You are on page 1of 122

MEMBANGUN

MASA DEPAN
KESELAMATAN
LALU LINTAS
DI INDONESIA
3
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
PENGANTAR
Dokumen Rencana Aksi Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) di bidang keselamatan jalan ini bukan hanya merupakan
sebuah kompilasi rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh POLRI, tetapi merupakan sebuah strategi bagi seluruh kesatuan
kepolisian di seluruh Indonesia yang secara rinci menggambarkan
program-program keselamatan berlalulintas dari tahun 2011
2015 dan 2016 2020. Oleh karena itu, Rencana Aksi (Renaksi) ini
akan berfungsi sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumber
daya anggaran untuk menjamin tercapainya visi keselamatan lalu
lintas jalan yaitu pengurangan 50% korban jiwa di tahun 2020 dan
menjadikan Indonesia Negara terbaik di bidang keselamatan lalu
lintas jalan di ASEAN pada tahun 2035.
Rencana Aksi merupakan bagian tak terpisahkan dari Rencana
Umum Nasional Keselamatan (RUNK) yang diamanatkan dalam
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Rencana Aksi POLRI bidang Keselamatan Lalu
Lintas merupakan sebuah tanggung jawab dalam menciptakan
kualitas keselamatan yang lebih di Indonesia, sekaligus merupakan
upaya untuk menyelamatkan anak-anak bangsa dari kematian sia-
sia di jalan raya.
Rencana Aksi POLRI disiapkan, disusun, dan dikembangkan
oleh Kelompok Kerja Rencana Umum Nasional Keselamatan (Pokja
RUNK) Korlantas POLRI melalui beberapa tahapan diantaranya
dengan meminta sebanyak-banyaknya masukan dari Kementerian
dan lembaga pemangku kepentingan di bidang transportasi
dan lalu lintas jalan. Rencana Aksi juga didasarkan pada kajian-
kajian kecelakaan lalu lintas, ide dan konsep tentang keselamatan
jalan yang digali melalui Focus Group Discussion dan Rapat Pokja
RUNK. Keseluruhan tahapan tersebut diikuti dengan aktif oleh
para pemangku kepentingan di bidang keselamatan lalu lintas,
bidang perhubungan, bidang sarana dan prasarana jalan, bidang
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
4
kesehatan, para akademisi, para praktisi, dan masyarakat umum
sebagai pengguna utama lalu lintas jalan.
Pada akhirnya Rencana Aksi POLRI di bidang keselamatan
jalan ini juga telah mempertimbangkan Rencana Strategis POLRI
2005 2030 (Grand Strategy POLRI), kemudian disinkronisasi
dengan prioritas program dan kegiatan berdasarkan mekanisme
perencanaan dan alokasi anggaran yang berlaku dalam organisasi
POLRI.
Adapun tujuan Rencana Aksi POLRI di bidang keselamatan lalu
lintas jalan ini adalah:
1. Menggambarkan komitmen POLRI dengan dukungan mitra
keselamatan lalu lintas jalan, yaitu Kementerian dan Lembaga,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, lembaga
non pemerintahan dan seluruh komponen masyarakat untuk
bersinergi mewujudkan visi jangka panjang Indonesia di bidang
keselamatan lalu lintas jalan.
2. Menyediakan kerangka kerja (framework) bagi program-
program keselamatan lalu lintas jalan yang dilaksanakan oleh
seluruh instansi kepolisian dan mitra-mitranya di seluruh
Indonesia yang akan mendukung tercapainya visi keselamatan
lalu lintas nasional.
3. Mendukung strategi lain yang dikembangkan oleh para
pemangku kepentingan di bidang keselamatan jalan, seluruh
mitra-mitra POLRI dan masyarakt umum yang sejalan dengan
RUNK.
4. Membantu tercapainya target-target di bidang lain yang secara
langsung atau pun tidak langsung berkaitan dengan kualitas
keselamatan lalu lintas jalan, antara lain efsiensi ekonomi,
kelestarian lingkungan hidup, pemerataan pembangunan
nasional, dan kesejahteraan sosial
5
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
DAFTAR ISI
Pengantar 1
I. Pendahuluan 5
1. Latar Belakang 9
2. Maksud dan Tujuan 9
3. Ruang Lingkup 9
4. Sistematika 9
II. Pendahuluan 5
1. Keselamatan Jalan di Indonesia 9
2. Legislasi 9
3. Faktor Manusia sebagai Pengguna Jalan 9
4. Kendaraan 9
5. Jalan dan Lingkungan 9
6. Peran Polri dalam Mewujudkan
Keselamatan Lalu Lintas 9
III. Tantangan Masa Depan Keselamatan
Berlalu Lintas 5
1. Mewujudkan Visi Keselamatan Lalu Lintas 9
2. Meningkatkan Pengetahuan, Ketrampilan
dan Kepedulian Pengemudi terhadap
Keselamatan lalu lintas dan Membangun
Budaya Keselamatan Lalu Lintas bagi semua
pengguna jalan 9
3. Melindungi Pengguna Jalan yang Rentan
menjadi korban kecelakaan lalu lintas
(Vulnerable road users) 9
4. Mengurangi Faktor-Faktor yang
mengakibatkan korban fatal 9
5. Menerapkan penegakan Hukum
secara Elektronik 9
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
6
IV. Konsep dan Pendekatan 5 Pilar 5
V. Pilar 1: Sistem Manajemen Keselamatan 5
VI. Pilar 2 Sistem Jalan Berkeselamatan 5
VII. Pilar 3 Sistem Kendaraan Berkeselamatan 5
VIII. Pilar 4 - Pengguna Jalan Yang Berkeselamatan 5
IX. Pilar 5 Tanggap Pasca Kecelakaan 5
X. Penutup 5
7
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar1 : Pendekatan Sistem Keselamatan Lalu
Lintas (Safe System) 8
Gambar 2 : Sistematika RUNK dan DoA dimana
DoA 2011-2020 (10 Tahun) menjadi
bagian dari RUNK 2011-2035
(25 Tahun) 9
Gambar 3 : Country Profile Indonesia dalam
UN WHO Global Status
Report 2013 19
Gambar 4 : Deskripsi Model Universal Perilaku
Pengemudi menurut ITERATE (2009),
Deliverable1.2: Description of
Universal Model of Driver behavior
(UMD) and definition of key
parameters for specific application
to different surface transport
domains of application.
The ITERATE consortium 21
Gambar 5 : Prinsip Orkestra dalam
Penyelenggaraan Keselamatan
Jalan dimana Dirigen melakukan
harmonisasi untuk memastikan
kesamaan arah penyelenggaraan
keselamatan jalan 25
Gambar 6 : 5 Pilar RUNK membangun sebuah
komitmen untuk bersinergi dan
berkelanjutan 26
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
8
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Data Korban Kecelakaan Lalu Lintas
2004-2011, Korlantas Polri 7
Grafik 2 : Baseline Data 2010 dan Prediksi
Pengurangan 50% pada tahun 2020
dan prediksi pengurangan 80% pada
tahun 2035 (Grafik dengan garis
berwarna merah) dan prediksi tanpa
implementasi RUNK (Grafik dengan
garis berwarna Biru) 12
Grafik 3 : Jumlah korban kecelakaan lalu lintas
berdasarkan kelompok usia 15
Grafik 4 : Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun
2010 dan 2011 15
Grafik 5 : Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011
berdasarkan Jenis Kendaraan yang
Terlibat dan Prediksi trend linier
keterlibatan setiap jenis kendaraan
hingga 2011 16
Grafik 6 : Perbandingan pertumbuhan jalan
dan kendaraan tahun 1990 - 2011 16
Table 1 : Perbandingan Data Korban
Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2010
dan 2011-interim 13
9
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pendahuluan
1
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
10
11
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. Latar Belakang
Polri mencatat dan mengumumkan secara resmi bahwa
jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
pada tahun 2010 adalah 31.234 orang (Laporan Tahunan
Korlantas, 2011). Jumlah korban kemudian meningkat menjadi
32.657 pada tahun 2011 dengan variasi penyebab yang semakin
kompleks. Beberapa ahli pada bidang keselamatan lalu lintas
bahkan memperkirakan jumlah korban tersebut di atas 40.000
jiwa (INDII-AusAID, 2010).
Grafk 1: Data Korban Kecelakaan Lalu Linta 2004-2011, Korlantas Polri
Dampak kecelakaan lalu lintas menyebabkan kerugian
ekonomi nasional sebesar 2,9% dari Pendapatan Bruto domestic
atau Gross Domestic Product (Pustral-UGM, 2007). Nilai ini lebih
besar dibandingkan yang diperkirakan oleh Badan Kesehatan
Dunia sebesar 2% (WHO, 2004). Kesejahteraan keluarga yang
terlibat kecelakaan cenderung terjadi kemiskinan (Sutomo,
2004). Akibatnya, tingginya kecelakaan dan resiko ekonomi
yang dihadapi oleh keluarga-keluarga korban dapat mendistorsi
hasil pembangunan nasional yang telah dicapai bersama.
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
MD LB LR TRENDMD TRENDLB
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
12
Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mendeklarasikan Dekade Aksi Keselamatan jalan (Decade of
Action for Road Safety) tahun 2011-2020 yang menargetkan
penurunan 50% korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu
lintas di seluruh dunia. Didasari oleh deklarasi ini, Pemerintah
Indonesia menetapkan target untuk mengurangi jumlah
korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas 50% pada
tahun 2020 dan 80% pada tahun 2035, dengan menggunakan
baseline data tahun 2010. Indonesia bertekad untuk menjadi
negara terbaik di bidang keselamatan jalan di Asia Tenggara
pada 2035.
Dalam publikasi resmi UN WHO Data systems: a road
safety manual for decision-makers and practitioners, mengutip
Towards Zero: Ambitious road safety targets and the safe system
approach
1
dijelaskan bahwa sebuah system keselamatan (safe
System) lalu lintas merupakan sebuah strategi dan pendekatan
yang sangat efektif dalam menciptakan lalu lintas yang
lebih selamat bagi seluruh pengguna jalan. Pendekatan ini
bertujuan untuk membangun system lalu lintas jalan yang
dapat mengakomodir kesalahan pengguna jalan (human error)
dan mempertimbangkan rentannya tubuh manusia terhadap
luka dan dampak dari sebuah kecelakaan lalu lintas. Meskipun
demikian, fokus utama dari pendekatan ini adalah pencegahan
kesalahan yang dilakukan oleh pengguna jalan.
1 Towards Zero: Ambitious road safety targets and the safe system approach. Paris,
Organisation for Economic Cooperation and Development/International Transport
Forum, 2008
13
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Gambar 1: Sistem Keselamatan Lalu Lintas (Safe System)
Tujuan dari system ini adalah mencegah akibat fatal
kecelakaan lalu lintas yang dapat bersumber dari kesalahan
manusia itu sendiri (human error), desain kendaraan, desain
jalan dan lingkungan sekitarnya. Dengan mengidentifkasi
factor-faktor utama kesalahan dan ketidaksempurnaan system
tersebut Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingkungannya
akan diarahkan pada situasi dan kondisi yang lebih selamat
dan memiliki resiko sekecil mungkin untuk terlibat dalam
sebuah kecelakaan atau resiko menjadi korban dalam sebuah
kecelakaan.
Pendekatan ini harus dilakukan secara terintegrasi
dari seluruh kemungkinan dilakukannya perbaikan dan
penyempurnaan system dengan prioritas utama pengendalian
kecepatan, laik fungsi kendaraan dan laik fungsi jalan dan
lingkungannya. Pendekatan ini akan menggantikan pendekatan
tradisional di bidang pencegahan kecelakaan yang selalu
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
14
berfokus pada factor kesalahan manusia. Bersamaan dengan
dimulainya Dekade Aksi Keselamatan oleh PBB di seluruh dunia.
Pendekatan system keselamatan diadopsi banyak negara dalam
menjalankan program-program keselamatan lalu lintas
Oleh karena itu diperlukan sebuah grand strategi berupa
Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan yang akan
menjadi pedoman, arah kebijakan dan strategi bagi seluruh
Pemangku Kepentingan dalam mewujudkan keselamatan di
jalan. (Pasal 203 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Untuk itu pula, dalam rangka
memenuhi program DoA for Road Safety Perserikatan Bangsa-
Bangsa maka sepuluh tahun pertama dari RUNK Jalan ini
ditetapkan menjadi program Dekade Aksi Keselamatan Jalan
Republik Indonesia 2011-2020 dan menggunakan pendekatan
system keselamatan yang disesuaikan dengan persoaan dan
kondisi lalu lintas yang ada Indonesia.
Gambar 2: Sistematika RUNK dan DoA dimana DoA 2011-2020 (10 Tahun) menjadi
bagian dari RUNK 2011-2035 (25 Tahun)
Polri memiliki komitmen kuat untuk mewujudkan visi
Indonesia sebagai Negara dengan keselamatan jalan terbaik di
Asia Tenggara melalui penyusunan rencana aksi Polri di bidang
keselamatan lalu lintas. Rencana Aksi Polri dalam Rencana
15
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Umum Nasional Keselamatan (RUNK) ini akan memudahkan
perencanaan program yang harmonis antara Polri dan
Pemangku Kepentingan lainnya guna menjamin terwujudnya
pengurangan 50% korban meninggal dunia di jalan.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari rencana aksi polri ini adalah sebagai panduan dan
pedoman dalam penyusunan program-program keselamatan
dan rencana-rencana kegiatannya di setiap satuan kepolisian,
memonitor dan mengevaluasi kebijakan, langkah-langkah, dan
hasil yang dicapai. Tujuan dari buku rencana aksi ini adalah
a. Menegaskan Komitmen Polri untuk bersinergi mewujudkan
visi jangka menengah dan jangka panjang di bidang
keselamatan lalu lintas jalan dengan seluruh mitra
keselamatan lalu lintas jalan, yaitu Kementerian dan
Lembaga, Pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten,
Lembaga non pemerintahan dan seluruh komponen
masyarakat
b. Menyediakan Kerangka Kerja (framework) bagi program-
program keselamatan lalu lintas jalan yang dilaksanakan
oleh seluruh Institusi kepolisian dan mitra-mitranya di
seluruh Indonesia yang akan mendukung tercapainya visi
keselamatan lalu lintas nasional
c. Mendukung strategi lain yang dikembangkan oleh para
pemangku kepentingan di bidang keselamatan jalan,
seluruh mitra-mitra Polri dan masyarakat umum yang
sejalan dengan RUNK.
d. Membantu tercapainya target-target di bidang lain yang
secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan dengan
kualitas keselamatan lalu lintas jalan, antara lain Efsiensi
Ekonomi, Kelestarian Lingkungan Hidup, Pemerataan
Pembangunan Nasional dan Kesejahteraan Sosial.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
16
3. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Rencana Aksi Polri dalam mendukung
Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan ini dibatasi pada
10 tahun pertama yaitu Tahun 2011-2020 (2 kali 5 tahun).
4. Sistematika
Bab I menjelaskan latar belakang rencana aksi polri ini
yang berangkat dari amanat UU 22/2009 dan Deklarasi
PBB 2010 tentang Dekade Aksi Keselamatan. Maksud dan
tujuan, serta metode dan ruang lingkup dijelaskan pula
pada bab ini
Bab II berisi tentang gambaran kondisi keselamatan lalu
lintas saat ini di seluruh Indonesia
Bab III berisi tentang tantangan dan prediksi
permasalahan keselamatan lalu lintas di Indonesia pada
masa yang akan datang khususnya hal-hal yang menjadi
tanggung jawab Polri
Bab IV berisi tentang konsep keselamatan berlalu lintas
melalui pendekatan 5 Pilar keselamatan
Bab V berisi tentang Pilar I Manajemen Keselamatan
Lalu Lintas, Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan Kegiatan.
Bab ini juga menjelaskan tentang strategi, elemen-
elemen manajemen keselamatan, pentahapan atau waktu
pelaksanaan program serta pendanaan kegiatan-kegiatan.
Bab VI berisi tentang Pilar II Kendaraan yang
berkeselamatan, Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan
Kegiatan. Bab ini juga menjelaskan tentang strategi, elemen-
elemen kendaraan yang berkeselamatan, pentahapan atau
waktu pelaksanaan program serta pendanaan kegiatan-
kegiatan.
Bab VII berisi tentang Pilar III Jalan yang berkeselamatan,
Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan Kegiatan. Bab ini juga
menjelaskan tentang strategi, elemen-elemen Jalan yang
17
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
berkeselamatan, pentahapan atau waktu pelaksanaan
program serta pendanaan kegiatan-kegiatan.
Bab VIII berisi tentang Pilar IV Pengguna Jalan yang
berkeselamatan, Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan
Kegiatan. Bab ini juga menjelaskan tentang strategi, elemen-
elemen Pengguna jalan yang berkeselamatan, pentahapan
atau waktu pelaksanaan program serta pendanaan
kegiatan-kegiatan.
Bab IX berisi tentang Pilar V Respon Pasca Kecelakaan,
Rencana Aksi, Sub Rencana Aksi dan Kegiatan. Bab ini juga
menjelaskan tentang strategi, elemen-elemen respon pasca
kecelakaan, pentahapan atau waktu pelaksanaan program
serta pendanaan kegiatan-kegiatan.
Bab X berisi tentang penataan kegiatan, antisipasi
terhadap resiko kegagalan dan evaluasi berkelanjutan
rencana aksi Polri ini.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
18
19
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Kondisi
Keselamatan
Saat Ini Dan
Proyeksi
Masa Depan
2
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
20
21
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. Gambaran umum Keselamatan jalan di Indonesia
Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu
keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan
selama berlalulintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan,
jalan dan / atau lingkungan. Oleh karena itu, sasaran
langsung (direct objective) dari Keselamatan Lalu Lintas adalah
mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas yang melibatkan
seluruh jenis kendaraan dan pengguna jalan, mengurangi
tingkat keparahan (fatalitas) korban kecelakaan lalu lintas.
Namun demikian harus dipahami bahwa beberapa ruas jalan
atau lokasi merupakan tempat dimana sering terjadi kecelakaan
lalu lintas, beberapa jenis kendaraan bermotor, dan beberapa
kelompok pengguna jalan, misalnya kelompok berdasarkan
usia (muda), memiliki catatan kejadian dan korban yang lebih
tinggi dibandingkan kategori lainnya. Dan dengan demikian,
permasalahan keselamatan lalu lintas juga merupakan implikasi
dari permasalahan keadilan, kesamaan status dan kesamaan
hak yang terjadi di jalan-jalan di Indonesia. Sub bab berikut ini
menjelaskan tentang gambaran umum keselamatan lalu lintas
di Indonesia
Beberapa catatan statistik kecelakaan lalu lintas dan
korbannya adalah sebagai berikut:
a. Data kecelakaan tahun 2010 menunjukkan bahwa
kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia telah mengakibatkan
31.234 orang atau sekitar 86 orang meninggal setiap harinya.
Tahun 2011, korban meningkat menjadi 32.657 orang
2
.
Jumlah korban tersebut berasal dari 108.000 kejadian di
tahun 2010 dan 109.000 kejadian di tahun 2011. Tahun 2010
merupakan tahun dasar yang digunakan sebagai dasar
pembanding pencapaian sasaran RUNK dan DoA.
2 Sumber Data Laporan Tahunan Korlantas Polri Tahun 2010 dan 2011
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
22
Grafk 2: Baseline Data 2010 dan Prediksi Pengurangan 50% pada tahun 2020 dan
prediksi pengurangan 80% pada tahun 2035 (Grafk dengan garis berwarna merah) dan
prediksi tanpa implementasi RUNK (Grafk dengan garis berwarna Biru),
b. Loss productivity dari korban dan kerugian material akibat
kecelakaan tersebut diperkirakan mencapai 2,9 - 3,1% dari
total PDB Indonesia, atau setara dengan Rp 205 220 trilyun
pada tahun 2010 dengan total PDB mencapai Rp7.000
trilyun.
c. Rasio fatalitas terhadap 10.000 kendaraan yang terdaftar
di kepolisian adalah sebesar 4.31 pada tahun 2010, dan
sebesar 3.70 pada tahun 2011. Sementara itu, rasio fatalitas
terhadap 100.000 penduduk adalah 9.53.
Table 1: Perbandingan Data Korban Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2010 dan
2011-interim
2. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keselamatan
23
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
lalu lintas (legislasi)
Undang-Undang 22 tahun 2009 membagi kewenangan
tentang permasalahan lalu lintas kepada beberapa Kementerian,
Lembaga dan pemerintahan daerah selaku pemangku
kepentingan (stake holder), namun tidak menunjuk atau
membentuk lembaga yang menjadi leading agency di bidang
keselamatan lalu lintas. Dengan kerangka kerja (institutional
framework) model ini maka tidak terdapat pendanaan khusus
di bidang keselamatan lalu lintas dalam anggaran kerja
kementerian dan lembaga.
Untuk itu, pembentukan Forum LLAJ serta tugas-tugas
forum dalam menangani permasalahan keselamatan telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang
Forum LLAJ.
Pada tahun 2011, Strategi dan target yang akan diterapkan
dalam mengatasi permasalahan keselamatan lalu lintas
dicapai melalui Rencana Umum Nasional Keselamatan
yang di amanatkan dalam Pasal 203. RUNK tersebut telah
disusun dengan menunjuk Bappenas sebagai dirijen dalam
memadukan program-program keselamatan yang dilaksanakan
oleh pada pemangku kepentingan keselamatan lalu lintas. RUNK
disusun dengan mengadopsi pendekatan 5 Pilar Keselamatan.
Kewajiban untuk mengenakan sabuk pengaman (safety belt)
bagi pengemudi dan penumpang di sebelah pengemudi diatur
dalam Pasal 106 UU 22/2009, namun belum terdapat aturan
penggunaan sabuk keselamatan belt untuk penumpang di
belakang pengemudi.
Ketentuan mengenai penggunaan helm sudah ada, baik
untuk pengemudi maupun penumpang.
Beberapa aturan yang terkait yang diperlukan dalam
meningkatkan kualitas keselamatan lalu lintas, namun belum
tersedia, antar lain:
a. Belum ada aturan mengenai tempat duduk anak-anak dan
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
24
bayi (child restrain)
b. Belum ada aturan mengenai kandungan alcohol dalam
tubuh pengemudi (BAC atau Blood Alcohol Contain)
sehingga penegakan hukum terhadap permasalahan ini
belum terlaksana dengan baik.
c. Sistem Penalti atau demerit untuk pelanggaran lalu lintas
telah dinyatakan dalam UU 22/2009 namun belum memiliki
peraturan pelaksanaan sehingga belum dapat diterapkan
terhadap para pengemudi yang melakukan pelanggaran
atau terlibat kecelakaan lalu lintas.
d. Aturan mengenai larangan penggunaan handphone pada
saat mengemudi termasuk SMS atau Text telah dicantumkan
dalam UU No.22/2009 namun penegakan hukum terhadap
pelanggaran ini belum terlaksana.
e. Ketentuan tentang Audit Keselamatan Jalan dan Analisis
mengenai Dampak Lalu Lintas telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 2012 tentang Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, namun belum berjalan dengan baik.
3. Faktor Manusia sebagai pengguna jalan
Faktor manusia merupakan penyebab terbesar terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Manusia dapat menjadi factor utama atau
factor modifkasi
3
dalam sebuah kecelakan lalu lintas. Study
menunjukkan bahwa 94% kecelakaan lalu lintas berhubungan
dengan factor manusia.
Dalam pemahaman tentang kecelakaan lalu lintas, unsur
terpenting adalah korban manusia. Oleh sebab itu dalam
pengkategorian kecelakaan maka klasifkasi kecelakaan
3 Pengertian factor modikasi adalah keterlibatan factor manusia dalam menghadapi
permasalahan keselamatan yang berkaitan dengan factor kendaraan dan factor jalan.
Faktor kendaraan dan factor jalan dapat merupakan penyebab utama kecelakaan lalu
lintas, namun manusia sebagai pengambil keputusan dan tindakan dapat mengurangi
atau menghilangkan factor tersebut sehingga kecelakaan dapat dihindari.
25
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
ditentukan atas dasar tingkat keparahan korban. Laka lantas
dibagi dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut:
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan; yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang.
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/
atau barang.
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Faktor manusia dalam keselamatan lalu lintas berkaitan
dengan keadaan fsik dan psikologi seseorang. Secara fsik,
tubuh manusia tidak dirancang untuk bergerak dalam
kecepatan tinggi khususnya pada saat mengalami benturan
fsik dengan objek lainnya sehingga akibat yang ditimbulkan
dalam sebuah peristiwa kecelakaan dengan kecepatan tinggi
akan berakibat fatal terhadap tubuh manusia bahkan dapat
menyebabkan kehilangan nyawa. Secara psikologi, misalnya
konsentrasi sesorang pada waktu mengemudi, dipengaruhi
oleh factor internal, yaitu: latar belakang pengetahuan,
keterampilan, wawasan, pengalaman, logika, kondisi
kesehatan, kelelahan, stress, serta tekanan atas permasalahan
pribadi. Sedangkan untuk factor eksternal antara lain cuaca,
penggunaan handphone dan pesan teks atau gadget-gadget,
keberadaan alat-alat atau teknologi lain pada kendaraan,
dan hal-hal lain yang berasal dari luar yang mempengaruhi
konsentrasi pengemudi.
Berdasarkan data korban kecelakaan berdasarkan usia,
kecenderungan kelompok usia korban tertinggi adalah usia
16-30 tahun yang merupakan usia dalam kelompok produktif.
Namun disisi lain peningkatan atau pertumbuhan jumlah
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
26
korban tertinggi justru pada usia 0-9 tahun
4
, yang merupakan
anak-anak dan bukan merupakan pengemudi. Penurunan
jumlah korban terbesar ditunjukkan oleh kelompok usia
sangat dewasa 51 tahun ke atas. Secara keseluruhan terdapat
penambahan korban mecapai 2000 orang pada semua jenis
korban (MD, LB dan LR). Perhatikan Tabel di bawah ini:
Grafk 3: Jumlah korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelompok usia.
4. Kendaraan (statistic kendaraan Nasional/Propinsi, jenis dan
tipe)
Jumlah kendaraan yang terdaftar di Polri pada tahun 2011
adalah 78.707.486 unit yang terdiri dari 65.008.424 sepeda
motor, 8.833.335 mobil penumpang, 1.143.807 bus dan
3.446.940 truk/mobil barang dan 274.980 kendaraan khusus.
Selengkapnya pertumbuhan sepeda motor seperti tergambar
pada grafk di bawah ini:
4 Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas tahun 2010 dan 2011, dalam laporan tahunan
Korlantas Polri 2012.
15
Berdasarkan data korban kecelakaan berdasarkan usia, kecenderungan kelompok usia
korban tertinggi adalah usia 16-30 tahun yang merupakan usia dalam kelompok produktif.
Namun disisi lain peningkatan atau pertumbuhan jumlah korban tertinggi justru pada usia
0-9 tahun
4
, yang merupakan anak-anak dan bukan merupakan pengemudi. Penurunan
jumlah korban terbesar ditunjukkan oleh kelompok usia sangat dewasa 51 tahun ke atas.
Secara keseluruhan terdapat penambahan korban mecapai 2000 orang pada semua jenis
korban (MD, LB dan LR). Perhatikan Tabel di bawah ini:
Grafik 3: Jumlah korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan kelompok usia.
2.4 Kendaraan (statistic kendaraan Nasional/Propinsi, jenis dan tipe)
Jumlah kendaraan yang terdaftar di Polri pada tahun 2011 adalah 78.707.486 unit yang
terdiri dari 65.008.424 sepeda motor, 8.833.335 mobil penumpang, 1.143.807 bus dan
3.446.940 truk/mobil barang dan 274.980 kendaraan khusus. Selengkapnya pertumbuhan
sepeda motor seperti tergambar pada grafik di bawah ini:
4
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas tahun 2010 dan 2011, dalam laporan tahunan Korlantas Polri 2012.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 >95
MD
LB
LR
27
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Grafk 4: Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2010 dan 2011
Data kecelakaan Berdasarkan jenis kendaraan memperlihatkan
bahwa pengguna sepeda motor tetap menjadi jenis kendaraan
yang tertinggi. Pada tahun 2010 tercatat 70,40 % pengguna
sepeda motor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sedangkan
pada tahun 2011 tercatat 69.95%. Angka ini menunjukkan bahwa
kecenderungan pengguna sepeda motor terlibat kecelakaan lalu
lintas lebih tinggi dibanding pengguna kendaraan yang lain. Tabel
berikut memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 rata-
rata persentase sepeda motor yang terlibat dalam kecelakaan
lalu lintas mencapai 70% dari total jumlah kendaraan bermotor,
sementara kendaraan bus/mini bus yang terlibat cenderung
mengalami penurunan.
Grafk 5: Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011 berdasarkan Jenis Kendaraan yang
Terlibat dan Prediksi trend linier keterlibatan setiap jenis kendaraan hingga 2014
16
Grafik 4: Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2010 dan 2011
Data kecelakaan Berdasarkan jenis kendaraan memperlihatkan bahwa pengguna sepeda
motor tetap menjadi jenis kendaraan yang tertinggi. Pada tahun 2010 tercatat 70,40 %
pengguna sepeda motor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada tahun 2011
tercatat 69.95%. Angka ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengguna sepeda motor
terlibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi dibanding pengguna kendaraan yang lain. Tabel
berikut memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 rata-rata persentase sepeda
motor yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas mencapai 70% dari total jumlah kendaraan
bermotor, sementara kendaraan bus/mini bus yang terlibat cenderung mengalami
penurunan.
Grafik 5: Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011 berdasarkan Jenis Kendaraan yang Terlibat dan Prediksi trend
linier keterlibatan setiap jenis kendaraan hingga 2014
8,148,330
1,095,554
3,296,315
265,065
60,152,752
8,781,169
1,920,038
4,257,021
270,611
69,204,675
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
MOPEN BUS TRUK RANSUS SPD MTR
2010 2011
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
MOBIL PENUMPANG
MOBIL BARANG
MINI BUS
SEPEDA MOTOR
Linear (MOBIL PENUMPANG)
Linear (MOBIL BARANG)
Linear (MINI BUS)
Prediksi keterlibatan sepeda motor
16
Grafik 4: Pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2010 dan 2011
Data kecelakaan Berdasarkan jenis kendaraan memperlihatkan bahwa pengguna sepeda
motor tetap menjadi jenis kendaraan yang tertinggi. Pada tahun 2010 tercatat 70,40 %
pengguna sepeda motor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada tahun 2011
tercatat 69.95%. Angka ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengguna sepeda motor
terlibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi dibanding pengguna kendaraan yang lain. Tabel
berikut memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 rata-rata persentase sepeda
motor yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas mencapai 70% dari total jumlah kendaraan
bermotor, sementara kendaraan bus/mini bus yang terlibat cenderung mengalami
penurunan.
Grafik 5: Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011 berdasarkan Jenis Kendaraan yang Terlibat dan Prediksi trend
linier keterlibatan setiap jenis kendaraan hingga 2014
8,148,330
1,095,554
3,296,315
265,065
60,152,752
8,781,169
1,920,038
4,257,021
270,611
69,204,675
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
MOPEN BUS TRUK RANSUS SPD MTR
2010 2011
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
MOBIL PENUMPANG
MOBIL BARANG
MINI BUS
SEPEDA MOTOR
Linear (MOBIL PENUMPANG)
Linear (MOBIL BARANG)
Linear (MINI BUS)
Prediksi keterlibatan sepeda motor
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
28
5. Jalan dan Lingkungan
Grafk 6: Perbandingan pertumbuhan jalan dan kendaraan tahun 1990 - 2011
Perbandingan tingkat pertumbuhan jalan dan kendaraan
menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang jalan semakin
jauh tertinggal bila dibandingkan dengan pertumbuhan
jalan. Dalam 25 tahun terakhir, 1987 s/d 2011, pertumbuhan
kendaraan mencapai hampir 957%, sementara panjang jalan
tumbuh 201%. Ini berarti pertumbuhan kendaraan bermotor
4.7 kali pertumbuhan jalan.
6. Peran Polri dalam bidang keselamatan lalu lintas
Peran kepolisian khususnya Polisi Lalu Lintas dalam
mewujudkan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan
di Indonesia merupakan perwujudan tugas pokok yang
diamanatkan dalam undang-undang Republik Indonesia No.
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lints dan Angkutan Jalan.
UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 menyebutkan bahwa
tugas pokok Polri adalah melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat, menegakkan hukum, memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat. Pada bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Pasal 7 ayat (2) huruf e UU 22/2009 menjelaskan bahwa
rumusan tugas pokok dan fungsi Kepolisian tersebut meliputi
urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifkasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum,
17
2.5 Jalan dan Lingkungan
Grafik 6: Perbandingan pertumbuhan jalan dan kendaraan tahun 1990 - 2011
Perbandingan tingkat pertumbuhan jalan dan kendaraan menunjukkan bahwa
pertumbuhan panjang jalan semakin jauh tertinggal bila dibandingkan dengan pertumbuhan
jalan. Dalam 25 tahun terakhir, 1987 s/d 2011, pertumbuhan kendaraan mencapai hampir
957%, sementara panjang jalan tumbuh 201%. Ini berarti pertumbuhan kendaraan
bermotor 4.7 kali pertumbuhan jalan.

2.6 Peran Polri dalam bidang keselamatan lalu lintas


Peran kepolisian khususnya Polisi Lalu Lintas dalam mewujudkan keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan di Indonesia merupakan perwujudan tugas pokok yang diamanatkan
dalam undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lints dan Angkutan Jalan.
UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 menyebutkan bahwa tugas pokok Polri adalah
melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, menegakkan hukum, memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat. Pada bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 7
ayat (2) huruf e UU 22/2009 menjelaskan bahwa rumusan tugas pokok dan fungsi
Kepolisian tersebut meliputi urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta Pendidikan berlalu lintas.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 226 mengamanatkan
Penyusunan program pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dilakukan oleh forum Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan di bawah koordinasi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dilakukan dengan pola penahapan yang meliputi
program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Adapun program-program
dimaksud dilaksanakan melalui:
1) partisipasi para pemangku kepentingan;
2) pemberdayaan masyarakat;
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1
9
8
7
1
9
8
8
1
9
8
9
1
9
9
0
1
9
9
1
1
9
9
2
1
9
9
3
1
9
9
4
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
1
9
9
9
*
)
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
2
0
1
0
2
0
1
1
Jalan Aspal
Jalan Bukan Aspal
Kendaraan Bermotor (x100)
29
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
Pendidikan berlalu lintas.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Pasal 226 mengamanatkan Penyusunan program pencegahan
Kecelakaan Lalu Lintas dilakukan oleh forum Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan di bawah koordinasi Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dilakukan dengan
pola penahapan yang meliputi program jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Adapun program-program
dimaksud dilaksanakan melalui:
a. partisipasi para pemangku kepentingan;
b. pemberdayaan masyarakat;
c. penegakan hukum; dan
d. kemitraan global.
Selanjutnya, pada Pasal 227 menegaskan bahwa dalam
hal terjadi Kecelakaan Lalu Lintas, petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia wajib melakukan penanganan Kecelakaan
Lalu Lintas dengan cara:
a. mendatangi tempat kejadian dengan segera;
b. menolong korban;
c. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara;
d. mengolah tempat kejadian perkara;
e. mengatur kelancaran arus Lalu Lintas;
f. mengamankan barang bukti; dan
g. melakukan penyidikan perkara.
Peran polisi secara tradisional dalam penanganan kecelakaan
lalu lintas adalah menyidik perkara untuk membuat terang
peristiwa yang terjadi. Peran Polisi ini mengandung konsep Pro
Justitia yang bertujuan menentukan pelaku yang bertanggung
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
30
jawab atas terjadinya sebuah kecelakaan, serta menjamin
dipenuhinya keadilan bagi para korban kecelakaan lalu lintas.
Konsep pro justitia telah menjadi cara yang efektif untuk
menegaskan kewajiban dan tanggung jawab pelaku/penyebab
kecelakaan lalu lintas sebagaimana dijelaskan pada Pasal 234
238 Undang-Undang No. 22/2009.
Polri menyadari bahwa permasalahan kecelakaan bukan
hanya permasalahan pro justitia, tetapi terkait berbagai persoalan
dalam kehidupan masyarakat, antara lain permasalahan
kesehatan, ekonomi, desain dan teknik jalan, kelaikan kendaraan
bermotor, pengembangan teknologi transportasi (intelligent
transport system) dan berbagai permasalahan lainnya. Oleh
karena itu lah Polri terus mengembangkan perannya di
bidang pro engineering, yaitu mendukung kepentingan teknik
perekayasaan lalu lintas dan angkutan jalan, guna membantu
program-program keselamatan yang berkaitan dengan kualitas
pengguna jalan khususnya pengemudi, kelaikan kendaraan,
kelaikan fungsi jalan dan lingkungannya, penanganan korban
dan pelayanan pasca kecelakaan.
Berkaitan dengan permasalahan kecelakaan lalu lintas
sebagai penyebab berbagai permasalahan sosial dan ekonomi
dalam kehidupan masyarakat dan untuk menegaskan peran
Polri dalam bidang perekayasaan keselamatan (pro engineering),
Polri telah memulai dengan penyempurnaan pendataan
kecelakaan lalu lintas yang valid dan reliable sehingga dapat
menjadi sumber utama pengkajian dan perumusan kebijakan
dalam pengembangan program-program keselamatan yang
akan dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan.
31
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
19
Gambar 3: Country Profile Indonesia dalam UN WHO Global Status Report 2013
Gambar 3: Country Profle Indonesia dalam UN WHO Global Status Report 2013
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
32
33
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Tantangan
Masa Depan
Keselamatan
Berlalu Lintas
3
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
34
35
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. Mewujudkan Visi Keselamatan lalu lintas, yaitu Pengurangan
50% Korban Meninggal dunia pada tahun 2020 dan 80% pada
tahun 2035 serta menjadi negara terbaik di Asean di bidang
keselamatan lalu lintas (baseline data tahun 2010)
Visi pengurangan 50% korban meninggal dunia akibat
kecelakaan lalu lintas merupakan visi global yang dicanangkan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam deklarasi Dekade Aksi
Keselamatan Global dan telah diratifkasi oleh pemerintah
Indonesia.
Bukan hanya pengurangan 50% korban pada tahun 2020, Polri
bersama pemangku kepentingan dan mitra-mitra keselamatan
lalu lintas lainnya menyiapkan strategi jangka panjang hingga
tahun 2035 dimana pengurangan korban akan mencapai 80%
dari jumlah korban pada tahun 2010 (baseline). Pada saat yang
bersamaan diharapkan visi jangka panjang untuk menjadikan
Indonesia sebagai Negara dengan keselamatan jalan
terbaik di Asia Tenggara dapat terwujud.
Sebagai salah satu pemangku kepentingan di bidang
keselamatan lalu lintas, Polri berkomitmen untuk mewujudkan
visi jangka menengah dan jangka panjang tersebut melalui
perencanaan dan implementasi program-program keselamatan
serta bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan
dan mitra-mitra keselamatan lalu lintas pada tingkat Lokal,
Nasional bahkan Internasional. Penyusunan rencana aksi Polri
di bidang keselamatan lalu lintas sebagai penjabaran dan
tindak lanjut Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK)
ini akan memudahkan perencanaan program yang harmonis
antara Polri dan Pemangku Kepentingan lainnya serta seluruh
mitra keselamatan lalu lintas guna menjamin terwujudnya visi
tersebut.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
36
2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kepedulian
pengemudi terhadap keselamatan lalu lintas dan membangun
budaya keselamatan lalu lintas bagi semua pengguna jalan
Pendidikan dan pelatihan pengemudi yang lebih baik akan
memberikan kontribusi besar bagi terwujudnya keselamatan
lalu lintas. Pengemudi harus mengetahui dan peduli terhadap
segala resiko yang berkaitan dengan pengoperasionalan
kendaraan bermotor serta memahami bagaimana berkendara
dalam berbagai situasi dan kondisi lalu lintas dengan selamat.
Mewujudkan kualitas pengemudi yang berkeselamatan
berkaitan erat dengan berbagai faktor karakteristik individu
yang menjadi latar belakangnya. Karakteristik-karakteristik
tersebut adalah:
a. Karakteristik demograf: gender, usia, pendidikan,
pendapatan, dll
b. Karakteristik personal: bentuk fsik, emosional, sensation
seeking, cognitif, cacat tubuh / kelemahan fsik
c. Attitude: sikap terhadap pengguna jalan lain, sikap terhadap
keselamatan,
d. Pengalaman dan motivasi: lama mengemudi, turist/wisata,
dll
Reason et al., (1990) menjelaskan tiga jenis kesalahan
pengemudi yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas, yaitu:
a. Kelalailan dan kelengahan yang berasal dari tindakan yang
sengaja dilakukan tanpa memahami konsekuensi dan
akibatnya. Slips and lapses deviating from the intended action
without being aware of it
b. Kesalahan, yaitu tindakan yang direncanakan
mengakibatkan timbulnya kesalahan tanpa bermaksud
melanggar aturan lalu lintas yang berlaku. Mistakes is the
planned action is wrong but one intended to follow the rules
37
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
c. Pelanggaran, yaitu tindakan yang dilakukan dengan sengaja
melanggar aturan dan memahami konsekuensi tindakan
tersebut. Violations the planned action is deliberately against
the rules
Salah satu cara yang harus ditempuh dalam mewujudkan
pengemudi yang berkeselamatan lalu lintas adalah melalui
pendidikan dan pelatihan serta pengujian yang berbasis
keselamatan yang diikuti oleh kontrol-kontrol sosial atau
penegakan hukum yang tegas terhadap para pengemudi
tersebut.
Gambar 4: Deskripsi Model Universal Perilaku Pengemudi menurut ITERATE (2009),
Deliverable1.2: Description of Universal Model of Driver behavior (UMD) and defnition
of key parameters for specifc application to diferent surface transport domains of
application. The ITERATE consortium.
Menjadikan keselamatan lalu lintas sebagai budaya
merupakan tantangan terberat dari peningkatan kualitas
pengemudi dan calon pengemudi. Istilah budaya merupakan
cerminan hasil cipta rasa, karsa dan karya yang secara turun
temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan
pendekatan ini, maka dalam jangka panjang kualitas pengemudi
akan berkembang semakin baik yang pada akhirnya akan
mewujudkan pengemudi-pengemudi yang berkeselamatan
lalu lintas.
21
Reason et al., (1990) menjelaskan tiga jenis kesalahan pengemudi yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu:
1) Kelalailan dan kelengahan yang berasal dari tindakan yang sengaja dilakukan tanpa
memahami konsekuensi dan akibatnya. Slips and lapses deviating from the intended
action without being aware of it
2) Kesalahan, yaitu tindakan yang direncanakan mengakibatkan timbulnya kesalahan
tanpa bermaksud melanggar aturan lalu lintas yang berlaku. Mistakes is the planned
action is wrong but one intended to follow the rules
3) Pelanggaran, yaitu tindakan yang dilakukan dengan sengaja melanggar aturan dan
memahami konsekuensi tindakan tersebut. Violations the planned action is deliberately
against the rules
Salah satu cara yang harus ditempuh dalam mewujudkan pengemudi yang berkeselamatan
lalu lintas adalah melalui pendidikan dan pelatihan serta pengujian yang berbasis
keselamatan yang diikuti oleh kontrol-kontrol sosial atau penegakan hukum yang tegas
terhadap para pengemudi tersebut.
Gambar 4: Deskripsi Model Universal Perilaku Pengemudi menurut ITERATE (2009),
Deliverable1.2: Description of Universal Model of Driver behavior (UMD) and definition of
key parameters for specific application to different surface transport domains of application.
The ITERATE consortium.
Menjadikan keselamatan lalu lintas sebagai budaya merupakan tantangan terberat dari
peningkatan kualitas pengemudi dan calon pengemudi. Istilah budaya merupakan
cerminan hasil cipta rasa, karsa dan karya yang secara turun temurun diwariskan dari
generasi ke generasi. Dengan pendekatan ini, maka dalam jangka panjang kualitas
pengemudi akan berkembang semakin baik yang pada akhirnya akan mewujudkan
pengemudi-pengemudi yang berkeselamatan lalu lintas.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
38
3. Melindungi pengguna jalan yang rentan menjadi korban
kecelakaan lalu lintas (Vulnerable road users) yaitu pejalan
kaki, pesepeda, pengendara dan penumpang sepeda motor.
Siapakah pengguna jalan yang rentan menjadi korban dalam
kecelakaan lalu lintas? Mereka adalah setiap orang atau setiap
pengguna jalan yang tidak dilindungi oleh rumah-rumahan
atau kabin pada saat berada dalam situasi atau aktivitas berlalu
lintas. Akibatnya, mereka secara fsik terekspos kepada bahaya
pada saat berlalu lintas, bukan hanya terhadap gerakan berlalu
lintas kendaraan bermotor lainnya yang lebih superior, tetapi
juga menerima dampak residual berupa debu, gas buang (asap),
panas, dan suara bising yang dapat mengganggu kesehatan,
melelahkan sehingga mengganggu konsentrasi. Yang termasuk
dalam kategori pengguna jalan yang rentan menjadi korban
adalah Pejalan Kaki, Pesepeda dan Pengendara Sepeda Motor.
Minimnya fasilitas atau infrastruktur pelindung bagi
kelompok pengguna jalan ini mengakibatkan resiko terlibat
dan menjadi korban dalam kecelakaan lalu lintas semakin
besar. Bahkan menderita luka fatal yang dapat mengakibatkan
kematian atau cacat tubuh (disable).
Semakin tinggi kecepatan kendaraan bermotor semakin
besar resiko kematian bagi kelompok pengguna jalan yang
rentan ini. Kondisi ini dapat diperburuk oleh desain kendaraan
bermotor yang tidak/kurang memperhatikan pengurangan
resiko bagi kelompok rentan ini.
Berikut penjelasan atas kelompok pengguna jalan yang
rentan menjadi korban:
a. Pejalan Kaki:
1) Salah satu diskusi yang paling signifkan di bidang
transportasi dan sustainability serta teknik jalan (Road
Engineerring) saat ini adalah apakah lingkungan
jalan, di mana orang berjalan-jalan dan melakukan
aktivitas, telah memenuhi kebutuhan pejalan kaki
sebagai manusia. Di Eropa, misalnya, dikenal Charter of
39
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pederstrian Rights 1988, sebuah Piagam tentang Hak-
hak Pejalan Kaki. Artikel kedua charter ini menyatakan
bahwa Pejalan Kaki memiliki hak untuk hidup di pusat-
pusat perkotaan ataupun pedesaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan manusia, bukan untuk kebutuhan
kendaraan bermotor, dan memiliki fasilitas untuk
berjalan atau bersepeda. Keberadaan piagam ini
mengindikasikan bahwa pembangunan Transportasi
dan infrastruktur jalan harus selalu menempatkan
kebutuhan pejalan kaki sebagai prioritas utama.
b. Di Indonesia, permasalahan pejalan kaki ditegaskan,
salah satunya, dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 25 (1) yang
menyatakan: Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu
Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan
Jalan berupa fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki,
dan penyandang cacat. Kata wajib dalam Kamus
besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai sesuatu
yang harus dilakukan; tidak boleh tidak dilaksanakan
(ditinggalkan). Sayangnya, meskipun wajib, fasilitas
ini hanya dikategorikan perlengkapan jalan, bukan
sebagai jalan itu sendiri atau fasilitas utama.
c. Berjalan Kaki adalah tipikal moda transport yang
terabaikan dalam system transportasi dan teknik
jalan. Hampir semua orang cenderung menerima
kenyataan bahwa jalan dan sarana prasarana yang ada
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor. Termasuk
Standard, Ketentuan dan Peraturan yang ada, sebagian
besar dibuat untuk mengakomodasi permasalahan
lalu lintas kendaraan bermotor. Sebuah penelitian
oleh Institute for Transport Studies University of Leeds,
Inggris (2010) menyatakan: Walking is typically the
forgotten mode and consequently low standard walking
environments are everywhere. Tidak mengherankan
apabila lingkungan jalan bagi pejalan kaki saat ini sangat
buruk, tidak dapat dinikmati dan membahayakan
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
40
keselamatan. Misalnya, ketidaktersediaan trotoar
telah memaksa pejalan kaki berjalan di badan jalan
dimana akhirnya pejalan kaki harus berkompetisi
dengan kenderaan bermotor yang superior. Fasilitas
penyeberangan yang sangat minim memaksa
pejalan kaki menyeberang pada sembarang tempat
dengan hanya mengandalkan kehati-hatian, tanpa
perlindungan dan kepastian hak untuk menyeberang.
d. Keadaan pejalan kaki semakin diperburuk oleh volume
lalu lintas yang padat, kebisingan akibat deru mesin dan
produksi asap knalpot yang mengandung carbon (CO
dan CO2). Tanpa disadari semua ini harus dialami oleh
pejalan kaki. Maka, di daerah tropis yang bersuhu 30-
35 derajat celcius, seperti Pekanbaru, dengan kondisi
lingkungan jalan yang tidak ramah dan legal position
yang sangat lemah, rasanya mustahil membujuk orang
berjalan kaki. Himbauan-himbauan tentang jalan kaki
yang berguna bagi kelestarian lingkungan, kesehatan
atau kebugaran fsik, dan peningkatan kualitas hidup
serta berkontribusi bagi tercapainya transport goal
dengan mudah dibantah oleh keadaan yang ada.
e. Mustahil rasanya menikmati jalan raya yang ada
sekarang dengan berjalan kaki. Satu-satunya cara
untuk menikmati berjalan kaki adalah pergi keluar kota
atau ke daerah yang sepi dan berpemandangan indah
(aesthetics) yang tidak dilalui oleh kendaraan bermotor.
Jalan-jalan di kota telah kehilangan atmosphere
yang menyenangkan. Meskipun semua pemangku
kepentingan dan pihak-pihal terkait sepakat bahwa
jalan dan lalu lintasnya merupakan urat nadi kehidupan,
Pemerintah cenderung berinvestasi terbatas terhadap
lingkungan jalan pejalan kaki. Konsentrasi perencanaan
transportasi dan teknik jalan sebagian besar diarahkan
pada lalu lintas kenderaan bermotor (motorized trafc).
Akibatnya, berbagai masalah terus menerus muncul
dan harus dihadapi para pejalan kaki.
41
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
b. Sepeda
1) Jalur sepeda adalah jalur khusus yang diperuntukkan
untuk lalu lintas pengguna sepeda dan kendaraan yang
tidak bermesin yang memerlukan tenaga manusia.
Dengan lebar sekurang-kurangnya 1 meter cukup
dilewati satu sepeda dengan ruang bebas di kiri dan
kanan sepeda yang cukup, dan jalur untuk lalu lintas
dua arah sekurang-kurangnya 2 meter.
2) Penggunaan sepeda di negara maju sedang trend
belakangan ini, disamping untuk mengurangi emisi
dan polusi , penggunaan sepeda lebih murah dan
menyehatkan badan. Di Prancis terdapat tempat
penyewaan sepeda yang sengaja disediakan sebagai
sarana transportasi pengganti dari bus, taxi, maupun
mobil pribadi, baik untuk bepergian ke kantor maupun
ke tempat lainnya. Dan uniknya, bagi yang menyewa
sepeda tersebut tidak perlu mengembalikan sepeda
ke tempat sewa pertama namun cukup meletakannya
di tempat yang tersedia yang tersebar di dalam suatu
wilayah.
3) Di Indonesia terutama di Jakarta, tepatnya di Jakarta
Selatan merupakan tempat pertama pembuatan jalur
khusus untuk sepeda di wilayah DKI Jakarta. Memang
awalnya jalur tersebut memudahkan pengendara
sepeda karena terpisah dari jalur kendaraan lain. Tetapi
kini jalur tersebut semakin memprihatinkan karena
tidak ada yang melintasi dan bahkan digunakan untuk
parkir kendaraan lain sehingga fasilitas mengendara
sepeda belum sempurna di Indonesia.
c. Sepeda Motor
Pesatnya pertumbuhan sepeda motor di Indonesia
digambarkan dalam grafk berikut ini :
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
42
Gambar 5: Stack Chart Persentase Sepeda Motor dan kendaraan bermotor lainnya
tahun 1987 2011
Grafk diatas menggambarkan bahwa pertumbuhan sepeda
motor sebelum tahun 1998 cenderung berimbang dengan
pertumbuhan kendaraan lainnya. Namun sejak tahun 2000
hingga tahun 2010, pertumbuhan sepeda motor mendesak
total jumlah pertumbuhan kendaraan hingga mencapai
80% Pertumbuhan ini disebabkan berbagai faktor antara
lain:
1) Tidak tersedianya angkutan umum.
2) Kemudahan maneuver untuk melintasi ruas-ruas jalan
yang macet.
3) Mudahnya pembiayaan dan prosedur kredit sepeda
motor.
4) Biaya operasional dan perawatan yang terjangkau.
5) Status sosial bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi,
termasuk sepeda motor. Sebagai lambang pencapaian
sukses dalam pekerjaan dan hidup.
6) Jumlah sepeda motor terlibat dalam kecelakaan
mencapai 70% dari total kejadian.
7) Jumlah pengemudi dan penumpang sepeda motor
24
pertama namun cukup meletakannya di tempat yang tersedia yang tersebar di dalam
suatu wilayah.
c) Di Indonesia terutama di Jakarta, tepatnya di Jakarta Selatan merupakan tempat
pertama pembuatan jalur khusus untuk sepeda di wilayah DKI Jakarta. Memang
awalnya jalur tersebut memudahkan pengendara sepeda karena terpisah dari jalur
kendaraan lain. Tetapi kini jalur tersebut semakin memprihatinkan karena tidak
ada yang melintasi dan bahkan digunakan untuk parkir kendaraan lain sehingga
fasilitas mengendara sepeda belum sempurna di Indonesia.
3) Sepeda Motor
Pesatnya pertumbuhan sepeda motor di Indonesia digambarkan dalam grafik berikut ini :
Gambar 5: Stack Chart Persentase Sepeda Motor dan kendaraan bermotor lainnya tahun 1987 2011
Grafik diatas menggambarkan bahwa pertumbuhan sepeda motor sebelum tahun 1998
cenderung berimbang dengan pertumbuhan kendaraan lainnya. Namun sejak tahun 2000
hingga tahun 2010, pertumbuhan sepeda motor mendesak total jumlah pertumbuhan
kendaraan hingga mencapai 80% Pertumbuhan ini disebabkan berbagai faktor antara lain:
a) Tidak tersedianya angkutan umum.
b) Kemudahan maneuver untuk melintasi ruas-ruas jalan yang macet.
c) Mudahnya pembiayaan dan prosedur kredit sepeda motor.
d) Biaya operasional dan perawatan yang terjangkau.
e) Status sosial bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi, termasuk sepeda motor.
Sebagai lambang pencapaian sukses dalam pekerjaan dan hidup.
f) Jumlah sepeda motor terlibat dalam kecelakaan mencapai 70% dari total kejadian.
g) Jumlah pengemudi dan penumpang sepeda motor yang menjadi korban meninggal
dunia dalam kecelakaan mencapai 60% dari total korban mati.
Tantangan bagi Polri dan semua pemangku kepentingan adalah bagaimana menjamin
pengoperasional sepeda motor yang memenuhi standar keselamatan dan mengurangi
jumlah korban meninggal dunia dalam kecelakaan yang melibatkan sepeda motor?
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1
9
8
7
1
9
8
8
1
9
8
9
1
9
9
0
1
9
9
1
1
9
9
2
1
9
9
3
1
9
9
4
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
*
1
9
9
9
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
2
0
1
0
Sepeda Motor KBM Lain
43
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
yang menjadi korban meninggal dunia dalam
kecelakaan mencapai 60% dari total korban mati.
Tantangan bagi Polri dan semua pemangku kepentingan
adalah bagaimana menjamin pengoperasional sepeda
motor yang memenuhi standar keselamatan dan
mengurangi jumlah korban meninggal dunia dalam
kecelakaan yang melibatkan sepeda motor?
4. Mengurangi faktor-faktor yang mengakibatkan korban fatal
yaitu korban Meninggal dunia dan luka berat termasuk cacat
tetap (disable) akibat kecelakaan lalu lintas karena Faktor :
a. Kecepatan (Speed)
b. Tipe tabrakan
c. Usia Muda dan Pemula (Young and Novice) : Sebanyak 67%
korban kecelakaan berada pada usia 22 50 tahun.
5. Menerapkan penegakan hukum secara elektronik (Elektronic
Law Enforcement)
Penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas adalah
salah satu bagian terpenting dalam menjamin lalu lintas yang
berkeselamatan. Pengawasan terhadap perilaku-perilaku
yang berisiko menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas
harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten, dengan
perkataan lain tidak ada toleransi bagi setiap jenis pelanggaran
yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di jalan,
dimanapun dan kapanpun pelanggaran tersebut terjadi. Namun
demikian, keterbatasan operasional yang dialami para penegak
hukum untuk mengawasi situasi lalu lintas sebagaimana
digambarkan di atas merupakan tantangan yang harus diatasi,
terutama pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan secara
massal (banyak pelanggaran dalam waktu yang bersamaan),
pada jam-jam dan lokasi dimana jumlah polisi dan penegak
hukum lain sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
44
Pengawasan terhadap beberapa pelanggaran yang
membutuhkan pembuktian yang lebih rumit seperti
pelangaran ambang batas kandungan alcohol dalam darah,
pelanggaran batas kecepatan maksimum dan minimum, dan
pengawsan jam kerja pengemudi. Oleh karena itu, penggunaan
peralatan elektronik dan system computer akan menjadi bagian
terpenting dalam rangka menjamin perilaku dan kepatuhan
para pengguna jalan terhadap regulasi-regulasi keselamatan
lalu lintas. Berikut ini beberapa pelanggaran yang akan diawasi
dan dikontrol secara elektronik:
a. Pelanggaran Batas Kecepatan
b. Pelanggaran ambang batas kandungan alcohol dalam
darah
c. Pelanggaran terhadap Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
(APILL), Marka dan Rambu.
d. Pelanggaran terhadap jam kerja pengemudi professional
(angkutan umum orang dan barang)
e. Pelanggaran terhadap berat beban maksimum, dimensi
dan muatan sumbu terberat kendaraan angkutan barang
(Overloading)
f. Pelanggaran dalam bentuk Gangguan / Distraction (HP-
telepon dan text, GPS, TV dan Multimedia)
45
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Konsep Dan
Pendekatan
5 Pilar
4
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
46
47
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. Falsafah Rencana Aksi
Sebagaimana dijabarkan dalam RUNK, falsafah dari
Rencana Aksi Keselamatan Lalu Lintas Polri ini adalah berlanjut,
terkoordinasi, dan kebersamaan, berdasarkan pemahaman
bahwa keselamatan jalan adalah tanggung jawab setiap
orang. Laporan Asian Development Bank (ADB) Tahun 2004
menjelaskan bahwa salah satu kelemahan dari penyelenggaraan
keselamatan jalan di Indonesia adalah buruknya koordinasi
dan manajemen
5
. Koordinasi merupakan kunci sukses bagi
tercapainya keselamatan jalan di suatu negara. Oleh karena itu,
fokus utama Pemerintah adalah memastikan penyelenggaraan
keselamatan jalan sebagai tanggung jawab bersama yang
harus dilaksanakan secara selaras dan terkoordinasi dengan
menerapkan prinsip-prinsip orchestra.
Gambar 6: Prinsip Orkestra dalam Penyelenggaraan Keselamatan Jalan dimana
Dirigen melakukan harmonisasi untuk memastikan kesamaan arah penyelenggaraan
keselamatan jalan
5 Rapor kinerja penyelenggaraan keselamatan jalan Indonesia berada di urutan ke-9 dari
10 Negara Asia Tenggara. Untuk koordinasi dan manajemen, Indonesia berada di urutan
ke-10 dari 10 negara Asia Tenggara (ADB, 2004).
26
IV. KONSEP DAN PENDEKATAN 5 PILAR
4.1 Falsafah Rencana Aksi
Sebagaimana dijabarkan dalam RUNK, falsafah dari Rencana Aksi Keselamatan Lalu
Lintas Polri ini adalah berlanjut, terkoordinasi, dan kebersamaan, berdasarkan pemahaman
bahwa keselamatan jalan adalah tanggung jawab setiap orang. Laporan Asian Development
Bank (ADB) Tahun 2004 menjelaskan bahwa salah satu kelemahan dari penyelenggaraan
keselamatan jalan di Indonesia adalah buruknya koordinasi dan manajemen
5
. Koordinasi
merupakan kunci sukses bagi tercapainya keselamatan jalan di suatu negara. Oleh karena
itu, fokus utama Pemerintah adalah memastikan penyelenggaraan keselamatan jalan sebagai
tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan secara selaras dan terkoordinasi dengan
menerapkan prinsip-prinsip orchestra.
Gambar 6: Prinsip Orkestra dalam Penyelenggaraan Keselamatan Jalan dimana Dirigen melakukan
harmonisasi untuk memastikan kesamaan arah penyelenggaraan keselamatan jalan
Sebuah system keselamatan mempersyaratkan kerjasama yang solid dan pembagian
tanggung jawab diantara para pemangku kepentingan, mitra-mitra keselamatan lalu lintas
dan seluruh pengguna jalan. Konsep tentang penyelenggaraan system keselamatan jalan ini
menggabungkan 5 unsur terkait dalam keselamatan jalan, yaitu:
1) Manajemen keselamatan jalan (Road safety management)
2) Jalan yang berkeselamatan (Safer road)
3) Kendaraan yang berkeselamatan (Safer vehicle)
4) Pengguna Jalan yang berkeselamatan (Safer people)
5
Rapor kinerja penyelenggaraan keselamatan jalan Indonesia berada di urutan ke-9 dari 10 Negara
Asia Tenggara. Untuk koordinasi dan manajemen, Indonesia berada di urutan ke-10 dari 10 negara
Asia Tenggara (ADB, 2004).
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
48
Sebuah system keselamatan mempersyaratkan kerjasama
yang solid dan pembagian tanggung jawab diantara para
pemangku kepentingan, mitra-mitra keselamatan lalu lintas
dan seluruh pengguna jalan. Konsep tentang penyelenggaraan
system keselamatan jalan ini menggabungkan 5 unsur terkait
dalam keselamatan jalan, yaitu:
a. Manajemen keselamatan jalan (Road safety management)
b. Jalan yang berkeselamatan (Safer road)
c. Kendaraan yang berkeselamatan (Safer vehicle)
d. Pengguna Jalan yang berkeselamatan (Safer people)
e. Respon Pasca Kecelakaan (Post crash response)
Kelima unsur ini disebut 5 Pilar Keselamatan Jalan dan
saling terkait satu sama lain seperti yang tergambar dalam
model keselamatan jalan pada Gambar 6.
Gambar 7: 5 Pilar RUNK membangun sebuah komitmen untuk bersinergi dan
berkelanjutan
27
5) Respon Pasca Kecelakaan (Post crash response)
Kelima unsur ini disebut 5 Pilar Keselamatan Jalan dan saling terkait satu sama lain
seperti yang tergambar dalam model keselamatan jalan pada Gambar 6.
Gambar 7: 5 Pilar RUNK membangun sebuah komitmen untuk bersinergi dan berkelanjutan
49
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pilar 1:
Sistem
Manajemen
Keselamatan
5
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
50
51
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. Tantangan Yang Dihadapi
Penggunaan peralatan dan pengolahan data berbasis
Geographic Information System (GIS) dalam pemetaan lokasi
rawan kecelakaan oleh petugas di lapangan.
Dasar kompetensi petugas pencatat kejadian kecelakaan
terhadap konsep rekayasa keselamatan jalan.
Kesamaan visi dan misi dalam mendorong keselamatan jalan
di Indonesia bagi instansi mitra.
2. KONDISI EKSISTING
Kondisi sampai saat ini, pencatatan mengenai lokasi di satu
daerah dengan daerah yang lainnya tidak sama. Sebagian
daerah menyertakan posisi patok kilometer jalan dan sebagian
tidak. Laboratorium Transportasi UI (2009) menyatakan bahwa
terdapat setidak-tidaknya 4 (empat) kelengkapan lokasi
kejadian, yaitu: (1) nama ruas jalan; (2) nama kelurahan atau
desa; (3) nama kecamatan; dan (4) posisi patok kilometer
jalan. Sumber yang sama mendapatkan fakta untuk kondisi
pencatatan kecelakaan lalu lintas di ruas Pantai Utara Jawa
dan Jalur Lintas Timur Sumatera tahun 2008, sebagai berikut:
(1) 54,0% tidak menyertakan posisi patok kilometer jalan (2)
18,18% tidak menyertakan nama kecamatan; (3) 30,48% tidak
menyertakan nama kelurahan atau desa; dan (4) 8,29% tidak
menyertakan nama ruas jalan. Kualitas data yang seperti
disebutkan di atas akan sulit dikaji oleh stakeholder, khususnya
untuk mengidentifkasi lokasi rawan kecelakaan.
Investigasi kejadian kecelakaan lalu lintas dilakukan oleh
petugas dengan kompetensi analisis kecelakaan hanya
berorientasi pada penegakan hukum bukan untuk rekayasa.
Dengan demikian, informasi yang dikumpulkan oleh petugas
tidak cukup untuk keperluan rekayasa keselamatan jalan.
Kerjasama di bidang keselamatan lalu lintas pada setiap
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
52
tahapan peristiwa kecelakaan sebagai langkah dalam
3. KEMANA KITA AKAN MELANGKAH
Mendorong terselenggaranya koordinasi antar pemangku
kepentingan dan terciptanya kemitraan sektoral guna menjamin
efektiftas dan keberlanjutan pengembangan dan perencanaan
strategi keselamatan jalan.
4. APA YANG AKAN KITA LAKUKAN
Pilar 1 Sistem Manajemen Keselamatan ini memiliki 3 (tiga)
rencana aksi, meliputi:
a. Penyempurnaan sistem pencatatan data kecelakaan lalu
lintas;
b. Peningkatan kualitas investigasi kecelakaan lalu lintas; dan
c. Road Safety Partnership Action (RSPA).
Ketiga rencana aksi tersebut diturunkan menjadi beberapa
sub-rencana aksi yang memiliki tujuan tujuan tertentu. Setiap
sub rencana aksi diturunkan kembali menjadi beberapa
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas
pokok dan kewajiban dari setiap bagian. Selain itu, penilaian
keberhasilan program dinilai berdasarkan key performance
indicator sebagai tahapan monitoring dan evaluasi dari setiap
program yang dilaksanakan.
5. RENCANA AKSI PENYEMPURNAAN SISTEM PENCATATAN
DATA KECELAKAAN LALU LINTAS
Rencana Aksi tersebut dituangkan ke dalam 2 (dua) buah sub
rencana aksi, yaitu:
a. Penyempurnaan format data kecelakaan lalu lintas; dan
b. Analisis sistem pencatatan data kecelakaan lalu lintas
secara berkala. Kedua sub rencana aksi tersebut dirancang
untuk dapat merangkum seluruh kinerja Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan kebijakan yang telah
53
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
dipublikasikan oleh Pemerintah RI.
1) Penyempurnaan format data kecelakaan lalu
lintas merupakan Sub rencana aksi I bertujuan untuk
mempermudah pengolahan dan analisis terhadap data
kecelakaan lalu lintas sebagai sumber informasi bagi
stakeholder. Sub rencana aksi ini dijabarkan ke dalam 3
(tiga) buah kegiatan, yaitu:
a) Penyusunan standardisasi data kecelakaan lalu
lintas secara nasional yang terintegrasi;
Penyusunan standardisasi data kecelakaan
lalu lintas secara nasional yang terintegrasi
merupakan suatu kegiatan yang sangat baik.
Standarisasi data kecelakaan dimaksudkan supaya
informasi yang tercatat di satu daerah dengan
daerah yang lain adalah sama dan memiliki
kesamaan istilah. Contoh: pencatatan lokasi
kejadian kecelakaan lalu lintas. Pencatatan lokasi
di satu daerah dengan daerah yang lainnya harus
sama. Keterintegrasian data dapat diwujudkan
secara nyata jika data kecelakaan lalu lintas
dapat diakses oleh stakeholder, baik di pusat
maupun di daerah lainnya. Oleh karena itu, data
kecelakaan lalu lintas seyogyanya disimpan di
dalam basis data dan bersifat digital. Pengusulan
penggunaan Geographic Information System (GIS)
bisa diterapkan untuk mengidentifkasi lokasi
kejadian kecelakaan lalu lintas yang dipadukan
dengan sistem teknologi informasi yang sudah
dikembangkan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
b) Pembuatan pedoman pengisian format data
kecelakaan lalu lintas secara baku;
Kegiatan selanjutnya adalah membuat pedoman
pengisian format data kecelakaan lalu lintas
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
54
secara baku. Hal ini perlu dilakukan untuk
mendukung keberhasilan kegiatan pertama, yaitu
standardisasi. Pedoman pengisian format data
kecelakaan lalu lintas tersebut menjamiin bahwa
setiap petugas pencatat kejadian kecelakaan
lalu lintas akan mencatatkan hal hal yang telah
menjadi standar dari pengisiannya. Misalnya:
standardisasi penamaan jalan. Banyak kasus
yang ditemui mengenai perbedaan penamaan
jalan antara jalan Otista dengan jalan Otto
Iskandardinata atau jalan Jenderal Sudirman
dengan jalan Jend. Sudirman. Kedua penyebutan
tersebut benar tetapi pencatatan yang berbeda
seperti ini akan sulit diolah oleh sistem teknologi
yang sudah ada. Sistem teknologi akan membaca
bahwa kedua jalan yang berbeda penulisannya
tersebut merupakan jalan yang benar benar
berbeda. Selain itu, standardisasi tersebut juga
berguna bagi pendefnisian tingkat fatalitas
korban, khususnya pembedaan antara korban
meninggal dunia dengan korban yang mengalami
luka berat. Pendefnisian meninggal dunia di dalam
Peraturan Presiden RI Nomor 43 Tahun 1993 pasal
93 ayat (3) adalah korban yang meninggal dunia
akibat kecelakaan lalu lintas pada saat setelah
kejadian berlangsung atau hingga kurun waktu
30 hari dari kejadian. Kenyataannya informasi
yang tercatat dalam Laporan Kepolisian masih
saja kondisi korban pada saat setelah kejadian
berlangsung. Hal ini perlu diperbaiki mengingat
bahwa defnisi meninggal dunia sudah dinyatakan
dalam kebijakan dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang wajib mencatat informasi tersebut.
c) Pelaksanaan pengisian data kecelakaan lalu lintas.
Kegiatan ketiga adalah melaksanakan pengisian
data kecelakaan lalu lintas supaya format data
55
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
yang telah ditetapkan dapat dievaluasi. Tantangan
dari kegiatan ini adalah petugas pencatat kejadian
kecelakaan lalu lintas hanya dapat mempelajari
format data kecelakaan lalu lintas secara mandiri
dengan panduan pedoman sementara itu tidak
banyak petugas pencatat kejadian kecelakaan
lalu lintas yang bisa memahami dengan cepat.
Tantangan lainnya adalah mencatat suatu kejadian
yang hanya mengakibatkan kerugian material dan
luka ringan bagi korbannya. Tantangan kedua ini
terjadi karena pemikiran yang saat ini muncul
baik di masyarakat maupun di petugas pencatat
kejadian kecelakaan itu sendiri. Pemikiran bahwa
pencatatan kejadian kecelakaan hanya diperlukan
untuk ranah hukum dan pencairan klaim asuransi.
Indikator utama dari sub rencana aksi penyempurnaan
format pendaataan kecelakaan lalu lintas ini adalah:
a) Tersedianya format data kecelakaan lalu lintas
secara nasional yang terintegrasi. Ukuran
keberhasilan ini merupakan fungsi dari waktu
yang akan ditetapkan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam jangka menengah dan
jangka panjang.
b) Tersedianya pedoman pengisian format
kecelakaan lalu lintas secara nasional yang
terintegrasi.
c) Terlaksananya pengisian data kecelakaan lalu lintas
dan terlaporkannya semua kejadian kecelakaan
lalu lintas.
2) Analisis sistem pencatatan data kecelakaan lalu
lintas secara berkala merupakan Sub rencana aksi
II yang bertujuan untuk memastikan bahwa bahwa
sistem pencatatan yang telah ditetapkan dapat berjalan
secara efektif dan efsien. Adapun kegiatan-kegiatan
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
56
yang akan dilaksanakan adalah:
a) Pelatihan pengisian data kecelakaan lalu lintas
Pelatihan ini bertujuan melatih para petugas
pencatat kejadian kecelakaan lalu lintas untuk
mengisi format data kecelakaan lalu lintas yang
telah ditetapkan. Kegiatan ketiga ini merupakan
kegiatan pelengkap untuk kegiatan pertama dan
kegiatan kedua dan paling terakhir dalam sub
rencana aksi yag pertama dalam pilar pertama.
Kegiatan ini dimaksudkan supaya petugas
pencatat kejadian kecelakaan dibantu untuk
mempraktekan tugasnya sebelum dilaksanakan
di lapangan supaya petugas tersebut dapat
dengan tangkas menggunakan format yang
telah ditetapkan saat berada di lapangan. Selain
itu, pelatihan ini juga dimaksudkan untuk
mengevaluasi daftar isi dari format. Jika ada daftar
isi yang jarang diisi dan ada penambahan daftar isi
secara manual, maka perlu dilakukan revisi format
supaya format dapat efektif.
Namun demikian terdapat beberapa kendala
yang mungkin dihadapi untuk penyelenggaraan
kegiatan ketiga pelatihan pengisian format data
kecelakaan lalu lintas, sebagai berikut:
(1) Pelatihan tersebut ditujukan bagi petugas
pencatat kejadian kecelakaan tetapi jika
petugas yang dimaksud telah mendapatkan
pelatihan dan kemudian mendapatkan
penugasan di luar bidang lalu lintas,
khususnya di dalam unit kecelakaan, maka
tujuan untuk mengikutsertakan petugas
tersebut ke dalam pelatihan menjadi tidak
lagi bermakna;
(2) Daerah mengutus personil yang tidak
57
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
melakukan pencatatan kejadian kecelakaan
lalu lintas di lapangan; dan
(3) Daerah mengutus personil yang sama dalam
beberapa penyelenggaraan pelatihan karena
keterbatasan personil di lapangan.
b) Monitoring hasil isi data kecelakaan lalulintas
Kegiatan kedua adalah memantau hasil pengisian
format data kecelakaan lalu lintas. Seperti
sudah disampaikan dalam kegiatan pertama di
atas bahwa setelah dilakukan pengisian maka
seyogyanya dilakukan evaluasi untuk memantau
daftar isi. Namun, dalam kegiatan kali ini juga
diperlukan pemantauan terhadap daftar isi
yang sulit untuk dicatat oleh pencatat kejadian
kecelakaan lalu lintas. Misalnya: petugas pencatat
kejadian kecelakaan lalu lintas selalu kesulitan
mengisi kolom patok kilometer jalan jika kejadian
kecelakaan berada di perkotaan karena patok
kilometer jalan tidak tersedia. Dengan demikian,
kegiatan kedua ini dapat mengidentifkasi
kesulitan kesulitan semacam ini sehingga dapat
dipertimbangkan kembali cara lain bahkan untuk
merevisi format data kecelakaan lalu lintas.
c) Capacity building untuk analisis data kecelakaan
lalu lintas
Capacity building tersebut merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia, mengingat bahwa salah satu tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan
analisis dan evaluasi pengurangan serta
penanggulangan pelanggaran dan kecelakaan
lalu lintas ( PP 32/2011 psl 16 ayt 2b) dimana
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
58
Kepolisian Negara Republik Indonesia jarang
memiliki personil dengan pengetahuan rekayasa
lalu lintas.
Indikator utama:
a) Terlaksananya pelatihan bagi 20.000 personil
petugas pencatat kejadian kecelakaan lalu lintas
serta petugas pencatat kejadian kecelakaan lalu
lintas memahami cara pengisian format data
kecelakaan lalu lintas.
b) Terlaksananya monitoring (pemantauan) kegiatan
pengisian format data kecelakaan lalu lintas dan
laporan hasil monitoring (pemantauan).
c) Terlaksananya pelatihan analisis data kecelakaan
lalu lintas bagi 5.000 personil di tiap tingkat
provinsi maupun kota/kabupaten (POLDA atau
POLRES/TABES).
6. RENCANA AKSI PENINGKATAN KUALITAS INVESTIGASI
KECELAKAAN LALU LINTAS
Peningkatan kualitas investigasi kecelakaan lalu lintas
merupakan hal yang perlu dilakukan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Peningkatan kualitas tersebut dilakukan
dari 2 (dua) sisi, yaitu: (1) ketersediaan teknologi; dan (2)
kemampuan personil. Oleh karena itu, rencana aksi II tersebut
diturunkan menjadi 2 (dua) buah sub rencana aksi, yaitu:
a. Peningkatan sarana teknologi pada proses penyidikan
kecelakaan lalu lintas; dan
b. Peningkatan kemampuan personil.
Peningkatan sarana teknologi pada proses penyidikan
kecelakaan lalu lintas
Sub rencana aksi ini bertujuan untuk mendukung scientic
59
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
investigation dalam penyidikan kecelakaan lalu lintas.
Pengejawantahan dari sub rencana aksi tersebut dibagi menjadi
2 (dua) kegiatan, yaitu:
a. Menyiapkan sarana teknologi rekonstruksi kecelakaan lalu
lintas di tingkat Polda dan Polres
b. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempermudah proses
penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
c. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait (Kemenristek RI,
Kemenhub RI, Labfor, ATPM, dan Perguruan Tinggi) dalam
penggunaan teknologi rekonstruksi kecelakaan lalu lintas
sebagai pembuktian kecelakaan lalu lintas.
d. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempermudah penyidikan
dalam pencarian bukti dalam ranah penegakan hukum.
Peningkatan kemampuan personil
Tujuan sub rencana aksi ini adalah meningkatkan kecepatan
dan hasil penyidikan serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal
ini menunjukkan bahwa proses penyidikan kecelakaan lalu
lintas dituntut untuk diselesaikan dalam waktu sangat segera
dengan tingkat akurasi yang tinggi. Sub rencana aksi ini dibagi
menjadi 4 (empat) kegiatan, yaitu:
a. Pelatihan penyidikan bagi personil di unit kecelakaan lalu
lintas
Kegiatan ini dimaksudkan bagi para petugas penyidik di
lapangan untuk memahami tata cara penyidikan kecelakaan,
khususnya dikaitkan dengan kegiatan pada sub rencana
aksi sebelumnya, yaitu dengan menggunakan sistem
dan teknologi yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
para penyidik dapat melaksanakan tata cara penyidikan
berbasis teknologi sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan investigasi akan lebih cepat dan lebih akurat
dibandingkan tanpa menggunakan teknologi penyidikan.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
60
b. Penyusunan sistem pengawasan dan pengendalian (wasdal)
investigasi kecelakaan lalu lintas secara berjenjang;
Kegiatan kedua adalah menyusun sistem pengawasan
dan pengendalian investigasi kecelakaan lalu lintas secara
berjenjang. Kegiatan ini dimaksudkan supaya proses
penyidikan di-review oleh pejabat yang berwenang dan
tidak bertentangan dengan kebijakan yang berlaku di
daerah yang dimaksud.
Tantangan yang dihadapi adalah kebutuhan waktu untuk
melakukan wasdal investigasi secara berjenjang. Semakin
panjang jenjang birokrasinya maka semakin lama juga
waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.
c. Penilaian kinerja penyidikan oleh personil di unit kecelakaan
lalu lintas secara berkala.
Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kualitas penyidikan
untuk setiap periode waktu. Tolok ukur keberhasilan
kegiatan tersebut adalah terlaksananya kinerja penyidikan
kecelakaan lalu lintas dengan pemberian reward and
punishment.
d. Pelatihan kemampuan analisis kecelakaan lalu lintas yang
menonjol.
Kegiatan keempat adalah pelatihan kemampuan analisis
kecelakaan lalu lintas yang menonjol. Defnisi mengenai
kecelakaan lalu lintas yang menonjol harus merujuk
kepada referensi yang telah mendefnisikannya dan harus
dipergunakan secara serempak secara nasional.
Indikator utama:
a. Terbentuknya Tim TAA (Trafc Accident Analysis) dan
Tersedianya peralatan TAA di setiap Polda dan beberapa
Polres yang ditunjuk (sesuai situasi dan kebutuhan).
b. Terwujudnya MoU dan terlaksananya MoU penggunaan
61
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
teknologi rekonstruksi kecelakaan lalu lintas.
c. Terlaksananya pelatihan penyidikan kepada personil di unit
kecelakaan lalu lintas bagi 7.000 personil.
d. Terwujudnya kompetensi analis kecelakaan lalu lintas yang
menonjol. Kecelakaan yang menonjol biasanya dilakukan
dengan melibatkan tingkat pusat. Namun demikian, daerah
perlu melakukan analisis awal sebelum analis kecelakaan
lalu lintas menonjol turun ke lapangan.
7. RENCANA AKSI ROAD SAFETY PARTNERSHIP ACTION (RSPA)
Salah satu pendekatan untuk memecahkan tantangan
keselamatan jalan global adalah menggunakan pendekatan
kemitraan multi-sektor untuk menciptakan perubahan
yang berkelanjutan dalam keselamatan di jalan. Hal ini jelas
diakui dalam resolusi PBB tentang keselamatan di jalan yang
menyatakan:
Solusi untuk krisis keselamatan jalan global hanya dapat
diimplementasikan melalui kolaborasi multisektoral dan
kemitraan.
Melalui Program Road Safety Partnership Action ini diharapkan
permasalahan keselamatan di jalan dapat diselesaikan secara
efektif dan efsien karena adanya sinergisitas antar stakeholders
dengan tetap memperhatikan rambu-rambu hukum yang
berlaku. Kegiatan (program) Road Safety Partnership Action
lebih ditekankan kepada upaya-upaya koordinasi antar stake
holder di dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang menyangkut keselamatan di jalan dari mulai perencanaan,
operasionalisasi, sampai dalam tahap evaluasi untuk
menentukan kebijakan selanjutnya.
Rencana Aksi RSPA terbagi dalam 4 (empat) sub-rencana aksi
yaitu:
a. Melaksanakan kerjasama pencegahan kecelakaan lalu lintas
b. Melaksanakan kerjasama penanganan kecelakaan lalu lintas
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
62
c. Melaksanakan kerjasama pasca kecelakaan lalu lintas
d. Melaksanakan kerjasama untuk melakukan kajian strategis
keselamatan lalu lintas.
Melaksanakan kerjasama pencegahan kecelakaan lalu lintas
Sub-rencana aksi ini bertujuan untuk meningkatkan
sinergitas dan sinkronisasi antar stake holder (Polri, KemenPU,
Kemenhub, Kemenkes, Kemendiknas, ATPM dan Perusahan-
perusahan Asuransi. Sub rencana aksi tersebut terbagi dalam 3
(tiga) kegiatan, yaitu:
e. Menyiapkan MoU antara Polri dengan KemenPU, Kemenhub,
Kemenkes, Kemendiknas, ATPM, dan Perusahaan-
perusahaan asuransi
f. MoU diperlukan sebagai pengikat komitmen stakeholder
agar kerjasama dilakukan dengan komitmen yang tinggi
sehingga program-program yang diselenggarakan secara
bersama dapat diwujudkan dengan baik.
g. Melaksanakan survey terhadap perilaku berlalu lintas
bagi pengguna jalan bekerja sama dengan Kemenhub,
KemenPU, dan Perguruan Tinggi
h. Kegiatan survey bekerjasama dengan Kemenhub, KemenPU,
dan Perguruan Tinggi bertujuan agar setiap stakeholder
memahami tupoksi masing-masing dalam program
pencegahan kecelakaan lalu lintas, karena faktor penyebab
kecelakaan merupakan gabungan dari tupoksi stakeholder
terkait.
i. Menyusun sistem inventarisasi dan pemeliharaan
keberhasilan inovasi secara nasional dan regional berbasis
kemitraan.
Sistem inventarisasi inovasi serta pemeliharaan
keberhasilannya merupakan hal yang signifkan agar
63
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
program-program yang akan, sedang, dan sudah dilakukan
dapat dimonitor dan dievaluasi secara berkala.
Melaksanakan kerjasama penanganan kecelakaan lalu lintas
Sub rencana aksi kedua adalah melaksanakan kerjasama
penanganan kecelakaan lalu lintas dengan tujuan meningkatkan
kecepatan, transparansi, akuntabilitas dan kepastian hukum
atas hasil penanganan kecelakaan lalu lintas. Sub rencana aksi
tersebut terbagi dalam 2 (dua) kegiatan, yaitu:
a. MoU Polri dengan KemenPU, Kemenkes, Kemenhub, dan
Jasa Raharja
MoU Polri dengan para pemangku kepentingan terkait
(KemenPU, Kemenkes, Kemenhub, dan Jasa Raharja)
dalam bidang pencegahan, penanganan, dan pasca
kecelakaan lalu lintas merupakan bentuk komitmen Polri
dan para pemangku kepentingan untuk bersama-sama
meningkatkan keselamatan di jalan melalui program-
program yang akan disusun bersama.
b. Pelatihan penanganan kecelakaan lalu lintas dengan Dinas
Kesehatan, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Badan SAR
Nasional (Basarnas).
Pelatihan penanganan kecelakaan lalu lintas dengan Dinas
Kesehatan, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Badan SAR
Nasional (Basarnas) merupakan program sinergitas yang
bertujuan agar korban kecelakaan dapat tertangani dengan
cepat dan dapat terselamatkan, mengingat penyebab
kecelakaan kemungkinannya merupakan bidang ahli dari
pemangku kepentingan terkait.
Melaksanakan kerjasama pasca kecelakaan lalu lintas
Sub rencana aksi ketiga adalah melaksanakan kerjasama
pasca kecelakaan lalu lintas yang bertujuan menurunkan
tingkat fatalitas korban dan mewujudkan tindak lanjut langkah-
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
64
langkah perbaikan guna pencegahan kecelakaan lalu lintas. Sub
rencana aksi tersebut terbagi dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu:
a. MoU Polri dengan KemenPU, Kemenkes, Kemenhub, dan
Jasa Raharja.
Kerjasama antar Polri dengan stake holders diikat dengan
suatu MoU dengan tujuan agar program-program kerjasama
yang akan disusun dapat terlaksana efektif dan efsien.
b. Menindaklanjuti hasil dari MoU antara Polri dengan
KemenPU, Kemenkes, Kemenhub dan Jasa Raharja.
MoU yang telah disepakati bersama agar dapat segera
ditindaklanjuti dengan mulai menyusun program-program
keselamatan jalan bersama sesuai dengan MoU yang
berlaku.
c. Memantau evaluasi dan update terhadap MoU antara Polri
dengan KemenPU, Kemenkes, Kemenhub, dan Jasa Raharja.
Evaluasi dan update terhadap MoU antara Polri dengan
stakeholders perlu dilakukan mengingat kondisi dan situasi
yang juga dinamis sehingga memerlukan penyesuaian
kesepakatan antara stake holders.
Melaksanakan kerjasama untuk melakukan kajian strategis
keselamatan lalu lintas
Sub rencana aksi keempat adalah melaksanakan kerjasama
untuk melakukan kajian strategis keselamatan lalu lintas
dengan tujuan mewujudkan kesepakatan antar instansi dalam
perumusan kebijakan pembatasan sepeda motor. Sub rencana
aksi tersebut tertuang dalam satu kegiatan, yaitu Melakukan
kajian strategis pembatasan sepeda motor.
Kajian strategis tentang pembatasan sepeda motor
dianggap penting mengingat fenomena sepeda motor yang
semakin kompleks. Adapun beberapa pasal dalam Undang-
Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22 Tahun 2009
yang mengatur kebijakan yang berkaitan dengan penataan
65
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
sepeda motor antara lain adalah Pasal 10, Pasal 11, Pasal 210,
dan Pasal 220 berkenaan dengan pengembangan teknologi
dan perlengkapan teknologi sepeda motor, Pasal 203 tentang
pengembangan program keselamatan kendaraan bermotor,
Pasal 12 tentang pendidikan berlalu lintas, dan Pasal 138
tentang kewajiban pemerintah menyedakan angkutan umum.
Sepeda motor merupakan penyumbang terbesar terjadinya
kecelakaan lalu lintas, 70% sepeda motor dari seluruh kendaraan
bermotor terlibat kecelakaan lalu lintas. Perkembangan
pasar sepeda motor di Indonesia pada tahun 2011 mencapai
8.043.535 unit per tahun (Sumber: Asosiasi Industri Sepeda
Motor Indonesia). Seluruh pemangku kepentingan dan
komponen masyarakat perlu merumuskan jalan keluar sesuai
dengan tanggung jawabnya sehingga terwujud sinergi pada
tataran kebijakan maupun operasional di lapangan guna
mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas atau mengurangi
fatalitas korban akibat kecelakaan lalu lintas yang melibatkan
sepeda motor.
Indikator utama:
a. Terwujudnya MoU dan terlaksananya MoU.
b. Tersusunnya hasil survey dan analisisnya untuk mewujudkan
budaya disiplin berlalu lintas bagi pengguna jalan.
c. Tersusunnya sistem inventarisasi keberhasilan inovasi
secara nasional dan regional berbasis kemitraan serta
dilakukannya pemeliharaan terhadap keberhasilan inovasi
tersebut.
d. Terlaksananya pelatihan penanganan kecelakaan lalu lintas
dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pemadam Kebakaran, dan
Basarnas.
e. Adanya evaluasi terhadap hasil dari pelaksanaan MoU.
f. Tersusunnya dokumen kajian strategis formulasi kebijakan
pembatasan sepeda motor.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
66
67
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pilar 2
Sistem Jalan
Berkeselamatan
6
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
68
69
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. TANTANGAN YANG DIHADAPI
a. Instansi yang melakukan pembinaan sistem jalan
berkeselamatan sedikitnya terdapat 3 (tiga), yaitu: POLRI,
Kementerian Perhubungan RI, dan Kementerian Pekerjaan
Umum RI.
b. POLRI tidak memiliki kompetensi dalam mewujudkan jalan
berkeselamatan dari sisi sarana dan prasarana jalan.
2. KONDISI EKSISTING
a. Banyaknya lokasi rawan kecelakaan dengan jumlah korban
kecelakaan yang tinggi.
b. Jumlah orang yang meninggal dunia atau luka berat seperti
pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan anak-anak.
c. Kualitas infrastuktur jalan.
d. Berkembangnya wilayah pemukiman secara linier pada
jalan yang ada sehingga tidak dimungkinkan pengendalian
akses jalan.
e. Peningkatan kecepatan kendaraan di jalan.
3. KEMANA KITA AKAN MELANGKAH
Mendorong mitra polri di bidang keselamatan lalu lintas
yang bertanggung jawab terhadap jalan agar merancang dan
memelihara Jalan dan sisi tepi jalan untuk mengurangi risiko
kecelakaan yang terjadi dan mengurangi luka berat apabila
terjadi kecelakaan. Sistem Jalan berkeselamatan bertujuan
mencegah penggunaan jalan yang tidak diinginkan melalui
desainnya dan mendorong perilaku berkeselamatan dari
pengguna jalan.
4. APA YANG AKAN KITA LAKUKAN
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
70
a. RENCANA AKSI KAJIAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU
LINTAS
Penanganan lokasi rawan kecelakaan merupakan kegiatan
untuk menanggulangi jumlah kecelakaan dengan
melakukan rekayasa jalan dan mengurangi kondisi yang
tidak berkeselamatan (unsafe) di jalan sebanyak mungkin.
Pada umumnya dilakukan dengan biaya yang relatif kecil.
Lokasi Rawan Kecelakaan (LRK) lalu lintas merupakan hasil
dari kekurangtepatan aplikasi rekayasa jalan sehingga
menyebabkan timbulnya banyak kecelakaan di tempat
yang sama. Di dalam Renstra Direktorat Jendral Bina Marga
2011-2014, keselamatan jalan telah menjadi salah satu tolok
ukur kinerja jalan. Dalam 3 tahun ke depan direncanakan
sebanyak 150 lokasi rawan kecelakaan lalu lintas harus
diperbaiki pada jalan nasional sepanjang 35.000 km. Ditjen
Bina Marga di dalam menentukan lokasi kecelakaan harus
berkoordinasi dengan Polisi Lalu Lintas.
Ketidaktepatan pemilihan akan berdampak dengan
kurangtepatnya sasaran karena ke 150 lokasi pilihan POLRI
harus merupakan prioritas teratas. POLRI juga harus mampu
membuat anatomi kecelakaan di lokasi tersebut dan ini
merupakan kegiatan Bidang JemenOpsRek pada Korlantas
POLRI.
Rencana aksi dalam pilar kedua bertema mengenai kajian
lokasi rawan kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi 2 (dua)
sub rencana aksi, yaitu:
1) Perumusan dan pelaksanaan kajian bersama instansi
terkait; dan
b) Penyusunan rekomendasi hasil kajian.
b. Perumusan dan pelaksanaan kajian bersama instansi terkait
Sub rencana aksi untuk merumuskan dan melaksanakan
kajian bersama instansi terkait dilaksanakan dengan tujuan
71
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
supaya dapat mewujudkan dokumen tata cara pelaksanaan
kajian LRK (dengan substansi identifkasi lokasi rawan,
karakteristik kecelakaan, permasalahan penyebab lokasi
rawan kecelakaan, dan countermeasure terhadap lokasi
tersebut dan protap penanganan LRK). Sub rencana aksi
dituangkan 2 (dua) kegiatan, yaitu:
1) Polri mempersiapkan data lokasi rawan kecelakaan
Kegiatan pertama ini merupakan lanjutan dari kegiatan
kegiatan yang diadakan dalam Pilar 1. Kegiatan
tersebut merupakan tindakan yang dilakukan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk membuka
akses lokasi rawan kecelakaan (berdasarkan histori
kejadian kecelakaan lalu lintas) bagi stakeholder terkait.
2. Analisis lokasi rawan kecelakaan lalu lintas dan faktor
penyebabnya berdasarkan data dari KemenPU RI,
Kemenhub RI, dan Polri.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang
diskusi dan mengkoordinasikan mengenai data yang
dibutuhkan yang belum ter-cover di dalam data awal
yang disajikan oleh POLRI. Selain itu, para pembina
lalu lintas dan angkutan jalan dapat merumuskan
permasalahan kecelakaan di daerah masing-masing
secara komprehensif dan dapat mengambil peran
masing masing dalam hal perbaikan kondisi.
c. Penyusunan rekomendasi hasil kajian
Sub rencana aksi penyusunan rekomendasi hasil kajian
bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan solusi
penanganan LRK berdasarkan pertimbangan teknis dan
ekonomis. Sub rencana aksi ini dituangkan dalam 2 (dua)
kegiatan:
1) Memberikan rekomendasi hasil kajian dan lokasi
blackspot yang perlu diperbaiki
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
72
Hasil kajian lokasi blackspot telah dilaksanakan
disampaikan dan didiskusikan dengan pemangku
kepentingan terkait, untuk menjadi bahan
pertimbangan penanganan lokasi blackspot yang telah
dikaji.
2) Merekomendasikan usulan penanganan blackspot
Penyampaian rekomendasi kepada pemangku
kepentingan terkait ditindaklanjuti dengan memberikan
rekomendasi usulan penanganan blackspot, untuk
kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan tupoksi
masing-masing pemangku kepentingan terkait.
5. Indikator utama:
a. Tersedianya data lokasi rawan kecelakaan (blackspot) dan
dapat diakses oleh stakeholder lainnya.
b. Terlaksananya analisis kecelakaan lalu lintas dan faktor
penyebabnya di tiap Polda dan Polres.
c. Terdapatnya rekomendasi tertulis kajian blackspot.
73
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pilar 3
Sistem
Kendaraan
Berkeselamatan
7
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
74
75
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. TANTANGAN YANG DIHADAPI
a. Tingginya pelanggaran akibat batas muatan sumbu terberat
dan dimensi maksimum dari angkutan barang
b. Pengemudi kendaraan berat tidak mengetahui kelas di
jalan yang akan dilewatinya karena rambu kelas jalan tidak
terpasang dengan jelas
c. Terhentinya distribusi (pasokan) barang yang mengancam
perputaran ekonomi regional jika dilakukan penindakan
terhadap kendaraan
2. KONDISI EKSISTING
Salah satu permasalahan sistem transportasi jalan di
Indonesia adalah tingginya proporsi angkutan barang
dengan muatan berkelebihan (overloading) yang diyakini oleh
penyelenggara jalan maupun literatur berkontribusi dalam
proses kerusakan jalan dan keselamatan berlalu lintas. Lebih
jauh, pada umumnya kendaraan dengan muatan berkelebihan
juga berasosiasi dengan pembesaran dimensi kendaraan
maupun dimensi total kendaraan dengan beban yang diangkut
(over dimension). Dua hal inilah yang menyebabkan kemampuan
olah gerak (maneuver) menjadi terkendala dan pada gilirannya
mempersulit pengendalian kendaraan. Terlebih lagi akibat
penyimpangan ini pada umumnya geometrik jalan di Indonesia
tidak mampu mengakomodasi kendaraan yang overloading dan
over dimension.
Kenyataan lapangan memperlihatkan tingginya pelanggaran
akibat batas muatan sumbu terberat dan dimensi maksimum.
Konsekuensi dari pelanggaran ini menyebabkan jalan tidak
mampu menahan beban berulang muatan sumbu yang
lebih besar dari 10 ton, serta geometrik jalan karena dimensi
kendaraan rencana jelas lebih kecil dibandingkan dengan
kenyataan di lapangan.
3. KEMANA KITA AKAN MELANGKAH
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
76
Tujuan sistem kendaraan berkeselamatan adalah
memastikan bahwa setiap kendaraan yang digunakan di jalan
telah mempunyai standar keselamatan yang tinggi sehingga
mampu meminimalisir kejadian kecelakaan yang diakibatkan
oleh sistem kendaraan yang tidak berjalan dengan semestinya.
Selain itu, kendaraan juga harus mampu melindungi pengguna
dan orang yang terlibat kecelakaan untuk tidak bertambah
parah, jika menjadi korban kecelakaan.
4. APA YANG AKAN KITA LAKUKAN
a. RENCANA AKSI PENEGAKAN HUKUM BAGI KENDARAAN
BERMUATAN LEBIH
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ) telah mensyaratkan batas muatan
sumbu terberat kendaraan yang diijinkan serta dimensi
maksimum kendaraan dan bebannya, baik panjang, lebar,
maupun tinggi. Implementasinya dikaitkan dengan kelas
jalan (Pasal 19 UU No. 22 Tahun 2009).
Rencana aksi penegakan hukum bagi kendaraan bermuatan
lebih dibagi ke dalam 3 (tiga) rencana sub-aksi yaitu:
1) Koordinasi dengan instansi terkait
2) Penyediaan prasarana dan sarana
3) Analisa dan evaluasi kegiatan penegakkan hukum
kelebihan muatan
Koordinasi dengan instansi terkait
Tujuan berkoordinasi dengan instansi terkait adalah untuk
mewujudkan kepastian hukum dan ranah kewenangan
penegakan hukum dalam pembatasan muatan angkutan
barang kendaraan bermotor.
77
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Penyediaan prasarana dan sarana
1) Penyediaan fasilitas jembatan timbang dan gudang
penyimpanan barang kelebihan muatan, termasuk
muatan berupa liquid yang umumnya sulit untuk
ditangani.
2) Penyediaan batasan tinggi kendaraan berupa palang
melintang dengan tinggi tertentu.
3) Penyediaan rambu informasi mengenai kelas jalan yang
terpasang dengan jelas sesuai dengan kelas jalan pada
setiap ruas jalan.
Analisa dan evaluasi kegiatan penegakan hukum kelebihan
muatan
Jembatan timbang belum bisa menyelesaikan permasalahan
kelebihan muatan. Jembatan timbang umumnya berada
di muara jalur lalu lintas. Selama permasalahan di hulu
tidak diselesaikan, maka selama itu masalah overload tidak
akan bisa terselesaikan. Selain itu, belum adanya gudang
penyimpanan barang menyebabkan sanksi pembongkaran
muatan di jembatan timbang belum dapat diterapkan.
Untuk sementara bagi sopir dan pengusaha melanggar
aturan dikenakan sanksi tilang, dan surat jalan diambil,
setelah itu baru diizinkan untuk melanjutkan perjalanan.
Isu mengenai penerapan sanksi administratif bagi truk
dengan kelebihan muatan ternyata menjadi masalah. Surat
Edaran (SE) yang beredar di wilayah Pemerintahan Provinsi
Jawa Timur bernomor 01/AJ.108/- DRJD/2012 tertanggal 12
Januari 2012 dengan jelas menyatakan jembatan timbang
tidak boleh memberikan sanksi administrasi berupa denda.
Sanksi yang harus diberikan adalah sanksi pidana atau
tilang.
Isi dalam SE tersebut meliputi, angka pertama disebutkan
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
78
bahwa alat penimbangan merupakan alat pengawasan
keselamatan dan penegakan hukum terhadap kapasitas
muatan angkutan barang supaya pengemudi dan/atau
perusahaan angkutan umum barang mematuhi ketentuan
mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi
kendaraan, dan kelas jalan, apabila terdapat pelanggaran
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Pasal 307 UU
22/2009 berdasarkan putusan pengadilan.
Kemudian pada angka kedua menyatakan bahwa dalam
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tidak
dikenal adanya pengenaan sanksi administratif berupa
denda pelanggaran muatan lebih. Kemudian angka ketiga
juga menyebutkan bahwa semua peraturan perundangan
termasuk SE mengenai pengawasan dan pengendalian
muatan lebih yang bertentangan dengan UU 22/2009 harus
sesuai atau dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Selain itu, kalangan perindustrian juga bertanggung
jawab dalam hal membuat regulasi. Pada pasal 169 diatur
dalam pasal 307 UU 22/2009 menyebutkan bagi yang tidak
memenuhi ketentuan dipidana dengan kurungan paling
lama dua bulan untuk pengemudi atau denda paling
banyak Rp500 ribu. Hal ini berlaku bagi kelebihan muatan
diatas 5%. Bahkan jika diatas 25% maka harus ada tindakan
penurunan atau kembali ke tempat awal.
Di satu sisi, jika ketentuan dalam SE tersebut dipenuhi,
maka seluruh saksi berupa denda dari pelanggaran pidana
berupa tilang akan masuk ke kas negara secara keseluruhan.
Sedangkan Pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, yang mengelola jembatan timbang
tidak akan mendapatkan pemasukan. Sedangkan jika
kendaraan yang kelebihan muatan hingga lebih dari 25%
harus diturunkan di lokasi, maka kesulitan lainnya akan
turut menghadang.
Bagi kendaraan yang kelebihan muatan dibawah 5% masih
diberikan toleransi, kemudian kelebihan muatan 5-25% akan
79
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
mendapatkan sanksi administrasi atau denda dan lebih dari
25% diberikan sanksi pidana atau tilang sehingga semua
pemasukan dari denda kelebihan muatan tidak langsung
ke kas negara. Untuk denda administrasi atas pelanggaran
kelebihan muatan antara 5-25% akan masuk ke kas daerah
sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan denda
dari pidana tilang dengan kelebihan muatan diatas 25%
secara sendirinya akan masuk ke kas negara.
Pengetahuan, pemahaman, dan update informasi tentang
hukum seperti hal tersebut sangat diperlukan bagi para
PPNS yang melakukan penegakan hukum di lapangan.
Sesuai PP No.58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
mensyaratkan seorang PPNS haruslah berpendidikan
minimal S1. Kondisinya adalah, sebelum ada peraturan ini,
dulu, PPNS bisa dari SMA bahkan SMP pun boleh. Dengan
melihat permasalahan yang ada, tidak hanya pengetahuan
teknis yang dibutuhkan, namun intelektualitas juga penting.
Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi penegakan hukum
perlu diadakan dengan tujuan untuk menyamakan persepsi
mengenai penegakan hukum di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan oleh aparat LLAJ berdasarkan ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Indikator utama:
1) Terlaksananya sosialisasi dan laporan hasil kegiatan
sosialisasi tentang penegakan hukum overloading.
2) Terlaksananya penegakan hukum overloading.
3) Tersusunnya peraturan Kakorlantas Polri tentang
penegakan hukum overloading.
4) Terlaksananya penegakan hukum overloading yang
dilengkapi dengan sistem pelaporan.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
80
5) Terlaksananya rapat dan tindak lanjut dari hasil rapat.
6) Terlaksananya penegakan hukum terpadu.
b. RENCANA AKSI PENYEMPURNAAN SISTEM IDENTIFIKASI
DAN REGISTRASI KENDARAAN BERMOTOR SESUAI STANDAR
KESELAMATAN
Sejak dikeluarkannya Peraturan Kapolri No 5 Tahun
2012 tentang Registrasi dan Identifkasi Kendaraan
Bermotor, pemeriksaan cek fsik yang berorientasi pada
aspek keselamatan telah diberlakukan. Saat ini cek fsik
tidak sekedar mengetahui identitas nomor rangka dan
mesin saja, namun lebih luas mencakup kelengkapan
kendaraan bermotor. Pengecekan kelengkapan kendaraan
ini dilaksanakan sesuai dengan Pasal 26 ayat 2 tentang
pelaksanaan cek fsik kendaraan bermotor yang berorientasi
pada keselamatan lalu lintas. Pengecekan ini mempunyai
dua aspek yaitu aspek keselamatan yang sesuai dengan
standar kendaraan dan aspek kesesuaian identitas ranmor
dengan fsik ranmor. Pengecekan meliputi karoseri rancang
bangun, kondisi lampu, spion, ban, panel kontrol, dan sabuk
pengaman.
Ketika wajib pajak, dalam mengurus surat-surat kendaraan
khususnya pada layanan cek fsik, selain menggesek nomor
rangka dan nomor mesin, petugas juga akan memeriksa
kelengkapan kendaraan lainnya, seperti lampu, kaca spion,
ban, dan lainnya. Jika semua unsur tersebut dinyatakan
lengkap, maka proses bisa dilanjutkan, namun jika tidak,
petugas akan mengarahkan wajib pajak untuk melengkapi
terlebih dahulu.
Dalam tugas pengecekan kelengkapan kendaraan tersebut,
petugas dibekali daftar cek (check list) yang telah disiapkan
dan diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan. Kebijakan ini
diambil untuk mendukung upaya mewujudkan Keamanan
ketertiban dan kelancaran lalulntas di wilayah hukum
Polda Metro Jaya, dengan tujuan utama demi keselamatan
81
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
bersama, paling tidak dapat menekan potensi kecelakaan
lalulintas.
Indikator utama:
1) Terlaksananya sosialisasi dan laporan hasil kegiatan
sosialisasi tentang pemeriksaan perlengkapan
kendaraan, baik fsik maupun surat-surat kendaraan.
2) Terlaksananya penegakan hukum kendaraan yang
tidak memenuhi standar keselamatan.
3) Tersusunnya peraturan Kakorlantas Polri tentang
penegakan hukum Registrasi dan Identifkasi Kendaraan
Bermotor.
4) Terlaksananya penegakan hukum Registrasi dan
Identifkasi Kendaraan Bermotor yang dilengkapi
dengan sistem pelaporan.
5) Terlaksananya rapat dan tindak lanjut dari hasil rapat.
6) Terlaksananya penegakan hukum terpadu.
Rencana aksi pilar SAFER PEOPLE atau pengguna jalan yang
berkeselamatan POLRI dikembangkan dengan kesadaran bahwa
pengguna jalan harus menghormati hukum dan aturan berlalu
lintas, memiliki kesadaran pengutamaan terhadap keselamatan
baik untuk diri sendiri maupun seluruh pengguna jalan dengan
atau tanpa keberadaan polisi di jalan.
Walaupun demikian tidak semua pengguna jalan memiliki
kesadaran tersebut di atas dan terdapat kecenderungan untuk
melakukan pelanggaran. Terlebih lagi apabila kesadaran berlalu
lintas yang benar tidak dimiliki masyarakat diakibatkan berbagai
hal yang dalam hal ini perlu dilakukan langkah intervensi agar
terciptanya pengguna jalan berkeselamatan.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
82
83
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pilar 4
Pengguna
Jalan yang
Berkeselamatan
8
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
84
85
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. TANTANGAN YANG DIHADAPI
a. Minimnya pengetahuan pengemudi tentang pemahaman
aturan berlalu lintas yang berlaku.
b. Pengemudi umumnya mengemudi dengan kecepatan
tinggi karena banyaknya jumlah pengemudi yang belum
cukup umur.
c. Alinyemen jalan yang tidak harmonis.
d. Alokasi dana belum dititikberatkan pada desain jalan
berkeselamatan.
e. Pengendara tidak memahami bahwa hukum dan aturan
berlalu lintas sesungguhnya bertujuan untuk keselamatan
pengendara itu sendiri.
2. KONDISI EKSISTING
Sangatlah sulit menjabarkan masalah tabrakan di jalanan
Indonesia karena kurangnya laporan tentang tabrakan. Menurut
data Kepolisian, jumlah kematian pada 2010 adalah 31.234
jiwa. Angka lain, diambil dari profesional keselamatan jalan,
menunjukkan angka kematian di atas 40.000 jiwa. Di sebagian
besar negara berkembang, termasuk Indonesia, keadaan
bertambah buruk. Tanpa tindakan pencegahan, jumlah tersebut
dapat meningkat secara signifkan.
Tipikal pengguna jalan mempengaruhi kecelakaan yang
berbeda di jalan. Lebih dari setengah kematian akibat tabrakan
lalu lintas di dunia melibatkan anak muda dengan usia 15 44
tahun. 73% dari seluruh kematian akibat tabrakan lalu lintas
di dunia adalah laki-laki. (Di Indonesia angka ini lebih tinggi
hampir 90% dari kematian akibat tabrakan lalu lintas adalah
laki-laki). Pemakai jalan yang rentan, pejalan kaki, pesepeda
dan sepeda motor, mencatat proporsi tabrakan lalu lintas
yang lebih besar di Indonesia. Banyak keluarga korban yang
terpuruk dalam kemiskinan setelah tabrakan itu. Dengan
banyak pemuda terlibat dalam tabrakan di jalan, pencari nafkah
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
86
di banyak keluarga hilang dan keluarga harus bersusah-payah
untuk membiayai kehidupannya.
3. KEMANA KITA AKAN MELANGKAH
Melalui kombinasi penegakan hukum dan pendidikan,
bukan pendidikan saja, perilaku masyarakat dan norma-norma
sosial telah bergeser di berbagai bidang seperti mengemudi
saat mabuk dan tidak mengenakan sabuk pengaman - perilaku
tersebut saat ini sudah banyak dianggap sebagai perilaku
yang tidak dapat diterima dalam masyarakat dan pengguna
jalan umumnya sesuai dengan undang-undang lalu lintas.
Namun, perilaku berisiko tersebut masih banyak terjadi di
kalangan yang tidak bertanggung jawab dan mereka terus
memainkan peran besar dalam kecelakaan serius. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan dukungan untuk penggunaan
jalan yang bertanggung jawab dan memberikan respon yang
keras terhadap mereka yang menggunakan jalan dengan tidak
bertanggung jawab. Penting untuk melakukan pencegahan
karena pengemudi yang bertanggung jawab akan tetap
bertanggung jawab dengan adanya ancaman dan sanksi.
Terciptanya pengguna jalan berkeselamatan perlu diadopsi
di masyarakat dengan penciptaan budaya keselamatan melalui
upaya-upaya pendidikan dan tindakan penegakan hukum
pelanggaran berlalu lintas yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya tabrakan. Pengguna jalan dapat dengan sengaja
melakukan tindakan yang membahayakan bagi nyawa diri
sendiri atau orang lain. Situasi ini tidak boleh terjadi di jalan
umum di Indonesia dan menjadi prioritas utama Polri.
Mendorong perilaku yang aman, konsisten dan sesuai melalui
pengguna jalan dengan informasi yang baik dan berpendidikan.
Perizinan, pendidikan, peraturan jalan, penegakan dan sanksi
adalah bagian dari Sistem Berkeselamatan.
87
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
4. APA YANG AKAN KITA LAKUKAN
a. RENCANA AKSI PENYEMPURNAAN SISTEM PENERBITAN
SURAT IJIN MENGEMUDI
Surat Ijin Mengemudi (SIM) merupakan persyaratan
bagi setiap orang yang akan mengemudikan kendaraan
bermotor di jalan, artinya SIM wajib dimiliki oleh setiap orang
yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan. Untuk
mendapatkan SIM, setiap orang harus memiliki kompetensi
mengemudi yang didapat dari mengikuti pendidikan dan
pelatihan di sekolah mengemudi atau dapat belajar sendiri.
Selanjutnya untuk mendapatkan SIM, setiap orang yang
akan mengemudikan kendaraan bermotor harus lulus
dalam pengujian SIM yang diselenggarakan oleh Kepolisian
Lalulintas.
Rencana Aksi Penyempurnaan Sistem Penerbitan Surat Ijin
Mengemudi (SIM) dibagi ke dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu:
1) Sistem Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi
2) Sistem Uji SIM
3) Pendataan Kepemilikan SIM
Sistem Pendidikan dan Pelatihan Mengemudi
Sistem pendidikan dan pelatihan mengemudi bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pengemudi yang peka, peduli,
dan empati akan keselamatan.
Sistem Uji SIM
Sistem Uji SIM bertujuan mewujudkan sistem penerbitan
SIM yang berkualitas untuk keselamatan dengan berbasis
kompetensi.
Pendataan Kepemilikan SIM
Pendataan kepemilikan SIM bertujuan adanya suatu
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
88
database pengemudi untuk keselamatan dan penegakan
hukum.
b. RENCANA AKSI PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN YANG
POTENSIAL MENYEBABKAN KECELAKAAN LALU LINTAS
Penegakan hukum bidang lalu lintas dan angkutan jalan
adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum bidang lalu lintas dan
angkutan jalan secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Norma-norma hukum dalam penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan telah diatur dalam Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
Penegakan hukum lalu lintas dan angkutan jalan terbagi
atas 2 (dua) hal, yaitu:
1) Penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas, dan
2) Penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan.
Penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas
Pengertian tentang penyidikan, antara lain dikutip dari
Pasal 1 Undang-undang No 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, yaitu:
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang
dengan barang bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menentukan tersangkanya
Kecelakaan lalu lintas, adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pemakai jalan lainnya, yang mengakibatkan korban manusia
atau kerugian harta benda. Stanard Boker dalam bukunya
Trafc Accident Investigator Manual Police menjelaskan,
bahwa kecelakaan lalu lintas adalah kecelakaan yang terjadi
89
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
di jalan umum yang mengakibatkan pemakai jalan yang
sedang bergerak, yang mengakibatkan korban luka berat,
luka ringan, meninggal dunia.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan
penyidikan kecelakaan lalu lintas adalah merupakan upaya
pengungkapan pelaku, barang bukti, dan TKP (tempat
kejadian perkara) yang merupakan bukti segitiga dalam
pembuktiannya, di mana TKP merupakan unsur utama
yang diharapkan dapat memberikan gambaran kejadian
kecelakaan yang sebenarnya. Penyidikan kecelakaan lalu
lintas dimulai dari tahap pra penyidikan, proses penyidikan
itu sendiri, dan pelimpahan berkas penyidikan kepada
Penuntut Umum.
Tahap pra penyidikan dimulai dari saat mendatangi TKP
(Tempat Kejadian Perkara). Setelah menerima laporan
tentang adanya suatu kejadian kecelakaan lalu lintas,
petugas Polisi Lalu lintas segera menyiapkan perlengkapan
untuk mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas tersebut.
Setelah tiba di TKP, maka petugas segera mengamankan
TKP tersebut. Adapun tujuan pengamanan di TKP adalah:
1) Menjaga agar TKP tetap utuh/tidak berubah
sebagaimana pada saat dilihat dan diketemukan
petugas yang melakukan tindakan pertama di TKP.
2) Mencegah timbulnya permasalahan baru seperti
terjadinya kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu
lintas.
3) Memberikan pertolongan kepada korban dan
mengamankan bagi petugas yang sedang
melaksanakan tugas di TKP serta pemakai jalan lainnya.
4) Melindungi agar barang bukti yang ada tidak hilang
atau rusak.
5) Memperoleh keterangan dan fakta sebagai bahan
penyidikan lebih lanjut.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
90
Kegiatan yang dilaksanakan di TKP selanjutnya adalah
pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas oleh petugas, dimulai
dari pengukuran, pemotretan, mencatat identitas saksi dan
korban, pengamanan barang bukti, dan pembuatan sket
TKP. Dalam Vademikum Lalu lintas dijelaskan:
Sket TKP merupakan pedoman dalam pembuatan berkas
perkara, karena merupakan kumpulan fakta-fakta yang
menguraikan kejadian-kejadian pada saat terjadi kecelakaan
Lalu lintas. Dari gambar Sket ini pula dapat ditentukan sebab
terjadinya laka lantas yang menentukan tersangka dan dapat
meyakinkan hakim dalam pengambilan keputusan pidana.
Setelah semua kegiatan di TKP selesai dilaksanakan, maka
dilakukanlah kegiatan pengakhiran di TKP. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain: konsolidasi, pembukaan TKP,
dan permintaan Visum et Revertum (VER) terhadap korban
kecelakaan lalu lintas. Kegiatan pengolahan di TKP ini
diakhiri dengan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
di TKP (BAP TKP). Selain Berita Acara Pemeriksaan di TKP
dibuat juga Berita Acara Pemotretan di TKP dan Berita Acara
lain-lain sesuai tindakan yang dilakukan. Petugas juga
harus melakukan koordinasi dengan pihak Jasa Raharja
dalam rangka mempercepat klaim asuransi bagi korban
luka maupun meninggal dunia.
Kegiatan selanjutnya para petugas kembali ke kantor dan
memulai tahap selanjutnya, yaitu penyidikan kecelakaan lalu
lintas. Proses penyidikan dilakukan dengan membuat Berita
Acara. Pembuatan Berita Acara dalam proses penyidikan
kecelakaan lalu lintas dapat dilakukan dalam bentuk
Berita Acara pemeriksaan singkat maupun berita acara
pemeriksaan biasa. Untuk kecelakaan lalu lintas dengan
korban meninggal dunia dan/atau luka berat dibuat dalam
acara pemeriksaan biasa (pasal 152-202 KUHAP), sedangkan
kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan/atau
rugi material dibuat dalam acara pemeriksaan singkat (pasal
203-204 KUHAP).
91
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Dalam proses penyidikan kecelakaan lalu lintas, selain
menyelesaikan permasalahan pidana juga terdapat
permasalahan perdata yang harus diselesaikan. Pada
penanganan masalah perdata ini, harus dilaksanakan
dengan benar bila tidak akan menyisakan permasalahan
di kemudian hari. Dalam Vademikum Lalu lintas, dijelaskan
masalah penanganan perdata, khususnya dalam hal
penyelesaian ganti rugi oleh pemilik kepada korban
kecelakaan lalu lintas, sebagai berikut:
1) Bila kecelakaan lalu lintas menimbulkan kerugian
bagi orang lain berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata
maka pihak yang merasa dirugikan berhak menuntut
kerugian.
2) Hubungan hukum antara pengemudi dengan majikan/
pemilik belum diatur dalam perundang-undangan di
Indonesia, namun hubungan majikan/pemilik dengan
pengemudi hanya berdasarkan pekerjaan yang diatur
dalam pasal 1376 KUH Perdata.
3) Pihak majikan/pemilik berdasarkan pasal 12 UULAJ
bertanggung jawab atas kendaraan yang dioperasikan
di jalan dan harus memenuhi laik jalan.
4) Atas kerugian kecelakaan yang ditimbulkan, oleh
karena tidak dipenuhinya unsur laik jalan di atas,
maka majikan/pemilik bertanggung jawab karena
berdasarkan pasal 1367 KUH Perdata antara majikan/
pemilik dengan pengemudi didasarkan atas hubungan
pekerjaan.
5) Untuk itu dalam setiap penyelidikan kecelakaan lalu
lintas yang menimbulkan korban meninggal dunia,
penelitian dengan mengikutsertakan instansi LLAJ
dan PU merupakan syarat mutlak untuk kepentingan
hukum terutama yang berkaitan dengan instansi LLAJ
adalah sebagai saksi yang wajib dimintakan kesaksian
untuk mempertanggung jawabkan perbuatan hukum
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
92
yang ditimbulkan oleh pemilik kendaraan pasal 53
UULAJ (1) dan penjelasannya j.o. pasal 120 KUHAP.
Penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan
Penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan
dilaksanakan dengan menggunakan acara pemeriksaan
pelanggaran lalu lintas. Seperti diketahui proses penegakan
hukum telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP). Secara umum proses
penegakan hukum (proses di pengadilan) terhadap suatu
tindak pidana dapat dikelompokkan atas 3 (tiga) kelompok,
yaitu:
1) Acara Pemeriksaan Biasa (Bagian Ketiga, Bab XVI
KUHAP)
2) Acara Pemeriksaan Singkat (Bagian Kelima Bab XVI
KUHAP)
3) Acara Pemeriksaan Cepat (Bagian Keenam Bab XVI
KUHAP), meliputi:
a) Acara Tindak Pidana Ringan
b) Acara Pemeriksaan Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
Sedangkan untuk jenis pelanggaran dan Tabel Denda
Tilang dapat dilihat pada Undang undang No. 22 ta-
hun 2009 Pasal 275 hingga Pasal 308.
c. RENCANA AKSI PENDIDIKAN KESELAMATAN BERLALULINTAS
Tertib lalu lintas di jalan perlu diperkenalkan pada generasi
muda sejak usia dini karena pendidikan tertib lalu lintas
memiliki nilai strategis yaitu Long Life Education, dimana
siswa sejak kecil telah dikenalkan dengan ketentuan dan
etika berlalulintas sehingga diharapkan pemahaman akan
93
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
tertib lalu lintas dapat diketahui sejak awal dan dapat
dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan tertib lalu lintas merupakan bagian dari
pelajaran tata karma atau pun sopan santun yang perlu
diajarkan kepada setiap anak didik karena cerminan
budaya suatu bangsa dapat dilihat dari pola tingkah
lakunya dalam berlalu lintas di jalan. Pembelajaran sopan
santun berlalulintas di jalan berkaitan dengan etika dalam
berlalulintas di jalan, mengingat jalan adalah milik umum
maka apabila tidak mengetahui tentang etika berlalulintas
maka setiap orang mempunyai dua pilihan, yaitu menjadi
korban dan/atau pelaku kecelakaan lalu lintas.
Rencana aksi pendidikan keselamatan berlalulintas dibagi
menjadi 2 (dua) sub rencana aksi, yaitu:
1) Penyelenggaraan Pendidikan Keselamatan Berlalu
lintas Secara Formal; dan
2) Penyelenggaraan Pendidikan Keselamatan Berlalu
lintas Secara Non Formal
Penyelenggaraan Pendidikan Keselamatan Berlalulintas
Secara Formal
Kegiatan pendidikan keselamatan berlalulintas secara
formal dilaksanakan dalam bentuk:
1) Integrasi bahan ajar pada kurikulum
Pelajaran tentang keselamatan dan ketertiban lalu
lintas diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PKN,
menindaklanjuti kesepakatan tersebut diperlukan
materi pelajaran (bahan ajar) tentang keselamatan dan
ketertiban lalu lintas.
2) Penyediaan bahan ajar
3) Sosialisasi dan pelatihan infrastruktur
4) Membentuk Forum LLAJ
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
94
Dalam pasal 13 UU No 22/2009, mencuat aturan
soal perlunya koordinasi dan pembentukan Forum
LLAJ, yakni sebagai wadah koordinasi untuk
menyinergikan tugas pokok dan fungsi setiap instansi
penyelenggara Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara
lintas kelembagaan. Selain itu, fungsinya untuk
mengintesifkan dan mengefektifkan penyelenggaraan
LLAJ.
Tugas Forum LLAJ adalah melakukan analisis jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek
permasalahan penyelenggaraan LLAJ. Lalu, memberikan
masukan dan saran dalam rangka menentukan
sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem
LLAJ sekaligus merencanakan penyelesaian masalah
penyelenggaraan LLAJ.
Selain itu, Forum LLAJ juga memberikan masukan
terhadap perumusan dan/atau pelaksanaan kebijakan
di luar bidang LLAJ yang mempunyai dampak
langsung terhadap penyelenggaraan LLAJ. Kemudian
mengkoordinasikan tindak lanjut rekomendasi yang
dilaksanakan oleh setiap penyelenggara LLAJ.
Penyelenggaraan Pendidikan Keselamatan Berlalulintas
Secara Non Formal
Kegiatan pendidikan keselamatan berlalulintas secara non-
formal dilaksanakan dalam bentuk:
1) Polisi Sahabat Anak (Polsanak)
Semakin meningkatnya anak-anak sebagai korban
kecelakaan lalu lintas menjadi perhatian khusus
sehingga kegiatan Polsanak menjadi hal krusial dimana
Polisi memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam
(etika) berlalu lintas, seperti menyeberang jalan yang
benar,
2) Patroli Keamanan Sekolah (PKS)
95
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
3) Police Goes to School/Campus
Kegiatan penyuluhan tentang tertib berlalulintas di
jalan juga disampaikan ke sekolah/universitas sehingga
nantinya pemahaman tentang tertib berlalulintas
dapat dipahami, diterapkan, dan menjadi kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Duta Lalulintas
5) Tertib Lalulintas
6) Saka Bhayangkara
Gerakan Pramuka sebagai wadah pembinaan generasi
muda yang menjalankan fungsinya sebagai lembaga
pendidikan non formal memiliki peran penting dalam
pembentukan watak, kepribadian, jasmani serta
pengemban pengetahuan dan keterampilan sehingga
dapat menjadi kader pembangunan di segala b idang.
Pembinaan Satuan Karya (Saka) Bhayangkara adalah
bagian pembinaan generasi muda yang merupakan
salah satu bentuk pembinaan potensi masyarakat.
7) Pelopor
Indikator utama:
1) Tersusunnya kurikulum pendidikan keselamatan
berlalu lintas.
2) Terlaksananya kegiatan pendidikan keselamatan
berlalulintas.
3) Terlaksananya sosialisasi dan laporan hasil kegiatan
sosialisasi tentang pendidikan keselamatan berlalu
lintas.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
96
97
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Pilar 5
Tanggap Pasca
Kecelakaan
9
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
98
99
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
1. TANTANGAN
a. Korban kecelakaan yang tidak dapat diselamatkan akibat
keterlambatan petugas medis, atau salah penanganan
secara medis sehingga korban tidak dapat diselamatkan.
b. Hotline ke rumah sakit/petugas medis yang seringkali sulit
diakses.
c. Sistem pengurusan asuransi kecelakaan.
d. Kemampuan pertolongan pertama masih sangat kurang di
lingkungan masyarakat awam di Indonesia.
2. KONDISI EKSISTING
Penanganan tanggap darurat pasca kecelakaan dianggap
masih belum memenuhi kriteria mengingat terlambatnya
pertolongan pertama yang diterima oleh korban kecelakaan.
Masyarakat awam tidak dapat segera memberi pertolongan
pertama karena tidak memiliki kemampuan dasar tersebut.
Oleh karena itu, umumnya, korban dibawa ke rumah sakit
terdekat. Akan tetapi, tidak semua rumah sakit bersedia
melakukan pertolongan pertama pada korban kecelakaan.
Untuk mengatasi hal tersebut, kepolisian telah menjalin kerja
sama dengan beberapa rumah sakit dalam menangani korban
kecelakaan lalu lintas.
Namun, jumlah rumah sakit yang mengadakan perjanjian
(MoU) dengan kepolisian tidak tersebar merata, sehingga
korban harus dibawa melalui perjalanan yang jauh untuk tiba
pada rumah sakit tersebut. Selain itu, jika korban kecelakaan
tidak didampingi oleh petugas kepolisian, pihak rumah
sakit tidak dapat segera menangani, kecuali ada pihak yang
bertanggung jawab atas korban.
Setiap korban kecelakaan lalu lintas berhak mendapatkan
klaim asuransi pada pihak Jasa Raharja. Sayangnya, sebagian
besar masyarakat awam tidak mengetahui proses klaim
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
100
asuransi ini. Persyaratan klaim asuransi melibatkan 2 (dua)
surat, yaitu Surat Kepolisian (Laporan Polisi) dan surat dari pihak
rumah sakit. Umumnya, kendala dihadapi ketika mengajukan
permohonan untuk mendapatkan Surat Kepolisian. Terbitnya
Laporan Polisi berarti perkara kecelakaan ini diselesaikan
secara hukum, padahal biasanya, kasus kecelakaan diselesaikan
dengan cara kekeluargaan, sehingga kepolisian tidak dapat
menerbitkan Laporan Polisi.
3. KEMANA KITA AKAN MELANGKAH
Peningkatan penanganan tanggap darurat pasca kecelakaan
dengan meningkatkan kemampuan pemangku kepentingan
terkait, baik dari sisi sistem ketanggapdaruratan maupun
penanganan korban, termasuk melakukan rehabilitasi jangka
panjang untuk korban kecelakaan.
4. APA YANG AKAN KITA LAKUKAN
a. RENCANA AKSI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
PASCA KECELAKAAN
Rencana Aksi peningkatan kualitas pelayanan pasca
kecelakaan memiliki 3 (tiga) sub-rencana aksi:
1) Sistem informasi kecelakaan lalu lintas
2) Penanganan kecelakaan
3) Pengurusan asuransi
Sistem Informasi Kecelakaan Lalu Lintas
1) Penyediaan hotline emergency
Fungsi hotline emergency adalah agar pengaduan
dapat diterima dan ditindaklanjuti dengan segera,
namun yang seringkali terjadi adalah nomor darurat
yang dipublikasi ke masyarakat sulit dihubungi
(tidak diangkat, sedang dalam perbaikan, atau salah
sambung). Selain keberadaan hotline emergency
sangat penting, perlu diperhatikan juga hal-hal teknis
101
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
seperti nomor yang sulit dihubungi. Pemeliharaan
sangat penting sehingga tidak mengganggu kualitas
pelayanan instansi yang memegang peranan dalam
penanganan pasca kecelakaan lalu lintas. Hotline
emergency harus bisa dihubungi kapan saja dan mampu
direspon dengan cepat dan tanggap.
2) Pemanfaatan social media (Facebook, Twitter, NTMC,
Radio)
Pada era informasi dan teknologi yang semakin maju saat
ini, intensitas masyarakat dalam pemanfaatan media
sosial cukup tinggi dan semakin populer. Untuk itu, agar
mampu menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat,
pengaduan atau pengimbauan bisa dilakukan melalui
media sosial mengingat penggunanya yang tinggi
sehingga diharapkan pesan tersampaikan dengan baik
dan pengaduan dapat ditindaklanjuti dengan cepat.
Penanganan Kecelakaan
1) Mendatangi TKP
Hal pertama dalam menangani kecelakaan lalu lintas
adalah mendatangi TKP untuk melihat nyata kejadian
kecelakaan.
2) Menolong korban
Korban kecelakaan lalu lintas adalah prioritas untuk
ditangani segera karena nyawa manusia hal utama
yang harus diselamatkan.
3) Pengurusan Asuransi
a) Menerbitkan surat keterangan untuk pengurusan/
klaim Asuransi
Surat keterangan untuk pengurusan/klaim
asuransi diterbitkan oleh Kepolisian sebagai
instansi pencatat data, penyidikan, dan
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
102
penyelidikan kecelakaan. Surat keterangan
tersebut digunakan untuk klaim santunan ke PT.
Jasa Raharja sebagai lembaga pemberi santunan
kepada korban kecelakaan atau ahli waris korban.
b. Indikator utama:
1) Tersedianya nomor Hotline Khusus.
2) Tersedianya sarana multimedia untuk pelaporan
kejadian kecelakaan.
3) Terpenuhinya standar waktu dalam mendatangi TKP
dan penanganan korban.
4) Tersedianya tenaga terlatih dalam penanganan
emergency.
5) Terlaksananya penerbitan Surat Keterangan Kecelakaan.
103
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Penutup
10
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
104
105
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
Demikian dokumen rencana aksi polri di bidang keselamatan
lalu lintas dalam rangka mendukung Rencana Umum Nasional
Keselamatan. Seluruh rencana aksi yang ada didalam naskah ini
merupakan pedoman bagi seluruh satuan kewilayahan dalam
menyusun dan mengimplementasikan program-program
keselamatan serta bersinergi dengan seluruh pemangku
kepentingan dalam mengurangi angka kecelakaan lalu lintas serta
korban jiwa dan harta benda sebagai akibat kecelakaan tersebut.
Rencana aksi ini dilengkapi dengan dokumen pendukung
lainnya yang akan menjamin penatalaksanaan seluruh programa
dapat terlaksana sesuai rencana dan target yang telah ditetapkan.
Penatalaksanaan atau Performance management merupakan
perencanaan dan pengalokasian sumber daya serta cara bertindak
yang telah distandarkan.
Membangun Masa Depan
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
106
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 1 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
1). Menyusun sLandarlsasl formaL daLa
laka lanLas secara naslonal yang
LerlnLegrasl
Lersedla formaL daLa laka secara
naslonal yang LerlLergrasl
2). MembuaL pedoman formaL daLa laka
lanLas secara baku
Lersedla pedoman formaL daLa
laka secara naslonal yang
LerlnLegrasl
3). Melaksanakan penglslan daLa
kecelakaan lalu llnLas melalul slsLem onllne
dan offllne
Lerlaksananya penglslan daLa
kecelakaan lalu llnLas dan
Lerlapornya semua kecelakaan
lalu llnLas
4). Melaksanakan elaLlhan penglslan daLa
kecelakaan lalu llnLas
Lerlaksananya pelaLlhan sebanyak
20.000 personel polanLas serLa
dlpahamlnya cara penglslan daLa
kecelakaan lalu llnLas
3). MemonlLor hasll penglslan daLa
kecelakaan lalu llnLas dl LlngkaL olda dan
Mabes olrl
Lerlaksananya monlLorlng
keglaLan lsl daLa laka lanLas dan
laporan hasll monlLorlng
6). Melaksanakan capaclLy bulldlng dl
bldang anallsls daLa kecelakaan Lalu llnLas
Lerlaksananya pelaLlhan anallsls
daLa laka lanLas unLuk 3000
personel polanLas dl Llap polda
dan polres
789:;<= %>?@8?8 $<=; !AB:; C8B8D %>?@8?8 +DED (8=;A?8B .>=>B8D898? 08B8?
"F 78?8G>D>? .>=>B8D898? #8BE #;?98=
!" $%&'%()*+&,,& -.-/%( )%&0,/,/,& 1,/, 2%0%3,2,,& 3,3* 3.&/,-
1. enyempurnaan formaL daLa
kecelakaan lalu llnLas
1ercapalnya valldlLas dan rellablllLas
daLa kecelakaan lalu llnLas melalul
proses pengumpulan, pencaLaLan,
pengolahan dan anallsls daLa sebagal
sumber lnformasl
2. elaksanaan Anallsls slsLem
pencaLaLan daLa kecelakaan lalu llnLas
secara berkala
1erwu[udnya pencaLaLan daLa secara
efekLlf dan eflslen
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 2 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
7). Melaksanakan elaLlhan penyldlkan
kepada personll unlL laka lanLas
Lerlaksanannya pelaLlhan
penyldlkan kepada personll unlL
laka lanLas sebanyak 7000
personll
8). Menyusun slsLem pengawasan dan
pengendallan lnvesLlgasl kecelakaan lalu
llnLas secara ber[en[ang
Lersusunnya peraLuran
kakorlanLas olrl LenLang wasdal
lnvesLlgasl laka lanLas
9). Melakukan enllalan klner[a penyldlkan
Lerhadap personll yang menanganl
kecelakaan lalu llnLas (11k, Clah 1k
dan enyldlkan) secara berkala
Lerlaksananya klner[a penyldlkan
laka lanLas dengan pemeberlan
reward dan punlshmenL
10). Melaksanakan pelaLlhan kemampuan
anallsls kecelakaan lalu llnLas yang
menon[ol
Lerwu[udnya kompeLensl analls
kecelakaan lalu llnLas yang
menon[ol
11). Menylapkan sarana Leknologl
rekonsLruksl laka pada LlngkaL olda dan
olres
Lersedlanya alaL dan Llm 1AA
(Lrafflc accldenL analysls) unLuk
Llap polda dan polres
12(. Melakukan ker[asama dengan lnsLansl
LerkalL (kemenrlsLek, kemenhub,labfor,
A1M dan erguruan 1lnggl) dalam
penggunaan Leknologl rekonsLruksl laka
sebagal pembukLlan laka lanLas
Lerwu[udnya Mou dan
Lerlaksananya Mou penggunaan
Leknologl rekonsLruksl laka lanLas
4" $%&.&52,/,& 2*,3./,- .&6%-/.5,-. 2%0%3,2,,& 3,3* 3.&/,-
3. enlngkaLan kemampuan personll 1erlaksananya sclenLlflc lnvesLlgaLlon
dalam penyldlkan kecelakaan lalu
llnLas
4. enlngkaLan sarana Leknologl pada
penyldlkan kecelakaan lalu llnLas
1erlaksananya penyldlkan secara
SclenLlflc, cepaL, akuraL, dapaL
dlperLanggung[awabkan
(accounLable) dan memenuhl
prosedur "pro [usLlLla".
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 3 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
13). MembuaL Mou anLara olrl dengan
kemenu, kemenhub, kemenkes,
kemendlknas, A1M dan erusahan-
perusahan Asuransl
Lerwu[udnya Mou dan
Lerlaksananya Mou
14). Melaksanakan survey Lerhadap
perllaku berlalu llnLas bagl pengguna [alan
bersama dengan kemenhub, kemenu
dan erguruan 1lnggl
Lersusunnya hasll survey dan
anallslsnya unLuk Lerwu[udnya
budaya dlslplln berlalu llnLas bagl
pengguna [alan
13). Menyusun slsLem lnvenLarlsasl dan
pemellharaan keberhasllan lnovasl-lnovasl
secara naslonal dan reglonal berbasls
kemlLraan
Lersusunnya slsLem lnvenLarlsasl
keberhasllan lnovasl secara
naslonal dan reglonal berbasls
kemlLraan serLa dllakukannya
pemellharaan Lerhadap
keberhasllan lnovasl LersebuL
16). MembuaL Mou olrl dengan
kemenu, kemenkes, kemenhub dan !asa
rahar[a LenLang penanganan korban asca
kecelakaan
Lerwu[udnya Mou dan
Lerlaksananya Mou
17). elaLlhan penanganan kecelakaan lalu
llnLas dengan dlnas kesehaLan, pemadam
kebakaran dan 8asarnas
Lerlaksanannya pelaLlhan
penanganan kecelakaan lalu
llnLas dengan dlnas kesehaLan,
pemadam kebakaran dan
8asarnas
3. elaksanaan ker[asama pencegahan
kecelakaan lalu llnLas
1erwu[udnya slnerglLas dan
slnkronlsasl anLar sLakeholder (olrl,
kemenu, kemenhub, kemenkes,
kemendlknas, A1M dan erusahan-
perusahan Asuransl)
6. elaksanaan ker[asama penanganan
kecelakaan lalu llnLas
1erwu[udnya penlngkaLkan
kecepaLan, Lransparansl,
akunLablllLas dan kepasLlan hukum
aLas hasll penanganan kecelakaan
lalu llnLas
7" !2-. 8%(./+,,& 8%-%3,(,/,& 9,3* 9.&/,- ,/,* :;,1 < =+,>>.0 ?,>%/' $,+/&%+-@.) !0/.;& A:?$! < =?$!B
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 4 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
18). MembuaL Mou olrl dengan
kemenu, kemenkes, kemenhub dan !asa
rahar[a
Lerwu[udnya Mou dan
Lerlaksananya Mou
19). Menlndaklan[uLl hasll darl Mou anLara
olrl dengan kemenu, kemenkes,
kemenhub dan !asa rahar[a
adanya evaluasl Lerhadap hasll
darl pelaksanaan Mou
20). Melakukan monlLorlng, evaluasl dan
updaLe Lerhadap Mou anLara olrl dengan
kemenu, kemenkes, kemenhub dan !asa
rahar[a
adanya evaluasl Lerhadap hasll
darl pelaksanaan Mou
8. elaksanaan ker[asama unLuk
melakukan ka[lan sLraLegls
keselamaLan lalu llnLas
1erwu[udnya kesepakaLan anLar
lnsLansl dalam perumusan kebl[akan
pembaLasan sepeda moLor
21). Melaksanakan ka[lan sLraLegls
pembaLasan sepeda moLor
Lersusunnya dokumen ka[lan
sLraLegls formulasl kebl[akan
pembaLasan sepeda moLor
7. elaksanaan ker[asama pasca
kecelakaan lalu llnLas
1erwu[udnya penurunkan LlngkaL
faLallLas korban dan mewu[udkan
Llndak lan[uL langkah-langkah
perbalkan guna pencegahan
kecelakaan lalu llnLas
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 3 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
22). MembuaL edoman enenLuan 8lack
SpoL berdasarkan daLa kecelakaan lalu
llnLas.
Lersedlanya dokumen LaLa cara
pelaksanaan ka[lan L8k (dengan
subsLansl ldenLlflkasl Lokasl
rawan, karaLerlsLlk kecelakaan,
permasalahan penyebab lokasl
rawan kecelakaan dan counLer
measure Lerhadap lokasl LersebuL
dan proLap penanganan L8k)
23). Memperslapkan daLa lokasl rawan
kecelakaan (blackspoL)
Lersedlanya daLa lokasl rawan
kecelakaan (blackspoL) dan dapaL
dlakses oleh sLakeholder lalnnya
24). Menganallsls lokasl rawan kecelakaan
lalu llnLas dan fakLor penyebabnya
berdasarkan daLa darl kemenu, olrl dan
kemenhub
Lerlaksananya anallsls kecelakaan
lalu llnLas dan fakLor
penyebabnya dl Llap polda dan
polres serLa adanya produk
anallsls kecelakaan lalu llnLas dan
penyebabnya dl Llap polda dan
polres
23). Memberlkan rekomendasl hasll ka[lan
L8k (blackspoL) yang perlu dlperbalkl
LerdapaLnya rekomendasl LerLulls
ka[lan blackspoL
26). Merekomendaslkan usulan
penanganan blackspoL
LerdapaLnya dokumen usulan
penanganan blackspoL
""F 08B8? H8?I ,>:<>=>B8D898?
C" $%&52,D.,& 9;2,-. :,E,& 8%0%3,2,,& 9,3* 9.&/,- A43,02 -);/B
9. erumusan dan elaksanakan ka[lan
bersama lnsLansl LerkalL
1ersusunnya pedoman LaLa cara
pelaksanaan ka[lan Lokasl 8awan
kecelakaan Lalu LlnLas (dengan
subsLansl ldenLlflkasl Lokasl rawan,
karaLerlsLlk kecelakaan,
permasalahan penyebab lokasl
rawan kecelakaan dan counLer
measure Lerhadap lokasl LersebuL
dan proLap penanganan L8k) dan
Lerlaksananya pengka[lan.
10. emberlan rekomendasl hasll ka[lan 1ercapalnya kesepakaLan solusl
penanganan Lokasl 8awan
kecelakaan Lalu LlnLas berdasarkan
perLlmbangan Leknls dan ekonomls
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 6 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
27). Melaksanakan Soslallsasl kepada
pengusaha angkuLan barang LenLang
penegakkan hukum overloadlng
Lerlaksananya soslallsasl
penegakan hukum overloadlng
28). MembuaL erencanaan penegakan
hukum overloadlng dan berkoordlnasl
dengan dlnas perhubungan
Lerlaksananya penegakkan
hukum overloadlng
29). Menyusun SC penegakkan hukum
overloadlng secara Lerpadu
Lersusunnya peraLuran kapolrl /
kakorlanLas olrl LenLang
penegakkan hukum overloadlng
30). Melaksanakan penegakkan hukum
Lerpadu dengan dlnas perhubungan
Lerlaksananya penegakkan
hukum overloadlng yang
dllengkapl dengan slsLem
pelaporan kepada pemangku
kepenLlngan angkuLan barang
31). Melaksanakan 8apaL dengan
kemenhub/dlnas perhubungan,
kemenpu/dlnas u, pemerlnLah
prop/koLa/kab, emlllk angkuLan barang,
penyedla [asa pengelolaan loglsLlk dan
penglrlman barang melalul [alan unLuk
anallsa dan evaluasl keglaLan penegakkan
hukum Lerpadu
Lerlaksananya rapaL dan
memonlLor Llndak lan[uL darl hasll
rapaL
12. Menyedlakan sarana & prasarana
enegakan hukum Cverloadlng
enyedlaan sarana & prasarana
keglaLan penegakkan hukum
32). Melaksanakan rapaL dengan lnsLansl
kemenhub dan kemenu LerkalL
penyedlaan sarana dan prasarana keglaLan
penegakkan hukum overloadlng Lerpadu
Lerlaksanany penegakkan hukum
Lerpadu
11. elaksanaan koordlnasl dengan
lnsLansl kemenLerlan u,
erhubungan, Mendagrl, emerlnLah
rop/koLa/kab cq. ulnas erhubungan
dan ulnas eker[aan umum
1erwu[udnya kepasLlan hukum dan
ranah kewenangan penegakkan
hukum dalam pembaLasan muaLan
angkuLan barang kendaraan
bermoLor
"""F .>?C8:88? H8?I ,>:<>=>B8D898?
F" $%&%5,2,& G*2*( 8%&1,+,,& 1%&5,& (*,/,& H%+3%H.@ A;6%+3;,1.&5B
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 7 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
13. Melakukan Anallsls dan evaluasl
keglaLan penegakkan hukum keleblhan
muaLan
engka[lan efekLlvlLas, eflslensl dan
dampak penegakkan hukum yang
dllakukan
33). MenenLukan langkah lan[uL dalam
penegakkan hukum Lerpadu
Lersedlanya dokumen rencana
penanganan permasalahan
overloadlng
I" $%&'%()*+&,,& ?.-/%( :%5.-/+,-. 1,& J1%&/.>.2,-. 8%&1,+,,& 4%+(;/;+ -%-*,. -/,&1,+ 8%-%3,(,/,&
34). Mengembangkan slsLem reglsLrasl dan
ldenLlflkasl kendaraan bermoLor dan
slsLem penegakkan hukum kepada slsLem
elekLronlk reglsLrasl dan ldenLlflkasl
kendaraan bermoLor serLa Lerbangunnya
daLabase kendaraan bermoLor unLuk
mendukung pelaksanaan elekLronlc law
enforcemenL (L8l dan LLL)
Lerbangunnya daLabase
kendaraan bermoLor dan
LerbenLuknya slsLem reglsLerasl
dan ldenLlflkasl kendaraan
bermoLor yang Lerslnkronlsasl
dengan slsLem penegakan hukum
(daLabase pelanggaran/Lllang dan
kecelakaan) lalu llnLas
33). MembuaL manual reglsLrasl dan
ldenLlflkasl kendaraan bermoLor
Lersedlanya manual reglsLrasl dan
ldenLlflkasl kendaraan bermoLor
36). Menyedlakan sarana dan prasarana
reglsLrasl dan ldenLlflkasl kendaraan
bermoLor
Lersedlanya sarana dan prasarana
reglsLrasl dan ldenLlflkasl
kendaraan bermoLor
37). Melaksanakan Soslallsasl dan
pelaLlhan slsLem reglsLrasl dan ldenLlflkasl
kendaraan bermoLor
Lerlaksananya Soslallsasl dan
pelaLlhan slsLem reglsLrasl dan
ldenLlflkasl kendaraan bermoLor
1erwu[udnya uaLabase kendaraan
bermoLor dan slsLem reglsLrasl dan
ldenLlflkasl kendaraan bermoLor yang
sesual dengan sLandar keselamaLan
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 8 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
38). Menyusun endldlkan
keselamaLan 8erlalu LlnLas
1.1erbenLuknya ok[a ulklaL
engemudl
2.Adanya AcLlon lan
3.Adanya urafL
39). Menyusun erkap Sekolah
Mengemudl
1.1erbenLuknya ok[a erkap
Sekolah Mengemudl
2.Adanya AcLlon lan
3.Adanya urafL erkap
40). Melaksanakan ker[asama dengan
emangku kepenLlngan (kemendlknas,
kemenhub, kemenaker, 8nS) guna
penenLuan uLk sLandar kompeLensl
pengemudl, lnsLrukLur sekolah
pengemudl, dan kewa[lban dan Langgung
[awab pemlllk sekolah mengemudl.
1.1erlaksananya Mou
2.enyusunan buku pedoman
eLlka berlalu llnLas (hlghway
code)
41). Menyedlakan laslllLas bela[ar
mengemudl sec langsung dan Cnllne
1erselenggaranya sarana bela[ar
mengemudl Cnllne yang
mencakup pengeLahuan dan
wawasan keselamaLan berlalu
llnLas
42). Membangun lndonesla SafeLy urlvlng
CenLre (lSuC)
1.Adanya kebl[akan unLuk
membangun lSuC
2.Adanya AcLlon lan
3.1erbenLuknya 1lm ok[a
14. engembangan SlsLem pendldlkan
dan pelaLlhan pengemudl
MenlngkaLnya kuallLas pengemudl
yang peka, pedull dan empaLl akan
keselamaLan
K" $%&'%()*+&,,& ?.-/%( $%&%+H./,& ?JL
"2F !>?IIE?8 08B8? J8?I K>:<>=>B8D898?
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 9 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
43). Membangun 1empaL u[l SlM yang
berbasls keselamaLan lalu llnLas
1ersedlanya LempaL u[l Leorl,
slmulaLor dan prakLek SlM yang
sesual dengan sLandarL
keselamaLan dan golongan SlM
yang dlproduksl dl seLlap SaLpas.
44). Merumuskan kompeLensl engu[l SlM Adanya 8uku SLandar kompeLensl
engu[l SlM 1lngkaL naslonal dan
uaerah
43). Melaksanakan SlsLem pendafLaran
(Langsung & Cnllne)
1erbangunnya SlsLem
endafLaran u[l SlM secara
Cnllne
46).Melaksanakan keglaLan encerahan
Lhd Masalah keselamaLan lalu llnLas
1erlaksananya keglaLan
encerahan
47). Melaksanakan u[l 1eorl yang berbasls
keselamaLan sesual golongan SlM
1erlaksananya keglaLaan u[l 1eorl
yang berbasls kompeLensl sesual
dengan golongan SlM
48). Melaksanakan u[l SlmulaLor yang
berbasls keselamaLan lalu llnLas
1erlaksananya keglaLaan u[l
SlmulaLor yang berbasls
kompeLensl (u[l keLerampllan, u[l
8eaksl, AnLlslpasl, konsenLrasl,
engeLahuan dan LLlka 8erlalu
llnLas) yang dapaL dl unduh
hasllnya unLuk kepenLlngan
pembela[aran
1erwu[udnya slsLem penerblLan SlM
yang berkuallLas unLuk keselamaLan
dengan berbasls kompeLensl
13. enyempurnaan SlsLem u[l SlM
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 10 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
49). Melaksanakan u[l rakLek yang
berbasls kompeLensl dan keselamaLan lalu
llnLas
1erlaksananya keglaLaan u[l
rakLek yang berbasls
kompeLensl : 1.u[l !alan
Lurus. 2.!alan
MenyemplL. 3.!alan
8erkelok. 4.1an[akan.
3.1urunan.
6.arklr.
7.engereman.
8.8eaksl.
9.rlorlLas.
10.erslmpangan.
11.!alan Llcln.
12.enggunaan la[ur.
13.kecepaLan Mlnlmal dan
Maxlmal
30). Melaksanakan enerblLan SlM yang
mencermlnkan adanya reward dan
punlshmenL unLuk seLlap [enls SlM (8aru,
enlngkaLan, dan erpan[angan)
1erselenggarnya penerblLan SlM
yang berbasls kepada kompeLensl
dan keselamaLan lalu llnLas,
unLuk SlM : 1.8aru.
2.enlngkaLan.
3.erpan[angan (1anpa u[l, u[l
ulang dan CabuL SemenLara)
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 11 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
31). Membangun daLabase pengemudl
secara Cnllne
1. Adanya kebl[akan
pembangunan daLabase
pengemudl dan slnkronlsasl
dengan daLa elanggaran dan
kecelakaan Lalu LlnLas 2.
Lerbangunnya daLabase
pengemudl dl LlngkaL Mabes dan
olda dengan lloL ro[ecL olda
8lau
32). Melakukan slnkronlsasl daLa
pengemudl dan daLa penegakan hukum
(SlsLem Cnllne dengan Cakkum)
1. Adanya kebl[akan
pembangunan daLabase
pengemudl dan slnkronlsasl
dengan daLa elanggaran dan
kecelakaan Lalu LlnLas
33). Melakukan enandaaan SlM uLk
pelanggran berulang dan kecelakaan lalu
llnLas beraL (pengawasan, embloklran
dan encabuLan)
1. Adanya kepuLusan kapolrl LLg
pelaksanaan merlL/demerlL
sysLem. 2. Adanya edoman
merlL/demerlL sysLem. 3.
1erlaksananya MerlL/demerlL
sysLem
16. endaLaan engemudl yang
melakukan pelanggaran dan
menyebabkan kecelakaan lalu llnLas.
1erwu[udnya daLabase pengemudl
unLuk keselamLan dan penegakan
hukum
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 12 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
34). Mengumpulkan daLa daerah rawan
pelanggaran
1. Adanya Mapplng daerah rawan
pelanggaran (seLlap [enls)
33). MenglnvenLarlslr peralaLan yang
dlbuLuhkan (speed gun, breaLh analyzer,
!"#$%&'( *(+,-$ .(%/0#(.(1$ dan CC1v)
1. Adanya ka[lan LLg eralaLan
yang dlbuLuhkan dalam
pelaksanaan gakkum, 2.
1ersedlanya speslflkasl Leknls
peralaLan penegakan hukum
36). Mengalokaslkan anggaran unLuk
penuhl kebuLuhan
1. Adanya kebl[akan kakorlanLas
olrl uLk enlngkaLan kapaslLas
olanLas, 2. Adanya kebl[akan
unLuk penylapan sarana
prasarana penegakan hukum
37). Menyedlakan pedoman Cakkum
dengan alaL elekLronlk dan alaL deLeksl
alkohol
1. 1erbenLuknya ok[a
enyusunan edoman enegakan
Pukum dengan alaL elekLronlk, 2.
Adanya pedoman enegakan
hukum dengan alaL elekLronlk
dan deLeksl alkohol
38). Membangun slsLem Lerpadu anLara
1MC, regldenL ranmor dan pengemudl,
gakkum & C!S LenLang gakkum elekLronlk
1. Adanya kebl[akan kakorlanLas
olrl dlm penglnLegraslan slsLem
penegakan hukum elekLronlk., 2.
1erwu[udnya MCu anLara olrl,
ke[aksaan Agung, Mahkamah
Agung, usplLek, kemenLerlan
ualam negrl dan emerlnLah
roplnsl, kabupaLen/koLa
G" $%&%5,2,& @*2*( /%+@,1,) )%3,&55,+,& ',&5 H%+);/%&-. 2%0%3,2,,& 3,3* 3.&/,-
17. enlndakan elanggaran Lalu LlnLas
yang berpoLensl sebagal enyebab
kecelakaan, yalLu:
1) elanggaran kecepaLan
2) elanggaran keleblhan MuaLan
3) elanggaran Pelm
4) elanggaran Marka berhenLl dan
marka Ldk LerpuLus
3) elanggaran Melawan Arus
6) elanggaran enggunaan alkohol
7) elanggaran elanggaran rlorlLas
8) elanggaran 8ambu
9) elanggaran 1ldak menyalakan
lampu uLama pada malam harl
10) elanggaran kendaraan Lldak lalk
[alan
11) elanggaran Menalkan
menurunkan enumpang Lldak pada
LempaLnya
1. 1erlaksananya penegakan hukum
Lerhadap pelanggaran yang
berpoLensl sebagal penyebab
kecelakaan lalu llnLas. 2.
8erkurangnya kecelakaan lalu llnLas
yang dlsebabkan/dlkonLrlbuslkan
oleh 11 pelanggaran uLama.
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 13 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
39). Memberlkan 8ekomendasl eker[aan
dl 8aglan !alan
1ersedlanya pedoman pemberlan
rekomendasl Lhdp peker[aan-
peker[aan yang menggunakan
baglan-baglan [alan.
60). Melakukan AudlL keselamaLan
embangunan / keberadaaan
lnfrasuLukLur
1. Adanya kebl[akan emerlnLah
unLuk melakukan audlL Lerhadap
pembangunan lnfrasLruLur, 2.
1ersedlanya Manual AudlL
keselamaLan Lalu LlnLas
61). Melakukan enegakan Pukum
Lerhadap engoperaslan kendaraan yang
Lldak berkeselamaLan (engu[lan kelalkan
kesehaLan pengemudl, !am ker[a
engemudl, MuaLan)
1. Adanya kebl[akan penegakan
hukum
62). Menyedlakan bahan a[ar keselamaLan
lalu llnLas dl seLlap LlngkaLan pendldlkan
formal
1ersedlanya bahan a[ar
keselamaLan lalu llnLas unLuk
semua LlngkaL pendldlkan formal
63). Melaksanakan MCu LLg lnLegrasl
bahan a[ar pada kurlkulum dengan lnsLansl
kemendlknas dan emerlnLah
rop/kab/koLa cq. ulnas endldlkan
1erlnLegraslnya pendldlkan
keselamaLan berlalu llnLas ke
dalam kurlkulum pendldlkan
naslonal/daerah
64). Melaksanakan Soslallsasl & pelaLlhan
lnsLrukLur bersama dengan kemendlknas
dan emerlnLah rop/kab/koLa cq. ulnas
endldlkan
1erlaksananya soslallsasl dan
pelaLlhan Lerhadap guru aLau
pelaLlh aLau lnsLrukLur
keselamaLan lalu llnLas dl sekolah
18. enlndakan Lerhadap oLensl laln
enyebab Masalah kecelakaan
1. 1erwu[udnya kepedullan dan
Langgung [awab para pemlllk
kendaraan aLau pelaksana peker[aan
dl baglan [alan yang berkalLan
dengan lalu llnLas, embangunan
konsLruksl dan lnfrasLrukLur lalnnya,
Lerhadap keselamaLan lalu llnLas
yang berkalLan dengan llngkup
Langgung [awabnya. 2. berkurangnya
perlsLlwa dan korban kecelakaan lalu
llnLas LerkalL pengoperaslan
kendaraan bermoLor umum dan/aLau
peker[aan-peker[aan dan/aLau
konsLruksl pada baglan [alan.
J" $%&1.1.2,& 3,3* 3.&/,- -%D,2 1.&. 1,& H%+2%3,&D*/,&
19. enyelenggaraan endldlkan
keselamaLan 8erlalu llnLas Secara
lormal
1erwu[udnya kesadaran dlslplln dan
Langgung [awab keselamaLan se[ak
usla dlnl secara formal
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 14 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
63). Melaksanakan dan MembenLuk
lorum LLA! dl bldang keselamaLan lalu
llnLas secara konLlnue (mlnlmal 2 kall per
Lahun)
Lerlaksananya forum LLA! dl
bldang pendldlkan mlnlmal 2 kall
seLahun
66). Melaksanakan keglaLan olsanak dl
seLlap olres/olda dengan maLerl
keselamaLan lalu llnLas
1erlaksananya keglaLan olsanak
bldang keselamaLan lalu llnLas dl
LlngkaL olres/olda mlnlmal 1
kall per bulan
67). MembenLuk dan MelaLlh aLroll
keamanan Sekolah dl seLlap sekolah
1erbenLuknya kS dl seLlap
sekolah/LlngkaL pendldlkan, mln
80 darl [umlah sekolah yang ada
dl wll olres/olda
68). Melaksanakan kun[ungan ke
sekolah/kampus dengan maLerl
keselamaLan Lalu LlnLas (ollce Co 1o
School/Campuss)
1erlaksananya kun[ungan ke
sekolah/kampus mlnlmal 1 kall
per bulan
69). Melaksanakan Lomba emlllhan uuLa
keselamaLan Lalu LlnLas
Lerlaksananya pemlllhan/lomba
uuLa keselamaLan Lalu LlnLas
(uLra dan uLrl) dl 1lngkaL
olres/olda mlnlmal 1 kall per
per Lahun
70). MembenLuk dan memberdayakan
ramuka Saka 8hayangkara krlda
keselamaLan lalu llnLas dl seLlap
olres/olda
1erbenLuknya ramuka Saka
8hanyangkara krlda keselamaLan
lalu llnLas dl seLlap olres/olda
dan Lerlaksananya keglaLan
pramuka yang berkalLan dgn
bldang keselamaLan lalu LlnLas
mlnlmal 1 kall 1 bulan
20. enyelenggaraan endldlkan
keselamaLan 8erlalu llnLas Secara non
lormal
1erwu[udnya kesadaran dlslplln dan
Langgung [awab keselamaLan se[ak
usla dlnl dan berkelan[uLan secara
non formal dan menurunnya [umlah
korban kecelakaan lalu llnLas darl
kelompok usla dlbawah 20 Lahun
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 13 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
71). kampanye keselamaLan lalu llnLas dan
MembenLuk elopor keselamaLan dl
seLlap olres/olda
Lersoslallsanya pesan-pesan
keselamaLan lalu llnLas dan
Slogan "elopor keselamaLan
Lalu LlnLas" dan LerbenLuknya
komunlLas elopor keselamaLan
dl seLlap olres/olda
72) Mensoslallsaslkan Cara Aman ke
Sekolah
Lersoslallsaslnya cara aman ke
sekolah khususnya bagl murld
yang ber[alan kakl ke sekolah
73) Membangun 1aman Ldukasl
keselamaLan Lalu LlnLas
Lerbangunnya Laman edukasl
keselamaLan lalu llnLas dl seLlap
polres
urafL 8en Aksl olrl dlm 8unk
age 16 of 16
!"#$%&%'()$($&*+, %'()$($
$.*"
/,0')1"2'3*4 .'5"$1$( "(6".$1/%
74). Menyedlakan PoLllne Lmergency
(nomor Lokal Lalnnya)
1ersedlanya nomor PoLllne
laporan kecelakaan lalu llnLas
khusus kepollslan (*menunggu
Lerwu[udnya nomor anggll
uaruraL naslonal 119 darl
kemenkes)
73). Menyedlakan Medla Soclal (lacebook,
1wlLLer, n1MC dan 8adlo) sebagal sarana
pelaporan
1ersedlanya sarana mulLlmedla
unLuk pelaporan ke[adlan
kecelakaan
76). MendaLangl 1k sesual sLandar wakLu
dalam SC olrl (30 menlL)
1erpenuhlnya sLandar wakLu
dalam mendaLangl 1k dan
penanganan korban
77). Melakukan perLolongan perLama
kepada korban berdasarkan keLerampllan
dan pengeLahuan Cu dan enanganan
korban (LerlaLlh)
1ersedlanya Lenaga LerlaLlh
dalam penanganan emergency
23. enerblLan suraL keLerangan unLuk
Asuransl
1erwu[udnya pengurusan asuransl
secara cepaL dan mudah
78). MenerblLkan SuraL keLerangan unLuk
pengurusan / klalm Asuransl
1erlaksananya penerblLan SuraL
keLerangan kecelakaan
21. SlsLem lnformasl elaporan
erlsLlwa kecelakaan
1erwu[udnya komunlkasl dan
lnformasl pelaporan ke[adlan
kecelakaan lalu llnLas
M" $%&.&52,/,& 2*,3./,- 3,',&,& ),-0, 2%0%3,2,,&
2F !A=9 ):8=L %>=MA?=>
22. enanganan kecelakaan 1erwu[udnya penanganan korban
kecelakaan secara profeslonal

You might also like