MODUL F/VI: METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN PROYEK Dalam Manajemen: Proyek adalah suatu upaya temporer yang dilakukan untuk membuat suatu produk, layanan, atau hasil yang unik. Suatu proyek memiliki sasaran yang khusus dengan waktu pelaksanaan yang tegas yang sering diformulasikan dengan kriteria SMART ( specific / spesifik, measurable / terukur, attainable / dapat dicapai, relevant / relevan, time-bound / terikat waktu). 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 2 FAKTOR UTAMA PENDUKUNG KELANCARAN PROYEK Kecukupan harga Penawaran, sehingga akan mempermudah pengerahan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksana proyek Penerapan sangsi terhadap ketidaksesuaian pelaksanaan fisik akan lebih mudah dilaksanakan oleh pelaksana quality control (Kontraktor) dan pelaksana quality assurance (Konsultan Pengawas) Penawaran tersusun berdasarkan ketentuan Spesifikasi (Bid Follows Specification).
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 3 METODA PELAKSANAAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 4 METODA PELAKSANAAN adalah: a) Suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. b) Metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan- pertimbangan kepada sasaran, pengerahan fasilitas-fasilitas yang tersedia, penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. c) Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utamanya adalah tetap manusianya sendiri PEKERJAAN DAN PROFESI Pekerjaan dalam arti luas adalah: Aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 5 PROFESIONAL DOING THE RIGH THINGS, MELAKSANAKAN HAL-HAL YANG BENAR DOING THINGS RIGHT, MELAKUKAN BERBAGAI HAL DENGAN BENAR 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 6 JALAN (PP No: 34 Th. 2006, ttg jalan) JALAN: Adalah prasarana transportasi darat yang meliputi seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan yang diperuntukkan bagi lalulintas, Letaknya berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 7 BAGIAN-BAGIAN JALAN
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 8 Patok RUMIJA TIPIKAL PELEBARAN JALAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 9 PENGAWASAN, MONITORING DAN EVALUASI 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 10 Pengawasan merupakan proses pengamatan seluruh kegiatan yang sedang berlangsung untuk menjamin kegiatan tersebut sesuai dengan rencana. Monitoring adalah suatu proses untuk melihat sejauh mana implementasi kegiatan yang berjalan sesuai rencana, apabila terjadi sesuatu masalah segera dilakukan tindakan secara dini Evaluasi merupakan penilaian terhadap hasil setelah seluruh kegiatan selesai dilaksanakan.
TANGGUNGJAWAB QC DAN QA Spec 2010 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 11 Definisi-definisi yang berhubungan dengan Manajemen Mutu : a) Pengendalian Mutu (QC, Quality Control Pelaksana): Proses memeriksa hasil produk atau jasa pelayanan tertentu untuk menentukan apakah hasil-hasil tersebut memenuhi standard umum yang terkait, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan mutu yang lebih rendah serta cara-cara untuk mengidentifikasi untuk menghilangkan sebab sebab produk atau kinerja jasa pelayanan yang tidak memenuhi syarat. b) J aminan Mutu (QA, Quality AssuranceKonsultan Supervisi): Proses mengevaluasi seluruh produk atau jasa pelayanan, oleh orang-orang atau perusahaan-perusahaan yang mandiri terhadap mereka yang melakukan Pekerjaan, secara teratur untuk menyediakan keyakinan bahwa produk atau jasa pelayanan itu memenuhi standar mutu yang MANAGEMENT MUTU Program manajemen mutu mempunyai dua komponen kunci yaitu : o Pengendalian Mutu - tanggung-jawab Kontraktor o J aminan Mutu - tanggung-jawab Direksi Pekerjaan menurut Rencana Jaminan Mutu (QA Plan) Direksi Pekerjaan 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 12 QUALITY ASSURANCE SCHEME IN CONSTRUCTION WORK 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 13 PPK - Engineer/Team Leader - Assistant/Site Engineer KONTRAKTOR Rencana Jaminan Kualitas Rencana Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pekerjaan -Internal -External Improvement Pihak Ketiga Tindakan Koreksi M o n i t o r i n g
Non Conformity Report/NCR J i k a
D i b u t u h k a n
Manajemen Mutu QUALITY CONTROL MANAGER Spec 2010 Kontraktor hams menetapkan satu orang sebagai Manajer Kendali Mutu (Quality Control Manager, QC Manager) yang harus bertanggung-jawab untuk implementasi Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan). Manajer Kendali Mutu (QC Manager) haruslah seorang Professional Engineer yang memenuhi syarat, bersertifikat Teknisi Rekayasa, atau Ilmu Teknologi Terapan, atau orang lain dengan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Manager Kendali Mutu (QC Manager) haruslah berada di luar dari bagian produksi dalam organisasi Kontraktor dan terutama tidak boleh merangkap Manager Kegiatan atau Pelaksana Kegiatan. 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 14 RENCANA PENGENDALIAN MUTU Spec 2010 Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) akan mencakup informasi berikut : o Nama Manajer Kendali Mutu (QC Manager) dan kualifikasi yang menunjukkan kemampuan yang dapat dibuktikan untuk menyediakan jasa pelayanan khusus untuk Kegiatan; o Nama dari badan penguji Pengendalian Mutu dan kemampuan yang dapat dibuktikan untuk menyediakan jasa pelayanan khusus untuk Kegiatan; o Daftar staf Kendali Mutu (termasuk nama, kualifitkasi dan pengalaman yang relevan) dan peran yang mereka lakukan dan penjadwalan pekerjaan dalam melaksanakan tugas-tugas Pengendalian Mutu; o Daftar peralatan penguji yang digunakan dalam Pekerjaan. 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 15 PROSES PEMBANGUNAN JALAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 16 Material Base Camp Lapangan 1. Timbunan biasa atau pilihan 2. Bahu 3 LPA atau LPB 4. Asphalt Hot Mix 5. Beton 1. Equipment 2. Producing 3. Laboratorium Test 4. Design Formulating 5. Blending 1.Peralatan 2.Pemasangan 3.Produksi 4.Finishing 5.Field Testing 6.Pengukuran Diangkut ke Dikirim ke DAN 1. Precast U-ditch dan Box Culvert 2. Rambu,Guard Rail & Traffic Control 3. Girder 4. Tiang Pancang 5. Dan lain-lain
1.Peralatan 2.Instalasi/produksi 3.Finishing 4.Field Testing 5.Pengukuran Material Jadi Lapangan Dikirim ke MEKANISME PELAKSANAAN PEKERJAAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 17 EVALUASI START CHECK REQUEST -Kesesuaian Terhadap Spesifikasi -Kesesuaian Terhadap Peraturan terkait Perintah Perbaikan Ke Kontraktor A Tidak ya P e r i n t a h
P e r b a i k a n
K e
K o n t r a k t o r
CHECK PERSIAPAN KERJA - Peralatan Kerja (Terkalibrasi) - Peralatan Uji ( Terkalibrasi) - Metoda Pelaksanaan - Material - Tenaga Kerja CHECK PROSES PELAKSANAAN - Monitoring (Progres, pengujian) - Pengarahan. EVALUASI Perintah Perbaikan Ke Kontraktor B Tidak ya EVALUASI ya Tidak P e r i n t a h
P e r b a i k a n
K e
K o n t r a k t o r
PEMBAYARAN C PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN HASIL PELAKSANAAN EVALUASI PENGUKURAN HASIL KERJA PEMELIHARAAN Tidak ya FORM UKUR PERKERASAN JALAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 18 Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat. JENIS PERKERASAN JALAN a) PERKERASAN BERBUTIR 1. Perkerasan berbutir Lapis Pondasi Agregat Perkerasan Berbutir tanpa Penutup Lapis Pondasi Semen Tanah Lapis pondasi atas bersemen (CTB) dan lapis pondasi bawah bersemen (CTSB) b) PERKERASAN BETON SEMEN c) PERKERASAN ASPAL
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 19 JENIS LAPISAN PERKERASAN JALAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 20 Lapisan perkerasan dapat terdiri dari perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit o Sesuai namanya, perkerasan lentur relatif lentur jika dibandingkan dengan beratnya beban lalu lintas yang diterimanya, beban ditahan oleh sebagian luas tepi bawah perkerasan sesuai dengan distribusi beban ke perkerasan, untuk kemudian diteruskan ke tanah dasar (Subgrade). o Sedang perkerasan kaku memang bersifat kaku sehingga beban lalu lintas yang diterima dapat ditahan kurang lebih oleh seluruh luas tepi bawah lapis perkerasan kaku ini, untuk kemudian diteruskan ke tanah dasar (subgrade) o Sedangkan perkerasan komposit merupakan kombinasi dari perkerasan kaku dan perkerasan lentur PERKERASAN JALAN PERKERASAN LENTUR 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 21 Basic Flexible Pavement Structure Distribusi beban perkerasan lentur Sesuai namanya, perkerasan lentur semua struktur perkerasannya akan melentur pada saat memikul beban lalu lintas yang diterimanya, beban tersebut didistribusi ke tiap lapis perkerasan, untuk kemudian diteruskan ke tanah dasar (subgrade). Kekuatan perkerasan merupakan fungsi dari ketebalan tiap lapisan , mutu bahan dan daya dukung tanah dasar. PERKERASAN LENTUR Multi Layer System: Lapis Permukaan; Lapis Pondasi; Lapis Pondasi Bawah. surface base
subbase
subgrade a1 a2 a3 a1 CBR = .. 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 22 PERKERASAN JALAN PERKERASAN KAKU STRUKTUR PERKERASAN KAKU Modulus elastisitasnya sangat tinggi Distribusi Beban perkerasan kaku PERKERASAN KAKU Single Layer System: Pelat Beton Mutu Tinggi; Subbase (Lean Concrete atau Batu Pecah) tidak berfungsi struktural Dengan Modulus Elastisitas (E) pelat beton yang sangat besar, maka kemampuan penyebaran beban pelat beton jauh lebih besar dari pada perkerasan aspal. Dengan demikian tebal seluruh konstruksi perkerasan kaku jauh lebih tipis dari pada seluruh tebal perkerasan fleksibel. PELAT BETON subbase(bila diperlukan) Mutu beton : Kuat lentur karakteristik minimum, fs = 45 kg/cm2 atau kuat tekan karakteristik minimum silinder, fc = 350 kg/cm2 PERKERASAN KOMPOSIT 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 23 Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal, yang memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban, disebut Perkerasan Komposit. Dalam literatur, konstruksi seperti itu tebalnya dihitung sebagai berikut: Tentukan terlebih dahulu tebal pelat beton yang dibutuhkan dengan menganggap perkerasan seluruhnya terdiri dari beton semen. Tebal pelat beton dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal aspal beton. Ketentuan tebal minimum pelat beton adalah 150 mm, dan untuk mencegah retak refleksi (akibat celah sambungan dan retak pada pelat beton) disarankan tebal minimum aspal beton 100 mm (4 inches).
PERKERASAN KAKU 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 24 Tingkat kekakuan cukup tinggi dibandingkan dengan perkerasan aspal, yaitu 10 kali lipat. (Ebeton semen = 40.000 MPa; Ebeton aspal = 4.000 MPa). Pelat beton dengan flexural strength 45 kg/cm2 (kira-kira ekivalen dengan beton mutu K-400) setebal 25 cm dapat menampung sekitar 8 juta ESAL (cukup tinggi !). Tebal keseluruhan perkerasan jauh lebih tipis dari tebal keseluruhan perkerasan fleksibel/aspal (< 50 %). Sudah dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1985. Dengan demikian pengalaman sudah cukup banyak, khususnya jenis tanpa tulangan dengan sambungan (jointed unreinforced concrete pavement).
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PERKERASAN KAKU 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 25 Life-cycle-cost lebih murah dari pada perkerasan aspal. Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemeliharaan. Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemanfaatan (overloading). Semen adalah material produksi dalam negeri sehingga tidak tergantung dari import. Keseluruhan tebal perkerasan jauh lebih kecil dari pada perkerasan aspal sehingga dari segi lingkungan / environment lebih menguntungkan. KERUGIAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 26 Permukaan perkerasan beton semen mempunyai riding comfort yang lebih jelek dari pada perkerasan aspal, yang akan sangat terasa melelahkan untuk perjalanan jauh. Warna permukaan yang keputih-putihan menyilaukan di siang hari, dan marka jalan (putih/kuning) tidak kelihatan secara kontras. Perbaikan kerusakan seringkali merupakan perbaikan keseluruhan konstruksi perkerasan sehingga akan sangat mengganggu lalu lintas. Pelapisan ulang / overlay tidak mudah dilakukan. Ketidaksempurnaan hasil pekerjaan akibat kurang telitinya pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak mudah diperbaiki. Perbaikan permukaan yang sudah halus (polished) hanya bisa dilakukan dengan grinding machine atau pelapisan ulang dengan campuran aspal, yang kedua-duanya memerlukan biaya yang cukup mahal. JENIS-JENIS PERKERASAN KAKU 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 27 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah struktur yang terdiri dari pelat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau pelat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku dikelompokkan menjadi: Perkerasan Beton Semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus. Terdapat 4 (empat) jenis perkerasan beton semen: Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (jointed unreinforced concrete pavement); Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (jointed reinforced concrete pavement); Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (continuously reinforced concrete pavement); Perkerasan beton semen pratekan (prestressed concrete pavement). Perkerasan Komposit, yaitu perkerasan kaku dengan pelat beton sebagai lapis pondasi dan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan (struktural).
PERKERASAN KAKU VS PERKERASAN LENTUR 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 28 KETAHANAN THD PELAPUKAN / OKSIDASI Konstruksi semen relatif lebih sedikit mengandung bahan- bahan organik dari pada aspal. Jadi perkerasan beton semen lebih tahan terhadap oksidasi (penuaan/ageing) dari pada perkerasan aspal. KEBUTUHAN PEMELIHARAAN Pemeliharaan perkerasan kaku lebih kecil/jarang dari pada perkerasan fleksibel. BIAYA KONSTRUKSI Pada saat sekarang, biaya konstruksi kedua jenis perkerasan hampir sama/lebih murah. PERKERASAN KAKU 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 29 PERKERASAN KAKU PERSIAPAN PENGHAMPARAN 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 30 PERKERASAN KAKU GROOVING 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 31 PERKERASAN KAKU MASA PERAWATAN 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 32 PERKERASAN KAKU DAN LENTUR 22 APRIL 2013 MODUL VI/F METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 33 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 34 LAPIS PONDASI JALAN DENGAN AGREGAT AGREGAT UNTUK KONSTRUKSI JALAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 35 AGREGAT HASIL OLAHAN MESIN PEMECAH BATU UMUMNYA TERDIRI DARI, AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS. AGREGAT ALAM UMUMNYA DIBAGI BERDASARKAN UKURAN BUTIRANNYA DAN YANG TERKECIL DISEBUT PASIR ALAM TERMINOLOGI MENGENAI AGGREGATE AASHTO ASTM PENGERTIAN AGREGAT KASAR, HALUS DAN PASIR ALAM 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 36 AGREGAT KASAR Aggregate retained on the 2.00 mm (No. 10) sieve and consisting of hard, durable particles or fragments of stone, gravel or slag. A wear requirement (AASHTO T 96) is normally required. AGREGAT HALUS Aggregate passing the 2.00 mm (No. 10) sieve and consisting of natural or crushed sand, and fine material particles passing the 0.075 mm (No. 200) sieve. The fraction passing the 0.075 mm (No. 200) sieve shall not be greater than two-thirds of the fraction passing the 0.425 mm (No. 40) sieve. The portion passing the 0.425 mm (No. 40) sieve shall have a LL 25 and a PI 6. Fine aggregate shall be free from vegetable matter and lumps or balls of clay. PASIR KASAR Material lolos saringan 2.00-mm (No. 10) dan tertahan saringan 0.475- mm (No. 40). PASIR HALUS Material lolos saringan 0.475-mm (No. 40) dan tertahan saringan 0.075- mm (No. 200). PERKERASAN LENTUR TUJUAN LPA & LPB 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 37 Lapis permukaan Lapis Base Lapis Sub Base Tanah Dasar Gambar 1: Mekanisme penyebaran tekanan akibat beban pada lapisan perkersana lentur Dengan kekakuannya (kekuatannya) sendiri mendukung beban (lalu lintas) yang diterimanya; Perkerasan lentur dibayangkan seperti lembaran karet, sebenarnya dia juga punya kekakuan yang mampu mendukung beban meskipun tidak sekuat lembaran beton/baja. Dengan ketebalan perkerasannya untuk menyebarkan beban lalu lintas dipermukaan perkerasan menjadi tekanan yang mampu diterima oleh Tanah Dasar LAPIS PONDASI BAWAH 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 38 a) Letak : Terletak diantara lapis pondasi atas dan tanah dasar (subgrade). b) Fungsi : Terutama sebagai pendukungan struktural perkerasan jalan, akan tetapi dapat juga: 1. Memperkecil intrusi butiran halus dari tanah dasar ke dalam struktur perkerasan. 2. Meningkatkan proses pengeringan akibat air permukaan. 3. Sebagai lantai kerja (platform) untuk pelaksanaan konstruksi berikutnya. c) Bahan : Umumya berasal dari material berkualitas lebih rendah dibanding lapis pondasi atas, akan tetapi lebih baik daripada lapis tanah dasar. CBR untuk LPA Kelas-A 90 % CBR untuk LPA Kelas-B 60 % d) Catatan: 1. Tidak selalu diperlukan. Contoh, perkerasan diatas tanah dasar berdaya dukung tinggi tidak memerlukan lapis tambahan yang berfungsi sebagai lapis pondasi bawah, dalam perencanaan sangat mungkin lapisan ini dihilangkan. 2. Jika tanah dasar seperti tanah lempung memiliki daya dukung rendah akan memerlukan lapisan tambahan (sebagai lapis penopang/capping layer) untuk mendistribusikan beban ke tanah dasar. Lapis Penopang boleh terdiri dari kerikil mutu tinggi untuk menggantikan tanah dasar yang jelek mutunya. CBR GABUNGAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 39 Bagaimana cara meng-ekonomis-kan tanah ber-CBR kecil? Sedangkan CBR yang ekonomis adalah > 6, bilamana < 6 dapat digunakan lapis penopang (capping layer) yang terbuat dari Urugan Pilihan (CBR >10), contoh: CBR = 3 - 6, digunakan capping layer 20 cm, gabungan Capping layer dan tanah asli diperkirakan dapat mencapai cbr = 6 CBR < 3, digunakan capping layer 35 cm, gabungan capping layer dan tanah asli diperkirakan dapat mencapai CBR= 6 Capping Layer Tanah Asli Cbr Gabungan = 6 100 Cm LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE) 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 40 a) Letak: Terletak langsung dibawah lapis permukaan aspal. b) Fungsi Untuk meneruskan penyebaran beban kendaraan ke lapis berikutnya (lapis pondasi bawah) dan juga berperan sebagai lapis drainase. a) Catatan Lapis Pondasi Atas umumnya terdiri dari: 1. Agregat, umumnya dibuat dari agregat yang awet/tahan lama dan tidak mudah rusak oleh pengaruh air. Agregat ini untuk tujuan tertentu dapat distabilisasi maupun tidak distabilisasi. 2. Hotmix Asphalt (HMA). Pada kondisi tertentu dimana kekakuan lapisan yang tinggi sangatlah diinginkan, lapis pondasi dapat dibangun dengan penggunaan berbagai jenis HMA yang pada umumnya berisi agregat dengan ukuran maksimum lebih besar, dengan gradasi lebih terbuka sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. BAHAN UNTUK LAPIS PONDASI ATAS 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 41 Bahan Berbutir (Granular Material) : Lapis Pondasi Agregat (Aggregate Base), Terbuat Dari Campuran Batu Pecah, Kerikil dan Pasir. Bahan Distabilisasi Dengan Pengikat : Bahan Pengikat Semen : PCC (Potland Cement Concrete) , > K275 CTB (Cement Treated Base), Ucs 7 Hari > 45 Kg/Cm2 Soil Cement, Ucs 7 Hari > 20 Kg/Cm2 CTRB (Concrete Treated Recyled Base) Bahan Pengikat Aspal : Laston Atas ("Asphalt Treated Base"), Black Base Kadar Aspal Rendah, Ukuran Butir Maks. 2 Inch CMRFB (Cold Mix Recycled Base by Foam Bitumen/Lapis pondasi daur ulang campuran dingin dengan foam bitumen) LAPIS PONDASI AGREGAT 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 42 Bab II : Aspek Teknis (Spec) Persyaratan Umum PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT Spec 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 43 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat (LPA) terdiri dari: 1. PEMASOKAN/PENGADAAN 2. PEMROSESAN Meliputi, bila perIu, pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perIu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi syarat 1. PENGANGKUTAN 2. PENGHAMPARAN 3. PEMBASAHAN (bila diperlukan) 4. PEMADATAN Diatas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan; 7. MEMELIHARA lapis pondasi agregrat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. TOLERANSI DIMENSI DAN ELEVASI 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 44 Catatan : a) Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar. b) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan. c) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang satu centimeter dari tebal yang disyaratkan. d) Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum satu sentimeter.
TOLERANSI DIMENSI DAN ELEVASI 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 45 Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi Permukaan relatif terhadap elevasi reneana Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakansebagai Lapis Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari Lapisan Pondasi Bawah). + 0 Cm - 2 Cm Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan (perkerasan atau Bahu Jalan) + 0 Cm - 1 Cm Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis Pondasi Agregat Kelas S (hanya pada lapis permukaan). Memenuhi Pasal 4.2.1.3 TabeI5.1.l.(l) Toleransi Elevasi Permukaan RelatifTerhadap Elevasi Rencana KESIAPAN KERJA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 46 Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi Pekerjaan sebagai rujukan selama waktu untuk penyelesaian. Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan terpenuhi (Rancangan Campuran Kerja (JMF). A. Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei pemeriksaan yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan. BAHAN LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 47 Sumber material LPA harus dipilih dari sumber yang telah disetujui sesuai Seksi 1.11 (Bahan dan Penyimpanan). Fraksi Agregat Kasar. Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Agregat kasar berasal dari kerikil untuk LPA Kelas A mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*, untuk LPA Kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai 60 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*. Catatan: *95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih. Fraksi Agregat Halus. Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alarni atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang lolos ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos ayakan No.40. SIFAT MATERIAL LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 48 Sifat Material yang Disyaratkan. Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel 5.1.2.(1) dan memenuhi sifat- sifat yang diberikan dalam TabeI5.1.2.(2) GRADASI DAN SIFAT LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 49 Ukuran Saringann Persen Berat Yang Lolos ( Inch ) ( MM ) KELAS A KELAS B KELAS S 2 50 - 100 1 37,5 100 88 - 95 1 25,0 79 - 85 70 - 85 89 - 100 3/8 9,50 44 - 58 30 - 65 55 - 90 No. 4 4,75 29 - 44 25 - 55 40 - 75 No. 10 2,00 17 - 30 15 - 40 26 - 59 No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 12 - 33 No. 200 0,075 2 - 8 2 - 8 4 - 22 SIFAT - SIFAT KELAS A KELAS B KELAS S Abrasi Agregat Kasar (SNI 03-2417-2008) 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 % Indeks Plastisitas (SNI 1966-2008) 0 - 6 % 0 - 10 % 4 - 15 % Hasil kali Indeks Plastisitas dng % lolos No. 200 Maks. 25 - - Batas Cair (SNI 1967-2008) 0 - 25 % 0 - 35 % 0 - 35 % Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141-1996) 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 % CBR (SNI 03-1744-1989) Min. 90 % Min. 60 % Min. 50 % Batasan Gradasi Agregat S i f a t - s i f a t
L P A
PROSES BAHAN UNTUK LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 50 BAHAN LPA FRAKSI AGREGAT KASAR FRAKSI AGREGAT HALUS PENCAMPURAN FRAKSI AGREGAT 5.1.2. 3) Fraksi Agregat Kasar Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm (No. 4) harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan. 5.1.2. 4) Fraksi Agregat halus Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya LPA-A LPA-B 5.1.2. 6) Pencampuran Bahan Untuk LPA Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan Pada LPA Kelas A agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah Sedangkan untuk LPA kelas B agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 50 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah. PENCAMPURAN BAHAN LPA Pencampuran Bahan LPA. Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical feeder) yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 51 PENCAMPURAN BAHAN LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 52 BERAPA % KEBUTUHAN PASIR ALAM dan BATU PECAH? a. Gradasi agregat hasil crusher dan gradasi pasir alam diperiksa melalui analisa saringan. b. Besarnya persentasi dari masing-masing agregat dapat dilakukan dengan METODA GRAFIS atau METODA TRIAL AND ERROR. c. Setelah proporsi agregat diketahui, BAGAIMANA MENCAMPURNYA ? d. Dicampur langsung pada Unit Pemecah Batu dengan menambah pengumpan mekanis yang dikalibrasi. Bukaan BIN agregat halus dikalibrasi sesuai keperluan. Pencampuran Pada instalasi pemecah batu PENCAMPURAN BAHAN LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 53 e. Dicampur pada unit pencampur seperti PENAMPUNG DINGIN pada AMP dengan bukaan yang dikalibrasi. Bukaan pada Bin I dan BIN II dikalibrasi sesuai keperluan. f. Untuk mengurangi segregasi bahan yang sudah dicampur : Timbunan bahan jangan terlalu tinggi (maksimum 5 m). Kadar air agregat pada timbunan diusahakan mendekati kadar air optimum pencampur dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical feeder) PENYIAPAN FORMASI UNTUK LPA a) LPA yang dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu. b) LPA yang akan dihampar pada lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya. sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu. c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan LPA, sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat yang kurang dari 100 meter, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum LPA dihampar. d) LPA yang akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang kondisinya tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar meningkatkan tahanan geser yang lebih baik. 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 54 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 55 Penghamparan LPA yg akan dihampar harus sudah memenuhi kadar air dalam rentang yang disyaratkan. LPA hrs dihampar dan dibentuk dengan salah satu metoda yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi. Bahan yang segregasi harus dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. Tebal minimum lapis padat harus 2 kali ukuran terbesar agregat dan tebal maksimum lapis padat tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali diperintahkan lain. Pemadatan Kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan Kering Maksimum Modifikasi (SNI 03-1743-1989) metoda D. Kepadatan dilakukan pada kadar air 3 % kurang dari kadar air optimum sampai 1 % lebih dari kadar air optimum. Tempat-tempat yang tdk terjangkau oleh mesin gilas , harus dipadatkan dengan alat pemadat yang disetujui. Memperoleh 100% Batu Pecah 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 56 MENDAPATKAN AGREGAT KASAR 100 % TERDIRI DARI BATU PECAH ? a. Bila bahan dari sumber berupa SIRTU, terlebih dahulu disaring pada saringan dengan jarak jari-jari dek 5 cm sehingga bahan yang lebih kecil dari 5 cm disingkirkan. b. Bukaan JAW pd primary crusher di setting dengan lebar bukaan 4 cm, bahan yang telah dipisahkan dipecah melalui crusher shg diperoleh bahan dari ukuran 0 - 37,5 mm yang seluruhnya pecah. c. Batu pecah yang dihasilkan diperiksa gradasi dengan analisa saringan, biasa bahan ini harus ditambah dengan agregat halus (pasir alam). Pengiriman Bahan LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 57 PENGIRIMAN / PENGANGKUTAN Lapangan sudah harus siap untuk dihampar, peralatan yang diperlukan sudah harus siap dioperasikan. Bahan LPA yang dikirim ke lapangan harus segera dihampar dan dipadatkan dan tidak dibenarkan menumpuk bahan LPA di lapangan. Mengeliminir terjadinya segregasi, bahan yang akan dikirim dibasahi sampai mendekati kadar air optimum dan dump truck tidak dimuati melebihi tinggi bak. Penghamparan tidak diizinkan menggunakan alat yang menyebabkan rentan terhadap segregasi, seperti BULLDOZER, fungsi alat ini adalah hanya untuk mendorong dan blade dozer hanya dapat bergerak naik turun PENGHAMPARAN LPA 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 58 Tebal minimum lapis padat untuk setiap lapisan harus 2X lipat ukuran agregat terbesar dan tebal maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali diperintahkan lain. Penghamparan dengan Finisher/Paver akan menghasilkan hamparan yang homogen, ketebalan yang sesuai dan produktivitas sangat maksimal. Berbeda dengan Motor Grader akan mengakibatkan segregasi, apalagi operator kurang familiar dengan mobilitas penghamparan. Sebaiknya penggunaan Motor Grader kurang dari 3 lintasan untuk membuat bentuk kemiringan akhir dan bahan yg dihampar mendekati kadar air optimum. Kurangi penghamparan dengan mempergunakan tangan atau manual. PEMADATAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 59 PEMADATAN Alat pemadat yang sesuai adalah MESIN PEMADAT GETAR (VIBRO ROLLER) sedangkan untuk daerah pelebaran yang hanya 1 meter dapat menggunakan STAMPER dengan tebal minimum yang digunakan lebih tipis. Sebelum pemadatan di lapangan dilakukan harus diadakan PERCOBAAN PEMADATAN untuk mengetahui berapa tebal lapis GEMBUR untuk tebal PADAT yang dikehendaki dan berapa lintasan minimal alat pemadat untuk mendapatkan kepadatan yang dikehendaki. Bahan yang dipadatkan harus pada kadar air optimum atau paling tidak berada 3 % kurang dari kadar air optimum s/d 1 % di atas kadar air optimum. Operasi pemadatan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit kearah bagian yang tinggi (dari tepi jalan menuju as jalan). Untuk daerah yang tidak terjangkau oleh mesin pemadat, misal pada daerah joint/sambungan antara pelebaran dan eksisting, pemadatan harus dilakukan dengan STAMPER atau alat lainnya yang sesuai. PENGUJIAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 60 Data pendukung pengujian untuk persetujuam awal harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan. Pengujian Pengendalian Mutu Untuk Pelebaran setiap 500 m LPA harus meliputi : Tidak kurang dari 5 pengujian Gradasi, 5 pengujian PI dan 1 pengujian Kepadatan Kering Maksimum (SNI 03-1743-1989) dan pengujian CBR sesuai perintah Engineer. Untuk Jalan Baru setiap 1000 m LPA harus meliputi : Tidak kurang dari 5 pengujian Gradasi, 5 pengujian PI dan 1 pengujian Kepadatan Kering Maksimum (SNI 03-1743-1989) dan pengujian CBR sesuai perintah Engineer. Pengujian Kepadatan dan Kadar Air (SNI 03-2827-1992) tidak boleh berselang lebih dari 200 meter (jalan baru) dan 50 meter (pelebaran). PENGUJIAN DAN PENGENDALIAN MUTU 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 61 PENGAMBILAN BENDA UJI (METODA SAMPLING) CONTOH untuk BENDA UJI harus diambil menurut SNI 13-6717-2002, kemudian diperkecil menurut METODA SPLITTER atau QUARTERING (AASTHO T. 248). Populasi Kumpulan Contoh Benda uji Ambil Contoh sebanyak- banyaknya, dibawa ke Lab di splitter atau quatering CONTOH CONTOH PENGAMBILAN CONTOH PADA STOCKPILE 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 62 2 2. CARA PENGAMBILAN 1 PAPAN TEMPAT PENGAMBILAN CONTOH 1. POSISI PENGAMBILAN POSISI PENGAMBILAN 3 KECURAMAN PADA AGREGAT DIBUAT LAPANG UNTUK MENDAPATKAN WILAYAH YANG DATAR SEKOP DIMASUKAN DALAM WILAYAH DATAR POSISI PENGAMBILAN JUMLAH CONTOH AGREGAT 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 63 Ukuran Nominal Maximum Banyaknya contoh (kg) Berbutir Halus No. 8 No. 4 2,36 mm 4,75 mm 10 10 Agregat Kasar 3/8
1 1 2 2 3 3 9,5 mm 12,5 mm 19,0 mm 25,0 mm 37,5 mm 50 mm 63 mm 75 mm 90 mm 10 15 25 50 75 100 125 150 175 Banyaknya CONTOH Agregat dari Lapangan utk Pemeriksaan Rutin (SNI 13-6717-2002) BERAT BENDA UJI DIATAS SARINGAN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 64 Saringan Ukuran (mm) Berat (gr) < No. 4 < 4,75 194 No. 4 4,75 392 3/8 9,50 784 3/4 19,50 1.610 1 25,40 2.060 1 37,50 3.100 2 50,00 4.130 Berat di Saringan > No. 4 = 2,5 x ukuran, (Berat dlm kg/m2, ukuran dalam mm) Jumlah material di atas saringan dibatasi agar : Penyaringan sempurna Berat benda uji tidak merusak saringan
Contoh : Ukuran 2 = 50 mm, Luas = 0,033 m 2,5 x 50 = 125 kg/m Berat di atas saringan maksimum : 125 x 0,033 = 4,127 kg (4,130 kg) CATATAN PENTING 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 65 Campuran yang benar-benar padat lebih kuat dan lebih kokoh dibandingkan dengan yang berongga tinggi dan apabila agregat kasar sebagian tersingkir oleh kelebihan agregat halus maka kekuatannya akan berkurang. Campuran LPA yang mempunyai kurva gradasi walau masih didalam batas-batas gradasi tetapi membelok dari satu sisi batas gradasi ke batas yang lainnya, menunjukan campuran yang tidak baik karena perubahan dalam kemiringan kurva menunjukan adanya agregat dengan ukuran tertentu yang terlalu banyak. Dalam Lapis Pondasi Agregat (LPA) tidak diberikan toleransi gradasi seperti halnya campuran aspal panas sehingga disimpulkan bahwa pekerjaan LPA ini harus sangat hati-hati karena apabila gradasi campuran yang dihampar tidak sesuai dengan rancangan campuran kerja harus ditolak. 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 66 Bab IV: Prinsip-prinsip Pengujian Laboratorium Utk Pekerjaan Pondasi Jalan Garis Besar Pengujian 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 67 Cakupan standar-standar pengujian Maksud (Scope) Peralatan (Apparatus) Benda Uji (Test Specimens) Cara Melakukan (Procedure) Perhitungan (Calculation) jika ada Pelaporan (Report) Kesalahan Pada Saat Pengujian Lab 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 68 Kesalahan Peralatan Laboratorium karena tidak dikalibrasi. Kesalahan Faktor Manusia, misalnya salah baca, dsb. Kesalahan Prosedur Pengujian karena Cara Melakukan yang benar belum dipahami. Penyimpangan Prosedur Pengujian : 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 69 Pemadatan Campuran Aspal dengan temperatur yang tidak sesuai Penyiapan benda uji dengan gradasi yang bervariasi Penggunaan Piknometer yang salah Kering Permukaan Jenuh yang salah Abrasi semu Indeks Plastisitas yang salah Jika Hasil Pengujian Gagal atau Meragukan? 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 70 Seluruh proses pengujian harus diulangi Secara teoritis pekerjaan harus ditolak Diperlukan evaluasi terhadap hasil pengujian lainnya yang dilakukan pada waktu yang tidak berbeda jauh Lakukan pengujian ulang di laboratorium lain terhadap hasil pengujian yang meragukan atau gagal
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 71
No.
Uraian / jenis pengujian
Persyaratan Jumlah Keterangan contoh / test 1. Keausan dengan Los Angeles 40 % 3 test Per sumber. 2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m 3
3. Indeks plastisitas 10 5 test Setiap 1.000 m 3
4. Batas cair 35 5 test Setiap 1.000 m 3
5. Bagian yang lunak 5 % 3 test Per sumber. 6. CBR 60 (min) 1 test Setiap 1.000 m 3
7. Rongga dlm agregat mineral pd kepadatan max 10 (min) 8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m 3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m 3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m. 11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt 1 % atau setiap 150 m 3
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 72
No.
Uraian / jenis pengujian
Persyaratan Jumlah Keterangan contoh / test 1. Keausan dengan Los Angeles 40 % 3 test Per sumber. 2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m 3
3. Indeks plastisitas 6 5 test Setiap 1.000 m 3
4. Batas cair 25 5 test Setiap 1.000 m 3
5. Bagian yang lunak 5 % 3 test Per sumber. 6. CBR 80 (min) 1 test Setiap 1.000 m 3
7. Rongga dlm agregat mineral pd kepadatan max 14 (min) 8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m 3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m 3
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap pjg < 200 m. 11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt 1 % atau setiap 150 m 3
22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 73 MIX DESIGN LAPIS PONDASI AGREGAT LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 74 1. Memeriksa semua sifat-sifat material apakah sudah memenuhi syarat 2. Mengatur proporsi masing-masing agregat agar memenuhi amplop gradasi yang disyaratkan. 3. Mencari proporsi yang paling ekonomis meskipun gradasi yang diperoleh tidak tepat di tengah-tengah amplop. 4. Kepadatan Berat (Modified Proctor) yang digunakan dalam pembuatan benda uji : Perlu diperhatikan bahwa ukuran butir maksimum adalah atau 19 mm maka semua material lolos ayakan 2 dan tertahan ayakan diganti dengan material lolos ayakan dan tertahan No.4 dengan jumlah yang sama. LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBUATAN MIX DESIGN 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 75 5. Dari hasil pengujian kepadatan berat akan diperoleh Kepadatan Kering Maksi-mum (Maximum Dry Dendity) dan Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content). 6. Buat benda uji dengan MDD dan OMC yang diperoleh diatas untuk pengujian CBR, a) Umumnya diambil harga CBR diambil pada penetrasi 0,1. b) Bilamana harga CBR pada penetrasi 0,2 lebih besar dari harga CBR pada penetrasi 0,1 maka percobaan harus diulangi. c) Bilamana percobaan ulang menghasilkan harga CBR pada penetrasi 0,2 yang tetap lebih tinggi dari harga CBR pada penetrasi 0,1 maka harga CBR pada penetrasi 0,2 yang diambil. 22 April 2013 MODUL F/VI : METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN 76