Professional Documents
Culture Documents
()
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 3, minyak kelapa sawit, jagung,
curah, kedelai, dan bekas memiliki nilai bobot jenis dibawah 1. Pada minyak
bekatul memiliki nilai berat jenis lebih dari satu, seharusnya bobot jenis minyak
dibawah 1 sehingga minyak selalu berada di atas air karena lebih ringan
dibandingkan dengan air. Hal ini kemungkinan disebabkan alat timbangan yang
tidak cukup bersih sehingga berat minyak + piknometer bertambah karena adanya
kotoran tersebut, atau karena ketidaktelitian dalam praktikum, dan kesalahan
pembacaan data. Seharusnya, nilai bobot jenis pada minyak bekatul berkisar
antara 0,918-0,926 gr/ml.
Tabel 3. Pengamatan Densitas Berbagai Sampel Minyak
Sampel P (g) P+W (g) P+M (g)
Volume air
(ml)
Densitas
(g/ml)
M. sawit
baru
12.5157 37.0733 36.7550 24.5576 0.9896
M. jagung
baru
15.4022 25.1708 22.3932 9.7886 0.7156
M. sawit
lama
15.2649 25.0856 24.2116 11.2004 0.3216
M. sawit
beraroma
24.7088 50.4099 49.3130 25.7011 0.9570
M. kedelai
lama
14.1765 25.5840 23.3753 11.4076 0.8003
M. bekatul
baru
15.1355 25.0831 24.3393 9.6859 0.9005
M. jagung
lama
15.6194 25.3315 24.5697 9.7121 0.9417
M. kelapa
barco
15.6868 25.4060 24.6011 9.9476 0.9252
M. jelantah
baru
15.8383 25.5342 24.7600 9.7192 0.9172
Keterangan:
M: berat minyak
P: berat piknometer
W: berat air
Volume air = berat air : densitas air
Berat air = berat (P+W) berat P
Densitas air = 1 g/ml
Christine Benedicta
240210110046
5.3 Pengamatan Indeks Bias Minyak
Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan
pada suatu medium yang cerah. Indeks bias itu pada minyak dan lemak dipakai
pada pengenalan unsr kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak. Untuk
pengukuran indeks bias minyak ini, dilakukan dengan Abbe Refractometer.
Refraktometer ini mempergunakan alat pengintril temperatur yang dipertahankan
pada suhu 25
0
C. Hasil pengamatan dari pengamatan indeks bias dapat dilihat di
tabel 4.
Tabel 4. Pengamatan Kejernihan dan Indeks Bias Berbagai Sampel Minyak
Sampel Indeks bias
Minyak kelapa barco 57,45
Minyak kedelai 59,45
Minyak jagung 57,45
Minyak bekatul 59,4
Minyak kelapa sawit 57,45
Minyak jagung bekas 59,5
Minyak sawit beraroma 59,3
Minyak jelantah 59,6
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai indeks bias tertinggi dimiliki oleh
minyak bekas lalu minyak bekatul, minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak
jagung. Minyak bekatul seharusnya memiliki nilai indeks bias pada suhu 40C
sebesar 1,460% 1,470%.
Indeks bias seharusnya akan meningkat pada minyak atau lemak dengan
rantai karbon yang panjang dan juga dengan terdapatnya sejumlah ikatan rangkap.
Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan meningkatnya
bobot molekul, selain dengan naiknya derajat ketidak jenuhan dari asam lemak
tersebut (Ketaren, 2008). Minyak bekas seperti yang kita tahu, telah mengalami
proses pemanasan berkali-kali, seharusnya tingkat ketidakjenuhannya semakin
turun, dengan begitu seharusnya memiliki nilai indeks bias yang paling rendah.
Kemungkinan minyak bekas ini memiliki tingkat indeks bias yang tinggi karena
kesalahan dalam penggunaan alat atau kurang teliti dalam penggunaannya.
Christine Benedicta
240210110046
5.4 Pengamatan Titik Asap dan Titik Nyala Minyak
Apabila minyak atau lemak dipanaskan dapat dilakukan penetapan titik
asap, titik nyala, dan titik api. Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau
lemak menghasilkan asap tipis yang kebiru-biruan pada pemanasan tersebut. Titik
nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai
terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran
yang terus-menerus, sampai habisnya contoh uji. Pada praktikum ini, hanya
dilakukan pengamatan pada titik asap dan titik nyala minyak. Karena keterbatasan
waktu, titik api minyak tidak dilakukan. Hasil pengamatan dapat dilihat dari tabel
5.
Tabel 5. Pengamatan Titik Asap Dan Titik Cair Berbagai Sampel Minyak
Sampel Titik asap (C) Titik cair(C)
Minyak jelantah lama 195 28
Minyak bekatul baru 190 29
Minyak jagung 1 tahun 160 28
Minyak jagung baru 165 29
Minyak sawit beraroma 118 29
Minyak sawit 1 tahun 150 28
Minyak sawit baru 160 28
Minyak kedelai 1 tahun 135 29
Minyak kelapa barco 141 25
Minyak jelantah baru 195 27
Titik asap dan titik nyala adalah kriteria penting dalam hubungannya
dengan minyak yang digunakan untuk menggoreng. Berdasarkan hasil
pengamatan, semua titik asap dan titik nyala dari minyak diatas titik didih air
(>100
0
C). Titik asap suatu minyak tergantung dari kadar gliserol bebas. Lemak
yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun, karena telah
terjadi hidrolisis molekul lemak. Oleh karena itu, pemanasan lemak atau minyak
sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada
umumnya suhu penggorengan adalah sebesar 177 C 221 C.Semakin tinggi titik
asap dan titik nyala dari minyak, maka semakin bagus kualitasnya. Karena,
Christine Benedicta
240210110046
dengan titik asap yang tinggi berarti semakin lama mengalami kerusakan asam
lemak tak jenuhnya.
5.5 Pengamatan Kadar Air Minyak
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas minyak adalah
kandungan air yang terdapat di dalam minyak, contohnya pada proses produksi di
pabrik pengolahan minyak goreng. Air yang bercampur pada minyak umumnya
berasal dari proses penyukingan, selain itu juga karena pengembunan karena suhu
dingin. Standar air dalam berbagai minyak ditetapkan pada SNI, misalnya saja
pada minyak goreng memiliki standar kadar air maksimal sebesar 0.4% menurut
SNI 01-3555-1998. Kadar air di dalam minyak yang tinggi, akan dapat
mengakibatkan terjadinya hidrolisis lemak, dimana hidrolisis dari minyak ini akan
menghasilkan asam lemak yang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap.
Proses pengujian kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu metode hot plate dan metode oven. Cara ini termasuk pada metode
thermogravimetri. Selain metode thermogravimetri, dapat juga dilakukan dengan
metode thermovolumetri (Sudarmaji et al, 1989).
Pengujian kadar air metode hotplate, yang pertama dilakukan adalah
menimbang cawan porselen yang telah dikeringkan sebelumnya dan masih di
dalam desikator. Setelah itu ditambahkan 5 gram sampel minyak, dan dipanaskan
selama 30 menit. Setelah itu dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang. Prosedur ini dilakukan lagi hingga mencapai kadar air konstan atau
dengan selisih maksimal berat diantara perlakuakn 0,05 gram. Hasil pengamatan
dapat dilihat di tabel 6.
Christine Benedicta
240210110046
Tabel 6. Kadar Air Berbagai Sampel Minyak
Sampel
Berat
cawan
kosong
(g)
Berat
sampel
(g)
Penimbangan ke-
Kadar
air %
(bb)
1 2 3
Minyak
kedelai
lama
3.3022 5.0323 8.3322 8.3269 8.3293 0.13
Minyak
sawit lama
3.3429 5.0108 8.3342 - - 0.39
Minyak
bekatul
lama
3.3354 5.0307 8.3605 8.3545 8.3600 0.18
Minyak
jagung lama
3.2906 5.0011 8.2889 8.2888 - 0.06
Minyak
jelantah
lama
3.3154 5.0163 8.3206 8.3230 8.3213 0.21
Minyak
sawit
beraroma
3.2868 5.0750 8.3645 8.3639 8.3699 -0.1
Minyak
jagung baru
3.3955 5.0114 8.4009 8.3982 8.3727 0.68
Minyak
sawit baru
3.2856 5.0483 8.3325 8.3583 8.3442 -0.20
Minyak
kelapa
barco
3.3147 5.1922 8.0565 8.5055 8.5057 0.03
Minyak
jelantah
baru
3.3032 5.0152 8.3213 8.3238 - -0.82
Keterangan: tanda berarti berat akhir minyak bertambah
Christine Benedicta
240210110046
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat setiap dilakukan pemanasan,
terjadi penrurunan berat dari sampel tersebut. Hal ini dokarenakan oleh bobot dari
air dan zat menguap yang terkandung di dalam minyak. Kadar air pada minyak
kedelai paling sedikit karena kualitas dari minyak ini yang baik. Tetapi pada
minyak bekas, kadar air yang rendah dikarenakan minyak tersebut sudah
digunakan untuk proses pemanasan atau penggorengan dimana proses thermal
tersebut akan menghilangkan sebagian dari kadar airnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai kadar air minyak kedelai tetap yang
paling rendah dan menunjukkan kualitas minyak kedelai yang bagus. Kedua
metode ini termasuk dalam metode thermogravimetrik. Menurut Sudarmaji, dkk
(1989) metode ini kurang tepat dan kurang akurat karena akan terikutnya zat-zat
penting yang mudah menguap selama proses pemanasan. Minyak sawit
merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping minyak kelapa,
kacang-kacangan, jagung dan sebagainya (Tim Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, 1996). Minyak kelapa sawit memiliki kadar air 0,25% (Hardja,
2001). Sedangkan pada hasil pengamatan praktikum, nilai kadar air yang
diperoleh sebesar 0,13%.
Christine Benedicta
240210110046
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Christine Benedicta
240210110046
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1985. Ilmu Pangan.
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press), Jakarta.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro.PT Dian Rakyat, Jakarta.
Sudarmaji S., B. Haryono, dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.
Tjahjadi, Carmencita. 2009. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas
Padjadjaran. Jatinangor.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.