DR. RIZARI, MBA, M.Si DIREKTUR KAWASAN DAN PERTANAHAN
JAMBI 2014
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM UUD 1945 PASAL 33 ayat 3 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. UU 5/ 1974 Ttg Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Sentralistik) (KK. Nail down)
UU 22/ 1999 Ttg Pemerintahan Daerah (Otonomi seluas- luasnya) (KK. Nail down/ Prefeling Law)
UU 32/ 2004 Ttg Pemerintahan Daerah (Otonomi luwes/ terbatas) (Prefeling Law) 1. Pusat: Berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur, Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional dan internasional. 2. Provinsi: Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas Kab/Kota) dalam norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat 3. Kab/Kota: Berwenang mengatur dan mengurus urusan- urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu Kab/Kota) dalam norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat
1. Melaksanakan fungsi Fasilitator dan/atau Kordinator sebagai bridge (jembatan): a. penyelengaraan Sub-sistem Pemerintahan, khususnya fungsi bidang Pemerintahan Umum; b. penyelenggaraan fungsi azas dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (fungsi pemerintah bawahan); c. Menjaga hubungan antar sektor, antara sektor dengan daerah, dan antar Daerah agar terciptanya harmonisasi dan sinkronisasi serta Keberlanjutan; 2. Melaksanakan penyelenggaraan fungsi Pembinaan yaitu pengendalian dan pengawasan melalui kajian, monev maupun analisis performance antar sektor dengan daerah, antar sektor dan antar daerah Peranan tersebut sebagai implementasi dari
Pasal 217 dan Pasal 218 serta Pasal 222 UU No 32 Thn 2004 ttg Pemerintahan Daerah Pasal 217 & 218 : Pembinaan dan Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pasal 222 : Pembinaan dan Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional dikoordinasikan oleh Mendagri. PEMBINAAN TEKNIS OLEH MENTERI TERKAIT Fasilitasi dalam rangka Sinkronisasi dan Koordinasi Regional
1. UU 21/2001 Ttg Otsus Papua 2. UU 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah; 3. UU 11/2006 Ttg Pemerintah Aceh 4. UU 26/2007 Tentang Penataan Ruang; 5. PP 38/2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemda Provinsi & Pemda Kab/Kota; 6. UU No.28/2009 Tentang PDRD SEKTOR 1. UU 5/1960 Ttg Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria 2. TAP MPR RI IX/MPR/2001Tentang Pembaruan Agraria Dan Pengelolaan Sumberdaya Alam 3. UU 41/1999 Tentang Kehutanan 4. UU 22/ 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi 5. UU 18/2004 Tentang Perkebunan 6. UU 4/2009 Tentang Minerba 7. UU 32/2009 Tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup; 8. UU 11/2010 Tentang Cagar Budaya 9. UU 2/2012 ttg Pengadaan Tanah untuk Pembangunan 10. Perpres 71/2012 Jo. Perpres 40/2014 PERMASALAHAN BIDANG PERTANAHAN PEMERINTAH DAERAH TNI/POLRI/BUMN PEMUKIMAN RAKYAT/ TANAH ULAYAT PERTAMBANGAN PERKEBUNAN KAWASAN HUTAN LAHAN TRANSMIGRASI BATAS WILAYAH/DAERAH B A T A S
W I L A Y A H / D A E R A H
BATAS WILAYAH/DAERAH B A T A S
W I L A Y A H / D A E R A H
UU No 5/1960 UUPA UU No. 5 Tahun 1974 Pemda (SENTRALISTIK) DEP. AGRARIA 1960-1966 DITJEN. AGRARIA (DEPDAGRI) 1966/1988 Keppres No 26/1988 BPN UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 Pasal 18 Ttg pembagian pemerintahan TAP MPR IX/MPR/2001 Reformasi Agraria dan pengelolaan SDA UU No. 22 Thn 1999 (OTONOMI) Pasal 11 Urusan Pertanahan di serahkan ke Pemda
Pasal 13 UU.32/2004 Pertanahan Urusan Wajib Keppres 34/2003 Perintah utk Revisi UU 5/1960 (SIP,9 kewenangan) UU No. 11 Thn 2006 Pemda ACEH (OTSUS) Keppres No.10/2006 Pertanahan masih urusan pusat PP No. 38 Thn 2007 Pembagian Kewenangan UU No.2 /2012 dan Perpres No.71/2012 Pengadaan Tanah Keppres No. 10/2001 Urusan Tanah Urusan Pusat KRONOLOGIS URUSAN PERTANAHAN 1960 1988 1974 1999 2004 2001 2003 2006 2007 2012 1945 1965 G 30 S PKI SARANA DAN PRASARANA KEPPRES 34 THN 2003 Pertanahan Tetap Kewenangan Pusat (BPN) PP 38 thn 2007 (Kewenangan Pertanahan di Daerah) 1. Pengaturan, Penguasaan, dan Pemilikan Tanah; 2. Penatagunaan tanah; 3. Pengurusan Hak atas Tanah: 4. Pengukuran dan Pendaftaran Tanah; 5. Penelitian dan Pengembangan Pertanahan; 6. Pengembangan dan Pembinaan SDM Pertanahan; 7. Pengaturan Pertanahan di Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau Kecil; 8. Pengelolaan Pertanahan di Wilayah Perbatasan dan Pulau-pulau Terpencil; 9. Pengelolaan Ruang atas dan bawah tanah serta reklamasi; 10. Pengendalian dan monitoring pasca penerbitan sertifikat; 11. Pengendalian nilai tanah dan Penilaian Sumber Daya; 12. Pembangunan sistem informasi pertanahan. 1. Pemberian izin lokasi 2. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum, 3. Penyelesaian sengketa tanah garapan 4. Penjyelesaian sengketa masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, 5. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah,serta gantui rugi tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee, 6. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat, 7. Pemanfaatan dan Penyelesaian masalah tanah kosong, 8. Pemberian izin membuka tanah, 9. Perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (PERPRES NO 71 TAHUN 2012 Jo. PERPRES 40 TAHUN 2014 TENTANG PEYELENGGARANNYA)
KEPPRES NOMOR 55 TAHUN 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (14 jenis) PERPRES NOMOR 36 TAHUN 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (21 jenis) PERPRES NOMOR 65 TAHUN 2006 (5 Juni 2005) Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (7 jenis) Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 (21 Mei 2007) tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Ampres Nomor B-1666/M.sesneg/D-4/12/2010 tanggal 16 Desember 2010 perihal Penunjukan Wakil Pemerintah untuk membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan UU no 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (17 jenis) PERPRES 71 TAHUN 2012 Jo. PERPRES 40 TAHUN 2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum PERMENDAGRI NO 72 TAHUN 2012 Tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah PERATURAN KEPALA BPN NO 5 TAHUN 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.02/2013 Tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 11 DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Ketentuan Pasal 120 ditambah 2 ayat, yakni ayat (3) dan ayat (4) :
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya operasional dan pendukung yang bersumber dari APBN diatur dengan PMK. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya operasional dan biaya pendukung yang bersumber dari APBD diatur dengan Permendagri. (3) Biaya operasional dan biaya pendukung pengadaan tanah untuk kepentingan umum oleh BHMN/BUMN yang mendapatkan penugasan khusus mengacu pada PMK. (4) Biaya operasional dan biaya pendukung pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam rangka pembangunan infrastruktur hulu minyak dan gas bumi mengacu pada PMK
Ketentuan Pasal 121 diubah menjadi sebagai berikut: Pasal 121 Dalam rangka efesiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang liasnya tidak lebih dari 5 (lima) hektar, dapat dilakukan langsung oleh Instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak
PERUBAHAN PADA PERPRES NOMOR 71 TAHUN 2012 PERPRES 65/2006 UU 2/2012- PERPRES 71/2012 A. KAB/KOTA. - Sekretraris daerah sebagai ketua merangkap anggota - Pejabat unsur perangkat daerah setingkat setingkat eselon II sebagai wakil ketua merangkap anggota. - KakantahKab/Kota Atau pejabat yg ditunjuk sebagai sekretaris merangkap anggota. - Kepala Dinas/Kantor Badan di Kab/Kota yg terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau pejabat yg ditunjuk sebagai anggota B. PROVINSI - Sekretraris daerah sebagai ketua merangkap anggota - Pejabat daerah di provinsi yg ditunjuk setingkat eselon II sebagai wakil ketua merangkap anggota. - Kakanwil BPN prov. Atau pejabat yg ditunjuk sebagai sekretaris merangkap anggota. - Kepala Dinas/Kantor Badan di Provinsi yg terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau pejabat yg ditunjuk sebagai anggota C. NASIONAL - Sekretraris Jenderal pada Kemendagri sebagai ketua merangkap anggota - Pejabat eselon I PU sebagai wakil ketua merangkap anggota - Pejabat eselon I BPN sebagai Sekretaris merangkap anggota. - Direktur Jenderal/Asisten Menteri/Deputi pada instansi yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah sebagai Anggota; - Gubernur yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk setingkat Eselon II sebagai Anggota; dan - Bupati/Walikota yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk setingkat Eselon II sebagai Anggota.
BERDASARKAN TAHAPAN PELAKSANAAN - Perencanaan oleh instansi yg membutuhkan - Persiapan oleh Gubernur untuk dilakukan penetapan lokasi berdasarkan dokumen yg diserahkan oleh instansi yg membutuhkan - Pelaksanaan dilaksanakan oleh BPN setelah ada penetapan lokasi dari Gubernur - Penyerahan hasil Dilaksanakan oleh BPN diserahkan kepada instansi yg membutuhkan.
13 a. Besaran Nilai ganti rugi tanah dikarenakan panitia kecenderungan menggunakan NJOP sedangkan pemilik tanah kecenderungan menggunakan harga pasar atau harga jual beli sehingga ganti rugi tanah bisa mencapai 3 atau 4 kali lebih besar dari NJOP . b. Keengganan masyarakat diwilayah/lokasi sebagai lokasi pembangunan. c. Hambatan hukum yaitu penggunaan tanah yang berada di kawasan hutan,perkebunan dan pertambangan yang semuanya masing-masing diatur dengan undang- undang. d. Administrasi pertanahan yaitu, belum adanya basis data pertanahan.
1. Pembangunan adalah untuk Mewujudkan Masyarakat yang Adil, Makmur serta Sejahtera. 2. Agar Pembangunan untuk Kepentingan Umum Terselenggara Diperlukan Ketersediaan Tanah. 3. Prinsip Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum : 1) Kemanusiaan. 2) Demokratis. 3) Adil. 4. Perlunya Disusun Undang-undang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang Demokratis. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum dan pendanaannya.Psl 4 ayat (1) dan (2) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan RTRW, Rencana Pembangunan Nasional/Daerah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.(psl 7 ayat (1) Diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan semua pemangku dan pengampu kepentingan. .(psl 7 ayat (3) Memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat .(psl 9 ayat (1) Dilaksanakan dengan memberikan ganti kerugian yang layak dan adil .(psl 9 ayat (2) a. LEMBAGA NEGARA b. KEMENTRIAN DAN LEMBAGA PEMERINTAH NON-KEMENTRIAN c. PEMERINTAH PROVINSI d. PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA e. BADAN HUKUM MILIK NEGARA/BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MENDAPAT PENUGASAN KHUSUS DARI PEMERINTAH (PLN, MIGAS)
INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH Psl. 1 ayat 1 UU No.2/2012
18 JENIS KEPENTINGAN UMUM Psl. 10 UU No.2/2012 1) Pertahanan dan keamanan nasional; 2) Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; 3) Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya; 4) Pelabuhan, bandar udara, dan terminal; 5) Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi; 6) Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik; 7) Jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah; 8) Tempat pembuangan dan pengolahan sampah; 9) Rumah sakit pemerintah/pemda; 10) Fasilitas keselamatan umum; 11) Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah daerah; 12) Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik; 13) Cagar alam dan cagar budaya; 14) Kantor pemerintah/pemerintah daerah/desa; 15) Penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa; 16) Prasarana pendidikan atau sekolah pemerintah/pemerintah daerah; 17) Prasarana olah raga pemerintah /pemerintah daerah; dan 18) Pasar umum dan lapangan parkir umum. TAHAPAN PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH PERENCANAAN
DOKUMEN PERENCANAAN PERSIAPAN
PELAKSANAAN
PENYERAHAN HASIL INSTANSI YANG MEMERLUKAN TANAH PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (didasarkan atas prioritas pembangunan yg ada dalam RPJM, Resnstra dan RKP serta sesuai RTRW), berisi : a.Maksud dan tujuan rencana pembangunan b.Kesesuaian dg RTRW/ Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah c.Letak tanah d.Luas tanah yg dibutuhkan e.Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah f. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan g.Perkiraan nilai tanah h.Rencana penganggaran GUBERNUR, instansi yg memerlukan tanah Pemberitahuan rencana pembangunan Pendataan awal lokasi rencana pembangunan Konsultasi publik rencana pembangunan Pihak yg berhak Langsung maupun tidak langsung Tidak setuju Setuju Keberatan Gubernur TIM PENETAPAN LOKASI Berita Acara Kesepakatan PENETAPAN LOKASI (Keberatan) Gugatan Ke PTUN (Menolak Putusan) Kasasi Ke MA Putusan MA Menolak keberatan (Menerima keberatan) Instansi yg memerlukan tanah mengajukan lokasi pembangunan di tempat lain 1. Serah Terima Dokumen Pengadaan Tanah Dari Pelaksana Pengadaan Tanah Kepada Instansi yang Memerlukan Tanah 2. Dimulainya Kegiatan Pembangunan Infrastruktur 3. Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN Serta Swasta Kegiatan Pendaftaran Tanah (Sertipikasi) LEMBAGA PERTANAHAN LEMBAGA PERTANAHAN Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) Penilaian ganti kerugian Musyawarah penetapan ganti kerugian Pembayaran ganti kerugian Diumumkan di kantor desa/ kelurahan dan kecamatan Perhitungan besarnya nilai ganti kerugian Lembaga Pertanahan Penilai Independen Lembaga Pertanahan, Pihak yg memerlukan tanah, Penilai dan Pihak yg berhak Berita Acara Kesepakatan Sepakat PN TidakSepakat SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH Pemberian ganti kerugian (menerima) (Menolak)
Kasasi Ke MA Putusan MA 20 a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan; b. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana pembangunan nasional dan daerah; c. Letak tanah; d. Luas tanah yang dibutuhkan; e. Gambaran umum status tanah; f. Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah; g. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h. Perkiraan nilai tanah; dan i. Rencana penganggaran. j. Dokumen perencanaan di ttd oleh pimpinan instansi (disusun dalam bentuk dokumen perncanaan pengadaan tanah sebelum diserah kepada Gubernur untuk penetapan lokasi) 21 A. PEMBERITAHUAN RENCANA PEMBANGUNAN: DISAMPAIKAN KEPADA MASYARAKAT PADA RENCANA LOKASI PEMBANGUNAN (baik langsung maupun tidak langsung, tatap muka atau menggunakan media cetak elektronik) B. PENDATAAN AWAL (OLEH GUBERNUR) Bertujuan untuk digunakan sebagai data untuk melakukan konsultasi publik, meliputi: Daftar pihak yang berhak Letak tanah Perkiraan luas tanah Gambaran umum status tanah
Untuk mendapatkan kesepakatan lokasi pembangunan Melibatkan pihak yang ber hak dan masyarakat yang terdampak pembangunan Menjelaskan manfaat, maksud dan tujuan pembangunan untuk kepentingan umum Output tahap persiapan adalah penetapan lokasi rencana pembangunan oleh gubernur. Jika ada keberatan terhadap rencana pembangunan dibentuk Tim Keberatan diketuai oleh sekretaris daerah provinsi. Setelah penetapan lokasi rencana pembangunan oleh gubernur masih ada keberatan dapat di ajukan ke pengadilan (PTUN) dan kasasi ke MA.
Lanjutan A. Sekda Prov. atau pejabat yg ditunjuk sebagai ketua merangkap anggota B. Kepala Kanwil BPN sebagai Sekretaris merangkap anggota C. Instansi yg menangani urusan bidang perencanaan pembangunan daerah sebagai anggota. D. Kepala Kanwil Hukum dan HAM sebagai anggota E. Bupati/Walikota atau pejabat yg ditunjuk sebagai anggota F. Akademisi sebagai anggota. 23 Tugas TIM : a. Menginventarisir masalah yg menjadi keberatan b. Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak keberatan c. Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan. 24 Pelaksanaan Pengadaan Tanah dapat dilakukan setelah Penetapan Lokasi Oleh Gubernur Pelaksanaan Pengadaan Tanah dilakukan oleh Unit Pelaksanaan Pengadaan Tanah di Kantor Wilayah BPN Provinsi atau Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Kegiatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah meliputi: Inventarisasi dan identifikasi, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah. Penilaian Ganti Kerugian Pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak Atas Tanah. Inventarisasi dan Identifikasi terdiri dari : Pengukuran dan Pemetaan Bidang per Bidang Tanah Pengumpulan Data Pihak Yang ber Hak dan Objek Pengadaan Tanah PENILAIAN GANTI KERUGIAN Penilai Ganti Kerugian dilaksanakan oleh Lembaga Penilai yang mendapat ijin dari Kementerian Keuangan dan Lisensi dari Badan Pertanahan Nasional RI
25 26 OBJEK PENILAIAN
Tanah Ruang Atas Tanah dan Bawah Tanah Bangunan Tanaman; Benda Yang berkaitan dengan Tanah; dan atau Kerugian Lain yang dapat dinilai
BENTUK PEMBERIAN GANTI KERUGIAN
Uang Tanah Pengganti; Pemukiman Kembali; Kepemilikan Saham; atau Bentuk Lain yang disetujui kedua belah Pihak. Apabila Pihak yang Berhak tidak setuju dengan Besar uang Ganti Kerugian maka dapat di ajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri Setempat dan Lembaga Pertanahan wajib membayar sesuai dengan Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan Hukum Tetap.
1. Serah Terima Dokumen Pengadaan Tanah Dari Pelaksana Pengadaan Tanah Kepada Instansi yang Memerlukan Tanah 2. Dimulainya Kegiatan Pembangunan Infrastruktur 3. Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN Serta Swasta 4. Kegiatan Pendaftaran Tanah (Sertipikasi) 27
IV. PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH (PEMENUHAN HAK KEPADA INSTANSI YANG MEMERLUKAN TANAH)
Waktu Minimal (tanpa keberatan) 141 141 37 Total 319 Waktu Maksimal (dengan keberatan) 289 257 37 Total 583 Catatan : Waktu dalam tahapan terhitung sejak dokumen perencanaan resmi diterima oleh Gubernur. Waktu dihitung dengan satuan hari kerja. PERMENDAGRI NO.72 TH 2012 TTG BIAYA OPERSIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG PENEYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM.
Pada intinya adalah mengatur seluruh tahapan kegiatan pengadaan tanah yg dapat menggunakan APBD. Besaran biaya operasional dan pendukung ditetapkan dengan keputusan gubernur(disesuikan dengan kemampuan daerah masing-masing) Beasaran biaya opersional dan biaya pendukung mengacu pada ketentuan peraturan menteri keuangan. TIGA PERATURAN MENTERI SEBAGAI TINDAK LANJUT DARI PERPRES 71/2012 Jo PERPRES 40/2014 PERMENKEU NO. 13/PMK.02/2013 TTG PETUNJUK PENGGUNAAN DANA OPERSIONAL DAN DANA PENDUKUNG DALAM PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Intinya : a. Biaya opersional dan biaya pendukung termasuk untuk biaya administrasi b. Biaya opersional dan biaya pendukung tidak termasuk untuk biaya ganti kerugian dan jasa penilai c. PMK no.58 tahun 2008 ttg biaya panitia pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan kepentingan umum masih berlaku sampai dengan bulan desember 2014.
PERKABAN BPN RI NOMOR 5 TAHUN 2012 TTG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH Intinya adalah : a. mengatur secara teknis terhadap pelaksanaan pengadaan tanah mulai dari pendelegasian dari kanwil kepada kepala kantor sebagai ketua pelaksana pengadaan tanah, penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah, inventarisasi dan identifikasi, penetapan penilai harga tanah, melakukan musyawarah penetapan ganti kerugian dengan pihak yang berhak, pemberian ganti kerugian, pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus/mendesak seperti bencana alam, biaya pendidikan, menjalankan ibadah, pengobatan, pembayaran hutang, atau keadaan mendesak lainnya. b. Penitipan ganti kerugian di pengadilan jika : pihak yg berhak menolak besarnya ganti kerugian, pihak yg berhak menolak bentuk ganti kerugian berdasarkan putusan pengadilan, pihak yg berhak tidak diketahui keberadaanya, pihak yg berhak tidk hadirdalam undangan dan tidak memberikan kuasa.samapai dengan ketentuan pembiayaan. c. Peraturan kepala BPN ini telah memberikan penegasan terhadap proses pengadaan tanah yg sedang berjalan sebagaiamana dimaksud pada pasal 123 ayat 2 perpres 71 tahun 2012 yaitu : telah dituangkan dalam dokumen perencanaan/proposal pembangunan Telah dianggarakan pada tahun anggaran yg sedang berjalan Telah diterbitkan penetepan lokasi Telah terlaksana pelepasan hak Ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri