You are on page 1of 10

sNl

Standar Nasi onal Indonesi a


sNl 15- 0678- 1989
t cs 71. 040. 20
Krus
porselin beserta tutuPnYa
Dewan St andar di sasi Nasi onal
-
DSN
r=.-
Daftar isi
Daftar isi
Halaman
i
I
I
I
1
J
4
5
7
8
8
I Ruang lingkup
3 Syarat ukuran
4 Syarat mutu
2 Definisi
6 Cara uji
5 Cara pengambilan contoh
7 Syarat lulus uji
8 Syarat penandaan
9 Cara pengemasan
SNI l 5- ( X) 7t t -
l et t e
Krus porselin
beserta tutupnya
I Ruang lingkup
Standar ini meliputi definisi. s\.arat ukuran. slaral nlutu. cara perrsambilan
conloh.
cara u.li. s} arat lulus uj i. s) ilrat penanda"rn
dan cara pcngenlcsan
tnnrk Lrus prrselin
beserta tutupnya.
2 Definisi
2.1 Krus beserta tutupnya adalah suatu alat laboraturium yang
digunakan
sebagai
wadah yang tertutup dalam memanaskan
memijarkun,
rnuripun
melebur suatu
bahan sampai suhu tinggi
2.2 Porselin adalah suatu masa keramik yang
mengandung
minimum
50% kaolinit
dan berglasir mentah feldspat, dibakar di atas 1.3000 C.
3 Syarat ukuran
ukuran krus dan tutup krus harus memenuhi ketentuan-ketentuan
masing_masing
seperti tercantum pada tabel l, tabel 2. gambar
I dan gambar
2.
di-{
Gambar la
Krus
jenis
rendah
Gambar lb
Krus jenis
sedang
Gambar I
Llkurnn krus por.srlin
Gambar lc
Krus jenis
tinggi
r
I dari 8
Ukuran terkecil
"4,j
'r.
or-i-T
Gambar 2 a
Tutup krus bentuk
sungkup
( s )
Tabel I
Ukuran tutup krus
Ukuran terkecil
Gambar 2 b1
Tutup krus bentuk
rata
( R )
dz: dr diameter luar
Gambar 2
Tutup krus porselin
2 dari 8'
sNI l 5-0678-1989
Sat uan: mm
Gambar 2 b2
Tutup krus bentuk
rata dilihat
dari atas
Bentuk
Kode
/
k*s
( d r
)
Ukuran terkecil
( d z )
Ukuran terbesar
( d : )
Sungkup
( s )
( Gambar 2a
)
s/30
s/35
s/40
s/45
s/50
s/60
s/70
30
35
40
45
50
60
70
34
39
44
49
54
64
1 A
I " t
Rata
( R)
( Gambar 2b
)
R/30
R/35
R/40
R/45
R50
R/60
R/70
30
35
40
45
50
60
70
23
28
J J
36
4l
5 1
6l
sNI l 5-0678-1989
4 Syarat mutu
4.1 Kenampakan
Pada seluruh perrmukaan bagian dalam krus dan tutupnya tidak boleh nampak
cacat-cacat atau noda-noda seperti gelembung-gelembung
udara di dalam glasir,
lubang-lubang
jarum,
bintik-bintik hitam dan noda-noda lainnya.
4.2 Kegunaan
Krus beserta tutupnya tidak boleh kelihatan adanya perbedaan bentuk yang besar
antara satu dengan lainnya. Krus-krus harus mempunyai dasar yang rata dan
seimbang, agar tidak goyah pada penggunaannya. Seluruh permukaan
krus harus
tertutup dengan glasir, kecuali bagian dasarnya. Sedangkan bibir krus boleh
berglasir boleh tidak. Tutup krus berglasir seluruhnya, kecuali pada bagian yang
tertumpu pada waktu pembakaran dan pembuatannya.
4.3 Kerapatan badan
Jika diuji dengan cara pada butir 6.4, tidak boleh ada larutan penguji yang terserap
ke dalam badan.
.-
4.4 Pori-pori dan retak-retak pada glasir
Jika diuji dengan cara pada butir 6.4, tidak boleh nampak retak-retak pada glasir
yang ditunjukkan oleh terserapnya larutan penguji ke dalam glasir.
4.5 Ketahanan terhadap kejutan suhu
Jika diuji dengan cara pada butir 6.5, tidak boleh terjadi adanya retak atau gumpil.
4.6 Ketahan glasir pada pemanasan 9000 C
Jika diuji dengan cara pada butir 6.6, tidak boleh ada glasir melekat satu sama
lain.
4.7 Ketetapan berat pada pemijaran
Jika diuji dengan cara pada butir 6.7, tidak boleh ada perbedaan berat pada
penimbangan benda uji lebih dari 0,1 mg tiap l0 g berat benda uji.
r
3 dari 8
sNr l 5-0678-1989
4.8 Ketahanan terhadap asam klorida (HCl)
Jika diuji dengan cara pada butir 6.8.4 bagian a, tidak boleh ada pengurangan
berat rata-rata lebih dari 1 mg tiap I dm2 luas permukaan bagian dalam benda uji
pada tiap benda uji yang ditimbang.
4.9 Ketahinan terhadap larutan soda abu ( NarCO,
)
Jika diuji dengan cara pada butir 6.8.4 bagian b, tidak boleh ada pengurangan
berat rata-rata lebih dari 10 mg tiap cm2 luas permukaan bagian dalam benda uji.
4.10 Ketahanan terhadap larutan soda api ( NaOH
)
Jika diuji dengan cara pada butir 6.8.4 bagian c, tidak boleh ada pengurangan
berat rata-rata lebih dari 60 mg tiap dm2luas permukaan bagian dalam benda uji.
5 Cara pengambilan contoh
Contoh-contoh krus besertatutupnyayang akan diuji harus dapat mewakili produk
suatu tanding yang akan diuji. Pengambilan contoh harus dilakukan secara acak
dan merata pada tanding yang akan diuji, sehingga
jumlah
krus beserta tutupnya
minimum 35 pasang. Jumlah contoh yang diambil dan
jenis yang diuji dapat dilihat
pada tabel 2 dan tabel 3.
Tabel 2
Jumlah barang dalam tanding, contoh yang diambil
dan contoh yang diuji
Jumlah barang
dalam tanding
Jumlah contoh yang
diambil
Jumlah contoh
yang diuji
<
1. 000
1. 001
-
5. 000
>
5.000
50
100
200
35
35
35
4 dari 8
sNr l 5-0678-1989
Tabel 3
Jenis pengujian dan
jumlah
contoh yang diuji
6 Cara uji
6.1 Kenampakan
Benda uji diamati keadaan badan dan lapisan glasirnya ditempat yang terang.
6.2 Kegunaan
Benda uji diamati mengenai perbedaan bentuk, kerataan dasar dan bagian-bagian
yang tidak boleh diglasir.
6.3 Pengukuran
Benda uji diukur pada bagian-bagian yang telah ditetapkan sesuai dengan syarat
ukuran pada butir 3. Pengukuran dilakukan dengan alat pengukur yang mempunyai
ketelitian minimum 0.1 mm.
6.4 Kerapatan badan, pori-pori dan retak-retak glasir
Benda uji yaitu barang-barang utuh atau pecahan-pecahannya, direndam selama
18
jam
di dalam larutan eosin atau fuchsin 0,5
yo.
Setelah itu dicuci dengan air
bersih, lalu diseka sampai kering, kemudian benda uji dipecah dan diamati adanya
larutan eosin atau fuchsin yang terserap ke dalam badan.
No. Jenis pengujian
Juml ah
contoh
Keterangan
l .
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
l l .
Kenampakan
Penggunaan
Pengukuran
Kerapatan badan
t
Pori-pori dan retak-retak pada glasir /
Ketahanan terhadap kejutan suhu
Ketahanan glasir terhadap
pemanasan 900
0C
Ketetapan berat pada pemijaran
Ketahanan terhadap asam klorida
Ketahanan terhadap larutan soda abu
Ketahanan terhadap larutan soda api
30
.,
?0 I
3 0 t
5
J
5
5
5
5
5
30 buah contoh yang
sama dan dapat digunakan
pengujian lain
Untuk pengujian sekaligus
r
5 dari 8
sNI 15-0678-1989
6.5 Ketahanan
terhadap
kejutan suhu
6.5.1 Benda uji
Untuk
pengujian ini digunakan krus beserta tutupnya yang utuh'
6.5.2 Pelaksanaan Pengujian
Krus beserta tutupnya dimasukkan
ke dalam tungku penguji, lalu dipanaskan
sampai suhu 2500 C dan ditahan
pada suhu tersebut selama 15 menit. Kemudian
krus beserta tutupnya dikeluarkan
segera dari tungku penguji, lalu dimasukkan
ke dalam bejana berisi air bersuhu kamar. Krus diamati adanya retak-retak atau
pecah dengan menggunakan
larutan eosin atau fuchsin 0,5
o.
6.6 Ketahan
glasir
Pada
suhu 9000 C
Ke dalam krus dimasukkan
beberapa potong pecahan krus lainnya yang telah
dibesihkan
baik-baik,
sehinggapermukaan
glasir antara krus uji yang utuh sebagai
wadah dengan
pecahan-pecahan
krus lainnya bersentuhan. Krus dan isinya
dipanaskan
Oi autu111 tungku mofel sampai suhu 9000 C dan ditahan selama 2iatrt.
Setelah krus dingin, diamati apakah
permukaan glasir tersebut melekat.
6.7 Ketetapan
berat pada pemijaran
Krus beserta tutupnya
mula-mula dicuci dengan I N asam klorida, lalu dibilas
dengan air suling, dikeringkan,
kemudian dibakar sampai suhu 8000 c dalam
tunfku mofel. Setelah dingin
pada suhu kamar, krus beserta tutupnya ditimbang
aan aipila, lagi, sehingga mencapai berat tetap. Kemudian dibakar lagi sampai
1.0000 cdan dipertahankan
selama 2
jam,lalu didinginkan
pada suhu kamar dan
ditimbang.
Hitung selisih berat antara pembakaran 8000 c dan 1.0000 c'
6.8 Ketahanan
terhadap asam klorida,larutan
soda abu & larutan soda api
6. 8. 1 Bahan
Penguj i
-
Larutan asam 5,59 N asam klorida ( HCI
)
-
Larutan soda abu ( Na2CO3
)
5 %
-
Larutan soda aPi ( NaOH
)
5 %
6. 8. 2 Peral at an
Penangas air
Lemari pengering untuk suhu pemanasan sampai l20u C
Neraca analitis dengan ketelitian 0.1 mg
6 dari 8
T
I
sNr l 5-0678-1989
6.8.3 Persiapan benda uji
Krus-krus yang akan diuji dicuci dengan larutan I N asam klorida, lalu dibilas
dengan air suling, dikeringkan pada suhu 1200C sehingga beratnya tetap.
6.8.4 Pelaksanaan pengujian
Pada pengujian-pengujian butir a sampai dengan c, isi larutan penguji di dalam
pemanasannya di atas penangas air tidak boleh berkurang lebih dari l0 %,
a) Ketahanan terhadap asam klorida
Larutan penguji dimasukkan ke dalam krus sampai 3/4 isi, lalu ditutup dengan
tutup krus. Kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 4
jam.
Setelah
itu benda uji dicuci dengan air suling, dikeringkan pada suhu 1200 C sehingga
beratnya tetap.
b) Ketahanan terhadap larutan soda abu
Larutan penguji dimasukkan ke dalam krus sampai 3/4 isi, lalu ditutup dengan
tutup krus. Kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 4
jarn.
Setelah
itu benda uji dicuci dengan I N larutan asam klorida, lalu dibilas dengan air
suling, dikeringkan pada suhu 1200 C sehingga berat tetap.
c) Ketahanan terhadap asam klorida
Larutan penguji dimasukkan ke dalam krus sampai 3/4 isi, lalu ditutup dengan
tutup krus. Kemudian dipanaskan di atas genangan air selama 4
jam.
Setelatr
itu benda uji dicuci dengan 1 N larutan asam klorida, lalu dibilas dengan air
suling, dikeringkan pada suhu 1200C sehingga berat tetap.
7 Syarat lulus uji
7.1 Jumlah persen kegagalan dalam setiap
jenis
pengujian harus disebutkan,
disamping menyebutkan rata-ratanya.
7.2 contoh uji dinyatakan lulus, bila
jumlah
benda uji memenuhi syarat mutu,
kecuali pada kenampakan, kegunaan dan ukuran diperkenankan menyimpang
maksimum l5 % untuk setiap pengujian tersebut di atas.
7.3 Bila sebuah benda uji gagal memenuhi syarat mutu pada butir 4.3, 4.4,4.5,
atau 4.6, maka diadakan pengujian ulang terhadap
jenis
pengujian yang gagal
tersebut, dengan menguji dua kali
jumlah
contoh uji. Bila dalam pengujian ulang
ada sebuah benda uji yang gagal, maka seluruh contoh yang diuji dinyatakan
tidak lulus.
7 dari 8
sNI 15-0678-1989
8 SYarat Penandaan
Tiapkrusharusdiberitandadagangatausimbolprodusensedangtutupnyadiberi
tanda
ukuran
yu"g 'iduk
dapat
hilang
setelah
dibakar'
9 Cara Pengemasan
Krus.krusbesertatutupnyayang.diperjualbelikanharusdikemasdenganbaik,
sehi ngga
sel al u
' ; ; ; i i ; Jr; g
i ui i
kerusakan
dal am
pengangkut an
dan
penyimpanamyl
tt;"i"*
t?ga
setiln
kemasan
harus
dicantumkan
nama
atau
tanda
produsen,
roal
a*
iumlahnya.
detiap
ukuran
kemasan
langsung
beratnya
tidak
lebih
dari
10 kg'
8 dari 8

You might also like