Professional Documents
Culture Documents
MASA DEPAN
KESELAMATAN
LALU LINTAS
DI INDONESIA
3
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
PENGANTAR
Dokumen Rencana Aksi Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) di bidang keselamatan jalan ini bukan hanya merupakan
sebuah kompilasi rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh POLRI, tetapi merupakan sebuah strategi bagi seluruh kesatuan
kepolisian di seluruh Indonesia yang secara rinci menggambarkan
program-program keselamatan berlalulintas dari tahun 2011
2015 dan 2016 2020. Oleh karena itu, Rencana Aksi (Renaksi) ini
akan berfungsi sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumber
daya anggaran untuk menjamin tercapainya visi keselamatan lalu
lintas jalan yaitu pengurangan 50% korban jiwa di tahun 2020 dan
menjadikan Indonesia Negara terbaik di bidang keselamatan lalu
lintas jalan di ASEAN pada tahun 2035.
Rencana Aksi merupakan bagian tak terpisahkan dari Rencana
Umum Nasional Keselamatan (RUNK) yang diamanatkan dalam
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Rencana Aksi POLRI bidang Keselamatan Lalu
Lintas merupakan sebuah tanggung jawab dalam menciptakan
kualitas keselamatan yang lebih di Indonesia, sekaligus merupakan
upaya untuk menyelamatkan anak-anak bangsa dari kematian sia-
sia di jalan raya.
Rencana Aksi POLRI disiapkan, disusun, dan dikembangkan
oleh Kelompok Kerja Rencana Umum Nasional Keselamatan (Pokja
RUNK) Korlantas POLRI melalui beberapa tahapan diantaranya
dengan meminta sebanyak-banyaknya masukan dari Kementerian
dan lembaga pemangku kepentingan di bidang transportasi
dan lalu lintas jalan. Rencana Aksi juga didasarkan pada kajian-
kajian kecelakaan lalu lintas, ide dan konsep tentang keselamatan
jalan yang digali melalui Focus Group Discussion dan Rapat Pokja
RUNK. Keseluruhan tahapan tersebut diikuti dengan aktif oleh
para pemangku kepentingan di bidang keselamatan lalu lintas,
bidang perhubungan, bidang sarana dan prasarana jalan, bidang
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
4
kesehatan, para akademisi, para praktisi, dan masyarakat umum
sebagai pengguna utama lalu lintas jalan.
Pada akhirnya Rencana Aksi POLRI di bidang keselamatan
jalan ini juga telah mempertimbangkan Rencana Strategis POLRI
2005 2030 (Grand Strategy POLRI), kemudian disinkronisasi
dengan prioritas program dan kegiatan berdasarkan mekanisme
perencanaan dan alokasi anggaran yang berlaku dalam organisasi
POLRI.
Adapun tujuan Rencana Aksi POLRI di bidang keselamatan lalu
lintas jalan ini adalah:
1. Menggambarkan komitmen POLRI dengan dukungan mitra
keselamatan lalu lintas jalan, yaitu Kementerian dan Lembaga,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, lembaga
non pemerintahan dan seluruh komponen masyarakat untuk
bersinergi mewujudkan visi jangka panjang Indonesia di bidang
keselamatan lalu lintas jalan.
2. Menyediakan kerangka kerja (framework) bagi program-
program keselamatan lalu lintas jalan yang dilaksanakan oleh
seluruh instansi kepolisian dan mitra-mitranya di seluruh
Indonesia yang akan mendukung tercapainya visi keselamatan
lalu lintas nasional.
3. Mendukung strategi lain yang dikembangkan oleh para
pemangku kepentingan di bidang keselamatan jalan, seluruh
mitra-mitra POLRI dan masyarakt umum yang sejalan dengan
RUNK.
4. Membantu tercapainya target-target di bidang lain yang secara
langsung atau pun tidak langsung berkaitan dengan kualitas
keselamatan lalu lintas jalan, antara lain efsiensi ekonomi,
kelestarian lingkungan hidup, pemerataan pembangunan
nasional, dan kesejahteraan sosial
5
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
DAFTAR ISI
Pengantar 1
I. Pendahuluan 5
1. Latar Belakang 9
2. Maksud dan Tujuan 9
3. Ruang Lingkup 9
4. Sistematika 9
II. Pendahuluan 5
1. Keselamatan Jalan di Indonesia 9
2. Legislasi 9
3. Faktor Manusia sebagai Pengguna Jalan 9
4. Kendaraan 9
5. Jalan dan Lingkungan 9
6. Peran Polri dalam Mewujudkan
Keselamatan Lalu Lintas 9
III. Tantangan Masa Depan Keselamatan
Berlalu Lintas 5
1. Mewujudkan Visi Keselamatan Lalu Lintas 9
2. Meningkatkan Pengetahuan, Ketrampilan
dan Kepedulian Pengemudi terhadap
Keselamatan lalu lintas dan Membangun
Budaya Keselamatan Lalu Lintas bagi semua
pengguna jalan 9
3. Melindungi Pengguna Jalan yang Rentan
menjadi korban kecelakaan lalu lintas
(Vulnerable road users) 9
4. Mengurangi Faktor-Faktor yang
mengakibatkan korban fatal 9
5. Menerapkan penegakan Hukum
secara Elektronik 9
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
6
IV. Konsep dan Pendekatan 5 Pilar 5
V. Pilar 1: Sistem Manajemen Keselamatan 5
VI. Pilar 2 Sistem Jalan Berkeselamatan 5
VII. Pilar 3 Sistem Kendaraan Berkeselamatan 5
VIII. Pilar 4 - Pengguna Jalan Yang Berkeselamatan 5
IX. Pilar 5 Tanggap Pasca Kecelakaan 5
X. Penutup 5
7
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar1 : Pendekatan Sistem Keselamatan Lalu
Lintas (Safe System) 8
Gambar 2 : Sistematika RUNK dan DoA dimana
DoA 2011-2020 (10 Tahun) menjadi
bagian dari RUNK 2011-2035
(25 Tahun) 9
Gambar 3 : Country Profile Indonesia dalam
UN WHO Global Status
Report 2013 19
Gambar 4 : Deskripsi Model Universal Perilaku
Pengemudi menurut ITERATE (2009),
Deliverable1.2: Description of
Universal Model of Driver behavior
(UMD) and definition of key
parameters for specific application
to different surface transport
domains of application.
The ITERATE consortium 21
Gambar 5 : Prinsip Orkestra dalam
Penyelenggaraan Keselamatan
Jalan dimana Dirigen melakukan
harmonisasi untuk memastikan
kesamaan arah penyelenggaraan
keselamatan jalan 25
Gambar 6 : 5 Pilar RUNK membangun sebuah
komitmen untuk bersinergi dan
berkelanjutan 26
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
8
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Data Korban Kecelakaan Lalu Lintas
2004-2011, Korlantas Polri 7
Grafik 2 : Baseline Data 2010 dan Prediksi
Pengurangan 50% pada tahun 2020
dan prediksi pengurangan 80% pada
tahun 2035 (Grafik dengan garis
berwarna merah) dan prediksi tanpa
implementasi RUNK (Grafik dengan
garis berwarna Biru) 12
Grafik 3 : Jumlah korban kecelakaan lalu lintas
berdasarkan kelompok usia 15
Grafik 4 : Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun
2010 dan 2011 15
Grafik 5 : Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011
berdasarkan Jenis Kendaraan yang
Terlibat dan Prediksi trend linier
keterlibatan setiap jenis kendaraan
hingga 2011 16
Grafik 6 : Perbandingan pertumbuhan jalan
dan kendaraan tahun 1990 - 2011 16
Table 1 : Perbandingan Data Korban
Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2010
dan 2011-interim 13
9
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pendahuluan
1
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
10
11
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. Latar Belakang
Polri mencatat dan mengumumkan secara resmi bahwa
jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
pada tahun 2010 adalah 31.234 orang (Laporan Tahunan
Korlantas, 2011). Jumlah korban kemudian meningkat menjadi
32.657 pada tahun 2011 dengan variasi penyebab yang semakin
kompleks. Beberapa ahli pada bidang keselamatan lalu lintas
bahkan memperkirakan jumlah korban tersebut di atas 40.000
jiwa (INDII-AusAID, 2010).
Grafk 1: Data Korban Kecelakaan Lalu Linta 2004-2011, Korlantas Polri
Dampak kecelakaan lalu lintas menyebabkan kerugian
ekonomi nasional sebesar 2,9% dari Pendapatan Bruto domestic
atau Gross Domestic Product (Pustral-UGM, 2007). Nilai ini lebih
besar dibandingkan yang diperkirakan oleh Badan Kesehatan
Dunia sebesar 2% (WHO, 2004). Kesejahteraan keluarga yang
terlibat kecelakaan cenderung terjadi kemiskinan (Sutomo,
2004). Akibatnya, tingginya kecelakaan dan resiko ekonomi
yang dihadapi oleh keluarga-keluarga korban dapat mendistorsi
hasil pembangunan nasional yang telah dicapai bersama.
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
MD LB LR TRENDMD TRENDLB
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
12
Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mendeklarasikan Dekade Aksi Keselamatan jalan (Decade of
Action for Road Safety) tahun 2011-2020 yang menargetkan
penurunan 50% korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu
lintas di seluruh dunia. Didasari oleh deklarasi ini, Pemerintah
Indonesia menetapkan target untuk mengurangi jumlah
korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas 50% pada
tahun 2020 dan 80% pada tahun 2035, dengan menggunakan
baseline data tahun 2010. Indonesia bertekad untuk menjadi
negara terbaik di bidang keselamatan jalan di Asia Tenggara
pada 2035.
Dalam publikasi resmi UN WHO Data systems: a road
safety manual for decision-makers and practitioners, mengutip
Towards Zero: Ambitious road safety targets and the safe system
approach
1
dijelaskan bahwa sebuah system keselamatan (safe
System) lalu lintas merupakan sebuah strategi dan pendekatan
yang sangat efektif dalam menciptakan lalu lintas yang
lebih selamat bagi seluruh pengguna jalan. Pendekatan ini
bertujuan untuk membangun system lalu lintas jalan yang
dapat mengakomodir kesalahan pengguna jalan (human error)
dan mempertimbangkan rentannya tubuh manusia terhadap
luka dan dampak dari sebuah kecelakaan lalu lintas. Meskipun
demikian, fokus utama dari pendekatan ini adalah pencegahan
kesalahan yang dilakukan oleh pengguna jalan.
1 Towards Zero: Ambitious road safety targets and the safe system approach. Paris,
Organisation for Economic Cooperation and Development/International Transport
Forum, 2008
13
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Gambar 1: Sistem Keselamatan Lalu Lintas (Safe System)
Tujuan dari system ini adalah mencegah akibat fatal
kecelakaan lalu lintas yang dapat bersumber dari kesalahan
manusia itu sendiri (human error), desain kendaraan, desain
jalan dan lingkungan sekitarnya. Dengan mengidentifkasi
factor-faktor utama kesalahan dan ketidaksempurnaan system
tersebut Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingkungannya
akan diarahkan pada situasi dan kondisi yang lebih selamat
dan memiliki resiko sekecil mungkin untuk terlibat dalam
sebuah kecelakaan atau resiko menjadi korban dalam sebuah
kecelakaan.
Pendekatan ini harus dilakukan secara terintegrasi
dari seluruh kemungkinan dilakukannya perbaikan dan
penyempurnaan system dengan prioritas utama pengendalian
kecepatan, laik fungsi kendaraan dan laik fungsi jalan dan
lingkungannya. Pendekatan ini akan menggantikan pendekatan
tradisional di bidang pencegahan kecelakaan yang selalu
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
14
berfokus pada factor kesalahan manusia. Bersamaan dengan
dimulainya Dekade Aksi Keselamatan oleh PBB di seluruh dunia.
Pendekatan system keselamatan diadopsi banyak negara dalam
menjalankan program-program keselamatan lalu lintas
Oleh karena itu diperlukan sebuah grand strategi berupa
Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan yang akan
menjadi pedoman, arah kebijakan dan strategi bagi seluruh
Pemangku Kepentingan dalam mewujudkan keselamatan di
jalan. (Pasal 203 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Untuk itu pula, dalam rangka
memenuhi program DoA for Road Safety Perserikatan Bangsa-
Bangsa maka sepuluh tahun pertama dari RUNK Jalan ini
ditetapkan menjadi program Dekade Aksi Keselamatan Jalan
Republik Indonesia 2011-2020 dan menggunakan pendekatan
system keselamatan yang disesuaikan dengan persoaan dan
kondisi lalu lintas yang ada Indonesia.
Gambar 2: Sistematika RUNK dan DoA dimana DoA 2011-2020 (10 Tahun) menjadi
bagian dari RUNK 2011-2035 (25 Tahun)
Polri memiliki komitmen kuat untuk mewujudkan visi
Indonesia sebagai Negara dengan keselamatan jalan terbaik di
Asia Tenggara melalui penyusunan rencana aksi Polri di bidang
keselamatan lalu lintas. Rencana Aksi Polri dalam Rencana
15
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Umum Nasional Keselamatan (RUNK) ini akan memudahkan
perencanaan program yang harmonis antara Polri dan
Pemangku Kepentingan lainnya guna menjamin terwujudnya
pengurangan 50% korban meninggal dunia di jalan.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari rencana aksi polri ini adalah sebagai panduan dan
pedoman dalam penyusunan program-program keselamatan
dan rencana-rencana kegiatannya di setiap satuan kepolisian,
memonitor dan mengevaluasi kebijakan, langkah-langkah, dan
hasil yang dicapai. Tujuan dari buku rencana aksi ini adalah
a. Menegaskan Komitmen Polri untuk bersinergi mewujudkan
visi jangka menengah dan jangka panjang di bidang
keselamatan lalu lintas jalan dengan seluruh mitra
keselamatan lalu lintas jalan, yaitu Kementerian dan
Lembaga, Pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten,
Lembaga non pemerintahan dan seluruh komponen
masyarakat
b. Menyediakan Kerangka Kerja (framework) bagi program-
program keselamatan lalu lintas jalan yang dilaksanakan
oleh seluruh Institusi kepolisian dan mitra-mitranya di
seluruh Indonesia yang akan mendukung tercapainya visi
keselamatan lalu lintas nasional
c. Mendukung strategi lain yang dikembangkan oleh para
pemangku kepentingan di bidang keselamatan jalan,
seluruh mitra-mitra Polri dan masyarakat umum yang
sejalan dengan RUNK.
d. Membantu tercapainya target-target di bidang lain yang
secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan dengan
kualitas keselamatan lalu lintas jalan, antara lain Efsiensi
Ekonomi, Kelestarian Lingkungan Hidup, Pemerataan
Pembangunan Nasional dan Kesejahteraan Sosial.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
16
3. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Rencana Aksi Polri dalam mendukung
Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan ini dibatasi pada
10 tahun pertama yaitu Tahun 2011-2020 (2 kali 5 tahun).
4. Sistematika
Bab I menjelaskan latar belakang rencana aksi polri ini
yang berangkat dari amanat UU 22/2009 dan Deklarasi
PBB 2010 tentang Dekade Aksi Keselamatan. Maksud dan
tujuan, serta metode dan ruang lingkup dijelaskan pula
pada bab ini
Bab II berisi tentang gambaran kondisi keselamatan lalu
lintas saat ini di seluruh Indonesia
Bab III berisi tentang tantangan dan prediksi
permasalahan keselamatan lalu lintas di Indonesia pada
masa yang akan datang khususnya hal-hal yang menjadi
tanggung jawab Polri
Bab IV berisi tentang konsep keselamatan berlalu lintas
melalui pendekatan 5 Pilar keselamatan
Bab V berisi tentang Pilar I Manajemen Keselamatan
Lalu Lintas, Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan Kegiatan.
Bab ini juga menjelaskan tentang strategi, elemen-
elemen manajemen keselamatan, pentahapan atau waktu
pelaksanaan program serta pendanaan kegiatan-kegiatan.
Bab VI berisi tentang Pilar II Kendaraan yang
berkeselamatan, Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan
Kegiatan. Bab ini juga menjelaskan tentang strategi, elemen-
elemen kendaraan yang berkeselamatan, pentahapan atau
waktu pelaksanaan program serta pendanaan kegiatan-
kegiatan.
Bab VII berisi tentang Pilar III Jalan yang berkeselamatan,
Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan Kegiatan. Bab ini juga
menjelaskan tentang strategi, elemen-elemen Jalan yang
17
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
berkeselamatan, pentahapan atau waktu pelaksanaan
program serta pendanaan kegiatan-kegiatan.
Bab VIII berisi tentang Pilar IV Pengguna Jalan yang
berkeselamatan, Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan
Kegiatan. Bab ini juga menjelaskan tentang strategi, elemen-
elemen Pengguna jalan yang berkeselamatan, pentahapan
atau waktu pelaksanaan program serta pendanaan
kegiatan-kegiatan.
Bab IX berisi tentang Pilar V Respon Pasca Kecelakaan,
Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan Kegiatan. Bab ini juga
menjelaskan tentang strategi, elemen-elemen respon pasca
kecelakaan, pentahapan atau waktu pelaksanaan program
serta pendanaan kegiatan-kegiatan.
Bab X berisi tentang penataan kegiatan, antisipasi
terhadap resiko kegagalan dan evaluasi berkelanjutan
rencana aksi Polri ini.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
18
19
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Kondisi
Keselamatan
Saat Ini Dan
Proyeksi
Masa Depan
2
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
20
21
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. Gambaran umum Keselamatan jalan di Indonesia
Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu
keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan
selama berlalulintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan,
jalan dan / atau lingkungan. Oleh karena itu, sasaran
langsung (direct objective) dari Keselamatan Lalu Lintas adalah
mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas yang melibatkan
seluruh jenis kendaraan dan pengguna jalan, mengurangi
tingkat keparahan (fatalitas) korban kecelakaan lalu lintas.
Namun demikian harus dipahami bahwa beberapa ruas jalan
atau lokasi merupakan tempat dimana sering terjadi kecelakaan
lalu lintas, beberapa jenis kendaraan bermotor, dan beberapa
kelompok pengguna jalan, misalnya kelompok berdasarkan
usia (muda), memiliki catatan kejadian dan korban yang lebih
tinggi dibandingkan kategori lainnya. Dan dengan demikian,
permasalahan keselamatan lalu lintas juga merupakan implikasi
dari permasalahan keadilan, kesamaan status dan kesamaan
hak yang terjadi di jalan-jalan di Indonesia. Sub bab berikut ini
menjelaskan tentang gambaran umum keselamatan lalu lintas
di Indonesia
Beberapa catatan statistik kecelakaan lalu lintas dan
korbannya adalah sebagai berikut:
a. Data kecelakaan tahun 2010 menunjukkan bahwa
kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia telah mengakibatkan
31.234 orang atau sekitar 86 orang meninggal setiap harinya.
Tahun 2011, korban meningkat menjadi 32.657 orang
2
.
Jumlah korban tersebut berasal dari 108.000 kejadian di
tahun 2010 dan 109.000 kejadian di tahun 2011. Tahun 2010
merupakan tahun dasar yang digunakan sebagai dasar
pembanding pencapaian sasaran RUNK dan DoA.
2 Sumber Data Laporan Tahunan Korlantas Polri Tahun 2010 dan 2011
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
22
Grafk 2: Baseline Data 2010 dan Prediksi Pengurangan 50% pada tahun 2020 dan
prediksi pengurangan 80% pada tahun 2035 (Grafk dengan garis berwarna merah) dan
prediksi tanpa implementasi RUNK (Grafk dengan garis berwarna Biru),
b. Loss productivity dari korban dan kerugian material akibat
kecelakaan tersebut diperkirakan mencapai 2,9 - 3,1% dari
total PDB Indonesia, atau setara dengan Rp 205 220 trilyun
pada tahun 2010 dengan total PDB mencapai Rp7.000
trilyun.
c. Rasio fatalitas terhadap 10.000 kendaraan yang terdaftar
di kepolisian adalah sebesar 4.31 pada tahun 2010, dan
sebesar 3.70 pada tahun 2011. Sementara itu, rasio fatalitas
terhadap 100.000 penduduk adalah 9.53.
Table 1: Perbandingan Data Korban Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2010 dan
2011-interim
2. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keselamatan
23
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
lalu lintas (legislasi)
Undang-Undang 22 tahun 2009 membagi kewenangan
tentang permasalahan lalu lintas kepada beberapa Kementerian,
Lembaga dan pemerintahan daerah selaku pemangku
kepentingan (stake holder), namun tidak menunjuk atau
membentuk lembaga yang menjadi leading agency di bidang
keselamatan lalu lintas. Dengan kerangka kerja (institutional
framework) model ini maka tidak terdapat pendanaan khusus
di bidang keselamatan lalu lintas dalam anggaran kerja
kementerian dan lembaga.
Untuk itu, pembentukan Forum LLAJ serta tugas-tugas
forum dalam menangani permasalahan keselamatan telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang
Forum LLAJ.
Pada tahun 2011, Strategi dan target yang akan diterapkan
dalam mengatasi permasalahan keselamatan lalu lintas
dicapai melalui Rencana Umum Nasional Keselamatan
yang di amanatkan dalam Pasal 203. RUNK tersebut telah
disusun dengan menunjuk Bappenas sebagai dirijen dalam
memadukan program-program keselamatan yang dilaksanakan
oleh pada pemangku kepentingan keselamatan lalu lintas. RUNK
disusun dengan mengadopsi pendekatan 5 Pilar Keselamatan.
Kewajiban untuk mengenakan sabuk pengaman (safety belt)
bagi pengemudi dan penumpang di sebelah pengemudi diatur
dalam Pasal 106 UU 22/2009, namun belum terdapat aturan
penggunaan sabuk keselamatan belt untuk penumpang di
belakang pengemudi.
Ketentuan mengenai penggunaan helm sudah ada, baik
untuk pengemudi maupun penumpang.
Beberapa aturan yang terkait yang diperlukan dalam
meningkatkan kualitas keselamatan lalu lintas, namun belum
tersedia, antar lain:
a. Belum ada aturan mengenai tempat duduk anak-anak dan
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
24
bayi (child restrain)
b. Belum ada aturan mengenai kandungan alcohol dalam
tubuh pengemudi (BAC atau Blood Alcohol Contain)
sehingga penegakan hukum terhadap permasalahan ini
belum terlaksana dengan baik.
c. Sistem Penalti atau demerit untuk pelanggaran lalu lintas
telah dinyatakan dalam UU 22/2009 namun belum memiliki
peraturan pelaksanaan sehingga belum dapat diterapkan
terhadap para pengemudi yang melakukan pelanggaran
atau terlibat kecelakaan lalu lintas.
d. Aturan mengenai larangan penggunaan handphone pada
saat mengemudi termasuk SMS atau Text telah dicantumkan
dalam UU No.22/2009 namun penegakan hukum terhadap
pelanggaran ini belum terlaksana.
e. Ketentuan tentang Audit Keselamatan Jalan dan Analisis
mengenai Dampak Lalu Lintas telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 2012 tentang Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, namun belum berjalan dengan baik.
3. Faktor Manusia sebagai pengguna jalan
Faktor manusia merupakan penyebab terbesar terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Manusia dapat menjadi factor utama atau
factor modifkasi
3
dalam sebuah kecelakan lalu lintas. Study
menunjukkan bahwa 94% kecelakaan lalu lintas berhubungan
dengan factor manusia.
Dalam pemahaman tentang kecelakaan lalu lintas, unsur
terpenting adalah korban manusia. Oleh sebab itu dalam
pengkategorian kecelakaan maka klasifkasi kecelakaan
3 Pengertian factor modikasi adalah keterlibatan factor manusia dalam menghadapi
permasalahan keselamatan yang berkaitan dengan factor kendaraan dan factor jalan.
Faktor kendaraan dan factor jalan dapat merupakan penyebab utama kecelakaan lalu
lintas, namun manusia sebagai pengambil keputusan dan tindakan dapat mengurangi
atau menghilangkan factor tersebut sehingga kecelakaan dapat dihindari.
25
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
ditentukan atas dasar tingkat keparahan korban. Laka lantas
dibagi dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut:
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan; yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang.
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/
atau barang.
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Faktor manusia dalam keselamatan lalu lintas berkaitan
dengan keadaan fsik dan psikologi seseorang. Secara fsik,
tubuh manusia tidak dirancang untuk bergerak dalam
kecepatan tinggi khususnya pada saat mengalami benturan
fsik dengan objek lainnya sehingga akibat yang ditimbulkan
dalam sebuah peristiwa kecelakaan dengan kecepatan tinggi
akan berakibat fatal terhadap tubuh manusia bahkan dapat
menyebabkan kehilangan nyawa. Secara psikologi, misalnya
konsentrasi sesorang pada waktu mengemudi, dipengaruhi
oleh factor internal, yaitu: latar belakang pengetahuan,
keterampilan, wawasan, pengalaman, logika, kondisi
kesehatan, kelelahan, stress, serta tekanan atas permasalahan
pribadi. Sedangkan untuk factor eksternal antara lain cuaca,
penggunaan handphone dan pesan teks atau gadget-gadget,
keberadaan alat-alat atau teknologi lain pada kendaraan,
dan hal-hal lain yang berasal dari luar yang mempengaruhi
konsentrasi pengemudi.
Berdasarkan data korban kecelakaan berdasarkan usia,
kecenderungan kelompok usia korban tertinggi adalah usia
16-30 tahun yang merupakan usia dalam kelompok produktif.
Namun disisi lain peningkatan atau pertumbuhan jumlah
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
26
korban tertinggi justru pada usia 0-9 tahun
4
, yang merupakan
anak-anak dan bukan merupakan pengemudi. Penurunan
jumlah korban terbesar ditunjukkan oleh kelompok usia
sangat dewasa 51 tahun ke atas. Secara keseluruhan terdapat
penambahan korban mecapai 2000 orang pada semua jenis
korban (MD, LB dan LR). Perhatikan Tabel di bawah ini:
Grafk 3: Jumlah korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelompok usia.
4. Kendaraan (statistic kendaraan Nasional/Propinsi, jenis dan
tipe)
Jumlah kendaraan yang terdaftar di Polri pada tahun 2011
adalah 78.707.486 unit yang terdiri dari 65.008.424 sepeda
motor, 8.833.335 mobil penumpang, 1.143.807 bus dan
3.446.940 truk/mobil barang dan 274.980 kendaraan khusus.
Selengkapnya pertumbuhan sepeda motor seperti tergambar
pada grafk di bawah ini:
4 Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas tahun 2010 dan 2011, dalam laporan tahunan
Korlantas Polri 2012.
15
Berdasarkan data korban kecelakaan berdasarkan usia, kecenderungan kelompok usia
korban tertinggi adalah usia 16-30 tahun yang merupakan usia dalam kelompok produktif.
Namun disisi lain peningkatan atau pertumbuhan jumlah korban tertinggi justru pada usia
0-9 tahun
4
, yang merupakan anak-anak dan bukan merupakan pengemudi. Penurunan
jumlah korban terbesar ditunjukkan oleh kelompok usia sangat dewasa 51 tahun ke atas.
Secara keseluruhan terdapat penambahan korban mecapai 2000 orang pada semua jenis
korban (MD, LB dan LR). Perhatikan Tabel di bawah ini:
Grafik 3: Jumlah korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelompok usia.
2.4 Kendaraan (statistic kendaraan Nasional/Propinsi, jenis dan tipe)
Jumlah kendaraan yang terdaftar di Polri pada tahun 2011 adalah 78.707.486 unit yang
terdiri dari 65.008.424 sepeda motor, 8.833.335 mobil penumpang, 1.143.807 bus dan
3.446.940 truk/mobil barang dan 274.980 kendaraan khusus. Selengkapnya pertumbuhan
sepeda motor seperti tergambar pada grafik di bawah ini:
4
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas tahun 2010 dan 2011, dalam laporan tahunan Korlantas Polri 2012.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 >95
MD
LB
LR
27
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Grafk 4: Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2010 dan 2011
Data kecelakaan Berdasarkan jenis kendaraan memperlihatkan
bahwa pengguna sepeda motor tetap menjadi jenis kendaraan
yang tertinggi. Pada tahun 2010 tercatat 70,40 % pengguna
sepeda motor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sedangkan
pada tahun 2011 tercatat 69.95%. Angka ini menunjukkan bahwa
kecenderungan pengguna sepeda motor terlibat kecelakaan lalu
lintas lebih tinggi dibanding pengguna kendaraan yang lain. Tabel
berikut memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 rata-
rata persentase sepeda motor yang terlibat dalam kecelakaan
lalu lintas mencapai 70% dari total jumlah kendaraan bermotor,
sementara kendaraan bus/mini bus yang terlibat cenderung
mengalami penurunan.
Grafk 5: Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011 berdasarkan Jenis Kendaraan yang
Terlibat dan Prediksi trend linier keterlibatan setiap jenis kendaraan hingga 2014
16
Grafik 4: Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2010 dan 2011
Data kecelakaan Berdasarkan jenis kendaraan memperlihatkan bahwa pengguna sepeda
motor tetap menjadi jenis kendaraan yang tertinggi. Pada tahun 2010 tercatat 70,40 %
pengguna sepeda motor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada tahun 2011
tercatat 69.95%. Angka ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengguna sepeda motor
terlibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi dibanding pengguna kendaraan yang lain. Tabel
berikut memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 rata-rata persentase sepeda
motor yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas mencapai 70% dari total jumlah kendaraan
bermotor, sementara kendaraan bus/mini bus yang terlibat cenderung mengalami
penurunan.
Grafik 5: Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011 berdasarkan Jenis Kendaraan yang Terlibat dan Prediksi trend
linier keterlibatan setiap jenis kendaraan hingga 2014
8,148,330
1,095,554
3,296,315
265,065
60,152,752
8,781,169
1,920,038
4,257,021
270,611
69,204,675
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
MOPEN BUS TRUK RANSUS SPD MTR
2010 2011
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
MOBIL PENUMPANG
MOBIL BARANG
MINI BUS
SEPEDA MOTOR
Linear (MOBIL PENUMPANG)
Linear (MOBIL BARANG)
Linear (MINI BUS)
Prediksi keterlibatan sepeda motor
16
Grafik 4: Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2010 dan 2011
Data kecelakaan Berdasarkan jenis kendaraan memperlihatkan bahwa pengguna sepeda
motor tetap menjadi jenis kendaraan yang tertinggi. Pada tahun 2010 tercatat 70,40 %
pengguna sepeda motor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada tahun 2011
tercatat 69.95%. Angka ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengguna sepeda motor
terlibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi dibanding pengguna kendaraan yang lain. Tabel
berikut memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 rata-rata persentase sepeda
motor yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas mencapai 70% dari total jumlah kendaraan
bermotor, sementara kendaraan bus/mini bus yang terlibat cenderung mengalami
penurunan.
Grafik 5: Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011 berdasarkan Jenis Kendaraan yang Terlibat dan Prediksi trend
linier keterlibatan setiap jenis kendaraan hingga 2014
8,148,330
1,095,554
3,296,315
265,065
60,152,752
8,781,169
1,920,038
4,257,021
270,611
69,204,675
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
MOPEN BUS TRUK RANSUS SPD MTR
2010 2011
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
MOBIL PENUMPANG
MOBIL BARANG
MINI BUS
SEPEDA MOTOR
Linear (MOBIL PENUMPANG)
Linear (MOBIL BARANG)
Linear (MINI BUS)
Prediksi keterlibatan sepeda motor
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
28
5. Jalan dan Lingkungan
Grafk 6: Perbandingan pertumbuhan jalan dan kendaraan tahun 1990 - 2011
Perbandingan tingkat pertumbuhan jalan dan kendaraan
menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang jalan semakin
jauh tertinggal bila dibandingkan dengan pertumbuhan
jalan. Dalam 25 tahun terakhir, 1987 s/d 2011, pertumbuhan
kendaraan mencapai hampir 957%, sementara panjang jalan
tumbuh 201%. Ini berarti pertumbuhan kendaraan bermotor
4.7 kali pertumbuhan jalan.
6. Peran Polri dalam bidang keselamatan lalu lintas
Peran kepolisian khususnya Polisi Lalu Lintas dalam
mewujudkan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan
di Indonesia merupakan perwujudan tugas pokok yang
diamanatkan dalam undang-undang Republik Indonesia No.
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lints dan Angkutan Jalan.
UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 menyebutkan bahwa
tugas pokok Polri adalah melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat, menegakkan hukum, memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat. Pada bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Pasal 7 ayat (2) huruf e UU 22/2009 menjelaskan bahwa
rumusan tugas pokok dan fungsi Kepolisian tersebut meliputi
urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifkasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum,
17
2.5 Jalan dan Lingkungan
Grafik 6: Perbandingan pertumbuhan jalan dan kendaraan tahun 1990 - 2011
Perbandingan tingkat pertumbuhan jalan dan kendaraan menunjukkan bahwa
pertumbuhan panjang jalan semakin jauh tertinggal bila dibandingkan dengan pertumbuhan
jalan. Dalam 25 tahun terakhir, 1987 s/d 2011, pertumbuhan kendaraan mencapai hampir
957%, sementara panjang jalan tumbuh 201%. Ini berarti pertumbuhan kendaraan
bermotor 4.7 kali pertumbuhan jalan.