You are on page 1of 31

I.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih merupakan masalah utama
kesehatan yang dapat menimbulkan kesakitan (morbiditas) dan kematian
(mortalitas) (Aditama & Chairil, 2002). iperkirakan sekitar sepertiga
penduduk dunia telah terin!eksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun
"##$, diperkirakan ada # %uta pasien TB baru dan & %uta kematian akibat TB di
seluruh dunia (epkes '(, 200)).
Angka ke%adian TB di (ndonesia menempati urutan ketiga terbanyak di
dunia setelah (ndia dan Cina. iperkirakan setiap tahun terdapat $2*.000
kasus TB baru dengan kematian sekitar #".000 orang. Pre+alensi TB di
(ndonesia pada tahun 200# adalah "00 per "00.000 penduduk dan TB ter%adi
pada lebih dari ,0- usia produkti! ("$.$0 tahun) (/01, 20"0).
2trategi penanganan TB berdasarkan World Health Organization (/01)
tahun "##0 dan International Union Against Tuberkulosa and Lung Diseases
((3AT4) yang dikenal sebagai strategi Directly observed Treatment hort!
course (1T2) se5ara ekonomis paling e!ekti! (cost!e"ective#, strategi ini %uga
berlaku di (ndonesia. Pengobatan TB paru menurut strategi 1T2 diberikan
selama ).* bulan dengan menggunakan paduan beberapa obat atau diberikan
dalam bentuk kombinasi dengan %umlah yang tepat dan teratur, supaya semua
kuman dapat dibunuh. 1bat.obat yang dipergunakan sebagai obat anti
tuberkulosis (1AT) yaitu 6 (sonia7id ((80), 'i!ampisin ('), Pira7inamid (9),
2treptomisin (2) dan :tambutol (:). :!ek samping 1AT yang dapat timbul
antara lain tidak ada na!su makan, mual, sakit perut, nyeri sendi, kesemutan
sampai rasa terbakar di kaki, gatal dan kemerahan kulit, ikterus, tuli hingga
gangguan !ungsi hati (hepatotoksik) dari yang ringan sampai berat berupa
"
2
nekrosis %aringan hati. 1bat anti tuberkulosis yang sering hepatotoksik adalah
(80, 'i!ampisin dan Pira7inamid. 0epatotoksitas mengakibatkan peningkatan
kadar transaminase darah (2;PT<2;1T) sampai pada hepatitis !ulminan,
akibat pemakaian (80 dan< 'i!ampisin (epkes '(, 200)= Arsyad, "##)=
2udoyo, 200,).
Pembahasan lebih lan%ut mengenai TB paru akan dibahas pada re!erat ini.
Tujuan
Tu%uan dari penulisan re!erat ini adalah untuk mengetahui de!inisi,
etiologi, pato!isiologi, mani!estasi klinik, diagnosis, dan penatalaksanaan TB
paru.
II. DEFINISI
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis$ 2ebagian besar kuman Mycobacterium
tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat %uga menyerang organ tubuh
lainnya. Penyakit ini merupakan in!eksi bakteri kronik yang ditandai oleh
pembentukan granuloma pada %aringan yang terin!eksi dan reaksi
hipersensiti+itas yang diperantarai sel %cell mediated hy&ersensitivity#$
Penyakit tuberkulosis yang akti! bisa men%adi kronis dan berakhir dengan
kematian apabila tidak dilakukan pengobatan yang e!ekti! (aniel, "###).
>lasi!ikasi penyakit tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang
diserang kuman Mycobacterium tuberculosis terdiri dari tuberkulosis paru
dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang %aringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). 2edangkan
&
tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru misalnya, pleura, selaput otak, selaput %antung (perikardium),
kelen%ar lim!e, tulang, persendian, kulit, usus, gin%al, saluran ken5ing, alat
kelamin, dan lain.lain (epkes '(, 200)).
III. KUMAN TUBERKULOSIS
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran
sekitar 0,? @ & Am (Brooks,et al 200?).
(aniel, "###)
;ambar 2."
Mycobacterium tuberculosis pada peBarnaan tahan asam
;ambar di atas adalah Mycobacterium tuberculosis yang dilihat
dengan peBarnaan tahan asam dan berBarna merah. 2ebagian besar bakteri
ini terdiri atas asam lemak %li&id#' peptidoglikan dan arabinoman. 4ipid
inilah yang menyebabkan kuman mempunyai si!at khusus yaitu tahan
terhadap asam pada peBarnaan sehingga disebut pula sebagai Bakteri Tahan
Asam (BTA) (aniel, "###).
i dalam %aringan Mycobacterium tuberculosis hidup sebagai parasit
intraseluler yakni dalam sitoplasma makro!ag. 2i!at lain bakteri ini adalah
?
aerob, sehingga bagian apikal merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis (Bahar, 200,).
IV. CARA PENULARAN
2umber penularan adalah melalui pasien tuberkulosis paru BTA (C).
Pada Baktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk dro&let (per5ikan dahak). >uman yang berada di dalam dro&let dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa %am dan dapat
mengin!eksi indi+idu lain bila terhirup ke dalam saluran na!as. >uman
tuberkulosis yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui perna!asan dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran lim!e, saluran perna!asan, atau penyebaran langsung ke
bagian.bagian tubuh lainnya (epkes '(, 200)).
R!k" #enularan
'isiko penularan tiap tahun (Annual (isk o" Tuberculosis In"ection )
A(TI) di (ndonesia dianggap 5ukup tinggi dan ber+ariasi antara ".& -. Pada
daerah dengan A'T( sebesar "- mempunyai arti bahBa pada tiap tahunnya
diantara "000 penduduk, "0 orang akan terin!eksi. 2ebagian besar orang yang
terin!eksi tidak akan menderita tuberkulosis, hanya sekitar "0- dari yang
terin!eksi yang akan men%adi penderita tuberkulosis (epkes '(, 200)).
V. PATO$ENESIS TUBERKULOSIS
In%ek! #r&er
$
(n!eksi primer ter%adi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
tuberkulosis. Dro&let yang terhirup sangat ke5il ukurannya, sehingga dapat
meleBati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus ber%alan sampai ke
al+eolus dan menetap di sana. (n!eksi dimulai saat kuman tuberkulosis
berhasil berkembang biak dengan 5ara membelah diri di paru yang
mengakibatkan radang dalam paru. 2aluran lim!e akan membaBa kuman ke
kelen%ar lim!e di sekitar hilus paru, dan ini disebut kompleks primer. /aktu
ter%adinya in!eksi sampai pembentukan kompleks primer adalah ?.) minggu.
Adanya in!eksi dapat dibuktikan dengan ter%adi perubahan reaksi tuberkulin
dari negati! men%adi positi!. >elan%utan setelah in!eksi primer tergantung
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler).
Pada umumnya respon daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman tuberkulosis. Deskipun demikian, ada beberapa kuman
menetap sebagai kuman &ersisten atau dormant (tidur). >adang.kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman. Akibatnya
dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan men%adi pasien tuberkulosis.
Dasa inkubasi mulai dari seseorang terin!eksi sampai men%adi sakit,
membutuhkan Baktu sekitar ) bulan (epkes '(, 200)).
Tu'erkul"!! #a!(a #r&er )post primary tuberculosis)
Tuberkulosis pas5a primer biasanya ter%adi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah in!eksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun
akibat terin!eksi 0(E atau status gi7i yang buruk. Ciri khas dari
)
tuberkulosis pas5a primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
ter%adinya ka+itas atau e!usi pleura (epkes '(, 200)).
VI. DIA$NOSIS TUBERKULOSIS
iagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis, dilan%utkan
dengan pemeriksaan !isik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologis.
Dagn"!! kln!
iagnosis klinis adalah diagnosis yang ditegakkan berdasarkan ada atau
tidaknya ge%ala pada pasien. Pada pasien TB paru ge%ala klinis utama adalah
batuk terus menerus dan berdahak selama & minggu atau lebih. ;e%ala
tambahan yang mungkin menyertai adalah batuk darah, sesak na!as dan rasa
nyeri dada, badan lemah, na!su makan menurun, berat badan turun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam Balaupun tanpa kegiatan
dan demam<meriang lebih dari sebulan (epkes '(, 200)).
Pe&erk!aan %!k
Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien mungkin ditemukan
kon%ungti+a mata atau kulit yang pu5at karena anemia, suhu demam
(sub!ebris), badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan !isik
pasien sering tidak menun%ukkan suatu kelainan terutama pada kasus.kasus
dini atau yang sudah terin!iltrasi se5ara asimtomatik. Pada TB paru lan%ut
dengan !ibrosis yang luas sering ditemukan atro!i dan retraksi otot.otot
,
interkostal. Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk e!usi pleura sehingga
paru yang sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan, perkusi
memberikan suara pekak, auskultasi memberikan suara yang lemah sampai
tidak terdengar sama sekali. alam penampilan klinis TB sering asimtomatik
dan penyakit baru di5urigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada
pada pemeriksaan rutin atau u%i tuberkulin yang positi! (Bahar, 200,).
Pe&erk!aan ra*"l"g!
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan 5ara yang praktis
untuk menemukan lesi TB. alam beberapa hal pemeriksaan ini lebih
memberikan keuntungan, seperti pada kasus TB anak.anak dan TB milier
yang pada pemeriksaan sputumnya hampir selalu negati!. 4okasi lesi TB
umumnya di daerah ape@ paru tetapi dapat %uga mengenai lobus baBah atau
daerah hilus menyerupai tumor paru. Pada aBal penyakit saat lesi masih
menyerupai sarang.sarang pneumonia, gambaran radiologinya berupa ber5ak.
ber5ak seperti aBan dan dengan batas.batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah
diliputi %aringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas
yang tegas dan disebut tuberkuloma (epkes '(, 200)).
Pada kalsi!ikasi bayangannya tampak sebagai ber5ak.ber5ak padat dengan
densitas tinggi. Pada atelektasis terlihat seperti !ibrosis yang luas dengan
pen5iutan yang dapat ter%adi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu
bagian paru. ;ambaran tuberkulosa milier terlihat berupa ber5ak.ber5ak halus
yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Pada TB yang
sudah lan%ut, !oto dada sering didapatkan berma5am.ma5am bayangan
*
sekaligus seperti in!iltrat, garis.garis !ibrotik, kalsi!ikasi, ka+itas maupun
atelektasis dan em!isema (Bahar, 200,).
2ebagaimana gambar TB paru yang sudah lan%ut pada !oto rontgen dada di
baBah ini 6
(Bahar, 200,)
;ambar 2.2
Tuberkulosis Fang 2udah 4an%ut Pada Goto 'ontgen ada
Pe&erk!aan 'akter"l"g!
a. 2putum
Tuberkulosis paru pada orang deBasa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya BTA positi! pada pemeriksaan dahak se5ara mikroskopis. 0asil
pemeriksaan dinyatakan positi! apabila sedikitnya dua dari tiga pemeriksaan
dahak 2P2 (2eBaktu.Pagi.2eBaktu) BTA hasilnya positi! (epkes '(, 200)).
Bila hanya " spesimen yang positi! perlu diadakan pemeriksaan lebih
lan%ut yaitu !oto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen 2P2 diulang. ").
>alau hasil rontgen mendukung tuberkulosis, maka penderita didiagnosis
sebagai penderita TB BTA positi!. 2). >alau hasil rontgen tidak mendukung
TB, maka pemeriksaan dahak 2P2 diulangi.
#
Bila ketiga spesimen dahak negati!, diberikan antibiotik spektrum luas
(misalnya, >otrimoksasol atau Amoksisilin) selama ".2 minggu. Bila tidak
ada perubahan, namun ge%ala klinis men5urigakan TB, ulangi pemeriksaan
dahak 2P2. "). >alau hasil 2P2 positi!, didiagnosis sebagai penderita
tuberkulosis BTA positi!. 2). >alau hasil 2P2 tetap negati!, lakukan
pemeriksaan !oto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis TB.
a. Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita TB BTA
negati! rontgen positi!
b. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.
iagnosis TB paru sesuai alur yang dibuat oleh epkes '( (200)),
sebagaimana bisa dilihat di baBah ini 6
Tersangka
Penderita TB
(suspek TB)
Periksa ahak 2eBaktu, Pagi,
2eBaktu (2P2)
"0
Berdasarkan diagnosis di atas /01 pada tahun "##" memberikan kriteria
pada pasien TB paru men%adi 6 a). Pasien dengan sputum BTA positi! adalah
0asil BTA
+ + +
+ + ,
0asil BTA
+ , ,
0asil BTA
, , ,
Periksa 'ontgen
ada
Beri Antibiotik
2pektrum 4uas
0asil
Dendukung
TB
0asil Tidak
Dendukung
TB
Tidak Ada
Perbaikan
Ada
Perbaikan
3langi Periksa ahak
2P2
0asil BTA
C C C
C C .
0asil BTA
. . .
Periksa 'ontgen ada
0asil
Dendukun
g TB
0asil
'ontgen
8egati!
Bukan
TBC,
Penyakit
4ain
TB BTA
8egati!
'ontgen
Positi!
Penderita
Tuberkulosis BTA
Positi!
;ambar 2.&
Alur iagnosis TB paru
""
pasien yang pada pemeriksaan sputumnya se5ara mikroskopis ditemukan
BTA, sekurang kurangnya pada 2 kali pemeriksaan<" sediaan sputumnya
positi! disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB akti! <"
sediaan sputumnya positi! disertai biakan yang positi!. b). Pasien dengan
sputum BTA negati! adalah pasien yang pada pemeriksaan sputumnya se5ara
mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positi!
(Bahar, 200,).
b. arah
Pada saat TB baru mulai (akti!) akan didapatkan %umlah leukosit yang
sedikit meninggi dengan pergeseran hitung %enis ke kiri. Humlah lim!osit
masih di baBah normal. 4a%u endap darah (4:) mulai meningkat. Bila
penyakit mulai sembuh, %umlah leukosit kembali ke normal dan %umlah
lim!osit masih tinggi, 4: mulai turun ke arah normal lagi. 0asil
pemeriksaan darah lain %uga didapatkan6 anemia ringan dengan gambaran
normokrom normositer, gama globulin meningkat, dan kadar natrium darah
menurun (epkes '(, 200)).
5. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis TB terutama pada anak.anak (balita). 2edangkan pada deBasa tes
tuberkulin hanya untuk menyatakan apakah seorang indi+idu sedang atau
pernah mengalami in!eksi Mycobacterium tuberculosis atau Mycobacterium
patogen lainnya (epkes '(, 200)).
Tes tuberkulin dilakukan dengan 5ara menyuntikkan 0," 55 tuberkulin
P.P. (*uri"ied *rotein Derivative# se5ara intrakutan. asar tes tuberkulin ini
"2
adalah reaksi alergi tipe lambat. 2etelah ?*.,2 %am tuberkulin disuntikkan,
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari in!iltrat
lim!osit yakni reaksi persenyaBaan antara antibodi seluler dan antigen
tuberkulin. Cara penyuntikan tes tuberkulin dapat dilihat pada gambar di
baBah ini (Bahar, 200,)6
(Bahar, 200,)
;ambar 2.?
Penyuntikan Tes Tuberkulin
Berdasarkan indurasinya maka hasil tes mantou@ dibagi dalam (Bahar,
200,)6 a). (ndurasi 0.$ mm (diameternya) 6 Dantou@ negati! I golongan no
sensitivity. i sini peran antibodi humoral paling menon%ol. b). (ndurasi ).#
mm 6 0asil meragukan I golongan normal sensitivity. i sini peran antibodi
humoral masih menon%ol. 5). (ndurasi "0."$ mm 6 Dantou@ positi! I
golongan lo+ grade sensitivity. i sini peran kedua antibodi seimbang. d).
(ndurasi J "$ mm 6 Dantou@ positi! kuat I golongan hy&ersensitivity. i sini
peran antibodi seluler paling menon%ol.
Biasanya hampir seluruh penderita TB paru memberikan reaksi mantou@
yang positi! (##,*-). >elemahan tes ini adalah adanya positi! palsu yakni
pada pemberian BC; atau terin!eksi dengan Mycobacterium lain, negati!
palsu pada pasien yang baru 2."0 minggu terpa%an tuberkulosis, anergi,
penyakit sistemik serta (2arkoidosis, 4:), penyakit eksantematous dengan
"&
panas yang akut (morbili, 5a5ar air, poliomielitis), reaksi hipersensiti+itas
menurun pada penyakit hodgkin, pemberian obat imunosupresi, usia tua,
malnutrisi, uremia, dan penyakit keganasan. 3ntuk pasien dengan 0(E
positi!, tes mantou@ K $ mm, dinilai positi! (Bahar, 200,).
VII. KOMPLIKASI TUBERKULOSIS
Tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. >omplikasi dini antara lain dapat timbul pleuritis, e!usi pleura,
empiema, laringitis, usus *oncet,s arthro&athy$ 2edangkan komplikasi lan%ut
dapat menyebabkan obstruksi %alan na!as, kerusakan parenkim paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, dan sindrom gagal napas (sering
ter%adi pada TB milier dan ka+itas TB) (Bahar, 200,).
VIII. TIPE PENDERITA TUBERKULOSIS
Tipe penderita tuberkulosis berdasarkan riBayat pengobatan
sebelumnya, yaitu 6
a. >asus baru
>asus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan 1AT atau
sudah pernah mengkonsumsi 1AT kurang dari satu bulan (&0 dosis harian).
b. >ambuh %rela&s#
>ambuh (rela&s) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosa dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali lagi berobat dengan pemeriksaan dahak BTA positi!.
5. Pindahan %trans"er in#
"?
Pindahan %trans"er in# adalah pasien yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini.
Penderita pindahan tersebut harus membaBa surat ru%ukan < pindah (!orm TB.
0#).
d. 2etelah lalai (pengobatan setelah de"ault - dro& out)
2etelah lalai (pengobatan setelah de"ault - dro& out) adalah pasien yang
sudah berobat paling kurang " bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali berobat. 3mumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positi!.
e. ;agal
;agal adalah pasien BTA positi! yang masih tetap positi! atau kembali
men%adi positi! pada akhir bulan kelima (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau pada akhir pengobatan. Atau penderita dengan hasil BTA
negati! rontgen positi! pada akhir bulan kedua pengobatan.
!. >asus kronis
>asus kronis adalah pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positi!
setelah selesai pengobatan ulang kategori (( dengan pengaBasan yang baik.
g. Tuberkulosis resistensi ganda
Tuberkulosis resistensi ganda adalah tuberkulosis yang menun%ukkan
resistensi terhadap 'i!ampisin dan (80 dengan<tanpa 1AT lainnya (epkes
'(, 200)).
I-. PEN$OBATAN TUBERKULOSIS PARU
Prn!# #eng"'atan
"$
Terdapat 2 ma5am akti!itas<si!at obat terhadap TB yaitu akti+itas
bakterisid di mana obat bersi!at membunuh kumanLkuman yang sedang
tumbuh (metabolismenya masih akti!) dan akti+itas sterilisasi, obat bersi!at
membunuh kuman.kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya
kurang akti!). Akti+itas bakterisid biasanya diukur dari ke5epatan obat tersebut
membunuh<melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan
hasil yang negati! (2 bulan dari permulaan pengobatan). Akti+itas sterilisasi
diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. 0ampir semua
1AT mempunyai si!at bakterisid ke5uali :tambutol dan Tiaseta7on yang
hanya bersi!at bakteriostatik dan masih berperan untuk men5egah resistensi
kuman terhadap obat. 'i!ampisin dan Pira7inamid mempunyai akti+itas
sterilisasi yang baik, sedangkan (80 dan 2treptomisin menempati urutan lebih
baBah (Bahar & Amin, 200,).
Ke&"tera# TB
Program nasional pemberantasan TB di (ndonesia sudah dilaksanakan
se%ak tahun "#$0.an. Ada ) ma5am obat esensial yang telah dipakai yaitu
(sonia7id (0), Para Amino 2alisilik Asid (PA2), 2treptomisin (2), :tambutol
(:), 'i!ampisin (') dan Pira7inamid (9). 2e%ak tahun "##? program
pengobatan TB di (ndonesia telah menga5u pada program Directly observed
Treatment hort!course (1T2) yang didasarkan pada rekomendasi /01,
strategi ini memasukkan pendidikan kesehatan, penyediaan 1AT gratis dan
pen5arian se5ara akti! kasus TB. Pengobatan ini memiliki 2 prinsip dasar 6
Pertama, terapi yang berhasil memerlukan minimal 2 ma5am obat yang
")
basilnya peka terhadap obat tersebut dan salah satu daripadanya harus
bakterisidik. 1bat anti tuberkulosis mempunyai kemampuan yang berbeda
dalam men5egah ter%adinya resistensi terhadap obat lainnya. 1bat 0 dan '
merupakan obat yang paling e!ekti!, : dan 2 dengan kemampuan men5egah,
sedangkan 9 mempunyai e!ekti!itas terke5il. >edua, penyembuhan penyakit
membutuhkan pengobatan yang baik setelah perbaikan ge%ala klinisnya,
perpan%angan lama pengobatan diperlukan untuk mengeleminasi basil yang
persisten (Bahar & Amin, 200,).
'egimen pada pengobatan sekitar tahun "#$0."#)0 memerlukan Baktu
"*.2? bulan untuk %aminan men%adi sembuh. engan metode 1T2
pengobatan TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari berbagai %enis 1AT,
dalam %umlah yang 5ukup dan dosis tepat selama ).* bulan, supaya semua
kuman dapat dibunuh. Pengobatan diberikan dalam 2 tahap, tahap intensi! dan
tahap lan%utan. Pada tahap intensi! penderita mendapat obat baru setiap hari
dan diaBasi langsung untuk men5egah ter%adinya kekebalan terhadap semua
%enis 1AT terutama 'i!ampisin. Bila pengobatan tahap intensi! tersebut
diberikan se5ara tepat, biasanya penderita menular men%adi tidak menular
dalam kurun Baktu 2 minggu. 2ebagian besar penderita tuberkulosis BTA
positi! men%adi BTA negati! pada akhir pengobatan intensi!. PengaBasan ketat
dalam tahap ini sangat penting untuk men5egah ter%adinya kekebalan obat.
Pada tahap lan%utan penderita mendapat %enis obat lebih sedikit tetapi dalam
%angka Baktu yang lebih lama. Tahap ini bertu%uan untuk membunuh kuman
persisten %dormant# sehingga dapat men5egah ter%adinya kekambuhan (Bahar
& Amin, 200,= epkes '(, 200)).
",
O'at Ant Tu'erkul"!! )OAT.
1bat.obat TB dapat diklasi!ikasikan men%adi 2 %enis regimen, yaitu obat
lapis pertama dan obat lapis kedua. >edua lapisan obat ini diarahkan ke
penghentian pertumbuhan basil, pengurangan basil dormant dan pen5egahan
resistensi. 1bat.obatan lapis pertama terdiri dari (sonia7id, 'i!ampisin,
Pira7inamid, :tambutol dan 2treptomisin. 1bat.obatan lapis dua men5akup
(i"abutin' .thionamid' /ycloserine' *ara!Amino alicylic acid' /lo"azimine'
Aminoglycosides di luar tre&tomycin dan 0uinolones$ 1bat lapis kedua ini
di5adangkan untuk pengobatan kasus.kasus multi drug resistance$ 1bat
tuberkulosis yang aman diberikan pada perempuan hamil adalah (sonia7id,
'i!ampisin, dan :tambutol (Bahar & Amin, 200,).
Henis 1AT lapis pertama dan si!atnya dapat dilihat pada tabel di baBah
ini6
Tabel 2." Henis dan 2i!at 1AT
Henis 1AT 2i!at >eterangan
(sonia7id
(0)
1akterisid
terkuat
1bat ini sangat e!ekti! terhadap kuman
dalam keadaan metabolik akti!, yaitu
kuman yang sedang berkembang.
Dekanisme ker%anya adalah menghambat
cell!+all biosynthesis &ath+ay
'i!ampisin
(')
bakterisid 'i!ampisin dapat membunuh kuman semi!
dormant %&ersistent# yang tidak dapat
dibunuh oleh (sonia7id. Dekanisme
ker%anya adalah menghambat &olimerase
D2A!de&endent ribonucleic acid ('8A)
M$ Tuberculosis
Pira7inamid
(9)
bakterisid Pira7inamid dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam.
1bat ini hanya diberikan dalam 2 bulan
pertama pengobatan.
2treptomisin
(2)
bakterisid obat ini adalah suatu antibiotik golongan
aminoglikosida dan beker%a men5egah
"*
pertumbuhan organisme ekstraselular.
:tambutol
(:)
bakteriostatik .
(epkes '(, 200)= Bahar & Amin, 200,).
2.#.? 'egimen pengobatan (metode 1T2)
Pengobatan TB memerlukan Baktu sekurang.kurangnya ) bulan agar
dapat men5egah perkembangan resistensi obat, oleh karena itu /01 telah
menerapkan strategi 1T2 dimana petugas kesehatan tambahan yang
ber!ungsi se5ara ketat mengaBasi pasien minum obat untuk memastikan
kepatuhannya. 1leh karena itu /01 %uga telah menetapkan regimen
pengobatan standar yang membagi pasien men%adi ? kategori berbeda menurut
de!inisi kasus tersebut, seperti bisa dilihat pada tabel di baBah ini (Bahar &
Amin, 200,) 6
Tabel 2.2 Berbagai Paduan Alternati! 3ntuk 2etiap >ategori Pengobatan
>ategori
pengobatan
TB
Pasien TB
Paduan pengobatan TB alternati!
Gase aBal
(setiap hari < & @
seminggu)
Gase lan%utan
( >asus baru TB paru
dahak positi!= kasus baru
TB paru dahak negati!
dengan kelainan luas di
paru= kasus baru TB
ekstra.pulmonal berat
2 :0'9
(20'9)
2 :0'9
(20'9)
2 :0'9
(20'9)
) 0:
? 0'
? 0
&
'
&
(( >ambuh, dahak positi!=
pengobatan gagal=
pengobatan setelah
terputus
2 20'9: < "
0'9:
2 20'9: < "
0'9:
$ 0
&
'
&
:
&
$ 0':
((( >asus baru TB paru
dahak negati! (selain
dari kategori ()= kasus
baru TB ekstra.
pulmonal yang tidak
berat
2 0'9 atau
20
&
'
&
9
&
2 0'9 atau
20
&
'
&
9
&
2 0'9 atau
20
&
'
&
9
&
) 0:
2 0'<?0
2 0
&
'
&
<?0
(E >asus kronis (dahak T(A> (P:';38A>A8
"#
masih positi! setelah
men%alankan pengobatan
ulang)
(meru%uk ke penuntun /01
guna pemakaian obat lini kedua
yang diaBasi pada pusat.pusat
spesialis)
(Cro!ton, 2002= Bahar & Amin, 200,)
2esuai tabel di atas, maka paduan 1AT yang digunakan untuk program
penanggulangan tuberkulosis di (ndonesia adalah (Bahar & Amin, 200,)6
>ategori ( 6 20'9: (2) < )0:.
Pengobatan !ase inisial regimennya terdiri dari 20'9: (2) setiap hari
selama 2 bulan obat 0, ', 9, : atau 2. 2putum BTA aBal yang positi! setelah
2 bulan diharapkan men%adi negati!, dan kemudian dilan%utkan ke !ase
lan%utan ?0' atau ? 0
&
'
&
atau ) 0:. Apabila sputum BTA masih positi!
setelah 2 bulan, !ase intensi! diperpan%ang dengan ? minggu lagi tanpa
melihat apakah sputum sudah negati! atau tidak.
>ategori (( 6 20'9:2<"0'9:<$0
&
'
&
:
&
Pengobatan !ase inisial terdiri dari 20'9:2<"0'9: yaitu ' dengan 0,
9, :, setiap hari selama & bulan, ditambah dengan 2 selama 2 bulan pertama.
Apabila sputum BTA men%adi negati! !ase lan%utan bisa segera dimulai.
Apabila sputum BTA masih positi! pada minggu ke."2, !ase inisial dengan ?
obat dilan%utkan " bulan lagi. Bila akhir bulan ke.2 sputum BTA masih
positi!, semua obat dihentikan selama 2.& hari dan dilakukan kultur sputum
untuk u%i kepekaan, obat dilan%utkan memakai !ase lan%utan, yaitu $0
&
'
&
:
&
atau $ 0':.
>ategori ((( 6 20'9<20
&
'
&
Pengobatan !ase inisial terdiri dari 20'9 atau 2 0
&
'
&,
yang dilan%utkan
dengan !ase lan%utan 20' atau 2 0
&
'
&.
20
>ategori (E 6 'u%uk ke ahli paru atau menggunakan (80 seumur hidup
Pada pasien kategori ini mungkin mengalami resistensi ganda,
sputumnya harus dikultur dan dilakukan u%i kepekaan obat. 2eumur hidup
diberikan 0 sa%a sesuai rekomendasi /01 atau menggunakan pengobatan
TB resistensi ganda (D'.TB).
2elain ? kategori di atas, disediakan %uga paduan obat sisipan (0'9:).
1bat sisipan akan diberikan bila pasien tuberkulosis kategori ( dan
kategori (( pada tahap akhir intensi! pengobatan (setelah melakukan
pengobatan selama 2 minggu), hasil pemeriksaan dahak<sputum masih BTA
positi! (epkes '(, 200)).
D"!! "'at
Tabel di baBah ini menun%ukkan dosis obat yang dipakai di (ndonesia se5ara
harian maupun berkala dan disesuaikan dengan berat badan pasien (Bahar &
Amin, 200,)6
Tabel 2.& osis 1bat yang ipakai di (ndonesia
Henis osis
(sonia7id (0) harian 6 $mg<kg BB
intermiten 6 "0 mg<kg BB &@ seminggu
'i!ampisin (') harian I intermiten 6 "0 mg<kgBB
Pira7inamid (9)
harian 6 2$mg<kg BB
intermiten 6 &$ mg<kg BB &@ seminggu
2treptomisin (2)
harian I intermiten 6 "$ mg<kgBB
usia sampai )0 th 6 0,,$ gr<hari
usia J )0 th 6 0,$0 gr<hari
:tambutol (:) harian 6 "$mg<kg BB
intermiten 6 &0 mg<kg BB &@ seminggu
(epkes '(, 200)= Bahar & Amin, 200,)
2"
2.#.) >ombinasi obat
Pada tahun "##* /01 dan (3AT4 merekomendasikan pemakaian obat
kombinasi dosis tetap ? obat sebagai dosis yang e!ekti! dalam terapi TB untuk
menggantikan paduan obat tunggal sebagai bagian dari strategi 1T2.
Paduan 1AT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tu%uan memudahkan
pemberian obat dan men%amin kelangsungan pengobatan sampai selesai.
Tersedia obat >ombinasi osis Tetap (1AT.>T) untuk paduan 1AT
kategori ( dan ((. Tablet 1AT.>T ini adalah kombinasi 2 atau ? %enis obat
dalam " tablet. osisnya (%umlah tablet yang diminum) disesuaikan dengan
berat badan pasien, paduan ini dikemas dalam " paket untuk " pasien dalam "
masa pengobatan. osis paduan 1AT.>T untuk kategori (, (( dan sisipan
dapat dilihat pada tabel di baBah ini (epkes '(, 200)) 6
Tabel 2.? osis Paduan 1AT >T >ategori ( 6 2('09:)<?('0)
&
Berat badan Tahap (ntensi! tiap hari
selama $) hari
'09: ("$0<,$<?00<2,$)
Tahap 4an%utan &@ seminggu
selama ") minggu
'0 ("$0<"$0)
&0 L &, kg 2 tablet ?>T 2 tablet ?>T
&* L $? kg & tablet ?>T & tablet ?>T
$$ L ,0 kg ? tablet ?>T ? tablet ?>T
J ," kg $ tablet ?>T $ tablet ?>T
(epkes '(, 200))
Tabel 2.$ osis Paduan 1AT >T >ategori ((6 2('09:)2<('09:)<$(0')&:&
Berat
badan
Tahap (ntensi! tiap hari
'09: ("$0<,$<?00<2,$)
C 2
Tahap 4an%utan&@ seminggu
'0 ("$0<"$0) C : (?00)
2elama $* hari 2elama 2* hari 2elama 2 Dinggu
&0 L &, kg 2 tab ?>T C $00mg
2treptomisin in%
2 tab ?>T 2 tab 2>T C 2 tab
:tambutol
&* L $? kg & tab ?>T C ,$0mg
2treptomisin in%
& tab ?>T & tab 2>T C & tab
:tambutol
$$ L ,0 kg ? tab ?>T C "000mg
2treptomisin in%
? tab ?>T ? tab 2>T C ? tab
:tambutol
J ," kg $ tab ?>T C "000mg
2treptomisin in%
$ tab ?>T
$ tab 2>T C $ tab
:tambutol
(epkes '(, 200))
22
Tabel 2.) osis 1AT untuk 2isipan
Berat Badan Tahap (ntensi! tiap hari selama 2* hari
'09: ("$0<,$<?00<2,$)
&0 L &, kg 2 tablet ?>T
&* L $? kg & tablet ?>T
$$ L ,0 kg ? tablet ?>T
M ," kg $ tablet ?>T
(epkes '(, 200))
E%ek !a&#ng #eng"'atan
alam pemakaian 1AT sering ditemukan e!ek samping yang
mempersulit sasaran pengobatan. Bila e!ek samping ini ditemukan, mungkin
1AT masih dapat diberikan dalam dosis terapeutik yang ke5il, tapi bila e!ek
samping ini sangat mengganggu 1AT yang bersangkutan harus dihentikan
dan pengobatan dapat diteruskan dengan 1AT yang lain (Bahar & Amin
200,).
:!ek samping yang dapat ditimbulkan 1AT berbeda.beda pada tiap
pasien, lebih %elasnya dapat dilihat pada tabel di baBah ini 6
Tabel :!ek 2amping Pengobatan dengan 1AT
Henis 1bat 'ingan Berat
(sonia7id (0) tanda.tanda kera5unan
pada syara! tepi,
kesemutan, nyeri otot dan
gangguan kesadaran.
>elainan yang lain
menyerupai de!isiensi
piridoksin (pellagra) dan
kelainan kulit yang
ber+ariasi antara lain
gatal.gatal.
0epatitis, ikhterus
2&
'i!ampisin (') gatal.gatal kemerahan
kulit, sindrom !lu, sindrom
perut.
0epatitis, sindrom
respirasi yang ditandai
dengan sesak na!as,
kadang disertai dengan
kolaps atau ren%atan
(syok), purpura, anemia
hemolitik yang akut, gagal
gin%al
Pira7inamid (9) 'eaksi hipersensiti!itas 6
demam, mual dan
kemerahan
0epatitis, nyeri sendi,
serangan arthritis gout
2treptomisin (2) 'eaksi hipersensiti!itas 6
demam, sakit kepala,
muntah dan eritema pada
kulit
>erusakan sara! E(((
yang berkaitan dengan
keseimbangan dan
pendengaran
:tambutol (:) ;angguan penglihatan
berupa berkurangnya
keta%aman penglihatan
Buta Barna untuk Barna
merah dan hi%au
(epkes '(, 200)= Bahar & Amin, 200,)
3ntuk men5egah ter%adinya e!ek samping 1AT perlu dilakukan
pemeriksaan kontrol, seperti (Bahar & Amin, 200,)6
a. Tes Barna untuk mata, bagi pasien yang memakai :tambutol
b. Tes audiometri bagi pasien yang memakai 2treptomisin
5. Pemeriksaan darah terhadap en7im hepar, bilirubin, ureum<kreatinin,
darah peri!er dan asam urat (untuk pasien yang menggunakan
Pira7inamid)
Ha!l #eng"'atan tu'erkul"!!
World Health Organization ("##&) men%elaskan bahBa hasil
pengobatan penderita tuberkulosis paru dibedakan men%adi 6
2?
a. 2embuh6 bila pasien tuberkulosis kategori ( dan (( yang BTA nya negati!
2 kali atau lebih se5ara berurutan pada sebulan sebelum akhir
pengobatannya.
b. Pengobatan lengkap6 pasien yang telah melakukan pengobatan sesuai
%adBal yaitu selama ) bulan tanpa ada "ollo+ u& laboratorium atau hanya
" kali !olloB up dengan hasil BTA negati! pada 2 bulan terakhir
pengobatan.
5. ;agal6 pasien tuberkulosis yang BTA.nya masih positi! pada 2 bulan dan
seterusnya sebelum akhir pengobatan atau BTAnya masih positi! pada
akhir pengobatan.
Pasien putus berobat lebih dari 2 bulan sebelum bulan ke.$ dan BTA
terkhir masih positi!.
Pasien tuberkulosis kategori (( yang BTA men%adi positi! pada bulan ke.2
dari pengobatan.
d. Putus berobat<de"aulter6 pasien TB yang tidak kembali berobat lebih dari
2 bulan sebelum bulan ke.$ dimana BTA terakhir telah negati!.
e. Deninggal6 penderita TB yang meninggal selama pengobatan tanpa
melihat sebab kematiannya.
E/alua! #eng"'atan
Bayupurnama (200,) men%elaskan bahBa terdapat beberapa metode
yang bisa digunakan untuk e+aluasai pengobatan TB paru 6
a. >linis6 biasanya pasien dikontrol dalam " minggu pertama, selan%utnya 2
minggu selama tahap intensi! dan seterusnya sekali sebulan sampai
akhir pengobatan. 2e5ara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan.
keluhan pasien seperti batuk berkurang, batuk darah hilang, na!su
makan bertambah, berat badan meningkat dll.
b. Bakteriologis6 biasanya setelah 2.& minggu pengobatan sputum BTA
mulai men%adi negati!. Pemeriksaan kontrol sputum BTA dilakukan
sekali sebulan. /01 ("##") mengan%urkan kontrol sputum BTA
2$
langsung dilakukan pada akhir bulan ke.2, ? dan ). Pemeriksaan
resistensi dilakukan pada pasien baru yang BTA.nya masih positi!
setelah tahap intensi! dan pada aBal terapi bagi pasien yang
mendapatkan pengobatan ulang %retreatment#. Bila sudah negati!,
sputum BTA tetap diperiksakan sedikitnya sampai & kali berturut.turut.
Bila BTA positi! pada & kali pemeriksaan biakan (& bulan), maka pasien
yang sebelumnya telah sembuh mulai kambuh lagi.
5. 'adiologis6 bila !asilitas memungkinkan !oto kontrol dapat dibuat pada
akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nanti
timbul kasus kambuh. Hika keluhan pasien tidak berkurang (misalnya
tetap batuk.batuk), dengan pemeriksaan radiologis dapat dilihat
keadaan TB parunya atau adakah penyakit lain yang menyertainya.
>arena perubahan gambar radiologis tidak se5epat perubahan
bakteriologis, e+aluasi !oto dada dilakukan setiap & bulan sekali
(Bayupurnama, 200,).
E%ek tu'er(ul"!! ter0a*a# ke0a&lan
>ehamilan dan tuber5ulosis merupakan dua stressor yang berbeda pada
ibu hamil. 2tressor tersebut se5ara simultan mempengaruhi keadaan !isik
mental ibu hamil. 4ebih dari $0 persen kasus TB paru adalah perempuan dan
data '2CD pada tahun "#*# sampai "##0 diketahui ?.&00 Banita hamil,"$0
diantaranya adalah pengidap TB paru .
2)
:!ek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa !aktor antara lain tipe,
letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan
antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta,
status imunitas, dan kemudahan mendapatkan !asilitas diagnosa dan
pengobatan TB 2tatus nutrisi yang %elek, hipoproteinemia, anemia dan
keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas maternal.
3sia kehamilan saat Banita hamil mendapatkan pengobatan
antituberkulosa merupakan !a5tor yang penting dalam menentukan kesehatan
maternal dalam kehamilan dengan TB. >ehamilan dapat bere!ek terhadap
tuber5ulosis dimana peningkatan dia!ragma akibat kehamilan akan
menyebabkan ka+itas paru bagian baBah mengalami kolaps yang disebut
pneumo.peritoneum. Pada aBal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan
pada Banita hamil dengan TB.
2elain paru.paru, kuman TB %uga dapat menyerang organ tubuh lain
seperti usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Hika kuman menyebar
hingga organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan
(!ertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa
menimbulkan kemandulan. 0al ini tentu men%adi kekhaBatiran pada pengidap
TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya Banita usia reproduksi. Hika
kuman sudah menyerang organ reproduksi Banita biasanya Banita tersebut
mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil
konsepsi.
2,
0arold 1ster D,200, mengatakan bahBa TB paru (baik laten maupun
akti!) tidak akan memengaruhi !ertilitas seorang Banita di kemudian hari.
8amun, %ika kuman mengin!eksi endometrium dapat menyebabkan gangguan
kesuburan. Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak men%adi
tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. (dealnya,
sebelum memutuskan untuk hamil, Banita pengidap TB mengobati TB.nya
terlebih dulu sampai tuntas. 8amun, %ika sudah telan%ur hamil maka tetap
lan%utkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.
:!ek tuber5ulosis terhadap %anin
Denurut 1ster,200, %ika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan
ada sedikit risiko terhadap %anin.3ntuk meminimalisasi risiko,biasanya
diberikan obat.obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti 'i!ampisin, (80
dan :tambutol. >asusnya akan berbeda %ika TB %uga mengin+asi organ lain di
luar paru dan %aringan lim!a, dimana Banita tersebut memerlukan peraBatan
di rumah sakit sebelum melahirkan. 2ebab kemungkinan bayinya akan
mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh 8arayan
Hana, >alaEasistha, 2ubhas C 2aha, >ushagradhi ;hosh, "### tentang e!ek
TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahBa tuberkulosis pada
limpha tidak bere!ek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi.
8amun %uka dibandingkan dengan kelompok Banita sehat yang tidak
mengalami tuber5ulosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih
2*
tinggi (2"- 6 2-), bayi dengan AP;A' skore rendah segera setelah lahir
("#- 6 &-), berat badan lahir rendah (N2$00 ).
2elain itu, risiko %uga meningkat pada %anin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan %anin, kelahiran prematur dan ter%adinya penularan TB dari ibu
ke %anin melalui aspirasi 5airan amnion (disebut TB 5ongenital). ;e%ala TB
5ongenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2.& kehidupan
bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan
limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum
%elas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
Tes iagnosis TB pada >ehamilan
Bakteri TB berbentuk batang dan mempunyai si!at khusus yaitu tahan
terhadap asam. >arena itu disebut basil tahan asam (BTA). >uman TB 5epat
mati terpapar sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa
%am di tempat gelap dan lembap.
alam %aringan tubuh, kuman ini dapat melakukan dormant (tertidur lama
selama beberapa tahun). Penyakit TB biasanya menular pada anggota
keluarga penderita maupun orang di lingkungan sekitarnya melalui batuk atau
dahak yang dikeluarkan si penderita. 0al yang penting adalah bagaimana
men%aga kondisi tubuh agar tetap sehat.
2#
2eseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan men%adi sakit %ika
memiliki daya tahan tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu
melaBan kuman yang masuk. iagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa
5ara, seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (!oto torak). iagnosis dengan
BTA mudah dilakukan,murah dan 5ukup reliable.
>elemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positi! bila
terdapat kuman $000<55 dahak. Hadi, pasien TB yang punya kuman ?000<55
dahak misalnya, tidak akan terdeteksi dengan pemeriksaan BTA (hasil
negati!). Adapun rontgen memang dapat mendeteksi pasien dengan BTA
negati!, tapi kelemahannya sangat tergantung dari keahlian dan pengalaman
petugas yang memba5a !oto rontgen. i beberapa negara digunakan tes untuk
mengetahui ada tidaknya in!eksi TB, melalui inter!eron gamma yang konon
lebih baik dari tuberkulin tes.
iagnosis dengan inter!eron gamma bisa mengukur se5ara lebih %elas
bagaimana beratnya in!eksi dan berapa besar kemungkinan %atuh sakit.
iagnosis TB pada Banita hamil dilakukan melalui pemeriksaan !isik (sesuai
luas lesi), pemeriksaan laboratorium (apakah ditemukan BTAO), serta u%i
tuberkulin.
3%i tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya in!eksi TB,
sedangkan penentuan sakit TB perlu ditin%au dari klinisnya dan ditun%ang !oto
torak. Pasien dengan hasil u%i tuberkulin positi! belum tentu menderita TB.
Adapun %ika hasil u%i tuberkulin negati!, maka ada tiga kemungkinan, yaitu
&0
tidak ada in!eksi TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi in!eksi TB,
atau ter%adi anergi.
>ehamilan tidak akan menurunkan respons u%i tuberkulin. 3ntuk
mengetahui gambaran TB pada trimester pertama, !oto toraks dengan
pelindung di perut bisa dilakukan, terutama %ika hasil BTA.nya negati!.
Penatalaksanaan medis pada >ehamilan dengan TB
'egimen yang sama direkomondasikan pada Banita hamil dengan TB
maupun Banita non hamil dengan TB ke5uali streptomy5in. Penggunaan
Pyra7inamide dalam kehamilan masih men%adi perdebatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TF,. Chairil, A2,. 2002. Hurnal Tuberkulosis (ndonesia. Hakarta 6
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis (ndonesia.
Amirudin, 'i!ai. 200,. Gisiologi dan Biokimia 0ati. alam 6 Buku A%ar (lmu
Penyakit alam :disi ? Hilid ". Hakarta 6 Pusat Penerbitan (lmu Penyakit
alam Gakultas >edokteran 3ni+ersitas (ndonesia. pp 6 ?"$.?"#
Bahar, A., 200,. Tuberkulosis Paru dalam Buku A%ar (lmu Penyakit alam Hilid ((,
:disi (E. Hakarta 6 BPG>3(= #**.##?.
Bahar, A., 9ulki!li Amin. 200,. Pengobatan Tuberkulosis Dutakhir dalam Buku
A%ar (lmu Penyakit alam Hilid ((, :disi (E. Hakarta 6 BPG>3(= ##$.
"000.
Bayupurnama, Putut. 200,. 0epatoksisitas karena 1bat dalam Buku A%ar (lmu
Penyakit alam Hilid (, :disi (E. Hakarta 6 BPG>3(=?,".?,?.
Brooks, ;.G., Butel, H. 2. and Dorse, 2. A., 200?. PHaBet7, Delni5k &
AdelberghQs6 Dikrobiologi >edokteranR. Buku (, :disi (, Alih bahasa6
Bagian Dikrobiologi G>3 3nair, Hakarta 6 2alemba Dedika.
Cro!ton, Hohn. 2002. Tuberkulosis >linis :disi 2. Hakarta 6 /idya Dedika.
aniel, D. Thomas. "###. 0arrison 6 Prinsip.Prinsip (lmu penyakit dalam :disi
"& Eolume 2. Hakarta 6 :;C 6 ,##.*0*
epartemen >esehatan 'epublik (ndonesia. 200). Pedoman 8asional
Penanggulangan Tuberkulosis :disi 2 Cetakan Pertama. Hakarta.
Pri5e, 2yl+ia A., /ilson, 4orraine D. 200$. Pato!isiologi >onsep >linis Proses.
Proses Penyakit :disi ) Eolume ". Alih Bahasa6 Brahm 3. Pendit,
0uriaBati 0artanto, Pita /ulansari, eBi Asih Dahanani. Hakarta6
:;C.
/orld 0ealth 1rgani7ation. 20"0. :pidemiologi tuberkulosis di (ndonesia
Nhttp6<<BBB.tbindonesia.or.id<tbneB<epidemiologi.tb.di.
indonesia<arti5le<$$<000"00"$00",<2J
&"

You might also like