You are on page 1of 26

1

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami tuturkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai TAQWA.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
oleh karena itu kami mohon kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami.
Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.


Palembang, April 2014


Penulis





2

Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................. 2
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3
Bab 2 Pembahasan
2.1 Pengertian dan Kedudukan Taqwa .......................................................... 6
2.2 Ruang Lingkup Taqwa ............................................................................. 8
2.3 Ciri ciri Orang Bertaqwa ..................................................................... 14
2.4 Makna Taqwa .......................................................................................... 17
2.5 Tiga Tingkatan Pribadi Muslim ............................................................. 18
2.6 Hati Yang Bersih Sebagai Penyempurna Taqwa .................................. 19
2.7 Salah Satu Bentuk Taqwa ..................................................................... 20
2.8 I nilah J anji Allah SWT Kepada Orang Bertaqwa ................................. 21
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
Daftar Pustaka ...................................................................................... 26





3

Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan
seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-
Nya. Asal-usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal
yang meragukan (syubhat).

Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, Bertaqwalah kamu
sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam
keadaan muslim, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan
tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.

Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan
jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak
terus menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah
adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan
apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib. Beliau
rahimahullah berkata, Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang
hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan
kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala
4

yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan
maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan

Termasuk dalam cakupan Taqwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang
datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syariat, bukan dengan
tata cara yang diada-adakan (baca: bidah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap
kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada
Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah
keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-
Abbad hafizhahullah

Perintah untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla senantiasa relevan dengan waktu
dan tempat, kapanpun dan dimanapun. Mengingat, ragam fitnah yang mengancam hati
seorang hamba, lingkungan yang tidak kondusif ataupun lantaran hati manusia yang rentan
mengalami perubahan dan sebab-sebab lainnya yang berpotensi menimbulkan pengaruh
negatif pada keimanan dan ketakwaan.

Urgensi berwasiat untuk takwa dapat disaksikan dari kenyataan bahwa Allah k
menjadikannya wasiat bagi orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Allah k berfirman:
(an-Nisaa 4:131)

dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir
maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang dibumi hanyalah
kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [an-Nisaa 4:131]

5

Ketakwaan juga merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada
umatnya. Pada haji wada, Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:Bertakwalah kepada
Allah, kerjakan sholat lima waktu, berpuasalah di bulan (Ramadhan), tunaikan zakat harta
kalian, taati para penguasa, niscaya kalian masuk syurga Allah. [HR. at-Tirmidzi].

Taqwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim.
Namun masih banyak yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jumat para khatib
menyerukan taqwa dan para makmumpun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun yang
mereka dengar terkadang tidak difahami dengan benar dan pas.

6

Bab 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Kedudukan Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan
yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa berarti
penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal yang menakutkan dan
mengkhawatirkan. Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada
Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan perintah-Nya dan tidak melanggar
larangan-Nya kerena takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Taqwa adalah sikap mental
seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya
dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar,
pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain, diri sendiri dan
lingkungannya.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting
dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari
segala pekerjaan seorang muslim. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan
bahwa ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun
melalaikan yang wajib. Beliau rahimahullah berkata, Ketakwaan kepada Allah bukan
sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya.
Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan
Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah
menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.

7

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang
datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syariat, bukan dengan
tata cara yang diada-adakan (baca: bidah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap
kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada
Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah
keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-
Abbad hafizhahullah
8

2.2 Ruang Lingkup Taqwa
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan hati nurani dan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup
A. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan dirinya
kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat sehingga kita dapat
menghindari dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten terhadap aturan-
aturan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan ibadah
secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat
memberikan warna dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat
melahirkan kesabaran dan pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap
peduli dan menjauhkan kita dari ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan sikap
persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala
perintah-perintah Allah tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan Allah sendiri
melainkan merupakan untuk keselamatan manusia.

Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah menurut
cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi
petunjuk dan pedoman hidup manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138
yang artinya:
inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-
orang yang bertaqwa . (QS. Ali-imran 3:138)
9

manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima waktu,
menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun, melakukan ibadah haji
sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya. Sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat
yang telah diberikan-Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh Allah
serta memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan.

B. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan sesama serta
lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang
telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil,
ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa
mengendalikan hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak dapat
mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka
seperti yang tertulis dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53 yang artinya: Dan aku tidak
membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha
pengampum lagi maha penyayang. (QS. Yusuf 12:53)

Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar mampu
mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan
ciri-ciri, antara lain :
1. Sabar
2. Tawaqal
3. Syukur
4. Berani

10

Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang
kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala
perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk
mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia
juga harus selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya
kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang
menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam
menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan.

C. Hubungan manusia dengan manusia

Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran tentang
ajaran-ajaran yang berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas) atau
disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-
laki dan perempuan. Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan
bernegara. Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai
makhluk social. Maka tak ada tempatnya diantara mereka saling membanggakan dan
menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat
dan martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama
derajatnya dimata allah, yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang
paling bertaqwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.

Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Hubungan
antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan
11

gaya hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga
tercemin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan
keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan
menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan
kebijakan.

Surat Al-baqarah ayat 177: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatukebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
allah, hari kemudian, malaikat, kitab, nabi, danmemberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, oaring miskin, musafir(yang memerlukan pertolongan), dan orang-
orangyang meminta-minta, dan (merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan shalat
danmenunaikan zakat. Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan
orang yang bersabar dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang yang benar(imannya)mereka itulah orang yang bertaqwa. (Al- baqarah 2:177).

Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang
dimiliki orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah. Selanjutnya Allan
menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang
menepati janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja
karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa
saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan antar aspek
keimanan dan shalat





12

D. Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup
Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan
hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di
tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab menggelola dan memelihara
lingkungannya. Sebagai penggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan
hidupnya didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam dan segala petensi
yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang
jadi yang berguna bagi manusia.

Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja
keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan barang yang
bermanfaat bagi manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula sebagai penjaga dan
pemelihara lingkungan alam. Menjaga lingkunan adalah memberikan perhatian dan
kepedulian kepada lingkungan hidup dengan saling memberikan manfaat. Manusia
memanfaatkan lingkungan untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan
lingkungan itu sendiri.

Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan sebaik-
baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga memeliharanya
agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukan
bahwa manusia jauh dari ketaqwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa
yang akan terjadi pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka
membayangi kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat
habis oleh manusia mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor
yang dapat merugikan manusia.

13

Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri
dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik.
Mensyukuri nikmat Allah dengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan
oleh Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah
akan diberi azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam
akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.
























14

2.3 Ciri ciri Orang Bertaqwa
Dalam Al-Quran banyak disebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Ciri utama orang
yang bertaqwa ialah, yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang
maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan orang-orang yang memaafkan
(kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (Q.S. Ali
Imran: 134).

Ayat di atas menyatakan orang yang bertaqwa dan mulia, minimal mempunyai lima
syarat:
1. Bersadaqah dalam kondisi apapun yang dialami, baik lapang ataupun sempit, merugi
atau beruntung.
2. Siap menahan amarahnya. Yakni, hamper-hampir tidak pernah marah dan kalu
terpaksa marah cepat sekali berhenti.
3. Memaafkan kesalahan orang adalah baik, tapi tidaklah sempurna tanpa disertai
memperlihatkan kebaikan, misalnya dengan mencarikan solusi.
4. Sesudah memperlihatkan kebaikan dan mencarikan solusi, tidaklah sempurna tanpa
mencintainya. Yakni berubah mencintainya, sekalipun pernah bermusuhan.
5. Mencintainya tidaklah sempurna, tanpa memperlakukan seperti mencintai dirinya
sendiri. Artinya, cinta yang diperlihatkan cinta sejati. Dan itulah yang dapat mencabut
total akar permusuhan

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
yat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS.7:96)


15

A. Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an
I. Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang
bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan salat
3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
5. Yakin kepada hari akhirat
Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang
taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga
sembahyang. Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat
yang berbeda-beda.

II. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :

1. Beriman kepada Allah(Tuhan YME),hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-
nabi
2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin,
3. musafir (orang dalam perjalanan), orang yang meminta-minta.
4. Membebaskan perbudakan
5. Mendirikan salat
6. Menunaikan zakat
7. Memenuhi janji bila berjanji
8. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.
16


B. Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi
orang-orang yang bertaqwa, yaitu :

1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
2. Orang-orang yang menahan amarahnya
3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka
5. ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
6. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.




















17

2.4 Makna Taqwa
Dalam Al-Quran hanya terdapat satu ayat yang secara eksplisit menyebut kata haqiq
(haqiqat), tapi ada 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama
dengan hakikat. Diantaranya :

1. Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taqwa kepada-Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan
beragama islam (Q.S. Ali Imran 102).
2. Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari tuhanmu,
karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu (Q.S. 3:60).
3. Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq (kebenaran) dan
kesabaran. (Q.S. Al-Ashri : 1-3).

Mayoritas ulama tafsir berpendapat, ayat pertama di atas mansukh (dihapus), atau
tabdil (hukumnya diubah) dengan ayat fattaqullah mastathatum (bertaqwalah kepada Allah
sesuai kesanggupanmu) (Q.S. Al-Taghabun: 16).

Pada mulanya, ketika ayat di atas (hakikat taqwa) turun, banyak diantara para sahabat
yang gelisah, karena hakikat berarti taat yang terus menerus, tidak pernah mendurhakai,
syukur secara terus menerus dan tidak pernah mengingkari, mengingat terus dan tidak pernah
melupakan-Nya. Kemudian sahabat itu berkata, tidak mungkin seorang hamba mampu
bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa (hakikatnya) sesuai bunyi ayat di atas.




18

2.5 Tiga Tingkatan Pribadi Muslim

1. Disebut Islam (Muslim), yaitu baru tingkat penyerahan diri kepada Tuhan. Misalnya
sholat, maka ia akan melakukan dalam kondisi yang formal dan tidak membantah.
2. Disebut Iman (Mukmin), yaitu apabila yang dilakukan dan diucapkan tergurat sampai
kedalam hati dan tidak puas, karena baru sebatas menjalankan rukun islam.
3. Disebut Ihsan (Muhsin), tingkatan ini adalah tingkatan kepastian dan kesadaran batin,
yaitu dalam menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. (H.R. Muslim).

Dari tiga tahap tersebut, maka tahapan ketigalah yang tertinggi, karena telah terbuka
kesadarannya (tabir marifat). Selanjutnya menjadikan dirinya sebagai batas tertinggi dalam
merealisasikan perintah pada awal waktu, dan terpelihara dari segala yang dilarang (termasuk
makruh sekalipun). Jadi, seorang muslim yang berlatih meningkatkan kadar keislamannya dri
tahap ke tahap, maka ia termasuk yang berlayar di atas perahu ke tingkat taqwa. Artinya
mukmin yang tidak pernah naik ke kelas yang lebih tinggi, ialah kelompok yang hanya
melaksanakan sebagian perintah, ala kadarnya dan selalu dipenghujung waktu. Kelompok
seperti inilah yang masih jauh dari hakikat taqwa.











19

2.6 Hati Yang Bersih Sebagai Penyempurna Taqwa
Begitu banyak orang yang melakukan sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah yang lain,
tetapi kenyataannya mereka masih saja melakukan hal-hal tercela,seperti menghian orang
orang lain, menggunjing, dan memfitnah. Anehnya, mereka seakan-akan tidak merasa
berdosa dengan melakukan hal itu. Kenapa bisa terjadi seperti itu?
Orang yang bertaqwa tidak otomatis terbebas dari kesalahan dan dosa , apalagi orang
yang hanya bertaqwa secara lisan . Taqwa yang sebenarnya ada dalam hati dan
tindakan,bukan dalam lisan dan penampilan .Orang yang memakai peci, sorban, sarung, atau
jilbab, belum tentu hatinya benar-benar bertaqwa kepada Allah.

Apa yang harus kita lakukan agar menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepada
Allah?
Modal Utama yang harus kita miliki adalah ilmu. Sebab dengan ilmu kita dapat
mengetahui dan memahami segala perintah Allah dan laranagan-Nya.
Bagaimana kita dapat melaksanakan perintah Allah, sementara kita tidak mengetahui
apa saja yang diperintahkannya?
Karena itulah mencari ilmu sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan dalam Islam. Dengan
ilmu, kita bisa mengetahui apa yang wajib kita kerjakan dan yang wajib kita
tinggalkan.Ibadah yang dilakukan tanpa ilmu takkan berarti apa-apa.








20

2.7 Salah Satu Bentuk Taqwa
Sesungguhnya kenikmatan Allah kepada kita sangat banyak. Oleh karena itu, kita
wajib bersyukur dengan sebenar-benarnya atas semua kenikmatan itu. Yaitu bersyukur
dengan hati, lisan dan anggota badan. Bersyukur dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa
kenikmatan itu datang dari Allah Subhanahu wa Taala. Bersyukur dengan lisan, yaitu
dengan memuji Allah dan menyebut-nyebut kenikmatan tersebut, jika tidak dikhawatirkan
hasad. Dan bersyukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan anggota badan kita ini
untuk taat kepada-Nya, dengan bertakwa kepada-Nya secara sebenar-benarnya. Takwa ini
merupakan perintah Allah kepada seluruh manusia. Allah Subhanahu wa Taala berfirman :

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu
dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (Q.s. an Nisaa`: 1).
Keutamaan takwa sangat sering kita dengar, antara lain firman Allah:
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
(Q.s. ath Thalaq: 2).
Juga firman-Nya:
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya. (Q.s. ath Thalaq: 4).
Dan firman-Nya,

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-
kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Q.s. ath Thalaq: 5)
21

2.8 Inilah janji Allah SWT kepada orang bertaqwa:

A. Keistimewaan di dunia:
1. Allah SWT bebaskan dari kesusahan dan memperolehi rezeki. Firman Allah
SWT: "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka."
(At-Talaq: 2-3)
2. Allah SWT mempermudahkan segala urusan. Firman Allah SWT: "Dan barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah, nescaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya." (At-Talaq: 4)
3. Allah SWT mempermudahkan memperolehi ilmu. Firman Allah SWT: "Dan
bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu." (Al Baqarah: 282)
4. Allah SWT mengasihinya. Firman Allah SWT: "Sebenarnya siapa yang menepati
janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertaqwa." (Ali Imran: 76)
5. Allah SWT membela dan membantunya. Firman Allah SWT: "Allah adalah pelindung
orang-orang bertaqwa." (Al-Jaatsiyah: 19)
6. Allah SWT buka pintu keberkatan. Firman Allah SWT: "Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka barakah dari langit dan bumi." (Al-A'raaf: 96)
7. Allah SWT terima amalan. Firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa." (Al-Maidah: 27)

22

8. Dipelihara Allah SWT dari tipu daya musuh lahir dan batin. Firman Allah SWT: "Jika
kamu bersabar dan bertaqwa, nescaya tipu-daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa
yang mereka kerjakan." (Ali Imran: 120) Firman Allah SWT: "Sesungguhnya orang-
orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada
Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (Al A'raaf: 201)
9. Allah SWT beri khabar gembira (mubasyirah). Firman Allah SWT: "Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (Iaitu) oranq-oranq yang beriman dan mereka selalu
bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah.
Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Yunus: 62-64)
10. Allah SWT pelihara zuriat. Firman Allah SWT: "Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khuatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar." (An Nisa': 9) Firman Allah SWT: "Adapun dinding rumah itu
adalah kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu, (dan di bawahnya ada
harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
soleh, maka Tuhanmu mengkehendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya
dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku
melakukannya menurut kemahuanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-
perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (Al-Kahfi: 82)

23

11. Allah SWT selamatkan dari bencana. "Dan adapun kaum Tsamud maka mereka
telahpun Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari
petunjuk itu. Maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa
yang telah mereka kerjakan, Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan
mereka adalah orang-orang yang bertaqwa." (Fusshilat: 17-18)
12. Allah SWT pelihara dari kebatilan. Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang
beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, nescaya Dia akan memberikan kepadamu
furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-
dosa) mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar." (Al-Anfaal: 29)

Di Akhirat:
1. Allah SWT padamkan dosa. Firman Allah SWT: "Itulah perintah Allah yang
diturunkan-Nya kepada kamu, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya Dia
akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya."
(At-Talaq: 5)
Firman-Nya lagi:
"Dan sekiranya ahli kitab beriman dan bertaqwa, tentulah Kami tutup (hapus)
kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan ke dalam syurga-syurga
yang penuh kenikmatan." (Al-Maidah: 65)
2. Allah SWT tinggikan darjat. Firman Allah SWT: "Kehidupan dunia kelihatan indah
bagi orang kafir sehingga mereka memandang rendah kepada orang beriman, tetapi
orang yang bertaqwa adalah lebih tinggi daripada mereka di hari kiamat."
3. Allah SWT wariskan syurga. Firman Allah SWT: "Itulah syurga yang akan Kami
wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertaqwa." (Maryam: 63)
24

4. Allah SWT dekatkan syurga. Firman Allah SWT: "Dan dekatkanlah syurga itu
kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka)." (Al-
Qaf: 31)
5. Allah SWT sediakan syurga bertaraf tinggi. Firman Allah SWT: "Ini adalah
kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa
benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik." (Shaad: 49)
6. Allah SWT tambat hati sesama mereka. Firman Allah SWT: "Teman-teman akrab
pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang-
orang yang bertaqwa." (Az-Zukhruf: 67)
7. Allah SWT kumpulkan mereka bersama-sama. Firman Allah SWT: "Dan orang-
orang yang bertaqwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan
(pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah
terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu
kekal di dalamnya." (Az Zumar: 73)










25

Bab 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Amal ibadah itu sama, ada yang lahir maupun yang batin adalah syariat. Kita beramal
dan bersyariat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendapat ridho, kasih
sayang dan kekuasaan Allah. Untuk mendapat pemeliharaan, perlindungan dan keselamatan
dari Allah. Atau dengan kata lain, untuk mendapat taqwa. Segala amalan itu untuk menambah
taqwa. Kerana Allah hanya menerima ibadah dari orang-orang yang bertaqwa. Allah hanya
membela, membantu dan melindungi orang-orang yang bertaqwa. Hanya orang-orang yang
bertaqwa saja yang akan selamat di sisi Allah Taala.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting
dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari
segala pekerjaan seorang muslim.
Taqwa tidak hanya berhubungan dengan Allah swt, tetapi juga berhubungan dengan
manusia dengan dirinya sendiri, antar sesama manusia, dan dengan Lingkungan Hidup









26

DAFTAR PUSTAKA
Azra. Azumardi, Dr. Prof. Dkk, 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Umum, Jakarta.
Cholid, M, Drs. M, M.Ag, dkk. 2003. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi,
Bandung : STPDN Press
Husein, Mochtar. 2008. Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mufid AR, Ahmad. 2008. Tanya Jawab Aqidah Islamiah. Yogyakarta : Insan Madani.

http://taqwadanberiman.blogspot.com/2013/04/makalah-taqwa-dan-ruang-lingkupnya.html
http://carakamu.blogspot.com/2012/04/makalah-pendidikan-agama-islam-taqwa.html

You might also like