You are on page 1of 12

Karakteristik Konfigurasi Interbus Transformer

Y/Y Inti Tiga-kaki dengan dan tanpa Belitan


Tersier Delta sebagai Belitan Penyeimbang
Agam Bhaskoro
1
, Dr. Ir. Muhammad Nurdin
2
, Dr. Ir. Nanang Hariyanto
3


1,3
Jurusan Teknik Tenaga Listrik STEI ITB
Jln. Ganesha 10 Bandung 40132 INDONESIA
bhaskor o_33@yahoo. co. i d
nur di n@st ei . i t b. ac. i d
nanang. har i yant o@st ei . i t b. ac. i d
2
Institut Teknologi Bandung

Abstrak Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275
kV merupakan jantung dari sistem kelistrikan. Sistem ini
merupakan sumber utama ke gardu induk pada level tegangan
dibawahnya selain dengan unit pembangkitan pada level
tegangan 150 kV, sehingga keberadaannya sangat strategis dan
membutuhkan kehandalan yang sangat tinggi didalam
operasinya. Interbus transformer (IBT) pada saat ini seringkali
memiliki belitan tersier delta sebagai belitan penyeimbang.
Belitan tersier ini seringkali menjadi sumber permasalahan yang
terjadi di interbus transformer (IBT). Di berbagai negara praktek
untuk menggunakan belitan tersier pada interbus transformer
(IBT) telah ditinggalkan. Hal ini menyebabkan pertanyaan
apakah belitan tersier delta dibutuhkan dalam interbus
transformer ?. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti lebih
jauh mengenai fungsi dan cara kerja dari belitan tersier delta.
Konsep dasar yang dipergunakan penulis yaitu dengan
membandingkan performa dari transformator dengan dan tanpa
belitan tersier delta dalam keadaan terjadi gangguan maupun
ketika beroperasi sebagai belitan penyeimbang. Simulasi
dilakukan dengan data interbus transformer (IBT) dari PT.
UNINDO ALSTHOM pada software alternative transient
program (ATP) untuk melihat bentuk gelombang dan besar dari
arus maupun tegangan. Simulasi dilakukan pada konfigurasi
pentanahan yang berbeda yaitu diketanahkan langsung (solidly
grounded), diketanahkan melalui neutral grounding resistor
(NGR), maupun tidak diketanahkan (floating) karena
konfigurasi pentanahan mempengaruhi rangkaian impedansi
urutan ke-nol dari transformator. Hasil simulasi digunakan
untuk mengambil keputusan mengenai konfigurasi
transformator yang tepat pada kondisi sistem tertentu.

Kata kunci interbus transformer, belitan tersier delta,
konfigurasi pentanahan.
I. PENDAHULUAN
Sistem transmisi tenaga listrik umumnya dibagi dalam
kedalam beberapa grid untuk mengurangi rugi-rugi pada
sistem transmisi tenaga listrik. Untuk menyalurkan daya dari
tingkat tegangan tertentu ke tingkat tegangan lainnya
dibutuhkan transformator. Transformator yang menyalurkan
daya dari sisi pembangkitan ke pusat beban dari satu tingkat
tegangan tertentu ke tingkat tegangan lainnya dalam saluran
transmisi tenaga listrik disebut interbus transformer (IBT).
Interbus transformer merupakan komponen yang sangat
penting dalam saluran transmisi tenaga listrik karena
menyalurkan daya dari tingkat tegangan ekstra tinggi. Jika
interbus transformer gagal bekerja akan terjadi pemadaman
listrik pada area yang sangat luas. Karenanya, perencanaan
dalam pembuatan interbus transformer haruslah matang agar
dapat bekerja dengan handal.
Interbus transformer dilengkapi dengan belitan tersier
yang berfungsi sebagai belitan penyeimbang ketika terjadi
beban tidak seimbang. Pada kenyataannya sering terjadi
gangguan pada interbus transformer yang berasal dari belitan
tersiernya. Oleh sebab itu, maka diperlukan studi yang
mempelajari belitan tersier pada interbus transformer untuk
mengetahui konfigurasi yang lebih handal dan ekonomis.
Didalam aplikasinya dilapangan belitan/ sambungan
primer dan sekunder interbus transformer merupakan
hubungan bintang/bintang yang dapat diketanahkan secara
langsung (solid), dengan diketanahkan melalui neutral
grounding resistor (NGR), ataupun dipasang dalam keadaan
mengambang (floating). Ketiga konfigurasi ini akan
mempengaruhi sistem proteksi yang akan digunakan. Sampai
saat ini belum ada referensi yang bisa digunakan sebagai
rujukan untuk pemasangan sambungan belitan tersier dengan
konfigurasi seperti diatas serta karakteristik pada saat terjadi
gangguan dari masing-masing konfigurasi tersebut. Sehingga
sering kali konfigurasi interbus transformer saat ini kurang
ekonomis, tidak efektif, dan kurang handal karena tidak tepat
konfigurasinya dan penggunaannya dalam sistem.
Perihal diatas mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh
karakteristik interbus transformer, dengan dan tanpa belitan
tersier, dengan konfigurasi pentanahan berbeda-beda pada saat
terjadi gangguan maupun pada saat operasi tidak seimbang..

JurnalSarjanaInstitutTeknologiBandungbidangTeknikElektrodanInformatika
Vol.1,No.3Oktober2012
II. IMPEDANSI URUTAN KE-NOL PADA TRANSFORMATOR
Untuk mendukung pencapaian tujuan penelitian ini perlu
diuraikan terlebih dahulu pemasangan belitan tersier delta,
impedansi urutan ke-nol pada transformator.
A. Pemasangan Belitan Tersier Delta
Belitan tersier mengatasi arus harmonisa ketiga dengan
menyediakan jalur dengan impedansi yang kecil. Begitu pula
arus urutan ke-nol akibat ketidak-seimbangan beban juga
diatasi dengan dialirkan pada belitan delta sehingga tidak
memberikan efek yang besar kepada sistem.
Komponen harmonisa ketiga yang mengandung arus
magnetisasi harus mengalir ke netral untuk hubungan bintang,
dimana netral dan hubungan bintang ditanahkan, atau berada
mengalir di dalam belitan hubungan delta. Jika arus
harmonisa tidak dapat mengalir pada jalur-jalur ini maka
tegangan keluaran akan mengandung distorsi harmonisa.
Karena kegunakaan belitan tersier delta untuk mengatasi hal
ini sehingga sering disebut belitan penyeimbang [5].
Konfigurasi dari belitan tersier delta dapat disesuaikan
kebutuhan sehingga dapat juga dibebani. Pada trafo transmisi
belitan tersier delta juga sering digunakan untuk menyediakan
hubungan untuk proteksi sistem.
Ketidak seimbangan pada sistem menyebabkan arus
sirkulasi di belitan tersier delta. Arus sirkulasi menyebabkan
fluks yang berlawanan dengan fluks urutan ke-nol pada
masing-masing kaki inti besi transformator. Sehingga
menimbulkan efek menyeimbangkan fluks urutan ke-nol pada
inti besi transformator seperti yang diperlihatkan pada gambar
II.4.

Gbr 1. Transformator hubung bintang/bintang inti 5-kaki dengan belitan
tersier delta
[4]
.

Pemasangan belitan tersier menyebabkan impedansi
hubung singkat yang berbeda. Berikut cara menghitung
impedansi pada transformator tiga belitan:
Zps = (Zp + Zs) (II.5)
Zts = (Zt + Zs) (II.6)
Zpt = (Zp + Zt) (II.7)
Zp = (Zps + Zpt - Zts) (II.8)
Zs = (Zps + Zts - Zpt) (II.9)
Zt = (Zts + Zpt - Zps) (II.10)

Dimana :
Zp = Impedansi kumparan primer
Zs = Impedansi kumparan sekunder
Zt = Impedansi kumparan tersier
Zps = Impedansi hubung singkat belitan primer ke sekunder
Zpt = Impedansi hubung singkat belitan primer ke tersier.
Zts = Impedansi hubung singkat belitan tersier ke sekunder.
B. Impedansi Urutan ke-nol pada Transformator
Faktor yang mempengaruhi impedansi urutan ke-nol
transformator adalah inti besi/ rangkaian magnetik dari
transformator, dan konfigurasi belitan serta pentanahannya.
Terdapat beberapa rangkaian magnetik untuk transformer,
tetapi pada kasus impedansi urutan ke-nol dapat digeneralisasi
menjadi dua golongan. Golongan tersebut antara lain
rangkaian magnetik dengan minyak transformator sebagai
jalur kembali dari fluks urutan ke-nol, dan rangkaian magnetik
yang menyediakan kaki inti besi sebagai jalur kembali dari
fluks urutan ke-nol.
Golongan pertama terdiri dari inti besi tiga-kaki. Pada inti
besi tiga-kaki, pada saat terjadi kondisi beban tidak seimbang
maka fluks urutan ke-nol harus melalui celah minyak dan
perlengkapan konstruksi dari transformator termasuk
didalamnya adalah tangki transformator seperti yang
diperlihatkan gambar II.9. Hal ini menyebabkan fluks melalui
jalur dengan reluktansi yang besar dibandingkan dengan
reluktansi inti besi. Maka impedansi magnetisasi dari
rangkaian magnetik ini menjadi lebih kecil dibandingkan
rangkaian magnetik yang lain. Lebih jauh lagi fluks urutan ke-
nol yang melalui perlengkapan konstruksi akan menyebabkan
arus eddy pada perlengkapan tersebut yang dapat
menyebabkan panas berlebih bila tidak diatasi. Hal ini harus
diperhitungkan dalam desain rangkaian magnetik dengan
memberikan proteksi fluks secara paralel dengan material
seperti inti besi.

Gbr 2. Fluks urutan ke-nol pada transformator inti besi tiga-kaki
[1]
.

Sedangkan golongan yang lainnya terdiri dari rangkaian
magnetik inti besi lima-kaki, inti besi tipe cangkang, serta
gabungan dari tiga transformator satu fasa. Pada golongan
rangkaian magnetik ini fluks urutan ke-nol memiliki jalur
kembali pada kaki yang tidak dibelit yang memiliki reluktansi
yang rendah seperti pada gambar II.11. Hal ini menyebabkan
impedansi magnetik yang besar.

Gbr 3. Fluks urutan ke-nol pada transformator inti besi lima-kaki
[1]
.

Pada belitan transformator terdapat dua hubungan tiga fasa
yang umum digunakan yaitu hubungan bintang (Y) dan
hubungan segitiga/ delta (). Hubungan bintang (Y) memiliki
dapat diketanahkan baik secara langsung maupun melalui
NGR. Apabila dipasangkan dengan hubungan bintang (Y)
yang juga diketanahkan maka arus urutan ke-nol dapat
disalurkan ke sisi transformator lainnya. Hal ini menyebabkan
ampere-turn dari transformator tersebut seimbang sehingga
tidak terdapat fluks urutan ke-nol. Pada rangkaian impedansi
urutan ke-nol hal ini direpresentasikan dengan terhubungnya
impedansi uji hubung singkat urutan ke-nol ke sistem.
Hubungan segitiga/ delta () memiliki kelebihan
menurunkan impedansi urutan ke-nol apabila dipasangkan
dengan hubungan bintang. Hal ini menyebabkan arus sirkulasi
pada belitan delta apabila terdapat fluks urutan ke-nol. Arus
sirkulasi ini kemudian menyebabkan keseimbangan ampere-
turn pada inti besi transformator.
Berikut kombinasi dari masing-masing hubungan
dengan pentanahannya :
1. YNy atau Yyn
Pada konfigurasi ini arus urutan ke-nol tidak dapat
dialirkan melalui pentanahan ke sisi trafo yang tidak
diketanahkan. Arus urutan ke-nol harus melalui impedansi
magnetisasi yang besar sehingga terdapat kenaikan tegangan
netral pada sisi yang tidak diketanahkan. Hal tersebut juga
menyebabkan fluks urutan ke-nol sehingga keseimbangan
ampere-turn tidak tercapai. Fluks urutan ke-nol ini dapat
menyebabkan rugi-rugi arus eddy pada konstruksi
transformator.
2. YNd, Dyn, YNyd (belitan tersier delta dibebani),
atau YNy+d (belitan tersier tidak dibebani)
Arus urutan ke-nol pada hubungan Y yang diketanahkan
bersirkulasi pada hubungan delta. Impedansi tersier jauh lebih
rendah dibanding impedansi magnetisasi sehingga sebagian
besar arus melewati impedansi tersebut seperti diperlihatkan
pada gambar II.13.



Gbr 4. Rangkaian impedansi urutan ke-nol pada transformator YNyd atau
YNy+d
[1]
.

3. YNyn atau YNauto
Dengan diketanahkan pada kedua sisinya arus urutan ke-nol
dapat disalurkan melalui transformator dengan impedansi
yang relatif rendah. Pada inti besi tiga-kaki impedansi
magnetisasi yang tidak terlalu besar menyebabkan impedansi
yang dilalui turun menjadi 90% sampai 95% dari impedansi
uji hubung singkat. Sedangkan pada inti besi lima-kaki
impedansi magnetisasi sangat besar sehingga dapat diabaikan.
Apabila salah satu hubungan diketanahkan melalui NGR
bernilai Zn maka rangkaian impedansi urutan ke-nolnya
dihubungkan seri dengan impedansi bernilai 3Zn seperti
gambar II.14.

Gbr 5. Rangkaian impedansi urutan ke-nol pada transformator YNyn dengan
hubungan di sekunder diketanahkan melalui impedansi Zn
[1]
.

4. YNynd atau YNyn+d
Seperti pada hubungan YNyd atau YNy+d tetapi arus
urutan ke-nol dapat datang dari kedua sistem yang
dihubungkan pada transformator. Impedansi magnetisasi dapat
diabaikan pada hubungan ini. Impedansi dari hubungan ini
berada pada 85% sampai 90% dari biasa.

Gbr 6. Rangkaian impedansi urutan ke-nol pada transformator YNynd
[1]
.

III. KARAKTERISTIK KONFIGURASI INTERBUS TRANSFORMER
AKIBAT KETIDAK SEIMBANGAN SISTEM
Paragraph harus teratur. Semua paragraf harus rata, yaitu
sama-sama rata kiri dan dan rata kanan.
A. Pemodelan Ketidak Seimbangan Sistem
Belitan tersier delta sebagai belitan penyeimbang bertujuan
untuk menurunkan impedansi urutan ke-nol dari transformator.
Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi relay proteksi agar dapat
membaca arus hubung singkat dan dapat melakukan tindakan
perlindungan. Selain itu, belitan tersier delta juga bertujuan
sebagai belitan penyeimbang pada keadaan operasi beban
tidak seimbang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi
mengenai performa transformator pada keadaan tidak
seimbang terburuk yaitu pada saat terjadi hubung singkat
maupun pada keadaan operasi beban tidak seimbang.
Rangkaian impedansi urutan ke-nol juga dipengaruhi oleh
pentanahan dari transformator. Terdapat tiga jenis pentanahan
yaitu diketanahkan secara langsung (solid), diketanahkan
melalui NGR, dan tidak diketanahkan (float). Oleh sebab itu,
dalam pemodelannya terdapat beberapa konfigurasi
pentanahan untuk mengetahui performa dari masing-masing
konfigurasi. Konfigurasi transformator yang akan dimodelkan
antara lain:
1. YNy0
2. YNy0 (NGR 30)
3. YNy0+d
4. YNy0+d (NGR 30)
5. YNyn0
6. YNyn0 (NGR 30 I)
7. YNyn0 (NGR 30 II)
8. YNyn0 (NGR 30 III)
9. YNyn0+d
10. YNyn0+d (NGR 30 I)
11. YNyn0+d (NGR 30 II)
12. YNyn0+d (NGR 30 III)
13. Yyn0
14. Yyn0 (NGR 30)
15. Yyn0+d
16. Yyn0+d (NGR 30)

Ket: - (NGR 30) maksudnya adalah diketanahkan melalui
NGR sebesar 30 Ohm
- (NGR 30 I) maksudnya adalah belitan primer
diketanahkan melalui NGR sebesar 30 Ohm
- (NGR 30 II) maksudnya adalah belitan sekunder
diketanahkan melalui NGR sebesar 30 Ohm
- (NGR 30 III) maksudnya masing-masing belitan
diketanahkan melalui NGR sebesar 30 Ohm

Belitan tersier delta sebagai belitan penyeimbang pada
umumnya diketanahkan secara langsung pada salah satu
terminalnya untuk menghindari tegangan berlebih.
Simulasi yang dilakukan diantaranya adalah simulasi arus
hubung singkat dengan menggunakan software ATP-Draw.
Simulasi ini dilakukan untuk melihat besar arus hubung
singkat yang terjadi dengan konfigurasi pentanahan
transformator yang berbeda-beda untuk menentukan apakah
arus dapat dideteksi oleh relay proteksi juga menghitung
dengan menggunakan MATLAB, berdasarkan simulasi ATP-
Draw, arus sirkulasi yang terjadi di belitan tersier delta pada
saat terjadi hubung singkat karena dapat menyebabkan gaya
elektromagnetik kuat yang dapat menyebabkan belitan terurai.
Simulasi juga dilakukan dengan tahanan gangguan yang
berbeda-beda (0.1 Ohm, 1 Ohm, 10 Ohm, dan 100 Ohm)
untuk melihat karakteristik arus hubung singkat dari masing-
masing konfigurasi. Simulasi dilakukan selama 1 detik dengan
waktu sampling 10-5 detik karena sudah merepresentasikan
fenomena transient dan tunak dan memiliki akurasi yang
cukup baik.
Berdasarkan IEC 600076-8[1] arus hubung singkat
yang diperhitungkan antara lain adalah:
1. Kasus 1 : Arus hubung singkat satu fasa di sistem
sekunder
2. Kasus 2 : Arus hubung singkat satu fasa di sistem primer
3. Kasus 3 : Arus hubung singkat dua fasa di sistem sekunder
4. Kasus 4 : Arus hubung singkat dua fasa di sistem primer
5. Kasus 5 : Arus hubung singkat tiga fasa di sistem sekunder
6. Kasus 6 : Arus hubung singkat tiga fasa di sistem primer
7. Kasus 7 : Arus hubung singkat tiga fasa di sistem tersier
Simulasi dengan ATP-Draw juga dilakukan untuk
memodelkan operasi pada sistem tidak-seimbang dengan
tingkat ketidak-seimbangan 1%, 2%, 5%, 10%, dan 20%,
diatas batas ketidak-seimbangan EN50160 dan IEC 1000-3-x
untuk tegangan tinggi sebesar 1%, sehingga hanya
dimodelkan terhadap konfigurasi transformator dengan belitan
tersier delta sebagai belitan penyeimbang dengan asumsi
model lain tidak dapat digunakan karena sistem tidak
seimbang diatas 1% tidak diperbolehkan. Simulasi dilakukan
pada sistem dengan ketidak-seimbangan urutan negatif dan
urutan ke-nol sesuai standar.
Simulasi ini dilakukan untuk melihat performa belitan
tersier pada saat bekerja dalam sistem dengan tingkat ketidak-
seimbangan tertentu. Simulasi ini dilakukan untuk melihat
kenaikan tegangan pada bushing terminal tersier pada tingkat
ketidak-seimbangan tertentu untuk menentukan rating dari
isolasi pada terminal tersier. Selain itu arus sirkulasi dalam
belitan tersier juga diperhatikan karena merupakan faktor
yang dapat menyebabkan pemanasan berlebih bila tidak sesuai
desainnya.
B. Simulasi Arus Hubung Singkat
Penjelasan dari simulasi ini akan dilakukan berdasarkan
konfigurasi dari transformator.
Berikut kurva karakteristik arus hubung singkat dari
konfigurasi YNy0:

Gbr 7. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNy0, YNy0
(NGR 30), Yyn0, dan Yyn0 (NGR 30)

Dari kurva tersebut dapat kita lihat pada hambatan
gangguan kecil (0,1 Ohm) nilai arus hubung singkat tiga fasa
dan arus hubung singkat dua fasa ke tanah pada sisi sekunder
berada paling atas dengan nilai lebih dari 27 kA. Sedangkan
arus hubung singkat satu fasa ketanah pada sisi sekunder
berada pada nilai 25,5 kA. Hal ini disebabkan karena
impedansi urutan ke-nol dari konfigurasi transformator ini
dianggap sama besar dengan impedansi urutan positif dan
negatif karena arus urutan ke nol harus melewati impedansi
magnetisasi untuk disalurkan ke belitan primer.
Hal yang menarik lainnya adalah nilai arus hubung singkat
di primer lebih besar daripada arus hubung singkat di
sekunder pada hambatan gangguan sangat besar (100 Ohm).
Hal ini disebabkan karena pada rangkaian impedansi
komponen simetrisnya impedansi gangguan bernilai tiga kali
lebih besar dari biasa dan terhubung secara seri sehingga lebih
besar pengaruhnya pada nilai impedansi total. Hal ini
menyebabkan impedansi total pada gangguan hubung singkat
di sisi primer dan sekunder tidak begitu berbeda sedangkan
tegangan sebelum terjadi gangguan lebih besar di sisi primer.
Pada hambatan hubung singkat sangat besar (100 Ohm)
dapat dilihat arus hubung singkat yang paling kecil sebesar 1,2
kA dengan kontribusi dari sistem sekunder sebesar 1,06 kA,
masih jauh lebih besar dari arus beban maksimal sebesar 0,49
kA, sehingga dapat dengan mudah dideteksi oleh relay
proteksi sebagai gangguan dan dapat segera diatasi. Proteksi
arus urutan ke-nol hanya dapat dilakukan pada sistem primer.
Kurva karakteristik dari konfigurasi YNy0 (NGR 30) ini
sama seperti kurva karakteristik konfigurasi YNy0. Hal ini
disebabkan karena pada rangkaian impedansi urutan ke-nol,
impedansi NGR (30 Ohm) bernilai tiga kali lebih besar dan
terangkai secara seri dengan impedansi magnetisasi.
Kemudian impedansi tersebut paralel dengan impedansi
sistem primer. Hal ini menyebabkan impedansi urutan ke-nol
hampir sama dengan konfigurasi YNy0. Arus hubung singkat
hampir sama dengan arus kontribusi dari sistem primer. Pada
konfigurasi ini, arus yang melewati NGR pada kasus 2 adalah
paling besar yaitu 0.167 A. Hal tersebut menyebabkan
pergeseran titik netral di belitan primer sebesar 5 V.
Kurva karakteristik dari konfigurasi YNy0+d memiliki nilai
paling tinggi seperti dua konfigurasi sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena sisi sekunder tidak diketanahkan sehingga
arus urutan ke-nol harus melalui impedansi magnetisasi
seperti konfigurasi sebelumnya. Pengaruh dari belitan tersier
dapat dilihat pada kasus dimana terdapat arus urutan ke-nol
pada belitan primer yaitu pada kasus 2 dan kasus 4. Arus
hubung singkat pada kedua kasus tersebut meningkat terutama
pada kasus 2, meningkat sebesar 1 kA. Hal ini disebabkan
karena rangkaian impedansi total merupakan rangkaian seri
dari masing-masing impedansi komponennya. Berikut kurva
karakteristik arus hubung singkat untuk konfigurasi ini:

Gbr 8. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNy0+d

Pada konfigurasi ini dapat terjadi hubung singkat di belitan
tersier dengan nilai sebagai berikut:

Gbr 9. Kurva arus hubung singkat tiga fasa di belitan tersier untuk semua
konfigurasi

Hubung singkat tiga fasa di tersier, sama seperti hubung
singkat tiga fasa di primer dan sekunder, memiliki nilai yang
sama untuk semua konfigurasi. Hal ini disebabkan karena
hubung singkat tiga fasa hanya dipengaruhi oleh impedansi
urutan positif.
Pada hubung singkat kasus 2 dan 4 dapat dihitung arus
sirkulasi yang terjadi di belitan tersier delta yang dapat
menjadi alternatif untuk mendeteksi arus hubung singkat.
kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm
Berikut data arus sirkulasi di belitan tersier untuk konfigurasi
YNy0+d:

Gbr 10. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi
YNy0+d

Arus sirkulasi ini harus diperhitungkan dalam desain
terutama terhadap gaya elektromagnetik, yang merupakan
kuadrat arus, akibat arus hubung singkat yang dapat
menguraikan belitan transformator apabila tidak diantisipasi.
Kurva karakteristik dari konfigurasi YNy0+d (NGR 30)
tidak jauh berbeda dengan konfigurasi YNy0 dan YNy0 (NGR
30). Hal ini disebabkan karena arus urutan ke-nol di belitan
primer dibatasi oleh impedansi sebesar tiga kali NGR. Dapat
dilihat arus hubung singkat kasus 2 dan 4 turun nilainya,
bahkan arus hubung singkat kasus 2 turun 0,5 kA. Hal yang
menarik terdapat pada kurva arus sirkulasi di belitan tersier
delta yang turun secara signifikan. Hal ini disebabkan arus
urutan ke-nol di belitan primer yang juga turun diperbesar
dengan perbandingan tegangan belitan primer ke belitan
tersier. Hal ini dapat digunakan untuk membatasi arus
sirkulasi yang dapat terjadi di belitan tersier delta yang akan
sangat diperlukan pada pentanahan belitan sekunder seperti
yang akan dilihat pada kasus berikutnya. Berikut ini kurva
karakteristik beserta kurva arus sirkulasinya:

Gbr 11. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNy0+d (NGR
30)


Gbr 12. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi
YNy0+d (NGR 30)

Pada konfigurasi ini, arus yang melewati NGR pada kasus
2 adalah paling besar yaitu 1.58 kA. Hal tersebut
menyebabkan pergeseran titik netral di belitan primer sebesar
47.3 kV. Hal ini harus diperhitungkan dalam penentuan
penentuan rating dari NGR dan bushing pentanahan dari
belitan primer transformator.
Pada konfigurasi YNyn0 arus urutan ke-nol dapat melalui
pentanahan untuk dapat disalurkan ke belitan sebelahnya. Hal
ini menyebabkan impedansi urutan ke-nol yang relatif kecil.
Berikut kurva karakteristiknya:

Gbr 13. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNyn0

Dapat dilihat bahwa arus hubung singkat yang paling besar
adalah arus hubung singkat satu fasa ketanah di belitan
sekunder sebesar 27,61 kA. Kelebihan dari konfigurasi ini
adalah dapat mendeteksi arus urutan ke-nol di belitan primer
maupun belitan sekunder untuk memfasilitasi relay proteksi.
Dalam keadaan tidak seimbang di bawah batas ketidak-
seimbangan konfigurasi ini memberikan keseimbangan
ampere-turn yang berarti tidak terjadi pemanasan tambahan
akibat rugi-rugi arus eddy di konstruksi transformator.
Pada konfigurasi YNyn0 (NGR 30 I) arus urutan ke-nol di
belitan primer ditahan oleh impedansi sebesar 3 kali NGR.
Berikut kurva karakteristiknya:
kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm

Gbr 14. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNyn0 (NGR 30
I)

Pada Konfigurasi ini arus hubung singkat paling besar
adalah arus hubung singkat dua fasa ketanah pada belitan
sekunder dengan nilai 27,9 kA. Hal ini disebabkan impedansi
tiga kali NGR yang terangkai secara seri pada impedansi
urutan ke-nol meningkatkan sedikit nilai impedansi urutan ke-
nol. Hal ini sangat terlihat pada kasus 1 karena impedansi
totalnya terangkai secara seri dari impedansi komponen
simetrisnya. Sedangkan untuk kasus 3 yang impedansi
totalnya merupakan paralel impedansi komponen simetris
perubahan ini tidak terlalu terlihat. NGR pada belitan primer
menurunkan arus hubung singkat untuk kasus 2 dan 4,
terutama kasus 2 sebesar 0,5 kA. Pada konfigurasi ini, arus
yang melewati NGR pada kasus 2 adalah paling besar yaitu
1.68 kA. Hal tersebut menyebabkan pergeseran titik netral di
belitan primer sebesar 51 kV. Hal ini harus diperhitungkan
dalam penentuan penentuan rating dari NGR dan bushing
pentanahan dari belitan primer transformator.
Pada konfigurasi YNyn (NGR 30 II) NGR menahan arus
urutan ke-nol pada belitan sekunder agar tidak terlalu besar.
Hal ini menyebabkan arus hubung singkat pada kasus 1 dan
kasus 3 menurun dibandingkan konfigurasi sebelumnya.
Berikut kurva karakteristik dari konfigurasi ini :


Gbr 15. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNyn0 (NGR 30
II)

Kurva karakteristik konfigurasi ini hampir sama dengan
kurva karakteristik sebelumnya. Tetapi dapat dilihat jelas
untuk kasus 1 dan 3 terjadi penurunan arus hubung singkat
sebesar 1 kA. Pada konfigurasi ini, arus yang melewati NGR
pada kasus 2 adalah paling besar yaitu 1.36 kA. Hal tersebut
menyebabkan pergeseran titik netral di belitan sekunder
sebesar 40.6 kV. Hal ini harus diperhitungkan dalam
penentuan penentuan rating dari NGR dan bushing
pentanahan dari belitan sekunder transformator.
Pada konfigurasi YNyn0 (NGR 30 III) terjadi sedikit
penurunan arus urutan ke-nol pada hampir semua kasus. Hal
ini disebabkan karena arus urutan ke-nol dibatasi baik di
belitan primer maupun di belitan sekunder. Kurva
karakteristik dari konfigurasi ini hampir identik dengan kurva
karakteristik konfigurasi YNyn (NGR 30 II). Pada konfigurasi
ini, arus yang melewati NGR pada kasus 2 adalah paling besar
yaitu 589.14 A di belitan primer dan 1.08 kA di belitan
sekunder. Hal tersebut menyebabkan pergeseran titik netral di
belitan primer sebesar 17.7 kV dan di belitan sekunder sebesar
32.4 kV. Hal ini harus diperhitungkan dalam penentuan
penentuan rating dari NGR dan bushing pentanahan dari
belitan primer dan sekunder transformator.
Pada konfigurasi YNyn0+d impedansi urutan ke-nol paling
kecil hal ini disebabkan karena ada impedansi tersier yang
relatif kecil yang paralel dengan impedansi magnetisasi pada
rangkaian impedansi urutan ke-nolnya. Berikut kurva
konfigurasinya:
kA
Ohm
kA
Ohm

Gbr 16. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNyn0+d

Dapat dilihat arus hubung singkat paling besar adalah arus
hubung singkat satu fasa ketanah pada belitan sekunder
sebesar 32,12 kA. Seluruh kasus yang melibatkan arus urutan
ke-nol naik nilainya dibandingkan konfigurasi lain.
Sedangkan data arus sirkulasi pada belitan tersier delta
sebagai berikut:

Gbr 17. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi
YNyn0+d

Dapat dilihat dari kurva arus sirkulasi bahwa arus sirkulasi
yang terjadi di belitan tersier delta sangat besar pada kasus 1
dan kasus 3. Hal ini berbahaya terutama terhadap gaya
elektromagnetik yang akan terjadi antar belitan. Oleh sebab
itu, arus ini harus dibatasi dengan menggunakan NGR pada
belitan sekunder seperti konfigurasi berikutnya. Dapat dilihat
arus sirkulasi akibat kasus 2 dan kasus 4 relatif kecil
dibandingkan pada konfigurasi dengan belitan tersier delta
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena arus urutan ke-nol
pada konfigurasi ini dibagi juga terhadap arus urutan ke-nol di
belitan sekunder.
Pada konfigurasi YNyn0+d (NGR 30 I) arus urutan ke-nol
ditahan oleh NGR. Berikut kurva karakteristiknya:

Gbr 18. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNyn0+d (NGR
30 I)

Pada kurva karakteristik dapat dilihat penurunan arus
hubung singkat pada kasus 2 dan kasus 4. Selebihnya kurva
karakteristik ini identik dengan kurva karakteristik
sebelumnya. Sedangkan kurva arus sirkulasinya sebagai
berikut:


Gbr 19. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi
YNyn0+d (NGR 30 I)

Dapat dilihat arus sirkulasi akibat kasus 2 dan kasus 4 turun
drastis sebesar 2 kA. Hal ini disebabkan karena arus urutan
ke-nol pada kasus tersebut ditahan oleh NGR. Pada
konfigurasi ini, arus yang melewati NGR pada kasus 2 adalah
paling besar yaitu 1.73 kA. Hal tersebut menyebabkan
pergeseran titik netral di belitan primer sebesar 52 kV. Hal ini
harus diperhitungkan dalam penentuan penentuan rating dari
NGR dan bushing pentanahan dari belitan primer
transformator.
Berikut kurva karakteristik konfigurasi YNyn0+d (NGR 30
II):
kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm

Gbr 20. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi YNyn0+d (NGR
30 II)

Dapat dilihat arus hubung singkat pada kasus satu turun
signifikan sebesar 5,5 kA. Hal ini disebabkan oleh NGR yang
menahan arus urutan ke-nol di belitan sekunder. Sedangkan
kurva arus sirkulasi yang terjadi pada belitan tersier delta
sebagai berikut:

Gbr 21. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi
YNyn0+d (NGR 30 II)

Dapat dilihat arus sirkulasi untuk kasus 1 dan kasus 3 turun
drastis hingga 2,9 kA. Hal ini disebabkan oleh NGR.
Sedangkan arus sirkulasi pada kasus 2 dan kasus 4 naik
signifikan menjadi 14,71 kA dan 8,38 kA hal ini disebabkan
karena arus urutan ke-nol hanya sedikit yang ke belitan
sekunder karena NGR. Sehingga sebagian besar arus urutan
ke-nol ke belitan primer. Pada konfigurasi ini, arus yang
melewati NGR pada kasus 1 adalah paling besar yaitu 1.47
kA. Hal tersebut menyebabkan pergeseran titik netral di
belitan sekunder sebesar 43.9 kV. Hal ini harus
diperhitungkan dalam penentuan penentuan rating dari NGR
dan bushing pentanahan dari belitan sekunder transformator.
Kurva karakteristik konfigurasi YNyn0+d (NGR 30 III)
mirip dengan sebelumnya selain kasus 2 dan 4.

Gbr 22. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi
YNyn0+d (NGR 30 III)

Pada kurva arus sirkulasi dapat dilihat penurunan signifikan
pada kasus 2 dan 4 karena NGR. Pada konfigurasi ini, arus
yang melewati NGR pada kasus 2 adalah paling besar untuk
belitan primer yaitu 1.57 kA. Hal tersebut menyebabkan
pergeseran titik netral di belitan primer sebesar 46.9 kV.
Sedangkan arus yang melewati NGR pada kasus 1 adalah
paling besar yaitu 1.45 kA untuk belitan sekunder. Hal
tersebut menyebabkan pergeseran titik netral di belitan
sekunder sebesar 43.4 kV. Hal ini harus diperhitungkan dalam
penentuan penentuan rating dari NGR dan bushing
pentanahan dari belitan primer dan sekunder transformator.
Kurva karakteristik dari konfigurasi Yyn0 hampir identik
dengan konfigurasi YNy0, YNy0 (NGR 30), dan Yyn0 (NGR
30). Hal ini disebabkan karena arus urutan ke-nol pada
hubung singkat tidak seimbang harus melalui impedansi
magnetisasi yang besar sehingga sebagian besar arus urutan
ke-nol adalah kontribusi dari sistem. Pada konfigurasi ini
dapat mendeteksi arus urutan ke-nol pada belitan sekunder
sehingga dapat memfasilitasi relay proteksi.
Kurva karakteristik dari konfigurasi Yyn0 (NGR 30)
hampir identik dengan konfigurasi YNy0, YNy0 (NGR 30),
dan Yyn0 dengan alasan yang sama seperti sebelumnya. Pada
konfigurasi ini, arus yang melewati NGR pada kasus 1 adalah
paling besar yaitu 0.303 A. Hal tersebut menyebabkan
pergeseran titik netral di belitan sekunder sebesar 9.1 V. Hal
ini harus diperhitungkan dalam penentuan penentuan rating
dari NGR dan bushing pentanahan dari belitan sekunder
transformator.
Berikut kurva karakteristik dari konfigurasi Yyn0+d:
kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm

Gbr 23. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi Yyn0+d

Dapat dilihat arus hubung singkat yang paling besar adalah
arus hubung singkat satu fasa ketanah di sisi sekunder sebesar
30,74 kA. Hal ini disebabkan karena pada rangkaian
impedansi urutan ke-nol pada sisi sekunder terdapat
impedansi tersier yang relatif kecil yang paralel terhadap
impedansi magnetisasi sehingga impedansi magnetisasi dapat
diabaikan, arus urutan ke-nol sebagian besar melalui belitan
tersier. Hal tersebut menyebabkan impedansi urutan ke-nol
dari konfigurasi ini relatif kecil. Sehingga arus hubung singkat
kasus 1 dan 3 memiliki nilai yang besar. Kurva arus sirkulasi
di belitan tersier deltanya sebagai berikut:

Gbr 24. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi Yyn0+d

Dapat dilihat arus sirkulasi pada belitan tersier delta paling
besar pada konfigurasi ini, yaitu 42,29 kA untuk kasus 1 dan
30,81 kA untuk kasus 3. Hal ini disebabkan karena, selain
konfigurasi ini memiliki impedansi urutan ke-nol yang rendah
di sisi sekunder, arus urutan ke-nol seluruhnya dialirkan ke
belitan sekunder dan tidak dibagi. Arus sirkulasi pada
konfigurasi ini paling berbahaya dibandingkan konfigurasi
lainnya oleh sebab itu disarankan untuk memasang NGR pada
pentanahan belitan sekunder untuk membatasinya seperti pada
konfigurasu sesudah ini.
Berikut kurva karakteristik dari konfigurasi Yyn0+d (NGR
30):

Gbr 25. Kurva karakteristik arus hubung singkat konfigurasi Yyn0+d (NGR
30)

Dapat dilihat pengaruh NGR yang membatasi arus urutan
ke-nol di belitan sekunder menurunkan arus hubung singkat
kasus 1 sebesar 4 kA. Sedangkan kurva arus sirkulasinya
adalah:

Gbr 26. Kurva arus sirkulasi di belitan tersier delta untuk konfigurasi Yyn0+d
(NGR 30)

Pada kurva arus sirkulasi dapat dilihat penuruna yang
sangat drastis dari konfigurasi sebelumnya. Hal ini disebabkan
oleh NGR. Pada konfigurasi ini, arus yang melewati NGR
pada kasus 1 adalah paling besar yaitu 1.46 kA. Hal tersebut
menyebabkan pergeseran titik netral di belitan sekunder
sebesar 43.8 kV. Hal ini harus diperhitungkan dalam
penentuan penentuan rating dari NGR dan bushing
pentanahan dari belitan sekunder transformator.
C. Simulasi Ketidak-seimbangan Tegangan
Simulasi yang dilakukan antara lain simulasi ketidak-
seimbangan urutan negatif dan urutan ke-nol. Simulasi
ketidak-seimbangan urutan negatif tidak dipengaruhi oleh
pentanahan dari transformator. Data yang diamati hanyalah
kenaikan tegangan pada terminal belitan tersier. Data hasil
simulasi ketidak-seimbangan urutan negatif dirangkum dalam
tabel IV.1 sebagai berikut:




kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm
kA
Ohm
TABEL I
DATA HASIL SIMULASI KETIDAK-SEIMBANGAN TEGANGAN
URUTAN NEGATIF

Ketidak-seimbangan urutan negatif disalurkan melalui
impedansi magnetisasi. Dapat dilihat terdapat kenaikan
tegangan hingga 3 kV pada tingkat ketidak-seimbangan 20%.
Hal ini perlu diperhitungkan dalam menentukan proteksi
tegangan dari belitan tersier terutama bushing terminalnya
terhadap tanki yang diketanahkan.
Simulasi ketidak-seimbangan urutan ke-nol dipengaruhi
oleh konfigurasi transformator oleh sebab itu akan dibahas
seperti simulasi arus hubung singkat.
Pada konfigurasi YNy0+d beban tidak seimbang tidak
dapat dialirkan melalui transformator sehingga tidak terdapat
arus sirkulasi pada belitan tersier. Hal ini menyebabkan
ketidak-seimbangan disalurkan melalui urutan negatif.
Tegangan pada terminal tersier juga tidak mengalami
kenaikan melainkan mengalami penurunan.
Pada konfigurasi YNy0+d (NGR 30) seperti konfigurasi
sebelumnya tidak terjadi fenomena apapun hal ini disebabkan
hal yang sama seperti sebelumnya.
Pada konfigurasi YNyn0+d terdapat arus sirkulasi sebesar
0.97 kA untuk tingkat ketidak-seimbangan 1% dan 1.88 kA
untuk tingkat ketidak-seimbangan 2%. Sedangkan rating arus
dari belitan tersier adalah
Ir = = = 1.74 kA
Oleh sebab itu konfigurasi ini hanya dapat beroperasi
sampai pada tingkat ketidak-seimbangan sekitar 1.84%
dengan pendekatan linear.
Pada konfigurasi YNyn0+d (NGR 30 I) terdapat pergeseran
netral akibat arus urutan ke-nol yang melalui NGR. Arus dan
tegangan ini harus diperhitungkan dalam menentukan rating
dari NGR.

TABEL 2
DATA HASIL SIMULASI KETIDAK-SEIMBANGAN TEGANGAN
URUTAN KE-NOL UNTUK KONFIGURASI YNyn0+d (NGR 30 I)

Oleh sebab itu konfigurasi ini hanya dapat beroperasi
sampai pada tingkat ketidak-seimbangan sekitar 2% dengan
pendekatan linear.
Pada konfigurasi YNyn0+d (NGR 30 II) terdapat
pergeseran netral akibat arus urutan ke-nol yang melalui
NGR. Arus dan tegangan ini harus diperhitungkan dalam
menentukan rating dari NGR.




TABEL 3
DATA HASIL SIMULASI KETIDAK-SEIMBANGAN TEGANGAN
URUTAN KE-NOL UNTUK KONFIGURASI YNyn0+d (NGR 30 II)

Konfigurasi ini dapat beroperasi sampai pada tingkat
ketidak-seimbangan lebih dari 20%. Hal ini disebabkan karena
arus urutan ke-nol dibatasi oleh NGR.
Pada konfigurasi YNyn0+d (NGR 30 III) terdapat
pergeseran netral akibat arus urutan ke-nol yang melalui
NGR. Arus dan tegangan ini harus diperhitungkan dalam
menentukan rating dari NGR.

TABEL 4
DATA HASIL SIMULASI KETIDAK-SEIMBANGAN TEGANGAN
URUTAN KE-NOL UNTUK KONFIGURASI YNyn0+d (NGR 30 III)

Konfigurasi ini dapat beroperasi sampai pada tingkat
ketidak-seimbangan lebih dari 20%. Hal ini disebabkan karena
arus urutan ke-nol dibatasi oleh NGR.
Pada konfigurasi Yyn0+d terdapat arus sirkulasi sebesar
0.83 kA untuk tingkat ketidak-seimbangan 1% dan 1.62 kA
untuk tingkat ketidak-seimbangan 2%. Maka batas tingkat
ketidak-seimbangan pada konfigurasi ini adalah 2.15%.
Pada konfigurasi Yyn0+d (NGR 30) terdapat pergeseran
netral akibat arus urutan ke-nol yang melalui NGR. Arus dan
tegangan ini harus diperhitungkan dalam menentukan rating
dari NGR.

TABEL 5
DATA HASIL SIMULASI KETIDAK-SEIMBANGAN TEGANGAN
URUTAN KE-NOL UNTUK KONFIGURASI Yyn0+d (NGR 30)

Konfigurasi ini dapat beroperasi sampai pada tingkat
ketidak-seimbangan lebih dari 20%. Hal ini disebabkan karena
arus urutan ke-nol dibatasi oleh NGR.





IV. KESIMPULAN
Pada sistem transmisi dengan ketidak seimbangan
dibawah 1% maka konfigurasi yang paling tepat untuk
digunakan adalah konfigurasi transformator YNyn0.
Konfigurasi ini memiliki karakteristik arus hubung
singkat yang baik, yaitu arus hubung singkat tidak terlalu
besar tetapi dapat dengan jelas dibedakan dengan arus
beban penuh
Pada sistem transmisi dengan ketidak seimbangan
diatas 1% maka konfigurasi transformator yang paling
tepat untuk digunakan adalah konfigurasi YNyn0+d
(NGR 30 II). Konfigurasi ini memiliki karakter arus
hubung singkat yang cukup baik dengan perhatian desain
yang khusus pada penambahan belitan tersier.
Konfigurasi ini menyediakan belitan tersier delta sebagai
belitan penyeimbang dengan tingkat ketidak seimbangan
sesuai rating NGR.
Apabila memang diperlukan penggunaan belitan
tersier delta sebagai belitan penyeimbang, maka desain
dari transformator perlu diperhatikan secara khusus.
Impedansi urutan ke-nol dari belitan tersier delta harus
cukup kecil untuk mengatasi ketidak-seimbangan sistem
tetapi harus cukup besar untuk membatasi arus sirkulasi
pada keadaan tidak-seimbang terburuk. Selain itu ketidak
seimbangan sistem yang akan dipasang transformator
tersebut harus diperhitungkan dalam desain untuk arus
sirkulasi pada belitan tersier delta serta kenaikan
tegangan akibat ketidak seimbangan sistem agar isolasi
tidak mengalami breakdown.
Pentanahan Melalui NGR pada belitan primer tidak
efektif karena memerlukan rating NGR yang tinggi
sedangkan arus di primer relatif cukup rendah sehingga
tidak perlu dibatasi oleh NGR.

REFERENSI
[1] IEC 60076-8 Power Transformer Application Guide, IEC, January
1997.
[2] Haryanto, Bagus Analisa dan Manajemen Resiko Sambungan Tersier
pada Interbus Transformer, Institue Teknologi Bandung, 2010.
[3] General Electric. The Whys of The Wyes, the Behaviour of
Transformer Y Connection
[4] R. O. KAPP, B.Sc. The performance of Star-Star Transformers,
IEEE Journal, January 1955.
[5] J. Heathcote, Martin The J & P Transformers Book, Newnes, 1998.
[6] Wang, Jialong & Lascu, Raluca Zero Sequence Circuit of Three-
Legged Core Type Transformers.
[7] Fitzgerald, A.E Electric Machinery Mc Graw Hill, 2003.
[8] Grainger, John J. And Stevenson William D. Jr, Power System
Analysis, Mc Graw Hill International Edition, Singapore, 1994.
[9] Anna Guldbrand System Earthing.
[10] T. Smith & W. Smith, Star/Star Transformers Without Delta Tertiary,
Electrical Review article, 21 July 1961.
[11] Driesen, Johan & Van Craenenbroeck, Thierry Voltage Disturbances,
Introduction to Unbalance, Katholieke Universiteit Leuven, May 2002.
[12] P. Pillay & M. Manyage Definition of Voltage Unbalance, IEEE
Power Engineering Review, May 2001.
[13] Loftness,Marvin O, Power Line Interference Sounds, Patterns, and
Myths IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 12, No. 2, April
1997.

You might also like