Berikut tabel skoring USG untuk menentukan prioritas masalah:
NO
Masalah Kriteria Total Skor U S G 1. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah 2 2 4 16 2. Sanitasi rumah yang tidak baik dan ventilasi dan pencahayaan rumah yang kurang 4 4 4 64 3. Masalah psikososial anak-anak Bapak S 1 1 3 3 4. Riwayat penyakit TBC dalam keluarga 3 3 4 36 5. Kurangnya kesadaran akan pemenuhan dan kesehatan keluarga 2 2 3 12 6. Gizi yang kurang seimbang 3 4 4 48 7. Kebiasaan olahraga yang kurang dalam keluarga 2 2 3 12 8. Risiko pekerjaan Bapak S 3 2 2 12 Tabel 2. Skoring prioritas masalah kesehatan dalam keluarga
Setelah kami melakukan identifikasi masalah di dalam keluarga tersebut, kami menyusun prioritas masalah kesehatan dari masalah-masalah yang telah kami temukan. Kami menggunakan sistem skoring USG untuk menentukan nilai prioritas masalah. Jangkauan penilaiannya adalah dari 1 5. Dari urutan prioritas masalah tersebut, kami memilih masalah kesehatan pada peringkat pertama dalam tabel prioritas USG dilihat dari manfaat dan urgensi masalahnya untuk kesehatan keluarga Bapak S dan keterbatasan kami yang masih berstatus sebagai mahasiswa kedokteran. Masalah sanitasi yang kami prioritaskan lebih kami angkat ke arah sanitasi rumah sehat, berupa jamban sehat dan juga mengenai ventilasi dan pencahayaan rumah. Untuk permasalahan ini, kami hanya memberikan pengarahan dan penyuluhan mengenai bagaimana jamban sehat, ventilasi rumah dan pencahayaan rumah yang baik itu, karena kami disini juga memperhatikan aspek ekonomi dari keluarga ini yang kurang memungkinkan untuk dilakukan renovasi yang melampaui batas kemampuan ekonomi mereka. Kami juga memberikan penyuluhan mengenai cuci tangan yang baik dan benar. Sehingga yang kami harapkan adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku dari dalam diri anggota keluarga tersebut yang dapat memaksimalkan dari hasil intervensi nantinya, guna demi kebaikan dan kesehatan keluarga tersebut.
2. Rencana Intervensi Setelah mendapat informasi dan data yang lengkap mengenai keadaan kesehatan anggota keluarga Tn. H, kami mencari topik yang akan lebih difokuskan untuk dilakukan intervensi. Topik yang akan diintervensi yaitu tentang hipertensi dan kebiasaan merokok. Topik ini kami pilih karena 2 orang dari keluarga Tn. H menderita hipertensi dan anggota keluarga lainnya berisiko tinggi untuk menderita hipertensi. Sedangkan untuk rokok kami memilih topik ini karena kebiasaan Tn. H yang parah yaitu merokok sampai 2 bungkus sehari dan dilakukan sudah sejak lama.
Hipertensi adalah penyakit yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik selain itu juga orang yang memiliki factor risiko hipertensi mudah terkena hipertensi jika memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Untuk itu kami melakukan penyuluhan tentang hipertensi, menjelaskan tentang hipertensi, hal-hal pentinga yang harus diketahui tentang hipertensi, memberi tahu bagaimana cara mencegah hipertensi dan pengobatan hipertensi jika sudah terkena penyakit tesrsebut. Selain itu juga kami memberikan penyuluhan tentang diet hipertensi, hal ini menurut kami cukup penting untuk disampaikan dan diterapkan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit sebagai tindakan preventif dari diri anggota keluarga yang memiliki faktor risiko hipertensi selain itu juga untuk mengontrol hipertensi bagi penderita hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Kami juga memberikan kuesioner dan pretest-posttest mengenai materi intervensi yang diberikan kepada keluarga untuk mengetahui perubahan yang terjadi baik dalam pengetahuan dan juga dalam perilaku. Sebelum pelaksanaan intervensi kami melakukan beberapa kali kunjungan ke rumah keluarga Tn. H. Selain untuk menciptakan komunikasi yang lebih baik, hal ini juga sangat bermanfaat untuk membangun kepercayaan keluarga Tn. H kepada kami sebagai mahasiswa yang mencoba untuk membina keluarga Tn. H. Dengan demikian, diharapkan keluarga Tn. H dapat menerima dan mengikuti saran yang kami berikan pada saat pelaksanaan intervensi
Perencanaan Tahap Intervensi Hasil Intervensi Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Cara Pembinaan Sasaran Individu Terwujudnya rumah dengan sanitasi yang baik terutama jamban sehat, juga ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik sesuai dengan kriteria rumah sehat Rumah sehat berupa kriteria jamban sehat dan syarat ventilasi dan pencahayaa n rumah yang baik a. Memberikan edukasi mengenai jamban sehat, dan syarat ventilasi juga pencahayaan rumah yang baik b. Memberi motivasi untuk mewujudkan jamban sehat, ventilasi dan pencahayaan yang baik c. Memberikan kuesioner dan pretest-posttest untuk mengetahui perubahan perilaku dan pengetahuan keluarga tentang jamban sehat, dan syarat ventilasi juga pencahayaan rumah yang baik Bapak S dan Ibu A Keluarga Bapak S bersedia dan sedang menerapkan kebiasaan membersihkan jamban, menutup jamban, membuka jendela dan pintu rumah. a. Ibu A sudah membuka jendela di ruang TV, kamar mandi, dan di ruang tamu setiap hari. Namun, jendela di ruang tamu tidak dibuka terlalu lama karena akan membuat banyak debu masuk. b. Poster mengenai jamban sehat ditempel di dinding kamar mandi. c. Jamban belum sempat ditutup karena Bapak S sangat sibuk bekerja. Memberikan pendidikan mengenai cuci tangan yang baik dan benar untuk meningkatka 6 langkah cuci tangan yang baik dan benar menurut WHO a. Memberikan edukasi dan motivasi mengenai cara cuci tangan yang baik dan benar b. Mempraktikkan cara cuci tangan Seluruh anggota keluarga Bapak S Keluarga Bapak S bersedia untuk menerapkan kebiasaan cuci tangan di dalam keluarga a. Poster mengenai cara cuci tangan yang baik dan benar sudah dipasang. b. Seluruh Tabel 3. Rencana pemeliharaan kesehatan keluarga dan intervensi
3. Proses Intervensi Intervensi dilakukan pada tanggal 30 April 2014. Intervensi dilakukan dengan menggunakan media cetak yang digunakan sebagai alat peraga untuk menyampaikan informasi-informasi yang akan disampaikan. Kami juga memberikan pretest dan posttest untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan, serta kuesioner untuk mengetahui perubahan perilaku setelah intervensi. Jenis media cetak yang kami gunakan yaitu flipchart yang berisi kriteria rumah sehat dan lebih kami arahkan pada ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik juga mengenai jamban sehat. Kami juga menggunakan 2 buah poster yang masing-masing berisi materi kriteria jamban sehat dan cara mencuci tangan yang baik dan benar untuk n kebersihan keluarga yang baik dan benar c. Memberikan kuesioner dan pretest-posttest untuk mengetahui perubahan perilaku dan pengetahuan keluarga anggota keluarga Bapak S sangatlah antusias dalam menghapal cuci tangan WHO, anak- anak mereka bahkan sudah menghapal langkah demi langkah cuci tangan yang baik dan benar. diberikan pada keluarga supaya dapat ditempel di rumah keluarga Bapak S dan berfungsi sebagai pengingat untuk mereka. Adapun informasi yang kami berikan adalah mengenai kriteria rumah sehat yang diajukan oleh dalam Entjang dan Wicaksono yang dikutip dari Winslow antara lain:
1. Harus dapat memenuhi kebutuhan fisiologis 2. Harus dapat memenuhi kebutuhan psikologis 3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan 4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health Asociation (APHA), yaitu: 1. Memenuhi kebutuhan dasar fisik Sebuah rumah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti: a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungan yang penting untuk mencegah bertambahnya panas atau kehilangan panas secara berlebihan. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup segar. b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau. c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis. e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anak-anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan. 2. Memenuhi kebutuhan dasar psikologis Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan dasar psikologis penghuninya, seperti: a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak- anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri. b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuanya. c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin. d. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan e. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun. f. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang. 3. Melindungi dari penyakit
Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuninya dari kemungkinan penularan penyakit atau zat- zat yang membahayakan kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai sampai bocor sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan. 4. Melindungi dari kemungkinan kecelakaan Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22479/4/Chapter%20I I.pdf diakses pada tgl 27 April 2014 pk 13.37
Informasi yang kami berikan tentang ventilasi rumah yang baik dimulai dari luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi ventilasi: Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada. Keadaan yang merugikan kesehatan apabila kekurangan ventilasi: Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa oksigen dalam udara. Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat. Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, dan mulut. Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan Dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu: Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas lebih ringan dari pada udara yang dingin. Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angin, penghisap udara (exhaust ventilation) dan air condition Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh ventilasi dan pencahayaan. Ventilasi yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan . http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/lama/hukum/km403-02l1.pdf
Informasi yang kami berikan tentang pencahayaan rumah yang baik adalah sebagai berikut: a. Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang, dan tidak terlalu banyak. b. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan mata. c. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni: 1. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri jahat di dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurangkurangnya 15 % sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya. Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata) Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan, Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari, Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
2. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Informasi yang kami berikan mengenai jamban sehat dimulai dari pengertian jamban. Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2. 7 (tujuh) syarat jamban sehat yaitu: 1. Tidak mencemari air Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur 2. Tidak mencemari tanah permukaan Jamban yang sudah penuh segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian 3. Bebas dari serangga Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya Lantai jamban harus selalu bersih dan kering Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik 5. Aman digunakan oleh pemakainya Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain 6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh 7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan Jamban harus berdinding dan berpintu Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28491/4/Chapter%20II. pdf Hal yang kami sampaikan mengenai cuci tangan yang baik dan benar dimulai dari memberikan pengetahuan bahwa cuci tangan mudah dilakukan dan merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran berbagai jenis infeksi dan penyakit dalam semua setting, dari rumah dan tempat kerja hingga fasilitas penitipan anak dan rumah sakit. Tangan yang bersih dapat menghentikan kuman menyebar dari satu orang ke orang lain dan ke seluruh komunitas. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari lebih lanjut tentang kapan dan bagaimana mencuci tangan yang baik. Waktu penting untuk mencuci tangan: Sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan Sebelum dan sesudah makan Sebelum dan setelah merawat seseorang yang sakit Sebelum dan setelah mengobati luka Setelah menggunakan toilet Setelah mengganti popok atau membersihkan seorang anak yang telah menggunakan toilet Setelah membuang ingus, batuk, atau bersin Setelah menyentuh hewan, pakan ternak, atau kotoran hewan Setelah menyentuh sampah Langkah-langkah mencuci tangan dengan sabun yang baik dan benar : a. Basuh tangan dengan air b. Tuangkan sabun secukupnya c. Ratakan dengan kedua telapak tangan d. Gosok kedua telapak e. Gosok punggung tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya f. Gosok bagian sela-sela jari g. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci h. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan dilakukan sebaliknya i. Gosokan dengan memutar ujung jari-jari tangan di telapak tangan kiri dan sebaliknya j. Bilas kedua tangan dengan air mengalir k. Keringkan dengan handuk bersih sekali pakai l. Tangan anda kini sudah bersih
4. Hasil Intervensi Setelah intervensi dilakukan, kami melakukan evaluasi pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 10.00 WIB untuk meninjau bagaimana hasil intervensi yang waktu itu telah dilakukan. Pada saat masuk ke dalam rumah Bapak S, kami melihat bahwa jendela baik di bagian depan rumah, ruang TV, dan di kamar mandi terbuka lebar. Ibu A berkata bahwa jendela di ruang tamu tidak bisa dibuka terlalu lama karena banyaknya debu yang masuk dan anak bungsunya senang sekali memanjat jendela. Ibu A menceritakan bahwa ia telah menerapkan ventilasi dan pencahayaan ruangan yang baik dan benar, salah satunya dengan cara membuka jendela rumah setiap hari maksimal pada pukul 08.00-16.00 WIB. Pada saat melakukan evaluasi mengenai jamban sehat, kami menanyakan apakah jamban di rumah Ibu A sudah ditutup atau belum, kemudian Ibu A menjawab bahwa Bapak S sangat sibuk bekerja sehingga belum sempat membuatkan tutupan untuk jamban. Hal terpenting bagi kami adalah pihak keluarga sudah mengetahui tentang bagaimana kriteria jamban sehat dan sudah mulai berusaha perlahan-lahan untuk mewujudkan jamban sehat tersebut. Dua buah poster yang waktu itu kami berikan kepada keluarga bapak S sudah dipajang pada saat kami melihat kamar mandi di kediaman mereka. Ibu A bercerita bahwa seluruh anggota keluarga menerapkan langkah- langkah cuci tangan WHO, mengetahui bahwa mencuci tangan harus menggunakan air mengalir serta sabun, dan mereka juga mengetahui kapan saat-saat mencuci tangan. Baik FI maupun FA sudah hapal langkah mencuci tangan yang baik dan benar. Selain itu, kami memberikan kuisioner kepada Ibu A untuk melihat perubahan baik pengetahuan maupun perilaku. Dari hasil kuisioner, didapatkan bahwa keluarga Bapak S
IV. PENUTUP
1. Kesimpulan 1. Masalah utama yang dimiliki keluarga Bapak S adalah mengenai sanitasi rumah yang tidak baik serta ventilasi dan pencahayaan rumah yang kurang. 2. Hasil intervensi yang telah dilakukan mengenai ventilasi dan pencahayaan rumah berjalan dengan lancar dan mendapatkan respon baik. Hal ini terlihat dari inisiatif keluarga Bapak S yang rajin membuka jendela setiap hari. 3. Hasil intervensi mengenai jamban sehat juga mendapatkan respon yang baik walaupun perwujudannya belum terjadi secara maksimal karena faktor ekonomi keluarga. Terlihat dari kesediaan Bapak S untuk membuatkan tutupan jamban walau belum sempat. Selain itu, anak-anak juga sudah menghapal cara cuci tangan yang baik dan benar untuk menjaga kebersihan diri.
2. Saran 1. Keluarga Bapak S harus senantiasa memonitor sanitasi serta ventilasi dan pencahayaan rumah mereka agar tidak menjadi sarang penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan mereka. 2. Keluarga Bapak S harus terus mempertahankan kebiasaan mencuci tangan yang baik benar. 3. Pemerintah setempat harus dapat membantu dan meminimalisir masalah ekonomi keluarga.