You are on page 1of 3

1.

Pengertian Desa :
Menurut UU No 6 tentang Desa pasal 1 ayat (1) Desa adalah desa dan desa
adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menrut UU Nomor 19 Tahun 1965, pengertian Desapraja, yaitu : Desapraja
adalah Kesatuan Masyarakat Hukum yang tertentu batas-batas daerahnya, berhak
mengurus rumah tangganya sendiri, memilih penguasanya dan mempunyai harta
benda sendiri
Desa ialah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pasal 1 U 5/1979
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
Kabupaten. Pasal 1, UU No 22Tahun 2009
Pengertian Desa menurut UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa. yaitu sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pengertian Peradilan Desa :
Peradilan Desa adalah bentuk atau cara yang sederhana sesuai pengetahuan
masyarakat dalam pelaksanaan peradilan yang terjadi dalam masyarak adat disuatu
Desa atau wilayahnya.
3. Apakah sama Peradilan Desa dengan Peradilan Adat ?
Pada dasarnya peradilan desa dengan peradilan adat sama sama menangani
atau menyelesaikan masalah dan/atau sengketa yang ada didesa, akan tetapi peradilan
adat lebih mengkhusus atau hanya menyelesaikan atau menangani permasalahan adat
yang ada di desa tersebut.

4. Apakah Peradilan Desa ada ? (secara yuridis, secara sosiologis)
Landasan Sosiologis :
UBI SOCIETAS, IBI JUS , yang artinya di mana ada masyarakat, di situ
harus ada hukum (aturan). Tidak ada masyarakat tanpa hukum/aturan. Dimana dalam
landasan sosiologis lebih menekankan pada bagaimana suatu kelembagaan dalam
masyarakat menemukan keadilan masyarakat tersebut dalam persekutuan
masyarakatnya.

Landasan Yuridis:
Landasann yuridis berpedoman pada Hukum Nasional, dimana tertuang
dalam UU Drt No. 1 Pasal 3 ayat (2) b, yang berbunyi:
Hukum materiil sipil dan untuk sementara waktu pun hukum materiil pidana sipil
yang sampai kini berlaku untuk kaula-kaula daerah Swapraja dan orang-orang yang
dahulu diadili oleh Pengadilan Adat, ada tetap berlaku untuk kaula-kaula dan orang
itu, dengan pengertian : bahwa suatu perbuatan yang menurut hukum yang hidup
harus dianggap perbuatan pidana, akan tetapi tiada bandingnya dalam Kitab Hukum
Pidana Sipil, maka dianggap diancam dengan hukuman yang tidak lebih dari tiga
bulan penjara dan/atau denda lima ratus rupiah, yaitu sebagai hukuman pengganti
bilamana hukuman adat yang dijatuhkan tidak diikuti oleh pihak terhukum dan
penggantian yang dimaksud dianggap sepadan oleh hakim dengan besar kesalahan
yang terhukum, bahwa, bilamana hukuman adat yang dijatuhkan itu menurut fikiran
hakim melampaui padanya dengan hukuman kurungan atau denda yang dimaksud di
atas, maka atas kesalahan terdakwa dapat dikenakan hukumannya pengganti setinggi
10 tahun penjara, dengan pengertian bahwa hukuman adat yang menurut faham
hakim tidak selaras lagi dengan zaman senantiasa mesti diganti seperti tersebut di
atas, dan bahwa suatu perbuatan yang menurut hukum yang hidup harus dianggap
perbuatan pidana dan yang ada bandingnya dalam Kitab Hukum Pidana Sipil, maka
dianggap diancam dengan hukuman yang sama dengan hukuman bandingnya yang
paling mirip kepada perbuatan pidana itu.
Selain itu landasan yuridis juga berpedoman pada rechterlijke organization
(RO) Pasal (3) a. Putusan oleh Negara, Pengadilan Negeri, Mahkamah Agunng
sebaiknya melampirkan Putusan Adat, sebagai perbandingan dasar pemberian pidana.
Putusan Hukum Adat dibuat oleh Persatuan Hukum Adat. Dimana kewenangan dari
Persatuan Hukum adat yakni, menetapkan dan merancang peraturan Hukum Desa
tersebut.

You might also like