You are on page 1of 5

NAMA : HASRIYANTI

NOPOKOK : P0205213312
FILSAFAT ILMU

1. kebenaran ilmu menurut kriteria koherensi : Teori kebenaran koherensi ini
biasa disebut juga dengan teori konsitensi. Pengertian dari teori kebenaran
koherensi ini adalah teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada
adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya
yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
kebenaran ilmu menurut kriteria korespondensi : "kebenaran atau keadaan
benar berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan
oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sugguh merupakan halnya
atau apa yang merupakan fakta-faktanya. Teori ini adalah teori yang Sangat
menghargai pengamatan dan pengujian empiris, teori ini lebih menekankan cara
kerja pengetahuan aposterion, menegaskan dualitas antara S dan O. Pengenal
dan yang dikenal, dan menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan.
Teori ini juga dapat diartikan, bahwa kebenaran itu adalah kesesuaian dengan
fakta, keselarasan dengan realitas, dan keserasian dengan situasi aktual.
kebenaran ilmu menurut kriteria pragmatis : suatu proposisi bernilai benar
bila proposisi ini mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis seperti yang
terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri. Karena setiap pernyataan
selalu selalu terikat pada hal-hal yang bersifat praktis, maka tiada kebenaran
yang bersifat mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri
sendiri, lepas dari akal yang mengenal, sebab pengalaman itu berjalan terus dan
segala yang dianggap benar dalam perkembangannya pengalaman itu senatiasa
berubah. Hal itu karena dalam prakteknya apa yang dianggap benar dapat
dikoreksi oleh pengalaman berikutmya. Atau dengan kata lain bahwa suatu
pengertian itu tak pernah benar melainkan hanya dapat menjadi benar kalau saja
dapat dimanfaatkan praktis
Contoh : jika terdapat kebenaran untuk memberikan kepercayaan terhadap
pemuda dalam hal pembangunan desa ini akan menjadi point utama dalam
terbentuknya pendidikan untuk generasi muda desa sehingga kedepannya
mampu membangun desanya dari ketertingalan ini terbukti dengan terpilihnya
NAMA : HASRIYANTI
NOPOKOK : P0205213312
FILSAFAT ILMU
kepala desa ampekale kec.bontoa kab.maros seorang pemuda yang mengawali
karirnya dari tagana menjadi seorang kepala desa muda.

2. Jelaskan pengertian revolusi paradigma dan penggandaan paradigma dalam
perkembangan ilmu, berikan contoh kasus keduanya dalam konteks peran
kepemimpinan dalam perubahan sosial sebuah tatanan negara-bangsa atau
daerah.
Revolusi paradigma yaitu Paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode,prinsip dasar atau memecahkan sesuatu masalah yang dianut
oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu tertentu. Apabila suatu cara pandang
tertentu mendapat tantangan dari luar atau mengalami krisis, kepercayaan
terhadap cara pandang tersebut menjadi luntur, dan cara pandang yang
demikian menjadi kurang berwibawa, pada saat itulah menjadi pertanda telah
terjadi pergeseran paradigma. Apa yang harus dipelajari dan diteliti, Pertanyaan
yang harus ditanyakan, Struktur sebenarnya dan sifat dasar dari pertanyaan itu,
Bagaimana hasil dari riset apapun diinterpretasikan.
Contoh : saat ini pemimpin itu tidak lagi dinilai dari jenis kelamin, tercatat di
kabupaten pangkep dan barru terdapat kepala desa seorang perempuan yang
sebelumnya perempuan tidak pernah dipercayai mampu menjabat posisi ini.
Pengandaan paradigma yaitu : Paradigma baru sering muncul, setidak-tidaknya
sebagai embrio, sebelum krisis berkembang jauh atau telah diakui dengan tegas.
Bertambah banyaknya artikulasi yang bersaingan, kesediaan untuk mencoba
apapun, pengungkapan ketidakpuasan yang nyata, semuannya merupakan
gejala transisi dari riset yang normal kepada riset istimewa. Gagasan sains yang
normal lebih bergantung eksistensi semua ini ketimbang pada revolusi-revolusi,
jika fenomena sosial tidak mampu lg dijelaskan tetapi masih mampu
terakumulasi artinya tdk tergeser oleh paradigma lama..maka terjadi
penggandaan paradigma
Contoh :
3. Jelaskan perbedaan ontologis, epistemologis dan aksiologis ilmu antara menurut
filsafat sains modern (Newtonian dan Cartesian) dengan filsafat sains baru
NAMA : HASRIYANTI
NOPOKOK : P0205213312
FILSAFAT ILMU
(Capra). Apa implikasi perbedaan kedua paradigma tersebut terhadap
pemahaman tentang pembangunan dan pemahaman tentang perencanaan.
Menurut anda, apakah sains baru akan membawa revolusi dalam pemikiran
tentang perencanaan?
Dalam Cartesian-Newtonian didasarkan pada tiga pertimbangan pokok.
Pertama, bahwa Descartes dan Newton merupakan dua tokoh sarjana yang
paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan sains dan peradaban
modern. Peristiwa-peristiwa monumental seperti Revolusi Ilmiah [Scientific
Revolution], Revolusi Industri, dan Abad Pencerahan tidak terlepas dari
pengaruh pemikiran kedua tokoh modern ini. Kedua, kedua tokoh ini dapat
mewakili filsafat dan sains modern. Jika Descartes dikenal sebagai Bapak
Filsafat Modern, maka Newton dijuluki sebagai tokoh pembangun sains
modern dengan mazhab kosmologi dan fisika klasik Newtonian yang
berpengaruh besar terhadap dunia modern hingga sekarang. Ketiga,
keinginan memfokuskan pembahasan kepada pemikiran ontologis dan
epistemologis Descartes serta kosmologi Newton yang banyak memiliki titik
singgung dan kesamaan prinsip-prinsip.
Sedangkan capra teori kuantum menimbulkan ketidakpastian dalam berbagai
hal yang disebabkan oleh tiga faktor yaitu keterbatasan manusia,
keterbatasan percobaan atau konseptual, dan ketidakberaturan alam
semesta. Penemuan-penemuan sains lain yang turut menggugat paradigma
Cartesian-Newtonian antara lain adalah teori Boostrop, biologi molekular,
teori evolusi, dan sebagainya. Untuk menjawab gugatan tersebut, diperlukan
paradigma baru yang dapat membebaskan manusia dari reifikasi (proses
pembendaan) yang ditawarkan sains modern. Paradigma yang diajukan oleh
Capra adalah paradigma holistik yang memandang keseluruhan lebih besar
dari jumlah bagian-bagiannya. Karakteristik paradigma ini adalah bercorak
sistemik, terintegrasi, kompleks, dinamis, non-mekanistik, dan non-linear.
Landasan epistemologis paradigma holistik Capra didasarkan pada integrasi
sistematis atas fisika kontemporer dan mistisisme Timur. Terdapat
kesejajaran epistemologis antara fisika kontemporer dan mistisisme Timur.
NAMA : HASRIYANTI
NOPOKOK : P0205213312
FILSAFAT ILMU
Menurut Capra, fisika dan agama-agama Asia mengakui adanya
keterbatasan bahasa dan pikiran manusia. Nuansa paradoks dalam fisika,
seperti dualitas partikel/gelombang, sejajar dengan polaritas yin/yang dalam
Taoisme Cina yang menampakkan kesatuan dari hal-hal yang tampaknya
berlawanan

- Sains baru akan membawa revolusi dalam pemikiran tentang perencanaan
yaitu ;Revolusi adalah proses menjebol tatanan lama sampai ke akar-
akarnya, kemudian menggantinya dengan tatanan yang baru sama sekali.
Begitu pula dengan revolusi sains, revolusi sains muncul jika paradigma yang
lama mengalami krisis sehingga akhirnya orang mencampakkannya dan
merangkul paradigma yang baru sains baru mengajarkan bahwa tidak ada
teori atau konsepsi yang bersifat tertutup dan final.

4. Jelaskan pemahaman anda tentang kerangka ontologis, epistemologis,
metodologis dan aksiologis dari pemahaman atas realitas sosial untuk
perencanaan berdasarkan paradigma positivisme, pos-positivisme, kritis dan
konstruksivisme

- Paradigma positivisme
Ontologis : realitas social adalah berada diluar sana bukan merupakan
bagian dari kehidupan social, yang diatur oleh aturan dan mekanisme alam
yang abadi, dengan kata lain masyarakat dan kehidupan social
kemasyarakatan berada di dunia luar yang hanya bisa di ungkapkan, tetapi
tidak bisa dibentuk oleh kita.
Epistemologis : dari sisi epistimologis penganut positivisme berangapan
bahwa realitas osial hanya dapat diungkapkan dan dikaji berdasarkan asumsi
dasar
Metodologis : pertanyaan atau hipotesis di formulasikan sebelum
pengumpulan data
NAMA : HASRIYANTI
NOPOKOK : P0205213312
FILSAFAT ILMU
Aksiologis : individu atau komunitas adalah bebas nilai yang maksudnya
bahwa system nilai , seperti nilai baik dan buruk tidak mempengaruhi
penelitian yang dilakukan
- Paradigma pos-positivisme
Ontologis : realitas tak pernah bisa di pahami secara utuh, karena
keterbatasan kemampuan manusia, selain itu sifat alam fisik,dan social itu
tidak akan pernah ditemukan secara utuh
Epistimologis : objektifitas terhadap sesuatu yang ideal, tak ada perdebatan
tentang perlunya objektifitas
Metodologis : mengandalkan model-model experiment, manipulasi dan tetap
mengontrol variable penelitian dengan mengunakan survey method
Aksiologis : mempercayai bahwa system nilai memegang peranan dalam
suatau penelitian
- Paradigma kritis
Ontologis : perspektif ini mengangap bahwa apa yang tampak sebagai
realitas social sekarang adalah hasil dari interaksi system ide yang
berkembang dan cara pikiran kita berinteraksi
Epistimologis : pengetahuan personal adalah selalu terbangun baik dari
konteks budaya maupun dari pengalaman dan pengetahuan bersama
Metodologi : peneliti dan yang di teliti bekerjasama mendefinisikan
pertanyaan yang akan mereka jawab
Aksiologis : pengetahuan praktis merupakan tujuan dari pengembangan
pengetahuan .
- Paradigma konstruksivisme
Ontologis : Realitas relatif: realitas dikons-truksi secara lokal dan spesifik
Epistimologis : Transaksional/subyektif: temuan-temuan dicipta-
kan/dikonstruksi bersama
Metodologi : Hermeneutis/di-alektis peng-amat dgn multi-aktor

You might also like