You are on page 1of 8

Makalah Psikoanalisa

KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya,
meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta
keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Pendekatan Konseling Psikoanalisa (PA) ini sebagai tugas dari mata kuliah Model-model
konseling 1 tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Rela Amalia selaku dosen pengampu mata kuliah Model-model konseling 1 yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan; rekan-rekan, serta semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Akhirnya kami mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Selanjutnya kami
berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya. Amin















BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Sigmund
Freud merupakan orang Jerman keturunan Yahudi lahir 6 Mei 1856 di Freiberg dan meninggal di
London 23 September 1939. Psikoanalisis mulai diperkenalkan oleh Freud pada buku
pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi (Dream Interpretation) pada tahun 1900.
Istilah psikoanalisa mula-mula hanya digunakan pada hal-hal yang berhubungan dengan
Freud saja, sehingga psikoanalisis dan psikoanalisis freud memiliki arti yang sama. Hal ini
disebabkan karena murid-murid freud yang mengembangkan teori psikoanalisis baik yang
sejalan maupun tidak, pada umumnya menggunakan istilah atau menggunakan nama yang
berbeda untuk menunjukkan identitas ajaran mereka. Seperti Carl Gustav Jung dan Alfred Adler
yang menciptakan psikologi analitis (analytical psychology) dan psikologi individual (individual
psychology). Namun sejak psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas, istilah psikoanalisis
banyak digunakan tidak saja pada hal-hal yang bersangkutan dengan Freud. Sampai akhir abad
ke-19, ilmu kedokteran berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu
kerusakan organis dalam otak. Belum banyak iluan yang meneliti area afektif yang menyebabkan
gangguan psikis. Psikoanalisis merupakan salah satu factor yang memberikan pengaruh dalam
mengubah pendapat tentang penyebab gangguan psikis.
Psikoanalisa juga merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis
dengan cara-cara fisik. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Konsep Freud yang
Anti rasionalisme mendasari tindakannya dengan motivasi yang tidak sadar, konflik dan
simbolisme sebagai konsep primer. Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan
dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah
dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan
orang lain. Libido mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, libido terbagi menjadi 2,
yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk mati.









B. Rumusan Masalah
1) Landasan Historis / Konsep Dasar Psikoanalisa
2) Hakekat Manusia
3) Hakekat Konseling
4) Tujuan Konseling
5) Karakteristik
6) Peran dan Fungsi Konselor
7) Hubungan Konselor dengan Klien
8) Tahap Konseling
9) Teknik Konseling
10) Kelebihan dan Keterbatasan

C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui Landasan Historis / Konsep Dasar Psikoanalisa
2) Mengetahui Hakekat Manusia dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
3) Mengetahui Hakekat Konseling dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
4) Mengetahui Tujuan Konseling Pendekatan Konseling Psikoanalisa
5) Mengetahui Karakteristik Pendekatan Konseling Psikoanalisa
6) Mengetahui Peran dan Fungsi Konselor dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
7) Mengetahui Hubungan Konselor dengan Klien dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
8) Mengetahui Tahap Konseling Psikoanalisa
9) Mengetahui Teknik Konseling Psikoanalisa
10) Mengetahui Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Konseling Psikoanalisa










BAB II
PEMBAHASAN
1) Landasan Historis / Konsep Dasar
Psikoanalisa merupakan suatu system psikologi Sebagai suatu system psikologi,
psikoanalisa merupakan sistem yang paling lengkap yang tersedia. Psikoanalisa mengandaikan
pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa lampau, baik situasi individunya maupun
situasi sosialnya. Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian. Teori
kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal:
1) Struktur kepribadian
Id
Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika
dilahirkan.id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis , amoral,
dan disorong oleh suatu kepentingan: memuaskan kebutuhan kebutuhan naluriah,
Id adalah sumber segala dorongan; reservasi naluri-naluri. Dengan kata lain id adalah aspek
biologis yang merupakan system kepribadian yang asli.
Ego
Merupakan Bagian rasional dan dasar dari pikiran, yang membuat keputusan dan berhadapan
dengan realitas dunia luar. Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme
untuk berhubungan dengan dunia kenyataan.
Secara teoretis, ego lebih mudah menghadapi bahaya-bahaya eksternal daripada bahaya-bahaya
internal. Bahaya eksternal dihadapi dengan cara menghindar, sementara bahaya internal tidaklah
mungkin ditangani dengangan cara demikian. Guna melindungi organisme yang mudah menjadi
rusak sebagai akibat pemenuhan atau bahkan kesadaran terhadap dorongan-dorongan internal ini,
suatu ego dikembangkan dengan beragam pertahanan.
Super ego
Merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat
yang ada di dalam kepribadian individu. Super ego juga merupakan moral (conscience),
gudang peraturan dan larangan berkenaan dengan yang harus anda lakukan dan tidak anda
lakukan. Sikap yang dimiliki seseorang dalam super ego sebagian besar merupakan internalisasi
dari sikap orang tuanya
2) Dinamika kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu didistribusikan serta
digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena julah energy terbatas, maka terjadi semacam
persaingan dalam menggunakan energy tersebut.

3) Perkembangan kepribadian
Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok sebagai sumber ketegangan,
yaitu: proses pertumbuhan fisiologis (kedewasaan), Fermustasi, Konflik, dan Ancaman.

Perekembangan kepribadian anak mempunyai tingkatan yang berbeda-beda dari
sejak lahir sampai berumur 5 tahun, adalah merupakan periode dasar yang masih belum stabil,
maju meningkat pada masa pemuda dan menuju ketenangan pada masa dewasa.
Fase-fase perkembangan tersebut adalah:
1. Fase oral (0-1 tahun) pada fase ini mulut merupakan daerah pokok dari pada aktivitas
dinamis
2. Fase anal (1-3 tahun) pada fase ini kateksis dan anti kateksis berpusat pada anal
(pembuangan kotoran)
3. Fase Phallis (3-5 tahun) pada fase ini alat kelamin merupkan daerah erogen terpenting
4. Fase latent (5-13 tahun) pada fase ini implus-implus cenderung untuk ada dalam keadaan
tertekan
5. Fase pubertas (12-20 tahun) Pada fase ini menonjol dan membawa aktivitas dinamis
kembali.
6. Fase geital (20-keatas) Pada fase ini individu telah berubah dari mengejar kenikmatan,
menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan dengan realitas.

2) Hakekat Manusia
1. Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
2. Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak di sadari.
3. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah di peroleh sejak lahir, terutama
kecenderungan mengembangkan dirinya.
4. Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan
ketegangang, menolak dan kesakitan dan mencari kenikmatan.









3) Hakekat Konseling
Freud dalam pendapatnya menyatakan bahwa konseling merupakan proses membantu
individu untuk menyadari ketidaksadarannya, dengan kata lain agar individu mengetahui ego
dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak
mampumemilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego.Seperti diketahui
secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa
hakikat konseling adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan
rasional. Freud menganggap bahwa seseorang yang telah dapat menyadari dengan sendirinya
akan dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai yakni tingkah laku yang sesuai dan dapat
diterima secara sosial. Dalam proses konseling belajar yakni mengenali bahwa dalam dirinya ada
resistensi emosional yang kuat. Proses konseling mementingkan faktor afektif serta
penekanannya terletak pada faktor interpersonal.
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses konseling, yaitu:
1. Kontrak dan mengatur teknik. Didalam kontrak dan mengatur teknik ini lebih mengarah
bagaiamanseorang konselor mampu membuat kesepakatan-kesepakatan dengan klien, baik dari
sisi batasan waktu untuk memulai dan mengakhiri, cara menghadapai klien serta bagaimana
konselor mampu membuat kondisi klien nyaman namun tidak menyebabkan kecanduan (addict).
2. Fase pembukaan analitik Dalam fase ini merupakan fase dimana seorang konselor
dituntutuntuk mampu mengungkapkan permasalahnnya, sehingga dalam analisisnya konselor
mampu membedakan klien yang menunjukkan gejala histeria atau obsesi klien yang mengalami
kelainan tingkah laku. Selain daripada itu didalam konseling juga terdapat teknik-teknik
untuk intervensi konseling.

4) Tujuan Konseling
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur
kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali.
Proses konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar konseli dapat menghayati, memahami
dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama antara umur 2-5 tahun.
Pengalaman-pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan
agar kepribadian konseli dapat direkontruksi kembali.
Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya
ketidaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan kognitif tetap diperhatikan, akan tetapi tidak
sepenting aspek afektif.

5) Karakteristik
- Anti rasionalisme
- Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan simbolisme
- Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif,
sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan tadi. Libido atau eros
mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, sebagai lawan lawan dari Thanatos
- Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
- Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses mental yang
berciri biasa.

6) Peran dan Fungsi Konselor
- Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal oleh konseli.
- Sedikit bicara tentang dirinya dan jarang sekali menunjukkan reaksi pribadinya.
- Konselor membuat suatu hubungan kerja dengan konseli.
- Konselor mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran terhadap pernyataan konseling.
- Konselor memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi konseli yaitu suatu keadaan
dimana konseli melindungi suatu perasaan, trauma, dan kegagalan konseli terhadap konselor
- Mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran konseli yang
dilindungi dengan cara transferensi.

7) Hubungan Konselor Dengan Klien
Kontertrafensi (istilah yang mengacu pada kebutuhan konflik yang belum terpecahkan dan reaksi irasional
yang konselor miliki kearah yang sedang ditanganinya).
Apabila konselor berhasil mengelola secara positif transferensi klien dan mengontrol kemungkinan adanya
kontertraferensinya.
Konselor netral/anonim dan klien mengembangkan proyeksi kepada konselor. Pusatnya pada mengurangi
resistensi dan mengembangkan tranferensi.


8) Tahap Konseling
1. Tahap pembukaan Tahap ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien di tetapakan.
2. Pengembangan tranferensi
Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisis. Pada fase ini
perasaan klien mulai di tunjukan kepada konselor, yang di anggap sebagai orang yang telah
menguasainya di masa lalunya.
3. Bekerja melalui transferensi
Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagi orang yang terus
melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya, hanya saja
transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami tentang dinamika kepribadian
kliennya.
4. Resolusi transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neoretik klien yang di tunjukan kepada
konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangan hubungan yang
dapat meningkatkan kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien
kepada konselornya.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat di akhiri
untuk menghindari klien melawan konselor. Jika hubungan konseling tidak di akhiri maka
konselor dapat mengikuti transferensi itu untuk mengembangkan secara objektif sehingga
tercapai otonomi klien.



















9) Teknik Konseling
1. Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien
untuk menjernihkanpkirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk
mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan
segala sesuatu melalui perasaan ataupemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor.
Metode ini adalah metode mengungkapkan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-
emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu, klien memperoleh pengetahuan dan
evaluasi diri sendiri.

2. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis
ristensi dan analisis transpsransi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisi, penjelasan, dan
mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi asosiasi bebas,
resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk
mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.

Rambu-rambu Interpretasi:
Interpretasi disajikan padasaat gejala yang diinterpretasikan terhubung erat denganhal-hal
yang disadari klien.
Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yang dalam (dialami oleh situasi
emosional klien).
Menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.

3. Analisis Mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu
klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan,menurut kami
(pemakalah) aspek yang membuat klien mimpi itu dikarenakan adanya sistem imunitas
pencernaan otak yang membuat orang itu bermimpi dan bisa saja orang itu berimajinasi tinggi
sehingga terkontaminasi oleh masalah-masalah pribadinya sehingga terbawa mimpi.

4. Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi (pemindahan). Transferensi muncul dengansendirinya dalam proses terapeutik pada
saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain,
menyebabkan dia mengubah masa kinidan mereaksikepada analisis sebagai yang dia lakukan
kepada ibunya atau ayahnya atau siapapun.

Tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut:
Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman tak sadar dan pengaruh masa
lampau terhadap kehidupan sekarang.
Memungkinkan klien menembus konflik lampau yang dipertahankan hingga sekarang dan
menghambat perkembangan emosinya.

5. Analisis dan Interpretasi resistensi
Resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseoranguntuk
mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada
bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.

10) Kelebihan dan Keterbatasan
Kelebihan
1. Menggunakan interview sebagai terapi
2. Pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian
3. Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari
4. Adanya penyesuaian antara teori dan teknik
Keterbatasan
1. Terlalu banyak menekankan pada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah
sepenuhnya ditentukan masa lalu
2. Terlalu meminimalkan rasionalitas
3. Perilaku hanya ditentukan oleh energy psikis
4. Penyembuhan dalam psikoanalisanterlalu rasional
5. Penelitian kurang banyak medukung data







BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Psikoanalisa berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai tidak haya dalam bidang
psikologi tetapi juga bidang lain di luar psikologi. Teori Psikoanalisa dari freud dapat berfungsi
sebagai 3 macam teori, yaitu teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai
metode terapi ( penyembuan).
Pada dasarnya psikoanalisa yaitu pendekatan yang membahas kepribadian. Dalam tiga aspek
yaitu: Struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, superego. Aspek kedua yaitu dinamika
kepribadian, serta yang ketiga perkembangan kepribadian.

Daftar pustaka
- Breman, james F. 2006. Sejarah dan sisem psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafndo Persada.
- Suryabrata, S. (2000). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
- Bertens, K. (2006). Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
- Moore dan Fine. (1968). a Glossary of Psychoanalytic Terms and Concepts. halaman 78
- (Inggris) Ciccarelli, S. K., White, N. J. (200). Psychology. New Jersey: Pearson.
- (Inggris) Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah.
- Kramer, G.P., et all. (2010). Introduction to Clinical Psychology (7th ed). New Jersey: Pearson.

You might also like