You are on page 1of 22

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN



1. Penyusunan Prioritas Masalah

Berikut tabel skoring USG untuk menentukan prioritas masalah:

NO

Masalah
Kriteria Total
Skor U S G
1. Tingkat pendidikan dan pengetahuan
yang rendah
2 2 4 16
2. Sanitasi rumah yang tidak baik dan
ventilasi dan pencahayaan rumah
yang kurang
4 4 4 64
3. Masalah psikososial anak-anak Bapak
S
1 1 3 3
4. Riwayat penyakit TBC dalam
keluarga
3 3 4 36
5. Kurangnya kesadaran akan
pemenuhan dan kesehatan keluarga
2 2 3 12
6. Gizi yang kurang seimbang 3 4 4 48
7. Kebiasaan olahraga yang kurang
dalam keluarga
2 2 3 12
8. Risiko pekerjaan Bapak S 3 2 2 12
Tabel 2. Skoring prioritas masalah kesehatan dalam keluarga

Setelah kami melakukan identifikasi masalah di dalam keluarga tersebut,
kami menyusun prioritas masalah kesehatan dari masalah-masalah yang
telah kami temukan. Kami menggunakan sistem skoring USG untuk
menentukan nilai prioritas masalah. Jangkauan penilaiannya adalah dari 1
5. Dari urutan prioritas masalah tersebut, kami memilih masalah
kesehatan pada peringkat pertama dalam tabel prioritas USG dilihat dari
manfaat dan urgensi masalahnya untuk kesehatan keluarga Bapak S dan
keterbatasan kami yang masih berstatus sebagai mahasiswa kedokteran.
Masalah sanitasi yang kami prioritaskan lebih kami angkat ke arah sanitasi
rumah sehat, berupa jamban sehat dan juga mengenai ventilasi dan
pencahayaan rumah. Untuk permasalahan ini, kami hanya memberikan
pengarahan dan penyuluhan mengenai bagaimana jamban sehat, ventilasi
rumah dan pencahayaan rumah yang baik itu, karena kami disini juga
memperhatikan aspek ekonomi dari keluarga ini yang kurang
memungkinkan untuk dilakukan renovasi yang melampaui batas
kemampuan ekonomi mereka. Kami juga memberikan penyuluhan
mengenai cuci tangan yang baik dan benar. Sehingga yang kami harapkan
adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku dari
dalam diri anggota keluarga tersebut yang dapat memaksimalkan dari hasil
intervensi nantinya, guna demi kebaikan dan kesehatan keluarga tersebut.




2. Rencana Intervensi
Setelah mendapat informasi dan data yang lengkap mengenai keadaan
kesehatan anggota keluarga Tn. H, kami mencari topik yang akan lebih
difokuskan untuk dilakukan intervensi. Topik yang akan diintervensi yaitu
tentang hipertensi dan kebiasaan merokok. Topik ini kami pilih karena 2
orang dari keluarga Tn. H menderita hipertensi dan anggota keluarga
lainnya berisiko tinggi untuk menderita hipertensi. Sedangkan untuk rokok
kami memilih topik ini karena kebiasaan Tn. H yang parah yaitu merokok
sampai 2 bungkus sehari dan dilakukan sudah sejak lama.

Hipertensi adalah penyakit yang berbahaya jika tidak ditangani dengan
baik selain itu juga orang yang memiliki factor risiko hipertensi mudah
terkena hipertensi jika memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Untuk itu
kami melakukan penyuluhan tentang hipertensi, menjelaskan tentang
hipertensi, hal-hal pentinga yang harus diketahui tentang hipertensi,
memberi tahu bagaimana cara mencegah hipertensi dan pengobatan
hipertensi jika sudah terkena penyakit tesrsebut. Selain itu juga kami
memberikan penyuluhan tentang diet hipertensi, hal ini menurut kami
cukup penting untuk disampaikan dan diterapkan untuk mengurangi risiko
terjadinya penyakit sebagai tindakan preventif dari diri anggota keluarga
yang memiliki faktor risiko hipertensi selain itu juga untuk mengontrol
hipertensi bagi penderita hipertensi untuk mencegah terjadinya
komplikasi.



Kami juga memberikan kuesioner dan pretest-posttest mengenai materi
intervensi yang diberikan kepada keluarga untuk mengetahui perubahan
yang terjadi baik dalam pengetahuan dan juga dalam perilaku.
Sebelum pelaksanaan intervensi kami melakukan beberapa kali kunjungan
ke rumah keluarga Tn. H. Selain untuk menciptakan komunikasi yang
lebih baik, hal ini juga sangat bermanfaat untuk membangun kepercayaan
keluarga Tn. H kepada kami sebagai mahasiswa yang mencoba untuk
membina keluarga Tn. H. Dengan demikian, diharapkan keluarga Tn. H
dapat menerima dan mengikuti saran yang kami berikan pada saat
pelaksanaan intervensi








Perencanaan Tahap
Intervensi
Hasil
Intervensi Tujuan
Kegiatan
Materi
Kegiatan
Cara Pembinaan Sasaran
Individu
Terwujudnya
rumah
dengan
sanitasi yang
baik terutama
jamban sehat,
juga ventilasi
dan
pencahayaan
rumah yang
baik sesuai
dengan
kriteria
rumah sehat
Rumah
sehat berupa
kriteria
jamban
sehat dan
syarat
ventilasi dan
pencahayaa
n rumah
yang baik
a. Memberikan
edukasi
mengenai
jamban sehat,
dan syarat
ventilasi juga
pencahayaan
rumah yang
baik
b. Memberi
motivasi untuk
mewujudkan
jamban sehat,
ventilasi dan
pencahayaan
yang baik
c. Memberikan
kuesioner dan
pretest-posttest
untuk
mengetahui
perubahan
perilaku dan
pengetahuan
keluarga tentang
jamban sehat,
dan syarat
ventilasi juga
pencahayaan
rumah yang
baik
Bapak S
dan Ibu
A
Keluarga Bapak
S bersedia dan
sedang
menerapkan
kebiasaan
membersihkan
jamban,
menutup
jamban,
membuka
jendela dan
pintu rumah.
a. Ibu A sudah
membuka
jendela di
ruang TV,
kamar
mandi, dan
di ruang
tamu setiap
hari.
Namun,
jendela di
ruang tamu
tidak dibuka
terlalu lama
karena akan
membuat
banyak debu
masuk.
b. Poster
mengenai
jamban
sehat
ditempel di
dinding
kamar
mandi.
c. Jamban
belum
sempat
ditutup
karena
Bapak S
sangat sibuk
bekerja.
Memberikan
pendidikan
mengenai
cuci tangan
yang baik
dan benar
untuk
meningkatka
6 langkah
cuci tangan
yang baik
dan benar
menurut
WHO
a. Memberikan
edukasi dan
motivasi
mengenai cara
cuci tangan
yang baik dan
benar
b. Mempraktikkan
cara cuci tangan
Seluruh
anggota
keluarga
Bapak S
Keluarga Bapak
S bersedia
untuk
menerapkan
kebiasaan cuci
tangan di dalam
keluarga
a. Poster
mengenai
cara cuci
tangan yang
baik dan
benar sudah
dipasang.
b. Seluruh
Tabel 3. Rencana pemeliharaan kesehatan keluarga dan intervensi

3. Proses Intervensi
Intervensi dilakukan pada tanggal 30 April 2014. Intervensi dilakukan
dengan menggunakan media cetak yang digunakan sebagai alat peraga
untuk menyampaikan informasi-informasi yang akan disampaikan. Kami
juga memberikan pretest dan posttest untuk mengetahui perubahan tingkat
pengetahuan, serta kuesioner untuk mengetahui perubahan perilaku setelah
intervensi. Jenis media cetak yang kami gunakan yaitu flipchart yang
berisi kriteria rumah sehat dan lebih kami arahkan pada ventilasi dan
pencahayaan rumah yang baik juga mengenai jamban sehat. Kami juga
menggunakan 2 buah poster yang masing-masing berisi materi kriteria
jamban sehat dan cara mencuci tangan yang baik dan benar untuk
n kebersihan
keluarga
yang baik dan
benar
c. Memberikan
kuesioner dan
pretest-posttest
untuk
mengetahui
perubahan
perilaku dan
pengetahuan
keluarga
anggota
keluarga
Bapak S
sangatlah
antusias
dalam
menghapal
cuci tangan
WHO, anak-
anak mereka
bahkan
sudah
menghapal
langkah
demi
langkah cuci
tangan yang
baik dan
benar.
diberikan pada keluarga supaya dapat ditempel di rumah keluarga Bapak S
dan berfungsi sebagai pengingat untuk mereka.
Adapun informasi yang kami berikan adalah mengenai kriteria rumah
sehat yang diajukan oleh dalam Entjang dan Wicaksono yang dikutip dari
Winslow antara lain:

1. Harus dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
2. Harus dapat memenuhi kebutuhan psikologis
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public
Health Asociation (APHA), yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan dasar fisik
Sebuah rumah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti:
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungan yang penting untuk
mencegah bertambahnya panas atau kehilangan panas secara berlebihan.
Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling
sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya
temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api
lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa
silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga
aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum
5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil
(dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah
keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini diatur sedemikian rupa
agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
d. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising
yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik
langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang
dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat
pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
e. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan
untuk anak-anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan
badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah
tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.
2. Memenuhi kebutuhan dasar psikologis
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan dasar psikologis penghuninya, seperti:
a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni
Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni,
seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2
tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-
anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu
kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga,
dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang
tuanya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang
memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga
dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan
tekanan batin.
d. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai
menghalangi lalu lintas dalam ruangan
e. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan
terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila
terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena
harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka
seperti sungai atau kebun.
f. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,
tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi
dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.
3. Melindungi dari penyakit

Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuninya dari kemungkinan penularan penyakit atau zat-
zat yang membahayakan kesehatan. Dari segi ini, maka rumah yang sehat
adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan
sistem perpipaan seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai
sampai bocor sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah
juga harus terbebas dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat
pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta pembuangan tinja
yang memenuhi syarat kesehatan.
4. Melindungi dari kemungkinan kecelakaan
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk
dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak
terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik
yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni,
terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22479/4/Chapter%20I
I.pdf diakses pada tgl 27 April 2014 pk 13.37

Informasi yang kami berikan tentang ventilasi rumah yang baik dimulai
dari luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai. Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini
karena ventilasi mempunyai fungsi ganda.
Fungsi ventilasi:
Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar
dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam
keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross
ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam
ruangan.
Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya
cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah
tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh
karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan,
ventilasi mutlak harus ada.
Keadaan yang merugikan kesehatan apabila kekurangan ventilasi:
Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat
hidup tanpa oksigen dalam udara.
Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan
meningkat.
Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan,
dan mulut.
Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh
penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan
Dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran
udara yang baik, yaitu:
Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana
udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin yang
sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran udara ialah karena
terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas lebih ringan dari pada
udara yang dingin.
Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan
udara, misalnya kipas angin, penghisap udara (exhaust ventilation) dan
air condition
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban
udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan
kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh ventilasi dan pencahayaan.
Ventilasi yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa
pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam
ruangan
. http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/lama/hukum/km403-02l1.pdf

Informasi yang kami berikan tentang pencahayaan rumah yang baik adalah
sebagai berikut:
a. Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang,
dan tidak terlalu banyak.
b. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit
penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan
menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan mata.
c. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
1. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting,
karena dapat membunuh bakteri-bakteri jahat di dalam rumah,
misalnya basil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan
masuk cahaya (jendela) luasnya sekurangkurangnya 15 %
sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan
rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela
diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam
ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di
sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk
cahaya. Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke
dalam
ruangan ditentukan oleh:
Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan
(mata)
Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,
Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,
Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1
(satu) jam setiap hari,
Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan
jam 16.00.

2. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan
sebagainya.
Informasi yang kami berikan mengenai jamban sehat dimulai dari
pengertian jamban. Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja
manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban
keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah
suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah
semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2.
7 (tujuh) syarat jamban sehat yaitu:
1. Tidak mencemari air
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang
kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan
dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester
Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor
dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Jamban yang sudah penuh segera disedot untuk dikuras kotorannya,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian
3. Bebas dari serangga
Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras
setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk
demam berdarah
Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk
Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air
Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi
untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan
harus dilakukan secara periodik
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lain
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang
kotoran
Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban harus berdinding dan berpintu
Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28491/4/Chapter%20II.
pdf
Hal yang kami sampaikan mengenai cuci tangan yang baik dan benar
dimulai dari memberikan pengetahuan bahwa cuci tangan mudah
dilakukan dan merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah
penyebaran berbagai jenis infeksi dan penyakit dalam semua setting, dari
rumah dan tempat kerja hingga fasilitas penitipan anak dan rumah sakit.
Tangan yang bersih dapat menghentikan kuman menyebar dari satu orang
ke orang lain dan ke seluruh komunitas. Oleh karena itu sangat penting
bagi kita untuk mempelajari lebih lanjut tentang kapan dan bagaimana
mencuci tangan yang baik.
Waktu penting untuk mencuci tangan:
Sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan
Sebelum dan sesudah makan
Sebelum dan setelah merawat seseorang yang sakit
Sebelum dan setelah mengobati luka
Setelah menggunakan toilet
Setelah mengganti popok atau membersihkan seorang anak yang
telah menggunakan toilet
Setelah membuang ingus, batuk, atau bersin
Setelah menyentuh hewan, pakan ternak, atau kotoran hewan
Setelah menyentuh sampah
Langkah-langkah mencuci tangan dengan sabun yang baik dan benar :
a. Basuh tangan dengan air
b. Tuangkan sabun secukupnya
c. Ratakan dengan kedua telapak tangan
d. Gosok kedua telapak
e. Gosok punggung tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
f. Gosok bagian sela-sela jari
g. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
h. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan dilakukan sebaliknya
i. Gosokan dengan memutar ujung jari-jari tangan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
j. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
k. Keringkan dengan handuk bersih sekali pakai
l. Tangan anda kini sudah bersih

http://www.info-kes.com/2012/07/cegah-penyebaran-penyakit-
dengan.html

4. Hasil Intervensi
Setelah intervensi dilakukan, kami melakukan evaluasi pada tanggal 14 Mei
2014 pukul 10.00 WIB untuk meninjau bagaimana hasil intervensi yang
waktu itu telah dilakukan.
Pada saat masuk ke dalam rumah Bapak S, kami melihat bahwa jendela baik
di bagian depan rumah, ruang TV, dan di kamar mandi terbuka lebar. Ibu A
berkata bahwa jendela di ruang tamu tidak bisa dibuka terlalu lama karena
banyaknya debu yang masuk dan anak bungsunya senang sekali memanjat
jendela. Ibu A menceritakan bahwa ia telah menerapkan ventilasi dan
pencahayaan ruangan yang baik dan benar, salah satunya dengan cara
membuka jendela rumah setiap hari maksimal pada pukul 08.00-16.00 WIB.
Pada saat melakukan evaluasi mengenai jamban sehat, kami menanyakan
apakah jamban di rumah Ibu A sudah ditutup atau belum, kemudian Ibu A
menjawab bahwa Bapak S sangat sibuk bekerja sehingga belum sempat
membuatkan tutupan untuk jamban. Hal terpenting bagi kami adalah pihak
keluarga sudah mengetahui tentang bagaimana kriteria jamban sehat dan
sudah mulai berusaha perlahan-lahan untuk mewujudkan jamban sehat
tersebut.
Dua buah poster yang waktu itu kami berikan kepada keluarga bapak S
sudah dipajang pada saat kami melihat kamar mandi di kediaman mereka.
Ibu A bercerita bahwa seluruh anggota keluarga menerapkan langkah-
langkah cuci tangan WHO, mengetahui bahwa mencuci tangan harus
menggunakan air mengalir serta sabun, dan mereka juga mengetahui kapan
saat-saat mencuci tangan. Baik FI maupun FA sudah hapal langkah mencuci
tangan yang baik dan benar.
Selain itu, kami memberikan kuisioner kepada Ibu A untuk melihat
perubahan baik pengetahuan maupun perilaku. Dari hasil kuisioner,
didapatkan bahwa keluarga Bapak S









IV. PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Masalah utama yang dimiliki keluarga Bapak S adalah mengenai
sanitasi rumah yang tidak baik serta ventilasi dan pencahayaan
rumah yang kurang.
2. Hasil intervensi yang telah dilakukan mengenai ventilasi dan
pencahayaan rumah berjalan dengan lancar dan mendapatkan respon
baik. Hal ini terlihat dari inisiatif keluarga Bapak S yang rajin
membuka jendela setiap hari.
3. Hasil intervensi mengenai jamban sehat juga mendapatkan respon
yang baik walaupun perwujudannya belum terjadi secara maksimal
karena faktor ekonomi keluarga. Terlihat dari kesediaan Bapak S
untuk membuatkan tutupan jamban walau belum sempat. Selain itu,
anak-anak juga sudah menghapal cara cuci tangan yang baik dan
benar untuk menjaga kebersihan diri.

2. Saran
1. Keluarga Bapak S harus senantiasa memonitor sanitasi serta
ventilasi dan pencahayaan rumah mereka agar tidak menjadi sarang
penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan mereka.
2. Keluarga Bapak S harus terus mempertahankan kebiasaan mencuci
tangan yang baik benar.
3. Pemerintah setempat harus dapat membantu dan meminimalisir
masalah ekonomi keluarga.

You might also like