MEDAN - Maraknya waralaba pasar modern Indomaret di Sumatera Utara (Sumut) membuat gerah masyarakat. Melalui lembaga advokasi Majelis Ulama Indonesia Sumut (LADUI MUI SU), masyarakat mengajukan class action atas maraknya pasar swalayan waralaba ini.
Sebanyak 16 kepala daerah di Sumut mendapat gugatan ke Pengadlan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan. Adapun ke-16 pihak tergugat adalah Walikota Medan, Walikota Binjai, Walikota Tebing Tinggi, Walikota Pematang Siantar, Walikota Tanjung Balai, Bupati Deliserdang, Bupati Langkat, Bupati Serdang Bedagai, Bupati Simalungun, Bupati Asahan, Bupati Labuhan Batu, Bupati Labuhan Batu Utara, Bupati Labuhan Batu Selatan, Bupati Tapanuli Selatan, Bupati Padang Lawas Utara dan Bupati Padang Lawas.
Pihak LADUI MUI SU, menduga adanya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam penyebaran waralaba ini. Kuasa hukum penggugat, Hamdani menilai para tergugat telah membiarkan dengan cara memberi izin kepada Indomaret melakukan praktik usaha yang mengakibatkan pelaku usaha kecil mengalami kerugian dalam menjual usahanya di daerah- daerah tersebut.
Sedangkan dasar gugatannya, lanjut Hamdani, pihaknya pernah melayangkan surat penggugat pada tergugat, namun tidak mendapat respon. Karena itulah penggugat menduga tergugat melindungi pengusaha ritel Indomaret. Adapun kepentingan penggugat, lanjutnya, sebagai Direktur LADUI MUI SU yang mewakili kepentingan hukum lembaga ke dalam dan keluar guna menjalankan peran dan fungsi LADUI MUI SU mengurus kepentingan umat Islam di wilayah Sumatera Utara.
"Kita telah menyurati ke-16 walikota dan bupati memohon supaya ritel Indomaret ditutup dan izinya dicabut. Tetapi tidak direspon maka sesuai dengan UU No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara berarti seluruh walikota dan bupati yang digugat berkewajiban hukum untuk merespon surat yang sifatnya strategis seperti Lembaga Advokasi," ujar Hamdani.
Menanggapi isi gugatan penggugat, seorang kuasa tergugat perwakilan dari Kabupaten Simalungun SML Simangunsong mengatakan sampai sejauh ini pihak pemkab belum menemukan daftar izin yang dimohonkan perusahaan ritel Indomaret. "Kalau yang minta izin ke kami atas nama Indomaret tidak ada, tapi ada PT dan ada CV yang minta izin SITU dan SIUP," ucap staf ahli bidang hukum Pemkab Simalungun ini.
Bahkan Simangunsong sendiri baru diberitahu oleh pimpinan agar mengikuti sidang saat ini pada dua hari yang lalu. "Aku baru dua hari tahu ada panggilan ini, makanya aku belum panggil Kadis Disperindag dan Kepala Kantor Pelayanan Izin Terpadu," ucapnya kembali.
Sedangkan perwakilan dari Pemkab Labuhan Batu Utara (Labura) saat dikonfirmasi mengatakan bahwa saat ini di Labusel baru ada satu outlet Indomaret, itupun beroperasi tiga hari lalu.
Namun, mengenai izin perdagangan, pemerintahan kabupaten Labura tidak menerima permohonan dari pihak Indomaret. "Izin perdagangan mengatasnamakan Indomaret, kami tidak menerima," ucap Plt Kasubbag Perundang-undangan Kabupaten Labuhan Batu Utara yang tidak mau menyebutkan namanya ini. http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=249674:indomaret- dinilai-monopoli-di-sumut&catid=15:sumut&ITemid=28
Kegiatan Usaha Ritel INDOMARET yang Melanggar Asas Dan Tujuan Dari Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Seiring dengan perkembangan zaman yang mengarah ke era globalisasi dan reformasi, teiah terjadi perubahan yang mendasar didaiam bidang ekonomi dan bisnis, yang ditandai dengan iahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoii dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan adanya undang- undang ini yang dimaksudkan untuk memberikan kepastian dan perlindungan yang sama kepada setiap pelaku usaha, dengan cara mencegah timbulnya praktek monopoii dan persaingan usaha tidak sehat, dengan harapan dapat menciptakan iklim yang kondusif, dimana pelaku usaha dapat bersaing secara sehat. Daiam permasaiahan Indomaret yang terjadi adalah Indomaret digugat oieh LSM dengan tuduhan kegiatan usaha yang melanggar ketentuan Pasal 15, 22, 25 Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan temyata gugatan tersebut tidak terbukti. Tetapi didaiam menjalankan kegiatan usahanya Indomaret tidak mengindahkan asas dan tujuan dan Undangundang Antimonopoii. Sehingga menimbuikan keresahan sosial dengan terjadinya ketidak seimbangan persaingan antara Indomaret selaku pelaku usaha besar dengan warung-warung kecil disekitar Indomaret selaku pelaku usaha kecil. Yang mana pelaku usaha kecil merasa sangat dirugikan dengan keberadaan Indomaret karena ketidak mampuan bersaing dalam hal harga, peiayanan, dan fasiiitas yang ada di Indomaret. Dengan demikian KPPU memutuskan agar Indomaret tidak berekspansi secara langsung kepada pasar-pasar tradisional ataupun warung-warung kecii yang mana kegiatan usaha Indomaret telah melanggar asas dan tujuan dan Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=129923
EKSPANSI SWALAYAN INDOMARET OLEH PT. INDOMARCO PRISMATAMA DITINJAU MENURUT UU NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (STUDI PUTUSAN KPPU PERKARA NO. 03/KPPU-L- I/2000)
FISKA MAULIDIAN NUGROHO URI: http://hdl.handle.net/123456789/9960 Date: 2013-12-18 Abstract: Keberadaan Swalayan Indomaret mengundang banyak kontroversi ada pro dan kontra, dalam dunia perekonomian, perkembangan pasar sangat dibutuhkan, pasar memiliki dua komponen yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional masih menggunakan sistem yang belum cukup dikatakan modern dalam praktek jual beli produk barang dan/atau jasa, sedangkan pasar modern dalam prakteknya menggunakan sistem jual beli yang lebih modern, seperti halnya minimarket, yang didalam ini Swalayan Indomaret adalah salah satu bentuk dari minimarket. Terdapat ketidakseimbangan perekonomian antara Swalayan Indomaret dengan Pelaku Usaha Kecil dan Warung-warung yang berada disekitar Swalayan Indomaret tepatnya di Jabotabek, sehingga para Pelaku Usaha Kecil tersebut melaporkan Swalayan Indomaret ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Hal inilah yang menjadi alasan penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lebih lanjut beberapa persoalan yang berhubungan dengan pasar modern dan pasar tradisional dikhususkan lagi dengan adanya mi nimarket berupa Swalayan Indomaret yang sahamnya dimiliki oleh PT. Indomarco Prismatama dan penyelesaiannya, skripsi ini berjudul: Ekspansi Swalayan Indomaret Oleh PT. Indomarco Prismatama Ditinjau Menurut UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Putusan KPPU Perkara No. 03/KPPU-L-I/2000). Permasalahan yang akan dibahas didalam skripsi ini meliputi, apakah keberadaan Swalayan Indomaret memperhatikan asas demokasi ekonomi, apakah Swalayan Indomaret dapat dikategorikan sebagai Pelaku Usaha yang monopolistik, apa yang menjadi dasar pertimbangan Majelis Komisi dalam Putusan KPPU Perkara No. 03/KPPU-L/2000 sehingga memerintahkan PT. Indomarco Prismatama untuk menghentikan ekspansinya terhadap Pasar Tradisional. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini secara umum adalah guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jember. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk mengkaji dan menganalisa ketiga permasalahan tersebut. xiii Tipe penelitian ini adalah yuridis normatif, dengan metode pendekatan Undang- undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Bahan hukum yang dipergunakan terdiri bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, disamping itu juga terdapat bahan non-hukum. Dari seluruh bahan hukum dan non-hukum yang diperoleh kemudian dikaji menggunakan metode analisis deduksi, selanjutnya ditarik suatu kesimpulan dalam bentuk argumentasi dalam menjawab isu hukum dan memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun didalam kesimpulan. Hasil dari penelitian, Swalayan Indomaret dalam keberadaannya sebagaimana seperti yang tercantum dalam Pasal 2 dan 3 UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, adalah kurang memperhatikan asas demokrasi tersebut, Swalayan Indomaret bukanlah Pelaku Usaha yang dikategorikan sebagai Pelaku Usaha yang monopolistik, serta Majelis Komisi KPPU dalam pertimbangan Putusan KPPU Perkara No. 03/KPPU-L-I/2000 memberikan hukuman pada Swalayan Indomaret untuk menghentikan ekspansinya terhadap Pasar Tradisional, karena Swalayan Indomaret lebih mempunyai sistem pelayanan jual beli produk barang dan/atau jasa yang lebih maju dan modern serta profesional. Saran dari penelitian skripsi ini adalah hendaknya Pelaku Usaha Ritel Modern dan Ritel Tradisional menjaga keseimbangan sosial, seperti yang di ada dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, hendaknya Pemerintah Pusat dan Daerah harus lebih tegas dalam memberikan solusi dan batasan- batasan kepada Pelaku Usaha modern yang melanggar peraturan yang berlaku, hendaknya Komisi Pengawas Persaingan Usaha lebih tegas dalam memberikan Putusan terhadap Pelaku Usaha yang melanggar Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/9960
Minggu, 09 Juni 2013 23:30 WIB Alfamart dan Indomaret di Pekanbaru Harus Dibatasi, Pemko Harus Tanggap Penulis: Khairul Hadi
3 0Share0 0
Hikmani PEKANBARU, GORIAU.COM - Berdirinya dua ritel raksasa Alfamart dan Indomaret di Kota Pekanbaru terus melahirkan kontroversi. Kehadiran dua peritel ini bisa membunuh usaha kecil yang dibangun oleh rakyat. Pemko pun diminta untuk bersikap dan jangan berdiam diri.
''Saya heran. Di tengah maraknya protes tentang keberadaan ritel Alfamart dan Indomaret tetapi kenapa Walikota Pekanbaru terkesan tidak menanggapi akan keluhan-keluhan tersebut. Bahkan, kesannya itu memberikan kebebasan pada ritel tersebut membuka cabang dimana-mana dengan semaunya,'' ujar anggota Komisi B DPRD Riau Hikmani, MInggu (9/6/2013).
Ia sangat menyayangkan kebijakan Pemko Pekanbaru yang kini dinakhodai Firdaus MT dan Ayat Cahyadi yang terkesan tidak tanggap dengan keluhan-keluhan yang dilontarkan pedagang kecil. Seharusnya, kata Hikmani, Pemko harus membatasi izin ritel.
''Pengelolaan waralaba atau ritel. Semuanya itu harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2007 tetang Waralaba, kemudian didukung Peraturan Mentri Perdagangan Nomor 68 tahun 2012 tentang Waralaba untuk sejenis usaha toko modern,'' katanya seraya menegaskan ritel raksasa itu bisa mematikan usaha kecil.
Politisi dari Fraksi PAN ini pun mengatakan, kebijakan Pemko yang mengizinkan berdirinya ratusan ritel dari grup raksasa ini ini di Pekanbaru tentunya bisa menjadikan tanda tanya besar bagi elemen masyarakat yang memprotes. Karena, izin berdiri ritel Alfamart dan Indomaret ini seiring pasca dilantiknya Firdaus-Ayat.
Kebijakan Walikota Pekanbaru Firdaus yang terkesan membiarkan dan memberikan izin ritel Alfamaret dan Indomaret, katanya perlu ditinjau kembali. Disebab, kebijakan itu telah mengancam kehidupan pedagang usaha kecil menengah, karena secara berangsur mati. Inikan kebijakannya tidak berpihak ekonomi lemah.
''Sudah banyak keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat tentang kehadiranya grosir dan retil tersebut. Karena mereka khawatir usaha yang dibangun bertahun-tahun itu akan mati seketika. Apalagi, diketahui pusat grosir dan retil ini juga beroperasi selama 24 jam. Maka yang terjadi itu monopoli sekelompok usaha,'' katanya.
Menurutnya, langkah walikota ini kurang tepat mengingat pertumbuhanya ekonomi Pekanbaru selama ini lebih banyak ditopang pedagang kecil dan menengah. Namun dengan masuknya usaha grosir dan retil dikuasai oleh sekelompok usaha, tentu terjadi monopoli. Akibatnya, pedagang kecil dan menengah terancam tutup.
Dikesempatan itu Hikmani mengatakan, pada prinsipnya tidak perlu melarang Alfamart dan Indomaret ada di Kota Pekanbaru. Namun izinnya harus dibatasi dan ditata dengan baik. Mereka boleh diberikan izin di lokasi- lokasi yang berjarak satu dengan lain, sehingga terjadi persaingan sehat. Bukan izin serampangan.
Dikesempatan itu Hikmani mengatakan, dari data yang didapatkanya Alfamart dan Indomaret telah buat resah pedagang usaha kecil menengah ini, ternyata hanya sebatas izin prinsip. Artinya disini sambungnya, baik Alfamart atau Indomaret tidak begitu saja mendapatkan izin untuk berdiri atau dalam berusahanya.
''Karena banyak sarat-sarat harus dipenuhi terlebih dahulu untuk sekiranya itu mendirikan Alfamart dan Indomaret tersebut. Sebab kalau mereka mau mendirikan usahanya disuatu kawasan lokasi harus mendapat rekomendasi dari RT atau RW,'' jelasnya seraya menegaskan, masyarakat RT atau RW setempat bisa menolak.
Ditambahkanya, surat rekomendasi RT dan RW setempat itu diajukan ke BPT yang sebagai syarat untuk mendapatkan izin usaha. Sebaliknya, jika belum mengurus semua persyaratan maka pemilik tidak dapatkan izin dan belum boleh beroprasi. Artinya disini, sebutnya BPT juga ikut bertanggungjawab membatasi izinya. (rdi) - See more at: http://www.goriau.com/berita/kampar/alfamart-dan-indomaret-di-pekanbaru-harus-dibatasi- pemko-harus-tanggap.html#sthash.sXGT3BnE.dpuf http://www.goriau.com/berita/kampar/alfamart-dan-indomaret-di-pekanbaru-harus-dibatasi- pemko-harus-tanggap.html
Alfamart dan Indomaret Dinilai Akan Matikan Usaha Pedagang Kecil di Pekanbaru DIBACA: 57378 KALI SELASA,08 OKTOBER 2013 | 06:34:00 WIB KET FOTO : ILUSTRASI. INT PEKANBARU, RiauAktual.com - Keberadaan toko Alfamart dan Indomaret di Kota Pekanbaru semakin tidak terkendali. Meski pada awalnya hanya diperbolehkan berdiri di jalan protokol saja, kini bisnis waralaba itu sudah merambat hingga ke seluruh daerah pelosok, bahkan di gang kecil pun toko Alfamart dan Indomaret tersebut sudah tak susah lagi ditemukan, maka pemerintah diminta segera melakukan kajian ulang. Sebab, masyarakat Kota Pekanbaru yang bertahan hidup dari hasil berjualan kecil-kecilan di rumah, kini sudah merasakan imbas dari keberadaan Alfamart dan Indomaret ini. "Kemarin memang ini kedai harian, sekarang jadi kedai basah (jual ikan dan sayur), kalau bertahan jual rokok dan makanan ringan ga jalan, karena sekarang orang lebih suka belanja di Indomaret," sebut Asmawati, pedagang kecil di Jalan Suka Karya, Tampan, Pekanbaru, Minggu (6/10/2013). Asmawati hanya sebagian kecil pedagang di Pekanbaru yang merasakan imbas atas keberadaan bisnis bermodal besar tersebut. Banyak pedagang kecil lainnya yang juga merugi hingga berganti profesi ke pekerjaan yang lain. "Saya jualan dulunya, tapi tak jalan lagi maka saya jadi pembeli kara (barang bekas)," kata Kakang, yang kini jadi pembeli barang bekas. Menanggapi kondisi ini, Ketua Komisi II DPRD Kota Pekanbaru Ir Nofrizal MM, menegaskan, agar pemerintah segera mengatur dan melakukan kajian kembali atas keberadaan Alfamart dan Indomaret ini. Jika dibiarkan berlarut-larut, maka berdampak kepada matinya usaha pedagang kecil di Pekanbaru. "Kita minta Pemko segera mengatur ini. Karena sekarang sudah sampai ke gang-gang dibuka tokonya," kata Nofrizal. Padahal kesepakatan awal, toko Alfamart dan Indomaret ini hanya diperbolehkan dibuka di jalan protokol saja. Sementara saat ini, di mana-mana sudah mudah dijumpai gerai ritel tersebut. "Sebelum berdampak lebih jauh lagi, kita sarankan segera diatur kembali. Lakukan kajian, apa dan bagaimana dampak keberadaan ritel tersebut, baik dampak masa panjang maupun jangka pendek," sebutnya. Demikian juga dikatakan Anggota Komisi II lainnya Zaidir Albaiza. Dirinya sebagai Ketua Ikatan Sosial Pedagang Pasar Kota Pekanbaru, mengaku sangat miris melihat kebijakan Pemko Pekanbaru yang tidak tegas dalam mengawasi pertumbuhan bisnis ritel tersebut, sehingga berkembang kemana-mana dan mengancam keberadaan pedagang kecil. "Ini sudah keluar dari kesepakatan yang disampaikan Wako, bahwa hanya di jalan protokol saja waralaba ini berdiri, perwilayah hanya 4 ritel saja. Sekarang tak ada lagi, dimana saja ada tempat celah mereka bisa berjalan. Sepanjang jalan itu dia-dia (Alfamart-Indomaret) saja yang mengisinya," kata Zaidir menyesalkan. Bahkan, Ketua Badan Legislasi DPRD Kota Pekanbaru ini menilai bahwa pemerintah tidak membayangkan kedepan keberadaan ritel yang tak terkontrol ini akan mematikan pedagang kecil. "Lambat laun pedagang kesil akan mati secara bertahap, percaya lah itu," tuturnya. Sebagai pedagang, Zaidir juga mengaku memahami betul bagaimana trik berdagang yang dilakukan Alfamart dan Indomaret. Yakni dengan sistem monopoli harga, sehingga pedagang kecil mati di Pekanbaru hanya Alfamart dan Indomaret saja yang mendominasi, tak ada pilihan lain lagi. "Trik yang dipakai orang ini, seperti sementara ini harganya agak mahal, itu trik dagang saja. Suatu hari nanti mereka akan banting harga ketika tokonya sudah mengisi dimana-mana. Semua pindah ke Alfamart dan Indomaret. Ketika pedagang toko lainnya bangkrut dan tutup, mereka ini nantinya yang menguasai pasar," terang Zaidir menggambarkan. Dampak lain dari keberadaan ritel di Pekanbaru yang tidak ditata dengan baik, sebut Zaidir, yakni bertambahnya jumlah pedagang kaki lima. Sebab, pedagang yang tadinya berjualan di toko merugi karena tak mampu bersaing dengan pemodal besar, maka mencari jalan pintas dengan menjajakan jualannya di pinggir jalan. "Kalau yang putus asa tentu setelah merugi mereka akan menganggur. Ujung-ujungnya, tindak kriminalitas pun semakin meningkat. Jadi, jangan dikira tak luas dampaknya kalau ritel ini tidak diatur," beber Zaidir. Pemko Pekanbaru, juga dinilai Zaidir telah lengah. Sehingga, keberadaan Alfamart dan Indomaret ini tak bisa lagi direm. Apalagi, sebagai usaha yang akan terus berkembang dalam jangka panjang, Zaidir berpikir bahwa ritel tersebut yang sudah berkembang secara nasional, jelas ingin menguasai pasar di Kota Pekanbaru. "Pemko jangan lengah, kita minta ini harus dikaji ulang. Kalau ini berlanjut, maka yang kaya semakin kaya saja dan si miskin tambah miskin. Di Solo saja tak diterima Alfamart dan Indomaret ini," pungkasnya. Sekretaris Komisi IV Muhammad Sabarudi ST, juga angkat bicara terkait persoalan Alfamart dan Indomaret yang telah merambat kemana-mana dan akan mematikan usaha pedagang tempatan. "Dari dulu saya bilang, ritel ini hanya boleh 4 sampai 5 dalam satu kecamatan. Tapi tidak dihiraukan pemerintah himbauan kita itu," keluh Sabarudi. Permintaan Sabarudi tersebut, sesuai dengan laporan masyarakat yang masuk ke dirinya. Bahwa, semenjak berkembangnya Alfamart dan Indomaret di Kota Pekanbaru, masyarakat yang membuka usaha kedai harian sudah banyak gulung tikar. "Saya sejak awal tidak setuju kalau ritel ini ada di Pekanbaru. Sekarang sudah ada maka harus dibentuk peraturan khusus untuk ritel ini," tambah Sabarudi. Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru Muhammad Fadri AR, menentang keras jika pihak Alfamart dan Indomaret tidak mempekerjakan tenaga kerja lokal. "Jangan sampai mereka mencari keuntungan saja, apalagi sampai membawa tenaga kerja dari Jawa. Harapan kita agar SDM di daerah kita ini dapat dimanfaatkan ritel tersebut," pinta Fadri. Ditambahkannya, dalam mempekerjakan tenaga kerja lokal, Alfamart dan Indomaret diminta mematuhi aturan Dinas Tenaga Kerja. "Jangan sampai mempekerjakan tenaga kerja melebihi waktu yang telah diatur. Aturan itu harus diperhatikan dan dijalankan," imbuhnya. (rrm)