You are on page 1of 21

I.

PENDAHULUAN
Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses
kehamilan dan persalinan.
Di sepanjang kehamilan normal . Kompartemen dari cairan amnion
menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan berkembang.
Tanpa cairan amnion rahim akan mengerut dan menekan janin, pada kasus
kasus dimana tejadi kebocoran cairan amnion pada awal trimester pertama
janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk distrorsi muka , reduksi
tungkai dan cacat dinding perut akibat kompresi rahim
.(1,2,3,4)
Menjelang pertengahan kehamilan cairan amnion menjadi semakin
penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin , antara lain
perkembangan paru-parunya , bila tidak ada cairan amnion yang memadai
selama pertengahan kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan
berlanjut pada kematian.
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin . Cairan
ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat
pertumbuhanbakteri yang memiliki potensi patogen.
.(1,2,3,5,6)
Selama proses persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak
sebagai medium protektif pada janin untuk memantu dilatasi servik.
Selain itu cairan amnion juga berperan sebagai sarana komunikasi anatara
janin dan ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari
hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.
Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat
adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin
dengan melakukan kultur sel atau melakukan spektrometer
.(1,2)
Jadi Cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam proses
kehamilan dan persalinan


1
II. FAAL CAIRAN AMNION
Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terrbentuk suatu celah yang
dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah
tersebut melebar dan amnion disekelilingnya menyatu dengan mula-mula
dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk
kantung amnion yang berisi cairan amnion
.(2,3,6,7)
Cairan amnion , normalnya berwarna putih , agak keruh serta
mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai
berat jenis 1,008 yang seiring dengan tuannya kehamilan akan menurun dari
1,025 menjadi 1,010.
.(2,3,8)
Asal dari cairan amnion belum diketahui dengan pasti , dan masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan
amnion sementara teori lain menyebutkan berasal dari plasenta.Dalam satu
jam didapatkan perputaran cairan lebih kurang 500 ml.
.(2,3,8,9)

A. Sistem Komunikasi Fetal - maternal
Cairan Amnion merupakan salah satu sistem komunikasi antara janin
dan ibu , yang merupakan suatu hal yang essensial dalam menunjang
keberhasilan proses implantasi blastosit , pengenalan ibu terhadap
kehamilan , penerimaan imunologi hasil konsepsi , menjaga kehamilan ,
adaptasi ibu terhadap kehamilan , nutrisi janin , pematangan janin dan
mungkin untuk inisiasi dari kehamilan.Cairan amnion merupakan suatu
hal yang unik yang mempunyai sistem komunikasi langsung antara janin
dan ibu.
.(2,3,4,5,,7,8)
Sistem komunikasi antara janin dan ibu yang disebut
Paracrine arm dimungkinkan melalui unsur utama dari cairan amnion
seperti urin janin dan sekresi paru-paru janin, hubungan timbal baliknya
, produk desidua yang terdapat dalam unsur utama darah ibu memasuki
2
cairan amnion dan masuk ke dalam janin melalui pernafasan janin dan
penelanan cairan amnion oleh janin.
.(2)

Proses Menelan
Proses menelan pada janin dimulai dari minggu ke 10 sampai minggu 12
, dengan kemampuan usus untuk melakukan peristaltik dan transpor glukosa
aktif. , sebagian cairan amnion yang ditelan diabsorbsi , dan yang tidak
diabsorbsi akan dikeluarkan melalui kolon bawah. Tidak jelas apa yang
merangsang janin untuk melakukan proses menelan ini , tetapi diduga saraf
janin yang analog dengan rasa haus , lambung yang kosong dan perubahan pada
komposisi cairan amnion menjadi faktor penyebab.
Proses menelan pada janin ini mempunyai efek yang sedikit terhadap
volume cairan amnion pada permulaan kehamilan, karena volume cairan
amnion yang ditelan sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan volume
keseluruhan dari cairan amnion.
Pada kehamilan lanjut , volume cairan amnion secara substansial diatur
oleh proses menelan oleh janin ini, berdasarkan penelitian jika proses menelan
terhenti maka kemungkinan terjadinya hidroamnion besar.
.(2)
Pada janin yang aterm proses menelan berjumlah 200 760 ml per hari
sebanding dengan jumlah yang diminum oleh neonatus..
.(1,2,3,4,5,6,,8,9)
Pergerakan cairan amnion melalui traktus digestivus mefasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan traktus tersebut.
Cairan amnion yang ditelan oleh janin memberikan kontribusi kalori
pada janin , juga kebutuhan nutrisi essensial. Pada kehamilan lanjut sekitar 0,8
g protein , setengah dari albumin dikonstribusikan pada janin
.(2)

Volume cairan amnion
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi ,
secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke 8 usia
3
kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21
minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang
tetap setelah usia kehamilan 33 minggu.. normal volume cairan amnion
bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml
pada pertengahan gestasi dan 1000 1500 ml pada saat aterm. Pada
kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau
kurang.(
.(1,2,3,4,5,,6,9)
Keadaan dimana jumlah cairan amnion tersebut kurang dari normal
disebut olygohidoamnion.
Pada keadaan keadaan tertentu jumlah cairan amnion dapat mencapai
2000 ml hal ini disebut dengan hydramnion.

Pengukuran Cairan amnion
Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen
integral dari pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian
janin. Hal ini didasarkan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat
mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal dari janin , menurunkan volume
miksi dan menyebabkan terjadinya oligohidroamnion
Selama lebih dari dua dekade , sejumlah metoda dengan menggunakan
ultrasonografi telah digunakan dalam mengukur jumlah cairan amnion,
seperti indeks cairan amnion , kantong vertika terbesar , dan pengukuran
biofisik profil
Phelan dan kawan-kawan mengemukakan suatu cara yang mudah dan
akurat dalam mengukur cairan amnion ini dengan menggunakan indeks cairan
amnion.
.(1,2)
Table 2-1 : Typical Amnionic Fluid Volume



4








Table 2-2 : Amnionic Fluid Index Value (mm) for normal pregnancies




















5






Indeks ini didapatkan dengan menambahkan kedalaman vertikal dari
kantong terbesar pada setiap kuadran uterus.
Tetapi beberapa faktor mungkin akan mempengaruhi indeks cairan
amnion , seperti dehidrasi pada ibu, dan ketinggian tempat
6
Fungsi cairan amnion :
.(1,2,3,4,5,6,8,9)

1. Melindungi janin dari trauma
2. tempat perkembangan musculoskeletal janin
3. menjaga suhu tubuh janin
4. meratakan tekanan uterus pada partus
5. membersihkan jalan lahir sehingga bayi kurang mengalami infeksi
6. Menjaga perkembangan dan pertumbuhan normal dari paru-paru dan
traktus gastro intestinalis

III. KANDUNGAN CAIRAN AMNION
Pada permulaan kehamilan , cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma ibu .
Pada permulaan trimester ke dua , cairan amnion sebagian besar terdiri dari
cairan ekstra seluler yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian
mencerminkan komposisi plasma janin . setelah minggu ke 20 kornifikasi dari
kulit janin tetap mempertahankan difusi ini dan pada saat ini komposisi terbesar
pada cairan amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai memproduksi urine
pada minggu ke 12 usia kehamilan dan setelah minggu ke 18 memproduksi 7
14 ml per hari. Urin janin lebih banyak terdiri dari urea , kreatinin dan asam urat
dibandingkan plasma., juga terdiri dari deskuamasi sel-sel janin , vernix, lanuga
dan bermacam sekresi.
.(2)
Karena bersifat hipotonik, efek jaringan menurunkan osmolaritas cairan
amnion sejalan dengan kemajuan usia kehamilan.. Cairan pulmonum
memberikan sedikit proporsi pada volume amnion, yang difiltrasi melalui
plasenta untuk beberapa saat.
.(2)

Prolaktin
Prolaktin didapatkan dalam konsentrasi tinggi di cairan amnion ,
jumlahnya bisa mencapai 10.000 ng/ml , yang didapatkan pada minggu ke 20
7
sampai 26 ehamilan ,hal ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar
prolaktin pada janin (mencapai 350 ng/ml) atau pada plasma ibu (mencapai
150s/d 200 ng/ml) jumlahnya makin menurun dan mencapau titik terendah
setelah kehamilan 34 minggu . beberapa penelitian membuktikan bahwa desidua
merupakan tempat sintesa prolactin yang berada dalam cairan amnion.
.(2)
Fungsi dari prolactin yang berada dalam cairan amnion belum diketahui
, tetapi berapa peneliti berkesimpulan prolaktin dalam cairan amnion berfungsi
memperbaiki transfer cairan dari janin ke bagian ibu , dan menyediakan cairan
ekstraseluler serta mempertahankan janin dari dehidrasi selama kehamilan
lanjut ketika cairan amnion biasanya bersifat hipotonik
.(2)

Alpha feto protein.
Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal
kehamilan Konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan
13 minggu dan kemudian akan berkurang.
Jika kadar Alpha feto protein ini meningkat dan diiringi dengan
peningkatan kadar asetil kolin esterase menunjukan adanya kelainan jaringan
syaraf seperti neural tube defek atau defek janin lainnya.
Jika peningkatan kadar alpha feto protein tidak diiringi dengan
peningkatan kadar asetilkolinesterase menunjukan adanya kemungkinan etiologi
lain atau adanya kontaminasi dari darah janin.
.(2,10))

Lesitin Sphingomyelin
Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang
penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan , yang
mempertahankan alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu
ke 34 kadar lesitin dan sphingomyelin dalam cairan amnion sama
konsentrasinya. , setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap
sphingomyelin relative meningkat .
8






Tabel 3-1 :Perubahan Kadar lesitin sphingomyelin pada cairan amnion selama
kehamilan normal.











Tabel 3-2 : Kebutuhan respirasi support dibandingkan dengan rasio L/S









9








Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar
sphingomyelin ( L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada
janin sangat rendah. Tetapi jika perbandingan kadar lesitin sphingomyelin kecil
dari dua resiko terjadinya gawat nafas pada janin meningkat.
Karena lesitin dan sphingomyelin juga ditemukan pada darah dan
mekonium , kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat mebiaskan hasil.

.(2,3,4,5,8,9)
Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion ,
kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang luar
biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan. Banyaknya
agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan
merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan . Suatu hal yang unik
dari agen agen bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE
2
, PGF
2
, PAF
dan endothelin-1 , produk-produk ini dapat dilihat pada vaginadan cairan
amnion setelah proses persalinan dimulai . Agen-agen inflamasi ini penting
peranannya dalam proses dilatasi servik .
.(2,10,11)

Sitokin
Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil
sebelum proses persalinan , sebenarnya leukosit tidak dapt melakukan penetrasi
normal melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan
10
adanya inflamasi dari desidua pada partus preterm , leukosit ibu akan diambil
menuju cairan amnion , fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit
diakselerasi oleh inflamasi dan memungkin kan melewati membran janin.

.(2,10,11)

Interleukin -1
Interleukin -1 merupakan sitokin primer , yang diproduksi secara cepat
sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1 akan
merangsang sitokin lain dan mediator inflamasi lainnya.
Interleukin -1 secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan
, Interleukin -1 baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang
preterm atau sebagai reaksi dari infeksi pada cairan amnion.
Pada kehamilan aterm,s eperti prostaglandin Interleukin -1 diproduksi
pada desidua setelah induksi persalinan atau dilatasi servik, yang kemudian
akan didistribusikan pada cairan amnion dan vagina.
Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6
atau Interleukin 8.
.(2,10,11)

Prostaglandin
Prostaglandin terutama PGE
2
juga PGF
2
di dapatkan pada cairan
amnion pada semua tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai
prostanoid dalam cairan amnion dihasilkan dari ekskresi urine janin dan
mungkin juga oleh kulit , paru-paru dan tali pusat. Seiring dengan pertumbuhan
janin , kadar prostaglandin dalam cairan amnion meningkat secara
bertahap.Walaupun demikian tidak ada pertambahan kadar prostaglandin yang
dapat dihubungkan atau diinterprestasikan sebagai pertanda pre partus. faktanya
jumlah total kadar prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan
cukup bulan sebelum persalinan dimulai sangat kecil (sekitar 1g) , karena
11
waktu paruh prostaglandin dalam cairan amnion sangat lama yaitu 6 12 jam ,
jumlah dari prostaglandin yang memasuki cairan amnion sangat kecil
Hubungan antara peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion
dan inisiasi dari persalinan menjadi suatu tanda tanya selama lebih 30 tahun
terakhir
Kadar prostaglandin dalam cairan amnion sebelum dan selama
persalinan pada kehamilan aterm dapat dilihat pada table 3-3 dan 3-4
Konsentrasi dari PGF
2 ,
PGFM dan PGE pada bagian atas cairan
amnion pada saat permulaan persalinan (pembukaan 2,5 atau kurang) tidak
lebih besar dibandingkan sebelum proses persalinan , kadar prostaglandin dalam
kantong belakang cairan amnion pada saat pembukaan 3 cm jauh lebih besar
dibandingkan kadarnya sebelum proses persalinan dimulai , dan lebih lanjut
kadarnya akan meningkat seiring dengan makin majunya pembukaan servik
Lebih lanjut kadar prostaglandin pada kantong belakang jauh lebih besar
dari pada bagian atas pada semua thap dari proses persalinan .

Table 3-3 : Kadar rata-rata Prostaglandin dalam cairan amnion pada saat
persalinan











12





Table 3-4 : Kadar Prostaglandin dalam cairan amnion pada bagian atas dan
kantong belakang dihubungkan dengan dilatasi servik










Kadar prostaglandin cairan amnion di bagian atas pada saat pembukaan
3 sampai dengan 5 cm secara signifikan lebih besar dibandingkan kadarnya
sebelum proses persalinan dimulai.
Setelah itu pada pembukaan 5,5 sampai dengan 7 cm tidak ada
peningkatan kadar prostaglandin pada bagian atas cairan amion.
Dilatasi cervik pada pembukaaan 3 sampai dengan 5 memegang peranan
penting dalam kemajuan persalinan . Pada tahap ini bagian janin telah masuk ke
dalam pelvis ibu , yang membagi dua cairan amnion secara anatomi dan fungsi
ke dalam dua bagian. Sebelum pemisahan lengkap dari dua bagian ini
kandungan dari cairan amnion dapat bercampur antara keduanya , tetapi setelah
pemisahan lengkap dari cairan amnion ini transfer prostaglandin dari kantong
belakang ke bagian atas menurun abahkan hilang sama sekali.
13
PGFM yang terdapat pada kantong belakang cairan amnion jumlahnya
jauh lebih besar dari pada PGE
2
.
.(2,10,11)
Lebih lanjut banyak bukti yang menunjukan bahwa peningkatan kadar
prostaglandin dalam cairan amnion bukan merupakan suatu indikasi bahwa
prostaglandin mempunyai peranan penting dalam inisiasi persalinan :
1. Tidak adanya hubungan peningkatan kadar prostaglandin dengan
proses persalinan sebelum persalinan dimulai.
2. Jumlah total prostaglandin dalam cairan amnion dan jumlah yang
memasuki cairan amnion sebelum dan selama persalinan sangat kecil
dibandingkan kadar yang dibutuhkan untuk menginduksi persalinan.
3. Kadar Prostaglandin pada kantong belakang kompartemen
berhubungan dengan proses dilatasi servik

Platelet activing factor (PAF)
Platelet activing factor merupakan suatu reseptor yang termasuk dalam
kelompok heptahelicl dari reseptor transmembran dan berperan pada
peningkatan sel-sel myuometrium serta meningkatkan kontraksi uterus.
Kadar Platelet activing factor dalam cairan amnion meningkat selama
proses persalinan.
Platelet activing factor , seperti prostaglandin , sitokinin dan endothelin-
1 , diproduksi di leukosit sebagai hasil proses inflamasi yang terjadi ketika
servik berdilatasi.
Platelet activing factor diinaktifkan oleh enzim Platelet activing factor
acetylhudrolase. Enzim ini didapatkan pada aktifitas spesifik yang tinggi dari
makrofag, yang terdapat dalam jumlah yang besar di desidua
Pelepasan arakidonat dari 1-alkil-2 arakidonoil fosfatidilkolin
menyokong pembentukan Platelet activing factor karena produk lain dari reaksi
ini , yaitu 1-alkil lisifosfatidilkolin , yang merupakan kosubtrat untuk
biosintesis Platelet activing factor
.(2,10,11)
14

IV. INFUS AMNION

Pada tahun 1976 gabbe dan kawan-kawan mengemukakan suatu metoda
yang memindahkan cairan amnion yang mempunyai variabel yang dapat
meyebabkan deselarasi denyut jantung janin dengan cairan salin. Transvagina
infus amnion dilakukan pada tiga masalah klinik yaitu :
.(2)
1. Pengobatan dari variabel atau deselarasi denyut jantung janin
yang memanjang.
2. Profilaksis pada kasus kasus yang diketahui
oligohidroamnion dengan pecah ketuban lama.
3. Untuk mendilusi atau membersihkan mekonium yang tebal.
Cara ini dilakukan dengan memberikan 500 sampai dengan 800 ml
bolus cairan normal salin yang hangat diikuti dengan pemberian infus secara
kontinu sebanyak 3 ml per jam.
Tabel 4-1 Komplikasi yang terjadi karena pemberian amnioinfusion




15

V. TES TES YANG MENGGUNAKAN CAIRAN AMNION

Amniosintesis
Obstetri modern menginginkan deteksi kelainan pada kehamilan sedini
mungkin . Untuk membuat diagnosis terrsebut umumnya dipakai sel-sel yang
terdapat di dalam cairan amnion dengan melakukan amniosintesis .

.(1,2,3,4,5,6,8,9)
Amniosintesis pada saat ini lebih sering dilakukan melalui
transabdominal.
Penggunaan amniosintesis antara lain digunakan dalam manajamen
kelahiran preterm , dimana dapat mendeteksi secara cepat adanya infeksi
intraamnion.
Penggunaan lainnya adalah untuk mendeteksi infeksi sitomegalo virus
pada janin yang dilakukan dengan kultur cairan amnion, hal ini berkaitan
dengan adanya reaksi rantai polymerase yang digunakan untuk mendeteksi
DNA virus .
Penggunaan lain Amniosintesis adalah untuk mendeteksi kadar alpha
feto protein dalam cairan amnion . deteksi kadar alpha feto protein ini
dilakukan jika pada pemeriksaan USG tidak menunjukan adanya peningkatan
kadar alpha feto protein serum ibu.
Amniosintesis sering digunakan untuk mengkonfirmasi kematangan
paru janin , dengan menggunakan konsentrasi relatif dari surfactan active
phospholipid
Amniosintesis untuk diagnostic genetic biasannya dilakukan pada usia
kehamilan 15-20 minggu , beberapa pusat studi telah mengkonfirmasikan
pada saat itu amnioxintesis cukup aman dilakukan dan mempunyai keakuratan
diagnostic 99%.
16
Pada wanita yang berusia 35 tahun amniosintesis rutin dilakukan
untuk mendeteksi adanya kelainan genetik , karena terjadinya peningkatan
resiko tersebut .
Pada penyakit-penyakit hemolitik dari janin penggunaan amniosintesis
dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin dalam cairan amnion. Ketika sel-
sel darah janin mengalami hemolisis , menjadi pigmen-pigmen terutama
bilirubin. Kadar bilirubin dalam cairan amnion berhubungan langsung dengan
derajat hemolisis dan secara tidak langsung memprediksikan anemia pada
janin, pengukuran kadar bilirubin ini menggunakan spektrofometer, yang
dilakuka pada lebih 350 - 700 rentang panjang gelombang dan nilai-nilainya
ditulis pada suatu kertas semilogaritma dengan panjang gelombang sebagai
koordinat linear dan kepadatan optik sebagai koordinat logaritma
Selain penggunaan diagnostik amniosintesis juga digunakan sebagai terapi
seperti kasus-kasus hidroamnion .dengan memindahkan cairan amnion .
.(2)

Teknik pengambilan
Bantuan USG diperlukan untuk memandu jarum spinal ukuran 20-22
mencapai kantong amnion dengan menghindari plansenta, tali pusat dan janin.
Inspirasi awal sekitar 1-2 ml , kemudian cairan tersebut dibuang untuk
mengurangi kemungkinan adanya kontaminasi sel-sel ibu, kemudian lebih
kurang 20 ml cairan diambil lagi , kemudian jarum dilepaskan ,Titik luka di
observasi kalau ada perdarahan dan denyut jantung janin dipantau
Komplikasi kecil seperti bercak perdarahan pada vagina , atau
kebocoran amnion berkisar 1-2 %. Dan insiden chorioamniotis jauh lebih
kecil dari 1 dibandingkan 1000 kejadian.
Kemungkinan terkenanya tusukan jarum pada janin sangat jarang
dengan penggunaan bantuan USG. Kesalahan dalam kultur sel juga sangat
jarang tetapi dapat terjadi jika janin abnormal. Kematian pada janin berkisar
kurang dari 0,5 % yang sebagian dihasilkan karena telah adanya abnormalitas
17
pada janin seperti abrupsi plasenta , implantasi abnormal plasenta , anomali
uterus dan infeksi.

Amniosintesis dini.
Amniosintesis dini dilakukan pada usia kehamilan 11 sampai 14
minggu, teknik yang digunakan sama dengan uang biasa dilakukan , tetapi
karena membrane masih bersatu dengan dinding uterus akan menimbulkan
kesulitan dalam menembus kantong kehamilan dan jumlah cairan yang
diambil sangat sedikit biasanya sekitar 1 ml untuk setiap minggu kehamilan.
Amniosintesis dini ini mempunyai resiko keguguran dan komplilkasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara tradisional. Dari beberapa studi
jumlah keguguran setalah amniosintesis dini adalah 2,5 % dibandingkan
dengan amniosintesis tradisional yang berkisar 0,7 %.
Amniosintesis dini ini juga diduga menyebabkan kelainan deformitas
kaki pada janin lebih besar dibandingkan dengan penggunaan cara tradisional.
Beberapa studi menunjukan angka kejadian Talipes equines varus adalah 1
sampai dengan 1,4 % dibandingkan dengan cara tradisional 0,1 %. Dan
kemungkinan kultur sel yang salah terjadi setelah prosedur awal sehingga
membutuhkan tindakan prosedur invasive tambahan
Karena alasaan-alasan inilah banyak pusat studi tidak menganjurkan
melakukan amniosintesis sebelum kehamilan 14 minggu.

Shake test
Shake test atau test busa diperkenalkan oleh clements dan kawan-kawan pada
tahun 1972, untuk mempersingkat waktu dan mempunyai akurasi yang lebih
tepat dalam mengukur kadar lesitin sphingomyelin.
.(2)
Tes ini tergantung kepada kemampuan surfaktan dalam cairan amnion
, ketika dicampur dengan ethanol , untuk mendapatkan busa yang stabil pada
batas air dan cairan.
18
Ada dua masalah dalam tes ini :
1. Kemungkinan kontaminasi dari cairan amnion, reagen atau tabung
kaca, dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran
2. Kemungkinan terjadinya false negative.
Beberapa senter menggunakan tes ini sebagai tes penapisan dan jika
negatif akan menggunakan tes lain yang lebih baik dalam mendeteksi rasio
L/S



Lumadex- FSI tes
Merupakan suatu tes yang didasarkan dari shake tes untuk
mengidentifikasi aktifitas surfaktan pada cairan amnion

Fluoresen Polarisasi (Microviscometri)
Adalah sebuah tes yang menggunakan mikroviskositas dari lemak
yang terdapat dalam cairan amnion , yang kemudian dicampur dengan suatu
bahan fluorsensi spesifik yang berikatan dengan hidrokarbon dari lemak
surfaktan . Intensitas dari fluoresensi ini diinduksi dengan lampu polarisasi
kemudian akan diukur . teknik ini cepat dan mudah dilakukan, akan tetapi
biaya yang diperlukan untuk melakukan tes ini cukup mahal

Dipalmitoylphosphatidylcholin (DPPC tes)
Merupakan suatu tes dengan menggunakan pengukuran kadar
Dipalmitoylphosphatidylcholin dalam cairan amnion yang mempunyai
sensitifitas dan spesifisitas 100% dan 96% , yang digunakan untuk mendeteksi
gawat nafas pada janin

VI. Ringkasan
19
Cairan Amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses
kehamilan dan persalinan.
Cairan amnion merupakan salah satu sistem komunikasi fetal maternal.
Volume cairan amnion pada saat aterm berkisar antara 1000-1500 ml yang
dapat diukur dengan menggunakan ultrasonografi ataupun indeks cairan
amnion.
Cairan amnion mempunyai banyak fungsi baik sebagai pelindung janin ,
tempat pertumbuhan dan perkembangan janin ataupun sebagai barier pada
proses persalinan.
Didalam cairan Amnion terkandung zat-zat seperti prolactin , Alpha feto
protein , lesitin dan sphingomyelin dan sejumlah agen bioaktif seperti sitokinin ,
prostaglandin , Platelet activing factor , selain urine , lanugo ,sel-sel epitel ,
verniks kaseosa dan protein
Tes tes yang dapat dilakukan dengan menggunakan cairan amnion
antara lain amniosintesa , shake test , lumadex FSI tes , mikroviscometri ,
DPPC tes
20
Daftar Pustaka


1. Hacker and mooree.Essensial obstetric and gynaecologi .2/e : Philadelpia :
WB saunders company :1992
2. Cunningham FG,MacDonald PC,Leveno KJ,Gillstrap LC. Williams
Obstetrics.21
ed
.Connecticut: Appleton and Lange, 2001
3. Mochtar R. Sinopsis obstetric , Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC ,
1994
4. Supono. Ilmu kebidanan fisiologis. Palembang Bagian obstetric dan
ginekologi RSUP Palembang/FK Unsri, 1985
5. WiknjosastroH, Saifuddin AB Rachimhadi T.editor.Ilmu Kebidanan Edisi
ketiga .Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirhardjo, 1994
6. Siswodarmo R. Obstetri Fisiologis. Edisi 1. Yogyakarta : Andi Offset , 1992
7. Ganong WF. Fisiologi Kedokteran Edisi 10 Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995
8. Sadller TW. Embriologi kedokteran Langmans. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1996
9. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologis. Bandung :
10. Speroff L , Glass RH, Kase GH. Clinical gynecologyc endocrinology and
infertility 6
th
edition. Philadelpia : William and Wilkins, 1999
11. Hunt JS , Prostagalandins, immunoregulation and macrophage function. In
Coulam BC,Faulk WP, Mcintrye JA eds. Imumnuological obstetrics 1
st

edition. New York : Norton Medical Book , 1992

21

You might also like