You are on page 1of 6

Aplikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Kegiatan

Pembelajaran
Share :
Aplikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Kegiatan Pembelajaran. Teori humanistik
sering dikritik karena sukar diterapkan daam konteks yang lebih praktis. Teori ini
diangagap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada
bidang pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang
lebih kongkret dan praktis. amun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan
manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen
pembelajaran untuk mendukung ter!apainya tujuan tersebut.
"emua komponen pendidikan temasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya
manusia yang ideal, manusia yang di!ita-!itakan, yaitu manusia yang mampu men!apai
aktualisasi diri. #ntuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta
didik dalam mengaktualisasi dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.
Pengalaman emosional dan karakteristik khusus indi$idu dalam belajar perlu
diperhatikan oleh guru dalam meren!anakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat
belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat
membuat pilihan-pilihan se!ara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan
demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut
dapat di!apai.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk men!apai tujuannya. %eskipun teori
humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang
praktis dan operasional, namun sumbangan teori ni amat besar. &de-ide, konsep-konsep,
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik
dan guru untuk memahami hakekat keji'aan manusia. Hal ini akan dapat membantu
mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan,
penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat e$aluasi, ke
arah pembentukan manusia yang di!ita-!itakan tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang diran!ang se!ara sistematis, tahap demi tahap se!ara ketat,
sebagai mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan se!ara eksplisit dan
dapat diukur, kondisi belajar yang dapat diatur dan ditentukan, serta pengalaman-
pengalaman belajar yang dipilih untuk sis'a, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak
berarti bagi sis'a ()ogers dalam "nelbe!ker, *+,-.. Hal tersebut tidak sejalan dengan
teori humanistik. %enurut teori ini, agr belajar bermakna bagi sis'a, diperlukan insiatif
dan keterlibatan penuh dari sis'a sendiri. %aka sis'a akan mengalami belajar
eksperiensial (e/periential learning..
Dalam prakteknya teori humanistik ini !enderung mengarahkan sis'a untuk berfikir
induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan sis'a se!ara aktif
dalam proses belajar. 0leh sebab itu, 'alaupun se!ara ekspilsit belum ada pedman baku
tantang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling
tidak langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak
langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh "u!iati dan Prasetya &ra'an
(122*. dapat digumakan sebagi a!uan. 3angkah-langkah yang dimaksud adalah sebagi
berikut 4
*. %enentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
1. %enentukan materi pembelajaran.
5. %engidentifikasi kemampuan a'al (entri beh$ior. sis'a.
-. %engidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan sis'a se!ara aktif
melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
6. %eran!ang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
7. %embimbing sis'a belajar se!ara aktif.
,. %embimbing sis'a untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
8. %embimbing sis'a membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
+. %embimbing sis'a dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
*2. %enge$aluasi proses dan hasil belajar.
Pandangan Kolb terhadap Belajar. Kolb seorang ahli penganut aliran humanisti!
membagi tahap-tahap belajar menjadi empat, yaitu4
a. Tahap Pengalaman Konkrit
Pada tahap paling a'al dalam peristi'a belajar adalah seseorang mampu atau dapat
mengalami suatu kejadian sebagaimana adanya. &a dapat melihat dan merasakannya,
dapat men!eritakan peristi'a tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. amun dia
belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristi'a tersebut. &a hanya dapat
merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan
bagaimana peristi'a itu terjadi. &a juga belum dapat memahami mengapa peristi'a
tersebut harus terjadi seperti itu. Kamamupan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang
pada tahap paling a'al dalam proses belajar.
b. Tahap Pengamatan Aktif dan Reflektif
Tahap kedua dalam peristi'a belajar adalah bah'a seseorang makin lama akan semakin
mampu melakukan obser$asi se!ara aktif terhadap peristi'a yang dilaminya. &a mulai
berupaya untuk men!ari ja'aban dan memikirkan kejadian tersebut. &a melakukan
refleksi terhadap peristi'a yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi.
Pemahamannya terhadap peristi'a yang dialaminya semakin berkembang. Kemampuan
inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar.
. Tahap Konseptualisasi
Tahap ketiga dalam peristi'a belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk
membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur
tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan
untuk memuaskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai !ontoh peristi'a
yang dialaminya. 9alaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun
memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
d. Tahap !ksperimentasi Aktif
Tahap tarakhir dari peristi'a belajar adalah melakukan eksperimentasi se!ara aktif. Pada
tahap ini seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau
aturan-aturan kedalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk
mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep dilapangan. &a mampu
menggunakan teori atau rumus-rumus untuk meme!ahkan masalah yang dihadapinya.
"umber4
D). :. Asri Budiningsih, 122-. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit )inika :ipta,
;ogyakarta. Hal. ,2-,*
Pandangan Hone" dan #umford terhadap Belajar
Share :
Pandangan Honey dan %umford terhadap Belajar. Honey dan %umford menggolongkan
orang yang belajar kedalam empat ma!am golongan, yaitu kelompok akti$is, golongan
refle!tor, kelompok teoris dan golongan pragmatis.
a. Kelompok Akti$is
0rang-orang yang tergolong dalam kelompok akti$is adalah mereka yang senang
melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman baru. 0rang-orang tipe ini mudah untuk diajak
berdialog, memiliki pemikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain dan mudah
per!aya. amun dalam melakukan tindakan sering kali kurang mempertimbangkan
se!ara matang dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya untuk melibatkan diri.
Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang sifatnya
penemuan-penemuan baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru. amun mereka
!epat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan 'aktu lama.
b. Kelompok Refletor
%ereka yang termasuk kelompok ini ke!endrungan berla'anan dengan kelompok
Akti$is. Dalam melakukan tindakan, orang-orang tipe refle!tor sangat berhati-hati dan
penuh pertimbangan. Pertimbangan baik-buruk, untung-rugi, selalu diperhitungkan
dengan !ermat dalam memutuskan sesuatu. 0rang-orang demikian tidak mudah
dipengaruhi, sehingga !enderung bersifat konser$atif.
. Kelompok Teoris
0rang-orang tipe theorist memiliki ke!enderungan yang sangat kritis. %ereka suka
menganalisis, berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya. "egala sesuatu
dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum. %ereka tidak
menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. Dalam melakukan
memutuskan sesuatu kelompok teoris penuh dengan pertimbangan, sangat skeptif dan
tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
d. Kelompok Pragmatis
0rang-orang tipe pragmatis memiliki sifat-sifat yang praktis. %ereka tidak suka
berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil dan sebagainya. Bagi
mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis. "esuatu hanya bermanfaat jika
dipraktikkan. Bagi mereka, sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan
bermanfaat dalam kehidupan.
"umber 4
D). :. Asri Budiningsih, 122-. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit )inika :ipta,
;ogyakarta. Hal. ,*-,5
Pandangan Habermas Terhadap Belajar
Share :
Pandangan Habermas Terhadap Belajar. Tokoh humanis lain adalah Habermas.
%enurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara indi$idu dengan
lingkungannya. 3ingkungan belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam
maupun lingkkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan
pandangannya yang demikian, ia membagi tipebelajar menjadi tiga, yaitu belajar teknis
(te!hni!al learning., belajar praktis (pra!ti!al learning., dan belajar emansipatoris
(eman!ypatory learning.. %asing-masing tipe memiliki !iri-!iri sebagai berikut 4
a. Belajar teknis %tehnia learning&
;ang dmaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat beinteraksi
dengan lingkungan alamnya se!ara benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang
dibutuhkan dan perlu dipelajari agar dapat mereka dapat menguasai dan mengelola
lingkungan alam sekitarnya dengan baik. 0leh sebab itu, ilmu-ilmu alam atau sain amat
dipentingkan dalam belajar teknis.
b. Belajar praktis %pratial learning&
"edangkan yang dimaksud belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya
dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis
antar sesama manusia. #ntuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan sosiologi,
komunikasi, psikologi, antropologi, dan sema!amnya, amat diperlukan. "ungguhpun
demikian, mereka per!aya bah'a pemahaman dan keterampilan seseorang dalam
mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada
umumnya. 0leh sebab itu, interaksi yang benar antara indi$idu dengan lingkungan
alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau rele$ansinya dengan kepentingan manusia.
. Belajar emansipatoris %eman"pator" learning&
3ain halnyadengan beljar emansipatoris. Belajar emansipatoris menekanan upaya agar
seseorang men!apai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya
perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengertian
demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk
mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. #ntuk itu, ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan budaya dan bahasa amat diperlukan. Pemahaman dan kesadaran
terhadap trasformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar
yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan tujuan pendidikan paling
tinggi.
"umber 4
D). :. Asri Budiningsih, 122-. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit )inika :ipta,
;ogyakarta. Hal. ,5-,-
Pandangan Bloom Dan Krath'ohl Terhadap Belajar
Share :
Pandangan Bloom Dan Krath'ohl Terhadap Belajar. "elain tokoh-tokoh di atas, Bloom
dan Krath'ohl juga termasuk penganut aliran humanis. %ereka lebih menekankan
perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh indi$idu (sebagai tujuan belajar., setelah
melalui peristi'a-peristi'a belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke
dalam tiga ka'asan yang dikenal dengan sebutanTaksonomi Bloom. %elalui taksonomi
Bloom inilah telah brhasil memberikan ispirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam
mengembangkan teori-teori maupun peraktek pembelajaran. Pada tataran praktis,
taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan tujuan-
tujuan belajar yang akan di!apai, dengan rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada
taksonomi Bloom ini pula para praktisi pendidikan dapat meran!ang program-program
pembelajarannya. "etidaknya di &ndonesia, taksonomi Bloom ini telah banyak dikenal
dan paling populer di lingkungan pendidikan. "e!ara ringkas, ketiga ka'asan dalam
taksonomi Bloom adalah sebagai berikut 4
Domain koognitif( terdiri atas ) tingkatan( "aitu :
*. Pengetahuan (mengingat, menghafal.
1. Pemahaman (menginterprestasikan.
5. Aplikasi (menggunakan konsep untuk meme!ahkan masalah.
-. Analisis (menjabarkan suatu konsep.
6. "intesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh
7. <$aluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb.
Domain psikomotor( terdiri atas * tingkatan( "aitu :*. Peniruan (menirukan gerak.
1. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak.
5. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar.
-. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar.
6. aturalisasi (melakukan gerak se!ara 'ajar
Domain afektif( terdiri atas * tingkatan( "aitu :*. Pengalaman (ingin menerima, sadar
akan adanya sesuatu.
1. %erespon (aktif berprtisipasi.
5. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu.
-. Pengorganisasan (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang diper!ayainya.
6. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya.
"umber 4
D). :. Asri Budiningsih, 122-. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit )inika :ipta,
;ogyakarta. Hal. ,--,7

You might also like