You are on page 1of 8

MODUL PERKULIAHAN

Pancasila Dalam Kajian Sejarah


Perjuangan Bangsa II




Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MatakuliahCiriUniversitas
(MKCU)
MKCU
04
Tukina, S. Pd. M. Si



Abstract Kompetensi

Pancasila lahir dalam masyarakat
sendiri. Nilai-nilai Pancasila
Berkembang Era Kemerdekaan :
Jaman Orde Lama, Orde Bartu dan
Masa Reformasi

Mahasiswa dapat mengetahui,
mengerti, memahami Pancasila masa
Era Kemerdekaan dari masa Orde
Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi


Bagian Isi
Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa2:
Masa Orde Lama, Orde Baru dan Orde reformasi


Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengerti Penerapan Pancasila Masa
Kemerdekaan, dari Orde Lama, Baru dan reformasi
2. Mahasiswa dapat menganalisis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya
dalam kehidupan bernbangsa dan bernegara dengan berdasar Pancasila secara baik

Indikator
-Menguasai pengetahuan tentang kajian sejarah Pancasila pada era Orde Lama, Orde
Baru, dan Reformasi.
-Mampu mengelola perbedaan pendapat mengenai perbedaan versi sejarah Pancasila
menjadi khasanah yang harus digali lebih dalam tentang kebenaran dan kedalaman
kajian sejarah Pancasila tersebut.
-Memiliki sikap bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dari pengambilan kajian
Pancasila yang dipandang benar berdasarkan hasil kajian yang dilakukan atas
pencapaian kerja kelompok, komunikasi, estetis, etis, apresiatif dan pastisipatif.

Latar belakang kelahiran Orde lama
Pemilu 1955 merupakan Pemilu Pertama sejak Indonesia merdeka. Pemilu tersebut
dipandang merupakan Pesta Demokrasi yang paling baik. Paling baik disitu mengandung arti
rakyat memiliki kebebasan yang lebih luas untuk berpartisipasi terlibat dalam urusan kehidupan
Berpolitik kenegaraan. Kebebasan rakyat yang tinggi tersebut disatu sisi baik tetapi tentunya
juga ada dampak negatifnya yaitu kehidupan sosial, ekonomi dan politik serta yang lain-lain
lebih labil dengan kata lain tidak stabil.
Pemilu 1955 pada akhirnya menurut sebagian rakyat Indonesia diapandang telah gagal
memenuhi harapan masyarakat. Kehidupan kabinet Pemerintahan jatuh dan bangun sebagai
akibat dari tuntutan rakyat dengan adanya angin kebenasan yang luas. Akibat berikutnya kabinet
sering berganti. Karena tuntutan dari sebagian rakyat yang tidak puas akan kinerja Kabinet atau
mentri tertentu maka menteri tertentu tersebut bisa jatuh dan diganti dengan yang baru, demikian
pula mentri yang baru akan menghadapi masalah yang sama. Pada waktu itu juga dibentuk suatu
badan Konstituante yang bertugas untuk membuat Konstituante baru bagi Negara Indonesia.
Namun, badan kostituante tersebut dipadandang telah gagal membuat UUD baru. Kegagalan
Dewan Konstituante merumuskan UUD Baru tersebut memang masih bersifat pro dan kontra
sebagai mana juga situasi dan kondisi waktu itu dimana diwarnai kebebasan politik yang sangat
luas. Sistem kehidupan yang demokrasi liberal waktu itu mengakibatkan kehidupan kenegaraan
tidak stabil, sering chaos, dan rusuh sehingga terkadang jauh dari rasa kententraman dan
kenayamanan.
Akibat situasi dan kondisi negara dan rakyat secara umum labil(tidak stabil) dan sebagian
kacau dengan kata lain terjadi instabilitas dalam berbagai bidang, termasuk politik dan ekonomi
maka kehidupan rakyat dan negara terasa semakin berat. Dalam keadaan seperti itu maka
Presiden menyatakan negara dalam keadaan bahaya, sehingga mengeluarkan Dektrik Presiden 5
Juli 1959. Dekrik Presiden Ir. Soekarno tersebut berisi: Bubarkan Dewans Konstituante, kembali
ke UUD 1945 dan dibentuknya MPRS, DPAS. Pembentukan MPRS dan DPRS itu menjadi
sangat terasa sebagai keinginan penguasa, terutama Ir Soekarno bukan keinginan Rakyat,
padahal lembaga itu adalah Dewan dan Majelis yang memawakili aspirasi rakyat. Disitu juga
sangat terasa begitu besar kekuasaan Ir Soekarno.

Pandangan Orde Lama Terhadap Pancasila

Pada Masa Orde Lama dibawah Ir Soekarno kekuasaan terpusat dan tersentral pada diri
Soekarno (Hegemonik). Dengan kata lain Orde Lama memandang Pancasila sebagai ideologi
negara secara hegemonik. Penafsirandan pelaksanaan Pancasila sangat ditentukan oleh
kekuasaan Ir. Soekarno. Ir. Soekarno memberi tafsir Pancasila dalam doktrin Manipol/USDEK
untuk memayungi berbagai golongan yang ada.Semua golongan dan kekuatan politik
dimasyarakat tersentral dan sangat dipengaruhi pandangan-pandangan Ir Soekarno tentang
Pancasila. Ditengah-tengah masyarakat sebenarnya terjadi perbedaan yang tajam, Golongan yang
berseberangan tersebut memilih taktik Gerilya tetapi tetap dengan menggunakan jargon-
jargon Ir. Soekarno namun memilki agenda yang berbeda. Kehidupan sosial politik dan ekonomi
juga terjadi seperti itu, walaupun banayak perbedaan ditengah masyarakat dengan berbagai
keinginan dan kepentingan tetapi disatukan didalam diri Soekarno. Pola perpolitikan demikian
sebenarnya nampak dimasyarakat dikarena kharisma Ir Soekarno begitu luas dan mendalam.
Yang menarik dari kehidupan Kenegaraan masa Soekarno adalah berkaitan dengan
Golongan Komunis dan anti Komunis yang sama-sama hidup dan berkembang pada waktu itu.
Sikap Soekarno terhadap Golongan Komunis nampak dalam padangan Politiknya yang
memeprlakukan sama, semua golongan. Sikap Golongan anti Komunis dilapangan adalah
Golongan anti komunis mengkosilidasikan secara murni paham Pancasila dengan menyingkirkan
komunis yg ateisme. Upaya menyingkirkan Golongan Komunis yang atheis tidak pernah
menemukan titik teran dari rejim Soekarno pada waktu itu, dan itu menjadi sasaran teembak
Golongan anti komunis yang mengecap Soekano adalah bagian Komunis. Padangan demikian
menyebar luas ditengah-tengah masyarakat walaupun tidak ada pembenar dari Soekarno sendiri.
Yang terasa dalam diri Soerkarno sebagai Presiden adalah memayungi semua kelompok
golongan yang ada di masyarakat. Sorotan terhadap Sikap dan sifat Ir Soekarno terhadap
Komunis tersebut tidak pernah jelas apakah Ir Soekarno itu Komunis atau bukan, dan pertanyaan
ini tidak pernah jelas terjawab sampai Ir. Soekarno berhenti dari presiden Republik Indonesia
dan meninggal Dunia. Konflik antara Golongan Komunis dan bukan komunis tersebut
memuncak pada peristiwa politik yang terbuka yaitu Konflik politik dengan pristiwa puncak
G30S.

Orla Bubar
Sikap dan pandangan Ir Soekano terhadap Golongan Komunis tersebut menjadi
pertanyaan Publik, karena menurut Golongan yang anti Komunis ada yang berpandangan bahwa
Ir Soekarno adalah pendukung Komunis. Walaupun sejatinya terkadang nampak siakp Ir
Soekarno tersebut adalah karena beliau adalah seorang Politisi yang harus melindungi semua
golongan dalam masyarakat Indonesia. Sikap yang bluder dari Soekarno dan situasi dan kondisi
yang ada dimasyarakat yang menghendaki dibubarkannya PKI terus bergolak. Pergolakan yang
tajam itu namapak terutama dengan Peristiwa G 30 S PKI semakin membulatkan tekad golongan
non PKI terutama umat Islam agar PKI dibubarkan, namun Ir Soekarno tidak segera dan enggan
mengambil tindakan. Sikap dan perilaku Ir Soekarno tersebut menjadi pertanyaan yang sulit
terungkap ke Publik, sebenarnya mengapa Ir Soekarno bersikap seperti itu. Pada akhirnya rakyat
pun sampai akhir bubarnya Rejim Orde Lama menginginkan pertenggungjawaban Ir Soekarno
atas segala penyimpangan pelaksanaan Pancasila dan sikap Soekarno terhadap PKI tersebut,
namun tidak pernah menemukan jawaban sampai Ir Soekarno lengser sebagai Presiden
digantikan Jenderal Soeharto, yang tentunya awalnya menjanjikan perubahan.
PancasilaTekanan dari Pihak Pemerintah Orde Lama
Ketika Sukarno berkuasa Pancasila pernah diperas menjadi Trisila (Ketuhanan,
Kebangsaan dan Gotong Royong), kemudian menjadi Ekasila (Gotong Royong) dan ditampilkan
dalam NASAKOM (Nasionalisme, agama dan komunisme). Ajaran Nasakom ini bernuansa
sekulerisme ekstrem yang tidak mentoleransi agama dan orang beragama.
Pancasila selama Era Orde Baru

Munculnya Pemerintahan Orde Baru (Orba) diawali dengan 3 tuntutan rakyat, yang
terkenal dengan Tri Tura. Tugas Utama Orde Baru adalah menciptakan ketertiban politik dan
kemantapan ekonomi. Kebijakan politik cenderung otoriter/monopolistik. Hal itu terjadi karena
peran TNI dibawah Jenderal Soeharto (Yang berlatar belakang tentara) amat besar. TNI dibawah
Soeharto sebenarnya adalah kekuatan utama Orde Baru dibawah Soeharto. Peran dan fungsi
Militer/TNI menjadi sangat luas tetapi tetap setia dan loyal pada Soeharto. Soeharto menjadi
seseorang kunci utama dari bangunan Rejim ditopang dengan kekuatan Militer. Keinginan
mengkoreksi Orde Lama dimana terjadi instabilitas disegala bidang yang mengganggu
pertumbuhan ekonomi menjadi alasan utama pentingnya memantapkan stabilitas politik sebagai
syarat utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam menciptakan stabilitas itulah
peran dan fungsi utama milter/TNI menjadi sangat menentukan. Demi stabilitas sebagai syarat
bagi pembangunan ekonomi dan menekankan pentingnya sila ketiga, Persatuan Indonesia.
Dengan kekuatan TNI/Militer negara Indonesia ingin memperkokoh negara Kesatuan Republik
Indonesia. Setiap rorongan terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia akan selalu berhadapan
dengan TNI. Disitu pula sering berefek bagi rejim Orde Baru sebagai pihak yang sering diduga
melanggar Hak Asasi Manusia terutama oleh beberapa pengamat Asing dan juga Organisasi
HAM dalam negeri yang pendaannnya dari luar negeri. Dalam situasi dan kondisi demikian,
sebenarnya rakyat Indonesia sangat mengagumkan pran dan fungsi Militer/TNI. Sehingga
ditengah-tengah masyarakat sering terbelah antara Pro dan kontra dengan pendekatan Rejim
Orde Baru yang berbau militeristik tersebut. Pendekatan dan Gaya Soeharto dalam
menyelesaikan berbagai masalah tersebut sering disebut dengan pendekatan militeristik
(Pertahanan dan kemanan).
Pada masa orde baru juga lahirlah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Penataran P4 digalakan disemua lembaga termasuk pendidikan dari tingkat dasar sampai
Universitas. Penataran P4 tersebut begitu massif dan terasa terutama untuk memahami dan
mengalakna Pancasila dalam kehidupan berbagsa dan bernegara. Dan sejak tahun 1985
Pemerintah Orde Baru mengajukan 5 paket UU yg dijiwai asas tunggal Pancasila ttg:
1. Sus-duk MPR/DPR
2. Pemilu
3. Kepartaian dan Golkar
4. Ormas, dan
5. Referendum

Asas Tunggal Pancasila
a. Orde baru secara eksplisit tidak mengakui 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila.
b. Butir-butir P-4 mendidik secara halus ketaatan individu kepada kekuasaan dan tidak ada
butir yang mencantumkan kewajiban negara terhadap rakyatnya.
c. Pengalaman Pancasila dengan membentuk citra pembangunan sebagai ideologi sehingga
rekayasa mendukung Bapak pembangunan melalui kebulatan tekad rakyat.
d. Asas mempunyai makna dasar, landasan dan pedoman pokok sehingga perbedaan hanya
dalam program.
e. Pancasila sebagai satusatunya asas berarti pencantuman asas lain sesuai aspirasi, ciri khas
dan karakteristik partai politik tidak diperkenalkan lagi.

Pancasila Tekanan Pihak Orde Baru
Di zaman Orde Baru, Pancasila dijadikan asas tunggal dalam pembangunan dengan
tafsiran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4). Tidak boleh ada tafsiran lain
dan tidak boleh ada yang bertentangan dengan asas tunggal, termasuk dalam
pembangunan sosial budaya.
Partai politik, Organisasi Masyarakat dan budaya cenderung kearah penyeragaman.
Pengaruh Suharto sangat kuat yang dapat mengubah tafsiran Pancasila dalam realita
kehidupan kenegaraan,
Pada awalnya dia tidak menerima paham keagamaan (Islam), kemudian menerima isi
Pancasila dengan ajaran Islam, seperti mengeluarkan Undang-Undang Peradilan Agama,
Undang-Undang Zakat, Perbankan Syariah dan lain-lain.
Pancasila dalam Realita Politik
NASAKOM (Orla)
P4 -Asas Tunggal (Orba)
pluralisme antara sekulerisme - paham religius (Refor)
Demokrasi - dalam Perubahan UUD 1945 (Refor

Pancasila Era Orde Reformasi

1. Suatu asumsi bahwa Pancasila sebagai alat legitimasi politik inilah latar belakang
gerakan Reformasi.
2. P-4 dicabut dgn Tap. MPR XVIII/1998
3. Dalam sementara waktu Pancasila identik dengan rejim Orde Baru.
4. Terkesampingannya Pancasila sementara waktu berakibat konflik-konflik harizontal dan
vertikal secara masif sehingga melemahnya sendi-sendi Persatuan
5. Kesepakatan pancasila sebagai dasar negara dinyatakan dalam Tap. MPR No.
XVIII/1998 .. Pancasila ... Harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara.
6. Tap MPR No. III/2000 menyatakan sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila.
7. Di era reformasi pengaruh masyarakat sangat kuat, khususnya lembaga swadaya
masyarakat yang mengusung isu atas nama demokrasi dan hak asasi manusia, seperti
gerakan untuk menarik Pancasila ke arah pluralisme yang sekulerisme juga tidak kalah
gencar secara terbuka untuk melawan paham religius.
8. Paham pluralisme sekuler menyatakan bahwa ajaran ketuhanan dianggap tidak ada
kaitannya dengan hukum, ekonomi, politik dan sains.
9. Paham ketuhanan tidak dibawa-bawa dalam urusan masyarakat. Sementara dalam
pemahaman masyarakat Indonesia yang religius menyatakan bahwa tidak ada ajaran
agama apapun yang mengajarkan Tuhannya tidak berpengaruh dalam kehidupan
manusia.
10. Ketuhanan Religus (Theisme) adalah Ketuhanan Yang Maha Kuasa yang hadir dalam
semua kehidupan manusia.

Kebangkitan Pancasila kembali Era Reformasi
Sekretariat Wakil Presiden th. 2008/2009 secara intensif melakukan diskusi utk
merevitalisasi sosialisasi nilai-nilai Pancasila.
2009 Dikti membentuk Tim Pengkajian Pendidikan Pancasila di PT dengan
menyelenggarakan Kongres Pancasila di berbagai universitas.
MPR-RI mensosialisasikan Empat Pilar kebangsaan dimana dlmnya Pancasila.
UU No. 12 tahun 201 tentang pembentukan Per-UU-an : menempatkan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum.
UU No. 12 tahun 2012 yg menempatkan Pendidikan Pancasila wajib di PT

Revitalisasi Pancasila
pembinaan dan pengembangan moral
mengatasi krisis dan disintegrasi
suasana kehidupan di bidang hukum secara kondusif.
Spiritual, landasan etik, moral, religiusitas,
Akademis,
Kebangsaan
Mondial,






Referensi:
Diambil dan disarikan dari tulisan Dr. Syarial Sarbaini, MA

You might also like