You are on page 1of 5

(Untitled Page) Home BELAJAR ANATOMI Images Fisioterapi On Clinik Artikel Kesehatan

Folio Pediatric Profil Sekedar Celoteh


Posted by Chemank Deep Blue 0 comments
Home / Pediatric / Fisioterapi Pada Kasus CP
Fisioterapi Pada Kasus CP
Senin, 07 Januari 2013
MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY
Sumber : http://zahstraces.blogspot.com/2012/05/
Setelah seharian saya mencoba mencari artikel tentang kasus pediatrik, akhirnya saya menemukan
pada salah satu posting milik saudara blogger di http://zahstraces.blogspot.com, mudah-mudahan
aja aprosertikel ini bisa memberikan sedikit pencerahan tentang apa dan bagaimana kasus CP itu
dan yang paling penting adalah bagaimana tindakan fisioterapis pada kasus seperti ini. artikel ini
dikemas dalam lingkup pembahasan sebagai berikut :
1. Definisi CP
2. Etiologi dan Faktor Resiko
3. Patofisiologi
4. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Medis
5. Diagnosa
6. Penatalaksanaan Fisioterapi
7. Pustaka
DEFINISI DAN KLASIFIKASI CP
Definisi yang dipakai secara luas adalah definisi menurut Bax dimana dikatakan bahwa: Palsi
serebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau
belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral tersebut bersifat statis dan tidak progresif,
tetapi tanda-tanda perkembangan neuron perifer akan berubah akibat dari maturasi sesuai dengan
bertambahnya umur anak.1
Menurut American Academy of Cerebral palsy (AACP) dalam Viola E. Cardwell, bahwa CP adalah
berbagai perubahan yang abnormal pada organ gerak atau fungsi motor sebagai akibat dari adanya
kerusakan/cacat , luka atau penyakit pada jaringan yang ada di dalam rongga tengkorak.
Klasifikasi CP bermacam-macam, tergatung berdasarkan apa klasifikasi tersebut dibuat. , CP dibagi
menjadi 4 kelompok besar yaitu 6:
1. Spastik
Spastik berarti kekakuan pada otot. Hal
ini terjadi ketika kerusakan otak terjadi
pada bagian korteks cerebral atau pada
traktus piramidalis. Tipe ini merupakan
tipe CP yang paling sering ditemukan
yaitu sekitar 70 80 % dari penderita.
Pada penderita tipe spastik terjadi
peningkatan tonus otot (hipertonus),
hiperefleks dan keterbatasan ROM
sendi akibat adanya kekakuan. Selain
itu juga dapat mempengaruhi lidah,
mulut dan faring sehingga
menyebabkan gangguan berbicara,
makan, bernapas dan menelan. Jika terus dibiarkan pederita CP dapat mengalami dislokasi hip,
skoliosis dan deformitas anggota badan. Tipe spastik dapat diklasifikasikan berdasarkan
topografinya, yaitu :
a. Monoplegia
Pada monoplegia, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya hal ini terjadi
pada lengan / ekstremitas atas.

Blogger news
Identitasku
Chemank Deep Blue
Lihat profil lengkapku
Popular Posts
COMMENT
4 Jun 14, 06:40 PM
Achek: Assalam, nice blog. . Jemput singgah blog
saya sebentar
28 Feb 14, 04:25 PM
Hai Blogger: Hi, Thank you very much for the
sweet Moments?.
29 Jan 14, 02:40 AM
Lily: Baru lancar !! formula buat duit RM10 - RM100
sehari..
16 Dec 13, 06:12 AM
motivasi dan inspirasi: hai, salam kenal dan
terimakasih info-infonya..
28 Nov 13, 10:36 PM
SyamStyles: hak blogwalk, hak kami, haha
28 Nov 13, 08:43 PM
iklanblog: Iklankan blog anda disini. Percuma.
Promote your blog here. Free.
27 Nov 13, 12:19 AM
syamStyles: kunjung mngunjung cari trafik. hehe
Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog ini pemilik blog ini bukanlah ahli IT hanya seorang D3 FT dan S1 Kesmas
Bobath Exercise
Bagi seorang fisioterapis metode Bobath
merupakan hal yang cukup familiar alias tidak
asing lagi, sadar atau tidak metode ini sangat
membant...
1
Belajar Anatomi II
Sobat, Pelajar/Mahasiswa ketemu lagi, pada
postingan sebelumnya kami telah
menampilkan materi tentang Belajar anatomi
bagian pertama tenta...
2
Teori Nyeri
Classification of pain according to
pathogenetic mechanisms Nociceptor pain:
Specialized sensory nerve endings excited by
pathophysiologica...
3
Fisioterapi Pada Kasus CP
MANAJEMEN FISIOTERAPI
PADA KASUS CEREBRAL
PALSY Sumber :
http://zahstraces.blogspot.com/2012/05/
Setelah seharian saya mencoba menc...
4
Materi Infra Merah
1. Pendahuluan. Pada pertemuan
sebelumnyakita telah membahas tentang
fisika dasar dari...
5
converted by Web2PDFConvert.com
b. Diplegia
Spastik diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini disebabkan oleh spastik
yang menyerang traktus kortikospinal bilateral atau lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan
sistemsistem lain normal.
c. Hemiplegia
Spastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya menyerang ekstremitas
atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi tubuh.
d. Triplegia
Spastik pada triplegia menyerang tiga buah ekstremitas. Umumnya menyerang lengan pada kedua
sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah salah satu sisi tubuh.
e. Quadriplegia
Spastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas bawah dan juga
terjadi keterbatasan pada tungkai.
2. Diskinetik
Merupakan tipe CP dengan otot lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan,
menggeliat dan tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan
emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak tidur. Tipe
ini dapat ditemukan pada 10 15 % kasus CP. Terdiri atas 2 tipe, yaitu :
a. Distonik
Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulangulang sehingga menyebabkan gerakan melilit
atau meliuk-liuk dan postur yang abnormal
b. Atetosis
Menghasilkan gerakan tambahan yang tidak dapat dikontrol, khususnya pada lengan, tangan
dan kaki serta disekitar mulut.
3. Ataksia
Pada tipe ini terjadi kerusakan pada cerebellum sehingga mempengaruhi koordinasi gerakan,
keseimbangan dan gangguan postur . Tipe ini merupakan tipe CP yang paling sedikit ditemukan
yaitu sekitar 5 10 % dari penderita. Pada penderita tipe ataxia terjadi penurunan tonus otot
(hipotonus), tremor, cara berjalan yang lebar akibat gangguan keseimbangan serta kontrol gerak
motorik halus yang buruk karena lemahnya koordinasi.
4. Campuran
Merupakan tipe CP yang merupakan gabungan dari dua tipe CP. Gabungan yang paling sering
terjadi adalah antara spastic dan athetoid.
Berdasarkan derajat keparahan fungsional, berat ringannya kecacatan penderita CP dibagi menjadi
2:
1. C.P. ringan (10%), masih bisa melakukan pekerjaan / aktifitas sehari hari sehingga tidak atau
hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
2. C.P. Sedang (30%), aktifitas sangat terbatas sekali sehingga membutuhkan bermacam bentuk
bantuan pendidikan, fisioterapi, alat brace dan lain lain.
3. C.P. Berat (60%), penderita sama sekali tidak bisa melkaukan aktifitas fisik. Pada penderita ini
sedikit sekali menunjukan kegunaan fisioterapi ataupun pendidikan yang diberikan. Sebaiknya
penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO CP
CP dapat disebabkan oleh factor genetic ataupun factor lainnya. Apabila diketemukan lebih dari satu
anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar merupakan factor genetic1. Sedangkan
hal-hal lainnya yang diperkirakan sebagai penyebab CP adalah sebagai berikut:7
1. Pranatal (sebelum lahir)
a. Infeksi intrauterine; penyakit infeksi yang diderita oleh ibu menular ke janin seperti penyakit
kelamin, herpes zoster , campak.
b. Penyakit system metabolic seperti diabetes mellitus
c. Perbedaan rhesus darah antara ibu dan anak
d. Kebiasan-kebiasaan ibu, alkoholik, perokok, kekurangan gizi, atau pecandu obat-obat
tertentu
e. Penyakit keturunan
f. Letak janin tidak nor tmal akibat trauma
g. Penyebab tanpa diketahui (30%)
2. Perinatal (saat dilahirkan)
a. Anoksia/hipoksia, bayi lama dipintu sehingga sel-sel otak rusak karena kekurangan
oksigen.
b. Trauma kelahiran
c. Prematuritas
d. Postmaturitas
e. Bayi menderita sakit kuning
3. Postnatal (setelah lahir)
a. Infeksi otak seperti meningitis
b. Demam sangat tinggi atau kekurangan cairan (dehidrasi)
c. Trauma capitis
d. Kekurangan oksigen karena tenggelam, keracunan gas, pestisida
e. Tumor otak
[Get a Cbox] refresh
name e-mail / url
message
Go
help smilies cbox
Arsip Blog
April (1)
Februari (1)
Januari (1)
Desember (1)
Juli (1)
Juni (1)
Mei (5)
April (3)
Maret (2)
MENU
Home
Profil
Arsip
BLOG SEDERHANA DARI SEORANG FISIOTERAPIS
BIASA
VISITED
MAIN JOB
Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita -
Original design by Bamz | Copyright of Blog Pribadi Dan
Fisioterapi.
converted by Web2PDFConvert.com
f. Gangguan metabolisme ke otak, misalnya insulin meninggi
g. Perdarahan di otak tanpa diketahui penyebabnya
PATOFISIOLOGI CP
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi dorsal yang
terjadi pada minggu ke 3- 4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada minggu ke 5-6
masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa meng- akibatkan terjadinya kelainan kongenital
seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase selanjutnya terjadi
proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 2-4. Gangguan pada fase ini bisa
mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi
pada masa gestasi bulan 3-5. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sd berdiferensiasi
dan daerah periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri;
sedangkan migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan
korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti
polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.2
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal.
Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme.
Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini
terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang
terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi
sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah
paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering merupakan
komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal sering berkombinasi
dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis.2
GAMBARAN KLINIS CP
Gambaran klinis CP tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang mengalami kerusakan:2
1. Paralisis: Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.
Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
2. Gerakan involunter: Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat
bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
3. Ataksia: Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya
memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang
terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
4. Kejang: Dapat bersifat umum atau fokal.
5. Gangguan perkembangan mental: Retardalasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak
dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral
palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang
cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat
diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota
gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikem bangkannya gerakan-gerakan tangkas
oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
6. Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau
kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.
7. Problem emosional terutama pada saat remaja
DIAGNOSIS CP
Untuk menetapkan diagnosis diperlukan beberapa kali pemeriksaan, dengan anamnesis yang
cermat dan pengamatan yang cukup, agar dapat menyingkirkan penyakit atau sindrom lain yang
mirip dengan CP. Walaupun pada CP kelainan gerak motorik dan postur merupakan cirri yang
utama, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa sering juga disertai dengan gangguan bukan motorik,
seperti retardasi mental, kejang-kejang, gangguan psikologis dan lainnya.1
Pada umumnya diagnosis pada anak di bawah umur 6 bulan adalah sulit. Hal ini disebabkan pada
umur di bawah 6 bulan tidak banyak milestone perkembangan baru. Padahal dengan diagnosis
dini dan penanganan yang dini puka, maka prognosisnya jauh lebih baik. Oleh karena itu untuk
memudahkan diagnosis maka Levine, membagi kelainan motorik pada CP menjadi 6 kategori yaitu:
1. Pola gerak dan postur
2. Pola gerak oral
3. Strabismus
4. Tonus otot
5. Evolusi reaksi postural dan kelainan lainnya yang mudah dikenal
6. Reflex tendon, primitive dan plantar.
Kriteria ini dapat secara nyata membedakan antara penderita CP dengan yang bukan. Diagnosis
dapat ditegakkan apabila minimal terdapat 4 kelainan pada 6 kategori motorik tersebut dan disertai
dengan proses penyakit yang tidak progresif.1
PENATALAKSANAAN MEDIS
Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang baik dari pihak orang
tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan baik jika diorganisasi terpadu pada satu pusat
klinik khusus. Cerebral palsy yang dikelola tenaga tenaga dari pelbagai multidisipliner.1, 2
converted by Web2PDFConvert.com
1. Obat obatan :
a. Obat anti spastisitas
Biasanya indikasi pembarian obat obatan anti spastisitas pada penderita C.P. karena : Spastisitas
penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga mengganggu program rehabilitasi,
keadaan hiperefleksi yang sangat mengganggu fungsi motorik (misalnya: ada klonus kaki yang
hebat), kontraksi fleksi pada tungkai yang progresif, dan spasitisitas penderita yang mempersulit
perawatan.
b. Obat psikotropik
c. Antikonvulsan
2. Tindakan ortopedi
Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi deformitas akibat proses spasme
otot atau telah terjadi kontraktur pada otot dan tendon. Dalam hal ini harus dipertimbangkan secara
matang beberapa factor sebelum melakukan tindakan bedah.
3. Fisioterapi
4. Terapi wicara
5. Terapi okupasi
6. Ortotik prostetik1,2
Kesembuhan dalam arti regenerasi dari otak yang sesungguhnya, tidak bisa terjadi pada CP. Tetapi
akan terjadi perbaikan sesuai dengan tingkat maturitas otak yang sehat sebagai kompensasinya.
Prognosis paling baik pada derajat fungsional ringan, sedangkan bertambah berat apabila disertai
dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Prinsip program fisioterapi CP yaitu:7
1. Mengurangi (memblok) tonus, postur, keseimbangan dan gerakan yang tidak normal dengan
cara membangkitkan postur yang normal (Reflex Inhibitory Posture/RIP)
2. Mempermudah munculnya tonus otot, postur, keseimbangan dan gerakan yang normal melalui
penanganan yang benar (Reflex Inhibitory Movement/ RIM).
3. Mendidik kembali fungsi sensomotorik dengan jalan penderita diminta merasakan tonus ,
postur, keseimbangan dan gerakan yang tidak normal atau dilatih dengan memposisikan tubuh
pada posisi yang kita anggap benar berulang-ulang kali (Fascilitation).
4. Mengevaluasi langsung dari respon pasien untuk melihat seberapa besar perkembangan
proses kemandirian anak CP.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melatih anak CP antara lain:6
1. Tidak menimbulkan nyeri atau rasa takut dengan menggunakan tenaga yang berlebihan. Harus
diregangkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati.
2. Tidak menggerakkan sendi kian kemari seperti memompa, hal ini akan mempercepat
peregangan yang meningkatkan kekakuan pada otot yang spastik.
3. Tidak melakukan peregangan jika saat gerakan tiba-tiba menjadi kaku atau tidak terkontrol.
Tunggu sampai otot-otot rileks seperti semula.
4. Tidak meregangkan sendi secara berlebihan.
Tahapan teknik dasar latihan gerak pada anak CP terdiri dari 4 tahapan yaitu sebagai berikut:7
1. Tahap I, merupakan latihan mengontrol kepala dan tangan.
Latihan mengontrol kepala dan tangan sangat penting sebagai tahap awal dari latihan selanjutnya.
Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui penumpuan tangan berguna untuk
persiapan berguling, merangkak dan duduk.
2. Tahap II, merupakan latihan mengontrol badan untuk duduk
Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak sewaktu ia bergerak
dari dan hendak bersandar pada tangannya. Posisi duduk akan membuat sang anak mampu
melihat kedua tangannya dan mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak
anak dapat beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri dan
jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.
3. Tahap III, merupakan latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan. Tujuan yang
ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut
untuk selanjutnya berdiri.
4. Tahap IV, merupakan informasi umum untuk keluarga, yaitu dengan menginformasikan kepada
keluarga untuk senantiasa melatih anak dengan teratur dan penuh kasih saying agar anak lebih
cepat mandiri. Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara penuh setiap
hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan paksaan. Hal ini untuk memelihara jarak
gerak sendi anak dan untuk mencegah kekakuan.
DAFTAR PUSTAKA
.
1. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Kurniadi, Adi. 2012. Cerebral Palsy. Makalah tidak diterbitkan. Departemen Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic
converted by Web2PDFConvert.com
Categories: Folio, Pediatric
Posting Lebih Baru Posting Lama
Diplegi Dengan Terapi Latihan Metode Bobath Di YPAC Surakarta. KTI tidak diterbitkan. Program
Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Adnyana, I Made Oka. 1995. Tinjauan Kepustakaan: Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek
Neurologis. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No 104.
5. Buranda, Theopilus. dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
6. Pratiwi, Gusti. 2011. Karakteristik Penderita Cerebral Palsy yang mendapatkan pelayanan
Fisioterapi di Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
7. Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok Ukur
Kemampuan Gerak Anak CP. Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas Kesehatan.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Fisioterapi Pada Kasus CP
Ditulis oleh Chemank Deep Blue
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi
artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://www.fisio-usman.net/2013/01/fisioterapi-pada-
kasus-cp.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
If You Like This Post, Share it With Your Friends
0 comments:
Poskan Komentar
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Select profile...
Publikasikan Publikasikan Pratinjau Pratinjau
Beranda
Recent Posts
Mau Lebih Menarik?
Dekripsi Mk Sumber Fisis I
Profil Usman
Diberdayakan oleh Blogger.
converted by Web2PDFConvert.com

You might also like