PERSENTASI KASUS DIPERSIAPKAN Syukran (109103000044) Wildan A.W. (109103000004) IDENTITAS Nama : Nn. DN Umur : 19 tahun TTL : Jakarta, 15 Desember 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Tanah Koja, RT 008/RW 010, Jakarta Selatan Agama : Islam Bangsa : Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa Status Perkawinan : Belum menikah
ANAMNESIS Autoanamnesis pada tanggal 5 September 2013; 09:25 WIB Keluhan utama Gatal-gatal pada kedua kaki dan kedua lengan sejak 1 tahun yang lalu Keluhan tambahan (-)
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh gatal pada kedua kaki dan lengan yang hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya timbul bentol-bentol kecil di punggung kaki kanan dan jari kaki kanan yang sangat gatal. Setelah pasien menggaruk, bentol menjadi lecet, keluar cairan bening, dan bertambah lebar. Kira-kira 3 bulan kemudian keluhan yang sama juga dirasakan pada punggung kaki dan jari kaki kiri. Pasien sering menggaruk, sehingga lama kelamaan pasien merasa kulit di kedua punggung kaki dan jari kaki menebal. Riwayat Penyakit Sekarang Gatal diperberat jika pasien berkeringat, makan telur atau udang, dan terkena detergen dan saat istirahat. Rasa gatal ini lebih enak bila digaruk. Jika terkena detergen, kaki pasien terasa perih dan membaik dengan sendirinya jika menjauhi kontak dengan detergen. Gatal berhubungan dengan stres dan gigi berlubang. Pasien kemudian berobat ke klinik dokter 24 jam, dan diberi salep dan obat minum yang pasien tidak ingat nama-nama obatnya. Keluhan gatal membaik, namun ketika obat habis, keluhan kembali muncul. Pasien sudah menghindari kegiatan mencuci, dan makan udang dan telur sejak timbulnya gatal-gatal di kulitnya ini.
Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 2 bulan yang lalu, pasien juga merasakan gatal di tengkuk kanannya. Gatal di tengkuk ini juga sering digaruk dan menjadi bercak merah. Sejak 1 bulan yang lalu muncul juga gatal di lipat kedua siku dan lipat kedua lutut. Gatal di lipatan ini awalnya hanya bentol- bentol merah di permukaan kulit. Semakin digaruk, bentol-bentol ini semakin banyak dan meluas hingga ke lengan bawah dan betis.
Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga merasakan gatal di daerah wajah dengan bentol-bentol merah juga. Pasien kemudian berobat lagi ke dokter klinik 24 jam dan ketika obat habis, keluhan kembali muncul. Pasien sering batuk-pilek dalam 1 tahun terakhir. Gigi berlubang (-). Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami gatal di kulit/ekszem sebelum 1 tahun terakhir ini, asma bronkhial (+), rhinitis alergi (+) dipicu oleh suhu yang dingin, mata merah berulang (-). Pasien alergi makanan seafood dan telur. Alergi obat-obatan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga Di keluarga pasien ada kakek dari pihak ayah pasien yang pernah mengalami ekzsem, asma bronkhial (-), rhinitis alergi (-), mata merah berulang (-).
Riwayat Sosial Pasien mengaku mandi 2 kali sehari, ganti pakaian dalam dan luar 2 kali sehari, tidak menggunakan handuk orang lain. Pasien mengaku sering menggunakan celana yang ketat (jeans).
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 76x/ menit Pernafasan : 20 x/ menit Suhu : 36, 7 C Kepala : Normocephali, rambut hitam, penyebran merata, tidak mudah dicabut Mata : Pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+, Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/- Lipatan infra-orbita Dennie Morgan (+), Orbita lebih gelap Telinga : Normotia, serumen +/-, sekret -/-, nyeri tekan tragus -/- Hidung : Deviasi septum -/-, sekret -/- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, gigi tidak berlubang.
PEMERIKSAAN FISIK Tenggorok : Faring hiperemis -, Tonsil T1- T1 Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran tiroid Thorax: Cor : Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis kiri Perkusi : Batas Jantung normal Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-),gallop (-) PEMERIKSAAN FISIK Pulmo : Inspeksi : Kedua lapang paru simetris Palpasi : Vokal fremitus kanan= kiri Perkusi : Sonor di kedua lapang paru Auskultasi : Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/- Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba dan lien tidak teraba, tympani, bising usus (+) normal Extremitas : Atas : Akral hangat +/+, Oedem -/- Bawah : Akral hangat +/+, Oedem -/- KGB : tidak ada pembesaran Status Dermatologikus Pada regio dorsum pedis, digiti pedis bilateral, terdapat bercak eritematosa, multipel, berbatas sebagian tegas, sebagian difus, berukuran numular hingga plakat disertai skuama kasar dan sebagian dengan krusta kehitaman Pada regio suprascapularis dextra terdapat bercak eritematosa, soliter, berbatas tegas, berukuran plakat dengan skuama kasar di atasnya. Status Dermatologikus Pada regio fossa cubiti, fossa poplitea, dan ante-brachii bilateral terdapat papulae dengan dasar eritematosa yang tersebar diskret, sebagian berskuama dan dengan krusta kekuningan. Pada regio periorbita dan zigomatikum bilateral terdapat bercak eritematosa multipel berukuran lentikuler dengan batas tidak tegas.
RESUME Nn. DN 19 tahun, datang dengan keluhan gatal-gatal pada kedua kaki dan lengan sejak 1 tahun SMRS yang hilang timbul. Keluhan gatal awalnya di kaki kanan dengan bentol-bentol kecil yang setelah digaruk mengeluarkan cairan bening dan bertambah lebar serta terjadi penebalan. 3 bulan kemudian keluhan yang sama timbul di kaki kiri. Gatal timbul terutama saat berkeringat, makan telur atau udang, kontak dengan detergen dan saat istirahat. Lebih enak bila digaruk. 2 bulan yang lalu timbul bercak kemerahan di tengkuk disertai gatal, 1 bulan yang lalu timbul bentol-bentol merah di lipatan siku dan lutut yang menyebar ke lengan bawah.
RESUME 1 minggu yang lalu, muncul bentol-bentol di wajah juga disertai gatal. Gatal ini berhubungan dengan stres dan gigi berlubang. Pasien sudah berobat ke dokter klinik 24 jam, diberi obat minum dan salep. Namun setelah obat habis, keluhan gatal kembali timbul. Pasien memiliki riwayat asma bronkhial, rhinitis alergi, alergi makanan seafood dan telur. Ada riwayat ekszem di keluarga pasien, yaitu kakek pasien. Asma bronkhial, rhinitis alergi, dan konjungtivitis alergika disangkal
RESUME Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Ditemukan adanya lipatan infra-orbita dennie morgan, dan orbita lebih gelap. Pada status dermatologikus: Pada regio dorsum pedis, digiti pedis bilateral, terdapat bercak eritematosa, multipel, berbatas sebagian tegas, sebagian difus, berukuran numular hingga plakat disertai skuama kasar dan sebagian dengan krusta kehitaman Pada regio suprascapularis dextra terdapat bercak eritematosa, soliter, berbatas tegas, berukuran plakat dengan skuama kasar di atasnya. Pada regio fossa cubiti, fossa poplitea, dan ante-brachii bilateral terdapat papulae dengan dasar eritematosa yang tersebar diskret, sebagian berskuama dan dengan krusta kekuningan. Pada regio periorbita dan zigomatikum bilateral terdapat bercak eritematosa multipel berukuran lentikuler dengan batas tidak tegas.
PENATALAKSANAAN UMUM Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya Jangan menggaruk lesi karena memperparah lesi Jauhi faktor pencetus, seperti makan udang, telur dan lain- lain Jauhi zat-zat iritan seperti detergen, sabun antiseptik, porselen, dan lain-lain Hindari mandi dengan air panas atau dingin Jaga kulit agar tetap lembab, seperti mandi dengan sabun bayi, menggunakan pelembab kulit (hand-body) dan lain-lain Pakaian sebaiknya tipis, tidak ketat dan menyerap keringat Istirahat cukup dan hindari stress. PENATALAKSANAAN KHUSUS Sistemik : R/ Loratadin tab 10 mg No. VII 1 dd tab I p.rn Topikal : R/ Clobetasone dipropionate 0.05% oins 10 As. Salisilat 4% Gliserin 2% m.f. la ung da in pot 2 dd ue untuk lesi selain wajah R/ Hidrocortison 1% cream 5 As. Salisilat 3% Gliserin 2% m.f. la ung da in pot 2 dd ue untuk daerah wajah PROGNOSIS Ad vitam : bonam Ad functionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam
ANJURAN Pemeriksaan kadar serum IgE Periksa kadar eosinofil dari hitung jenis darah Pemeriksaan white demographism dan blanch test Pemeriksaan skin prick test Kontrol 2 minggu kemudian
TINJAUAN PUSTAKA DERMATITIS ATOPIK (DA) Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. Stigmata Atopi Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923) Yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya. Asma bronkial Rhinitis alergik Konjungtivitis alergik Dermatitis atopik
Epidemiologi Insidens meningkat prevalensi DA pada anak mencapai 10 20 persen sedangkan pada dewasa 1 3 persen. DA lebih cenderung diturunkan Etiopatogenesa DA dipengaruhi multifaktorial: 1. faktor genetik 2. lingkungan 3. sawar kulit 4. Respons sistemik Konsep dasar terjadinya DA adalah melalui reaksi imunologik.
Gambaran klinis Cenderung kulit kering, pucat, kadar lipid epidermis berkurang, kehilangan air lewat epidermis meningkat. Gejala utama: gatal dpt hilang timbul sepanjang hari Akibat garukan timbul papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, krusta. DA dibagi 3 fase: DA infantil, DA anak dan DA remaja-dewasa. DA infantil DA paling sering muncul pada bulan kedua. Lesi mula-mula tampak didaerah muka (dahi- pipi) berupa eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan didaerah ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak DA anak lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (de novo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
DA remaja-dewasa Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi.
Diagnosis Diagnosis DA didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka telah menyusun kriteria dan kemudian diperbaharui oleh kelompok kerja Inggris di koordinasi oleh William (1994). Diagnosis DA ditegakkan bila mempunyai minimal 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor. Kriteria Hanifin dan Rajka Kriteria mayor Pruritus Dermatitis di muka atau ekstensor bayi dan anak Dermatitis di fleksura pada dewasa Dermatitis kronis atau residif Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya Kriteria Minor Xerosis Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus dan virus H. simpleks) Dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki Iktiosis/hiperlinearis palmaris/keratosis pilaris Pitiriasis alba Dermatitis di papila mame White dermatografism dan delayed blanched response Lipatan infra orbital Dennie Morgan Konjungtivitis berulang Katarak subkapsular anterior Orbita menjadi gelap Muka pucat dan eritema Gatal bila berkeringat Hipersensitif terhadap makanan Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau emosi Tes alergi kulit tipe dadakan positif Kadar IgE dalam serum meningkat Awitan pada usia dini
DD dermatitis seboroik, dermatitis kontak dermatitis numularis skabies, psoriasis dematitis herpetiformis, sindrom Sezary penyakit Letterer-Siwe sindrom Wiskott-Aldrich dan sindrom hiper IgE Tatalaksana Umum Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol, astringen, pemutih Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi. Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat. Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan DA. Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen infeksi, seperti menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan berbulu. Menghindarkan stres emosi. Mengobati rasa gatal Tatalaksana Khusus: Topikal Hidrasi kulit; hidrofilik urea 10%+hidrokortison 1%. KS topikal: hidrokortison 1-2,5%(bayi), triamnisolon(anak+dewasa) kec daerah wajah,genitalia dan intertriginosa. Imunomodulator topikal: takrolimus, pimekrolimus. Ter: LKD 5-10% atau crude coal tar 1-5% pd lesi kronik! Anti histamin Tatalaksana Khusus: Sistemik KS sistemik: u/ mengendalikan eksaserbasi akut. Anti histamin u/ mengurangi rasa gatal terutama malam hari. Anti infeksi: eritromisin, asitromisin, klaritromisin. Interferon: IFN gamma u/menekan respons IgE dan menurunkan proliferasi TH2 Siklosporin: imunosupresif pd sel T u/ menghambat calcineurin sehingga transkripsi sitokin ditekan. Terapi sinar: PUVA(sel langerhans+eosinofil), UVB( memblokade fungsi langerhans+mengubah produksi sitokin keratinosit). Prognosis Cenderung kambuh Faktor prognosa kurang baik: - DA yang luas pada anak. - Menderita rinitis alergika dan asma bronkiale. - Riwayat DA pada orang tua atau saudaranya. - Awitan (onset) DA pada usia muda. - Anak tunggal. - Kadar IgE serum sangat tinggi 30-50% DA infantil berkembang menjadi asma bronkial atau hay fever ANALISIS KASUS DASAR DIAGNOSIS KERJA Anamnesis Pasien Nn. DN 19 tahun, mengeluhkan gatal yang hilang timbul sejak kurang lebih satu tahun yang lalu. Awalnya di punggung kaki dan jari kaki kanan, selanjutnya juga terdapat gatal di lipatan siku, lipatan lutut, leher dan di sekitar mata. Pasien memiliki riwayat atopi yaitu asma bronkhial, dan rhinitis alergi. Di keluarga juga ada kakek pasien yang memiliki riwayat ekszem. Pasien memiliki alergi makanan seafood dan udang. Gatal dipengaruhi oleh keringat DASAR DIAGNOSIS KERJA Pemeriksaan fisik Pada daerah mata ditemukan adanya orbita menjadi gelap dan lipatan infra- orbita Dennie-Morgan Adanya lesi kulit di lipatan-lipatan, leher, berupa papulae, bercak eritema, sebagian dengan skuama dan krusta kehitaman akibat garukan Adanya dermatitis non-spesifik di kaki.
Kriteria Hanifin dan Rajka Kriteria Mayor: Pruritus Dermatitis di fleksura pada dewasa Dermatitis kronis dan residif Riwayat atopi pada penderita dan atau keluarga Kriteria Minor: Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki Lipatan infra orbital Dennie-Morgan Orbita menjadi gelap Gatal ketika berkeringat Hipersensitivitas terhadap makanan
DIAGNOSIS BANDING 1. Dermatitis numularis pasien mengaku gatal Faktor pemicu berupa stres dan adanya infeksi fokal gigi berlubang. Dan lesi kulit yang terlihat sekarang adalah fase kronik dimana terjadi penebalan dengan skuama kasar di atasnya Berdasarkan usia pasien juga dermatitis numularis sering terjadi pada wanita usia 15-25 tahun 2 neurodermatitis Pasien mengaku gatal di punggung kaki(predileksi paling sering). dirasakan pasien hilang timbul lebih dirasakan bila saat istirahat dan lebih enak bila digaruk. Faktor pemicu stres. Pada gambaran lesinya juga didapatkan tanda lesi kronik dengan skuama kasar sebagian. 3. Dermatitis kontak iritan Pasien mengaku gatal dipengaruhi oleh zat iritan seperti detergen. PENATALAKSANAAN UMUM Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya Jangan menggaruk lesi karena memperparah lesi Jauhi faktor pencetus, seperti makan udang, telur dan lain-lain Jauhi zat-zat iritan seperti detergen, sabun antiseptik, porselen, dan lain-lain PENATALAKSANAAN UMUM Hindari mandi dengan air panas atau dingin mandi air panas akan menyebabkan pasien gerah dan berkeringat setelahnya, sehingga memicu timbulnya gatal pada D.A.. Sedangkan jika dengan air dingin akan menyebabkan kulit kering dan mudah tersensitisasi suatu alergen. Jaga kulit agar tetap lembab, seperti mandi dengan sabun bayi, menggunakan pelembab kulit (hand-body) dan lain-lain kulit kering mudah tersensitisasi alergen Pakaian sebaiknya tipis, tidak ketat dan menyerap keringat supaya tidak terjadi iritasi kulit dan memicu gatal
PENATALAKSANAAN KHUSUS Pemberian anti-histamin pada pasien ini sebagai anti-pruritus. Dengan mengurangi rasa gatal secara tidak langsung mencegah infeksi sekunder. Pada dermatitis atopi, gatal yang terjadi ada hubungannya dengan histamine release sehingga akan bermanfaat bagi pasien. Diberikan loratadine yang generasi 2 yang long acting dan tidak bersifat sedatif agar tidak mengganggu kegiatan pasien di pagi hari. PENATALAKSANAAN KHUSUS Kortikosteroid topikal diberikan karena mempunyai efek anti pruritus, anti mitosis dan anti inflamasi. Pada pasien diberikan golongan kortikosteroid yang poten yaitu klobetasone dipropionate 0.05% dicampur dengan as. Salisilat 4% sebagai keratolitik dan vehikulumnya salep untuk lesi kronik seperti di punggung kaki agar penetrasi obatnya lebih baik. Sedangkan untuk daerah wajah atau sekitar mata, diberikan krim hidrokortison 1% dicampur dengan as. Salisilat 3% karena daerah wajah relatif lebih tipis dan penyerapannya lebih baik serta mencegah terjadinya efek samping akibat kortikosteroid.
PROGNOSIS Ad vitam : Bonam, karena proses penyakit tidak mengancam kehidupannya. Ad fungtionam : Bonam, karena setelah sembuh tubuh pasien masih dapat berfungsi dengan baik. Ad Sanationam : Dubia ad bonam, karena penyakit bersifat kronik residif dan belum diketahui dengan pasti etiologinya ANJURAN Dianjurkan untuk memeriksakan kadar IgE serum, white demographism dan blanch test serta tes alergi dadakan untuk menunjang diagnosis (kriteria minor) meskipun secara kriteria sebenarnya sudah tegak dermatitis atopik. Hitung jenis kadar eosinofil juga bermanfaat pada kasus DA. Prick Test berguna selain untuk menyokong diagnosis juga untuk membantu menentukan alergen penyebab. Sampai sekarang belum ada satupun pemeriksaan penunjang yang akurat untuk menegakkan diagnosis dermatitis atopik. Pemeriksaan penunjang dilakukan lebih ke arah diagnosis penyakit atopi pada umumnya. Kontrol 1 minggu kemudian untuk melihat hasil perkembangan pengobatan. Juga untuk menurunkan potensi kortikosteroid topikal.
DAFTAR PUSTAKA Djuanda A. Dermatitis atopik. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. p200-3 Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic dermatitis. Dalam: Freedbrerg IM, Eisen A, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB. Editor. Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7. New York: The McGraw Hill Companies, 2008. p147-57 Sugito TL. Buku Panduan Dermatitis Atopik. Dalam: Titi LS, Siti AB, Tina WW editor. Jakarta: FKUI, 2011. p1-97 Kang K, Polster AM, Nedorost ST, Stevens SR, Cooper KD. Atopic dermatitis. Dalam: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini R, editor. Dermatology. Edisi ke-2, vol 1, London; Mosby. 2004. p199-211