You are on page 1of 24

1

1

Laporan Kasus

Diare Akut Dehidrasi Berat



Oleh :
Khairunnissa S. Ked
Tasya Beby Tiara S. Ked
Devyana Enggar Taslim S. Ked

Pembimbing :
dr. Akhirul Bakrie, SpA (K)



DEPARTEMEN/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN
2014
2

BAB I

STATUS PASIEN

2.1 Identifikasi Pasien
a. Nama : M. Alfarizi
b. Umur : 3 bulan
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Jln. Sosial lrg. Hadi No. 613 Palembang
e. Dikirim oleh : RSI. Siti Khodijah
f. MRS tanggal, pukul : 5 Juni 2014
g. Nomor RM : 824668

2.2 Anamnesis
Tanggal : 5 Juni 2014
Diberikan oleh : Ibu Pasien

a. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan utama : BAB cair
2. Keluhan tambahan : Demam
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak + 6 hari SMRS penderita mengalami BAB lembek dengan frekuensi
10 kali sehari sebanyak 1-2 sdm dengan konsistensi ampas, berlendir dan
tidak terdapat darah. Tidak terdapat demam, batuk, pilek dan muntah. Penderita
tidak mengalami keluhan BAK. Penderita masih ada keinginan untuk minum.
Penderita dibawa ke bidan dan diberikan 3 obat racik dan oralit tetapi keadaan
penderita belum ada perubahan.
Sejak 1 hari SMRS BAB cair semakin sering dengan frekuensi lebih dari
10 kali dalam sehari dengan konsistensi ampas, tidak ada lendir dan darah.
Penderita mengalami demam tinggi. Penderita tidak mengalami batuk, pilek,
muntah, sesak nafas dan kejang. BAK masih normal. Penderita tidak mau
menghisap susu lagi sehingga penderita dibawa ke bidan dan dirujuk ke RSI.
Siti Khodijah tetapi tempat penuh, lalu penderita dirujuk ke RSMH dan dirawat
di bagian IKA B.
3


b. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : 9 bulan
Partus : spontan per vaginam
Ditolong oleh : bidan
BB : 2400 gram
PB : tidak diketahui
2. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Parotitis : tidak ada
Difteri : tidak ada
Tetanus : tidak ada
Campak : tidak ada
Varisela : tidak ada
Typhoid : tidak ada
Demam lama : tidak ada
Radang paru : tidak ada
TBC : tidak ada
Lumpuh : tidak ada
Otitis media : tidak ada
Muntah berak : tidak ada
Kejang : tidak ada
Asma : tidak ada
Kecacingan : tidak ada
Patah tulang : tidak ada
Jantung : tidak ada
Sendi bengkak : tidak ada
Kecelakaan : tidak ada
Operasi : tidak ada
Keracunan : tidak ada
Sakit kencing : tidak ada
Sakit ginjal : tidak ada
Alergi : tidak ada
Perut kembung: tidak ada
Malaria : tidak ada
DBD : tidak ada

3. Riwayat Makanan
ASI : 0 s.d. 40 hari
Susu Formula : 40 hari s.d. sekarang
Bubur nasi : -
Nasi biasa : -

4. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x
Hepatitis : -
4

Polio : -
DPT : -
Campak : -
Kesan : imunisasi dasar belum lengkap
5. Riwayat Perkembangan Fisik
Gigi pertama : -
Berbalik : -
Tengkurap : -
Merangkak : -
Duduk : -
Berdiri : -
Berjalan : -
Berbicara : -


Kesan : perkembangan fisik dalam batas normal

6. Riwayat Perkembangan Mental
Isap jempol : ada
Ngompol : ada
Aktivitas : aktif
Membangkang : tidak ada
etakutan : tidak ada
Kesan : perkembangan mental dalam batas normal

7. Riwayat Keluarga
Menikah : 20 tahun
Jumlah saudara : -
Riwayat penyakit : riwayat penyakit dengan keluhan yang sama
dengan pasien dalam keluarga tidak ada.

Pedigree :
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: pasien



5

2.3 Pemeriksaan Fisik (10 Mei 2014)
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Posisi : supinasi
BB : 4.7 kg
PB : 603 cm
BB/U : di antara -2 SD s.d. -3 SD
PB/U : di bawah -2 SD s.d. 0 SD
BB/PB : di bawah - 3SD s.d. -2 SD
Kesan status gizi : gizi kurang
Edema : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Dispnea : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Pucat : tidak ada
Suhu : 37,2
0
C
Frekuensi napas : 38 x/menit
Tipe pernaasan : abdominothorakal
Nadi
Frekuensi : 100 x/menit
Isi : cukup
Equalitas : equal
Regularitas : reguler
Pulsus defisit : tidak ada
Pulsus alternans : tidak ada
Pulsus paradox : tidak ada
Pulsus tardus : tidak ada
Pulsus celler : tidak ada
Pulsus magnus : tidak ada
Pulsus parvus : tidak ada
Pulsus bigeminus : tidak ada
Pulsus trigeminus : tidak ada
6

Kulit
Warna : kuning langsat
Hiperpigmentasi : tidak ada
Hipopigmentasi : tidak ada
Eritema : tidak ada
Makula, papula : tidak ada
Vesikel : tidak ada
Pustula : tidak ada
Sikatrik : tidak ada
Edema : tidak ada
Turgor : baik, cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Hemangioma : tidak ada
Ptekie, purpura : tidak ada

b. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Ubun-ubun : cekung
Lingkar kepala : 36 cm

Mata
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor
Diameter : 3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+

Hidung
Bentuk : normal
Napas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak ada

Mulut
Bibir
Bentuk : normal
Warna : pucat dengan mucosa kering
Ukuran : 3,5 cm
Ulkus : tidak ada
7

Rhagaden : tidak ada
Sikatriks : tidak ada
Cheilosis : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Labioschizis : tidak ada
Bengkak : tidak ada
Vesikel : tidak ada
Oral trush : tidak ada
Trismus : tidak ada
Bercak Koplik : tidak ada
Palatoschizis : tidak ada

Gigi
Kebersihan : cukup
Karies : tidak ada
Hutchinson : tidak ada
Gusi : tidak ada perdarahan

Lidah
Bentuk : normal
Gerakan : belum dapat dinilai
Tremor : belum dapat dinilai
Warna : merah muda
Selaput : tidak ada
Hiperemis : tidak ada
Atrofi papil : tidak ada
Makroglosia : tidak ada
Mikroglosia : tidak ada

Faring Tonsil
Warna : merah muda
Edema : tidak ada
Selaput : tidak ada
Pembesaran tonsil : tidak ada
Ukuran : T1-T1
Simetris : Simetris

Telinga
Bentuk : normal
Aurikula : normal
Cairan : tidak ada
8

Serumen : dalam batas normal

Leher
Inspeksi
Struma : tidak ada
Bendungan vena : tidak ada
Limphadenopati : tidak ada
Tortikolis : tidak ada
Bullneck : tidak ada
Parotitis : tidak ada

Palpasi
Kaku kuduk : tidak ada
Pergerakan : luas
Struma : tidak ada


Thoraks Depan dan Paru
Inspeksi Statis
Bentuk : normal Simetris : simetris
Vousure cardiac : tidak terlihat
Clavicula : normal Sternum : normal
Bendungan vena : tidak ada
Tumor : tidak ada
Sela iga : normal, tidak melebar

Inspeksi Dinamis
Gerakan : simetris
Bentuk pernapasan : abdominothorakal
Retraksi : tidak ada

Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada
Fraktur iga : tidak ada
Tumor : tidak ada
Krepitasi : tidak ada
Stem fremitus : normal, kanan = kiri
Perkusi
Bunyi ketuk : sonor / sonor
9

Nyeri ketuk : tidak ada
Tumor : tidak ada

Auskultasi
Bunyi napas pokok : vesikuler (+) nomal
Bunyi napas tambahan
Ronkhi : tidak ada
Wheezing : tidak ada

Jantung
Inspeksi
Vousure cardiac : tidak terlihat
Ictus cordis : tidak terlihat
Pulsasi jantung : tidak terlihat

Palpasi
Ictus cordis : tidak teraba
Thrill : tidak teraba

Perkusi
Batas kiri : ICS IV linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis sinistra
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra


Auskultasi
Bunyi jantung I
Mitral : normal
Trikuspid : normal
Bunyi jantung II
Mitral : normal
Trikuspid : normal
Irama derap : tidak ada
Opening snap : tidak ada
10

Click : tidak ada
Bising jantung : tidak ada

Thoraks Belakang
Inspeksi Statis
Bentuk : normal
Processus spinosus : tidak terlihat
Scapula : normal
Skoliosis : tidak ada
Kifosis : tidak ada
Lordosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada

Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada
Tumor : tidak ada
Krepitasi : tidak ada
Stem fremitus : normal,
kanan = kiri

Perkusi
Bunyi ketuk : sonor / sonor
Nyeri ketuk : tidak ada

Auskultasi
Bunyi napas pokok :vesikuler (+) normal
Bunyi napas tambahan
Ronkhi : tidak ada
Wheezing :tidak ada


Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Umbilikus : normal
Ptekie : tidak ada
Spider nevi : tidak ada
Bendungan vena : tidak ada
Gambaran usus : tidak ada

11

Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada
Nyeri lepas : tidak ada
Defans muscular : tidak ada
Meteorismus : tidak ada

Perkusi
Nyeri ketuk : tidak ada
Undulasi : tidak ada
Shifting dullness : tidak ada
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba

Auskultasi
Bising usus : normal

Lipat Paha dan Genital
Kulit : normal
Kelenjar getah bening : pembesaran tidak ada
Edema : tidak ada
Sikatriks : tidak ada
Genitalia : normal
Anus : normal

2.4 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan tinja (makroskopik dan mikrokospik)

2.5 Resume
Pasien seorang anak laki-laki berusia 2 bulan datang atas rujukan dari RSI. Siti
Khodijah dengan keluhan utama BAB cair dengan frekuensi 10 kali sehari sebanyak 1-2
sdm sebelum dirujuk. Perjalanan penyakit dimulai Sejak + 6 hari SMRS penderita
mengalami BAB lembek dengan frekuensi 10 kali sehari sebanyak 1-2 sdm dengan
konsistensi ampas, berlendir dan tidak terdapat darah. Tidak terdapat demam, batuk, pilek
dan muntah. Penderita tidak mengalami keluhan BAK. Penderita masih ada keinginan
untuk minum. Penderita dibawa ke bidan dan diberikan 3 obat racik dan oralit tetapi
keadaan penderita belum ada perubahan.
12

Sejak 1 hari SMRS BAB cair semakin sering dengan frekuensi lebih dari 10 kali
dalam sehari dengan konsistensi ampas, tidak ada lendir dan darah. Penderita mengalami
demam tinggi. Penderita tidak mengalami batuk, pilek, muntah, sesak nafas dan kejang.
BAK masih normal. Penderita tidak mau menghisap susu lagi sehingga penderita dibawa
ke bidan dan dirujuk ke RSI. Siti Khodijah tetapi tempat penuh, lalu penderita dirujuk ke
RSMH dan dirawat di bagian IKA RSMH dengan diagnosa diare akut dehidrasi berat.
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada dan riwayat BAB lingkungan
sekitar tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi 100x/menit (isi dan
tegangan cukup), frekuensi nafas 38x/menit, temperatur 37,2
0
C. Pada pemeriksaan kepala
didapatkan mata cekung, ubun-ubun besar cekung, dan mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan cubitan kulit perut kembali sangat lambat. Hasil dari
pemeriksaan laboratorium belum didapatkan.

2.6 Diagnosis Banding
a. Diare akut dengan dehidrasi berat ec rotavirus dehidrasi.
b. Diare akut dengan dehidrasi berat ec shigella.

2.7 Diagnosis Kerja
Diare akut dehidrasi berat disertai gizi kurang

2.8 Terapi
a. IVFD RL 30cc/kgBB/jam selama 4jam
b. Ampicilin 3x160 mg IV
c. Gentamicin 2x12 mg IV
d. Oralit 50 cc
e. Zinc 1x10 mg
f. Paracetamol 3x50 mg, jika T > 38
0
C

2.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanasionam : bonam


13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang
tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonates dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan
anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Frekuensi normal buang air besar bayi:
Bayi usia 0 6 bulan (ASI): sehari 1 7 kali atau bahkan hanya 1 2 hari sekali
Bayi usia 0 6 bulan (non-ASI): sehari 3 4 kali sehari atau hanya 1 2 hari sekali
Usia di atas 6 bulan: biasanya 3 4 kali sehari atau 2 hari sekali

2.2 Etiologi
A. Infeksi
1. Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama terjadinya diare yang meliputi:
a. Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonella, shigella campylobacter, yersinia,
aeromonas dsb.
b. Infeksi virus enterovirus (ECHO) coxsaekre, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astrovirus, dsb.
c. Infeksi parasit cacing (ascaris irichiusris, oxyuris, strongylodies) protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia,trochomonas hominis), jamur (candida
albican).
2. Parentral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan. Misalnya OMA
(otitis media akut). Tonsilofatringitis, bronkopneumia, ensefalitis, dsb.
B. Malabsorbsi
14

1. Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa). Monosakarida
(intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya
adalah intoleransi laktosa
2. Lemak
3. Protein
C. Makanan, misalnya basi, beracun, alergi
D. Psokologis, misalnya rasa takut atau cemas.

2.3 Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a) Diare sekresi (secretory diarrhea)
b) Diare osmotic (osmotic diarrhea)

2.4 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus
missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
15

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit.
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+K+AT Pase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara
lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
6. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak
mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan
oleh bakteri tersebut.

2.5 Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan osmotik,
gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus. Pada diare akut, mikroorganisme
masuk ke dalam saluran cerna, kemudian mikroorganisme tersebut
berkembangbiak setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme
membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi rangsangan pada mukosa usus yang
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan tubuh yang
mengakibatkan terjadinya diare.



16

2.6 Faktor Resiko
Faktor yang dapat menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor
perilaku masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta
malnutrisi. Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana
air bersih yang kurang. Faktor perilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi
ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan pada bayi mempunyai resiko
untuk menderita diare lebih besar, ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat
khususnya ibu tentang diare.
Diare merupakan penyebab utama dari malnutrisi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kehilangan berat badan. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin
sering dan semakin berat diare yang dideritanya. Ada 2 masalah yang berbahaya
dari diare, yaitu kematian dan malnutrisi. Diare dapat menyebabkan malnutrisi
dan membuat lebih buruk lagi karena pada diare tubuh akan kehilangan nutrien,
anak-anak dengan diare mungkin merasa tidak lapar serta ibu tidak memberi
makan pada anak ketika mengalami diare (WHO, 2005)

2.7 Dehidrasi
Kehilangan cairan akibat diare akutmenyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat
ringan, sedang atau berat. Pada diare akut, dehidrasi merupakan gejala yang
segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang. Dehidrasi terjadi
akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya.

Jenis Jenis Dehidrasi dan gejala yang timbul

Sign No sign of
dehydration
Moderate
dehydration
Severe dehydration

G General condition Well, alert Restless, irritable Lethargic,
unconscious
E Eyes Normal Sunken Sunken
M Mouth and
drinking
Normal Thirst, drink eagerly Poor/unable to drink
S Skin pinch Returns rapidly Returns slowly Returns very slow
17


2.8 Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa
berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang
mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit
ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas.
Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia,
kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang
terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.

2.9 Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan
malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali
berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi
ingin kebelakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu
mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah
tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak
invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa
jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin
yang dihasilkan.

Tanda Klinis
Cengeng
Gelisah
Suhu meningkat
Nafsu makan menurun
18

Tinja cair, lender kadang kadang ada darahnya, lama lama tinja berwarna hijau
dan asam
Anus lecet
Dihidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi
cepat,dan kecil,denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan
diakhiri dengan syok
Berat badan turun
Turgor kulit menurun
Mata dan ubun ubun cekung
Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering

2.10 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya
air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan
menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain.

2.11 Penatalaksanaan Diare
Prinsipf perawatan diare adalah:
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2) Diatetik (pemberian makanan)
3) Obat obatan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
19

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di
pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat
mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui
infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
a) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
b) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi : Rl 75 cc/kgBB selama 4 jam
Maintenance : disesuaikan menurut rumus Holidays sgar
Jika pada saat rehidrasi/setelah selesai rehidrasi anak tetap mencret/masih
mencret, maka tetap diteruskan maintenance tapi diberikan oralit/renalit
sebanyak 50 cc/kali mencret
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi
Rumus Holidays segar :
o BB < 10 kg : BB x 100 cc
o BB 10 20 kg : 1000 cc + (BB-10) x 50 cc
o BB > 20 kg : 1500 cc + (BB-20) x 20 cc

c) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk
di infus.
Rehidrasi :
20

RL 30 cc/kgBB selama jam untuk anak, dan selama 1 jam untuk bayi
RL 70 cc/KgBB selama 2 jam untuk anak dan selama 5 jam untuk bayi
Maintenance : disesuaikan menurut rumus Holidays sgar

Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang di sediakn dirumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/ hari (2 bungkus)
1-4 Tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)
>5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara
1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang
lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10
menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian
cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim
ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan
bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.


21

3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau
lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
4) Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi
anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (amuba, giardia).
5) Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:
o Cara memberikan cairan dan obat di rumah
o Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
22


BAB III
ANALISIS KASUS

Dari anamnesis didapatkan bahwa keluhan utama penderita dibawa ke RSMH adalah
BAB cair dengan frekuensi 10 kali sehari. BAB cair pada penderita ini disebabkan oleh
kejang. Kejang tersebut didahului dengan demam yang lama. Kejang berlangsung sebanyak 1
kali dalam 24 jam, lamanya kejang lebih kurang 3-5 menit. Interiktal dan post iktal pasien
tidak sadar. Penurunan yang disertai kejang dapat disebabkan oleh gangguan anatomi dan
fungsional di sistem saraf pusat.
Dari anamnesis 1 hari SMRS BAB cair semakin sering dengan frekuensi lebih dari
10 kali dalam sehari dengan konsistensi ampas, lendir (-) dan darah (-). Penderita mengalami
demam tinggi, batuk (-), pilek (-), muntah (-), sesak nafas (-) dan kejang (-). BAK masih
normal akan tetapi penderita tidak mau menghisap susu lagi. Pada kasus ini frekuensi BAB
penderita lebih dari 10x per hari, dalam hal ini BAB penderita cair dengan konsistensi ampas,
lendir (-) darah (-) sehingga kita dapat mendiaknosa penderita dengan diare akut, dan
menghilangkan dd/ disentri dan cholera.
Demam yang terjadi pada penderita merupakan suatu respon tubuh akibat adanya
infeksi. Pada kasus ini penderita tidak mau menghisap susu lagi, hal ini dapat dikarenakan
badan penderita lemas akibat kekurangan cairan. Kekurangan cairan secara terus menerus
dapat meningkatkan suhu badan, denyut nadi lebih cepat dari normal, dan penurunan
kesadaran. pada dehidrasi berat, frekuensi BAB lebih dari 4x dalam sehari, sehingga kita
dapat mendiagnosa penderita dengan dehidrasi berat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi 100x/menit (isi dan tegangan
cukup), frekuensi nafas 38x/menit, temperatur 37,2
0
C. Pada pemeriksaan kepala
didapatkan mata cekung, ubun-ubun besar cekung, dan mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan cubitan kulit perut kembali sangat lambat. Hasil dari
pemeriksaan laboratorium belum didapatkan. Pada kasus ini tanda tanda dari dehidrasi
berat ditemukan pada penderita yaitu mata cekung, cubitan kulit perut kembali sangat
lambat dan mukosa bibir kering. Maka, penderita dapat kita diagnosis sebagai dehidrasi
berat.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk pasien ini adalah pemeriksaan tinja,
baik makroskopik maupun mikroskopik untuk menentukan diagnose yang pasti. Secara
23

makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja dan ada tidaknya darah, lendir, pus,
lemak. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit,
bakteri. Pada kasus ini, hasil lab penderita belum diketahui hasilnya.
Terapi non farmakologis/suportif harus diberikan pada pasien ini teruskan pemberian
ASI dan Makanan. Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya
Terapi farmakologi yang diberikan terdiri dari
IVFD RL 30cc/kgBB/jam selama 4 jam
Ampicilin 3x160 mg IV
Digunakan untuk menghalangi pertumbuhandinding sel bakteri sehingga membunuh
bakteri.
Gentamicin 2x12 mg IV
Oralit 50 cc
Mengembalikan kadar elektrolit
Zinc 1x10 mg
Paracetamol 3x50 mg, jika T > 38
0
C

. Prognosis pasien ini quo ad vitam bonam dan quo ad fungsionam bonam, tergantung
dari ketepatan diagnosis dan penatalaksanaan segera yang dilakukan oleh pihak medis.












24


DAFTAR PUSTAKA

Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sudarti & Afroh Fauziah.2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, Dan Anak
Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Jurnal diare,universitas sumatera utara (diunduh pukul 19.00 wib,sabtu 20 april 2013)

Andrianto. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut E d i s i 2
Jakarta : EGC, 1995

Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH. Standar Penatalaksanaan Imu Kesehatan Anak.
Palembang 2007.

Ball Jane dan Bindler Ruth, Pediatric Nursing, Appleton and Lange, 1995

You might also like