You are on page 1of 6

APLIKOM

Latar belakang
Tujuan penelitian
Metode
Hasil
Penilaian
Pustaka

Abstrak
Tujuan utama dari paper ini adalah untuk memberikan petunjuk untuk mengetahui dampak dari
distributed generation (DG) pada koordinasi sistem proteksi dari jaringan distribusi. Paper ini
menjelaskan tentang detail prosedur atau langkah dalam menentukan akibat dari pemasangan DG
terhadap kinerja dari sistem proteksi dalam sistem distribusi. Untuk memastikan keterkaitan dan
kesesuaian dengan kinerja perangkat proteksi yang ada maka dilakukan simulasi dengan
menggunakan software ETAP yang umumnya digunakan untuk perencanaan sistem proteksi saluran
distribusi.
A. Introduction
Penggabungan dari DG ke dalamsistem memang menawarkan banyak keuntungan. Oleh
karena itu disamping berbagai keuntungan tersebut, DG juga dapat berdampak negatif,
perhitungan yang baik dibutuhkan untuk mengevaluasi keandalan dan keamanan sistem.
Dalam hal ini, dampak pemasangan DG terhadap koordinasi sistem proteksi merupakan
fokus permasalahan pada paper ini terutama dalam kontinyuitas dan keandalannya.
Biasanya sistem distribusi dipertimbangkan untuk siap mendukung instalasi DG kecil tanpa
banyak perubahan. Penambahan DG pada sistem distribusi dapat menghalangi peralatan
proteksi untuk mengenali atau mendeteksi gangguan di daerah proteksinya. Hal ini juga
dapat menyebabkan hilangnya koordinasi dari dua peralatan proteksi. Sehingga penting juga
untuk mengetahui tipe dari DG, ukurannya serta peletakannya dalam jaringan untuk
mengetahui seberap besar dampaknya. Dengan dipasangnya DG pada jaringan akan
mengakibatkan pembagian arus beban, meningkatkan besarnya arus gangguan dan
kemungkinan menyebabkan masalah overvoltage. Koordinasi dari peralatan proteksi
bertujuan agar dapat mempertahankan atau mengamankan peralatan yang terlibat dalam
bebrapa kemungkinana ganguan dalam rangka menjamin operasi yang aman dan handal
pada sistem kelistrikan. Pada sistem proteksi yang berkoordinasi dengan baik dan efisien,
kemungkinan gangguan dihilangkan dalam waktu yang singkat, mengisolasi bagian terkecil
dari sistem yang mengandung penyebab gangguan.
Metode yang digunakan dalam mendeteksi dampak gangguan dari pemasangan DG
terhadap sistem dapat ditinjau dari grafik koordinasi, level arus hubung singkat, dan
pengaturan proteksi dengan ditambahkannya DG pada sistem. Kemudian metode penilaian
yang dapat diaplikasikan untuk menentukan batas penetrasi sistem proteksi untuk
tambahan DG pada sistem.

B. Penerapan Sistem Proteksi jaringan Distribusi

I. Peralatan Proteksi
Ada beberapa peralatan proteksi yang digunakan dalam sistem distribusi. Berikut adalah
list peralatan proteksi arus yang umumnya digunakan :
Digunakan pada ujung feeder utama
1. Instantaneous phase overcurrent relay
2. Timed phase overcurrent relay
3. Timed Ground overcurrent relay
4. Timed negative sequence overcurrent relay untuk gangguan fase ke fase
5. Impedance relay
6. Recloser
7. Fuse pembatas arus
8. Differential protection untuk station bus

Pemilihan dari pengaturan relay akan berbeda antar peralatan yang satu dengan yang
lain. Tetapi terdapat aturan umum untuk melakukan pengaturan terhadap tiap relay.
Contohnya pengaturan arus pick up dari timed phase overcurrent relay dipilih dengan
nilai keamanan dibawah kondisi pembebanan dan bergantung pada kondisi dibawah
pembebanan berlebih dan kondisi hubung singkat.
Pada kondisi dibawah beban penuh setting pickup rendah
Pada kondisi beban lebih digunakan setting pick up tinggi

II. Koordinasi dari peralatan proteksi
Hampir semua peralatan listrik menggunaakn overlapped zones pada koordinasi dari
peralatan proteksi arus lebih. Ini berarti tiap zona proteksi memiliki daerah perlindungan
primer dan terdapat back up sebagai penagan ketika proteksi primer mengalami gangguan.



Contoh fuse pada lateral R1-B1 menjadi back up dari F1 ketika ada fault di lateral 1
Beberapa permasalahan yang ditinjau dalam hal koordinasi peralatan proteksi :
1. Masalah Miss-Koordinasi
Fuse F1 harus beroprasi terlebih dahulu sebelum R1-B1
2. Fuse Saving Strategy : dengan menggunakan recloser yang bekerja dengan membuka
menutup untuk mendeteksi gangguan permanen atau gangguan sederhana
3. Sensitivitas relay
Sensitivitas dari relay pendeteksi gangguan dapat dipengaruhi oleh pemasangan DG yang
dapat menurunkan level dari arus gangguan , hal inilah yang dapat mempengaruhi CB gardu
induk dan recloser untuk mendeteksi gangguan oleh karena itu setting relay harus diubah
kembali setelah pemasangan DG
4. Bi-directionally : terjadi pada feeder radial yang disuplai dari gardu induk yang sama.salah
satu feeder akan salah mendeteksi gangguan yang terdapat pada feeder lainnya.
5. Peninjauan overvoltage : over voltage dapat terjadi selama gangguan berada pada sisem
yang tidak digroundkan.

C. Metode untuk menaksir akibat dari pemasangan DG pada sistem proteksi
1) Loss of Coordination
a) Akibat
Pada operasi normal proteksi primer bekerja terlebih dahulu sebelum back up nya.
Penghubungan dengan DG akan mengakibatkan naiknya level arus hubung singkat.
Sebagai contoh relay back up akan mentrip CB terlebih dahulu sebelum proteksi
primer sehingga menyebabkan beberapa beban mati.



2 MVA synchronous DG terhuung pada bus 4 melewati trafo hubung wye-delta. Gambar 2
menggambarkan diagram koordinasi antar utility pada bus 4.

Untuk diagram koordinasi pada gambar 4 level arus hubung singkat naik menjadi 3015A, dimana
pada titik perpotongan antara kurva cepat dari recloser dan clearing curve dari fuse. Jika arus
hubung singkat bertambah melebihi batasnya maka koordinasi antara recloser dan lateral fuse akan
hilang.
Pafa kasus ini DG 2 MVA terpasang, dimana arus gangguan dari bus 4 akan bertambah menjadi
3604A, dan hasilnya fuse akan bekerja dan sistemakan terganggu pada bagian ini. Bergntung pada
konfigurasi dari sistem, hilangnya koordinasi dapat terjadi antara semua peralatan proteksi
contohnya fuse-recloser, fuse-fuse dan yang lainnya. Di setiap kasus arus hubung singkat minimum
yagn lebih besar dari koordinasi peralatan proteksi akan membantu dalam penidentifikasian
penetrasi dari DG level.

b) Metode penaksiran batas penetrasi dari hilangnya koordinasi
Tujuan : mengembangkan langkah untuk menetukan batasan penetrasi akibat
pemasangan DG dalam hal ini berupa ukuran, penempatan dan teknologi yang
digunakan.
Langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Pada sistem yang diberikan tentukan titik koordinasinya . Garis koordinasinya
dapat diartikan sebagai himpunan dari peralatan proteksi yang terletak segaris
pada suatu rangkaian dari breaker main feeder ke peralatan proteksi yang ada
dibawahnya.
2. Lakukan peninjauan terhadap koordinasi dari sistem proteksi tersebut dengan
diagram sistem proteksi
3. Amati nilai arus hubung singkat minimum dengan kemungkinan adanya
kegagalan koordinasi dari peralatan-peralatan proteksinya
4. Tentukan titik penempatan DG yang memungkinkan. Batas penetrasi dihitung
pada titik yang telah ditentukan. Perhitungan metode ini dapat menentukan
penempatan lokasi DG yang optimum sehingga dapat meminimalkan rugi-rugi
dan meningkatkan profil tegangan.
5. Simulasikan pemasangan DG pada titik pertama, dan naikan ukuran dari DG dan
trafo yang menghubungkannya sehingga mencapai nilai arus hbung singkat
minimum yang dapat menyebabkan loss of coordination dari peralatan proteksi.
Peningkatan ukuran DG ini akan menyebabkan meningkatnya hubung singkat
kapasitas MVA dari DG. Estimasi impedansi dari DG menggunakan fungsi dari
software ETAP.

You might also like