You are on page 1of 18

1 | P a g e

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah
mata kuliah KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II .Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Enih Zunaedah,
S.Kep,Ners selaku dosen pembimbing mata kuliah KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Cianjur, 20 Mei 2014




Penyusun



2 | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................................4
A. Latar Belakang ...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan ..........................................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................................................7
1. Konsep Bimbingan dan Konseling ................................................................................7
A. Pengertian bimbingan dan konseling .......................................................................7
B. Fungsi layanan bimbingan dan konseling ................................................................7
C. Jenis-jenis bimbingan dan konseling .......................................................................8
D. Tujuan diberikannya layanan bimbingan dan konseling .........................................9
2. Konsep pasien terminal ................................................................................................10
3. Pelaksanaan bimbingan dan konseling pada pasien terminal ......................................13
A. Konsep bimbingan dan konseling pada pasien terminal ........................................13
B. Prosedur bimbingan dan konseling pada pasien terminal .....................................15
4. Batasan perawatan lanjutan dirumah ...........................................................................15
5. Komponen perawatan hospice .....................................................................................15
6. Sistem rujukan .............................................................................................................16
7. Prinsip delegasi/rujukan ...............................................................................................16
8. Langkah perawatan lanjut dirumah ..............................................................................17
BAB III : PENUTUP .............................................................................................................18
A. Kesimpulan ..................................................................................................................18
B. Saran ............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................20
3 | P a g e





















4 | P a g e


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melakukan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan hal yang penting
dalam suatu kehidupan dalam rangka membantu klien agar dapat mengembangkan
potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu
terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai sehingga diperlukan sekali bimbingan dan konseling
pada pasien terminal. Serta Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada
sumber social dan financial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan klien,
banyak hal sulit yang dialami keluarga untuk mengatasi kondisi anggota keluarganya
yang terminal. Hal ini mencakup lamanya periode menjelang ajal, gejala yang sulit
dikontrol, penampilan dan bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang
terbatas, dan buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan
bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep bimbingan dan konseling
a. Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?
b. Apa saja fungsi layanan bimbingan dan konseling ?
c. Apa saja jenis-jenis bimbingan dan konseling ?
d. Apa saja tujuan diberikannya layanan bimbingan dan konseling ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep pasien terminal ?
3. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling pada pasien terminal ?
a. Apa saja konsep bimbingan dn konseling pada pasien terminal ?
5 | P a g e

b. Apa saja prosedur bimbingan dan konseling pada passion terminal ?
4. Batasan apa saja dalam perawatan dirumah?
5. Prinsip rujukan apa saja dalam perawatan di rumah?
6. Langkah apa saja dalam perawatan lanjut di rumah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memberitahu konsep bimbingan dan konseling
a. Untuk memberitahu apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling
b. Untuk memberitahu fungsi layanan bimbingan dan konseling
c. Untuk memberitahu jenis-jenis bimbingan dan konseling
d. Untuk memberitahu tujuan yang diberikan dari layanan bimbingan dan
konseling
2. Untuk memberitahu apa yang dimaksud dengan konsep pasien terminal
3. Untuk memberitahu bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling pada pasien
terminal
a. Untuk memberitahu konsep bimbingan dan konseling pada pasien terminal
b. Untuk memberitahu prosedur bimbingan dan konseling pada pasien terminal
4. Untuk memberitahu batasan apa saja yang harus dilakukan dalam perawatan
dirumah
5. Untuk memberitahu Prinsip rujukan apa saja dalam perawatan di rumah
6. Untuk memberitahu Langkah apa saja dalam perawatan lanjut di rumah

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep bimbingan dan konseling
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling
b. Untuk mengetahui fungsi layanan bimbingan dan konseling
c. Untuk mengetahui jenis-jenis bimbingan dan konseling
d. Untuk mengetahui tujuan yang diberikan dari layanan bimbingan dan
konseling
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep pasien terminal
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling pada pasien
terminal
a. Untuk mengetahui konsep bimbingan dan konseling pada pasien terminal
b. Untuk mengetahui prosedur bimbingan dan konseling pada pasien terminal
6 | P a g e

4. Untuk mengetahui batasan apa saja yang harus dilakukan dalam perawatan
dirumah
5. Untuk mengetahui Prinsip rujukan apa saja dalam perawatan di rumah
6. Untuk mengetahui Langkah apa saja dalam perawatan lanjut di rumah



























7 | P a g e






BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Bimbingan dan Konseling

A. Pengertian

Bimbingan adalah Proses pemberian bantuan (process of helping)
kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan
lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan
konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga
mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal
maupun sosial)
Bimbingan dan Konseling, yaitu Proses interaksi antara konselor dengan
klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui
media : internet, atau telepon) dalam rangka membantu klien agar dapat
mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya.

B. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
a) Fungsi pemahaman
Memahami karakteristik atau potensi atau tugas-tugas perkembangan
Peserta didik dan membantu mereka untuk memahaminya secara objektif
atau realistis
b) Fungsi preventif
8 | P a g e

Memberikan Layanan orientasi dan informasi mengenai berbagai aspek
kehidupan yang patut dipahami peserta didik agar mereka tercegah dari
masalah
c) Fungsi pengembangan
Memberikan layanan bimbingan untuk membantu peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya atau tugas-tugas perkembagannya
d) Fungsi kuratif
Membantu para peserta didik agar mereka dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya (pribadi,sosial, belajar,atau karir)
C. Jenis jenis Bimbingan dan Konseling
a) Bimbingan Akademik
Bertujuan :
1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
3. Memiliki keterampilan belajar yang efektif
4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
belajar/pendidikan
5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian
6. Memiliki keterampilan membaca buku
b) Bimbingan Pribadi dan Sosial
Bertujuan :
1. Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
2. Memiliki pemahaman ttg irama kehidupan yg bersifat fluktuatif (antara
anugrah dan musibah) dan mampu meresponnya dg positif
3. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif
4. Memiliki sikap respek thd diri sendiri
5. Dapat mengelola stress
6. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan agama
7. Memahami perasaan diri dan mampu mengekspresikannya secara
wajar
8. Memiliki kemampuan memecahkan masalh
9. Memiliki rasa percaya diri
10. Memiliki mental yang sehat
9 | P a g e

c) Bimbingan Karier
Bertujuan:
1. Memiliki pemahaman tentang sekolah-sekolah lanjutan
2. Memiliki pemahaman bahwa studi merupakan investasi untuk meraih
masa depan
3. Memiliki pemahaman tentang kaitan belajar dengan bekerja
4. Memiliki pemahaman tentang minat dan kemampuan diri yang terkait
dengan pekerjaan
5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir
6. Memiliki sikap positif terhadap pekerjaan
7. Memiliki sikap optimis dalam menghadapi masa depan
8. Memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan yang terkait dg
pekerjaan
d) Bimbingan Keluarga
Bertujuan:
1. Memiliki sikap pemimpin dalam keluarga
2. Mampu memberdayakan diri secara produktif
3. Mampu menyesuaikan diri dengan norma yang ada dalam keluarga
4. Mampu berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang
bahagia

D. Tujuan Diberikannya Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku
2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek
nilai dan berani menghadapi resiko
3. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam
mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri
4. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif
5. Memelihara.nilai-nilai.persahabatan.dan.keharmonisan.dalam berinteraksi
dengan orang lain
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau perempuan sebagai
dasar dalam kehidupan sosial
7. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif
10 | P a g e

8. Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan
kehidupan yang semakin kompetitif
9. Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai, dan
kompetensi yang mendukung pilihan karir
10. Meyakini nilai-nilai yg terkandung dalam pernikahan dan berkeluarga
sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yg bermartabat.
2. Konsep Pasien Terminal

A. Pengertian
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga
sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal
sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami,
sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini
mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya
dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang
mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
a) Fase Prediagnostik , terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko
penyakit.
b) Fase Akut , berpusat pada kondisi krisis klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan (termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun
psikologis)
c) Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
d) Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi.

Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik,
psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi
terminal antara lain :
11 | P a g e

a) Problem Oksigenisasi : respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne
stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : agitasi-gelisah, tekanan
darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
b) Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit,
retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misalnya trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan
intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
c) Problem Nutrisi dan Cairan : asupan makanan dan cairan menurun, peristaltik
menurun, distensi abdomen, kehilangan Berat Badan, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi
karena asupan cairan menurun.
d) Problem suhu : ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut
e) Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun.
f) penglihatan kabur, pendengaran berkurang, sensasi menurun
g) Problem nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan.
h) Problem Kulit dan Mobilitas : seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah
pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
i) Masalah Psikologis : klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, hilang kontrol diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup,
kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi.
j) Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai
kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan
bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan
mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain
12 | P a g e

beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani
hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai
kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian
itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman
nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri,
terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau
sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal
yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang
lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut :
a) Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik
b) Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
c) Mempertahankan harapan
d) Mencapai kenyamanan spiritual
e) Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi
f) Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna
g) Membantu klien menerima kehilangan



3. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal

A. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal
Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu
klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan
klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan
kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam
13 | P a g e

melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan,
bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan.
Pokok pokok dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam
perawatan pasien terminal terdiri dari :
a. Peningkatan Kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
peredaan distress psikobiologis. Perawat harus memberikan bimbingan
kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.
Kontrol nyeri terutama penting karena mengganggu tidur, nafsu makan,
mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi
pada klien kanker. Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga
mencakup pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien
mungkin akan bergantung pada perawat dan keluarganya untuk
pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan
bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara
memberikan kenyamanan pada klien.
b. Pemeliharan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan
intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan
perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus memberikan informasi
tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien. Sebagian besar klien
terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan
pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan,
membaca, akan meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh
memaksakan partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan secara fisik
membuat partisipasi tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan
dorongan kepada keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan.
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon
secara efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah kesepian
dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan
kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik,
keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.
Keluarga atau penjenguk harus diperbolehkan bersama klien menjelang
14 | P a g e

ajal sepanjang waktu. Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga
untuk tetap/ selalu bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat
terkhir hidupnya.
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien sering
mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat membantu klien
mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien menjelang ajal mungkin
mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum
menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan
baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan
spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat diekspresikan dengan
baik melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan
keluarga.
Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien,
membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan
kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis,
peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan penjelasan, seperti
alat Bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi selama
fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.

B. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal
Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal
atau keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi dasar
untuk evaluasi tindakan perawatan. Bimbingan yang diberikan harus berfokus
pada peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa kualitas hidup, hal ini
berarti memberikan bimbingan pada aspek perbaikan fisik, psikologis, sosial
dan spiritual.

4. Batasan perawatan lanjut dirumah
15 | P a g e

Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada sumber social dan
financial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan klien, banyak hal sulit
yang dialami keluarga untuk mengatasi kondisi anggota keluarganya yang
terminal. Hal ini mencakup lamanya periode menjelang ajal, gejala yang sulit
dikontrol, penampilan dan bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang
terbatas, dan buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan
bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice.
Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada keluarga
yang dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup nyaman dan
mempertahankan gaya hidup senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal.
Sebagian besar klien dalam program hospice mempunyai waktu hidup 6 bulan
atau kurang. Program ini dimulai di Irlandia tahun 1879, yang kemudian di
Inggris, amerika, dan Canada pada tahun 1970-an.

5. Kompoen perawatan hospice
a. Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan
dibawah administrasi rumah sakit
b. Control gejala (fisik,fisiologis, sosio-spiritual)
c. Pelayanan yang diarahkan dokter.
d. Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari dokter, perawat,
rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor.
e. Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu.
f. Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.
g. Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien.
h. Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim.
i. Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan
kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar

Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol
gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga berpartisipasi
dalam perawatan .perawatan klien dikoordinasikan antara lingkungan rumah
dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap merawat klien dirumah selama
mungkin. Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian medikasi
16 | P a g e

dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik
yang diperlukan untuk mendukung keluarga.

6. Sistem Rujukan

Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh penanggung
jawab perawatan. Diluar negeri Registered nurses (RN), mempunyai kewenangan
untuk merujuk pasien ke system pelayanan yang lebih tinggi lagi. Dalam
perawatan pasien di rumah, system rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien
oleh perawat home care dibawah yurisdiksi Registered nurses (RN). RN membuat
delegasi tugas-tugas perawatan yang harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana
yang telah mempunyai izin (lisenced) dari lembaga berwenang.

7. Prinsip Delegasi/Rujukan

a. Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung untuk merawat
klien
b. Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien, mengevaluasi
asuhan yang diberikan, bimbingan dan konseling pasien terminal
c. Pemberian terapi intravena tergantung peraturan pemerintah setempat, ada
yang memberi kewenangan untuk melakukan terapi intravena oleh pelaksana
perawat, ada juga yang tidak
d. Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan izin pada
perawat pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan berdasarkan standar
asuhan keperawatan

8. Langkah perawatan lanjut dirumah

Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan fisik
berupa perawatan kebersihan diri, perawatan kulit, ambulasi, laithan dan
mobilisasi, berpakaian, kemampuan eliminasi dan lainnya. Perawatan harus
memberikan kebersihan, keamanan, kenyamanan dan lingkungan yang tenang.
Inti perawatan harus bisa memberikan kenyamanan bagi klien, peningkatan
kemandirian, Pencegahan Kesepian dan Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual.
17 | P a g e

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan Konseling, yaitu Proses interaksi antara konselor dengan
klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media :
internet, atau telepon) dalam rangka mem-bantu klien agar dapat mengembangkan
potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya. Keadaan Terminal adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau sakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.
Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk
meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal
dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus
dirawat dengan respek dan perhatian penuh.
Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah
administrasi rumah sakit. Control gejala (fisik,fisiologis, sosio-spiritual)
Pelayanan yang diarahkan dokter. Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang
terdiri dari dokter, perawat, rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor. Pelayanan
medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu. Klien dan keluarga sebagai unit
perawatan.
Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien. Penggunaan
tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim. Penerimaan kedalam program
didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk
membayar
B. Saran

Sebagai perawat kita harus memberikan bimbingan yang berfokus pada
peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa kualitas hidup, hal ini berarti
memberikan bimbingan pada aspek perbaikan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
Semoga perawatan dirumah dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan instruksi
yang telah diberikan oleh tim medis dirumah sakit.
18 | P a g e


DAFTAR PUSTAKA
Allen, Carol Vestal. 1998. Memehami proses keperawatan dengan pendekatan latihan. Ahli
bahasa Cristantie Effendy. EGC : Jakarta
Bond, T. (1993). Standard and ethic for counselling in action. London: Sage Publication.
Uliyah, Musrifatul. 2008 . Ketrampilan dasar praktek klinik. Surabaya : Salemba Medika.
http://www.scribd.com/doc/161073531/Makalah-Bimbingan-Dan-Konseling-Pada-Pasien-
Terminal-Dan-Perawatan-Lanjutan-Di-Rumah

You might also like