You are on page 1of 11

Jurnal STIKES Rajawali

Agustus 2014


1


PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
AKIBAT PEMBERIAN INJEKSI OBAT IV (BOLUS) PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT

THE EFFECTIVENESS OF THERAPEUTIC PLAY ON THE LEVEL OF ANXIETY
DUE TO GIVING INJECTION DRUG IV ( BOLUS ) ON PRESCHOOL
IN PAEDIATRIC WARD OF RSUD CIBABAT


1
Septiani, A.
2
Kusmiran, E.
3
Ariyanthi, L.

1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Rajawali Bandung
2,3
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Rajawali Bandung
Email: arie.email@ymail.com

Latar Belakang. Prosedur invasif seperti pemberian injeksi obat IV (bolus) merupakan prosedur yang sering
diberikan kepada anak selama dirawat dan reaksi anak adalah menangis, tidak kooperatif terhadap perawat. Media
yang efektif dalam upaya mengatasi kecemasan anak saat pemberian prosedur invasif adalah dengan bermain
terapeutik.
Tujuan. Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh bermain terapeutik mewarnai, clay dan kontrol
terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat pemberian injeksi obat IV (bolus).
Metode. Menggunakan desain quasy experimental dengan pendekatan post test only with control group. Teknik
sampling dengan consecutive sampling, jumlah responden 16 anak mewarnai, 16 anak clay dan 16 anak sebagai
kontrol. Pengumpulan data bulan Maret-April 2014. Uji statistik yang digunakan adalah One Way ANOVA.
Hasil. Terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor kecemasan anak pada semua kelompok dengan nilai p
<0,001. Tingkat kecemasan kelompok mewarnai dan kontrol memiliki perbedaan yang signifikan (p=0,018), antara
kelompok clay dan kontrol (p=0,000) dan antara kelompok mewarnai dan clay (p=0,028).
Simpulan. Bermain terapeutik dengan clay lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan, metode ini dapat
digunakan sebagai metode non-farmasi dalam menurunkan kecemasan anak selama pemberian prosedur invasif
injeksi obat IV (bolus).

Kata kunci: bermain terapeutik, tingkat kecemasan anak, clay, mewarnai, injeksi obat IV


ABSTRACT

Background. Invasive procedures such as administration of IV drug injection (bolus) is a procedure that is often
given to children during care and the childs reaction is crying, uncooperative toward nurses. Effective media in
reducing anxiety when the child due to giving an invasive procedure is therapeutic play.
Aims. The study aims to determine the effect of differences in therapeutic play coloring, clay and control the anxiety
level of preschool children due to IV drug injections (bolus).
Method. Using quasy experimental design approach post test only with control group. Sampling with consecutive
sampling technique, the number of respondents 16 children coloring, clay and 16 children 16 children as controls.
Data collected March April 2014. Statistical test used is One Way ANOVA.
Results. The results showed that the degree of anxiety among the three groups had significant statistical difference
after interventions (p < 0,001). Moreover, the level of anxiety between the group coloring and control had a
significant difference (p= 0,018), between the group clay and control (p=0,000), and between the group coloring
and clay (p= 0,028).
Conclusion. Therapeutic play with clay can be more effective in reducing anxiety compared to the coloring
activities. This method can be used as an effective non-pharmaceutical method for reducing childrens anxiety
during giving an invasive procedure.

Keywords : therapeutic play, anxiety children, clay, coloring, IV drug injection

Pendahuluan
Masa kanak-kanak merupakan suatu
masa terjadinya berbagai proses
perkembangan dan pertumbuhan yang cukup
pesat. Seperti orang dewasa, anak juga dapat
terserang berbagai penyakit. Berbeda jenis
penanganannya, perawatan pada anak juga
memerlukan keterampilan yang khusus dari
perawat. Dengan segala keterbatasan yang
dimiliki, terkadang anak masih sangat
bergantung pada keberadaan orang terdekat.
Oleh karena itu, penting sekali bagi perawat
untuk mengetahui tugas atau tahap-tahap
perkembangan anak agar dapat memberikan
perawatan tanpa menimbulkan trauma,
kecemasan atau rasa takut pada anak
1
.
Kecemasan dapat didefinisikan suatu
keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan
terhadap ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui atau dikenal. Kecemasan
merupakan suatu respon terhadap situasi
yang penuh dengan tekanan
2
. Hospitalisasi
merupakan salah satu penyebab kecemasan
baik pada anak maupun keluarganya,
terutama disebabkan oleh perpisahan dengan
keluarga, kehilangan kendali, perlukaan
tubuh, dan rasa nyeri
1
. Pada masa
prasekolah reaksi anak terhadap hospitalisasi
adalah menangis, sering bertanya, menolak
makan dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan. Rumah sakit sering kali
dipersepsikan anak prasekolah sebagai
hukuman sehingga anak akan merasa takut,
malu, dan bersalah. Seringkali mereka harus
mengalami prosedur invasif yang
menimbulkan nyeri, kehilangan
kemandirian, dan berbagai hal yang tidak
diketahui. Oleh karena itu, situasi tersebut
menimbulkan reaksi agresif, marah,
berontak, tidak mau bekerjasama dengan
perawat
3
.
Prosedur invasif seperti pemberian
injeksi obat intravena (bolus) merupakan
salah satu prosedur yang sering diberikan
kepada anak selama di rawat, hal yang
menimbulkan kecemasan akan cedera tubuh
pada anak. Secara umum persiapan anak
seperti pengalihan dan relaksasi dapat
menurunkan kecemasan mereka. Pemenuhan
kebutuhan anak yang menjalani hospitalisasi
sangatlah penting bagi perawat untuk
memiliki pengetahuan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak
kelompok usia berapapun. Selain itu perawat
juga harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan terhadap penatalaksanaan
kecemasan yang adekuat, disamping
bertujuan untuk mengurangi kecemasan
pada anak, juga meningkatkan keeratan dan
kerjasama antara pasien dengan perawat saat
memberikan intervensi sehingga dapat
mengurangi beban perawat dalam
memberikan pelayanan. Media yang efektif
dalam upaya untuk mengatasi kecemasan
anak saat pemberian prosedur invasif adalah
dengan pemberian metode pengalihan
bermain terapeutik.
Bermain merupakan kebutuhan anak
seperti juga makanan, kasih sayang,
perawatan, dan lain-lain. Bermain
memberikan pengalaman hidup yang nyata
dan kesenangan. Bermain juga merupakan
unsur yang berperan penting dalam
perkembangan anak baik emosi, mental,
fisik dan sosial serta intelektual maupun
kreatifitas
1
. Pada usia prasekolah, anak
sudah menunjukkan perkembangan motorik.
Keseimbangan antara tangan dan mata
sudah lebih baik, anak juga mulai belajar
Jurnal STIKES Rajawali
Agustus 2014


3

mengenal warna dan objek-objek
disekitarnya sehingga pada usia ini
permainan yang dianjurkan adalah jenis
permainan yang didominasi oleh warna dan
gambar
4.

Data yang didapat dari PTUK (Play
Therapy United Kingdom) jenis permainan
yang tepat untuk anak-anak usia 3 sampai 14
tahun adalah therapeutic play seperti
menggambar, mewarnai, dan permainan
yang bersangkutan dengan konstruksi dan
seni lainnya. Metode bermain mewarnai dan
bermain clay dipilih sebagai media bermain
terapeutik selama anak usia prasekolah
menjalani perawatan di rumah sakit yang
bertujuan untuk mengurangi dampak
hospitalisasi akibat prosedur keperawatan
karena permainan ini mudah dan tidak
memerlukan energi yang besar.
Berdasarkan data dari rekam medis
RSUD Cibabat bagian ruang anak
didapatkan data dalam 3 bulan terakhir
(November 2013 Januari 2014) terdapat
359 anak usia 3-6 tahun yang dirawat.
Beberapa tindakan keperawatan yang
dilakukan di ruangan rawat inap anak adalah
pemasangan infus, pengambilan darah vena
untuk menentukan diagnosis suatu penyakit,
observasi tanda-tanda vital, pemberian obat
baik oral, drip, maupun injeksi intravena
melalui selang infus (bolus). Pemberian
injeksi intravena (bolus) merupakan salah
satu tindakan invasif yang sering dilakukan
pada unit keperawatan pediatrik selama
hospitalisasi, karena dapat meminimalisasi
ketidaknyamanan pasien dengan
mengurangi kebutuhan akan prosedur
invasif lainnya. Tindakan invasif yang
didapat anak bisa menimbulkan trauma
berkepanjangan sehingga injeksi obat
merupakan prosedur invasif yang sering
menimbulkan kecemasan dan ketakutan
anak. Peneliti mendapatkan hasil dari
observasi di ruang anak didapatkan bahwa
sebagian besar anak yang dirawat
mengalami kecemasan dari hospitalisasi
yang berdampak pada perilaku tidak
kooperatif saat perawat memberikan
tindakan pemberian injeksi obat melalui
intravena (bolus). Reaksi anak saat
dilakukan tindakan keperawatan pemberian
injeksi adalah menangis, takut, dan
mengeluh nyeri. Sehingga harus dilakukan
teknik pengalihan atau bermain terapeutik
untuk mengurangi kecemasan/ketakutan
anak sebelum menghadapi prosedur
pemberian injeksi obat melalui intravena
(bolus) selama menjalani perawatan di
rumah sakit.
Dari fenomena tersebut, peneliti
menilai penting dilaksanakannya penelitian
yang memfokuskan pada pemberian
intervensi bermain terapeutik untuk
mengurangi kecemasan anak akibat prosedur
pemberian injeksi obat melalui intravena
(bolus) selama menjalani hospitalisasi. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
perbandingan pengaruh pemberian metode
bermain clay dan metode bermain mewarnai
terhadap penurunan tingkat kecemasan
pasien anak usia prasekolah.

Metode
Rancangan penelitian adalah model
atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang
memberikan arah terhadap jalannya
penelitian
5
. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif, rancangan dalam penelitian ini
menggunakan metode quasy-experimental
design yaitu penelitian yang menguji coba
suatu intervensi pada sekelompok subjek
dengan atau tanpa kelompok pembanding
namun tidak dilakukan randomisasi untuk
memasukkan subjek ke dalam kelompok
perlakuan atau kontrol. Penelitian ini dengan
pendekatan post test only control group.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua anak usia prasekolah (4-6 tahun)
yang dirawat di ruang anak RSUD Cibabat
Cimahi. Jumlah sampel untuk kelompok
mewarnai 16 orang, clay 16 orang dan
kontrol 16 orang. Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan pada populasi
terjangkau, kriteria tersebut harus relevan
dengan masalah penelitian
6
. Adapun kriteria
inklusi dalam penelitian ini diantaranya anak
usia 4-6 tahun yang dirawat di ruang anak
RSUD Cibabat, anak yang terpasang infus,
mampu berkomunikasi secara verbal dan
non verbal, anak yang tidak dilakukan
tindakan invasif lain, dan anak yang tidak
memiliki riwayat hospitalisasi. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini diantaranya
anak dengan retardasi mental atau anak
dengan gangguan pemusatan perhatian, anak
yang tidak kooperatif atau mengantuk,
terdapat keadaan atau penyakit yang
mengganggu pengukuran (bed rest total,
demam, isolasi) dan menolak menjadi
responden
Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling dengan teknik consecutive
sampling yaitu metode pemilihan sampel
yang dilakukan dengan memilih semua
individu yang ditemui dan memenuhi
kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel
yang diinginkan terpenuhi
5
. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah
aktivitas bermain terapeutik. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah tingkat
kecemasan akibat pemberian injeksi obat
(bolus). Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pedoman wawancara
berupa kuesioner dan observasi. Untuk
memperoleh data kecemasan anak diperoleh
dari lembar kuesioner The Child Medical
Fear Scale (CMFS) dan skala wajah
Childrens Fear Scale yang dimodifikasi
dan telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Peneliti melakukan pengambilan
data kepada calon responden dengan
mengisi lembar kuesioner karakteristik
responden dengan merujuk pada catatan
medis responden. Sebelum anak diberikan
injeksi obat, peneliti memberikan metode
bermain yang sebelumnya pemilihan jenis
permainannya dipilih oleh peneliti, yaitu
bermain dengan clay atau mewarnai gambar.
Anak diberikan media gambar untuk
mewarnai atau bermain dengan clay selama
30 menit, jenis gambar atau warna clay
dipilih sendiri sesuai keinginan anak.
Setelah selesai mewarnai atau bermain clay,
2 menit kemudian anak diberikan injeksi
obat IV (bolus) sesuai jadwal pemberian
obat. Peneliti mengkaji tingkat kecemasan
dengan menggunakan kuesioner.
Kemudian data yang telah terkumpul
akan diolah menggunakan SPSS dengan
menggunakan Uji statistik yang digunakan
adalah uji One Way ANOVA
7
. tingkat
kemaknaan (p) yang diperoleh 0,05, maka
Ho ditolak dan dan Ha diterima, jadi ada
pengaruh pemberian bermain terapeutik
terhadap tingkat kecemasan akibat
Jurnal STIKES Rajawali
Agustus 2014


5

pemberian injeksi obat IV (bolus) pada anak
usia prasekolah di ruang anak RSUD
Cibabat Cimahi.




Hasil
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang Anak
RSUD Cibabat bulan Maret-April 2014
No. Jenis
Kelamin
Mewarnai (n=16) Clay (n=16) Kontrol (n=16)
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1 Laki-laki 5 31,2 7 43,8 9 56,2
2 Perempuan 11 68,8 9 56,2 7 43,8
Total 16 100 16 100 16 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
responden dalam penelitian ini berjumlah 16
orang pada kelompok mewarnai sebagian
besar jenis kelamin perempuan berjumlah 11
responden (68,8%), laki-laki berjumlah 5
responden (31,2%). Pada kelompok clay

sebagian besar adalah perempuan berjumlah
9 responden (56,2%) dan laki-laki berjumlah
7 responden (43,8%), sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar adalah
laki-laki yang berjumlah 9 responden
(56,2%).

Tabel 4.2 Rata-rata skor kecemasan kelompok intervensi dan kelompok kontrol anak
usia prasekolah di Ruang Anak RSUD Cibabat Maret-April 2014
Variabel Mean SD Min- Max IK 95%
Median
Skor Kecemasan
Mewarnai
21,81 5,924 12-33 18,66 - 24,97
21,50
Skor Kecemasan
Clay
17,88 4,41 10-24 15,52 - 20,23
18,50
Skor Kecemasan
Kontrol
26,06 4,21 21-34 23,81 - 28,31
25,50

Berdasarkan hasil analisis statistik
dari data yang telah didapatkan maka
diperoleh hasil rata-rata skor kecemasan
pada kelompok bermain mewarnai adalah
21,81, pada kelompok bermain clay adalah
17,88 dan pada kelompok kontrol 26,06.
Selisih skor kecemasan antara setelah
diberikan bermain terapeutik mewarnai
dengan bermain clay adalah 3,93, selisih
antara setelah kelompok diberikan mewarnai
dengan kelompok kontrol 4,25, sedangkan
selisih antara kelompok yang diberikan clay
dengan kelompok kontrol adalah 8,18.

Tabel 4.3 Hasil analisis one way ANOVA perbedaan rerata skor kecemasan antara
kelompok mewarnai, clay dan kontrol pada anak usia prasekolah di Ruang
Anak RSUD Cibabat Maret-April 2014
n RerataSD p
Jenis Perlakuan Mewarnai 16 21,815,92 <0,001
Clay 16 17,884,41
Kontrol 16 26,064,21
Uji one way anova. Uji post-hoc LSD: mewarnai vs clay p = 0,028; mewarnai vs kontrol p =
0,018; clay vs kontrol p <0,001

Berdasarkan hasil uji statistik pada
tabel di atas diperoleh angka signifikansi
yaitu p = 0,000 dengan demikian nilai p <
(0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Karena
nilai p < 0,05 maka diambil kesimpulan
bahwa paling tidak terdapat perbedaan rerata
skor kecemasan yang bermakna antara
kelompok anak yang bermain terapeutik dan
kelompok kontrol. Untuk melihat pada
kelompok manakah terdapat perbedaan yang
bermakna itu ada maka dilakukan uji lanjut
dengan analisis Post Hoc dengan hasil
tingkat kecemasan kelompok mewarnai dan
kontrol memiliki perbedaan yang signifikan
(p = 0,018), antara kelompok clay dan
kontrol (p = 0,000) dan antara kelompok
mewarnai dan clay (p = 0,028), sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan skor
rerata kecemasan berbeda secara bermakna
pada semua kelompok.


Pembahasan

Kecemasan Anak Setelah Bermain
Mewarnai
Setelah diberikan mewarnai untuk
bermain, peneliti melakukan penilaian
tingkat kcemasan dengan menggunakan
kuesioner kecemasan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata skor
kecemasan pada kelompok mewarnai adalah
sebesar 21,8, angka ini termasuk kedalam
tingkat kecemasan sedang, yang ditandai
dengan gerakan tersentak-sentak (meremas
tangan), tidak mampu menerima rangsang
luar, hanya berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya, menolak bekerja sama selama
aktivitas, kurang komunikatif dan menangis.
Kondisi ini didukung oleh hasil pengamatan
peneliti, terdapat 5 responden yang
menangis saat dilakukan pemberian injeksi
dan menolak bekerja sama dengan perawat
selama prosedur. Tahap perkembangan anak
antara 3-6 tahun yang berbeda-beda juga
dapat menjadi penyebab berbedanya skor
kecemasan anak. Selain itu juga mungkin
hal tersebut disebabkan karena pasien tidak
begitu antusias dengan permainan mewarnai
yang diberikan, serta waktu yang terlalu
singkat dalam menyelesaikan gambar untuk
diwarnai. Peneliti memberikan waktu
selama 30 menit namun anak dapat
menyelesaikan gambar dalam waktu sekitar
15 menit, sebagian besar waktu yang
Jurnal STIKES Rajawali
Agustus 2014


7

digunakan anak-anak bermain mewarnai
tidak ada yang lebih dari 20 menit, ini
disebabkan karena komposisi gambar yang
sedikit sehingga terlihat tidak begitu
menarik perhatian anak. Alat-alat bermain
perlu memiliki beberapa tingkat ukuran
waktu agar mainan tidak terlalu cepat usang.
Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya perbedaan antara rerata skor
kecemasan anak kelompok mewarnai
dengan kelompok kontrol, selisih rerata
sebesar 4,25 dan nilai signifikan p = 0,018
yang berarti p < 0,05, bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna. Media yang
cukup efektif dalam membantu mekanisme
koping agar lebih adaptif pada anak pada
saat hospitalisasi adalah dengan mengajak
anak bermain. Salah satu permainan yang
cocok untuk anak usia prasekolah adalah
bermain mewarnai
8
.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi anak dalam bermain di
antaranya tahap perkembangan anak; status
kesehatan anak; jenis kelamin anak;
lingkungan yang mendukung; alat dan jenis
permainan. Semakin bertambahnya usia
akan memengaruhi kematangan psikologis
seseorang, anak yang lebih muda cenderung
lebih cemas dibandingkan anak yang lebih
tua
9
. Mewarnai sebagai suatu permainan
yang memberikan kesempatan anak untuk
bebas berekspresi sehingga dapat
meminimalkan kecemasan anak.

Kecemasan Anak Setelah Bermain Clay
Setelah diberikan clay untuk
bermain, peneliti melakukan penilaian
tingkat kecemasan dengan menggunakan
kuesioner kecemasan anak yang sama
dengan kuesioner yang digunakan untuk
menilai tingkat kecemasan kelompok
mewarnai. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata skor kecemasan pada
kelompok clay adalah sebesar 17,8
mengalami penurunan dibandingkan dengan
kelompok mewarnai, rerata skor tersebut
termasuk dalam rentang tingkat kecemasan
ringan, yang ditandai dengan muka berkerut,
masih mampu menerima rangsangan
kompleks, dan menerima perhatian orang
lain. Sebagian besar responden
memperlihatkan respon kecemasan sedikit
cemas saat akan diberikan injeksi obat IV.
Kondisi ini dinilai dari pengamatan peneliti
terhadap keadaan responden yang dikaji
sesaat setelah pemberian injeksi obat IV.
Kecemasan ringan ini disebabkan karena
pasien antusias dengan permainan clay yang
diberikan, anak tertarik dengan warna-warna
dan bentuk konkret yang diberikan, anak
bebas mencampur warna, membuat bentuk-
bentuk 3D, serta lebih meningkatkan
ekspresi kreatif anak dalam membuat benda
sesuai dengan yang diinginkannya dengan
melihat lembar contoh gambar yang
diberikan. Pada saat penelitian anak terlihat
begitu tenang, lama waktu pun bisa sampai
30 menit dan memberikan ketertarikan
kepada anak untuk menyelesaikan tugasnya
dengan baik.
Tidak ada situasi lain yang lebih
memberi kesempatan untuk menjadi kreatif
selain bermain. Anak-anak bereksperimen
dan mencoba ide mereka dalam bermain
melalui setiap media yang mereka miliki,
termasuk bahan-bahan mentah, fantasi dan
eksplorasi, hal ini sesuai dengan bahan clay
yang tepat digunakan sebagai media
ekspresif anak. Penelitian ini secara
signifikan memiliki perbedaan skor rerata
yang bermakna antara kelompok clay dan
kelompok kontrol, selisih rerata antar
kelompok yaitu 8,18 dan nilai signifikan p =
0,000 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan
yang bermakna antar kelompok. Perbedaan
rerata pada dua kelompok ini lebih besar
dibanding pada kelompok mewarnai dan
kontrol. Nilai signifikansi pada kelompok
mewarnai dan clay menunjukkan p = 0,028
dan selisih rerata sebesar 3,93, dengan
demikian disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan skor kecemasan yang bermakna
antara kelompok anak yang bermain
mewarnai dan anak yang bermain clay. Pola
asuh anak dapat memengaruhi koping yang
digunakan anak. Anak yang terbiasa
dimanjakan dan jarang diajak bermain
dengan teman sebayanya akan sulit
bersosialisasi dan menerima keberadaan
orang lain di sekitarnya. Sementara itu, anak
yang di rumah kurang diperhatikan akan
banyak mencari perhatian dengan rewel dan
cenderung bertindak agresif
8
.
Pembelajaran dalam membentuk
clay memiliki tujuan aktivitas mulai dari
memahami dalam membangun bentuk-
bentuk sadar hingga belajar tentang
lingkungan sekitar, karena permainan ini
bertujuan untuk mengembangkan imajinasi
kreatif anak dan meningkatkan ekspresi diri.
Pada anak-anak, clay memang dipilih
sebagai salah satu teknik untuk terapi,
karena diyakini memberikan pendekatan
alternatif untuk mempelajari paradigma
kemampuan sosial motorik dan dapat
mengekspresikan emosi serta
menyembuhkan, dikarenakan clay dapat
memfasilitasi perkembangan kognitif serta
afektif pada anak
10
.

Kecemasan Anak yang Tidak Diberikan
Intervensi Bermain
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata skor kecemasan pada kelompok
kontrol adalah sebesar 26,06, angka ini
termasuk kedalam tingkat kecemasan
sedang. Kondisi ini dinilai dari keadaan
responden yang dikaji sesaat setelah
pemberian injeksi obat IV, saat dilakukan
pemberian injeksi respon anak berbeda-
beda. Tindakan invasif dapat menimbulkan
perasaan takut dan cemas, apabila anak tidak
mampu menangani stress maka dapat
berkembang menjadi krisis dan dampaknya
anak menangis, takut, agresif, menolak
tindakan injeksi obat yang menimbulkan
nyeri dan lain-lain. Anak prasekolah dapat
menunjukkan letak nyeri mereka dan dapat
menggunakan skala nyeri dengan tepat.
Penelitian ini secara signifikan memiliki
perbedaan skor rerata yang bermakna antara
kelompok clay dan mewarnai, selisih rerata
antara kelompok kontrol dan clay yaitu 8,18
sedangkan antara kelompok kontrol dan
mewarnai yaitu 4,25 dan nilai signifikan p =
0,000 (p < 0,05) pada kelompok clay dan
kontrol, nilai signifikan p = 0,018 (p < 0,05)
pada kelompok mewarnai dan kontrol yang
berarti ada perbedaan yang bermakna antar
kelompok. Berdasarkan hasil penelitian ini
juga ditunjukkan distribusi frekuensi pada
kelompok kontrol jumlah responden laki-
laki lebih banyak yaitu 9 responden (56,2%).
Anak perempuan umumnya lebih adaptif
terhadap stressor dibandingkan anak laki-
laki.
Faktor risiko yang meningkatkan
kerentanan anak terhadap kecemasan
hospitalisasi adalah jenis kelamin laki-laki
3
.
Sesuai dengan hasil penelitian bahwa
Jurnal STIKES Rajawali
Agustus 2014


9

responden sebagian besar pada kelompok ini
berjenis kelamin laki-laki sehingga dapat
meningkatkan skor kecemasannya. Faktor
resiko individual lainnya membuat anak-
anak tertentu lebih rentan terhadap
kecemasan hospitalisasi. Anak pedesaan
menunjukkan tingkat kekacauan psikologis
yang lebih besar secara signifikan daripada
anak kota, karena anak-anak kota memiliki
kesempatan untuk mengenal rumah sakit
setempat. Selain itu, anak yang aktif dan
berkeinginan kuat cenderung lebih baik
ketika dihospitalisasi bila dibandingkan
dengan anak yang pasif.

Perbedaan Rerata Skor Kecemasan pada
Kelompok Bermain Terapeutik dan
Kelompok Kontrol
Hasil analisis perbedaan pengaruh
bermain terapeutik mewarnai, clay dan
kontrol terhadap tingkat kecemasan akibat
pemberian injeksi obat IV (bolus) pada anak
usia prasekolah menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang bermakna. Bermain
terapeutik yang diberikan kepada anak dapat
mengatasi atau meminimalkan kecemasan
hospitalisasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada perbedaan rerata tingkat
kecemasan antara anak yang diberikan
bermain mewarnai, clay dan kontrol
terhadap kecemasan akibat pemberian
injeksi obat IV (bolus) pada pasien anak usia
prasekolah, hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikansi kelompok mewarnai vs clay p =
0,028; mewarnai vs kontrol p = 0,018; clay
vs kontrol p < 0,001, yang berarti semua
kelompok memiliki perbedaan yang
bermakna. Dalam hal ini rerata skor
kecemasan anak yang diberikan clay lebih
rendah yaitu 17,8 dan termasuk tingkat
kecemasan ringan dibandingkan dengan
rerata skor kecemasan anak yang mewarnai
yaitu 21,8, angka tersebut termasuk tingkat
kecemasan sedang dan rerata skor
kecemasan anak yang tidak diberikan
perlakuan yaitu 26,06, angka tersebut
termasuk pula pada tingkat kecemasan
sedang. Hal ini dapat diakibatkan oleh
karena jenis permainan clay mengutamakan
pada cara mencampur warna, membuat
bentuk-bentuk dasar, serta lebih
meningkatkan ekspresi kreatif dan imajinatif
anak, ini terlihat pada saat proses pemberian
intervensi anak lebih tertarik dengan
permainannya, sedangkan mewarnai
merupakan jenis permainan ekspresif yang
sudah sering mereka temui sebelumnya
sehingga memungkinkan menurunnya minat
anak terhadap permainan tersebut.
Hasil penelitian ini didukung juga
oleh penelitian-penelitian sebelumnya, yang
menunjukkan hasil penelitian bahwa ada
pengaruh bermain dokter-dokteran terhadap
respons penerimaan tindakan invasif pada
anak prasekolah di RSUD Sampang Madura,
hal ini diperlihatkan pada kelompok
perlakuan yang memiliki respon baik
sebanyak 60 %, sedangkan pada kelompok
kontrol hanya 20%
11
. Penyakit dan
hospitalisasi sering kali menjadi krisis
pertama yang harus dihadapi anak.
Penyebab utama kecemasan dari
hospitalisasi antara lain adalah perpisahan,
kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri,
hal tersebut sesuai dengan penelitian ini
yang menunjukkan bahwa nyeri dapat
timbul akibat tindakan atau prosedur
pemberian injeksi obat IV (bolus) sehingga
dapat menyebabkan kecemasan dan
ketakutan pada anak. Reaksi anak terhadap
krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia
perkembangan mereka, pengalaman mereka
sebelumnya dengan hospitalisasi,
perpisahan, keterampilan koping yang
mereka miliki dan dapatkan, keparahan
diagnosis, dan sistem pendukung yang ada
seperti adanya fasilitas untuk bermain.
Bermain adalah salah satu aspek
penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling efektif untuk penatalaksanaan
kecemasan, karena situasi tersebut sering
disertai kecemasan dan ketakutan yang
berlebihan maka anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang
mereka alami sebagai alat koping dalam
meminimalkan kecemasan tersebut. Manfaat
bermain di rumah sakit antara lain
memberikan pengalihan dan relaksasi,
sebagai alat untuk mencapai tujuan
terapeutik, serta meningkatkan interaksi dan
perkembangan sikap yang positif terhadap
orang lain
1
. Secara umum persiapan anak-
anak untuk menghadapi prosedur yang
menyakitkan dapat menurunkan ketakutan
serta kecemasan mereka. Memanipulasi
teknik prosedural seperti pemberian injeksi
obat untuk anak-anak di setiap umur juga
meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh.
Distraksi dan relaksasi merupakan
tindakan asuhan keperawatan terhadap anak
yang digunakan untuk memusatkan
perhatian dan merelaksasikan anak agar
membantu dia berfokus pada sesuatu selain
kecemasan terkait dengan prosedur, salah
satu distraksi dan relaksasi yang dapat
diberikan adalah bermain terapeutik seperti
mewarnai ataupun clay. Dalam penelitian ini
bermain terapeutik terbukti dapat
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan
yang dibuktikan dengan adanya perbedaan
rerata skor kecemasan antara kelompok
yang bermain mewarnai, kelompok clay,
dan kelompok kontrol. Ketiganya secara
signifikan memperlihatkan adanya
perbedaan rerata, namun dalam hal ini
pengaruh bermain clay lebih besar
dibandingkan dengan pemberian mewarnai
dalam meminimalkan kecemasan, meskipun
faktor-faktor luar masih dapat
mempengaruhi.

Kesimpulan
Rerata skor kecemasan anak yang
diberikan permainan terapeutik mewarnai
sebesar 21,8, yaitu termasuk rentang tingkat
kecemasan sedang. Rerata skor kecemasan
anak yang diberikan permainan terapeutik
clay sebesar 17,8, yaitu termasuk rentang
tingkat kecemasan ringan. Rerata skor
kecemasan anak yang tidak diberikan
bermain terapeutik sebesar 26,06, yaitu
termasuk tingkat kecemasan sedang.
Terdapat perbedaan tingkat kecemasan
antara kelompok mewarnai dan kontrol
dengan perbedaan yang signifikan (p=
0,018), antara kelompok clay dan kontrol
(p= 0,000) dan antara kelompok mewarnai
dan clay (p= 0,028), maka perbedaan skor
rerata kecemasan berbeda secara bermakna
pada semua kelompok anak usia prasekolah
yang dirawat di Ruang Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Cibabat.

Saran
Perawat dapat memasukkan bermain
ke dalam asuhan anak jika perawat terlibat
di dalam perawatan tersebut serta
menggunakan permainan clay dalam
tindakan pemberian injeksi obat IV untuk
Jurnal STIKES Rajawali
Agustus 2014


11

mengurangi tingkat kecemasan akibat
tindakan yang menimbulkan trauma pada
anak. Pembuat kebijakan Rumah Sakit atau
unit pelayanan keperawatan anak dapat
memberikan pelayanan asuhan keperawatan
anak memfasilitasi aktivitas ruangan
bermain yang sesuai dengan perkembangan,
karena di ruangan ini anak-anak bisa
menjauhkan diri mereka dari ketakutan
terhadap perpisahan, kehilangan
pengendalian, cedera tubuh dan nyeri. Orang
tua agar berpartisipasi dalam perawatan
anak seperti ikut berperan dalam program
bermain terapeutik dan dapat
mengoptimalkan perannya sebagai orang tua
karena orang tua dianggap sebagai
kontributor paling utama terhadap kesehatan
total anak.

DAFTAR PUSTAKA


1. Hockenberry MJ & Wilson D. Essential
of pediatric nursing. St. Louis: Mosby
Year Book; 2008.

2. Stuart GW. Keperawatan Jiwa. (Karyuni
PE, editor Bahasa Indonesia). 5
th
ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2006.

3. Wong DL. Buku ajar keperawatan
pediatrik. 1
st
Vol. Jakarta: EGC; 2003.

4. Hubbuck C. Play for sick children: play
specialists in hospitals and beyond.
Philadephia: Jessica Published Kingsley;
2009.

5. Dharma KK. Metodelogi penelitian
keperawatan: panduan melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian.
Jakarta: Trans Info Media; 2011.

6. Sastroasmoro S & Ismael S. Dasar-dasar
metodelogi penelitian klinis, 4
th
ed.
Jakarta: Sagung Seto; 2011.

7. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran
dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan
multivariat dilengkapi aplikasi dengan
menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba
Medika; 2013.

8. Sukoati S & Astarani K. Aktifitas
bermain mewarnai dapat meningkatkan
mekanisme koping adaptif saat
menghadapi stress hospitalisasi pada
anak. [serial online] 2012 [cited 2013
Oct 13]; Jurnal STIKES volume 5 No 2.

9. Supartini Y. Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. Jakarta: EGC; 2004.

10. Sherwood P. The healing art of clay
therapy. Melbourne: ACER press;
2004.

11. Mashudi S & Zainal. Aplikasi terapi
bermain terhadap respons penerimaan
tindakan invasif pada anak prasekolah.
2003 [cited 2013 Oct 13];

12. Adriana D. Tumbuh kembang dan terapi
bermain pada anak. Jakarta: Salemba
Medika; 2011.

You might also like