You are on page 1of 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan kisahan yang pendek
dengan kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam suatu situasi. Cerpen terbangun dari
dua unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen meliputi, tema, amanat, latar
(setting). Sudut pandang (point of view), tokoh dan penokohan, diksi / pilihan kata / gaya
bahasa, dsb. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik, biografi
pengarang dsb.

Banyak hal yang terkandung dalam cerpen, di dalam cerpen terdapat watak tokoh cerpen,
amanat, serta sejumlah permasalahan yang dihadapi tokoh cerpen merupakan potret
kehidupan nyata disajikan oleh pengarang melalui cerita. Itu berarti, dengan mengapresiasi
cerpen, kita akan mendapat banyak pengalaman hidup, termasuk nilai positif watak di
dalamnya.

Mengapresiasikan cerpern ada banyak sekali macamnya, salah satunya yaitu dengan cara
menganalisis unsur pembangunnya, baik itu unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami ambil berdasarkan latar belakang diatas yaitu :
1. Menjelaskan pengertian Cerpen
2. Melaskan unsur-unsur intrinsik dari cerpen Dua Malaikat karya Lana Azkia

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menjadi referensi bagi kita sebagai siswa maupun
khalayak umum yang membacanya agar lebih mengetahui apakah pengertian dari cerpen, dan
unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen tersebut.

2

BAB II
Cerpen Dua Malaikat

Hhh bukankah ini terik sekali, Jo, kata seorang anak kepada teman yang duduk di
sampingnya. Ia berusaha mengatasi peluh yang terus bercucuran dari dahi dekilnya itu
dengan diusap-usap ke kanan dan kiri bahu. Keringat hangat bercampur kotoran kulit
membuat kain kaosnya yang lusuh jadi kian kumal. Yoi, Man! Banget. Nggak kuat aku
sampai. Aus banget nih tenggorokanku, sahut Johar yang tidak kalah dekilnya dari Aman.
Bedanya, ia masih lebih manis dan ganteng.Kalau mereka sekolah, Johar sekarang sudah
duduk di kelas empat SD, sedangkan Aman lebih muda setahun darinya. Mereka berdua
sama-sama dekil, kumal, dan keringatan. Kulit mereka yang tak pernah dilindungi dari
ganasnya terik matahari tampak cokelat kehitam-hitaman. Hampir gosong. Tentu saja karena
tak ada yang dapat mereka gunakan sebagai penutup badan kecuali kaos oblong tipis yang
didapatkan satu tahun sekali itu. Kaosnya pun sekarang sudah usang. Pasti telah mereka
gunakan untuk menyeka keringat mereka bertahun-tahun. Sungguh kaos yang sangat setia.
Dan seperti kaos yang setia itu pula, mereka masih setia menjajakan apa saja di daerah ini,
meskipun panas dan debu selalu menemani.Ayo bangun, Man! Kita tidak boleh kalah dari
matahari itu. Nanti kita tidak dapat minum kalo dagangan kita nggak laku-laku. Johar
bangkit dari duduknya tanpa merasa malas. Ditariknya tangan sahabatnya yang kecil itu
untuk segera bangkit. Aman sedikit enggan. Namun ditepisnya jua perasaan itu demi
seplastik es teh super dingin yang melayang-layang di kepalanya. Hhmmm pastilah segar
menikmatinya di siang yang begitu panas seperti ini, pikir Aman dalam hati. Lidahnya
sedikit menjilat membuat Johar tersenyum geli melihatnya. Ayo, Bung! teriak Johar. Aman
berdiri. Disabetnya seplastik besar kantong dagangannya. Kali ini mereka menjajakan tissue.
Maka turunlah kaki-kaki mungil itu dari jembatan penyeberangan tempatnya beristirahat
untuk kembali ke jalanan yang panas menjajakan tissue.Pak, tissuenya, Pak? tawar Johar
dengan senyum ceria kepada seorang lelaki tua di warung pinggir jalan. Lelaki itu hanya
mengangkat sebelah tangannya tanpa menoleh. Terima kasih, Pak, jawab Johar dengan
sopan. Maka ia pun beralih ke lelaki yang satu dengan senyuman yang masih ceria. Lelaki itu
lebih necis, semoga ia butuh tissue hari ini. Barangkali saja mau digunakan untuk melap
sepatu kantornya. Namun ternyata lelaki itu pun sedang tidak memerlukan tissue. Terima
kasih, Om. Masih dengan senyum yang manis Johar membalas gelengan lelaki itu.
3

Tampaknya ia masih asyik mengunyah makanan. Mungkin ia tak sempat berpikir untuk
membeli tissue saat ini. Nanti saja ia kembali kalau pria itu sudah selesai makan. Ia yakin tak
ada penjual makanan di sini yang menyediakan tissue di warungnya. Layaknya bocah yang
sedang gembira, ia pun keluar dan berjalan kembali dengan lincahnya mencari orang yang
sedang kegerahan. Sayup-sayup terdengar suaranya menjajakan tissue kepada setiap orang
yang dijumpai. Dan seperti yang tadi, mereka juga acuh. Johar hanya membungkuk sedikit
sambil berucap terima kasih.Lebih beruntung dari Johar, kali ini Aman telah mendapatkan
satu pembeli baru pertama untuk hari itu. Seorang wanita muda. Ia baru saja keluar dari
kompleks perbelanjaan. Ia membeli tiga pak kecil sekaligus dari Aman. Anak itu girang
dibuatnya. Namun ia bingung saat wanita itu menyerahkan uang sepuluh ribuan. Maaf, uang
ribuan saja, Mbak. Saya tidak punya kembaliannya, tukas Aman polos. Nggak usah, nggak
papa. Buat Adek aja kembaliannya, jawab wanita itu ramah. Namun Aman menolak.Tapi
kan ini uang Mbak. Kembaliannya banyak lho, tukas Aman. Dahi wanita itu
berkerut.Sebentar! kata Aman kemudian. Ia segera berlari menghampiri Johar yang tak
jauh darinya. Jo! Tuker uang, dong, katanya sembari menyodorkan sepuluh ribuan itu ke
Johar. Nggak punya, Man! Ini aja belum ada yang laku.Aman menatap kantong hitam
dagangan Johar. Penuh. Ia berpikir sejenak. Lalu kembali berlari lagi ke arah wanita tadi
yang masih berdiri menunggu.Mbak, bentar ya saya tukerin ke warung dulu. Aman berlaril
kecil masuk ke dalam warung yang tadi dimasuki Johar. Pak? Bisa tuker uang sepuluh
ribuan sama receh? tanyanya ke seorang bapak. Bapak itu melongok isi dompetnya. Wah,
cuma ini, Dek, katanya mengeluarkan uang tiga ribu rupiah. Nggak usah udah, Dek! teriak
wanita tadi yang berdiri tak jauh dari warung. Ia kemudian berpaling meninggalkan mereka.
Aman bengong. Cepat-cepat disambarnya uang tiga ribu itu dan memberikan sepuluh ribuan
ke tangan bapak. Lalu dikejarnya Mbak yang belum jauh berjalan. Mbak, Mbak! Ini
kembaliannya. Maaf ya, kurang. Saya ganti pake tissue aja, ya? Aman mengeluarkan empat
pak tissue dan menyerahkannya pada si Mbak yang masih terheran-heran. Aman kembali ke
bapak yang uangnya tadi ia sambar. Pak, saya boleh tuker uangnya dulu? Nanti uang tiga
ribu Bapak saya kembalikan, tawar Aman.Bapak itu menyerahkan sepuluh ribuan tadi
kepada Aman. Namun tidak ia tunggu anak itu yang masih menukarkan uangnya ke tukang
ojek. Ia segera bangkit meninggalkan warung setelah Aman pergi. Johar yang melihatnya
berusaha menghampiri, tapi bapak itu keburu menyeberang.Man, cepet, Man! teriaknya
pada Aman yang berlari-lari kecil dari kejauhan. Wah, telat, Man! Bapaknya udah pergi.
Aku nggak sempet nyusul ke seberang. Jalanan rame, lapor Johar saat Aman tiba. Yah,
gimana dong, ini? Uangnya udah aku tukerin. Punya bapak itu diapakan?Hmm Kita
4

simpen aja, Man. Siapa tahu besok-besok kita ketemu lagi sama bapak itu. Kita tunggu deket
warung sini, usul Johar. Aman berpikir sejenak.Mm betul, betul. Kalau gitu sekarang
kita beli es aja, Jo!Jangan lupa setorin separuhnya, Man.Aman menghitung uangnya
sebentar. Sepuluh ribu, uang bapak tadi tiga ribu. Tujuh ribu disetorin setengahnya tinggal
tiga setengah. Kita beli es teh tiga bungkus sisa lima ratus, Jo.Pinter juga kamu berhitung,
Man!Aman mendongak. Meringis. Eh, adik-adik! Ini mas bawain es buat kalian. Aman
memberikan dua bungkus es yang baru dibelinya kepada dua anak kecil yang menerimanya
dengan wajah sumringah. Wah asiiik! Makasih ya, Mas Aman, Mas Jo! ujar kedua
bocah itu berbarengan.Aman dan Johar tersenyum lalu keluar dari bilik kardus tempat kedua
bocah itu berdiam. Adikmu nggak ngamen? tanya Johar seraya menyeruput es
tehnya.Tadi pagi. Semoga nanti aku bisa bawa pulang nasi bungkusan buat mereka, jawab
Aman tersenyum. Sama sekali tak terpikirkan olehnya apakah doanya akan terkabul atau
tidak.Sini esnya. Aku kan juga mau, ujar Aman seraya menarik bungkus es yang masih
diseruput Johar. Terpaksa diserahkannya es itu pada Aman meskipun ia masih haus. Giliran
Aman minum es.


Sinopsis cerpen dua malaikat
Cerpen karya Lana Azkia ini yang berjudul Dua Malaikat , meceritakan dua orang anak
lelaki Aman dan Johar. Dimana duaa bocah itu harus merasakan kerasnya hidup di kota dan
bagaimana susahnya mencari uang. Disini pengarang sangat sederhana menceritakan
kehidupan mereka, mulai dari cara mereka menjajakan tissu untuk mendapatkan uang dan
membelikan adik-adiknya sekantong es the manis. Kerja keras mereka untuk menjajakan
tissue dengan ikhlas dan sabar. Sungguh sangat menyentuh hati apabila kita membacanya dan
penuh sarat makna serta dapat dijadikan pelajaran sosial untuk kita pembacanya serta untuk
memahami kata-kata yang terkandung didalmnya sangatlah mudah karna pengarang
menyajikannya dengan sangat sederhana dan kita sebagai pembaca tidak bosan untuk
membacanya.


5

BAB III
PEMBAHASAN

Unsur-unsur intrinsik dari cerpen Dua Malaikat karya Lana Azkia yaitu :
1. Tema : Kehidupan Universal yang bersifat sosial
Pembentukan tema ini ditandai dengan melihat secara keseluruhan isi dari cerpen tersebut,
dimana menggambarkan kehidupan dua orang anak yang menghadapi kerasnya hidup dikota
dan susahnya mencari uang untuk bertahan hidup. Dan hal ini digambarkan mulai dari awal
paragraf hingga akhir atau mencapai klimaksnya, semuanya menceritakan kehidupan tokoh
yang hidup kekurangan dimana mereka mencari uang dengan susahnya tapi selalu semangat.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan kalimat didalam cerpen yaitu mereka masih setia
menjajakan apa saja didaerah ini, meskipun panas dan debu selalu menemani. Ayo bangun ,
Man! Kita tidak boleh kalah dari matahari itu. Nanti kita tidak dapat minum kalo dagangan
kita tidak laku-laku. Johar bangkit dari duduknya dan ditariknya tangan sahabatnya yang
kecil itu untuk segera bangkit.
2. Plot
Pengenalan konflik yang pertama didalam cerpen ini yaitu dua orang anak yang mengatasi
rasa letih dan lelah yang mereka rasakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan kalimat didalam
cerpen yaitu : ia mengatasi peluh yang terus bercucuran dari dahi dekilnya itu.
Namun mereka tak kehilangan semangat untuk menjajakan tissue untuk orang-orang agar
mereka dapat membeli minuman dingin sebagai penghilang rasa haus dan lelahnya.
Walaupun kadang mereka tak dihiraukan tapi mereka tetap tersenyum. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan kalimat didalam cerpen yaitu : Pak tissunya, pak? tawar Johar dengan senyum
ceria kepada seorang laki-laki tua. Lelaki itu hanya mengangkat tangan sebelah tanpa
menoleh. Terima kasih pak jawab Johar dengan sopan.
Hasil jerih payah mereka berdua untuk menjajakan tissu dengan semangat tidak sia-sia,
seorang wanita muda membeli 3 pak tissu mereka namun uang wanita tersebut sangat besar
dan mereka tidak memilki kembalian untuk uang tersebut. Amar dan Johar tetap berusaha
untuk mengembalikannya dengan segala cara walaupun wanita tersebut sudah tak mau
mengambil kembaliannya. Dan akhirnya merekapun mendapatkan uang dan membelikan 3
bungkus es teh manis, dan memberikan 2 bungkus es teh manisnya kepada dua anak kecil.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan kalimat didalam cerpen yaitu : Eh, adik-adik..! ini mas
bawain es buat kalian. Aman memberikan dua bungkus es yang baru dibelinya kepada dua
anak kecil yang menerimanya.
3. Alur
Alur yang digunakan pengarang dalam cerpen ini alur maju. Karena cerpen ini tidak
menceritakan kehidupan dimasa lalu mereka namun apa yang terjadi pada saat ini.
6

4. Setting ( Latar atau tempat kejadian ).
Ada tiga setting yang digunakan pengarang didalam cerpennya yaitu
1. Dijembatan penyeberangan, hal ini dapat dilihat pada kalimat : maka turunlah laki-
laki mungil itu dari jembatan penyeberangan tempat beristirahat untuk kembali
kejalanan panas untuk menjajakan tissunya.
2. Di warung pinggil jalan, hal ini dapat dilihat pada kalimat : Johar dengan senyum
ceria kepada seorang lelaki tua diwarung pinggir jalan.
3. Kompleks perbelanjaan , hal ini dapat dilihat pada kalimat : kali ini Amar lebih
beruntung dari Johar, seorang wanita muda . ia baru saja keluar dari komplek
perbelanjaan . ia membeli 3 pak tissu sekaligus dari Amar.
5. Penokohan / perwatakan .
Ada dua penggambaran pelaku atau tokoh yang digambarkan oleh pengarang didalam cerpen
ini pada paragraf pertama yaitu :
1. a. Aman : seorang bocah yang baik, walaupun dekil, kumal keringatan.
1. Johar : sama seperti Aman tetapi bedanya dia lebih manis dan ganteng.
6. Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang didalam pembuatan cerpennya yaitu sudut
pandang orang ketiga. Hal ini bisa dilihat dari penggambaran tokoh yang dilakukan
pengarang secara mendetail.
7. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan pengarang didalam cerpennya yaitu mengunakan kalimat-
kalimat yang sederhana namun mengena. Sehingga tidak bertele-tele dan pembaca tidak
bosan untuk membacanya.
8. Amanat
Adapun amanat yang pengarang dapat sampaikan secara tersirat didalam cerpen ini yaitu
sebagai manusia kita harus bersyukur terhadap apa yang kita miliki karna masih banyak
7

orang-orang yang lebih susah dan menderita dari yang kita alami sekarang. Dan cerpen ini
memiliki suatu nasehat atau amanat yang sangat bermanfaat bagi kita agar lebih mensyukuri
segala apa yang telahg kita punya agara menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Walaupun
pengarang tidak menuliskan amanat atau nasehat didalam karangannya namun kita sebagai
pembaca dapat menyimpulkan secara pribadi.
Selain unsur-unsur instrinsik yang kita kaji namun adapaun unsur-unsur ekstrinsik yang
pengarang gambarkan didalam cerpennya yaitu unsur ekstrinsik yang bertemakan kehisupan
sosial dimana cerita ini mengungkapkan kisah dua orang anak kecil yang bertahan hidup dan
berkerja dengan keras tanpa mengenal letih danm lelah untuk dapat bertahan hidup.
Cerpen Dua Malaikat karya Lana Azkia ini termasuk tipe cerpen yang pertama adalah
cerpen yang ditulis secara fokus yaitu: satu tema dengan plot yang sangat jelas dan ending
yang mudah dipahami. Cerpen tersebut pada umunya bersifat kovensional dan berdasar pada
realitas /fakta. Maka cerpen tipe ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami. Pembaca
awam dapat membaca cerpen jenis ini kurang dari satu jam. Biasa disebut dengan well made
short-story.

8

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini yaitu :
1. Unsur-unsur intrinsik dalam cerpen yang berjudul Dua Malaikat karya Lana Azkia ini
yaitu:
1. bertemakan kehidupan sosial yang menceritakan kisah dua orang anak yang
merasakan susahnya mencari uang di kota hanya ingin bertahan hidup.
2. Cerita ini menggunakan alur maju.
3. Cerita ini berlatarkan kehidupan di kota hal ini bisa dilihat dengan
penggambarannya berlatarkan jembatan penyeberangan, warung makan sampai
pusat perbelanjaan.
4. Tokoh-tokoh yang terdapat didalam cerpen ini terdapat dua tokoh utama yaitu
Aman dan Johar.
5. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam menggambarkan tokonya yaitu
menggunakan sudut pandang ornag ketiga.
6. Sudut pandang yang digunakan pengarang bersifat sangat sederhana dan mengena
sehingga mudah dipahami dan tidak membosankan bagi pembaca untuk
membacanya.
7. Amanat yang terkandung dalam cerpen ini bermanfaat bagi kita agar lebih
mensyukuri segala apa yang telahg kita punya agara menjadi pribadi yang lebih
baik lagi.
8. Tipe cerpen yang dimiliki cerpen ini yaitu well made short-story, dimana tipe
cerpen ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami. Pembaca awam dapat
membaca cerpen jenis ini kurang dari satu jam.
B. Saran
1. diharapkan setelah membaca makalah ini kita semakin memahami mengenai unsur-unsur
intrinsik yang terkandung didalam sebuah cerpen
2. Pembaca diharapkan untuk dapat mengambil kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam
makalah ini, serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan.
3.Pembaca juga diharapkan untuk dapat memberikan pengarahan apabila dalam makalah ini
masih terdapat kekurangn atau kesalahan, guna untuk memberikan motifasi kepada kami
untuk lebih baik lagi dalam menyusun malakah.
9

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek
http://ariaontheblog.blogspot.com/2009/10/cerpen-dua-malaikat.html
http://oeniwahyuni.wordpress.com/2011/11/04/analisis-cerpen-dua-malaikat-karya-lana-
azkia/
http://fix-net-medalem.blogspot.com/2013/05/analisis-unsur-intrinsik-cerpen.html
http://alfijau.blogspot.com/2012/08/sinopsis-cerpen.html

You might also like