Efek Samping: 1. Efek kardiovaskular: depresi dari fungsi kardiak, hipotensi, gagal jantung yang memburuk, edema, bradycardia 2. Efek gastro intestinal: konstipasi, muntah, nyeri di bagian kanan atas perut 3. Efek sistem saraf pusat: sakit kepala, pening 4. mengatur antagonis kalsium, bradikardia & gangguan sinus (hidung tersumbat). 5. Interaksi singkat agen dihydropyridine harus dihindari karena memiliki potensi mempertinggi risiko memburuknya keadaan jantung. 6. Efek lain: pembengkakan wajah, mata, bibir, lidah, tangan, lengan, kaki, pergelangan kaki, atau kaki, pingsan, ruam, menguningnya kulit atau mata, kelelahan ekstrim, perdarahan yang tidak biasa atau memar, kekurangan energi, kehilangan nafsu makan Interaksi Obat: 1. Pemakaian bersama dengan amiodaron, digoxin, atau obat fingolimod dapat menurunkan khasiat diltiazem dari tubuh. 2. Obat-obat yang dapat mempengaruhi cara kerja diltiazem, Contoh: atazanavir, cimetidine, quinidine, antijamur azole (ketoconazole), antibiotik makrolida (eritromisin, rifamycins, rifabutin, rifampin). 3. Diltiazem juga dapat menghilangkan khasiat obat-obat, seperti buspirone, cyclosporine, sirolimus, statin (lovastatin dan simvastatin), antikejang (carbamazepine, benzodiazepin, triazolam dan midazolam). 4. obat anti inflamasi nonsteroid (NSAIDs) untuk nyeri atau pengurangan demam (pseudoephedrine, phenylephrine, ibuprofen, naproxen) dapat meningkatkan tekanan darah atau denyut jantung bila digunakan bersamaan dengan diltiazem. 5. Penggunan Cimetidine yang merupakan obat bebas untuk mengobati asam lambung dapat berinteraksi dengan diltiazem.
2. Escilatopram 20 mg 1x1 Efek samping: 1. Efek samping yang harus segera menghubungi dokter: koma, kejang, output urin menurun, pusing, detak jantung cepat atau tidak teratur, nyeri otot atau kram, mual atau muntah, sesak napas, pembengkakan pada wajah, pergelangan kaki, atau tangan 2. Efek samping yang tidak memerlukan perawatan medis: sembelit, mulas, kembung, penurunan minat dalam melakukan hubungan seksual, diare, mulut kering, mengantuk, susah tidur, nyeri sendi Interaksi obat: 1. Tidak boleh menggunakan escitalopram bersamaan dengan inhibitor MAO seperti isocarboxazid (Marplan), tranylcypromine (Parnate), phenelzine (Nardil), rasagiline (Azilect), atau selegiline (Eldepryl, Emsam). Disarankan menunggu setidaknya 14 hari setelah berhenti mengkonsumsi obat golongan MAOI sebelum menggunakan escitalopram. Dan setelah berhenti minum escitalopram, harus menunggu setidaknya 14 hari sebelum menggunkan obat golongan MAOI. 2. Antidepresan SSRI dapat menyebabkan masalah paru-paru serius atau berbahaya pada bayi baru lahir yang ibunya minum obat escilopram selama kehamilan. Namun me mungkinkan mengalami kekambuhan depresi jika berhenti minum antidepresan selama kehamilan. 3. Escitalopram dapat masuk ke dalam ASI dan dapat membahayakan bayi menyusui. 4. Tidak boleh menggunakan escilopram bersamaan dengan pimozide atau sedang dirawat dengan injeksi biru metilen.
3. Celecoxib 200 mg 1x1 Efek samping 1. Gastrointestinal (GI) efek samping yang termasuk mual (3.5- 9.09%), nyeri perut bagian atas (7.32- 10,4%), dispepsia (2,8-8,8%), nyeri perut (1,3- 8,5%), muntah (7,3%), diare (4,9-10,5%), gastroesophageal reflux (4,7%), dan perut kembung (2,2%). 2. Sembelit, diverticulitis, mulut kering, disfagia, eruktasi, esofagitis, gastritis, gastroenteritis, wasir, hernia hiatus, melena, stomatitis, tenesmus, gangguan gigi, obstruksi usus, perforasi usus, perdarahan gastrointestinal, kolitis dengan perdarahan, perforasi esofagus, pankreatitis, cholelithiasis , ileus, ulserasi anastomosis. 3. Efek samping kardiovaskular: peningkatan tekanan darah (3,9-13,4%), gagal jantung kongestif, fibrilasi ventrikel, emboli paru, kecelakaan serebrovaskular, gangren perifer, angina pektoris, gangguan arteri koroner, infark miokard, palpitasi, takikardia, dan tromboflebitis telah dilaporkan dalam waktu kurang dari 2% pasien. Angina tidak stabil, sinus bradikardia, dan hipertrofi ventrikel telah dilaporkan pada 0,1% atau lebih besar menjadi kurang dari 1% pasien. 4. Efek samping sistem saraf: sakit kepala (12,2- 17%), pusing (2%), dan pusing (tidak termasuk vertigo) (1,2- 1,3%). Hypoesthesia, migrain, neuralgia, neuropati, paresthesia, vertigo, dan ataksia, Infark serebral (0,1- 1% pasien, ataksia, ageusia, anosmia, aseptic meningitis 5. Efek samping dermatologic : ruam, alopecia, dermatitis, gangguan kuku, reaksi fotosensitivitas, pruritus, erythematous dan ruam makulopapular, berkeringat, urtikaria, selulitis, kulit kering, dan gangguan kulit 6. Efek samping endokrin: diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, dan hiperglikemia 7. Efek samping hematologi: penurunan hematokrit, penurunan hemoglobin, anemia, trombositopenia, thrombocythemia, ecchymosis, dan epistaksis 8. Efek samping hati: tes fungsi hati yang abnormal ;peningkatan transaminase; peningkatan SGOT, SGPT, dan fosfatase alkali ; penyakit kuning; gagal hati; hepatitis; cholelithiasis. 9. Efek samping ginjal: peningkatan fosfokinase kreatinin darah (3,9-13,4%), peningkatan BUN (2%), dan peningkatan kreatinin (2%); Gagal ginjal akut (0,1%); Nefritis akut interstitial (0,1%), dan glomerulopathy membran. 10. Efek samping pernapasan: batuk (8,5- 9,1%), infeksi saluran pernapasan atas (8,1%), nasopharyngitis (6,9- 7,3%), sinusitis (5%), dyspnea (2,8%), faringitis (2,3%), dan rhinitis (2%). Bronkitis, bronkospasme, diperburuk bronkospasme, radang tenggorokan, dan radang paru-paru 11. Efek samping psikiatrik: mengantuk (0,1% menjadi 1,9%), anoreksia, kecemasan, nafsu makan meningkat, depresi, gugup, dan halusinasi pendengaran. 12. Efek samping okular: penglihatan kabur, katarak, konjungtivitis, dan sakit mata
Interaksi obat: 1. metabolisme celecoxib secara dominan dimediasi melalui sitokrom P450 (CYP) 2C9 dalam hati. Pemberian celecoxib dengan obat-obatan yang diketahui menghambat CYP2C9 harus dilakukan dengan hati-hati. Interaksi yang signifikan dapat terjadi ketika celecoxib diberikan bersama dengan obat-obatan yang menghambat CYP2C9. 2. Studi In vitro menunjukkan celecoxib meskipun tidak substrat merupakan inhibitor CYP2D6. Oleh karena itu, memungkinkan terjadi interaksi dengan obat-obat yang dimetabolisme oleh CYP2D6. 3. Aktivitas antikoagulan harus dipantau, terutama pada beberapa hari pertama terapi Celebrex (celecoxib) pada pasien yang menerima warfarin atau agen yang sama, karena pasien beresiko mengalami peningkatan komplikasi perdarahan. Studi mengenai pengaruh celecoxib pada efek antikoagulan dari warfarin menyatakan bahwa celecoxib tidak mengubah efek antikoagulan dari warfarin yang ditentukan oleh waktu protrombin. Namun pada uji post-marketing terjadi kasus pendarahan serius, berkaitan dengan peningkatan waktu protrombin pada pasien yang menerima Celebrex (celecoxib) bersamaan dengan warfarin. 4. Tingkat lithium plasma steady-state meningkat sekitar 17% pada subyek yang menerima lithium 450 mg dua kali sehari dengan Celebrex (celecoxib) 200 mg dua kali sehari dibandingkan dengan subyek yang menerima lithium sendiri. 5. Celebrex (celecoxib) dapat digunakan bersamaan dengan dosis rendah aspirin. Namun, pemberian bersamaan aspirin dengan Celebrex (celecoxib) meningkatkan tingkat GI ulserasi atau komplikasi lain, dibandingkan dengan penggunaan Celebrex saja 6. Laporan menunjukkan bahwa NSAID dapat mengurangi efek antihipertensi dari Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin II antagonis. Interaksi ini harus diberikan pertimbangan pada pasien yang memakai Celebrex (celecoxib) bersamaan dengan ACE inhibitor dan angiotensin II antagonis 7. Penggunaan dengan flukonazol 200 mg sekali sehari menghasilkan peningkatan dua kali lipat dalam konsentrasi celecoxib plasma. Kenaikan ini disebabkan oleh penghambatan metabolisme celecoxib via P450 2C9 dengan flukonazol. Celebrex (celecoxib) harus diberikan dengan dosis rendah pada pasien yang menerima flukonazol. 8. Berdasarkan studi klinis dan pengamatan pasca pemasaran menunjukkan bahwa NSAID dapat mengurangi efek natriuretik furosemide dan tiazid pada beberapa pasien karena penghambatan sintesis prostaglandin ginjal. methotrexate 9. Penggunaan seiring Celebrex (celecoxib) dengan dosis non-aspirin NSAID harus dihindari karena potensi peningkatan risiko efek samping.
4. Atorvastin 20 mg 1x1 Efek samping: Hasil uji laboratorium yang abnormal, alergi, nyeri punggung, sembelit, diare, perut kembung, sakit kepala, peningkatan kadar gula darah, gangguan pencernaan, pembengkakan sendi, mual, radang tenggorokan, mimisan, penglihatan kabur, nyeri dada, penurunan kadar gula darah, sulit tidur, pusing, demam, tidak enak badan, rambut rontok
Interaksi obat: Penurunan eliminasi atorvastatin dapat meningkatkan kadar atorvastatin dalam tubuh dan meningkatkan risikotoksisitas otot. Oleh karena itu, atorvastatin tidak boleh dikombinasikan dengan obat-obatan yang mengurangi eliminasi, seperti: eritromisin (E-Mycin), ketoconazole (Nizoral), itrakonazol (Sporanox), klaritromisin (Biaxin), telithromycin (Ketek), siklosporin (Sandimmune), nefazodone (Serzone), dan HIV protease inhibitor seperti indinavir (Crixivan) dan ritonavir (ritonavir).
5. Nitrogliserin 0,4 mg SL PRN Efek samping: Kembung, pembengkakan (wajah, lengan, tangan, kaki bagian bawah), gatal, mati rasa, menusuk-nusuk, kesemutan, sesak napas, pusing, perasaan hangat atau panas, kemerahan pada kulit (terutama pada wajah dan leher), sakit kepala, berat badan naik, sesak napas, berkeringat, sesak dada, sakit tenggorokan
Interaksi obat: 1. Beta-blocker (misalnya, propranolol), calcium channel blockers (misalnya, diltiazem), diuretik (misalnya, furosemide, hydrochlorothiazide), obat- obatan untuk tekanan darah tinggi, fenotiazin (misalnya, thioridazine), atau phosphodiesterase tipe 5 inhibitor (misalnya, sildenafil) berisiko menyebabkan tekanan darah rendah dan pusing 2. Salisilat (misalnya, aspirin) dapat meningkatkan risiko efek samping nitrogliserin 3. Nitrat long-acting (misalnya, nitrogliserin patch) karena dapat menurunkan efektivitas nitrogliserin 4. Alteplase dapat menurunkan efektivitas nitrogliserin 5. Penggunaan nitrogliserin dengan heparin dapat mengurangi efektivitas heparin