You are on page 1of 10

REVISI

ILMU MATERIAL II

TOPIK : Pengecoran Logam (Casting)
KELOMPOK : B-8
TANGGAL UM : 17 September 2014
PEMBIMBING : Sri Yogiarti,drg,MS



NAMA :
1. Amelia.P. Rizkita NIM : 021311133095
2. Nur Latifah.Z NIM : 021311133096
3. Tiara Eva. D NIM : 021311133097
4. Wienny Setyadewi NIM : 021311133098
5. B.Vindi Januarisca NIM : 021311133099


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

PENUANGAN LOGAM (CASTI NG)

1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu melakukan penuangan logam campur dengan benar.
b. Mahasiswa mampu menganalisa hasil tuangan berdasarkan pengamatan.

2. ALAT DAN BAHAN
2.1 Bahan
a. Logam campur Cu alloy
2.2 Alat
a. Glass lab
b. Kompor
c. Oven
d. Alat tuang sentrifugal dan
crucible casting
e. Blow torch
f. Penjepit bumbung tuang
g. Pinset besar dan kecil
h. Pisau model
i. Pisau malam
j. Jangka sorong
k. Master die

3. CARA KERJA
3.1 Persiapan alat:
a. Kompor untuk burn out sudah siap untuk dinyalakan
b. Glass lab dalam keadaan bersih
c. Pinset besar dan kecil sudah disiapkan
d. Preheating furnace (oven) sudah dinyalakan
Gambar 1. Alat tuang sentrifugal
e. Alat casting sentrifugal sudah dalam keadaan siap dengan cara memutar lengan
pemutar sebanyak 3 putaran
f. Crucible casting dimasukkan ke dalam furnace

3.2 Burn out dan preheating
a. Melepaskan crucible former dari bumbung tuang
b. Membuang malam dari bumbung tuang dengan cara meletakkannya dengan
kemiringan 45
0
di atas kompor (permukaan cekung menghadap ke kompor) dan
nyalakan kompor hingga malam terbuang habis.
c. Setelah malam terbakar habis, ambil bumbung tuang dan letakkan terbalik (bagian
cekung menghadap keatas). Pastikan malam terbuang habis dengan cara meletakkan
glass lab di atas permukaan cekung. Jika masih terdapat uap pada glass lab, ulangi
pembuangan malam
d. Untuk preheating, masukkan bumbung ke dalam oven. Pintu oven ditutup dan
ditunggu suhu mencapai 750
0
C, agar suhu bumbung tuang sama dengan atau lebih
dari suhu titik lebur alloy.



3.3 Pengecoran (casting)
a. Menyiapkan alat tuang sentrifugal dengan cara memutar lengan pemutar 3 kali dan
ditahan dengan menaikkan batang pemutar.
Gambar 2. Pembuangan malam diatas
kompor
Gambar 3. Preheating bumbung tuang
b. Cawan tuang (crucible casting) panas diletakkan pada alat tuang sentrifugal,
kemudian logam yang akan dituang diletakkan pada cawan tuang.
c. Bumbung tuang panas dikeluarkan dari dalam oven dan diletakkan pada alat
sentrifugal.
d. Logam dipanaskan dengan blow torch hingga meleleh, kemudian lengan pemutar
ditarik sedikit , kemudian batang penahan akan turun kemudian lengan pemutar
dilepas hingga berputar.
e. Gaya sentrifugal akan mendorong logam masuk ke dalam mould bumbung tuang,
putaran diperlambat dengan menekan kuat porosnya.
f. Bumbung tuang diambil, didiamkan sebentar lalu dimasukkan kedalam air
(quenching)
g. Setelah dingin hasil tuangan dikeluarkan dari dalam bumbung tuang dan
dibersihkan dari bahan tanam dibawah air mengalir.
h. Hasil tuangan diambil dan diberi tanda sesuai waktu penanaman, hasil tuangan
dipasang pada master die dan dilihat marginal fit nya.


4. HASIL PRAKTIKUM
Gambar 4. Pelelehan logam Gambar 5. Bumbung tuang setelah
casting
Gambar 6. Hasil tuangan
Keterangan:
IA dan IB : Normal 58 gr : 20 ml
IIA dan IIB : Encer, 58 gr : 25 ml
IIIA dan IIIB: Kental, 53 gr : 20 ml
4.1 Analisa hasil praktikum
Porus Bintil Kekasaran Sayap Marginal
Fit
Keterangan
IA
(normal)
- Kecil Sedang - 0,12 cm Retak
IB
(normal)
- Kecil Sedang Di
ujung,
Sedikit
0,19 cm -
IIA
(encer)
- Kecil,
Banyak
Kasar - 0,14 cm Retak Sedikit
IIB
(encer)
- Kecil,
Sedikit
Halus - 0,135 cm -
IIIA
(kental)
- Besar Halus Besar 0,085 cm -
IIIB
(kental)
- Kecil,
Sedikit
Halus - 0,135 cm -

Pada hasil percobaan casting logam ini, tidak ditemukan porus pada seluruh hasil serta
batas marginalnya yang tidak membulat. Retak-retak hanya ditemukan pada hasil
percobaan nomor IA dan IIB, sedangkan pada hasil percobaan nomor lainnya,
permukaannya nampak halus. Sayap hanya ditemukan pada hasil percobaan nomor IB dan
IIA. Sayap pada hasil percobaan IIA nampak lebih besar dan lebar dibandingkan dengan
sayap yang terdapat pada hasil percobaan IB. Marginal fit 0,12 cm dan 0,15 cm ada pada
hasil percobaan IA dan IB. Sedangkan marginal fit atau ketepatan marginal pada hasil
percobaan IIA dan IIB adalah 0,085 cm dan 0,14 cm. Marginal fit pada hasil percobaan
IIIA dan IIIB sama-sama sebesar 0,135 cm.
5. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, untuk mencairkan logam digunakan blow torch. Semburan api
yang dikeluarkan oleh torch harus diperhatikan tidak boleh terlalu panas atau kurang panas,
hal ini dapat memengaruhi hasil logam untuk mengisi mould. Pada semburan api terdapat
zona-zona yang perlu diperhatikan, zona I adalah zona combustion pada zona ini udara dan
gas bercampur sebelum pembakaran dan tidak ada panas. (Anusavice,2004)
Zona II adalah zona reduksi, pada zona ini berwarna biru dan merupakan bagian yang
paling panas. Zona II merupakan zona yang harus dikenakan pada logam selama proses
pencairan. Zona III adalah zona oksidasi, area ini adalah bagian terluar. Zona III tidak
boleh digunakan untuk mencairkan logam. Bukan saja karena temperaturnya lebih rendah
tetapi zona ini dapat mengoksidasi logam. (Anusavice,2004)
Gambar 7. Blow Torch.
Pada saat mencairkan logam api yang digunakan bisa kurang pemanasan atau terlalu
panas. Jika pemanasannya kurang, logam belum sepenuhnya mencair sehingga logam
terlalu kental yang akan mengakibatkan tidak dapat mengalir seluruhnya ke dalam mould.
Apabila pemanasannya berlebihan, logam tersebut akan teroksidasi sehingga menghasilkan
warna yang buram atau kotor. (Powers,2008)
Restorasi tuang seharusnya merupakan reproduksi yang akurat dari permukaan model
malam asalnya. Tetapi dalam percobaan yang telah dilakukan masih ditemukan beberapa
hasil dengan permukaan kasar (pada IA, IIB, IIA, IIIA) hal ini disebabkan karena terlalu
lama bahan tanam tuang dipanaskan pada furnace/oven sehingga kandungan sulfur pada
bahan tanam tuang hilang atau menguap. Apabila sulfur pada bahan tanam tuang hilang
maka permukaan mould menjadi tidak rata atau kasar. Hal ini akan membuat restorasi
tuang menghasilkan permukaan yang kasar. (Anusavice,2008)
Cacat lain yang dapat terjadi adalah bentukan yang didapat tidak utuh. Pada
percobaan ini didapatkan satu hasil yang tidak lengkap (pada IA). Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
- Apabila bumbung tuang tidak dilapisi dengan asbes maka akan terjadi setting
ekspansion keatas, sehingga saat setting permukaan bagian atas bumbung
tuang tidak lagi datar melainkan cembung. Hal ini menyebabkan jarak yang
bertambah antara mould dengan bagian atas bumbung tuang sehingga
jaraknya tidak lagi 6-7mm. Apabila jarak antara mould dengan bagian atas
bumbung tuang tidak sesuai dengan jarak seharusnya, maka akan terjadi
tekanan balik didalam mould sehingga logam cair tidak semuanya dapat
masuk ke dalam mould
- Pembuangan sisa malam yang kurang sempurna sehingga logam cair tidak
mengisi seluruh mould. (Anusavice,2004)
- Keseimbangan antara suhu logam yang meleleh dengan suhu mould harus
sama. Apabila suhu mould lebih rendah dari logam cair maka sebelum logam
cair memenuhi seluruh mould logam tersebut akan memadat.(McCabe,2008)
Pada seluruh hasil tuangan praktikum kami didapatkan bubbling (bintil).
Bubbling di casting muncul sebagai bulatan- bulatan banyak yang menempel pada
permukaan dari casting. (Mc Cabe 2008, hal 82) Bintil pada hasil casting disebabkan
karena gelembung udara yang terjebak. Dalam pembuatan secara manual, bintil dapat
dihilangkan dengan cara pencampuran mekanik dengan getaran yang baik untuk
menghindari udara terjebak. Hal tersebut dilakukan sebelum dan sesudah pencampuran.
(Anusavice 2013, 224)
Dari hasil yang diperoleh dalam praktikum, terdapat 2 hasil pengerjaan casting yang
memiliki sayap, yakni pada hasil IB (konsistensi bahan tanam tuang normal) dan pada hasil
IIIA (konsistensi bahan tanam tuang kental). Pada hasil IB, didapatkan sayap dengan
ukuran kecil dan terdapat di ujung hasil. Sedangkan pada hasil IIIA, sayap yang terjadi
cukup besar. Sayap disebabkan karena masuknya logam kedalam retakkan dalam bahan
tanam tuang, hal ini berhubungan dengan proses pemanasan bumbung tuang dalam oven.
Laju pemanasan yang terlalu cepat dan terlalu panas (overheating) dapat menyebabkan
keretakan pada bahan tanam tuang. Hal ini disebabkan oleh putusnya ikatan kimia pada
bahan tanam tuang karena pemanasan yang kemudian memicu thermal shock. Salah
satunya adalah ikatan sulfur yang terdapat pada bahan tanam tuang. Ikatan atom sulfur
dalam bahan tanam terputus karena terbakar, kemudian menjadi SO2 dan menguap. Bagian
dari bahan tanam tuang yang kehilangan kandungan sulfur permukaannya menjadi tidak
rata, sehingga pada kekosongan yang parah dapat menyebabkan munculnya keretakan,
yang nantinya dapat terisi logam dan menjadi sayap.
Dalam beberapa kasus, lapisan luar bahan tanam mengembang lebih banyak dari
bagian tengah. Akibatnya lapisan luar mulai berkembang secara termal, mengakibatkan
tegangan tekan (compressive stress) pada lapisan luar, yang melawan tegangan tarik
(tensile stress) di daerah tengah mould. Distribusi tegangan tersebut menyebabkan pada
bahan tanam yang sudah rapuh dapat terjadi retak dari dalam ke luar dalam bentuk retak
radial. Retak ini, nantinya, akan diisi oleh alloy ketika alloy masuk ke dalam mould, dan
dapat menghasilkan casting dengan sayap atau duri. Oleh karena itu, mould seharusnya
dipanaskan secara bertahap paling sedikit 60 menit dari temperatur kamar hingga 650-
700
o
C, dan dipertahankan selama 15-30 menit pada upper temperature. Semakin tebal
bahan tanamnya akan semakin lama waktu pemanasannya. Penyebab lain timbulnya sayap
pada hasil tuangan adalah bahan adonan yang terlalu encer (W/P ratio tinggi) dan
menggerakkan bumbung tuang sebelum bahan tanam setting. Untuk mencegah timbulnya
sayap pada hasil tuangan adalah dengan mencegah pemanasan bumbung tuang yang terlalu
cepat. (Anusavice, 2013, p.218)
Dari hasil yang diperoleh dalam praktikum, tidak ada satupun hasil yang mengalami
marginal membulat. Namun dalam beberapa kasus dapat ditemukan hasil casting dengan
marginal yang membulat. Penyebabnya adalah terjadinya proses casting yang tidak
sempurna. Hal ini dikarenakan logam cair terhambat, sehingga tidak dapat sepenuhnya
mengisi mould. Hambatan tersebut antara lain adalah kurang memadainya ventilasi / lubang
menuju mould dan viskositas logam cair yang terlalu tinggi. Kurang memadainya ventilasi
berhubungan erat dengan tekanan balik dari udara di dalam mould. Jika udara tidak dibuang
dengan cepat, maka logam cair sudah mengeras sebelum mengisi mould dengan sempurna.
Sehingga munculah hasil casting yang tidak lengkap atau marginal yang membulat.
(Anusavice, 2013, p. 227-228)
Pada hasil percobaan kami juga tidak ditemukkan adanya porus. Namun, kecacatan
berupa porus ini dapat terjadi pada permukaan dalam maupun luar dari hasil casting.
Porositas yang disebabkan karena ketidaksempurnaan. (Anusavice 2013, hal 225).
Porositas bisa terlihat sebagai permukaan lubang pada casting. Bagian pecah pada
investment atau partikel kotor dimana bisa menjatuhkan sprue, mungkin menjadi
perlekatan di dalam casting dan menghasilkan lubang pada permukaan. Untuk alasan
ini, semua mould pada casting dapat diatasi dengan sprue yang lebih kebawah. (McCabe
2008, hal 82).
Pada proses casting ini dilakukan beberapa langkah untuk mendapatkan hasil
tuangan yang baik. Salah satunya adalah proses quenching. Ada dua manfaat yang
diperoleh dalam melakukan quenching. Yang pertama, paduan logam mulia (noble metal
alloy) yang tersisa berada dalam kondisi annealed untuk dilakukan prosedur pengilapan
(burnishing), pemolesan (polishing), dan prosedur lain yang serupa. Kedua, ketika air
berkontak langsung dengan bahan tanam yang masih panas, kemudian terjadi reaksi yang
keras (violent reaction), sehingga menghasilkan bahan tanam yang lembut dan granular
yang mudah dilepaskan dari bumbung tuang, sehingga logam hasil casting juga lebih
mudah dilepaskan. (Anusavice, 2013, p. 222).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, semua logam hasil tuangan memiliki
marginal space. Hal ini berarti seluruh logam hasil tuangan tidak memenuhi marginal fit.
Marginal space yang dihasilkan terjadi karena kurangnya kompensasi terhadap shrinkage
pada logam cair. Hal ini dikarenakan kurangnya setting expansion pada bahan tanam tuang
yang digunakan sebagai mould. (Bhat 2006,p.465)

6. KESIMPULAN
Pada hasil casting dapat ditemukan beberapa kecacatan, diantaranya bintil, porus,
sayap, permukaan kasar, marginal membulat, dan hasil tidak lengkap. Kecacatan tersebut
disebabkan dari proses pemanasan, rasio w/p, udara terjebak saat logam memasuki mould,
kurangnya ventilasi pada mould, dan lain-lain. Marginal fit sangat penting bagi hasil
tuangan. Oleh karena itu, saat penanaman dan casting harus dilakukan dengan teliti agar
hasil tuangan cocok di rongga mulut pasien.

7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ. 2004. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Page 430,434,436,441,442.
Anusavice, KJ. 2013. Phillips' Science of Dental Materials. 12
th
ed. St. Louis,
Missouri, USA: Elsevier Saunders. Page 218, 224,222, 227-228.
Bhat, VS. 2006. Science of Dental Materials. New Delhi: CBS Publisher and
Distributor. Page 465-463.
McCabe, J. 2008. Applied Dental Materials. Inggris: Blackwell Scientific
Publications. Page 64, 81.
Powers, JM. 2008. Dental Materials Properties And Manipulation. America:
Mosby Elsevier. Page 276.

You might also like