You are on page 1of 16

BAB IV

TEKNOLOGI ULTRASONOGRAFI (USG)



A. Definisi USG
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran
mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas dalam
medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan bantuan
ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya menggunakan
probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan digerakkan: gel berair memastikan
penyerasian antara pasien dan probe.
Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter spesialis
kedokteran (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan hari
persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai
alat bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari cairan.
Bagian bagian dari alat USG ialah :
1) Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat.
Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan
gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam
bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah
untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca
oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2) Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG digunakan untuk menampilkan hasil pemeriksaan
lewat USG.
3) Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang
diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.

B. Sejarah USG
Pertama kali ultrasonik ini digunakan dalam bidang teknik untuk radar, yaitu teknik
SONAR ( Sound, Navigation and Ranging) oleh Langevin (1918), seorang Perancis, pada
waktu perang dunia ke I, untuk mengetahui adanya kapal selam musuh. Kemudian digunakan
dalam pelayaran untuk menentukan kedalaman laut. Menjelang perang dunia ke II (1937),
teknik ini digunakan pertama kali untuk pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum
memuaskan.
Berkat kemampuan dan kemajuan teknologi yang pesat, setelah perang dunia ke II, USG
berhasil digunakan untuk pemeriksaan alat-alat tubuh. Hoery dan Bliss pada tahun 1952,
telah melakukan pemeriksaan USG pada beberapa organ, misalnya pada hepar dan ginjal.
Sekarang Usg merupakan alat praktis dengan pemeriksaan klinis yang luas.

C. Tujuan USG
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai kelainan organ
tubuh. USG digunakan antara lain :
1) Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
2) Membedakan kista dengan massa yang solid.
3) Mempelajari pergerakan organ (jantung, aorta, vena kafa), maupun pergerakan janin
dan jantungnya.
4) Pengukuran dan penetuan volum. Pengukuran aneurisma arterial, fetalsefalometri,
menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan volum
massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu,
ovarium, uterus, dan lain-lain).
5) Biopsi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor
pada layar USG.
6) Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan
posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah
radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.
7) Konfirmasi kepastian kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada
awal kehamilan 5 minggu dan detak jantung janin biasanya terlihat jelas dalam usia 7
minggu.
8) Mengetahui usia kehamilan. Untuk mengetahui usia kehamilan dapat dengan
menggunakan ukuran tubuh fetus, panjang kaki dan lingkar kepala, sehingga dapat
memperkirakan kapan tanggal persalinan.
9) Memantau pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
10) Mengetahui lebih lanjut adanya ancaman keguguran. Jika terjadi pendarahan vagina
awal, USG dapat menilai kesehatan dari fetus. Jika detak jantung janin jelas, maka
prospek yang baik untuk melanjutkan kehamilan.
11) Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plasenta dan adanya masalah-
masalah seperti plasenta revia dll.
12) Memastikan adanya kehamilan ganda/kembar, apakah ada satu atau lebih janin di
dalam rahim.
13) Mengukur jumlah cairan ketuban. Masalah terjadi ketika kandungan berlebihan cairan
ketuban atau terlalu sedikit. Volume (jumlah cairan) dapat dinilai dengan USG.
14) Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim, tapi juga banyak
kelainan janin seperti hidrosefalus, anesefali, sumbing, kelainan jantung, kelainan
kromoson, dan lain-lain.
Tujuan USG dalam kehamilan :
1) Trimester I
a) Memastikan hamil atau tidak.
b) Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
c) Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
d) Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut
janin, dan sebagainya.
2) Trimester II:
a) Melakukan penapisan secara menyeluruh.
b) Menentukan lokasi plasenta.
c) Mengukur panjang serviks.
3) Trimester III:
a) Menilai kesejahteraan janin.
b) Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
c) Melihat posisi janin dan tali pusat.
d) Menilai keadaan plasenta.

D. Macam Macam USG

1) USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang
baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan. USG 2D hanya menggunakan
dimensi panjang dan lebar. Janin akan tampak samar-samar seperti bayangan tapi
gerakannya terpantau pada layar monitor. Untuk pemeriksaan awal biasanya dokter
menggunakan USG 2D. Jika ditemukan kelainan janin barulah digunakan USG 3D atau
4D. USG 2D saja sebetulnya sudah sangat memadai untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan. Kecuali dalam keadaan kelainan tertentu yang harus dilakukan pemeriksaan
4D, seperti dicurigai adanya kelainan bawaan kecil-kecil. Kalau yang besar seperti
hidrosefalus (besar kepala), anensefali (nggak ada batok kepala), amelia (tidak ada
anggota gerak), dan lain-lain masih bisa dilihat dengan USG 2 D.
2) USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh
janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3) USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak
(live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4
Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim. USG 4D adalah hasil penyempurnaan dari
USG 3D. Menggunakan empat dimensi yakni lebar, panjang, kedalaman plus gerak
(dimensi waktu). Sehingga hasilnya lebih detail dan akurat, karena bisa melihat bentuk
janin secara yang nyata. Bahkan mancung atau peseknya hidung janin pun bisa diketahui.
Alat ini dikembangkan pada tahun 1992 oleh seorang peneliti, Kazunori Baba dari
Institute of Medical Electronics, Universitas Tokyo.
4) USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali
pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi :
a) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
b) Tonus (gerak janin).
c) Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
d) Doppler arteri umbilikalis.
e) Reaktivitas denyut jantung janin.

E. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan USG
Indikasi pemeriksaan USG menurut National Institute of Health (NIH), USA (1983
1984) :
1) Menentukan usia gestasi secara lebih tepat pada kasus yang akan menjalani seksio
sesarea berencana, induksi persalinan atau pengakhiran kehamilan secara elektif.
2) Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita insufisiensi
uteroplasenter, misalnya preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik,
atau diabetes mellitus berat; atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai
terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia.
3) Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui.
4) Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit
ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir.
5) Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales.
6) Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan tanggal hari
pertama haid terakhir.
7) Teraba masa pada daerah pelvik.
8) Kecurigaan adanya mola hidatidosa.
9) Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage).
10) Suspek kehamilan ektopik.
11) Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia.
12) Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi, transfusi intra uterin, tindakan
shunting, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan chorionic villi sampling (CVS).
13) Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin.
14) Kecurigaan adanya abnormalitas uterus.
15) Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
16) Pemantauan perkembangan folikel.
17) Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu.
18) Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin kedua
gemelli, plasenta manual, dll.
19) Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.
20) Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.
21) Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong.
22) Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada kasus ketuban pecah
preterm dan atau persalinan preterm.
23) Kadar serum alfa feto protein abnormal.
24) Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan.
25) Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya.
26) Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda.
27) Pemeriksaan janin pada wanita usia lanjut (di atas 35 tahun) yang hamil.
Pemeriksaan USG tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak
akan memperburuk penyakit penderita. USG juga tidak berbahaya bagi janin karena USG
tidak mengeluarkan radiasi gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk pada otak janin.
Hal ini berbeda dengan penggunaan sinar rontgen. Diagnostik ultrasonik berkembang
dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan penting untuk menentukan
kelainan berbagai organ tubuh. Jadi, jelas bahwa dalam penggunaan USG untuk
menegakkan diagnosa medis tidak memiliki kontra indikasi atau efek samping terhadap
pasien.

F. Cara Penggunaan USG

1) Persiapan Pemeriksaan
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak
dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti
dapat mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi
kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana
infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu
pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa
vagina.
Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan.
Resiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi
menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai
memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan
sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan kontak
dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang dipakai minimal
memerlukan sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan terjadi pada pemeriksaan kontak langsung dengan kulit
intak, misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan
alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak,
fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air.
2) Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi
yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang
harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan
(termasuk posisi pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui
penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist. Sebelum melakukan
pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia
seorang nona atau nyonya ?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang
baru pada setiap pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal
ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat yang
dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan
kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh Kok sudah
dikomputer masih juga tidak dikatahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung
telur ? USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran.
Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat
diketahui lebih tepat dan cepat.
Terkadang ada pemeriksaan yang menganjurkan pasien untuk puasa agar pada saat
pemeriksaan hasil yang terlihat pada monitor akan bersih ( tidak terhalangi oleh makanan
makanan yang masuk dalam tubuh).
3) Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG,
apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya
pasien dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau
nona, terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang
ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik
yang akan dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah
bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya
kordosintesis atau amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan tertulis
dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit
berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya
seks bebas dan pemakaian NARKOBA.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur
mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar atau
pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan diagnostik
seorang sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan latihan yang
dilakukannya.
4) Cara Kerja Alat USG
Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa
listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer,
yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian
akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan
menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur
transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya
diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope. Dengan demikian bila
transducer digerakkan seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang
dinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat pada layar monitor.
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance accoustic tertentu. Dalam
jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, jaringan tersebut
dikatakan echogenic. Sedang jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak
ada echo, disebut anecho atau echofree . Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic,
misalnya : kista, asites, pembuluh darah besar, pericardial dan pleural efusion.
Display Modes
Echo dalam jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :
a) A- mode L : Dalam sistem ini, gambar yang berupa defleksi vertikal pada
osiloskop. Besar amplitudo setiap defleksi sesuai dengan energy eko yang
diterima transducer.
b) B- mode : Pada layar monitor (screen) eko nampak sebagai suatu titik dan
garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang dipantulkan
dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua dimensi berupa
penampang irisan tubuh, cara ini disebut B Scan.
c) M- mode : Alat ini biasanya digunakan untuk memeriksa jantung. Tranducer
tidak digerakkan. Disini jarak antara transducer dengan organ yang memantulkan
eko selalu berubah, misalnya jantung dan katubnya.

5) Teknik Pemeriksaan USG

a) Pemeriksaan USG Transabdominal
Setelah pasien tidur terlentang, perut bagian bawah ditampakkan dengan batas
bawah setinggi tepi atas rambut pubis, batas atas setinggi sternum, dan batas lateral
sampai tepi abdomen.
Letakkan kertas tissue besar pada perut bagian bawah dan bagian atas untuk
melindungi pakaian wanita tersebut dari jelly yang kita pakai. Taruh jelly secukupnya
pada kulit perut, lakukan pemeriksaan secara sistematis.
Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dan ke bawah,
selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak digerakkan dari bawah ke atas,
dimulai dari garis sisi kanan perut, kemudian setelah sampai daerah perut atas
transduser digerakkan ke bawah, selanjutnya transduser digerakkan kembali ke arah
atas.
Selanjutnya gerakan transduser dilakukan kearah lateral perut (horizontal), juga
secara sistematis, dimulai dari sisi kanan ke arah kiri, kemudian dari kiri ke arah
kanan dan terakhir dari kanan atas ke kiri (lihat gambar dan arah panah beserta nomor
garisnya).
b) Pemeriksaan USG Transvaginal
Pemeriksaan USG transvaginal berbeda dengan transabdominal, perlu
penyesuaian mesin dan operator, terutama pengenalan organ genitalia interna dan
kehamilan trimester pertama, serta terbatasnya ruang untuk melakukan manipulasi /
gerak probe.
Sebelum melakukan pemeriksaan, tanyakan apakah ia seorang nona atau nyonya.
Bila statusnya masih nona tetapi sudah tidak gadis lagi, dan memang perlu dilakukan
pemeriksaan transvaginal, mintakan ijin tertulis dari pasien tersebut dan sebaiknya
disertai seorang saksi (dapat seorang paramedis).
Perhatikan apakah tombol pemindah jenis transduser sudah menunjukkan bahwa
penjejak yang dipakai adalah penjejak vaginal serta apakah pasien sudah
mengosongkan kandung kencingnya. Posisi pasien dapat lithotomi atau tidur dengan
kaki ditekuk dan pada bagian pantat ditaruh bantal agar mudah untuk memasukkan
dan memanipulasi posisi transduser.
Taruh sedikit jelly pada permukaan penjejak. Pasangkan kondom baru pada
transduser, kemudian beri jelly secukupnya pada permukaan kondom dan selanjutnya
masukkan transduser ke dalam vagina secara perlahan-lahan dan gentle sesuai
dengan sumbu vagina. Jangan melakukan penekanan tiba-tiba dan keras karena dapat
membuat pasien kesakitan atau merasa tidak nyaman.
Cari uterus sebagai petunjuk, kemudian cari kandung kemih. Uterus akan tampak
di garis tengah (median) seperti gambaran buah alpukat yang memanjang dengan
endometrium dibagian tengahnya. Bila fundus uteri mendekati kandung kemih, maka
uterus tersebut dalam posisi antefleksi, bila menjauhi, maka posisi uterus adalah
retrofleksi (lihat gambar). Sangat penting menilai kembali apakah arah gelombang
suara sudah sesuai dengan tampilan yang ada dalam layar monitor.
Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan kondom secara hati-hati dengan memakai
sarung tangan tidak sterill atau kertas tissue, kemudian lakukan dekontaminasi
kondom tersebut dengan larutan klorin 0,5%.
c) Pemeriksaan USG Transperineal atau Translabial
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang nona
atau seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau
transrektal. Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk
memudahkan pemeriksaan dan sebagai petujuk anatomis. Penjejak dilapisi kondom
dan diberi jeli, kemudian diletakkan di daerah perineum, penjejak digerakkan ke atas
dan ke bawah untuk mencari gambaran organ genitalia. Cara ini memang tidak dapat
memberikan gambaran organ genitalia sebaik pada pemeriksaan USG transvaginal
atau transrektal.
d) Pemeriksaan USG Transrektal
Pemeriksaan USG transrektal hampir sama dengan pemeriksaan transvaginal.
Perbedaannya terletak pada bantuk dan ukuran diameter penjejak dan posisi
pemeriksaan yang kurang lazim bagi wanita Indonesia. Setelah pasien dalam posisi
lithotomi atau posisi tidur dengan kaki ditekuk dan bagian pantat diganjal dengan
bantal khusus, transduser yang telah dibungkus dua lapis kondom dan dibubuhi jelly
dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam rektum.
Lakukan identifikasi uterus sebagai petunjuk organ genitalia interna, setelah itu
identifikasi vesika urinaria kemudian evaluasi seluruh organ genitalia interna dan
rongga pelvik. Manipulasi atau pergerakan transduser per rektal sangat terbatas dan
sering menimbulkan rasa tidak nyaman. Jelaskan secara seksama sebelum melakukan
pemeriksaan USG transrektal. Setelah selesai pemeriksaan, lepaskan kondom secara
hati-hati, kemudian lakukan dekontaminasi kondom dengan larutan klorin 0,5%.
e) Pemeriksaan USG Invasif
USG dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa dan atau untuk tindakan
terapeutik, misalnya biopsi villi koriales, amniosintesis, kordosintesis, ovum pick-up
(OPU), atau transfusi intra uterin. Setelah dilakukan penjelasan dan pasien
memberikan persetujuan tertulis, dokter akan melakukan pemeriksaan USG untuk
menilai kondisi kehamilan atau genitalia interna. Pada umumnya hanya diperlukan
anestesi lokal untuk memasukkan jarum punksi, tetapi dapat juga dengan anestesi
umum pada tindakan OPU. Teknik yang dipakai bisa secara free-hand atau dipandu
USG melalui marker pungsi yang ada pada transduser.

G. Cara Perawatan Alat USG

1) Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan, bisa memakai kain
halus atau kertas tissue halus.
2) Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung kotoran harus dibersihkan
dengan sabun dan air. Perhatikan petunjuk pabrik tentang tatacara membersihkan
peralatan USG.
3) Transduser kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% atau direndam selama dua
menit dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite (kadar 500 ppm10 dan
diganti setiap hari), kemudian dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya
dikeringkan.
4) Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG
transvaginal, bisa memakai sarung tangan karet, atau kondom.
5) Pemeriksa harus memakai sarung tangan sekali pakai (tidak steril) pada tangan yang
akan membuka labia sebelum transduser vagina dimasukkan. Perhatikan jangan
sampai sarung tangan tersebut mengotori peralatan USG dan tempat pemeriksaan.
6) Setelah melakukan pemeriksaan, sarung tangan harus dimasukkan pada tempat
khusus untuk mencegah penyebaran infeksi, dan pemeriksa mencuci tangan.
7) Pada pemeriksaan USG invasif, persiapan yang dilakukan sama seperti akan
melakukan tindakan operasi, misalnya peralatan yang dipakai harus steril, operator
mencuci tangan dengan larutan mengandung khlorheksidine 3%, memakai sarung
tangan dan masker, serta memakai kacamata. Kulit dibersihkan dengan memakai etil
alkohol 70%, isopropil alkohol 60%, khlorheksidin alkohol, atau povidone iodine.
Transduser dibersihkan dan dilakukan desinfeksi, kemudian dibungkus dengan plastik
khusus yang steril. Membran mukosa vagina dibersihkan dengan larutan yang
mengandung khlorheksidin 0,015% ditambah larutan cetrimide 0,15%.

H. Cara Penyimpanan Alat USG
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik.
Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat
peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat
mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan
operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik-turun
akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan
listrik dan UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan hati-
hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan
memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak
transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-
kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG
dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau
zat kimia lainnya.
Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab
pemeliharaan alat tersebut.

You might also like