You are on page 1of 10

ASAS-ASAS PEMBINAAN HUKUM ISLAM DAN DASAR-

DASARNYA
PENDAHULUAN
Perbuatan masyarakat islam yang terdapat dalam perbuatan pidana, perdata yang
mekiputi perkawinan, muamalah, perkawinan diatur dalam setiap hukum yang meliputi asas
itu sendiri.
Sesuatu hal yang paling mendasar dari tiap hukum tercantum dari asas itu sendiri,
sehingga kita perllu mengetahui pengertian asas itu terlebih dahulu agar diketahui
kejelasnnya.
Asas dalam hukum islam terbagi menjadi dua, yaitu asas umum yang mencantum
segala ketentuan semua hukum dalam islam itu sendiri. Dan asas khusus yang meliputi asas
dalam hukum pidana, muamalah, kewarisan. Pernikahan, dan kewarisan. Asas umum itu
sendiri meliputi asas keadilan yang selalu ditegaskan dalam islam untuk selalu ditegakkan
dalam kehidupan masyarakat. Asas kepastian hukum dan asas kemanfaatan juga terdapat
didalamnya.
Asas khusus itu sendiri seperti asas legalitas dalam hukum pidana, asas suka sama
suka dalam hukum muamalah, asas individual dalam hukum kewarisan, dan asas
kekeluargan dalam hukum perkawinan, dan masih banyak lagi asas khusus itu sendiri.
Karena itulah dalam hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab-bab selanjutnya dalam
makalah ini.
A. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM
1. Pengertian
Asas berasal dari kta asasun yang artinya dasar, basis, pondasi. Secara
terminologi asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar. Jika dihubungkan
dengan hukum, asas adalah kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan berpikir
dan alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Asas
hukum berfungsi sebagai rujukan untuk mengembalikan segala masalah yang
berkenaan dengan hukum.
2. Beberapa Asas Hukum Islam
Menurut Tim Pengkajian Hukum Islam Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman bahwa asas hukum islam terdi-ri dari (1) bersifat umum,
(2)lapangan hukum pidana, (3) lapangan hukum perdata. Mengenai asas-asas
hukum yang lain seperti lapangan tata negara, internasional dan lain-lain tidak
disebutkan dalam laporan mereka.
1) Asas-asas umum
a. Asas keadilan
Dalam al quran, kata ini disebut 1000 kali. term keadilan pada umumnya
berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijakan pemwrintah. Konsep
keadilan meliputi berbagai hubungan, misalanya; hubungan individu dengan
dirinya sendiri, hubungan antara individu dan yang berpekara serta hubungan-
hubungan dengan berbagai pihak yang terkait. Keadilan dalam hukum islam
berarti keseimbangan antara kewajiban dan harus dipenuhi oleh manusia
dengan kemammpuan manusia untuk menuanaikan kewajiban itu.
Etika keadilan; berlaku adil dlam menjatuhi hukuman, menjauhi suap dan
hadiah, keburukan tyergesa-gesa dalam menjatuhi hukuman, keputusan
hukum bersandar pada apa yang nampak, kewajiban menggunakan hukum
agama.
b. Asas kepastian hukum
Dalam syariat Islam asas ini disebut
artinya sebelum ada nas, tidak ada hukum bagi perbuatan orang-orang yang
berakal sehat. Bahwa pada dasarnya semua perbuatan dan perkara
diperbolehkan. Jadi selama belum ada nas yang melarang, maka tidak ada
tuntutan ataupun hukuman atas pelakunya. Dasar hukumnya asas ini ialah QS
Al Isro' 15 ;


". Dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul."
c. Asas kemanfatan
Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi keadilan dan kepastian hukum
tersebut diatas. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastiann hukum
hendaknya memperhatikan manfaat bagi terpidana atau masyarakat umum.
Contoh hukuman mati, ketika dalam pertimbangan hukuman mati lebih
bermanfaat bagi masyarakat, misal efek jera, maka hukuman itu dijatuhkan. Jika
hukuman itu bermanfaat bagi terpidana, maka hukuman mati itu dapat diganti
dgengan denda.
2) Asas-asas hukum pidana
a. Asas legalitas
Asas legalitas maksudnya tidak ada hukum bagi tindakan manusia sebelum
ada aturan. Asas legalitas ini mengenal ini juga asas teritorial dan non
teritorial. Asas teritorial menyatakan bahwa hukum pidana islam hanya berlaku
di wilayah di mana hukum islam diberlakukan.
b. Tidak berlaku surut
Hukum pidana Islam tidak menganut sistem berlaku surut ( )
artinya sebelum adanya nas yang melarang perbuatan maka tindakan seorang
tidak bisa dianggap suatu jarimah, sehingga ia tidak dapat dijatuhi hukuman.
Dasar hukum dari asas ini ialah {

} bahwasannya Allah SWT mengampuni perbuatan yang


telah lalu, Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-
dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya
akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu ."
Tetapi ada pengecualian tidak berlaku surut, karena pada jarimah-jarimah
yang berat dan sangat berbahaya apabila tidak diterapkan berlaku surut.
seperti halnya; jarimah qozf, jarimah hirabah (perampokan, terorisme). Jika
kedua jarimah berlaku hukum tidak berlaku surut, maka banyak kekacauan
dan fitnah pada masyarakat.
c. Bersifat pribadi ( )
Dalam syariah Islam hukuman dapat dijatuhkan hanya kepada orang yang
melakukan perbuatan jinayah dan orang lain ataupun kerabatnya tidak dapat
menggantikan hukuman pelaku jinayah. Al quran telah menjelaskan dalam QS
al an'am 164 ;


. Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa
melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada
Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang
kamu perselisihkan."
d. Hukum bersifat umum
Hukuman harus berlaku umum maksudnya setiap orang itu sama dihadapan
hukum (equal before the law) walaupun budak, tuan, kaya, miskin, pria, wanita,
tua, muda, suku berbeda. Contoh ketika masa Rasulullah ada seorang wanita
yang didakwa mencuri, kemudian keluarganya meminta Rasulullah
membebaskan dari hukuman. Rasulullah dengan tegas menolak perantaraan
itu dengan menyatakan "seandainya Fatimah Binti Muhammad mencuri, ikatan
keluarganya tidak dapat menyelamatkannya dari hukuman hadd".
e. Hukuman tidak sah karena keraguan
Keraguan di sini berarti segala yang kelihatan seperti sesuatu yang terbukti,
padahal dalam kenyataannya tidak terbukti. Atau segala hal yang menurut
hukum yang mungkin secara konkrit muncul, padahal tidak ada ketentuan
untuk itu dan tidak ada dalam kenyataan itu sendiri. Putusan untuk
menjatuhkan hukuman harus dilakukan dengan keyakinan, tanpa adanya
keraguan. Sebuah hadis menerangkan "hindarkan hudud dalam keadaan ragu,
lebih baik salah dalam membebaskan daripada salah dalam menghukum".
Seperti halnya kasus yang dicontohkan Abdul Qodir Audah dalam kasus
pencurian, misalnya kecurigaan mengenai kepemilikan dalam pencurian harta
bersama. Jika seorang mencuri sesuatu yang dia miliki bersama orang lain,
hukuman hadd bagi pencuri menjadi tidak valid, karena dalam kasus harta itu
tidak secara khusus dimiliki orang, tetapi melibatkan persangkaan adanya
kepemilikan juga dari pelaku perbuatan itu.
3) Asas-asas mmuamalat
a. Asas taba,dulul mana'fi'
Asas taba,dulul mana'fi' berrti bahwa segala bentuk kegitan muamalat harus
memberikan keuntungan dan manfaat bersama bagi pihak-pihak yang terlibat.
Asas ini merupakan kelanjutan dari prinsip atta'awun sehingga asas ini
bertujuan menciptakan kerjasama antar individu atau pihak-pihak dalam
masyarakat dalam rangka saling memenuhi keperluanya masing-masing
dalam rangka kesejahteraaan bersama.
b. Asas pemerataan
Asas pemerataan adalah penerapan prinsip keadilan dalam bidang muamalat
yang menjhendaki agar harta tidak diuasai oleh segelintir orang sehingga harta
itu harus terdistribusikan secara merata di antara masyarakat, baik kaya
maupun miskin. Oleh karena itu dibuat hukum zakat, shodaqoh, infaq, dsb.
Selain itu islam juga menghalalkan bentuk-bentuk pemindahan pemilikan harta
dengan cara yang sah seperti jual beli, sewa menyewa dsb.
c. Asas suka sama suka
Asas ini menyatakan bahwa segala jenis bentuk muamalat antar individu atau
antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing. Kerelaan disiini dapat
berarti kerelaan melakukan suatu bentuk muamalat, maupun kerelaan dalam
menerima atu menyerahkan harta yang dijadikan obyek perikatan dan bentuk
muamalat lainya.
d. Asas adamul gurur
Asas adamul gurur berarti bahwa setiap bentuk muamalat tidak boleh ada
gurur, yaitu tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak
merasa dirugikan oleh pihak lainya sehingga mengakibatkan hilangnya unsur
kerelaan salah satu pihak dalam melakukan suatu transaksi atau perikatan.
e. Asas al-birri wa al-taqwa
Asas ini menekankan bentuk muamalat yang termasuk dalam kategori suka
sama suka ialah sepanjang bentuk muamlat dan pertukaran manfaat itu dalam
rangka pelaksanaan saling menolong antar sesama manusia untuk al-birr wa
taqwa, yakin kebajikan danm ketqwaan dalam berbagai bentuknya.
f. Asas musyarokah
Asas musyarakah, yakni kerjasama antar pihak yang saling menguntungkan
bukan saja bagi pihak yang terlibat melainkan juga bagi keseluruhan
masyarakat manusia.

B. Prinsip-prinsip Hukum Islam
Prinsip menurut bahasa ialah permulaan; tempat pemberangkatan; titik tolak;
atau al;mabda. Sedangkan dalam Syariat Islam adalah pedoman hidup yang
ditetapkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan Al-
Quran dan Sunnah. Hasbi Ash-Shiddiqie mendefinisikan hukum secara lughawi
adalah menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sebagaimana hukum-hukum yang lain,
hukum Islam memiliki prinsip-prinsip dan asas-asas sebagai tiang pokok, kuat atau
lemahnya sebuah undang-undang, mudah atau sukarnya, ditolak atau diterimanya
oleh masyarakat, tergantung kepada asas dan tiang pokonya.
Adapun secara terminologi Prinsip adalah kebeneran universal yang inheren
didalam hukum Islam dan menjadi titik tolak pembinaannya; prinsip yang membentuk
hukum dan setiap cabang-cabangnya. Prinsip hukum Islam meliputi prinsip umum dan
prinsip khusus. Prinsip umum ialah prinsip keseluruhan hukum Islam yang bersifat
universal. Adapun prinsip-prinsip khusus ialah prinsip-prinsip setiap cabang hukum
Islam. Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut:
a) Prinsip Tauhid
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa
semua manusia ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan
tauhid yang dinyatakan dalam kalimat Lailaha Illa Allah (Tidak ada tuhan
selain Allah). Prinsip ini ditarik dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64.
Artinya: Katakanlah; "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak
kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan
selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka:
"Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)"
Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam
merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan manusia dan penyerahan dirinya
kepada Allah sebagai manifestasi kesyukuran kepada-Nya. Prinsip tauhid
menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan hukum sesuai dengan
apa yang diturunkan Allah (Al-Quran dan As-Sunah). Dari prinsip umum
tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang merupakan kelanjutan dari prinsip
tauhid ini, umpamanya yang berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut :
Prinsip Pertama : Berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara
Artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya sebagai zat
yang wajib di sembah. Nabi dan rasul pun hanyalah manusia pilihan yang
bertugas menyampaikan (tabligh) pesan-pesan allah. Dengan demikain, Allah
adalah dekat dengan manusia walaupunia tetap transenden, firman allah yang
menjadi landasan prinsip ini,antara lain,surat Al-baqarah ayat-186 :
Artinya; Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Prinsip Kedua : Beban hukum (taklif) ditujukan untuk memelihara akidah dan
iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs) dan pembentukan pribadi yang luhur.
Atas dasar prinsip-prinsip inilah hamba-hamba Allah dibebani ibadah sebagai
bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas nikmat Allah. Firman allah yang
menjadi rujukan penarikan prinsip diatas surat Al baqarah ayat 185 ;
Artinya; .....Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Ayat diatas adalah kelanjutan dari ayat yang menjelasakan kewajiban bersuci
(berwudlu) atas orang yang hendak orang yang menunaikan ibadah sholat.
Berdasarkan atas prinsip,asas, dan kaidah kemudahan hukum itulah kemudian
dijumpai adanya dispensasi (rukhshah) yang merupakan keringan dalam
melaksanakan ibadah. Contoh keringanan yang berupa kebolehan menjamak
solat, yaitu menyatukan dua kewajiban melaksanakan sholat; mengqashar
sholat, yaitu memendekan jumlah rakaat sholat wajib yang berjumlah empat
rakaat menjadi dua rakaat, menjamak dan mengqashar sholat.
b) Prinsip keadilan (aladl)
Keadilan dalam bahasa salaf adalah sinonim al-mizan yang berarti
keseimbangan atau moderasi. Dengan demikian, konsep keadilan yang
merupakan prinsip kedua setelah tauhid meliputi keadilan dalam berbagai
hubungan: hubungan antara individu dengan dirinya sendiri; hubungan antara
individu dengan manusia dan masyrakat; hubungan individu dengan hakim
dan yang berperkara serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak yang
terkait.Dalam teologi mutazilah, Keadilan merupak pokok aqidah kedua
setelah tauhid. Keadilan atau aladl dalam teologi mutazilah mengandung dua
pengertian:
Pertama, keadilan berarti perbuatan.
Kedua, keadilan yang berarti pelaku perbuatan.
Apabila yang dimaksud keadilan itu perbuatan, Maka berarti setiap perbuatan
baik yang dilakukan oleh pelakunya agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
Dengan demikian, setip perbuatan allah dalam menciptakan alam ini
semuanya adil dalam arti perbuatan yang baik untuk dimanfaatkan.Teori
keadilan ini melahirkan dua teori,yaitu:Teori al-salah wa al-aslah; Dan Teori
al-husna wa al-Qubh.Kedua teori ini di kembangkan lagi sehingga menjadi dua
pernyataan;
Pernyataan pertama; Allah tidaklah berbuat sesuatu tanpa hikmah dan tujuan.
Perbuatan tanpa tujuan adalah sia-sia dan percuma.
Pernyataan kedua; segala sesuatu dan perbuatan itu mempunyai nilai
subyektif sehingga dalam perbuatan baik, seperti adil dan jujur.
Terdapat sifat-sifat yang menjadi perbuatan baik. Demikian halnya dalam
perbuatan buruk. Sifat-sifat itu dapat diketahui oleh akal sehingga masalah
baik dan buruk adalah masalah akal.
c) Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
Amar makruf berarti Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat
manusia untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan ridlo
Allah. Dalam kajian filsafat hukum Barat diartikan sebagai fungsi social
engineering hukum. Sedangkan nahi munkar berarti fungsi social controlnya.
Atas dasar prinsip inilah dalam hukum islam dikenal adanya perintah dan
larangan; wajib dan haram; pilihan antara melakukan dan tidak melakukan
perbuatan yang kemudian di kenal dengan dengan istilah al-ahkam al-khamsh
atau hukum lima,yaitu: wajib,haram,sunat,makruh,dan mubah.
Prinsip amar makruf nahi munkar ini berdasarkan atas firman allah surat
aliimran ayat 110:
Artinya; Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.
d) Prinsip Kebebasan atau Kemerdekaan (al-Hurriyah)
Kebebasan dalam arti luas yang mencakup berbagai macamnya,baik
kebebasan beragama,kebebasan berserikat, dan kebebasan berpolitik.
Kebebasan individual meliputi kebebasan dalam melakukan suatu perbuatan
atau tidak melakukan suatu perbuatan. Kebebasan beragama dalam islam
dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan didalam beragama (laikraha fi
al-din) sebagaimana dinyatakan al-quran surat al-baqarah ayat 256 dan al-
kafirun ayat 5.
Artinya; Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
e) Prinsip Persamaan atau Egalite (al-musawah)
prinsip ini mempunyai landasan yang amat kuat dalam al-quran dan sunah.
Konstitusi madinah yang dikenal dengan al-sahifah adalah contoh yang paling
nyata pelaksanaan prinsip egalite dalam islam antara lain, disebabkan prinsip
egalite ini. Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas
manusia.
Al-Quran surat ke-49 al- hujarrat ayat 13 menyatakan:
Artinya; Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat dengan menggunakan kata manusia (al-Nas) diatas menunjukan bahwa
ayat tersebut ditunjukan kepada umat manusia secara keseluruhan,tidak
terbatas bagi kaum muslimin saja.
f) Prinsip At-Taawun (tolong-menolong)
Prinsip taawun berarti bantu membantu antara sesama anggota masyrakat.
Bantu membantu ini diarahkan sesuai dengan prinsip tauhid, terutama dalam
upaya meningkatkan kebaikan dan ketaqwaaan kepada allah. Prinsip taawun
menghendaki kaum muslimin saling menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan
sebagaimana dijelaskan al-Quran surat ke-5 al-Maidah ayat 2;
Artinya; Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
g) Prinsip Toleransi (tasamuh)
Hukum islam mengharuskan umatnya hidup rukun dan damai di muka bumi ini
tanpa memandang ras, dan warna kulit. Prinsip toleransi yang dikehendaki
Islam adalah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan
ummatnya. tegasnya toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan
agama Islam.
Peringatan allah berkenaan dengan toleransi ini dinyatakan dalam surat ke-60
Al Mumtahanah ayat 8-9 sebagai berikut;
Artinya; Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama
dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Wahbah Az-Zuhaili, memaknai prinsip toleransi tersebut pada tataran
penerapan ketentuan Al-Quran dan Hadits yang menghindari kesempitan dan
kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai alasan dan jalan untuk
meninggalkan syariat ketentuan hukum Islam.



DAFTAR PUSTAKA


-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 2005
Sleman; Logung 2004

-islam.com

http://septian-septiancom.blogspot.com/2011/03/asas-asas-hukum-islam.html rabu tgl 10
oktober 2012 pkl 10 :50
http://masterkojek.blogspot.com/2012/06/prinsip-asas-asas-hukum-islam.html

You might also like