation
3


Model Fitting Information

Model
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only
32,011
Final
10,275 21,735 4 ,000

Pseudo R-Square

Cox and Snell
,342
Nagelkerke
,412
McFadden
,237

Likelihood Ratio Tests

Effect
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model Chi-Square df Sig.
Intercept
10,275(a) ,000 0 .
Katdukmn
32,011 21,735 4 ,000
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The
reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that
effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of
freedom.







Parameter Estimates

kategori
kecemasan(a) B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
95% Confidence Interval for
Exp(B)
Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
cemas ringan Intercept
18,189 1,058 295,636 1 ,000
[katdukmn=0]
-18,189 1,766 106,068 1 ,000 1,26E-008 3,96E-010 4,02E-007
[katdukmn=1]
-16,701 1,004 276,576 1 ,000 5,58E-008 7,80E-009 4,00E-007
[katdukmn=2]
0(b) . . 0 . . . .
cemas sedang Intercept
19,442 ,690 793,743 1 ,000
[katdukmn=0]
-37,322 7631,409 ,000 1 ,996 6,19E-017 ,000 .(c)
[katdukmn=1]
-20,289 ,000 . 1 . 1,54E-009 1,54E-009 1,54E-009
[katdukmn=2]
0(b) . . 0 . . . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.
c Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set to system missing.

Case Processing Summary

N
Marginal
Percentage
kategori
kecemasan
tidak cemas
8 15,4%
cemas ringan
34 65,4%
cemas sedang
10 19,2%
Interper cukup
37 71,2%
kurang
15 28,8%
Valid
52 100,0%
Missing
0
Total
52
Subpopulation
2

Model Fitting Information

Model
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only
25,938
Final
11,183 14,756 2 ,001

Pseudo R-Square

Cox and Snell
,247
Nagelkerke
,298
McFadden
,161




Likelihood Ratio Tests

Effect
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model Chi-Square df Sig.
Intercept
11,183(a) ,000 0 .
kaer
25,938 14,756 2 ,001
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The
reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that
effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of
freedom.

Parameter Estimates

kategori
kecemasan(a)
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
95% Confidence Interval for
Exp(B)
Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
cemas ringan Intercept
1,792 1,080 2,752 1 ,097
[kaer=1]
-,405 1,160 ,122 1 ,727 ,667 ,069 6,474
[kaer=2]
0(b) . . 0 . . . .
cemas sedang Intercept
2,079 1,061 3,844 1 ,050
[kaer=1]
-3,332 1,330 6,281 1 ,012 ,036 ,003 ,484
[kaer=2]
0(b) . . 0 . . . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.


Case Processing Summary

N
Marginal
Percentage
Kecemasan tidak cemas
32 61,5%
cemas ringan
17 32,7%
cemas sedang
3 5,8%
Valid
52 100,0%
Missing
0
Total
52
Subpopulation
2











Model Fitting Information

Model
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only
11,459
Final
11,335 ,124 2 ,940

Pseudo R-Square

Cox and Snell
,002
Nagelkerke
,003
McFadden
,001

Likelihood Ratio Tests

Effect
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model Chi-Square df Sig.
Intercept
17,571 6,237 2 ,044
kab
11,459 ,124 2 ,940
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The
reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that
effect are 0.





Parameter Estimates

kecemasan(a)
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
95% Confidence Interval for
Exp(B)
Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
cemas ringan Intercept
-,693 ,612 1,281 1 ,258
kab
,080 ,703 ,013 1 ,909 1,083 ,273 4,293
cemas sedang Intercept
-2,079 1,061 3,844 1 ,050
kab
-,405 1,291 ,099 1 ,753 ,667 ,053 8,372
a The reference category is: tidak cemas.






Analisa Multivariat
Case Processing Summary

N
Marginal
Percentage
kategori
kecemasan
tidak cemas
8 15,4%
cemas ringan
34 65,4%
cemas sedang
10 19,2%
kategori
dukungan nm
baik
2 3,8%
cukup
41 78,8%
kurang
9 17,3%
interper cukup
37 71,2%
kurang
15 28,8%
behaviour cukup
39 75,0%
kurang
13 25,0%
Valid
52 100,0%
Missing
0
Total
52
Subpopulation
8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations.

Model Fitting Information

Model
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only
46,219
Final
19,388 26,830 8 ,001

Pseudo R-Square

Cox and Snell
,403
Nagelkerke
,486
McFadden
,292



















Likelihood Ratio Tests

Effect
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model Chi-Square df Sig.
Intercept
19,388(a) ,000 0 .
katdukmn
29,761 10,373 4 ,035
kaer
21,751 2,363 2 ,307
bah
22,175 2,787 2 ,248
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The
reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that
effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of
freedom.

Parameter Estimates

kategori
kecemasan(a)
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
95% Confidence Interval for
Exp(B)
Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
cemas ringan Intercept
18,413 1,516 147,582 1 ,000
[katdukmn=0]
-19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-010 1,76E-007
[katdukmn=1]
-17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-009 2,48E-007
[katdukmn=2]
0(b) . . 0 . . . .
[kaer=1]
-,541 1,295 ,174 1 ,676 ,582 ,046 7,364
[kaer=2]
0(b) . . 0 . . . .
[bah=1]
1,393 ,947 2,161 1 ,142 4,026 ,629 25,776
[bah=2]
0(b) . . 0 . . . .
cemas sedang Intercept
20,592 1,322 242,631 1 ,000
[katdukmn=0]
-37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-017 4,22E-017
[katdukmn=1]
-20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-009 1,71E-009
[katdukmn=2]
0(b) . . 0 . . . .
[kaer=1]
-2,136 1,564 1,866 1 ,172 ,118 ,006 2,531
[kaer=2]
0(b) . . 0 . . . .
[bah=1]
,368 1,335 ,076 1 ,783 1,445 ,106 19,770
[bah=2]
0(b) . . 0 . . . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.













Case Processing Summary

N
Marginal
Percentage
kategori
kecemasan
tidak cemas
8 15,4%
cemas ringan
34 65,4%
cemas sedang
10 19,2%
kategori
dukungan nm
baik
2 3,8%
cukup
41 78,8%
kurang
9 17,3%
Valid
52 100,0%
Missing
0
Total
52
Subpopulation
8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations.

Model Fitting Information

Model
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only
46,219
Final
19,388 26,830 8 ,001

Pseudo R-Square

Cox and Snell
,403
Nagelkerke
,486
McFadden
,292

Likelihood Ratio Tests

Effect
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model Chi-Square df Sig.
Intercept
19,388(a) ,000 0 .
kaer
21,751 2,363 2 ,307
bah
22,175 2,787 2 ,248
katdukmn
29,761 10,373 4 ,035
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The
reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that
effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of
freedom.




Parameter Estimates

kategori
kecemasan(a)
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
95% Confidence Interval for
Exp(B)
Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
cemas ringan Intercept
20,117 2,109 90,992 1 ,000
kaer
,541 1,295 ,174 1 ,676 1,717 ,136 21,713
bah
-1,393 ,947 2,161 1 ,142 ,248 ,039 1,591
[katdukmn=0]
-19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-010 1,76E-007
[katdukmn=1]
-17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-009 2,48E-007
[katdukmn=2]
0(b) . . 0 . . . .
cemas sedang Intercept
17,056 2,606 42,835 1 ,000
kaer
2,136 1,564 1,866 1 ,172 8,464 ,395 181,333
bah
-,368 1,335 ,076 1 ,783 ,692 ,051 9,472
[katdukmn=0]
-37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-017 4,22E-017
[katdukmn=1]
-20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-009 1,71E-009
[katdukmn=2]
0(b) . . 0 . . . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.


















DAFTAR PUSTAKA
Agustarika, Butet. 2009. Pengarih Terapi Thought Stopping Terhadap Ansietas KLien dengan
Gangguan Fisik di RSUD Kabupaten Sorong (Tesis) Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia.
Amir, Achsin. 2003. Untukmu ibu tercinta. Bogor: Prenada.
Aprianawati, 2007. Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan pada Remaja,
Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Peneletian. Edisi Revisi Ke-6. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Astria, Yonne. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester Iii Dala Menghadapi
Persalinan Di Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan RSUP Fatmawati 2009. Jakarta,
UIN.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Benson, R.C., 1984. Psychologic aspects of obstetric and gynecology in Current Obstetric and
Gynecology Diagnosis and Treatment, 6
th
Ed. California: Lange Medical.
Bitt, Price, 1996. Kehamilan dan Persalinan Menikmati Tugas Sebagai Ibu. Jakarta : Arcan.
Atwater, E, 1993. Psychology of Adjustment, 3nd ed, New Jersey; Prentice-Hall-INC, 1993.
Bobak, et all, 1995. Maternity Nursing, St. Louis; Mosbyco.
Bobak, L.M; D.L Lowdermilk; and M.D Jensen.1994 . Keperawatan maternitas Edisi 4. Alih
bahasa Wijayarini, M.A & Anugerah, P. I. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Jual, 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Keperawatan. Edisi
6. Jakarta: EGC.
Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., & Gant, N.F,2000. Obstetri Williams, Eds. 21. Jakarta:
EGC.
Doenges, Marilyn E, Rencana Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC
Psychiatry, Br. J.2002. British Journal of Pschiatry.

Hall CS, Lindzey G.1993. Teori-teori psikodinamik klinis. Yogyakarta; Penerbit Kanisisus.



Halloway LB, Jacobson NS, Boston. Acocella; 1994. J. Abnormal Psychology: Current
perspectives. 8th ed. McGraw-Hill College

Hamilton, Persis Mary.1995 . Dasar-dasar keperawatan maternitas Edisi 6. Alih bahasa Asih, Ni
Luh Gede Yasmin. Jakarta: EGC.

Harber, J, et all 2003. Comprehensive Psychiatric Nursing. New York; Mc Graw.
Hawari, D. 2002. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hidayat, A. Aziz Alimul.1998. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.

Kaplan, H.I and Saddock, B.J. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika.

Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung:
Mandar Maju.
Kosim, H.M.C.1970, Aspek Kejiwaan dalam Kebidanan. Naskah Lengkap KOGEL, Jakarta.
Kushartanti, Hanim, L., Nuhriawangsa, L., Sumarni, 2004. Keadaan Kecemasan dan Depresi
pada Emesis Gravidarum di RSUP. Dr. Sardjito dan Klinik Trisnowati Yogyakarta.
Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan, EGC : Jakarta
Mugi Hartoyo, MN . 2004., Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Ansietas ( Kecemasan ).
Depkes Jawa Tengah,.
Nurbaeti, Irma. 2006. Analisi Hubungan karakteristik ibu, kondisi Bayi Batu Lahir, Dukungan
Sosial, dan Kepuasan Pernikahan dengan Depresi Postpartum di Rumah Sakit Harapan Anak
Bunda Jkarta. Depok.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Panggabean, L. 2003.. Pengembangan Kesehatan Perkotaan ditinjau dari Aspek Psikososial.
(makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak dipublikasikan.

Peterson, J, Sandra. 2006. Middle Range of Theory : Application to Nursing Research. ISBN.

Perry, Shannon E II Wong, Donna L, 1998. Maternal Child Nursing Care.

Rakhmat, 2007. Pengaruh Tehnik Komunikasi Terapeutik Terhadap Penurunan Skor
Kecemasan Pada Klien Post Laparatomi, Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.


Sagrestono, Sarwono Prawirohardjo.1973. Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek Pengobatannya
Ed. 3 Yogyakarta.
Schultz D. 1986. Psychoanalytic approach: Sigmund Freud in Theories of Personality. 3rd ed.
California: Brooks/Cole Publishing Company.

Stuart, G. W., & Laraia,2005 . M. T. Principles and practice of psychiatric nursing. (8th ed.). St.
Louis: Mosby.
Stuart dan Sundden , 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Suliswati , Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2005

Tomb D.2000. Buku Saku Psikiatri. Edisi Enam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Vacarolis, EM., 1995. Foundation of Psyhiatric Metal Health Nursing, Sounders Company.

Vauhkonen K. A, Videback, Psychoanalytical approach of panic reaction. in
many faces of panic disorder. Hangon Kirjapaino Oy, Hanko, 2000.
Whalen, J., 1987. Psychologic Aspects of Pregnancy, Delivery, and Puerperium in Manual of
Obstetic, Diagnosis and Therapy. Third edition. Little Brown, Boston.
Yuliana, Stefania Wednesdya. 2008. Gambaran tingkat kecemasan ibu Hamil trimester III di
UPT Ibrahim Adjie Kota Bandung (Skripsi). Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjajaran.




Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta.

Zung, W.W.K. 1997. Rating Anxiety for anxiety disorder physychosomatic. USA: Mosby
Company.










Lampiran 1
FORMAT PERSETUJUAN
(I nformed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
No. responden :
Tanggal :
Dengan ini saya menyatakan bersedia / tidak bersedia *) untuk ikut dalam penelitian
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta:
Nama : Nur Jannatun Naim
NIM : 106104003507
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primipara
Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
Pamulang 2010.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaan dari pihak
manapun untuk dipergunakan bila perlu.

Jakarta, 2010
Hormat saya,

..
*) dicoret bila perlu



Lampiran 2
KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU
PRIMIPARA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLIKLINIK KESEHATAN
IBU DAN ANAK PUSKESMAS PAMULANG 2010

Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan baik sehingga dimengerti
2. Mengisi seluruh nomor pernyataan tanpa bantuan orang lain
3. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban
4. a. Pada kuesioner, berilah satu tanda checklist () pada kolom yang sesuai dengan sikap ibu
berhubungan dengan kecemasan dengan ketentuan:
5. Jika ingin mengganti jawaban, cukup dengan mencoret jawaban pertama dengan tanda (=),
kemudian beri tanda () pada jawaban terakhir
6. Bila mengalami kesulitan dalam menjawab dapat menanyakan langsung pada peneliti


No Pernyataan
Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan
cemas lebih dari biasanya, karena waktu
melahirkan semakin dekat

2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
karena waktu melahirkan semakin dekat
(menyangkut persalinan, diri, dan bayi
saya)



No Pernyataan
Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
3 Saya merasa badan saya seperti hancur
berkeping-keping

4 Saya merasa mudah marah/tersinggung,
atau panik dari biasanya karena waktu
melahirkan yang semakin dekat

5 Saya merasa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada diri saya ataupun pada bayi
saya saat melahirkan nanti

6 Kedua tangan dan kedua kaki saya terasa
gemetar akhir-akhir ini

7 Saya merasa terganggu dengan sakit
kepala/nyeri leher, nyeri otot karena
mendekati persalinan

8 Badan saya terasa lemah dan cepat lelah
akhir-akhir ini

9 Saya tidak dapat istirahat dengan tenang
karena memikirkan proses persalinan
nanti

10 Saya merasa jantung saya berdebar sangat
cepat karena waktu melahirkan sudah
dekat

11 Saya merasa pusing yang diikuti dengan
pandangan menjadi gelap

12 Saya merasa pusing dengan alasan yang
tidak jelas akhir-akhir ini

13 Saya mudah sesak nafas karena
memikirkan waktu melahirkan nanti

14 Saya merasa kaku atau mati rasa karena
waktu melahirkan yang semakin dekat



No Pernyataan
Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
15 Saya merasa sakit perut atau mengalami
gangguan pencernaan mendekati saat-saat
melahirkan

16 Saya merasa tangan saya dingin dan
sering basah oleh keringat karena
memikirkan saat-saat melahirkan

17 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
karena waktu melahirkan semakin dekat

18 Saya sulit tidur pada malam hari karena
memikirkan waktu melahirkan nanti
(berkaitan dengan keselamatan diri saya
atau bayi saya)

19 Saya mengalami mimpi buruk berkaitan
dengan proses melahirkan yang akan saya
hadapi

20 Saya buang air kecil lebih dari biasanya
menjelang melahirkan





















2. Dukungan Keluarga

No Pernyataan
Sering Jarang Kadang
-kadang
Tidak
pernah
1. Keluarga memberikan dukungan ketika saya menghadapi
masalah.

2 Saya menganggap keberadaan saya tidak dibutuhkan di
dalam keluarga.

3 Keluarga menemani saya saat sedang menghadapi
peristiwa penting dalam hidup.

4 Anggota keluarga saya mendahulukan kepentingan
pribadi disbanding kepentingan bersama

5 Saya merasa bosan tinggal di rumah
6 Setiap anggota keluarga diberikan tanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah.

7 Di Keluarga saya pengambilan keputusan dilakukan oleh
ayah atau ibu, atau suami.

8 Keluarga saya memberi kebebasan setiap anggota
keluarga untuk menentukan pilihan dalam hidupnya.

9 Saya tidak diberikan pujian ketika melakukan sesuatu
dengan benar dan baik.

10 Saya merasa berada dalam keluarga yang sering
bertengkar.

11 Peraturan dalam rumah dibuat oleh kepala keluarga dan
harus ditaati.

12 Saya merasa kami sekeluarga saling menyayangi.







3. Interpersonal

No Pernyataan Sering Jarang Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1. Saya merasa kurang mampu menyelesaikan
masalah.

2 Saya mendapatkan apa yang saya inginkan.
3 Saya mempunyai keinginan yang sulit untuk
dicapai.

4 Saya merasa kesepian ketika saya sendirian
5 Saya merasa malu dengan bentuk tubuh karena
perkataan orang mengenai bentuk tubuh saya.

6 Saya merasa minder saat berada di tengah
masyarakat.

7 Saya kurang berani bepergian sendiri tanpa
ditemani orang lain.

8 Saya merasa tidak mampu menjadi istri yang
baik

9 Saya kehilangan orang yang saya cintai.
10 Saya merasa kecewa saat keinginan saya tidak
tercapai.

11 Saya kehilangan benda yang saya sayangi.
12 Saya merasa mampu menjadi calon ibu yang
baik.









4. Behaviour

No Pernyataan Sering Jarang Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1. Saya mengalami kegagalan dalam mencapi cita-cita
2 Saya merasa tidak nyaman berada dalam
lingkungan saya saat ini.

3 Saya memilih hal hal kecil yang membuat saya
bingung.

4 Saya ditipu orang dan dibohongi.


5 Saya melihat ibu saya cukup baik dalam menjadi
peran seorang ibu.

6 Saya dihadapkan pada 2 pilihan, untuk memilih hal
yang tidak saya sukai

7 Saya memilih sesuatu yang tidak saya sukai dan
saya sukai.

8 Saya mengalami pengalaman pahit yang saya ingat
sampai sekarang.

9 Saya melihat orang menyambut kelahiran dengan
bahagia.

10 Saya merasa bahagia hidup dengan suami saya .
11 Saya melihat orang hidup berumah tangga akan
berakhir dengan perceraian.

12 Saya melihat sekeliling saya, setelah melahirkan
suami kurang suka dengan perubahan bentuk tubuh
istrinya.

You might also like