You are on page 1of 12

Makalah Sejarah Peminatan

Merkantilisme


Kelompok :
Adam Wildan
Aghni F
Gita S
Ihsan M


SMA NEGERI 26 BANDUNG

Kata Pengantar

Pertama tama marilah kita panjatkan Puji serta syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, dan Hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.


Penyusun






Daftar Isi

Kata Pengantar ..
Daftar Isi
Pembahasan .
Merkantilisme dari sumber internet
Merkantilisme dari sumber buku
Daftar Pustaka ..


















Merkantilisme Dari Sumber internet

1. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan
suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara
yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting.
Aset ekonomi atau modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital
(mineral berharga, terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan
modal ini bisa diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya)
impor sehingga neraca perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme
mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan
perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong eksport (dengan banyak
insentif) dan mengurangi import (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kebijakan
ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan sistem
ekonomi merkantilisme.
Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal
periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara sudah mulai
timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam
mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai
lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong
terjadinya banyak peperangan dikalangan negara Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya
dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring
dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The
Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu
adalah negara industri terbesar di dunia.
Saat ini, semua ahli ekonomi Eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1750 dianggap
sebagai merkantilis meskipun ketika itu istilah 'merkantilis' belum dikenal. Istilah ini pertama
kali diperkenalkan oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau pada tahun [1763], dan
kemudian dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Pada kenyataannya, Adam Smith
menjadi orang pertama kali menyebutkan kontribusi merkantilis terhadap ilmu ekonomi
dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nations. Istilah merkantilis sendiri berasal dari
bahasa Latin mercari, yang berarti "untuk mengadakan pertukaran," yang berakar dari kata
merx, berarti "komoditas." Kata merkantilis pada awalnya digunakan oleh para kritikus
seperti Mirabeau dan Smith saja, namun kemudian kata ini juga digunakan dan diadopsi oleh
para sejarawan





2. Sumber : http://saung-elmu.blogspot.com/2010/09/merkantilisme.html
Paham Merkantilisme berkembang di negara-negara Barat dari abad ke-16 sampai
abad ke-18. Paham ini dipelopori oleh beberapa tokoh, seperti Thomas Mun Sir James
Stuart dari Inggris, Jean Baptiste Colbert dari Prancis, dan Antonio Serra dari Italia. Secara
umum, Merkantilisme dapat diartikan sebagai suatu kebijaksanaan politik ekonomi dari
negara-negara imperialis yang bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya
kekayaan berupa logam mulia. Logam mulia ini dijadikan sebagai ukuran terhadap kekayaan,
kesejahteraan, dan kekuasaan bagi negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, semakin
banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara imperialis maka semakin kaya dan
semakin berkuasalah negara tersebut. Mereka percaya bahwa dengan kekayaan yang
melimpah maka kesejahteraan akan meningkat dan kekuasaan pun semakin mudah untuk
didapatkan. Negara yang menerapkan sistem ekonomi merkantilis adalah Inggris Raya.
Dari pengertian Merkantilisme yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri Merkantilisme yaitu:
a. Negara adalah satu-satunya penguasa ekonomi;
b. Mendapatkan logam mulia (emas) sebanyak-banyaknya menjadi tujuan utama.
Gerakan Merkantilisme berkembang serta berpengaruh sangat kuat dalam
kehidupan politik dan ekonomi di negara-negara Barat, seperti negara Belanda, Inggris,
Jerman, dan Prancis. Setiap negara kolonialis saling berlomba untuk mendapatkan dan
mengumpulkan kekayaan berupa logam mulia untuk berbagai kepentingan, seperti
kepentingan industri, ekspor maupun impor. Bahkan, untuk mencapai tujuannya tidak
jarang terjadi persaingan di antara negara-negara kolonialis tersebut. Dengan ditemukannya
jalur pelayaran dan perdagangan di Samudera Atlantik maka hubungan luar negeri di antara
negara-negara Barat semakin terbuka lebar. Melalui interaksi perdagangan tersebut, setiap
negara-negara Barat mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.
Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme
pada dasarnya telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis
untuk memfokuskan segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan
yang banyak dan kekuasaan yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi
perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-
masing negara. Inggris misalnya, menjadikan praktik politik ekonomi Merkantilisme dengan
tujuan untuk:
a. Mendapatkan neraca perdagangan aktif, yakni untuk memperoleh keuntungan
besar dari perdagangan luar negeri;
b. Melibatkan pemerintah dalam segala lapangan usaha dan perdagangan;
c. Mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan
sebagai daerah monopoli perdagangannya.
Pada perkembangan selanjutnya, nilai uang disamakan dengan emas, masing-masing
negara berusaha untuk mendapatkan emas. Oleh karena itu, paham Merkantilisme tidak
hanya menjadikan logam sebagai sumber kemakmuran, tetapi lebih dari itu memandang
pula pentingnya usaha untuk menukarkan barang-barang lainnya dengan emas batangan.
Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya arus masuk emas ke pasaran Eropa. Selain itu,
ditandai pula dengan semangat bangsa-bangsa Barat untuk melakukan penjelajahan atau
perdagangan dengan Dunia Timur yang kaya akan sumber daya alam bagi pemenuhan pasar
Eropa.
Sejak saat itu, tidak sedikit penjelajahan dan pelayaran bangsa-bangsa Eropa yang
dibiayai oleh raja atau negara. Setiap negara, seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol
saling bersaing untuk mendapatkan barang berharga tersebut. Negara-negara tersebut
melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap setiap daerah yang ditemuinya. Banyak
daerah yang menjadi sasaran bangsa-bangsa Barat itu, seperti daerah yang ada di benua
Amerika yang di dalamnya terdapat Kerajaan Inca, Maya, dan Astec. Di daerah-daerah itu,
bangsa Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol melakukan eksploitasi untuk mendapatkan
emas sebanyak-banyaknya dalam rangka mencapai tujuan gerakan Merkantilisme.
Politik Merkantilisme melahirkan terbentuknya persekutuan-persekutuan dagang
masyarakat Eropa, seperti EIC (kongsi perdagangan Inggris di India) dan VOC (kongsi
perdagangan Belanda di Indonesia). Inggris bangkit sejalan dengan aman penjelajahan
samudera untuk mencari daerah-daerah baru yang kemudian dijadikan sebagai koloni.
Begitu juga dengan masyarakat Eropa lainnya, seperti Prancis, Belanda, dan Spanyol. Oleh
karena itu dalam perkembangan politik ekonomi, Merkantilisme secara langsung atau tidak
telah menimbulkan ekses lain, yakni perebutan daerah koloni. Penjelajahan samudera atau
pelayaran bangsa-bangsa Barat tersebut akhirnya sampai di Kepulauan Nusantara yang kaya
akan rempah-rempah, seperti lada, cengkih, pala, fuli (bunga pala), dan lain-lain. Bagi
bangsa-bangsa Eropa, rempah-rempah merupakan barang komoditas yang sangat laku di
pasaran Eropa. Oleh karena itu, mereka segera menukar bahan komoditas tersebut dengan
barang-barang kebutuhan rakyat Indonesia. Selanjutnya, untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih besar lagi, mereka memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Bahkan, tidak hanya dengan memonopoli perdagangan, mereka juga melakukan pemerasan
dan penguasaan daerah yang kemudian dikenal dengan penjajahan atau kolonialisme.










3. Sumber : http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/2.html
Merkantilisme adalah suatu aliran/filsafat ekonomi yang tumbuh dan
berkembang dengan pesat pada abad ke 16 sampai abad ke 18 di Eropa
Barat. Pada awal abad ke 16 beberapa kota yang relatif besar mulai bermunculan
seperti London, Paris dan Napoli. Di kota-kota itu produk untuk keperluan mulai
dibuat oleh pengrajin, seperti alat rumah tangga, alat-alat dapur, gerabah dan
pakaian jadi. Periode ini menandai kemunculan masyarakat Pasar.
Pada dasarnya merkantilime adalah sebuah tahap dalam perkembangan
sejarah kebijakan ekonomi, sebuah sistem tentang kebijakan ekonomi yang banyak
dipraktekkan oleh banyak bangsawan Eropa dalam rangka menjamin kesatuan
politik dan kekuatan nasional. Merkantilis sendiri dapat dibedakan antara kelompok
bullionist dan merkantilist murni. Kelompok bullionist berkembang sebagai awal
perkembangan kelompok merkantilist murni, Ide dasarnya sebenarnya sama, yaitu
berusaha mencapai kemakmuran negara, yang membedakan adalah usaha untuk
mencapai kemakmuran tersebut
Kelompok Bullionist, yang dipelopori oleh Gerald Malynes, mengaitkan
kemakmuran negara dengan banyaknya logam mulia, semakin besar stok logam
mulia di dalam negeri mencerminkan kemakmuran, kekuasaan dan
kemegahan. Oleh karena itu kebijakan dalam perdagangan adalah mendorong
ekspor sebesar-besarnya, kecuali logam mulia dan melarang impor dengan ketat,
kecuali logam mulia, sehingga apabila terdapat surplus ekspor, maka surplus ekspor
ini akan dibayar dengan logam mulia. Menjual barang ke luar negeri selalu lebih baik
dari membeli barang dari negara lain, karena menjual barang dari negara lain akan
dibayar dengan logam mulia sedangkan membeli barang dari negara lain akan
mengurangi logam mulia.
Sedangkan golongan merkantilis murni, hal yang paling menonjol adalah
aspek suku bunga. Suku bunga yang rendah akan menguntungkan pencari kredit,
dan ini diperlukan untuk mendorong kegiatan ekonomi. Agar kegiatan ekonomi
dapat berkembang maka harga barang juga harus meningkat dan peningkatan
harga barang dapat terjadi apabila jumlah uang beredar meningkat. Agar uang yang
berupa logam mulia dapat diperbanyak maka jalan yang paling mudah adalah
melakukan perdagangan internasional. Oleh karena itu setiap negara wajib
berusaha memperoleh neraca perdagangan yang menguntungkan (favorable
balance of trade). Surplus ekspor dapat menambah logam mulia, dan dengan
masuknya logam mulai maka negara akan menjadi makmur dan kuat.





Pada intinya, ide pokok kelompok merkantilis ini adalah sebagai berikut:
a. Suatu negara akan makmur dan kuat bila ekspor lebih besar dari impor
b. Surplus yang diperoleh dari selisih ekspor dan impor (ekspor netto) yang positif
akan dibayar dengan logam mulia (emas dan perak). Dengan demikian semakin
besar ekspor netto maka akan semakin banyak logam mulia yang diperoleh dari
luar negeri.
c. Pada waktu itu logam mulia digunakan sebagai alat pemba-yaran,sehingga
negara yang memiliki logam mulia yang banyak akan menjadi makmur dan kuat
d. Logam mulia yang banyak tersebut dapat digunakan untuk membiayai
armada perang guna memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran
agama
e. Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas per-dagangan luar
negeri diikuti dengan kolonisasi diAmerika Latin, Afrika dan Asia

Pendukung utama keompok merkantilis murni adalah Thomas Mun di Inggris,
Colbert di Perancis sehingga merkantilis di Perancis dinamakan colbertisme yang
lebih menitik beratkan pada perkembangan industri dalam negeri daripada perda-
gangan internasional, Von Hornigh dan Becker di Jerman dan Austria dan sistemnya
disebut sebagai cameralisme.
Ide pokok merkantilis yang mengatakan negara atau raja akan menjadi kuat
dengan semakin banyaknya logam mulia mendapat kritikan dari David Hume, yang
menyatakan bahwa semakin banyak logam mulia maka ini berarti jumlah uang
beredar (money supply) akan semakin banyak. Bila money supply naik sedangkan
produksi tetap, maka tentu akan terjadi inflasi dan kenaikan harga. Kenaikan harga
di dalam negeri akan menaikkan harga barang-barang ekspor, sehingga kuantitas
ekspor akan menurun.
Naiknya jumlah uang beredar yang diikuti dengan peningkatan inflasi akan
menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih rendah, sehingga kuantitas
impor akan meningkat. Perkembangan yang demikian akan akan
menyebabkan impor lebih besar dari ekspor dan pada akhirnya logam mulia akan
menurun atau berkurang (untuk membiayai impor). Dengan berkurangnya logam
mulia yang dimiliki maka negara atau raja menjadi lebih miskin
Dengan adanya kritik David Hume ini, maka teori praklasik merkantilisme
menjadi tidak relevan. Selanjutnya muncullah teori klasik atau absolute advantage
dari Adam Smith.


4. Sumber : http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/02/merkantilisme-ekonomi-pra-klasik.html
Pengertian Merkantilisme
Terminologi: mercari (Latin) , yang berarti "jual beli," yang berakar dari kata merx, berarti
"komoditas."
Merkantilisme adalah suatu sistem politik ekonomi:
1. Negara/raja memiliki wewenang yang besar dalam sistem ekonomi
2. Kemakmuran suatu negara/raja diukur dari jumlah logam mulia yang dimiliki
3. Perdagangan luar negeri/ perdagangan internasional merupakan jalan utama memperoleh kekayaan
(logam mulia)
Tujuan dari merkantilisme adalah:
1. Memperbanyak aset dan modal negara/raja
2. melindungi perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara
3. untuk membiayai negara/raja sebagai satu-satunya penguasa ekonomi
4. membiayai dan memperkuat armada perang

Pada intinya, ide pokok kelompok merkantilis ini adalah sebagai berikut:
Negara harus memperbanyak kekayaannya dengan menumpuk logam mulia.
Volume perdagangan global harus ditingkatkan dengan memperbesar ekspor dan menekan
impor.
Surplus yang diperoleh dari nett ekspor akan dibayar dengan logam mulia, sehingga semakin
banyak logam mulia yang diperoleh dari luar negeri.
Jumlah logam mulia yang dimiliki suatu negara sebagai alat pembanding tingkat
kemakmuran diantara negara yang lain.
Logam mulia digunakan sebagai modal membiayai armada perang untuk memperluas
perdagangan luar negeri dan penyebaran agama.

Sejarah Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu aliran filsafat ekonomi yang tumbuh dan berkembang dengan pesat
pada abad ke-16 sampai abad ke-18 di Eropa Barat. Karena itulah mengapa semua ahli ekonomi
Eropa pada periode tersebut dianggap sebagai merkantilis. Padahal istilah 'merkantilis' sediri saat itu
belum dikenal. Merkantilisme baru diperkenalkan pertama kali oleh Victor de Riqueti, marquis de
Mirabeau pada tahun [1763], dan dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776 dalam bukunya
The Wealth of Nations.
Abad ke-16 di Eropa tengah bermunculan negara-negara merdeka seperti Inggris, Perancis, Jerman,
Italia dan Belanda. Mereka memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan kedaulatan, kebebasan
dengan menunjukkan kesejahteraan rakyatnya. Ciri utama dari paham merkantilisme ditandai
dengan campur tangan negara/raja secara menyeluruh dalam setiap sendi ekonomi. Filosofi
merkantilisme memberi dukungan penuh bagi negara/raja untuk mengintervensi dan mengatur
perekonomiannya. Sehingga merkantilisme menjadi sebuah tahap dalam perkembangan sejarah
kebijakan ekonomi dimana kebijakan ekonomi dikaitkan dengan erat kepada kesatuan politik dan
kekuatan nasional.
Merkantilisme menitik beratkan kemakmuran suatu negara dari tingkat kekayaannya. Pengumpulan
kekayaan negara/raja dapat dilakukan dengan peningkatan volume perdagangan. Volume
perdagangan dapat ditingkatkan dengan (1)peningkatan produksi dan (2)perluasan pasar.
Kebutuhan akan pasar inilah yang yang menimbulkan peperangan di negara Eropa dan dan lahirnya
imprealisme.
Pada awal abad ke-16 beberapa kota besar seperti London, Paris dan Napoli mulai bermunculan. Di
kota-kota itu berbagai produk mulai dibuat oleh pengrajin. Periode ini menandai kemunculan
Masyarakat Pasar (Market Society). Saat merkantilisme berkembang, Bangsa Eropa telah mengenal
logam mulia sebagai medium of exchange (uang), sehingga kemudian menetapkan standar ukuran
kemakmuran suatu negara dengan jumlah logam mulia yang dimiliki. Semakin banyak logam mulia,
maka semakin makmur negara itu dibandingkan dengan negara lainnya. Peningkatan produktivitas
diperlukan untuk meningkatkan ekspor, yang bisa mendatangkan surplus perdagangan.
Selain peningkatan produksi, upaya menambah kekayaan dalam merkantilisme adalah perluasan
pasar. Merkantilisme memandang perdagangan internasional sebagai suatu aspek
penting. Perdagangan internasional adalah cara untuk memperluas pasar dalam rangka
mendapatkan surplus perdagangan sebesar-besarnya. Kekayaan suatu negara diukur dari
perbandingan ekspor impornya. Seolah-olah ekspor dan impor berada dalam suatu timbangan, di
mana jika ekspor berlebih maka neraca perdangangan dianggap untung. Dengan adanya keuntungan
maka terjadi peningkatan pendapatan negara yang harus dibayar dan diimbangi secara tunai dengan
emas. Perpanjangan tangan para penguasa pada merkantilisme terlihat dari kebijakan ekonomi
proteksi, dimana negara/raja mendukung ekspor dengan insentif dan menghadang import dengan
tarif. Cara perluasan pasar yang dilakukan pada masa merkantilisme ini adalah dengan penjelajahan
samudra, membuka wilayah-wilayah baru untuk di eksplorasi. Penjelajahan bangsa Eropa ini pada
akhirnya membawa ketamakan untuk menguasai sumber daya alam mereka sebagai bagian dari
kekayaan negara/raja-nya. Mereka menjadi wilayah-wilayah baru tersebut sebagai jajahan/koloni
mereka. Daerah koloni dipaksa untuk menghasilkan bahan mentah untuk keperluan industri dan
dipaksa untuk membeli hasil industri negara induk.
Contoh raja pengikut/ penganut sistem merkantilisme :
1. Raja Karel V dari negara Spanyol
2. Ratu Elizabeth dari Inggris
3. Prinsmaurits berasal dari Belanda
4. Louis XIV dari Prancis

Dampak Merkantilisme Eropa pada Sejarah Dunia
Merkantilisme melahirkan kapitalisme. Kapitalisme melahirkan imprealisme.
Ekonomi Kerajaan Inggris semakin meningkat pada zaman Raja Henry VII. Inggris memperoleh
keuntungan besar dari perdagangan luar negerinya. Kemudian, merkantilisme mendorong
pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai daerah monopoli
perdagangannya. Kesuksesan Inggris memanfaatkan daerah-daerah koloninya, membuat Bangsa
Eropa tergiur (Belanda, Perancis dan Spanyol). Tak heran merkantilisme semakin memperluas
peperangan antar-bangsa-eropa dalam rangka memperebutkan daerah-daerah koloni di penjuru
dunia. Politik merkantilisme ini jugalah yang melahirkan terbentuknya persekutuan dagang
masyarakat Eropa, seperti EIC di India dan VOC di Indonesia.
Dengan perkembangan teknologi, merkantilisme mampu mendukung perubahan bentuk usaha
domestic system berubah menjadi manufacture system. Dengan demikian politik ekonomi
merkantilisme mendukung berlangsungnya revolusi industri yang berkembang di negara Inggris.
Revolusi industri ini juga kemudian mengantarkan kita pada perubahan signifikan dalam sejarah
manusia.


Dampak dari merkantilisme dalam sejarah:
1. Lahirnya kolonialisme imprealisme
2. Aktifnya perdagangan internasional.
3. Berkembangnya teknologi-teknologi baru, misalnya Act of Navigation yang sangat
membantu perkapalan Inggris, penemuan mesin uap dalam rangka efisiensi produksi
membawa Inggris pada revolusi industri

Jenis Merkantilisme:
Pada dasarnya Merkantilisme adalah cara untuk mencapai kemakmuran negara. Namun pada
prakteknya ada dua jenis merkantilis yang bisa dibedakan berdasarkan cara mencapai
kemakmuran. Kedua jenis merkantilis tersebut adalah:

A. Kelompok Bullionist
Kelompok bullionist berkembang sebagai awal perkembangan kelompok merkantilist murni,
dipelopori oleh Gerald Malynes. Kelompok ini mengaitkan kemakmuran negara dengan
banyaknya logam mulia. Semakin besar stok logam mulia di dalam negeri, semakin makmur,
megah dan berkuasa negara tersebut.

Kebijakan kelompok ini adalah
- mendorong ekspor sebesar-besarnya, (kecuali logam mulia)
- melarang impor dengan ketat, (kecuali logam mulia)
- surplus ekspor harus dibayar dengan logam mulia

B. Merkantilist Murni

Kata kunci merkantilist murni adalah aspek suku bunga. Suku bunga yang rendah akan
menguntungkan pencari kredit, dan ini diperlukan untuk mendorong kegiatan
ekonomi. Agar kegiatan ekonomi dapat berkembang maka harga barang juga harus
meningkat dan peningkatan harga barang dapat terjadi apabila jumlah uang beredar
meningkat. Agar uang bertambah maka jalan yang paling mudah adalah melakukan
perdagangan internasional. Oleh karena itu setiap negara wajib berusaha memperoleh neraca
perdagangan yang menguntungkan (favorable balance of trade).

Pendukung utama kelompok merkantilis murni adalah Thomas Mun (Inggris), Colbert
(Perancis), Von Hornigh (Jerman) dan Becker (Austria).

Kritik terhadap Merkantilisme
A. David Hume
Ide pokok merkantilis yang mengagungkan logam mulia dikritik keras oleh David Hume.
Hume menyatakan bahwa menambah logam mulia sama dengan menambah jumlah uang
beredar (money supply). Bila money supply naik sedangkan tingkat produksi tetap, maka
akan terjadi inflasi (kenaikan harga). Kenaikan harga di dalam negeri akan menaikkan harga
barang-barang ekspor, sehingga jumlah barang yang di-ekspor akan menurun. Pada situasi
dimana harga barang impor lebih rendah daripada barang dalam negeri, akan meningkatkan
impor. Hingga nett ekspor mencapai negatif, cadangan logam mulia akan dipakai untuk
membiayai impor. Dengan berkurangnya logam mulia yang dimiliki maka negara/raja
menjadi lebih miskin (berkurang kekayaannya).

B. Adam Smith
Kritikan Hume ini kemudian melahirkan teori klasik atau absolute advantage dari Adam
Smith pada akhir abad ke-18.
Kritik Adam Smith:
1. Ukuran kekayaan suatu negara bukan berdasarkan logam mulia.
2. Kemakmuran suatu negara berdasarkan jumlah nilai tambah produksi barang domestik
(PDB) ditambah dengan surplus perdagangan.
3. Pemerintah perlu mengurangi campur tangannya dalam perdagangan, sehingga mendukung
terjadinya perdagangan bebas.
4. Perdagangan bebas akan meningkatkan daya kompetisi, sehingga akan mendorong
spesialisasi berdasarkan absolute advantage.
5. Spesialisasi akan mendorong produktivitas dan efisiensi.
6. Peningkatan produktivitas adan efisiensi akan meningkatkan PDB dan surplus perdagangan.
7. Peningkatan PDB dan surplus perdagangan identik dengan peningkatan kemakmuran suatu
negara/raja.

Kritikan-kritikan ini menggiring dunia untuk mengakhiri era merkantilisme, dan memasuku
ekonomi klasik.


Hapus yang tidak perlu ..

You might also like