You are on page 1of 24

PARADIGMA PENELITIAN DALAM SOSIOLOGI

Oleh : Subair
ABSTRAK
Tulisan ini mendeksripsikan ragam paradigma dalam penelitian sosiologi menurut Denzin
dan Lincoln dalam bukunya Handbook of Qualitative Research (Second Edition), yang
diterbitkan oleh Thousand Oaks: Sage Pub. Inc. (!!!". Setiap paradigma#sebagai
world view yang digunakan suatu komunitas ilmu$an tertentu untuk mempela%ari obyek
keilmuan mereka#satu sama lain mungkin bertolak belakang dan sulit dipertemukan.
Sebab& setiap paradigma memiliki asumsi'asumsi serta pen%elasan mengenai realitas
sosial masing'masing& yang sulit diperbandingkan satu per satu (incommensurable"
berdasarkan sistem nilai independen tertentu. Oleh karena itu& perbedaan antarparadigma
bisa mendasar dari segi ontologi& epistemologi& dan metodologi. Dalam tulisan ini&
perbedaan antarparadigma tersebut dibahas dari empat dimensi& yakni epistemologis&
ontologi& metodologis& dan aksiologis. Denzin dan Lincoln membagi paradigma penelitian
ke dalam lima paradigma yaitu paradigma positi(isme& paradigma post'posti(isme&
paradigma teori sosial kritis& paradigma konstrukti(is& dan paradigma partisipatoris.
Kata Kunci: paradigma penelitian& positi(isme& post'posti(isme& teori sosial kritis&
konstrukti(is& partisipatoris.
A. Pendahuluan
Thomas )hun dalam The Structure of Scientific Revolution mende*iniskan
paradigma sebagai suatu kerangka re*erensi atau pandangan dunia (world view" yang
men%adi dasar keyakinan atau pi%akan suatu teori. Sementara Patton (+,-."
mende*iniskannya sebagai world view, a general perspective, a wa of breaking down
the comple!it of the real world" Dengan demikian& paradigma adalah konstelasi teori&
pertanyaan& pendekatan& serta prosedur yg dipergunakan oleh suatu nilai dan tema
pemikiran. )onstelasi ini dikembangkan dalam rangka memahami kondisi se%arah dan
keadaan sosial& untuk memberi kerangka konsepsi dalam memberi makna realitas sosial.
Paradigma merupakan tempat seseorang berpi%ak dlm melihat suatu realitas.
De*inisi di atas berimplikasi pada pernyataan bah$a setiap orang mempunyai
paradigma yg berbeda'beda. )etika paradigma tiap orang berbeda tidak rele(an untuk
menyatakan dirinya benar dan lain salah& adil atau tidak adil dan lain'lain. /amun suatu
paradigma dapat mempengaruhi banyak orang untuk mengikuti paradigma tersebut dan
dapat mengatakan kita benar dan yang lain salah. Dan bisa %adi akhirnya suatu paradigma
disebut paradigma lain sebagai paradigma hegemonik& dominati* dan bahkan eksploitati*.
1 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
Dominasi suatu paradigma terhadap paradigma lain sesungguhnya bukanlah
karena urusan 0salah atau benar1 yakni yang benar akan memenangkan paradigma lain&
melainkan kemenangan suatu paradigma atas paradigma lain disebabkan oleh pendukung
paradigma yang menang itu lebih memiliki kekuatan dan kekuasaan (po$er" dari
pengikut paradigma yg dikalahkan. 2ukan karena lebih benar dan lebih baik dari yang
dikalahkan (3itzer:+,-.".
4ubungan suatu paradigma dengan paradigma lain bisa ter%adi berbagai
kemungkinan: #ertama& paradigma lama mati diganti paradigma baru dan seterusnya
seperti itu& hal itu hanya ter%adi dlm ilmu alam. $edua& antar paradigma saling
berhadapan& bertikai& saling kritik dan saling bergantian menghegemoni. $etiga& ter%adi
dialog antar paradigma pada era yang sama.
Langkah pertama guna memahami penentuan kriteria penilaian tersebut adalah
dengan mema*humi bah$a metodologi penelitian bukan sekadar kumpulan metode atau
teknik penelitian. 5etodologi terkait dengan suatu kesatuan landasan nilai'nilai
(khususnya yang menyangkut *llsa*at keilmuan"& asumsi'asumsi& etika& dan norma'norma
yang men%adi aturan'aturan standar yang dlgunakan mena*sirkan serta menyimpulkan
data penelitian. Di dalamnya termasuk %uga kriteria menilai kualitas hasil penelitian.
5etodologi penelitian& dengan demikian& sebenarnya tidak terlepas dari paradigma
keilmuan tertentu. Lebih spesi*ik lagi& metodologi penelitian merupakan implikasi atau
konsekuensi logis nilai'nilai& asumsi'asumsi& aturan'aturan& serta kriteria yang men%adi
bagian integral suatu paradigma.
2erbeda dengan ilmu alam serta *isika yang pada era tertentu hanya memiliki satu
paradigma#seperti /e$tonian& yang kemudian digantikan paradigma relati(itasnya
6instein#ilmu sosial merupakan multi'paradigm science& yaitu pelbagai paradigma bisa
tampil bersama'sama dalam suatu masa. 7saha mengidenti*ikasikan teorl'teori dan
pendekatan'pendekatan ke se%umlah paradigma se%auh ini telah menghasilkan
pengelompokan yang ber(ariasi. Dikemukakannya& setiap paradigma memba$a implikasi
metodologi masing'masing. Terlepas dari (ariasi pemetaan& pada intinya setiap paradigma
dapat dibedakan dari paradigma lainnya berdasarkan se%umlah hal mendasar& antara lain
konsepsi tentang ilmu sosial& asumsi'asumsi tentang masyarakat& manusia& realitas sosial&
serta keberpihakan moral dan %uga commifmerit terhadap nilai'nilal tertentu.
Setiap paradigma#sebagai world view yang digunakan suatu komunitas ilmu$an
tertentu untuk mempela%ari obyek keilmuan mereka#satu sama lain mungkin bertolak
2 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
belakang dan sullt dipertemukan. Sebab& setiap paradigma memiliki asumsi'asumsi serta
pen%elasan mengenai realitas sosial masing'maslng& yang sulit diperbandingkan satu per
satu (incommensurable" berdasarkan sistem nilai independen tertentu. Oleh karena itu&
perbedaan antar paradigma bisa mendasar dari segi ontologi& epistemologi& dan
metodologi. Perbedaan paradigmatis antara dua peneliti#atau perbedaan yang mencakup
dimensi epistemologi& ontologi& dan metodologi#akan menyebabkan keduanya tidak bisa
dipertemukan dan beker%a sama. Oleh karena Itu& dalam tulisan ini& perbedaan antar
paradigma tersebut dibahas dari empat dimensi& yakni:
+. 6pistemologis& yang menyangkut asumsi mengenai hubungan antara peneliti dan
yang diteliti dalam proses memperoleh pengetahuan mengenai obyek. Semuanya
menyangkut teori pengetahuan (theor of knowledge" yang melekat dalam
perspekti* teori dan metodologi.
. Ontologi& yang berkaitan dengan asumsi mengenai obyek atau realitas sosial yang
diteliti.
8. 5etodologis& yang berisi asumsi'asumsi mengenai bagaimana cara memperoleh
pengetahuan mengenai suatu obyek pengetahuan.
9. :ksiologis& yang berkaitan dengan posisi value %udgments& etika dan pilihan moral
peneliti dalam suatu penelitian
B. Beberapa Peba!ian Paradi!a Penelitian dala Penelitian S"#i"l"!i
Sebelum secara khusus mendeskripsikan lima paradigma penelitian menurut
Denzin dan Lincoln& terlebih dahulu akan dideskripsikan secara umum beberapa teori
tentang paradigma penelitian dari ahli yang lain. Dalam hal ini& paradigma menurut
2urrel dan 5organ& 4abermas dan 3itzer.
2urrel dan 5organ (+,-," membagi paradigma penelitian atas empat paradigma
yakni functionalist paradigm, interpretive paradigm, radical humanist paradigm dan
radical structuralist paradigm" 6mpat paradigma yang dikemukakan 2urrel dan 5organ
tersebut berangkat dari pengutuban teori'teori sosial dalam sebuah kontinum antara
konsepsi yang menekankan subyekti(itas di kutub yang satu dengan obyekti(itas di kutub
lain. Dalam kontinum obyekti*'subyekti* itu& sekurangnya terdapat pengutuban yang
menyangkut empat asumsi mengenai ilmu sosial. Pertama& dari segi ontologi&
pengkutuban antara realisme'nominalisme: dari segi epistemologi& pengutuban antara
positi(isme'antipositi(isme; dari segi metodologi& antara nomothetic'ideographic;
3 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
kemudian dari segi asumsi tentang manusia& kutub obyekti(is berangkat dari asumsi yang
deterministis& sedangkan kutub subyekti(is berpi%ak pada asumsi (oluntaristis (lihat tabel
+".
Tabel +. :sumsi'asumsi paradigma 2urrel dan 5organ
A#u#i Pende$atan Sub%e$ti& Pende$atan Ob%e$ti&
Ontologi :
2agaimana manusia
melihat kenyataan yang
ada di sekitarnya.
/ominalisme :
' Dunia sosial di luar suatu
indi(idu terbuat tidak
lebih dari nama& konsep
dan label yang digunakan
untuk
membuat struktur realita.
' Dunia sosial dibentuk
oleh pikiran manusia
sendiri.
3ealisme :
' Dunia sosial di luar indi(idu
merupakan dunia yang nyata
dan terbuat dari struktur yang
keras& dapat diukur& dan elati*
tidak dapat diubah.
' Dunia sosial ada dan berdiri
secara independen terhadap
apresiasi indi(idual.
6pistemologi :
2agaimana manusia
mengerti tentang
unianya
serta men%elaskan
kepada
sesama
:nti'positi(isme :
' Dunia sosial merupakan
sesuatu yang relati*&
tergantung pada
pandangan indi(idu yang
langsung terlibat pada
dunia tersebut
Positi(isme :
' Dunia sosial dapat i%elaskan
dan diprediksi dengan
peraturan dan hubungan
sebab akibat pada elemen
yang berhubungan
4uman /ature :
2agaimana hubungan
manusia dengan
lingkungannya
<oluntarisme :
5anusia sepenuhnya
bersi*at
bebas dan memiliki
kehendak
masing'masing
Determinisme :
5anusia dan akti(itasnya
ditentukan oleh lingkungan
dimana manusia tersebut
berada
5etodologi :
Implikasi dari ketiga
asumsi diatas yang
membuat terciptanya
banyak metodologi
yang berbeda
Ideogra*ik :
Pendekatan yang
mementingkan
keterlibatan langsung
terhadap subyek yang
diteliti
/omothetik :
Pendekatan yang
mem*okuskan pada metode
ilmiah dan testing hipotesa
Dari asumsi di atas& terdapat dua tradisi intelektual yang utama. #ertama,
0Sociological #ositivism1 yang menerapkan model dan metode dari ilmu pasti pada
masalah sosial. $edua 0&erman 'dealism1 yang melihat realita pada 0spirit1 atau 0idea1
sekaligus menolak metode ilmiah untuk memahami suatu perilaku sosial.
Debat mengenai si*at masyarakat sudah ada se%ak dulu dan berhubungan dengan
pendekatan order mengenai si*at keteraturan sosial dan pendekatan con*lict mengenai
si*at yang lebih mengarah pada perubahan. Saat ini masyarakat melihat keduanya sebagai
4 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
sesuatu yang berhubungan. Sosiolog seperti Durkheim& =eber& dan Pareto lebih tertarik
dan perhatian terhadap social order& sementara 5ar> lebih tertarik pada social change.
5enurut 2urrel dan 5organ& pembagian Dahrendor* pada (rder)*onflict +ebate
masih terlalu terbuka pada banyak interpretasi dan pembagian tersebut kurang akurat dan
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu 2urrel dan 5organ menga%ukan
pandangan lain mengenai (rder)*onflict +ebate yang disebut dengan 0Regulation1 (s
0Radical *hange1. Teori regulation lebih melakukan eksplorasi pada kesatuan masyarakat
dan kohesi(itas. Pada radical change& *okus terdapat pada kon*lik struktural& dominasi&
dan kontradiksi struktural.
4ubungan antara kedua pendekatan yang dipergunakan untuk membahas nature of
social science dan nature of societ digambarkan pada gambar berikut:
?ambar +. Paradigma penelitian menurut 2urrel dan 5organ (sumber, -urrel dan
.organ /010"
Terlihat bah$a masing'masing paradigma memiliki kemiripan si*at dengan
paradigma yang bersebelahan secara (ertikal maupun horizontal. Paradigma yang berada
pada sisi atas diagram memiliki kemiripan si*at perubahan radikal& sementara pada sisi
ba$ah memiliki kemiripan si*at regulasi. Paradigma yang berada pada sisi kanan
memiliki kemiripan si*at bah$a pandangan terhadap masalah menggunakan metode yang
*ormal& dan terstruktur. 7mumnya orang yang berada pada sisi ini lebih memaksakan agar
tu%uan dari paham yang dipercayainya (radical change atau regulation" dapat tercapai&
sementara paradigma yang berada pada sisi sebelah kiri bagi orang yang mempercayainya
cukup tertanam dalam pikirannya (bersi*at sub%ekti*".
5 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
6mpat paradigma inilah yang pada akhirnya dipergunakan untuk melihat
permasalahan yang ter%adi pada sosial masyarakat. 2erikut ini ditampilkan 9 paradigma
tersebut dan penerapannya.
/" 2unctionalist #aradigm ( (b%ective 3 Regulation )
Paradigma ini merupakan paradigma yang dominan pada studi organisasi. Paradigma ini
menyediakan pen%elasan yang rasional tentang masalah kemanusiaan. Pada dasarnya
paradigma ini bersi*at pragmatis dan mengakar kepada konsep positi(isme. 4ubungan'
hubungan yang ada bersi*at konkret dan bisa diidenti*ikasi& dipela%ari& dan diukur melalui
media ilmiah. Paradigma ini dipengaruhi oleh idealis dan mar>is.
4" 'nterpretive #aradigm ( Sub%ective 3 Regulation )
Paradigma ini men%elaskan tentang kestabilan perilaku dalam pandangan seseorang
indi(idual. Paradigma ini mem*okuskan pada pemahaman mengenai dunia yang
diciptakan secara sub%ekti* apa adanya serta prosesnya. @iloso*er seperti )ant membentuk
dasar dari paradigma ini& sementara =eber& 4usserlm dan Schutz melan%utkan ideologi
ini.
5" Radical Humanist ( Sub%ective 3 Radical *hange )
Pada pandangan paradigma ini& kesadaran seseorang didominasi oleh struktur
ideologinya& cara pandang hidupnya dan interaksinya dengan lingkungan. 4al ini akan
mengarahkan hubungan kogniti* antara dirinya dan kesadaran sebenarnya& sehingga
mencegah pemenuhan kepuasan pada manusia. Para pendukung teori ini mem*okuskan
pada pembentukan batasan sosial yang mengikat potensial. @iloso*er yang mendukung
teori ini antara lain )ant dan 4egel dan 5ar>. Paradigma ini dapat dipandang sebagai
paradigma yang anti organisasi.
6" Radical Structuralist ( (b%ective 3 Radical *hange )
Paradigma ini mempercayai bah$a perubahan radikal dibentuk pada si*at struktur sosial.
5asyarakat kontemporer dapat dikarakteristikan dengan kon*lik *undamental yang akan
menghasilkan perubahan radikal melalui krisis politik dan ekonomi. Paradigma ini
berdasarkan pada 5ar> de$asa& yang diikuti oleh 6ngles& Lenin& dan 2ukharin.
Paradigma ini memiliki sedikit perhatian di :merika Serikat di luar teori kon*lik.
Pembagian paradigma penelitian selan%utnya berasal dari 4abermas (+,,!".
Penelitian menurut 4abermas terbagi atas tiga paradigma yakni instrumental knowledge,
interpretatif atau hermeuneutic knowledge, dan critical atau emancipator knowledge"
#ertama& paradigma instrumental knowledge adalah paradigma yang memiliki ciri'ciri
6 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
ilmiah& ob%ekti*& rasional& tidak emosional& komitmen& empati& men%aga %arak dan bebas
nilai& uni(ersal dan generalisasi& dapat diterapkan di mana sa%a dan kuanti*ikasi. Si*at dari
paradigma ini ialah menaklukkan dan mendominasi ob%ek serta ilmu alam minded"
$edua, paradigma hermeuneutic knowledge" )arakteristik paradigma ini menurut
4abermas ialah antiposti(isme& memahami secara sungguh'sungguh& *okus& tidak bias&
mendalam& 0biarkan *akta berbicara atas nama dirinya sendiri1& *enomenologi&
etnometodologi& hermeuneutic& kekuatan ada dalam *akta dan kata'kata.
$etiga, paradigma emancipator knowledge" Paradigma ini menurut 4abermas
merupakan kritik atas paradigma instrumental knowledge7positivisme dengan tu%uan
untuk membebaskan manusia dari ketidakadilan. Paradigma emancipator knowledge
mengkritik positi(isme: mengapa rakyat selalu men%adi passive ob%ect bukan active
ob%ect atau ob%ek utama& mengontrol pengetahuannya bukan dikontrol. Penekanannya
adalah bah$a ilmu sosial tidak bersi*at netral atau bebas nilai. )arakteristik dari
paradigma ini antara lain holistik& menghindari cara ber*ikir deterministik dan
reduksionistik& melihat realitas sosial dalam perspekti* se%arah dan emansipatoris.
Pembagian paradigma penelitian sosial berikutnya digagas oleh 3itzer (+,,A"
yang membagi paradigma atas tiga paradigma yaitu paradigma *akta sosial& paradigma
de*inisi sosial dan paradigma perilaku sosial. Secara ringkas& asumsi'asumsi *iloso*is
3itzer disa%ikan pada Tabel .
Tabel . Paradigma Penelitian menurut 3itzer
A#pe$
Paradi!a
'a$ta S"#ial De&ini#i S"#ial Perila$u S"#ial
Ontologi : 3ealisme sosial:
' @akta sosial di luar
indi(idu
merupakan dunia
yang nyata
dalam bentuk
material yang utuh
dan komplek
(struktur dan
pranata sosial"
' @akta sosial ada
dan berdiri
secara independen
terhadap
apresiasi indi(idual.
' 4umanisme sosial
' Dunia sosial
dibentuk oleh pikiran
manusia sendiri.
/ominalisme sosial :
' Dunia sosial di luar
suatu indi(idu terbuat
tidak lebih dari nama&
konsep dan label yang
digunakan untuk
membuat struktur
realita.
6pistemologi
:
Positi(isme :
' @akta sosial dapat
:nti'positi(isme :
' Dunia sosial
Positi(isme: Ilmiah&
5enaklukkan dan
7 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
di%elaskan
dan diprediksi
dengan peraturan
dan hubungan
sebab akibat pada
elemen yang
berhubungan
merupakan
sesuatu yang relati*&
tergantung pada
pandangan indi(idu
yang langsung terlibat
pada dunia tersebut
mendominasi ob%ek.
Ilmu alam minded.
4uman
/ature :
Determinisme :
5anusia dan
akti(itasnya
ditentukan oleh
lingkungan
dimana manusia
tersebut
berada
<oluntarisme :
5anusia sepenuhnya
bersi*at
bebas dan memiliki
kehendak
masing'masing
Determinisme :
5anusia dan
akti(itasnya
ditentukan oleh
lingkungan
dimana manusia
tersebut
berada
5etodologi : /omothetik :
Pendekatan yang
mem*okuskan pada
metode
ilmiah dan testing
hipotesa
Ideogra*ik :
Pendekatan yang
mementingkan
keterlibatan langsung
terhadap subyek yang
diteliti. Interpretati(e'
understanding.
Ob%ekti*& rasional& tidak
emosional& komitmen&
empati& men%aga %arak
dan bebas nilai&
uni(ersal dan
generalisasi& dapat
diterapkan dimana
sa%a dan kuanti*ikasi.
Teori @ungsionalisme
struktural& kon*lik&
sistem& sosiologi
makro
Teori aksi&
interaksionisme
simbolik&
*enomenologi
2eha(ioral sociology&
teori pertukaran.
(. Paradi!a Penelitian enurut Den)in dan Linc"ln
Dalam Handbook of Qualitative Research (!!!"& Denzin dan Lincoln membagi
paradigma penelitian ke dalam lima paradigma& yaitu paradigma positi(istikB
postpositi(istik& paradigma teori )ritis& paradigma )ontrukti(isme& dan paradigma
Partisipatoris. Paradigma'paradigma itu dapat diuraikan secara sistematis mengikuti
sistematika penguraian Denzin dan Lincoln pada buku tersebut.
*. Paradi!a Penelitian P"#i+i#e dan P"#t,P"#iti+i#e
Positi(isme merupakan usaha membersihkan pengetahuan dari kepentingan dan
a$al dari usaha pencapaian cita'cita memperoleh pengetahuan untuk pengetahuan& yaitu
terpisahnya teori dari praksis. Dengan terpisahnya teori dari praksis& ilmu pengetahuan
men%adi suci dan uni(ersal. Sosiologi Comte menandai positi(isme a$al dalam ilmu
sosial& mengadopsi saintinsme ilmu alam yang menggunakan prosedur'prosedur
8 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
metodologis ilmu alam dengan mengabaikan subyekiti*tas& hasil penelitian dapat
dirumuskan kedalam *ormulasi'*ormulasi (postulat" sebagaimana ilmu alam& ilmu sosial
bersi*at teknis& yaitu menyediakan ilmu'ilmu sosial yang bersi*at instrumental murni dan
bebas nilai.
Pada perkembangan selan%utnya& paradigma positi(isme ditantang oleh
kemunculan paradigma'paradigma baru yang interpretati* yang dinamakan sebagai post'
positi(ism atau constructi(ism (lihat ?uba +,,!". Pada dasarnya perbedaan antara
positi(isme dan post positi(isme adalah perbedaan antara paradigma atau metodologi
yang kuantitati* (positi(isme" yang berlaku dalam ilmu pengetahuan alamiah dan
paradigma atau metodologi humaniora yang kualitati* (post'positi(isme" (lihat Denzin
dan Lincoln& !!!". Pendirian post'positi(isme ini bertolak belakang dengan positi(isme.
Dapat dikatakan bah$a post'positi(isme sebagai reaksi terhadap positi(isme. 5enurut
pandangan post'positi(isme& kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks& sehingga
tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu sa%a.
Pada dasarnya perbedaan antara positi(isme dan post'positi(isme adalah
perbedaan antara paradigma atau metodologi yang kuantitati* (positi(isme" yang berlaku
dalam ilmu pengetahuan alamiah dan paradigma atau metodologi humaniora yang
kualitati* (post'positi(isme". 5etodologi kualitati* yang semula merupakan metodologi
andalan dalam antropologi& pada masa kini telah dikembangkan men%adi metodologi yang
digunakan dalam semua bidang'bidang ilmu pengetahuan sosial (Denzin dan Lincoln&
!!!".
Tabel 8. )arakteristik Positi(isme dan Post'Positti(isme
NO A#pe$ Kara$teri#ti$-Si&at .taa
+. Ontologi
*ritical Realism, kenyataan harus diperiksa secara kritis agar
dapat dipahami sesempurna mungkin& $alaupun sebenarnya tidak
bisa sempurna sekali.
3ealitas itu ada tetapi tetapi tidak sempurna karena keterbatasan
kemampuan intelektual manusia serta keterbatasan dalam
memahami ge%ala alam yang ter%adi.
. 6pistemologi
5odi*ikasi si*at dualistikBob%ekti*. Dualistik diabaikan namun
ob%ekti(itas tetap dipertahankan. Ob%ekti(itas eksternal lebih
ditekankan pada tradisi kritis& apakah sesuai dengan pengetahuan
yang sudah ada dan kritik para ahli. Pengulangan yang dilakukan
untuk menemukan kebenaran yang bersi*at probabl"
8. 5etodologi 5emodi*ikasi eksperimen dan memanipulasi ob%ek. Perhatian
didasarkan pada critical multiplism sebagai cara membuktikan
kepalsuan (falsification" hipotesis. 5etodologi ditu%ukan untuk
mengupas berbagai permasalahan yang telah ditetapkan
9 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
sebelumnya. Penelitian dalam kondisi alamiah& pengumpulan
in*ormasi pada berbagai situasi dan memperkenalkan penemuan
sebagai elemen penelitian. Penggunaan cara pandang emic untuk
membantu memahami makna dan maksud yang terkandung dalam
tindakan manusia. 5etode yang terkenal adalah grounded
research" Semua hal di atas dilakukan dengan menggunakan
teknik'teknik kualitati*.
9. :ksiologi
Seperti pada positi(isme& 0nilai1 etika dan pilihan moral harus
berada di luar proses penelitian. Peneliti harus dapat
membebaskan diri dari ob%ek yang sedang dika%i& karena sikap
ilmiah menghendaki adanya %arak yang menetralisir kedudukan
peneliti. Sikap yang diambil oleh pihak post'positi(isme lebih
reakti* sebab sudah mulai disadari bah$a ob%ekti(itas mulai
diragukan.
Dengan karakteristik seperti itu& penulis cederung menggabungkan antara
paradigma positi(isme dengan paradigma post'positi(isme. :lasannya& kedua paradigma
itu menempatkan ilmu sosial seperti halnya ilmu alam dan *isika dan sebagai metode yang
terorganisasi untuk mengkombinasikan deductive logic dengan pengamatan empiris guna
secara probabilistik menemukan 'atau memperoleh kon*irmasi tentang' hukum sebab'
akibat yang bisa digunakan memprediksi pola'pola dari ge%ala sosial. )edua paradigma
itu dapat dikategorikan sebagai paradigma klasik karena sesungguhnya meskipun
kelahiran paradigma post'positi(isme lebih belakangan dari paradigma positi(isme
sebagai paradigma a$al dalam sosiologi& tetapi alasan kelahirannya lebih karena untuk
mengkritisi dan memperbaiki kekurangan'kekurangan yang terdapat pada paradigma
positi(isme.
Persamaannya yang lain antara kedua paradigma itu sebagai paradigma klasik
adalah keduanya merasa harus menempatkan diri sebagal valuefree researcher yang
senantDasa memisahkan nilai'nilai subyekti*nya dengan *akta obyekti* yang diteliti.
Penelitian menurut kedua paradigma itu berangkat dari asumsi yang sama bah$a bah$a
ada realitas sosial yang obyekti*. Oleh karena itu& suatu penelitian %uga harus obyekti*&
yakni memperoleh pengetahuan tentang obyek atau realitas sosial apa adanya. 7ntuk itu
seorang peneliti harus men%aga %arak dengan obyek& mencegah agar tidak ter%adi interaksi
antara subyekti(itas dirinya dengan obyek.
/. Paradi!a Te"ri Kriti#
:liran pemikiran kritis mulai berkembang sekitar tahun +,!'an abad ini. Tokoh'
tokohnya yang pertama adalah ?eorge Lukacs& )arl )orsch& 6rnst 2loch& :ntonio
?ramsci dan lain'lain. Salah satu aliran dalam keseluruhan gaya pemikiran kritis yang
10 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
berinspirasi pada *ilsa*at 5ar> itu adalah apa yang kemudian disebut sebagai Teori Sosial
)ritis atau sering disingkat teori Teori )ritis. Teori )ritis dikembangkan se%ak tahun
+,8!'an oleh tokoh'tokoh yang semula beker%a di Institut *ur Sozial @orscbung pada
7ni(ersitas @rankrut& di antaranya 5a> 4orkheimer& Theodor =. :dormo& 4erbet
5arcuso dan lain'lain yang kemudian terkenal sebagai 05azhab @rank*urt1.
Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang
meletakkan epistemologi kritik 5ar>isme dalam seluruh metodologi penelitiannya. @akta
menyatakan bah$a paradigma kritis yang diinspirasikan dari teori kritis tidak bisa
melepaskan diri dari $arisan 5ar>isme dalam seluruh *iloso*i pengetahuannya. Teori
kritis pada satu pihak merupakan salah satu aliran ilmu sosial yang berbasis pada ide'ide
)arl 5ar> dan 6ngels (Denzin& !!!: -,'E!".
Pengaruh idea mar>isme& neo mar>isme dan teori kritis mempengaruhi *ilsa*at
pengetahuan dari paradigma kritis. :sumsi realitas yang dikemukakan oleh paradigma
adalah asumsi realitas yang tidak netral namun dipengaruhi dan terikat oleh nilai serta
kekuatan ekonomi& politik dan sosial. Oleh sebab itu& proyek utama dari paradigma kritis
adalah pembebasan nilai dominasi dari kelompok yang ditindas. 4al ini akan
mempengaruhi bagaimana paradigma kritis memcoba membedah realitas dalam
penelitian ilmiah& termasuk di dalamnya penelitian atau analisis kritis tentang teks media.
Selain dari karakteristik paradigma di atas& paradigma teori sosial kritis adalah
bentuk kritik terhadap paradigma klasik atau positi(istik. )alau dalam perspekti*
paradigma klasik& kualitas suatu penelitian (dari segi metodologi" ditentukan oleh
(aliditas internal dan (aliditas eksternalnya. <aliditas internal mencakup dua segi& yakni
(a" reliabilitas dan (aliditas pengukuran& dan (b" (aliditas disain serta analisis. Sementara
itu (aliditas ekstemal mencakup (a" generalisasi empiris atau deskripti*& dan (b"
generalisasi konteks atau setting. 5aka di lain pihak& penelitian dalam tradisi teori'teori
kritis menilai kualitas suatu penelitian dari segi se%auh mana penelitian itu merupakan
studi yang memiliki ke%elasan historical situatedness& yakni tidak mengabaikan konteks
historis& politik'ekonomi& serta sosial'budaya yang melatarbelakangi *enomena yang
diteliti.
Denzin dan Lincoln (!!!" menguraikan dengan baik karakteristik teori kritis
sebagai sebuah paradigma penelitian dari aspek *iloso*is seperti tergambar pada tabel 9.
Tabel 9. )arakteristik 7tama Paradigma Teori )ritis
NO A#pe$ Kara$teri#ti$
11 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
+ Ontologis
Historical realism: realitas yang teramati merupakan realitas
0semu1 (virtual realit" yang terbentuk oleh proses se%arah
dan kekuatan'kekuatan sosial& budaya dan ekonomi politik
6pistemelogis
Transactional7sub%ektivist: hubungan peneliti dengan yang
diteliti selalu di%embatani nilai'nilai tertentu. Pemahaman
tentang suatu realitas merupakan value mediated findings.
8 5etodologis +ialogic7dialektika
9 :ksiologis 'ntrinsik8 moral tilt toward relevation
2eberapa hal yang perlu di%elaskan dari tabel di atas adalah sebagai berikut.
#ertama, paradigma kritis melihat bah$a peneliti tidak dapat memposisi'kan diri sebagai
valuefree researcher yang senantiasa memisahkan nilai'nilai subyekti*nya dengan *akta
obyekti* yang diteliti. 4al itu tidak mungkin dan tidak perlu dilakukan sebab setiap
penelitian selalu melibatkan value %udgments dan keberpihakan pada nilai'nilai tertentu.
:pa yang akan diteliti merupakan pilihan yang didasarkan atas penilaian subyekti*. Lebih
dari itu& dalam ilmu yang men%adikan manusia sebagai pokok perhatian& usaha
menempatkan manusia secara Fobyekti*1 sebagaimana obyek'obyek ilmu alam (seperti
yang berlaku pada paradigma klasik" %elas value %udgment %uga.
$edua, peneliti paradigma kritis berangkat dari asumsi bah$a obyek atau realitas
sosial yang mereka amati merupakan penampakan realitas semu (virtual realit" atau
sekedar ekspresi kesadaran palsu (false consciousness" manusia& bukan realitas obyekti*
atau realitas yang sesuai dengan Fesensi sebenarnyaF ' yang diyakini kubu kritis
seharusnya dimiliki manusia dan dunia'nya. Tu%uannya antara lain memperoleh temuan
yang mempunyai signi*ikansi sosial.
2erangkat dari pen%elasan itu& maka dapat disusun beberapa karakteristik utama
dalam seluruh *ilsa*at pengetahuan paradigma kritis yang bisa dilihat secara %elas. Ciri
pertama adalah ciri pemahaman paradigma kritis tentang realitas. 3ealitas dalam
pandangan kritis sering disebut dengan realitas semu. 3ealitas ini tidak alami tapi lebih
karena bangun konstruk kekuatan sosial& politik dan ekonomi. Dalam pandangan
paradigma kritis& realitas tidak berada dalam harmoni tapi lebih dalam situasi kon*lik dan
pergulatan sosial.
Ciri kedua adalah ciri tu%uan penelitian paradigma kritis. )arakteristik menyolok
dari tu%uan paradigma kritis ada dan eksis adalah paradigma yang mengambil sikap untuk
memberikan kritik& trans*ormasi sosial& proses emansipasi dan penguatan sosial. Dengan
demikian tu%uan penelitian paradigma kritis adalah mengubah dunia yang tidak seimbang.
Dengan demikian& seorang peneliti dalam paradigma kritis akan mungkin sangat terlibat
12 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
dalam proses negasi relasi sosial yang nyata& membongkar mitos& menun%ukkan
bagaimana seharusnya dunia berada (Denzin& !!!:+A8'+EA".
Ciri ketiga adalah ciri titik perhatian penelitian paradigma kritis. Titik perhatian
penelitian paradigma kritis mengandaikan realitas yang di%embatani oleh nilai'nilai
tertentu. Ini berarti bah$a ada hubungan yang erat antara peneliti dengan ob%ek yang
diteliti. Setidaknya peneliti ditempatkan dalam situasi bah$a ini men%adi akti(is& pembela
atau aktor intelektual di balik proses trans*ormasi sosial. Dari proses tersebut& dapat
dikatakan bah$a etika dan pilihan moral bahkan suatu keberpihakan men%adi bagian yang
tak terpisahkan dari analisis penelitian yang dibuat.
)arakteristik keempat dari paradigma kritis adalah pendasaran diri paradigma
kritis mengenai cara dan metodologi penelitiannya. Paradigma kritis dalam hal ini
menekankan pena*siran peneliti pada ob%ek penelitiannya. 4al ini berarti ada proses
dialogal dalam seluruh penelitian kritis. Dialog kritis ini digunakan untuk melihat secara
lebih dalam kenyataan sosial yang telah& sedang dan akan ter%adi. Dengan demikian&
karakteristik keempat ini menempatkan pena*siran sosial peneliti untuk melihat bentuk
representasi dalam setiap ge%ala. 5aka& dalam paradigma kritis& penelitian yang
bersangkutan tidak bisa menghindari unsur sub%ekti(itas peneliti& dan hal ini bisa
membuat perbedaan pena*siran ge%ala sosial dari peneliti lainnya.
Dalam konteks karakteristik yang keempat ini& penelitian paradigma kritis
mengutamakan %uga analisis yang menyeluruh& kontekstual dan multi le(el. 4al ini berarti
bah$a penelitian kritis menekankan soal historical situatedness dalam seluruh ke%adian
sosial yang ada (Denzin& !!!:+-!".
0. Paradi!a K"n#tru$ti+i#
)onstrukti(is merupakan istilah yang sepadan dengan istilah lain seperti verstehen
(=eber"& interpretati* dan humanis (Poloma"& *enomonologis (Schutz"& dan lain'lain yang
merupakan paham yang menolak positi(isme dan postpositi(isme. 2erbeda dengan
positi(is yang berusaha memproduksi hukum sosial yang berlaku abadi& teori
konstrukti(is atau interpretati* mencoba memahami tindakan sosial pada le(el makna G
yang relati*& plural& dan dinamis. Semestinya& sosiologi bukan mencoba untuk men%adi
mirip *isika sosial& melainkan harus berusaha menemukan makna yang di%alin orang
melalui tindakan mereka sehari'hari. Pandangan ini berakar dari epistemologi )ant yang
men%elaskan re*leksi atas syarat'syarat kemungkinan dari pengetahuan& perkataan dan
tindakan kita sebagai subyek yang mengetahui& berbicara dan bertindak& dan bah$a dunia
13 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
adalah suatu ke%adian'ke%adian yang tak pernah diketahui arahnya. :da dunia subyekti*
yang mengikuti konteks dan proses historis tertentu. 4al itu sekaligus menolak rumusan
positi(is yang mengasumsikan masyarakat sebagai benda yang diamati (obyek".
Penentangan saintisme ilmu ini dipelopori oleh 5a> =eber dan =ilhelm Dilthey.
)emudian disusul :l*red Schutz dengan sosiologi *enomenologinya.
=eber menekankan pada *enomena HspiritualI atau HidealI manusia& yang
merupakan khas manusia& dan tak dapat di%angkau oleh ilmu'ilmu alam. )arena itu&
sosiologi perlu menekuni realitas kehidupan manusia& dengan cara memahami dan
mena*sirkan atau verstehen" Sedangkan Dilthey memusatkan perhatiannya pada usaha
menemukan struktur simbolis atau makna dari produk'produk manusia$i& seperti; se%arah&
masyarakat& candi& dan interaksi. Sementara Schutz mem*okuskan pada pengalaman
manusia dalam kehidupan sehari'hari. Dunia sehari'hari adalah dunia yang terpenting dan
paling *undamental bagi manusia& sekaligus sebagai realitas yang memiliki makna
subyekti*. Perkembangan *enomenologi Schutz berimplikasi pada lahirnya
etnometodologi (4arold ?ar*inkel"& interaksionisme simbolik (4erbert 2lumer"&
dramaturgi (6r(ing ?o**man"& dan konstruksi sosial (Peter L. 2erger".
)onstrukti(isme dan teori kritis menggunakan metodologi yang sama: menolak
positi(isme dan lebih menekankan pada metodologi interpreti*& diskursi* dan historis.
Tetapi& keterkaitan antara konstrukti(isme dan teori kritis tidak ber%alan lebih %auh
daripada aspek'aspek ontologi& epistemologi dan metodologi. )onstrukti(isme
men%auhkan diri dari teori kritis dengan meninggalkan keasyikan pada tingkat metateori
yang mendominasi teori kritis dan lebih menekankan pada analisa empiris& yakni
berusaha menemukan pemahaman konseptual dan teoretis dengan menganalisa masalah'
masalah empiris dalam masalah sosiologis secara empiris. Dalam artian ini&
konstrukti(isme melihat teori kritis tidak memiliki potensi untuk melakukan ino(asi
dalam mengelaborasi konsep'konsep yang digunakannya ataupun mengembangkan teori
yang didasari oleh empiri.
5elemahnya keterkaitan antara konstrukti(isme dan teori kritis tidak berlangsung
satu arah. Teori kritis %uga sangat kritis terhadap asumsi'asumsi konstrukti(isme.
Sekalipun memiliki posisi ontologis& epistemologis maupun metodologis yang sama&
konstrukti(isme dianggap berusaha menghilangkan aspek po$er dalam memahami nilai.
/ilai dianggap sebagai sesuatu yang netral dan tidak punya bias ataupun basis kekuasaan.
Dalam artian ini& konstrukti(isme kehilangan tu%uan utama pemikiran kritis& yakni
14 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
emansipasi. Jadi& sekalipun memahami realitas bukan sebagai sesuatu yang beku& alamiah
dan abadi melainkan sebagai produk dari interaksi& konstrukti(isme tidak memaknai
interaksi antar nilai ini sebagai sebuah proses politik yang sangat berpengaruh pada aspek
keadilan& kesedera%atan dan kebebasan.
Denzin dan Lincoln menggambarkan paradigma konstrukti(isme sebagaimana
diuraikan pada tabel ..
Tabel . )arakteristik Paradigma )onstrukti(is
A#pe$ Kara$teri#ti$ .taa
Ontologis
3elati(isme: realitas sosial merupakan kontruksi sosial. )ebenaran
realitas adalah relati*& berlaku sesuai konteks spesi*ik yang dinilai
rele(an oleh pelaku sosial.
6pistemelogis
TransactionalBsub%ekti(ist: pemahaman suatu realitas atau temuan suatu
penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti.
5etodologis 4ermeunetikaBdialektika
:ksiologis Intrinsik G process tilt to$ard rele(ation
Contoh teori
@enomenologi& ethnogra*i& interaksi simbolik& realitas konstruksi sosial
(2erger".
:da beberapa pen%elasan yang dapat ditampilkan sehubungan dengan pencirian
paradigma oleh Denzin dan Lincoln di atas. #ertama, secara ontologis& paradigma ini
menyatakan bah$a realitas bersi*at sosial dan karena itu akan menumbuhkan bangunan
teori atas realitas ma%emuk dari masyarakatnya. Dengan demikian& tidak ada suatu realitas
yang dapat di%elaskan secara tuntas oleh suatu ilmu pengetahuan. 3ealitas ada sebagai
seperangkat bangunan yang menyeluruh dan bermakna yang bersi*at kon*liktual dan
dialektis. )arena itu& paham ini menganut prinsip relati(itas dalam memandang suatu
*enomena alam atau sosial. Jika tu%uan penemuan ilmu dalam positi(isme adalah
membuat generalisasi& maka konstrukti(isme lebih cenderung menciptakan ilmu yang
diekspresikan dalam bentuk pola'pola teori& %aringan atau hubungan timbal balik sebagai
hipotesis ker%a& bersi*at sementara& lokal dan spesi*ik. Dengan kata lain& bah$a realitas itu
merupakan konstruksi mental& berdasarkan pengalaman sosial& bersi*at lokal dan spesi*ik
tergantung pada orang yang melakukannya. )arena itu suatu realitas yang diamati oleh
seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang seperti yang biasa dilakukan
kalangan positi(is atau postpositi(is.
15 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
$edua, secara epistemologis& hubungan antara pengamat dengan ob%ek bersi*at
satu kesatuan& sub%ekti* dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara keduanya.
$etiga, secara metodologis& paradigma ini secara %elas menyatakan bah$a
penelitian harus dilakukan di luar laboratorium& yaitu di alam bebas secara se$a%arnya
untuk menangkap *enomena alam apa adanya dan secara menyeluruh tanpa campur
tangan dan manipulasi pengamat atau peneliti. Dengan setting natural ini& maka metode
yang paling banyak digunakan adalah metode kualitati* daripada kuantitati*. Dalam
penelitian kualitati*& suatu teori muncul berdasarkan data yang ada dan bukan dibuat
sebelumnya dalam bentuk hipotesis sebagaimana dalam penelitian kuantitati*. 7ntuk itu
pengumpulan data dilakukan dengan metode hermeunetik dan dialektika yang di*okuskan
pada konstruksi& rekonstruksi dan elaborasi suatu proses sosial. 5etode hermeunetik
dilakukan melalui identi*ikasi kebenaran atau konstruksi pendapat dari orang perorang&
sedangkan metode dialektik mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat
dari orang per orang yang diperoleh melalui metode hermeunitik untuk memperoleh suatu
konsensus kebenaran yang disepakati bersama. Dengan demikian& hasil akhir dari suatu
kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersi*at re*lekti*& sub%ekti* dan spesi*ik
mengenai hal'hal tertentu.
$eempat, secara aksiologis& peneliti berinteraksi dan menyelami 0bidang
pemaknaan1 ob%ek penelitian sehingga antara keduanya akan ter%adi saling mempengaruhi
pada nilai'nilai yang dianut& etika& akumulasi pengetahuan& model pengetahuan dan
diskusi ilmiah.
5odel berpikir konstrukti(isme menolak obyekti(itas. Ob%ekti(itas sebagaimana
dianut oleh positi(isme mengakui adanya *akta& adanya realitas empirik. Sedangkan
konstrukti(isme berpendapat bah$a yang ada adalah pemaknaan kita tentang empiri di
luar diri kita yang konstruk (empirical)construct facts". Ilmu dan kebenaran itu dibangun&
si*atnya pluralistis dan plastis. Disebut pluralistik karena realitas dapat diekspresikan
dengan beragam simbol dan beragam sistem bahasa. Disebut plastis karena realitas itu
tersebar dan terbentuk sesuai dengan tindakan perilaku manusia yang berkepentingan.
5enggantikan teori ilmu& para konstrukti(ist mena$arkan *ungsi instrumental dan *ungsi
praktis dalam mengkonstruk pengetahuan. Para konstrukti(ist adalah anti esensialis dan
mereka berasumsi bah$a sel evidensi apapun itu merupakan produk praktik diskursus
yang sangat kompleks.
16 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
Tetapi sebenarnya& untuk men%adi konstrukti(ist seseorang tidak harus men%adi
anti realist. )onsep dan ide itu bukan sesuatu yang harus di'discovered, melainkan
sesuatu yang harus di'invented" :pakah yang di'invented itu akan mempunyai landasan
empirik untuk men%adi obyek ilmuK Lang di'invented tersebut sekaligus merupakan
frames of interpretation dan sstem of interpretation" Itu berarti bah$a empiri akan dapat
dibaca sebagai empiri& bila cara memaknai menggunakan frames dan sstem
interpretation yang sama.
1. Parti#ipat"ri#
Sebagai sebuah kategorisasi paradigma dalam penelitian& partisipatoris dapat
ditemui dalam tulisan L(onna S. Lincoln dan 6gon ?. Cuba& 0#aradigmatic
*ontroversies, *ontradictions, and Emerging *onfluences1 dalam /orman ). Denzin dan
L(onna S. Lincoln& Handbook of Qualitatif Research Second Edition (!!!". Paradigma
ini tergolong paradigma yang baru dalam pengelompokan paradigma penelitian. Penulis
buku ini sendiri mengakui bah$a paradigma partisipatoris di1copy1nya dari tulisan John
4eron dan Peter 3easeon& : Participatory InMuiry Paradigm& Qualitative 'n9uir (+,,-"
dengan beberapa tambahan aspek pen%elasan. Lincoln pada buku pertamanya belum
mencantumkan paradigma ini ke dalam kategori paradigma yang dibuatnya& tetapi baru
memasukkannya pada edisi kedua sebagai elaborasi dari ide John 4eron dan Peter 3eason
(+,,-"& bahkan diakuinya bah$a asumsi'asumsi tentang partisipatoris yang
dicantumkannya pada edisi kedua itu didasarkan pada asumsi 4eron dan 3eason itu&
kecuali pada bidang ethics dan values"
:kan tetapi sebagai sebuah metode penelitian& partisipasi ini sudah melekat ke
dalam paradigma non'positi(isme sebagai sebuah bentuk pendekatan dalam penelitian
kualitati*. Dalam penelitian etnogra*i dan *enomenologi& dikenal metode pengumpulan
data yang disebut pengamatan partisipasi atau partisipator observation" Itu misalnya
dibahas secara gamblang oleh 2ogdan dan Taylor (+,,8". Tetapi yang hendak ditegaskan
di sini bah$a partisipati* sebagai sebuah bentuk pengamatan atau metodeBteknik
pengumpulan data berbeda dengan partisipati* (partisipator" sebagai sebuah paradigma
dalam penelitian& meskipun pada proses pengumpulan data dan hubungan dengan 0ob%ekI
penelitian terdapat persamaan. Perbedaan yang paling mendasar adalah partisipati*
(partisipator" sebagai sebuah paradigma dalam penelitian adalah seperangkat bangunan
paradigma dengan asumsi'asumsi *iloso*is dan metodologis yang khas dari pada sekedar
metode pengumpulan data belaka. Sedangkan partisipatoris sebagai bentuk pengamatan
17 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
(obser(asi" dapat men%adi salah alat atau model pengumpulan dalam metode penelitian
konstrukti(is misalnya.
Pada tabel A disa%ikan aspek'aspek dari paradigma partisipatoris yang dikutip dari
Denzin dan Lincoln (!!!". Dari asumsi dasar atas empat aspek *iloso*is paradigma
partisipatoris yang dia%ukan oleh I(onne dan Cuba itu& maka dapat di%elaskan beberapa
hal sebagai berikut.
Dari aspek ontologis& obyek atau realitas sosial yang diteliti dalam penelitian
partisipatoris adalah realitas yang bersi*at partisipatoris atau realitas sub%ekti*'ob%ekti*
yaitu dibentuk dan diciptakan bersama oleh peneliti dan tineliti.
Tabel A. :sumsi dasar Paradigma Penelitian Partisipatoris
A#pe$ A#u#i da#ar
Ontologis
Participati(e reality: sub%ecti(e'ob%ecti(e reality& cocreated by mind
and gi(en cosmos
6pistemologis
Critical sub%ecti(y in participatory transaction $ith cosmos; e>tended
epistemology o* e>periental& propositional and practical kno$ing;
cocreated *indings.
5etodologis
Political participation in collaborati(e action inMuiry; primacy o* the
practical; use o* languange grounded in shared e>periential conte>t.
:ksiologis Intrinsik G process tilt to$ard rele(ation
Dari aspek epistemologis& hubungan antara peneliti dan tineliti dalam proses
memperoleh pengetahuan bersi*at sub%ekti*itas kritis pada transaksi partisipatoris secara
bersama'sama; epistemologi berkembang dalam proses penelitian& pengetahuan yang
ditemukan bersi*at proposisional dan praktis& serta ditemukan bersama'sama oleh peneliti
dan tineliti secara setara. :sumsi ini berarti bah$a pengumpulan data dan penarikan
kesimpulan penelitian tidak dibentuk oleh konsep peneliti atau outsider tetapi dibangun
melalui proses partisipati*. 5etode riset partisipatoris yang secara epistemologi
bagaimana sebuah pengetahuan memiliki pemihakan dan bagaimana sebuah pengetahuan
%uga mesti memiliki dimensi emansipatoris.
Dari aspek metodologis& pengetahuan diperoleh melalui kolaborasi partisipasi
politik antara peneliti dan tineliti pada proses penelitian& mengutamakan pengetahuan'
pengetahuan praktis daripada teoritis; dan menggunakan bahasa'bahasa grounded dalam
proses penelitian. Ini berarti bah$a peneliti melakukan interaksi secara mendalam dalam
proses sosial tineliti dalam posisi sosial dan kepemilikan pengetahuan yang setara& dan
18 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
bahasa yang digunakan adalah bahasa tineliti. Paradigma partisipatoris meyakini bah$a
partisipasi dan pemberdayaan tidak akan tercapai bila tidak menggunakan proses'proses
komunikasi yang bersi*at horisontal& dua arah atau dialogis. )omunikasi ditu%ukan untuk
mencapai saling percaya dan konsensus antar para stakeholder.
Dari aspek aksiologis& penelitian partisipatoris bersi*at intrinsik& cenderung
berpihak kepada proses sosial yang diamati. Dengan demikian tidak bebas nilai karena
tu%uannya memang adalah memberdayakan masyarakat yang teralienasi atau
terdiksriminasi melalui penemuan masalah'masalah oleh mereka sendiri secara bersama'
sama dengan peneliti dan sekaligus merumuskan sendiri solusi atas masalah'masalah itu.
Pelibatan masyarakat& merupakan $u%ud dari (+" penghargaan terhadap keberadaan
manusia yang merdeka yang berhak untuk menetapkan sendiri nasibnya tanpa ditentukan
oleh pihak lain (" kesempatan untuk men%alankan tanggung %a$ab sosial sesuai dengan
*itrahnya sebagai manusia (8" kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan in*ormasi
yang sama.
5etode Partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan
ker%asama akti* antara peneliti dan tineliti. Seorang peneliti partisipatoris biasanya
bertanya tidak dirancang secara baku& melainkan hanya garis'garis besarnya sa%a. Topik'
topik pertanyaan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya'%a$ab dengan
tineliti.
:ntara penelitian partisipatoris dengan penelitian lainnya terdapat perbedaan yang
meru%uk pada *aktor $aktu peneliti melakukan ka%iannya& yang menurut Spradley (+,E!:
8"& seseorang yang menggunakan metode partisipasi harus memiliki dual purpose,
e!plicit awareness, wide)angle lens, the insider atau outsider esperience instropection,
dan record keeping" :da dua tu%uan peneliti partisipatoris dalam mengamati situasi sosial&
yaitu menempatkan diri dalam akti*itas sesuai dengan situasi yang berlangsung& dan
mengamati akti*itas dari orang'orang atau aspek *isikal situasi tersebut. Ia berada dalam
situasi sosial itu hanya dengan satu tu%uan yaitu berada dalam akti*itas yang dianggap
tetap& di luar dari itu tidaklah melakukan kegiatan apa'apa atau harus selalu
memperhatikan dan apa yang dilakukan oleh para pelaku.
)omunikasi dalam paradigma partisipatoris meletakkan keterlibatan akti* seluruh
tineliti di dalam keseluruhan tahapan proses penelitian. )omunikasi berlangsung dua arah
atau merupakan dialog. Tu%uan komunikasi bukanlah mengin*ormasikan atau
mempromosikan gagasan agar tineliti tertarik. )omunikasi dalam paradigma
19 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
partisipatoris adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah&
mengidenti*ikasi penyelesaian& dan melaksanakannya. Persepsi& opini& serta kepercayaan
setiap tineliti terhadap tema penelitian %uga men%adi bagian utama dalam proses dialog
tersebut. 5endengarkan men%adi sama pentingnya dengan berbicara. 4al tersebut tentu
berbeda dengan komunikasi yang bertu%uan agar tema penelitian memperoleh legitimasi.
Setiap pihak yang terlibat dalam dialog tersebut adalah sub%ek yang memiliki persepsi&
pengetahuan& dan pengalaman. Ob%eknya adalah realitas yang akan diperbaiki melalui
proses'proses perubahan sosial.
D. Penutup
Positi(isme pada dasarnya adalah ilmu sosial yang dipin%am dari pandangan&
metode& dan teknik ilmu alam dalam memahami realitas. Positi(isme adalah aliran *ilsa*at
yang berakar pada tradisi ilmu sosial yang dikembangkan dengan mengambil cara ilmu
alam menguasai benda& yakni dengan kepercayaan adanya uni(ersalisme dan generalisasi
melalui metode determinasi& fi!ed law atau kumpulan hukum teori. Positi(isme berasumsi
bah$a pen%elasan tunggal bersi*at uni(ersal& artinya cocok untuk semua& kapan sa%a& di
mana sa%a suatu *enomena sosial. Oleh karena itu mereka percaya bah$a penelitian sosial
harus didekati dengan metode ilmiah& yakni obyekti(itas& netral dan bebas nilai.
Pengetahuan selalu menganut hukum ilmiah yang bersi*at uni(ersal& prosedur harus
dikuanti*ikasi dan di(eri*ikasi dengan metode ilmiah.
Pada dasarnya& paradigma post'posti(isme lahir sebagai reaksi atas kritik yang
dia%ukan terhadap positi(isme yang dianggap terlalu obyekti( dan deterministik serta
mengadopsi secara radikal metode'metode ilmiah yang digunakan dalam ilmu alam. Oleh
karenanya& asumsi'asumsi dasar yang digunakan serta implikasi'implikasi
metodologisnya cenderung masih sama. )alau ada perbedaan antara paradigma post'
positi(isme dari positi(isme adalah pada sikap terhadap ob%ekti(isme. Pada positi(isme&
ob%ekti(itas mulai diragukan sehingga sikap yang diambil lebih reakti*. Dan yang
terpenting mungkin adalah analisis datanya& yaitu kalau positi(isme mengikuti ilmu alam
menggunakan perhitungan matematis (statistik"& maka pada post'positi(isme sudah
digunakan pendekatan kualitati* dengan metode utama grounded research.
20 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
Pada tataran de*inisi& istilah post'modernisme masih menyisakan perdebatan yang
pan%ang karena menurut 5uha%ir (!!"& istilah itu meru%uk ke semua metodologi yang
bertentangan secara *iloso*is dengan positi(isme. Ini berarti bah$a paradigma'paradigma
yang muncul setelah positi(isme adalah paradigma post'positi(isme.
Teori sosial kritis adalah kelompok teori sosial dalam paradigma teori sosial kritis
yang ciri utamanya paradigma ini berbeda dengan paradigma sosiologi tradisional
(positi(isme dan postpositi(isme" karena teori ini memang pada dasarnya lahir sebagai
kritik atas teori'teori sosial yang positi(istis itu. Teori Sosial )ritis pada titik tertentu
memandang dirinya sebagai pe$aris a%aran )arl 5ar>& sebagai teori yang men%adi
emansipatoris. Tetapi melampaui 5ar>& Teori Sosial )ritis tidak hanya mau men%elaskan&
mempertimbangkan& mere*leksikan dan menata realitas sosial tapi %uga bah$a teori
tersebut mau mengubah.
Paradigma konstrukti(is& seperti paradigma teori kritis& adalah paradigma yang
menyatakan bah$a paradigma klasik (positi(is dan postpositi(is" merupakan paham yang
keliru dalam mengungkapkan realitas dunia. )arena itu& kerangka berpikir dari paradigma
klasik itu harus ditinggalkan dan diganti dengan paham yang bersi*at konstrukti*. Pada
a$al perkembangannya& paradigma ini mengembangkan se%umlah indikator sebagai
pi%akan dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu. 2eberapa indikator itu
antara lain: (+" penggunaan metode kualitati* dalam proses pengumpulan data dan
kegiatan analisis data;(" mencari rele(ansi indikator kualitas untuk mencari data'data
lapangan; (8" teori'teori yang dikembangan harus lebih bersi*at membumi; (9" kegiatan
ilmu harus bersi*at natural dalam pengamatan dan menghindarkan diri dari kegiatan
penelitian yang telah diatur dan bersi*at serta berorientasi laboratorium; (." pola'pola
yang diteliti dan berisi kategori'kategori %a$aban men%adi unit analisis dari (ariabel'
(ariabel penelitian yang kaku dan steril; dan (A" penelitian lebih bersi*at partisipati*
daripada mengontrol sumber'sumber in*ormasi dan lain'lainnya.
3iset partisipatoris berpi%ak pada asumsi bah$a pada dasarnya setiap manusia
mempunyai kemampuan atau potensi untuk menciptakan pengetahuan dan perubahan&
suatu keyakinan yang telah ditolak oleh pemikir aliran positi(isme. 5odel riset ini
memungkinkan masyarakat untuk mengontrol riset dan bukan sebagai ob%ek riset& serta
membangun pengetahuan mereka karena meletakkan mereka sebagai sub%ek dan pusat
in*ormasi. Inilah suatu riset dan aksi politik yang tidak sa%a berusaha memahami keadaan
dunia& melainkan %uga mengubah dunia. 3iset partisipatori %uga dianggap sebagai
21 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
pemberdayaan (empowerment" karena $ataknya yang memungkinkan untuk
memberdayakan rakyat sebagai sub%ek perubahan& pembangun pengetahuan dan pemecah
masalah mereka.
BA2AN BA(AAN
:gger& 2en& *ritical Social Theories, :n 'ntroduction& Second 6dition& 2oulder 7S::
Paradigm Publishers& !!A.
2ertens& ).& Ringkasan Se%arah 2ilsafat& Logyakarta: )anisius& +,,E.
2ogdan& 3obert dan Ste(en J. Taylor& $ualitatif, +asar)+asar #enelitian (ter%emahan
oleh :. )hozin :*andi", Surabaya: 7saha /asional& +,,8.
2urrell& ?. dan ?. 5organ& Sociolocal #aradigms and (rgani;ational :nalsis, :rena&
+,,9.
Denzin& /.).& 'nterpretive Ethnograph, Thousand Oaks C:: Sage Publications& +,,-.
Denzin& /.). dan L.S. Lincoln (eds."& Handbook of Qualitative Research (Second
Edition), Thousand Oaks: Sage Pul. Inc.& !!!.
@akih& 5ansour& Runtuhna Teori #embangunan dan &lobalisasi, Logyakarta: Pustaka
Pela%ar& !!.
@enton& S.& +urkheim and .odern Sociolog, Cambridge: Cambridge 7ni(ersity Press&
+,E9.
?eertz& C.& Tafsir $ebudaaan, Logyakarta: )anisius& +,,.
?uba& 6gon (ed." The #aradigm +ia'og. London Sage& +,,!.
4abermas& J.& 'lmu dan Teknologi sebagai 'deologi, Jakarta: LP86S& +,,!.
)assa& L. dan 5. )emal (ed."& #articipator Research, :n Emerging :lternative
.ethodolog in Social Research, /e$ Delhi: Society *or Participatory 3esearch in
:sia& +,E.
22 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
5orro$& 3.& *ritical Theor and .ethodolog, /earbury Park& Cali*: Sage Publications&
+,,9.
5cCarthy& T.& Teori $ritis <urgen Habermas, Logyakarta: )reasi =acana& !!A.
Poloma& 5argaret 5.& Sosiologi $ontemporer, Jakarta: 3a%a?ra*indo Persada& !!!.
3itzer& 3.& .odern Sociolical Theor (2ourth Edition), /e$ Lork: The 5c?ra$'4ill
Companies Inc.& +,,A.
Sayogyo& Ekososiologi, +eideologisasi Teori, Restrukturisasi :ksi (#etani dan #erdesaan
sebagai $asus =%i), Cindelaras Pustaka 3akyat Cerdas& !!A.
Spradley& James P.& #articipan (bservation, /e$ Lork: 4olt dan 3inehart and =imston&
+,E!.
=eber& 5.& The Theor of Social and Economic (rgani;ation, ?loncoe: The @ree Press&
+,9-.
23 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi
Da*tar Pertanyaan
+. Dr. Duriana
Saran: memilih satu paradigma sa%a karena terlalu luas& susah dipahami
. Syamsul :mal
Di*aritas peserta seminarK 2aruK :pa kriteria baruK 5ateri pengantar 5)&
mere*leksi satu penulis sa%a.
3. Nul*ahmi: ontologi dan epistemelogi pada makalah +K
9. Dulah:
24 | Subair_Paradigma Penelitian Sosiologi

You might also like