Modul perkuliahan ini membahas tentang Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Pada masa Orde Lama, Pancasila diinterpretasikan secara hegemonik di bawah kekuasaan Soekarno. Pada Orde Baru, Pancasila dijadikan dasar untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi di bawah kekuasaan Soeharto. Sedangkan pada masa Reformasi, terj
Original Description:
Tem Pancasila Dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia II (1)
Original Title
Tem Pancasila Dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia II (1)
Modul perkuliahan ini membahas tentang Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Pada masa Orde Lama, Pancasila diinterpretasikan secara hegemonik di bawah kekuasaan Soekarno. Pada Orde Baru, Pancasila dijadikan dasar untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi di bawah kekuasaan Soeharto. Sedangkan pada masa Reformasi, terj
Modul perkuliahan ini membahas tentang Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Pada masa Orde Lama, Pancasila diinterpretasikan secara hegemonik di bawah kekuasaan Soekarno. Pada Orde Baru, Pancasila dijadikan dasar untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi di bawah kekuasaan Soeharto. Sedangkan pada masa Reformasi, terj
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MatakuliahCiriUniversitas (MKCU) MKCU 04 Tukina, S. Pd. M. Si
Abstract Kompetensi
Pancasila lahir dalam masyarakat sendiri. Nilai-nilai Pancasila Berkembang Era Kemerdekaan : Jaman Orde Lama, Orde Bartu dan Masa Reformasi
Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, memahami Pancasila masa Era Kemerdekaan dari masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi
Bagian Isi Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa2: Masa Orde Lama, Orde Baru dan Orde reformasi
Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengerti Penerapan Pancasila Masa Kemerdekaan, dari Orde Lama, Baru dan reformasi 2. Mahasiswa dapat menganalisis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan bernbangsa dan bernegara dengan berdasar Pancasila secara baik
Indikator -Menguasai pengetahuan tentang kajian sejarah Pancasila pada era Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. -Mampu mengelola perbedaan pendapat mengenai perbedaan versi sejarah Pancasila menjadi khasanah yang harus digali lebih dalam tentang kebenaran dan kedalaman kajian sejarah Pancasila tersebut. -Memiliki sikap bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dari pengambilan kajian Pancasila yang dipandang benar berdasarkan hasil kajian yang dilakukan atas pencapaian kerja kelompok, komunikasi, estetis, etis, apresiatif dan pastisipatif.
Latar belakang kelahiran Orde lama Pemilu 1955 merupakan Pemilu Pertama sejak Indonesia merdeka. Pemilu tersebut dipandang merupakan Pesta Demokrasi yang paling baik. Paling baik disitu mengandung arti rakyat memiliki kebebasan yang lebih luas untuk berpartisipasi terlibat dalam urusan kehidupan Berpolitik kenegaraan. Kebebasan rakyat yang tinggi tersebut disatu sisi baik tetapi tentunya juga ada dampak negatifnya yaitu kehidupan sosial, ekonomi dan politik serta yang lain-lain lebih labil dengan kata lain tidak stabil. Pemilu 1955 pada akhirnya menurut sebagian rakyat Indonesia diapandang telah gagal memenuhi harapan masyarakat. Kehidupan kabinet Pemerintahan jatuh dan bangun sebagai akibat dari tuntutan rakyat dengan adanya angin kebenasan yang luas. Akibat berikutnya kabinet sering berganti. Karena tuntutan dari sebagian rakyat yang tidak puas akan kinerja Kabinet atau mentri tertentu maka menteri tertentu tersebut bisa jatuh dan diganti dengan yang baru, demikian pula mentri yang baru akan menghadapi masalah yang sama. Pada waktu itu juga dibentuk suatu badan Konstituante yang bertugas untuk membuat Konstituante baru bagi Negara Indonesia. Namun, badan kostituante tersebut dipadandang telah gagal membuat UUD baru. Kegagalan Dewan Konstituante merumuskan UUD Baru tersebut memang masih bersifat pro dan kontra sebagai mana juga situasi dan kondisi waktu itu dimana diwarnai kebebasan politik yang sangat luas. Sistem kehidupan yang demokrasi liberal waktu itu mengakibatkan kehidupan kenegaraan tidak stabil, sering chaos, dan rusuh sehingga terkadang jauh dari rasa kententraman dan kenayamanan. Akibat situasi dan kondisi negara dan rakyat secara umum labil(tidak stabil) dan sebagian kacau dengan kata lain terjadi instabilitas dalam berbagai bidang, termasuk politik dan ekonomi maka kehidupan rakyat dan negara terasa semakin berat. Dalam keadaan seperti itu maka Presiden menyatakan negara dalam keadaan bahaya, sehingga mengeluarkan Dektrik Presiden 5 Juli 1959. Dekrik Presiden Ir. Soekarno tersebut berisi: Bubarkan Dewans Konstituante, kembali ke UUD 1945 dan dibentuknya MPRS, DPAS. Pembentukan MPRS dan DPRS itu menjadi sangat terasa sebagai keinginan penguasa, terutama Ir Soekarno bukan keinginan Rakyat, padahal lembaga itu adalah Dewan dan Majelis yang memawakili aspirasi rakyat. Disitu juga sangat terasa begitu besar kekuasaan Ir Soekarno.
Pandangan Orde Lama Terhadap Pancasila
Pada Masa Orde Lama dibawah Ir Soekarno kekuasaan terpusat dan tersentral pada diri Soekarno (Hegemonik). Dengan kata lain Orde Lama memandang Pancasila sebagai ideologi negara secara hegemonik. Penafsirandan pelaksanaan Pancasila sangat ditentukan oleh kekuasaan Ir. Soekarno. Ir. Soekarno memberi tafsir Pancasila dalam doktrin Manipol/USDEK untuk memayungi berbagai golongan yang ada.Semua golongan dan kekuatan politik dimasyarakat tersentral dan sangat dipengaruhi pandangan-pandangan Ir Soekarno tentang Pancasila. Ditengah-tengah masyarakat sebenarnya terjadi perbedaan yang tajam, Golongan yang berseberangan tersebut memilih taktik Gerilya tetapi tetap dengan menggunakan jargon- jargon Ir. Soekarno namun memilki agenda yang berbeda. Kehidupan sosial politik dan ekonomi juga terjadi seperti itu, walaupun banayak perbedaan ditengah masyarakat dengan berbagai keinginan dan kepentingan tetapi disatukan didalam diri Soekarno. Pola perpolitikan demikian sebenarnya nampak dimasyarakat dikarena kharisma Ir Soekarno begitu luas dan mendalam. Yang menarik dari kehidupan Kenegaraan masa Soekarno adalah berkaitan dengan Golongan Komunis dan anti Komunis yang sama-sama hidup dan berkembang pada waktu itu. Sikap Soekarno terhadap Golongan Komunis nampak dalam padangan Politiknya yang memeprlakukan sama, semua golongan. Sikap Golongan anti Komunis dilapangan adalah Golongan anti komunis mengkosilidasikan secara murni paham Pancasila dengan menyingkirkan komunis yg ateisme. Upaya menyingkirkan Golongan Komunis yang atheis tidak pernah menemukan titik teran dari rejim Soekarno pada waktu itu, dan itu menjadi sasaran teembak Golongan anti komunis yang mengecap Soekano adalah bagian Komunis. Padangan demikian menyebar luas ditengah-tengah masyarakat walaupun tidak ada pembenar dari Soekarno sendiri. Yang terasa dalam diri Soerkarno sebagai Presiden adalah memayungi semua kelompok golongan yang ada di masyarakat. Sorotan terhadap Sikap dan sifat Ir Soekarno terhadap Komunis tersebut tidak pernah jelas apakah Ir Soekarno itu Komunis atau bukan, dan pertanyaan ini tidak pernah jelas terjawab sampai Ir. Soekarno berhenti dari presiden Republik Indonesia dan meninggal Dunia. Konflik antara Golongan Komunis dan bukan komunis tersebut memuncak pada peristiwa politik yang terbuka yaitu Konflik politik dengan pristiwa puncak G30S.
Orla Bubar Sikap dan pandangan Ir Soekano terhadap Golongan Komunis tersebut menjadi pertanyaan Publik, karena menurut Golongan yang anti Komunis ada yang berpandangan bahwa Ir Soekarno adalah pendukung Komunis. Walaupun sejatinya terkadang nampak siakp Ir Soekarno tersebut adalah karena beliau adalah seorang Politisi yang harus melindungi semua golongan dalam masyarakat Indonesia. Sikap yang bluder dari Soekarno dan situasi dan kondisi yang ada dimasyarakat yang menghendaki dibubarkannya PKI terus bergolak. Pergolakan yang tajam itu namapak terutama dengan Peristiwa G 30 S PKI semakin membulatkan tekad golongan non PKI terutama umat Islam agar PKI dibubarkan, namun Ir Soekarno tidak segera dan enggan mengambil tindakan. Sikap dan perilaku Ir Soekarno tersebut menjadi pertanyaan yang sulit terungkap ke Publik, sebenarnya mengapa Ir Soekarno bersikap seperti itu. Pada akhirnya rakyat pun sampai akhir bubarnya Rejim Orde Lama menginginkan pertenggungjawaban Ir Soekarno atas segala penyimpangan pelaksanaan Pancasila dan sikap Soekarno terhadap PKI tersebut, namun tidak pernah menemukan jawaban sampai Ir Soekarno lengser sebagai Presiden digantikan Jenderal Soeharto, yang tentunya awalnya menjanjikan perubahan. PancasilaTekanan dari Pihak Pemerintah Orde Lama Ketika Sukarno berkuasa Pancasila pernah diperas menjadi Trisila (Ketuhanan, Kebangsaan dan Gotong Royong), kemudian menjadi Ekasila (Gotong Royong) dan ditampilkan dalam NASAKOM (Nasionalisme, agama dan komunisme). Ajaran Nasakom ini bernuansa sekulerisme ekstrem yang tidak mentoleransi agama dan orang beragama. Pancasila selama Era Orde Baru
Munculnya Pemerintahan Orde Baru (Orba) diawali dengan 3 tuntutan rakyat, yang terkenal dengan Tri Tura. Tugas Utama Orde Baru adalah menciptakan ketertiban politik dan kemantapan ekonomi. Kebijakan politik cenderung otoriter/monopolistik. Hal itu terjadi karena peran TNI dibawah Jenderal Soeharto (Yang berlatar belakang tentara) amat besar. TNI dibawah Soeharto sebenarnya adalah kekuatan utama Orde Baru dibawah Soeharto. Peran dan fungsi Militer/TNI menjadi sangat luas tetapi tetap setia dan loyal pada Soeharto. Soeharto menjadi seseorang kunci utama dari bangunan Rejim ditopang dengan kekuatan Militer. Keinginan mengkoreksi Orde Lama dimana terjadi instabilitas disegala bidang yang mengganggu pertumbuhan ekonomi menjadi alasan utama pentingnya memantapkan stabilitas politik sebagai syarat utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam menciptakan stabilitas itulah peran dan fungsi utama milter/TNI menjadi sangat menentukan. Demi stabilitas sebagai syarat bagi pembangunan ekonomi dan menekankan pentingnya sila ketiga, Persatuan Indonesia. Dengan kekuatan TNI/Militer negara Indonesia ingin memperkokoh negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap rorongan terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia akan selalu berhadapan dengan TNI. Disitu pula sering berefek bagi rejim Orde Baru sebagai pihak yang sering diduga melanggar Hak Asasi Manusia terutama oleh beberapa pengamat Asing dan juga Organisasi HAM dalam negeri yang pendaannnya dari luar negeri. Dalam situasi dan kondisi demikian, sebenarnya rakyat Indonesia sangat mengagumkan pran dan fungsi Militer/TNI. Sehingga ditengah-tengah masyarakat sering terbelah antara Pro dan kontra dengan pendekatan Rejim Orde Baru yang berbau militeristik tersebut. Pendekatan dan Gaya Soeharto dalam menyelesaikan berbagai masalah tersebut sering disebut dengan pendekatan militeristik (Pertahanan dan kemanan). Pada masa orde baru juga lahirlah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Penataran P4 digalakan disemua lembaga termasuk pendidikan dari tingkat dasar sampai Universitas. Penataran P4 tersebut begitu massif dan terasa terutama untuk memahami dan mengalakna Pancasila dalam kehidupan berbagsa dan bernegara. Dan sejak tahun 1985 Pemerintah Orde Baru mengajukan 5 paket UU yg dijiwai asas tunggal Pancasila ttg: 1. Sus-duk MPR/DPR 2. Pemilu 3. Kepartaian dan Golkar 4. Ormas, dan 5. Referendum
Asas Tunggal Pancasila a. Orde baru secara eksplisit tidak mengakui 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. b. Butir-butir P-4 mendidik secara halus ketaatan individu kepada kekuasaan dan tidak ada butir yang mencantumkan kewajiban negara terhadap rakyatnya. c. Pengalaman Pancasila dengan membentuk citra pembangunan sebagai ideologi sehingga rekayasa mendukung Bapak pembangunan melalui kebulatan tekad rakyat. d. Asas mempunyai makna dasar, landasan dan pedoman pokok sehingga perbedaan hanya dalam program. e. Pancasila sebagai satusatunya asas berarti pencantuman asas lain sesuai aspirasi, ciri khas dan karakteristik partai politik tidak diperkenalkan lagi.
Pancasila Tekanan Pihak Orde Baru Di zaman Orde Baru, Pancasila dijadikan asas tunggal dalam pembangunan dengan tafsiran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4). Tidak boleh ada tafsiran lain dan tidak boleh ada yang bertentangan dengan asas tunggal, termasuk dalam pembangunan sosial budaya. Partai politik, Organisasi Masyarakat dan budaya cenderung kearah penyeragaman. Pengaruh Suharto sangat kuat yang dapat mengubah tafsiran Pancasila dalam realita kehidupan kenegaraan, Pada awalnya dia tidak menerima paham keagamaan (Islam), kemudian menerima isi Pancasila dengan ajaran Islam, seperti mengeluarkan Undang-Undang Peradilan Agama, Undang-Undang Zakat, Perbankan Syariah dan lain-lain. Pancasila dalam Realita Politik NASAKOM (Orla) P4 -Asas Tunggal (Orba) pluralisme antara sekulerisme - paham religius (Refor) Demokrasi - dalam Perubahan UUD 1945 (Refor
Pancasila Era Orde Reformasi
1. Suatu asumsi bahwa Pancasila sebagai alat legitimasi politik inilah latar belakang gerakan Reformasi. 2. P-4 dicabut dgn Tap. MPR XVIII/1998 3. Dalam sementara waktu Pancasila identik dengan rejim Orde Baru. 4. Terkesampingannya Pancasila sementara waktu berakibat konflik-konflik harizontal dan vertikal secara masif sehingga melemahnya sendi-sendi Persatuan 5. Kesepakatan pancasila sebagai dasar negara dinyatakan dalam Tap. MPR No. XVIII/1998 .. Pancasila ... Harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. 6. Tap MPR No. III/2000 menyatakan sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila. 7. Di era reformasi pengaruh masyarakat sangat kuat, khususnya lembaga swadaya masyarakat yang mengusung isu atas nama demokrasi dan hak asasi manusia, seperti gerakan untuk menarik Pancasila ke arah pluralisme yang sekulerisme juga tidak kalah gencar secara terbuka untuk melawan paham religius. 8. Paham pluralisme sekuler menyatakan bahwa ajaran ketuhanan dianggap tidak ada kaitannya dengan hukum, ekonomi, politik dan sains. 9. Paham ketuhanan tidak dibawa-bawa dalam urusan masyarakat. Sementara dalam pemahaman masyarakat Indonesia yang religius menyatakan bahwa tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan Tuhannya tidak berpengaruh dalam kehidupan manusia. 10. Ketuhanan Religus (Theisme) adalah Ketuhanan Yang Maha Kuasa yang hadir dalam semua kehidupan manusia.
Kebangkitan Pancasila kembali Era Reformasi Sekretariat Wakil Presiden th. 2008/2009 secara intensif melakukan diskusi utk merevitalisasi sosialisasi nilai-nilai Pancasila. 2009 Dikti membentuk Tim Pengkajian Pendidikan Pancasila di PT dengan menyelenggarakan Kongres Pancasila di berbagai universitas. MPR-RI mensosialisasikan Empat Pilar kebangsaan dimana dlmnya Pancasila. UU No. 12 tahun 201 tentang pembentukan Per-UU-an : menempatkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. UU No. 12 tahun 2012 yg menempatkan Pendidikan Pancasila wajib di PT
Revitalisasi Pancasila pembinaan dan pengembangan moral mengatasi krisis dan disintegrasi suasana kehidupan di bidang hukum secara kondusif. Spiritual, landasan etik, moral, religiusitas, Akademis, Kebangsaan Mondial,
Referensi: Diambil dan disarikan dari tulisan Dr. Syarial Sarbaini, MA